Strategi pengembangan kurikulum : di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

( Di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat )

Oleh:

BAMBANG HARTANTO NIM: 102018224132

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

( Di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

BAMBANG HARTANTO NIM: 102018224132

Di Bawah Bimbingan:

Drs. H. Faridal Arkam, M.Pd NIP. 150 091 177

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM ( Di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat ) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal……….2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata1 (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam.

Jakarta, Februari 2007

Sidang Munaqasyah

Dekan / Pembantu Dekan I /

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Azis Fahrurrozi, MA NIP.150 231 356 NIP.150 202 343

Anggota :

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H.Azis Fahrurrozi, MA Drs. Syauki. M.Pd NIP.150 202 343 NIP. 150246289


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul "STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM ( Di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat )”. Skripsi ini di susun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata1 (S1) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak kendala yang dihadapi, namun syukur Al hamdulillah dapat teratasi. Selama menyusun skripsi ini, banyak ilmu dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Ayahanda Alm. Mi Yanto SH dan Ibunda Warsini yang telah mendidik penulis dengan rasa cinta, kasih sayang dan perhatian yang tak terhingga. Begitu pula kepada Kakak-kakak dan Adik-adikku tercinta yang selalu membantu dan memotivasi yang tak terhenti.

Selanjutnya juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

3. Drs. Syauki, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

4. Drs. H. Faridal Arkam, M.Pd., Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak H. Zainuddin NH,BA., Kepala MTs Al-Munawwar Jakarta Barat yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Sekolah ini. 6. Ibu Ati Fitriah, S.Pd., Wakil Kepala MTs Al-Munawwar Jakarta Barat

bidang kurikulum yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan melalui wawancara langsung.

7. Ibu Lutfi Kurnia dan Bapak Muhammad Taufik, Staf TU serta seluruh guru MTs Al-Munawwar Jakarta Barat yang telah memberikan informasi dan data-data melalui angket yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi. 8. Rekan-rekan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2002. Terima

kasih atas motivasi serta jalinan persahabatan dan kebersamaannya.

9. Anjas Pratiwi, seorang yang spesial di hati. Terima kasih atas doa dan motivasinya hingga saat ini.

Akhirnya dengan segala ketulusan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi kemajuan dunia pendidikan pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan limpahan dan keberkahan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini. Amiin

Jakarta, Maret 2007 M Safar 1428 H


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……… i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR BAGAN ………... viii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………. 5

C. Pembatasan Masalah ……… 5

D. Perumusan Masalah ………. 6

E. Tujuan Penelitian ………. 6

F. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS……….. 8

A. Pengertian Strategi ………. 8

B. Pengembangan Kurikulum ………. 9

1. Pengertian Pengembangan Kurikulum……...……… 9

2. Model-model dan Tingkatan Pengembangan Kurikulum………….11

3. Tahapan Pengembangan Kurikulum ……….. 23

4. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum ……….. 25

5. Evaluasi Pengembangan Kurikulum ……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 30


(7)

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 31

D. Instrumen Pengumpulan Data ……….. 32

E. Teknik Analisis Data ……… 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 33

A. Kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol dan Arah Pengembangan … 33 1. Keadaan Siswa dan Tenaga Kepegawaian ………. 35

2. Sarana dan Prasarana ………. 37

3. Visi, Misi dan Strategi MTs Al-Munawwar Grogol ……….. 37

B. Strategi Pengembangan Kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol ….. 38

1. Strategi Pengembangan Kurikulum ……… 38

2. Dasar Pengembangan Kurikulum ………... 41

3. Manajemen Kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol ………. 45

BAB V PENUTUP ………. 49

` A. Kesimpulan ………... 49

B. Saran ………. 50

DAFTAR PUSTAKA ……….. 51

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keadaan siswa/i MTs Al-Munawwar Grogol Tahun Pelajaran

2006/2007……… 35 Tabel 2 Keadaan Tenaga Edukatif dan Non Edukatif MTs Al-Munawwar

Grogol……….. 36 Tabel 3 Pengembangan Kurikulum ………. 43


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Tahapan atau Proses Strategi Kurikulum ………...41 Bagan 2 Koordinasi Manajemen Kurikulum MTs Al-Munawwar ……….. 45


(10)

DAFTAR lAMPIRAN

Keadaan Bangunan dan Sarana Penunjang MTs Al-Munawwar Grogol...54

Struktur OrganisasiMTs Al-Munawwar Grogol ………....55

Pedoman Wawancara………...56

Angket………..59

Hasil Wawancara………...61

Surat Keterangan Penelitian………64

Kalender Kegitatan Sekolah Semester II Tahun Pelajaran 2006-2007………...65


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan tuntutan globalisasi, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Dengan pendidikan manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam era globalisasi. Pendidikan juga merupakan investasi bagi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Dalam pengertian yang sempit, pendidikan diartikan sebagai perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan dan dalam pengertian yang lebih luas pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.1

Berdasarkan pengertian tersebut, manusia akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan kebutuhannya melalui proses yang dilakukan secara sadar baik formal maupun non-formal.

Pendidikan informal dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar, sementara pendidikan formal diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal. Yang dimaksud dengan lembaga pendidikan formal adalah sekolah mulai dari tingkatan yang paling rendah yaitu Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Lembaga non-formal meliputi lembaga pendidikan khusus seperti kursus bahasa, komputer dan sejenisnya.

1


(12)

Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektivitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat. Lembaga pendidikan formal (persekolahan), kelahiran dan pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat sekitar.2

Jadi artinya adalah, sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan dalam masyarakat yang bersangkutan. Haluan tersebut tercermin dalam falsafah dan tujuan, penjenjangan, kurikulum dan pengadministrasian serta pengelolaannya.

Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan juga memiliki sistem yang kompleks dan dinamis yang memerlukan pengelolaan yang profesional dan optimal. Pengelolaan ini sangat penting bagi kelangsungan lembaga pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Chester J. Barnard, bahwa tidak ada sesuatu hal untuk abad modern ini, yang lebih penting dari administrasi dan manajemen.3

Dari peryataan diatas, bisa dicontohkan dengan kelangsungan hidup pemerintah yang beradab akan sangat bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sesuatu, memerlukan administrasi dan manajemen sebagai alat dalam memecahkan masalah masyarakat modern.

2

Tim Dosen FIP. IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987)

3

H. S Koswara, Ade Nuryatini, Manajemen Lembaga Pendidikan (Bandung: Patragading,2002), h. 2


(13)

Selain itu, sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, pasti mengalami perubahan baik dalam diri sekolah maupun berasal dari lingkungan, terutama jika lingkungannya tidak stabil, berkembang terus dan sebagainya. Terhadap lingkungan yang berubah ini organisasi perlu menyesuaikan diri dengan menjawab atau mengatasi masalah-maslah internal, seperti berubahnya kurikulum, volume kegiatan yang bertambah banyak, penambahan tujuan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, sikap dan prilaku para pegawai dan sebagainya, yang mengharuskan sekolah untuk mengatasinya, sehingga tetap terjadi satu keterpaduan dalam berfungsinya lembaga pendidikan.

Dalam menghadapi berbagai tantangan penyebab perubahan tersebut sekolah harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan supaya tidak ketinggalan zaman dan ditinggalkan oleh siswanya. Walaupun tidak semua usaha perubahan berjalan dengan mudah, karena kadang-kadang usaha perubahan berlawanan dengan perlawanan.

Menghindari kemungkinan timbulnya perlawanan terhadap perubahan, maka dalam setiap usaha perubahan harus diawali dengan rencana yang matang, pemberian informasi yang jelas kepada semua pihak yang akan terlibat, menumbuhkan keyakinan bahwa perubahan yang akan dilaksankan tidak akan menimbulkan akibat negatif baik bagi pejabat maupun organisasi.4

4

Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, (Yogya: Gajah Mada University Press, 2000), Cet. Ke-19, h. 414


(14)

Hal ini perlu dilakukan oleh karena tujuan setiap usaha perubahan adalah penyempurnaan. Usaha perubahan yang menimbulkan akibat negatif harus dihindarkan karena tidak sesuai dengan ide pokok usaha perubahan adalah menuju kesempurnaan.

Kurikulum sebagai salah satu komponen sekolah juga mengalami perubahan dan pembaharuan yang harus disesuaikan dengan tuntutan masyarakat, sehingga sekolah harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.5

Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat, maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan.

Kurikulum juga memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikelola dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi dimana sekolah itu berada.

Dalam pengembangan kurikulum untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satu unsur yang harus dilakukan adalah adanya strategi yang matang dari sekolah dan pelaksanaannya harus ditopang oleh manajemen yang tepat.

5

Abdullah Idi, Pemgembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media,1999), h. 3


(15)

Berdasarkan latar belakang inilah, penulis ingin mencoba mengadakan penelitian tentang strategi yang digunakan lembaga pendidikan untuk mempertahankan keberadaan lembaganya.

Adapun penelitian dalam skripsi ini, penulis mengambil judul “Strategi Pengembangan Kurikulum Di MTs Al –Munawwar Grogol Jakarta Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Beranjak dari masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan strategi pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar. 2. Strategi guru dalam upaya mengembangkan program pengajaran di kelas. 3. Sekolah mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam penelitian, dan banyaknya permasalahan yang timbul dari uraian latar belakang dan pengindentifikasian masalah, maka untuk mengarahkan penelitian ini perlu diberi batasan.

Penelitian ini diadakan di MTs Al – Munawwar, Jl. Rawa Bahagia, Grogol Jakarta Barat. Penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut pada periode kepala sekolah Bapak H. Zaenuddin NH.BA. Objek yang diteliti, yaitu: dengan mengamati keadaan di sekolah, keadaan siswa, kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan


(16)

sarana/fasilitas sekolah serta data-data/informasi yang mendukung lainnya yang diperoleh melalui Ibu Ati Fitriah, S.Pd sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru-guru MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat.

Strategi pengembangan kurikulum dibatasi dengan strategi guru dalam upaya mengembangkan kurikulum atau program pengajaran di tingkat kelas.

D. Perumusan Masalah

Setelah mengetahui pembatasan masalah, penulis berusaha merumuskan masalah penelitian yaitu: “Bagaimana strategi sekolah dalam mengembangkan kurikulum?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimanakah Strategi Pengembangan Kurikulum di Sekolah tersebut.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah literature tentang teori-teori pendidikan khususnya mengenai strategi pengembangan kurikulum.


(17)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau kontribusi yang berarti bagi kepala sekolah dalam mengembangan kurikulum dan menjadi paradigma bagi para pengelola pendidikan.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Strategi.

Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi, dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dalam perhitungan tersebut, maka proses pengembangan kurikulum akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai karena segala sesuatunya telah dipertimbangkan secara matang.

Itulah sebabnya, lembaga pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut pada masalah bagaimana mengembangkan kurikulum dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, dan juga bagaimana agar proses tersebut tidak terdapat hambatan serta ganguan baik internal maupun eksternal yang menyangkut kelembagaan maupun lingkungan sekitarnya.

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” (stratos = militer dan Ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang.6

Strategi merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kamusnya Peter Salim dan Yenny Salim mengartikan bahwa strategi adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan guna

6

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik.


(19)

meraih suatu target atau sasaran.7

Sedangkan pengertian strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.8 Dalam strategi pendidikan inilah segala perencanaan program sampai dengan pelaksanaannya dirumuskan sehingga out put yang diharapkan akan benar-benar sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu sistem pengelolaan yang baik, efektif dan efisien merupakan persyaratan mutlak yang perlu diwujudkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud strategi adalah suatu cara atau taktik yang digunakan untuk mencapai suatu sasaran yang efektif dan efisien, dengan melakukan suatu tindakan atau suatu usaha yang telah ditentukan melalui suatu perencanaan.

2. Pengembangan Kurikulum

a. Pengertian Pengembangan Kurikulum.

Pengertian pengembangan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.9 Sedangkan pengertian pengembangan kuikulum adalah proses atau cara dalam mengembangkan kurikulum.

7

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Nodern English Press, 1991), Edisi ke-1, h. 1463

8

A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 1984), Cet. Ke-1, h.165

9

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), Edisi ke-3, h. 1121


(20)

Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.10

Oleh karena itu, kurikulum yang ada sekarang sangatlah berpengaruh terhadap tujuan pendidikan, untuk menyiapkan peserta didik meraih masa depan yang lebih baik.

Dalam pengembangan kurikulum banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum merupakan proses kebijakan yang didalamnya terdapat tanggungjawab berbagai pihak yang berkepentingan dengan permasalahan pendidikan secara legal. Kadangkala ditemukan sikap pro dan kontra, yakni sikap menerima dan menolak terhadap hasil keputusan kurikulum. Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan sudut pandang mereka terhadap hasil keputusan kurikulum dan fungsi sekolah.

Ada beberapa prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam aktivitas pengembangan kurikulum.

Pertama, prinsip relevansi. Ada relevansi keluar yang harus dimiliki kurikulum maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian untuk menunjukkan suatu

10

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-1, h. 84


(21)

keterpaduan kurikulum. Kedua, prinsip fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisikan hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak. Ketiga, prinsip kontinuitas yaitu kesinambungan. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang yang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Keempat, prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Kelima, prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini dilihat baik secara kuantitas maupun kualitas.11

Perwujudan prinsip-prinsip kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.

b. Model-model dan Tingkatan Pengembangan Kurikulum

Ada banyak model pengembangan kurikulum yang telah dipikirkan dan dikemukakan orang, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Model yang dikemukakan oleh Rogers berguna bagi pengajar di sekolah dan perguruan tinggi. Ada beberapa model yang dikemukakan oleh Rogers, yaitu jumlah

11 Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. Ke-6, h. 150-151


(22)

dari model yang paling sederhana sampai dengan yang kompleks. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut ada empat, yaitu:

a.Model I menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Model tersebut merupakan model tardisional yang masih dipergunakan.

b. Model II merupakan penyempurnaan model I dengan menambahkan metode dan organisasi bahan pelajaran.

c.Model III pengembangan kurikulum, yang merupakan penyempurnaan pula dari model II yang belum dimasukkan unsur teknologi pendidikan, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa, teknologi pendidikan merupakan faktor yang menunjang dalam keberhasilan belajar mengajar. Model ini juga memerlukan perbaikan lanjut lagi.

d. Model IV pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model III dengan memasukan unsur tujuan. Tujuan inilah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain.12

Dari keempat model tersebut di atas, menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara mengadakannya terhadap pelaksanaan dari hasil-hasil yang telah dicapai untuk melakukan perbaikan, pemantapan, dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini mempunyai implikasi bahwa kurikulum senantiasa mengalami revisi-revisi, namun revisi tersebut tetap mengacu pada apa yang sudah ada dan memperhatikan kedepan, sehingga keberadaannya cukup berarti bagi anak didik dan dinamis.

2. Model Pengembangan Kurikulum menurut Robert S. Zain

a. Model Administratif

12

M. Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-1, h.50-52


(23)

Model ini dikenal dengan adanya garis dan staf atau model dari atas ke bawah. Kerja model ini adalah: pejabat pendidikan membuat panitia pengarah yang biasanya terdiri dari atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti. Panitia pengarah ini bertugas merencanakan, memberikan pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai pekerjaan tesebut, mereka menunjuk kelompok-kelompok kerja sesuai dengan keperluannya. Kelompok kerja umumnya terdiri atas staf pengajar dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi lainnya yang ditunjuk oleh panitia pengarah dan anggotanya terdiri atas sebagian besar kepala sekolah. Setelah selesai, maka pekerjaan itu diserahkan kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah sekali lagi kemudian diimplementasikan.13

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model pengembangan kurikulum demikian disebut juga model top down atau line staff, karena sifatnya yang datang dari atas. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksananya, terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunjuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.

Pengembangan kurikulum model ini menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Karena pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentaralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.

13

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-1, h. 70


(24)

Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap perubahan masyarakat, disamping juga karena kurikulum ini biasanya seragam nasional sehingga kadang-kadang mengabaikan kebutuhan dan kekhususan pada tiap daerah.14

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut barada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.

Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di sekolah.

b. Model Dari Bawah (Grass Roost)

Dari model ini yang disebut model bawah, maka inisiatif pengembangan kurikulum model ini berada di tangan staf pengajar sebagai pelaksana pada suatu sekolah atau pada beberapa sekolah sekaligus. Model ini didasarkan pada pandangan

14


(25)

bahwa implementasi kurikulum akan lebih berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksana sudah sejak semula diikutsertaan dalam pengembangan kurikulum.

Kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerjasama dengan orang tua, peserta didik dan masyarakat. Kerjasama diantara sesama pengajar dengan sendirinya merupakan bagian yang penting dalam model ini. Kedudukan administrator hanyalah cukup memberikan bimbingan dan dorongan saja dan staf pengajar akan melaksanakan tugas pengembangan kurikulumnya secara demokratis. Kemudian diadakan lokakarya untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dan melibatkan staf pengajar, kepala sekolah, orang tua, peserta didik, para konsultan serta para nara sumber lainnya.15

Pendapat yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah pengembangan kurikulum secara demokratis, yaitu berasal dari bawah. Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para staf pengajar.

Kekurangan pengembangan model kurikulum ini terutama pada sifat mengabaikan teknis dan profesional dari perkurikuluman 16

Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.

Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta

15

Subandijah, Op. Cit., h. 71

16


(26)

perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.

c. Model Demontrasi

Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.

Pembaharuan kurikulum dilakukan oleh sejumlah staf pengajar dalam satu sekolah yang terorganisasi. Jika berhasil maka sekolah lainnya dapat mengadopsinya. Selain secara formal, ini dapat pula dilakukan secara tidak formal. Hal ini berarti, staf pengajar bekerja dalam bentuk organisasi terstruktur atau bekerja sendiri-sendiri. Dalam model ini pembahuruan kurikulum dicontohkan dalam skala kecil untuk diadopsikan oleh para pengajar lainnya.17

Kelemahan model ini, adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-anggan, dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.18

17

Ibid., h. 71

18


(27)

Guru-guru yang tidak turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat dengan sekelompok guru dan ahli yang memprakarsai perbaikan kurikulum. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri. Sehingga mereka akan menerimanya dengan tidak sepenuh hati, bahkan bisa saja menolaknya karena mereka merasa tidak memiliki kontribusi didalam hasil perbaikan kurikulum tersebut.

d. Model sistem Beauchamp

Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Ia mengemukakan lima hal dalam pengembangan kurikulum.

Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi ataupun seluruh negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum serta oleh tujuan kurikulum. Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (a). para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar, (b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, (c) para profesional dalam sistem pendidikan, (d) professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketiga, organisasi dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksana kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan. Keempat, implementasi kurikulum yaitu melaksanakan atau merapatkan kurikulum secara sistematis di sekolah dan

Kelima, mengevaluasi kurikulum yang berlaku untuk memperoleh data dari hasil kegiatan evaluasi untuk digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum.19

19


(28)

Pengembangan kurikulum ini memandang kurikulum dalam prosesnya secara, menyeluruh. Keuntungannya adanya penegasan arena, yang akan mempermudah dan memperjelas ruang lingkup kegiatan. Kekurangannya, seperti halnya model

administrative adalah kurang peka terhadap perubahan masyarakat.20 e. Model Terbalik Hilda Taba

Model terbalik ini dikemukakan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

Pertama, mendiagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan menetukan materi, menemukan penilaian, memperhatikan luas dan dalamnya bahan; kemudian disusunlah suatu unit kurikulum. Kedua, mengadakan Try Out untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar-mengajarnya. Ketiga, adalah menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta mensosialisasi. Keempat,

menyusun karangka teoritis dan kelima adalah menyusun kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan mengumumkannya (mendiseminasikan).21

Dengan model ini, diharapakan dapat memberikan dorongan inovasi dan kreativitas guru-guru dalam mengembangkan kurikulum yang digunakan agar memberikan kemudahkan bagi para siswa untuk mempelajarinya.

20

Dakir, Op. Cit., h. 56

21


(29)

Pengembangan kurikulum ini berusaha mendekatkan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, dan kelemahannya model tersebut sulit diorganisasikan karena menutut kemampuan teoritis dan professional yang tinggi dari staf pengajar dan administrator pelaksana.22

Hasil dari pengembangan kurikulum model ini haruslah realitas, artinya bukan hanya dalam bentuk teori saja tetapi dapat diterapkan pada sekolah-sekolah yang lebih luas. Walaupun masih terdapat kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaannya, berkenaan dengan kesiapan staf pengajar dan administrator yang menuntut kemampuan teoritis dan professional yang tinggi. Tapi semua kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi apabila seorang guru memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan seninya dalam menerjemah, mengolah, dan meramu kurikulum untuk disajikan di kelasnya.

f. Model Hubungan Interpersonal dari Rogers

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal. Langkah-langkahnya yaitu:

Pertama, diadakannya kelompok untuk mendapatkan hubungan interpersonal diwaktu yang tepat dan tidak sibuk, Kedua, kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan tukar pengalaman, dibawah pimpinan staf pengajar, Ketiga, diadakan pertemuan yang diadakan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah, yaitu hubungan antara guru dengan peserta didik. Peserta didik dengan peserta didik dalam suasana akrab, Keempat, diadakan pertemuan 22


(30)

dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi yaitu dengan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik.23

Dalam situasi demikian diharapkan masing-masing person dapat menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagi pemecahan problem sekolah yang dihadapi. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realitas, karena didasari oleh kenyataan yang diharapkan.

g. Model Action Research yang Sistematis

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.24

Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal, yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan professional.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan. Adapun langkah-langkahnya yaitu:

(a) dirasa adanya problem proses belajar mengajar disekolah yang perlu diteliti, (b) mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa yang perlu diambil

23

Dakir, Op. Cit., h. 98

24


(31)

sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut, (c) melaksanakan putusan yang telah diambil dan menjalankan semua rencana yang telah disusun.25

Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.

h. Model Teknologi

Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Dalam model teknologi ini ada tiga variasi model, yaitu:

(a) model analisis perilaku, yang memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan peserta didik dari yang sederhana sampai yang kompleks secara bertahap, (b) model analisis sistem, yang memulai kegiatannya dengan menjabarkan tujuan khusus kemudian menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannya, (c) model berdasar komputer, memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasikan sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan intruksional khusus. Kemudian pengajar dan siswa diwawancarai tentang pencapaian tujuan tersebut dan data inti disimpan dalam komputer.26

Model ini menujukkan bahwa pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Inti dari

25

Dakir, Op .Cit, h. 56

26


(32)

pengembangan kurikulum teknologi adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.

Pengembangan kurikulum model ini membutuhkan kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik dan media cetak. Dipihak lain harus dicegah jangan sampai pengembangan kurikulum ini menjadi objek bisnis. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan kurikulm ini, terutama bagi sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya masih rendah.27

Pemecahan masih dapat dilakukan dengan menerapkan model kurikulum teknologi yang lebih menekankan pada teknologi sistem dan kurang menekankan pada teknologi alat. Dengan pendekatan ini biaya dapat lebih ditekan, di samping memberi kesempatan kepada pelaksana pengajaran, terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri program pengajarannya.

3. Tahapan Pengembangan Kurikulum

Tingkat atau tahapan dalam mengembangkan kurikulum suatu sekolah pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga

Maksudnya, pengembangan keseluruhan dari program kegiatan yang tertuang di dalam kurikulum pendidikan tersebut. Pengembangan kurikulum tahap ini meliputi tiga pokok kegiatan, yakni:

27

Nana Saodih Sukmadinata, Op. Cit, h. 99


(33)

1) Perumusan tujuan institusional. 2) Penetapan isi atau struktur program.

3) Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

b. Pengembangan kurikulum tiap bidang studi

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pengembangan program pada tiap bidang studi, yakni:

1) Penetapan pokok-pokok bahasan dan sub pkok bahasan yang didasarkan atas tujuan kelembagaan (institusional).

2) Penyusunan garis-garis besar program pengajaran (GBPP).

3) Penyusunan program khusus pelaksanaan program pengajaran masing- masing bidang studi.

Secara ringkas, kegiatan dan pengembangan kurikulum pada tiap bidang studi meliputi: tujuan kurikuler, penyusunan tujuan instruksional umum, dan menetapkan pokok bahasan.

c. Pengembangan pada tingkat sekolah

Sesuai dengan namanya maka pengembangan pada tingkat ini yang bertanggung jawab adalah pimpinan lembaga (kepsek) setempat. Adapun yang akan dikembangkan adalah:

(1) Untuk pendidikan tinggi pada pengembangan Tri Darma Perguruan Tinggi program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat), di samping mengembangkan hal-hal yang bersifat khusus, misalnya: kurikulum yang berpola kebudayaan, pertanian, kelautan dan sebagainya. 2) Untuk pendidikan tingkat menengah ke bawah, sekolah dapat mengembangkan kurikulum yang bersifat


(34)

ekstra kurikuler dan barbagai kegiatan akademik yang dikoordinasi oleh sekolah. Misalnya: kursus komputer, bahasa Inggris, Matematika dan sebagainya.28

Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.

d. Pengembangan program pengajaran di kelas

Kegiatan pengembangan kurikulum tingkat kelas ini tegantung pada keinisiatifan guru. meskipun kurikulumnya sangat bagus, tetapi kalau ada ditangan guru yang tidak berinisiatif maka hasilnya tidak akan optimal.29

Untuk mengembangkan program pengajaran dikelas maka guru perlu memperolehnya lebih lanjut dalam bentuk satuan pelajaran. Satuan pelajaran merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen.

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

2. Tujuan Instruksional Khusus (penjabaran dari tujuan instruksional umum oleh guru)

3. Materi Pelajaran

4. Kegiatan belajar mengajar 5. Alat dan sumber belajar 6. Evaluasi

28

H. Dakir, Op. Cit, h. 94

29


(35)

Dengan adanya satuan pelajaran ini diharapkan guru melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

4. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua

kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.30

Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan.31

Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya.32

30Nana Saodih Sukmadinata, Op. Cit., h. 160 31Ibid., h. 161


(36)

Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.

5. Evaluasi Pengembangan Kurikulum

Evaluasi pada dasarnya adalah proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kreteria tertentu.33 Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penyimpulan informasi untuk memilih keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Dalam arti sempit, evaluasi kurikulum hanya ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai oleh murid.34

Berdasarkan pengertian tersebut, evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik. Kurikulum sebagai program pendidikan atau program belajar untuk siswa, memerlukan penilaian sebagai bahan balikan (feed back) dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Evaluasi terhadap perencanaan dan pengembangan kurikulum untuk berbagai jenjang pendidikan. Adapun jenis kegiatan yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut: Mengamati hasil belajar siswa yang bersifat khusus, cirinya adalah:

a. Adanya rumusan tingkah laku yang jelas.

33 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), Cet. Ke-2, h. 127

34 Umar hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-1, h. 201


(37)

b. Rumusan tujuan (tingkah laku) yang jelas tersebut diukur dan dapat diamati. c. Tingkah laku tersebut dapat diukur dengan alat ukur tertentu.

d. Menggunakan alat evaluasi untuk menemukan kelemahan-kelemahan, kebutuhan-kebutuhan dan minat siswa secara individual.

e. Mendisain pengajaran yang akan dilaksanakan.

f. Mengadakan penilaian secara terus menerus terhadap pelaksanaan pengajaran. g. Mengadakan kontrol terhadap tingkah laku siswa yang daharapkan tercapai

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis terhadap perbedaan individual para siswa.

2. Mengembangkan prosedur pengajaran dengan mempertimbangkan metode-metode yang dianggap paling baik yang berlaku bagi penyelenggara pendidikan lainnya.

3. Mengadakan perbaikan pengajaran. Hal-hal yang perlu diperbaiki tersebut meliputi teori-teori (model-model pengajaran yang sistematis) dengan cara menghimpun sejumlah pengalaman mengajar, lalu dievaluasi dan selanjutnya mengadakan beberapa perbaikan yang dianggap perlu.

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi, yaitu:

a) Evaluasi terhadap tingkat ketercapaian tujuan yang telah dirumuskan. b) Evaluasi terhadap tugas-tugas pengajaran yang telah dilaksanakan. c) Evaluasi terhadap rumusan materi (program) pengajaran.


(38)

d) Evaluasi terhadap keterlibatan orang tua dalam membantu putra-putrinya dalam mengajar.

e) Mengadakan kegiatan pengamatan.

f) Studi terhadap siswa siswi yang menemui kegagalan belajar.

g) Evaluasi terhadap sistem penyajian (metode-metode mengajar yang digunakan dalam penyajian materi pelajaran).

h) Studi terhadap pemberian bimbingan kepada para siswa oleh guru. i) Studi terhadap kemampuan para siswa secara perseorangan.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan dan para pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dari para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini diadakan di MTs Al – Munawwar, Jl. Rawa Bahagia, Grogol Jakarta Barat, dengan alasan sekolah ini tempat untuk kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (P2KT). Dan sekolah ini merupakan sekolah yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti.

Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2006 dan selesai pada bulan Februari 2007.

B. Metode Penelitian.

Dalam penulisan penulisan Skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena sebenarnya. Dalam hal ini penulis mendapatkan sumber data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu peneliti membaca dan mempelajari buku-buku yang relevan, artikel, serta teori-teori lainnya.


(40)

Merupakan pengamatan langsung yang dilakukan penulis terhadap objek yang akan diteliti. Untuk itu, tehnik yang digunakan observasi, wawancara dan angket.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mencari data yang valid yang hendak diteliti di lokasi penelitian, yaitu mengamati keadaan di sekolah, keadaan siswa, kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan sarana/fasilitas sekolah serta data-data yang mendukung lainnya.

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat.

2. Wawancara

Cara pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai pihak yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan diteliti. Wawancara penulis lakukan secara langsung dengan wakil kepala sekolah MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat bidang kurikulum yaitu Ibu Ati Fitriah, S.Pd, dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi 20 item pertanyaan.


(41)

Angket yang berisikan 5 item pertanyaan diberikan kepada 21 guru yang mengajar di MTs Al-Munawwar Grogol Jakarta Barat, untuk memperoleh data mengenai strategi pengembangan kurikulum pada tingkat kelas.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara, angket atau kuesioner yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden.

E. Teknik Analisis Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitaif, maka penelitian ini termasuk penelitian non hipotesis yang bukan untuk membuktikan atau menguji suatu teori, namun hanya ingin menggambarkan fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif.

Tetapi dalam beberapa hal penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan menggunakan persentase. Untuk itu rumus yang digunakan adalah:

Persentase = F X 100% N

F = Frekuensi


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Arah Pengembangan dan Kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol.

MTs Al-Munawwar merupakan sebuah sekolah yang berdiri tahun 1977, yang mengambil nama dari seorang figur dan tokoh masyarakat Grogol yang bernama H. Munawwar. Bapak Munawwar itu adalah tokoh penggerak masyarakat Grogol untuk memelihara dan mengurus lahan yang awalnya sebuah rawa dalam yang kemudian menjadi sebuah dataran yang lapang. Dataran tersebut sekarang menjadi MAN I Grogol yang awalnya merupakan lahan dan tanah garapan masyarakat Grogol yang disponsori oleh H. Munawwar. Namun karena tanah itu lalu disengketakan oleh pihak Pemda DKI, maka akhirnya sengketa itu dimenangkan oleh pihak Pemda DKI dan Al-Munawwar sesuai perjanjian dengan pihak MAN I untuk sementara waktu dipindahkan ke lokal SD Negeri 11 PG selama proses pembangunan dan perluasan bangunan.

Al-Munawwar juga merupakan cikal bakal daripada sebuah Sekolah Diniyah yang bernama Al-Ikhlas yang tempat kegiatan belajar mengajarnya di Masjid Nurul Haq yang kemudian berganti dengan Al-Munawwar.

MTs ini terletak di Jl. Rawa Bahagia Raya No. 28 Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat dan berlokasi sangat strategis mengingat dapat dilampaui oleh transportasi kendaraan umum dari barbagai jurusan. Kestrategisan secara


(43)

psikologis MTs Al-Munawar adalah karena ia berada di lingkungan yang masyarakatnya 60 % non muslim dan 40 % muslim. Namun dapat bertahan lama hingga sekarang dan mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat juga dari jumlah penerimaan murid/siswa baru di MTs Al-Munawwar yang terus meningkat setiap tahunnya, hanya saja karena ada keterbatasan lokal, maka setiap penerimaan siswa baru dibatasi jumlah penerimaannya.

Arah pengembangan kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol yakni strategi yang dilakukan guru dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat kelas yaitu dengan cara membuat skenario pembelajaran dengan menetapkan pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Departemen Agama. Adapun pengembangan program kurikulum yang dilakukan guru di MTs Al-Munawwar Grogol yaitu dengan menyusun program remedial bagi siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar dan menyusun program pengayaan bagi siswa-siswi yang mampu memperthankan kecepatan belajarnya. Untuk mengetahui apakah guru melakukan pengembangan kurikulum di kelas, maka sekolah melakukan evaluasi yaitu dengan cara supervisi kelas atau kunjungan kelas, evaluasi administrasi proses belajar mengajar (PBM) dan evaluasi terhadap hasil penilaian kelas.

Kurikulum yang digunakan di MTs Al – Munawwar Grogol Jakarta Barat adalah kurikulum 1994 untuk kelas 3, sedangkan kelas 2 (kelas VIII) dan 1 (kelas VII) menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004 serta menggunakan Kurikulum Departemen Agama. Dengan jumlah jam efektif untuk


(44)

seluruh pelajaran adalah 40 (empat puluh) jam pelajaran 40 X 45 Menit.

1. Keadaan Siswa dan Tenaga Kepegawaian

a. Jumlah siswa

Keadaan siswa ditinjau dari kuantitas MTs. Al-Munawwar keseluruhan berjumlah 180 orang siswa yang terbagi dalam 6 kelas, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 1

Keadaan Siswa/i MTs Al-Munawwar Grogol Tahun Pelajaran 2006/2007

Jenis Kelamin No. Kelas

Laki-laki Perempuan

Jumlah

1. Kelas VII (2 lokal) 27 orang 28 orang 55 orang 2. Kelas VIII ( 2 lokal) 32 orang 33 orang 65 orang 3. Kelas IX (2 lokal) 25 orang 35 orang 60 orang Jumlah 6 lokal 84 orang 96 orang 180 orang

Jumlah siswa yang sekolah di MTs ini adalah mayoritas masyarakat sekitar (masyarakat yang berdomisili di sekitar Grogol ) karena di daerah ini hanya ada satu sekolah MTs yaitu MTs. Al-Munawwar.


(45)

b. Jumlah Tenaga Edukatif dan Non Edukatif

Tabel 2

Keadaan Tenaga Edukatif dan Non Edukatif MTs Al-Munawwar Grogol

No Nama Pendidikan Jabatan Guru B. Studi

1. H. Zainuddin NH,BA SM Unis Jakarta Kepala sekolah

2. Ati Fitriah, S.Pd S1 IKIP Muhammadiyah Wak. Bid. Kurikulum Bhs. Indonesia

3. Hj. Elvia, S.Pd.I S1 Al-Aqidah Jakarta Wak. Bid. Kesiswaan PLKJ

4. Dra. Asnaniati S1 IAIN Jakarta Wali kelas VIII-1 Al-Qur’an

Hadits

5. Drs. M. Nurdin S1 IAIN Cirebon Wali kelas IX-2 Bhs. Arab

6. M.Jupri Nur Arsyad,

S.Pd. I

S1 Al-Ghurobah Jakarta Wali kelas VII Aqidah

Akhlak

7. Nurhasan Hilmi Pesantren Darul Qolam Guru Fiqh

8. Sulaeman, S.Ag S1 Univ Muhammadiyah Wali kelas VIII-2 Penjaskes

9. Dra. Urif Eniyati S1 IKIP Jakarta Guru Biologi

10. Dra. Eriyanti S1 IAIN Gorontalo Guru SKI

11. H. Syarif H, S.Ag S1 IAIN Jakarta Wali kelas IX – 1 Sejarah

12. Rikko Fauda S.Ag S1 IAIN Bandung Wak.bid. Kedisiplinan Geografi

13. Asep Andrian S.Ag S1 IAIN Jakarta Guru Kaligrafi

14. Dra. Khoiriyah S1 IKIP Jakarta Guru BP/BK

15. Syahreni, S.Ag S1 UIJ Jakarta Guru Iqro

16. Puji Rahayu, S.Pd UHAMKA Jakarta Guru Bhs. Inggris

17. Suci Yuniatun, S..Pd UHAMKA Jakarta Guru Fisika

18. Drs. Ahmad Yani S1 Univ. Imam Syafi’I Guru Ekonomi


(46)

19. M. Budi Mulyanto D3 A. Pertiwi Indonesia Guru Bhs. Inggris

20. Rita Dewi Sari, S.Sos S1 UNISMA Bekasi Guru PPKn

21. Sukardi S.Pd S1 UHAMKA Jakarta Guru Matematika

22. Saifullah, A.Md D3 Mercu Buana Guru KTK

23. Lutfi Kurnia SMA Kepala Tata Usaha

24. Muhammad Taufik SMK Staf TU

25. Wasiman SMA Pesuruh

26. Uyan SLTP pesuruh

Guru yang mengajar di MTs Al-Munawwar berjumlah 21 orang, yaitu 40 % Sarjana Pendidikan dan 60 % spesialisasi bidang studi dan umum. Latar belakang pendidikannya mayoritas S1 sekitar 90 % dan D3 10 %.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer yang keberadaannya tidak kalah pentingnya dengan unsur-unsur lainnya bagi siswa dalam melangsungkan proses belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnya keadaan bangunan dan sarana penunjang MTs Al-Munawwar Grogol dapat dilihat pada lampiran.

3. Visi, Misi dan Strategi MTs Al-Munawwar Grogol Visi

Terwujudnya pendidikan yang bermutu unggul dan berakhlak mulia.


(47)

Meningkatkan iman dan taqwa serta prestasi, meningkatkan kinerja pendidikan di sekolah serta kerja sama dengan masyarakat sosial.

Strategi

a. Penataan Sekolah:

1) Penyempurnaan sistem kerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan 2) Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah secara maksimal

3) Optimalisasi pemanfaatan SDM yang ada

4) Pelaksanaan visi, misi, dan strategi secara maksimal b. Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar:

1) Memberdayakan MGMP sebagai sarana sumber belajar bagi seluruh tenaga pengajar

2) Tepat dalam perencanaan, efektif dalam pelaksanaan serta tepat dalam pemberdayaan kegiatan evaluasi

3) Menumbuhkan keunggulan kompetitif secara kreatif 4) Mengembangkan / merintis kelas unggulan

B. Strategi Pengembangan Kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol 1.Strategi Pengembangan Kurikulum

Strategi pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol melalui beberapa tahapan atau proses, yaitu:


(48)

Sebelum lebih jauh dalam rangka menyusun rencana strategi pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol, maka sekolah terlebih dahulu memilih seorang penanggung jawab yaitu wakil kepala bidang kurikulum. Selanjutnya wakil kepala bidang kurikulum tersebut membuat Program Kerja Tahunan dan Semester (Prokertasem), membuat format administrasi program pembelajaran yang selanjutnya akan dievaluasi oleh kepala sekolah, dalam arti wakil kepala bidang kurikulum memiliki tanggung jawab penuh terhadap kepala sekolah.

b. Menyusun rencana (Planing)

Selanjutnya wakil kepala bidang kurikulum menjalankan atau menyusun rencana pengembangan kurikulum yang akan dijadikan pedoman atau acuan bagi guru (tenaga pendidik) dalam proses menjalankan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Penyusunan rencana tersebut didasarkan pada Undang-undang No.23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, kelender pendidikan nasional, dan kalender pendididkan dari Departemen Agama.

c. Strategi (Strategy)

Strategi wakil kepala bidang kurikulum MTs Al-Munawwar Grogol dalam mengembangkan kurikulum adalah memilih penanggung jawab untuk setiap bidang atau rumpun pelajaran (misalnya untuk bidang atau rumpun IPA/Sains terdiri atas guru fisika dan biologi), membuat Program Kerja Tahunan dan semester (Prokertasem) melalui penanggung jawab bidang, dan mengoptimalkan semua Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kemampuan, wawasan, dan latar belakangnya masing-masing.


(49)

d. Proses penyusunan (Proses compilation)

Tahapan berikutnya yang dilakukan wakil kepala bidang kurikulum adalah membuat dan membagikan semua perangkat atau format kurikulum kepada semua guru atau tenaga pendidik, mengumpulkan kembali setelah semua perangkat atau format kurikulum terisi dengan lengkap dan rapih, serta wakil kepala bidang kurikulum mengevaluasi semua perangkat kurikulum baik evaluasi administrasi maupun supervisi di dalam kelas. Dalam proses penyusunan ini penanggung jawab kurikulum yakni wakil kepala bidang kurikulum wajib berkoordinasi dengan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) masing-masing pelajaran agar tujuan yang diinginkan sekolah dapat terealisasi dengan baik.

e. Pelaksanaan (Actualitation)

Setelah proses penyusunan kurikulum selesai dilaksanakan, tahapan berikutnya adalah melaksanakan kurikulum tersebut dalam bentuk aktualisasi di lapangan yakni melalui proses pembelajaran di kelas, perpustakaan dan lingkungan sekolah oleh guru masing-masing mata pelajaran.

f.Evaluasi program (Program evaluation)

Selanjutnya serangkaian program tersebut diperiksa dan dievaluasi oleh kepala sekolah mulai dari perangkat atau format administrasi sampai dengan proses pelaksanaan (actualitation) di sekolah. Selain dilakukan oleh kepala sekolah, evaluasi juga dilakukan oleh pengawas dari Departemen Agama.

Untuk lebih jelasnya tahapan atau proses strategi pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol dapat dilihat melalui bagan 2 di halaman 47.


(50)

2. Dasar Pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 21 tahun 2003 tentang Otonomi Daerah, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), serta Kurikulum dari Departemen Agama. Penetapan isi atau struktur program kurikulum disekolah ini di sesuaikan dengan standar kompetensi yang terdapat dalam Kurikulum 2004 untuk tiap mata pelajaran dimana penyusunan strategi pelaksanaannya dengan cara menyusun kalender pendidikan untuk 1 (satu) tahun dan 1 (satu) semester dengan berpedoman pada kalender pendidikan Departemen Pendidikan Nasional dan kalender pendidikan Departemen Agama.

Sekolah

(kepala) Cara / Langkah

Evaluasi Strategi Wakil Kepala (Bid.Kurikulum) Guru Mata Pelajaran Berdasarkan:

¾ UU No.23 th 2003 ¾ Kalender Nasional ¾ Kalender Depag

Pelaksanaan Memilih Penanggung Jawab Proses Penyusunan Menyusun Rencana Guru Mata Pelajaran 1

3 4 5


(51)

Bagan 1Tahapan atau Proses Strategi Kurikulum

Pengembangan kurikulum disini terletak pada kecakapan seorang guru atau tenaga pegajar untuk dapat mengembangkan terus kurikulum yang ada di sekolah sesuai dengan acuan kurikulum 2004. Hasil penelitian di MTs Al-Munawwar Grogol dengan sample 21 orang guru/tenaga pendidik (11 Laki-laki dan 10 Perempuan) menunjukkan bahwa 19 (90,4%) responden (guru/tenaga pendidik) berusaha membuat Satuan Pembelajaran/Skenario Pembelajaran masing-masing mata pelajaran dalam rangka mengembangkan kurikulum, sementara sisanya 2 (9,5%) responden tidak membuat Satuan Pembelajaran/Skenario Pembelajaran. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

Laki-laki Perempuan Jumlah

Ya 9

(42,8%) 10 (47,6%) 19 (90,4%) 1.

Guru membuat Satuan Pembelajaran/Skenario

Pembelajaran Tidak 2 (9,5%)

0 (00,0%)

2 (9,5%)

Ya 8

(38,0%) 8 (38,0%) 16 (76%) 2. Penetapan pokok-pokok bahasan berdasarkan kurikulum Nasional dan

kurikulum Depag Tidak

3 (14,3%) 2 (9,5%) 5 (23,8%)

Ya 8

(38,0%) 9 (42,8%) 17 (80,8%) 3. Pengembangan kurikulum tiap bidang studi hendaknya disusun berdasarkan KTSP Tidak 3 (14,3%) 1 (4,8%) 4 (19,1%)

Ya 5

(23,8%) 8 (38,0%) 13 (61,8%) 4. Penyusunan program khusus pelaksanan

program pembelajaran Tidak 6 (28,6%)

2 (9,5%)

8 (38,1%)

Ya 10

(47,6%) 10 (47,6%) 20 (95,2%) 5. Sekolah mengevaluasi proses pembelajaran


(52)

kelas (4,8%) (00,0%) (4,8%)

Tabel 3

Pengembangan Kurikulum N = 21

Dari tabel tersebut di atas dapat terlihat bahwa hampir semua 19 (90,4%) guru yaitu 9 orang laki-laki atau 42,8% dan 10 orang guru perempuan atau 47,6% membuat Rencana Pembelajaran/Skenario Pembelajaran dalam rangka mengembangkan kurikulum yang telah ditetapkan, meski terdapat 9,5% yang tidak membuatnya. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, 9,5% yang tidak membuat Rencana Pembelajaran/Skenario Pembelajaran dimiliki oleh guru laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena sifat laki-laki yang pada umumnya kurang rajin dibandingkan dengan perempuan, atau terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan mereka kurang respon terhadap penyusunan Rencana Pembelajaran/Skenario Pembelajaran dibandingkan dengan perempuan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 16 (7,6%), yaitu 8 orang guru laki-laki atau 38,0% dan 8 Orang guru perempuan atau 38,0% menetapkan pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Departemen Agama, meski terdapat 5 (23,8%) yang tidak menerapkannya.

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 17 (80,8%), yaitu 8 orang guru laki-laki atau 38,0% dan 9 orang guru perempuan atau 42,8% menyetujui bahwa dalam melakukan pengembangan kurikulum tiap bidang studi berdasarkan KTSP


(53)

(Kurikulum Terpadu Satuan Pemelajaran), meski terdapat 4 (19,1%) yang tidak menerapkannya. Dengan KTSP inilah yang akan digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 13 (61,8%), yaitu 5 orang guru laki-laki atau 23,8% dan 8 orang guru perempuan atau 38,0% berusaha untuk menyusun program khusus pelaksanaan program pengajarannya, meski terdapat 8 (38,1%) yang tidak membuatnya. Adapun program khusus pelaksanaan program pengajarannya berupa program remedial dan program pengayaan.

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 20 (95,2%), yaitu 10 orang guru laki-laki atau 47,6% dan 10 orang guru perempuan atau 47,6% menyatakan bahwa sekolah melakukan evaluasi proses pembelajaran terhadap guru, meski terdapat 1 (4,8%) yang tidak melakukannya. Adapun evaluasinya berupa supervisi kelas atau kunjungan kelas, evaluasi administrasi proses belajar mengajar (PBM), dan evaluasi terhadap hasil penilaian kelas.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan guru dalam mengembangkan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol yaitu dengan cara membuat skenario pembelajaran dengan menetapkan pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Departemen Agama. Adapun pengembangan program kurikulum yang dilakukan guru di MTs Al-Munawwar Grogol yaitu dengan menyusun program remedial bagi siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar dan menyusun program pengayaan bagi siswa-siswi yang mampu memperthankan kecepatan belajarnya. Untuk


(54)

mengetahui apakah guru melakukan pengembangan kurikulum di kelas, maka sekolah melakukan evaluasi yaitu dengan cara supervisi kelas atau kunjungan kelas, evaluasi administrasi proses belajar mengajar (PBM) dan evaluasi terhadap hasil penilaian kelas.

2. Manajemen Kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol

Dalam penyusunan program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MTs Al-Munawwar Grogol, sekolah melalui wakil kepala bidang kurikulum melakukan koordinasi antar sesama guru atau tenaga pendidik. Koordinasi tersebut dimulai dari kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum, dan ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) setiap pelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini

Bagan 2

Koordinasi Manajemen Kurikulum MTs Al-Munawwar

Di samping menyusun program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), wakil kepala bidang kurikulum juga berkewajiban untuk membuat jadwal Kegiatan Belajar

Progaram KBM

Kepala Sekolah

Waka Sekolah (Penjab Urusan


(55)

Mengajar (KBM), dan mewajibkan semua guru mata pelajaran atau tenaga pendidik untuk membuat program pembelajaran. Program pembelajaran tersebut dibuat dalam satu tahun ajaran, mulai dari:

1. Penjabaran kalender pendidikan 1 x (satu kali), 2. Penyusunan Program tahunan 1 x (satu kali), 3. Penyusunan Program semester 1 x (satu kali), dan

4. Penyusunan silabus dan penilaian dibuat setiap standar kompetensi yang tercantum dalam kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

Hal tersebut di atas dimaksudkan agar proses kegiatan pembelajaran di MTs Al-Munawwar Grogol berjalan dengan baik dan optimal.

Pembagian tugas mengajar di sekolah khususnya di MTs Al-Munawwar disesuaikan dengan alokasi waktu dan jumlah kelas yang mengacu pada kurikulum 2004 dan kurikulum Departemen Agama dengan jumlah jam efektif di sekolah untuk seluruh pelajaran adalah 40 (empat puluh) jam pelajaran atau 40 x 45 menit. Pembagian tugas mengajar tersebut dilengkapi dengan buku daftar kemajuan siswa yang akan diisi oleh guru atau tenaga pendidik masing-masing mata pelajaran.

Evaluasi Hasil Belajar (EHB) siswa MTs Al-Munawwar dilakukan menurut acuan kurikulum 2004 dan kurikulum Departemen Agama, yakni seberapa banyak Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada setiap pelajaran. Misalkan dalam mata pelajaran Sains (IPA) terdapat 6 Kompetensi dasar (KD) untuk satu semester, maka evaluasi yang dilakukan oleh guru Sains (IPA) adalah sebanyak 6 (enam) kali. Keenam Kompetensi dasar yang terdapat dalam Silabus Kurikulum 2004 tersebut


(56)

harus tuntas diberikan kepada siswa. Jika tidak tuntas, maka guru tersebut wajib melakukan remedial yaitu proses pembelajaran kembali yang mekanismenya diatur oleh guru. Sebagai contoh si Miftahuddin mendapatkan hasil ulangan 5,6 untuk Kompetensi Dasar 2 mata pelajaran Sains (IPA). Oleh karena angka 5,6 adalah angka yang bernilai kurang dari Standar Ketuntasan Belajar (standar mata pelajaran Sains adalah 6,0), maka Miftahuddin wajib dilakukan remedial. Begitu juga untuk Kompetensi-kompetensi Dasar lainnya.

Evaluasi yang dilakukan sekolah bukan hanya evaluasi hasil belajar pada siswa/I saja, melainkan juga evaluasi terhadap keberhasilan masing-masing guru bidang studi (guru mata pelajaran) dalam memberikan pelajaran di kelas. Evaluasi seperti ini dilakukan oleh Kepala Sekolah yang langsung memberikan supervisi (kunjungan langsung) ke dalam kelas disaat guru sedang mengajar. Sebagai hasilnya, apakah seorang guru bisa dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil penilaian kelas secara universal. Di samping itu juga, sekolah melakukan evaluasi terhadap administrasi Proses Belajar Mengajar (PBM).

Untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar, kegiatan ekstrakurikuler di MTs Al-Munawwar tetap dilaksanakan dengan baik dengan seorang penanggung jawab yang bertugas membina dan memberikan arahan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu, sekolah memberikan tugas dan atau amanah kepada pembina OSIS dan koordinator untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler. Pembina dan koordinator masing-masing kegiatan ekstrakurikuler ini bartanggung jawab penuh terhadap sekolah yakni melalui seorang kepala sekolah sebagai pengatur


(57)

(manajer). Dalam sesekali waktu (biasanya persemester) sekolah memberikan evaluasi terhadap semua kegiatan ekstrakurikuler. Evaluasi tersebut dalam bentuk prestasi yang telah diperoleh untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kejuaraan atau perlombaan yang pernah diikutinya.


(58)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar Grogol melalui beberapa tahapan atau proses. Beberapa tahapan yang dimaksud adalah:

a) cara-cara atau langkah-langkah pengembangan b) menyusun rencana kurikulum

c) strategi pengembangan d) proses penyusunan e) aplikasi/pelaksanaan f) evaluasi program

2. Pengembangan kurikulum di MTs Al-Munawwar didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No. 21 Tahun 2003 tentang otonomi daerah, kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi), serta kurikulum Departemen Agama.

3. Dalam rangka mengembangkan kurikulum atau program pengajaran pada tingkat kelas, hampir semua guru MTs Al-Munawwar Grogol (90,4%) membuat Rencana Pembelajaran/Skenario Pembelajaran meskipun masih ada beberapa yang tidak membuatnya (9,5%).


(59)

B. Saran

Sebagai sumbangsih pemikiran, penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam rangka menunjang Program Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah hendaknya semua guru di pastikan membuat Rencana Pembelajaran atau Skenario Pembelajaran. Pembuatan Rencana Pembelajaan atau Skenario Pembelajaran dilakukan bukan hanya pada saat sekolah akan melakukan akreditasi saja, melainkan setiap hari atau setiap guru melakukan tatap muka, maka hendaknya guru mempersiapkan semua perangkat pembelajarannya. 2. Sebagai calon guru (mahasiswa khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan) kiranya akan bermanfaat apabila sejak dini diterapkan atau diharuskan untuk membuat Rencana Pembelajaan/Skenario Pembelajaran pada saat mereka melakukan PPL 1 di Micro teaching. Suatu keharusan ini bukan hanya sekedar memenuhi tugas saja atau dalam bentuk formalitas belaka, melainkan betul-betul ditelaah dan dianalisis secara lebih dalam lagi untuk kemudian bisa digunakan dan dipertanggung-jawabkan ketika mereka mengaplikasikannya di lembaga pendidikan (sekolah).


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H M, Pengembangan Kurikulum, CV Pustaka Setia, Bandung 1998

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, Cet. Ke.IX

Dakir, H, Prof, Dr, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, Edisi ke-3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, Edisi ke-3

Hamalik, Umar, Perencanaan dan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, Cet. Ke-1

Idi, Abullah, Drs M Ed, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999

Koswara, H S, Ade, Nuryatini, Manajemen Lembaga Pendidikan Patragading, Bandung, 2002

Sri Wahyudi, Agustinus, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik, Bina Aksara, Jakarta, 1996, Cet. Ke-1

Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 2000, Cet. Ke-19

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1999

Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah: konsep, Strategi dan Implementasi, PT. Rosda Karya Bandung, 2002

Nasution, S, Prof, Dr, M.A, Kurikulum dan Pengajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, Cet. Ke-4

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, UIN Jakarta Press, 2002, Jakarta, Cet. Ke-2

Subandijah, Drs, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1993, Cet. Ke-1


(61)

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, CV. Sinar Baru, Bandung, 1991, Cet. Ke-2

Sukmadinata, Nana, Syaodih, Prof, Dr, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2004), Cet. Ke-6

Tim Dosen FIP. IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya 1987

Yenny, Salim dan Peter, Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Nodern English Press, Jakarta,1991, Edisi ke-1


(62)

(63)

Keadaan Bangunan dan Sarana Penunjang MTs Al-Munawwar Grogol

No. Uraian Jumlah Kondisi

1. Ruang belajar 6 lokal Layak Pakai 2. Ruang kantor 2 ruang Layak Pakai 3. Ruang perpustakaan 1 ruang Layak Pakai 4. Lapangan olahraga Ada Layak Pakai 5. Ruang ibadah/musholla 1 ruang Layak Pakai

6. Kantin Ada Layak Pakai

7. WC Guru dan Murid 2 ruang Layak Pakai 8. Meja belajar 100 meja Layak Pakai

9. Kursi 200 kursi Layak Pakai

10. Komputer + Printer Ada Layak Pakai 11. Kalkulator Elektrik Ada Layak Pakai 12. Mesin Tik Manual Ada Layak Pakai


(64)

Struktur Organisasi MTs Al-Munawwar Grogol

Ketua Yayasan

Kepala Sekolah

Waka Sekolah

Staf Tata Usaha

Penjab Urusan Kurikulum

Siswa/i MTs Al-Munawwar Penjab

Urusan Humas

Penjab Urusan Koord. Urusan

BP/BK Penjab Urusan

Sarana & Prasarana Penjab

Urusan Kesiswaan

Penjab Urusan Perpustakaan

Guru - guru Komite Sekolah


(65)

PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM

1. Bagaimana cara atau langkah sekolah dalam mengembangkan kurikulum? 2. Bagaimana strategi sekolah dalam merumuskan kebijakan dan tujuan

organisasi sekolah?

3. Bagaimana proses penyusunan data kurikulum di sekolah? 4. Bagaimana menyusun rencana kurikulum sekolah?

5. Bagaimana cara mengorganisasikan kurikulum di sekolah?

6. Bagaimana mengaktualisasikan atau melaksanakan kurikulum tersebut di sekolah?

7. Apakah sekolah melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengembangan kurikulum?

Jika ya, a. Pengawasan dan penilaian seperti apa?...

Jika tidak, 7.2 Mengapa?... 8. Apakah yang menjadi landasan sekolah dalam merumuskan tujuan

institusional?

9. Bagaimanakah tujuan institusional sekolah MTs Al – Munawar?

10.Bagaimanakah cara menetapkan isi / struktur program kurikulum sekolah? 11.Bagaimanakah sekolah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara

universal?

12.Apakah pembagian tugas mengajar di sekolah, disesuaikan dengan alokasi waktu dan jumlah kelas?


(66)

a. Apakah yang menjadi dasar / acuan pembagian tersebut?... b. Berapakah jumlah jam efektif di sekolah untuk seluruh pelajaran?... Jika tidak, c. Mengapa?... 13.Apakah di sekolah terdapat penaggung jawab dalam membina kegiatan

ekstrakurikuler?

Jika ada, a. Siapakah yang diberikan tanggung jawab tersebut?... b. Apakah sekolah melakukan evaluasi terhadap penanggung jawab

ekstrakurikuler tersebut?

Jika ya, i. Evaluasi seperti apa bentuknya?... Jika tidak, ii. Mengapa?... 14.Dalam menyusun program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), apakah

sekolah melakukan koordinasi antar sesama guru / tenaga pendidik?

Jika ya, a. Bagaimana koordinasi tersebut dilaksanakan?...

Jika tidak, b. Mengapa?... 15.Siapakah yang diberikan tanggung jawab dalam menyusun jadwal KBM? 16.Apakah setiap guru/tenaga pendidik diwajibkan membuat program

pembelajaran (misalnya, skenario pembelajaran, silabus, dll.)?

Jika ya, a. Berapa kali program pembelajaran tersebut dibuat dalam setiap satu

semester?... Jika tidak, b. Mengapa?... 17.Apakah di ruang kelas terdapat daftar pengisian kemajuan murid/siswa?


(67)

Jika ya, a. Sipakah yang memberikan isi kemajuan murid/siswa tersebut?... b. Berapa kali pengisian kemajuan murid/siswa itu dilakukan?... Jika tidak, c. Mengapa?...

18.Apakah sekolah melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar?

Jika ya, a. Berapa kali evaluasi tersebut dilakukan dalam satu semester?... b. Apakah hasil evaluasi siswa tersebut dilaporkan kepada orang tua

murid?... Jika ya, i. Berapa kali hasil evaluasi tersebut dilaporkan?... Jika tidak, ii. Mengapa?... 19.Selain evaluasi dilakukan kepada siswa, apakah sekolah juga melakukan

evaluasi terhadap masing-masing guru bidang studi?

Jika ya, a. Bentuk evaluasi seperti apa?... Jika tidak, b. Mengapa?... 20.Apakah di sekolah terdapat kegiatan bimbingan

penyuluhan?...

Jika ada, a. Penyuluhan seperti apa?... b. Berapa kali penyuluhan tersebut dilakukan?... Jika tidak, 20.3 Mengapa?...


(68)

ANGKET

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM UNTUK GURU BIDANG STUDI

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan Bidang studi yang di asuh :

Lama mengajar :

1. Sebelum pembelajaran dilakukan, apakah anda membuat satuan pembelajaran atau skenario pembelajaran?

Jika ya, 1.1.(lanjut ke nomor 2)

Jika tidak, 1.2.Mengapa?... 1.3.Jika tidak membuat, bagaimana strategi anda dalam upaya mengembangkan

program pengajaran di kelas?... 1.4.Jika tidak membuat, bagaimana anda menerapkan pembelajaran yang

berbentuk eksperimen baik metode maupun isi?... 2. Berdasarkan apakah anda menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan?

a. Tujuan lembaga (institusional)

b. Kurikulum Nasional dan Kurikulum Depag

c. ………

3. Penembangan kurikulum tiap bidang studi hendaknya disusun berdasarkan

a. GBPP

b. Tujuan lembaga


(69)

d. Tujuan institusional khusus/kompetensi dasar

e. ………

4. Apakah anda menyusun program khusus pelaksanaan program pembelajaran? Jika ya, 4.1.Misalnya apa?... Jika tidak, 4.2.Mengapa?... 5. Apakah sekolah mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas? Jika ya, 5.1 Evaluasi seperti apa?... Jika tidak, 5.2 Mengapa?...


(70)

PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM

21.Bagaimana cara atau langkah sekolah dalam mengembangkan kurikulum? 22.Bagaimana strategi sekolah dalam merumuskan kebijakan dan tujuan

organisasi sekolah?

23.Bagaimana proses penyusunan data kurikulum di sekolah? 24.Bagaimana menyusun rencana kurikulum sekolah?

25.Bagaimana cara mengorganisasikan kurikulum di sekolah?

26.Bagaimana mengaktualisasikan atau melaksanakan kurikulum tersebut di sekolah?

27.Apakah sekolah melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengembangan kurikulum?

Jika ya, a. Pengawasan dan penilaian seperti apa?...

Jika tidak, 7.2 Mengapa?... 28.Apakah yang menjadi landasan sekolah dalam merumuskan tujuan

institusional?

29.Bagaimanakah tujuan institusional sekolah MTs Al – Munawar?

30.Bagaimanakah cara menetapkan isi / struktur program kurikulum sekolah? 31.Bagaimanakah sekolah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara

universal?

32.Apakah pembagian tugas mengajar di sekolah, disesuaikan dengan alokasi waktu dan jumlah kelas?


(1)

ANGKET

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM UNTUK GURU BIDANG STUDI

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan Bidang studi yang di asuh :

Lama mengajar :

6. Sebelum pembelajaran dilakukan, apakah anda membuat satuan pembelajaran atau skenario pembelajaran?

Jika ya, 6.1. (lanjut ke nomor 2)

Jika tidak, 6.2. Mengapa?... 6.3. Jika tidak membuat, bagaimana strategi anda dalam upaya mengembangkan

program pengajaran di kelas?... 6.4. Jika tidak membuat, bagaimana anda menerapkan pembelajaran yang

berbentuk eksperimen baik metode maupun isi?... 7. Berdasarkan apakah anda menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan?

d. Tujuan lembaga (institusional)

e. Kurikulum Nasional dan Kurikulum Depag

f. ………

8. Penembangan kurikulum tiap bidang studi hendaknya disusun berdasarkan

f. GBPP

g. Tujuan lembaga


(2)

i. Tujuan institusional khusus/kompetensi dasar

j. ………

9. Apakah anda menyusun program khusus pelaksanaan program pembelajaran? Jika ya, 9.1. Misalnya apa?... Jika tidak, 9.2. Mengapa?... 10. Apakah sekolah mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas? Jika ya, 5.2 Evaluasi seperti apa?... Jika tidak, 5.2 Mengapa?...


(3)

HASIL WAWANCARA

DENGAN PENJAB BIDANG KURIKULUM

1. a. Memilih penanggung jawab bidang kurikulum. b. Membuat program kerja tahunan dan semester oleh penanggung jawab

kurikulum. c. Membuat format administrasi program pembelajaran oleh penaggung jawab kurikulum. d. Evaluasi program pembelajaran oleh kepala sekolah.

2. a. Memilih penanggung jawab untuk setiap bidang. b. Membuat program kerja tahunan dan semester oleh setiap penanggung jawab. c. Mengoptimalkan semua potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kemampuan maupun wawasannya. 3. a. Membuat dan membagikan semua perangkat/format kurikulum kepada

semua pengajar. b. Mengumpulkan kembali setelah semua perangkat/format terisi dengan

lengkap dan rapih. c. Mengevaluasi semua perangkat kurikulum, baik secara administrasi maupun supervisi di dalam kelas. 4. Dilakukan oleh penanggung jawab kurikulum dengan berpedoman kepada: - UU No. 20 Tahun 2003. - Kalender Pendidikan Nasional. - Kalender Pendidikan Tsanawiyah dari Departemen Agama. 5. Penaggung jawab kurikulum berkoordinasi dengan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) masing-masing mata pelajaran. 6. Melalui proses pembelajaran di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan lingkungan sekitar. 7. Ya


(4)

- Memeriksa/mengevaluasi semua perngkat/format administrasi pembelajaran untuk setiap pengajar. - Evaluasi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas dari Departemen Agama. 8. - UU No. 20 Tahun 2003 tentang , “Sistem Pendidikan Nasional”. - UU No. 21 Tahun 2003 tentang , “Otonomi Daerah”. - Kurikulum Tahun 2004 (Krikulum Berbasis Kompetensi) - Kurikulum Departemen Agama. 9. Tercantum dalam Visi, Misi dan Strategi Sekolah 10. Disesuaikan dengan Standar Kompetensi yang terdapat dalam Kurikulum

tahun 2004, untuk setiap mata pelajaran. 11. Dengan menyusun kalender Pendidikan untuk 1 (satu) tahun dan satu semester, dengan berpedoman pada kalender pendidikan Departemen Pendidikan Nasional dan kalender Pendidikan Tsanawiyah dari Departemen Agama.

12. Ya 12.1. Kurikulum Tahun 2004 dan Kurikulum Depag 12.2. Empat puluh jam pelajaran (40 x 45 Menit) 13. Ada 13.1. Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan koordinator untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler. 13.2. Ya, Evaluasi terhadap prestasi yang telah dicapai oleh setiap kegiatan

ekstrakurikuler, yang berupa kejuaraan/perlombaan yang diikutinya. 14. Ya a. Koordinasi antara kepala sekolah dengan penanggung jawab kurikulum dan Ketua MGMP setiap mata pelajaran. b. Koordinasi antara penanggung jawab kurikulum dengan ketua MGMP dan semua guru mata pelajaran. 15. Penanggung jawab kurikulum.


(5)

16. Ya - Penjabaran kalender pendidikan satu kali. - Penyusunan program tahunan satu kali. - Penyusunan program semester satu kali. - Penyusunan silabus dan penilai dibuat pada setiap Standar Kompetensi yang tercantum dalam Kurikulum 2004. 17. Ya, masing-masing guru mata pelajaran. 18. a. Ya, tergantung pada banyaknya Kompetensi Dasar yang ada pada setiap mata pelajaran. b. Ya, setiap selesai penilaian kelas untuk setiap Kompetensi Dasar. 19. Ya - Evaluasi terhadap administrasi Proses Belajar Mengajar (PBM). - Evaluasi terhadap proses pembelajaran berupa supervisi (kunjungan kelas)

- Evaluasi terhadap hasil penilaian kelas. 20. Ada - Bimbingan karier, berupa pengayaan untuk setiap potensi yang dimiliki

masing-masing siswa. - Penyuluhan, bagi siswa yang mempunyai masalah, baik dalam belajar, dengan teman, dengan guru, maupun dengan keluarga di rumah. - Dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Pewawancara Nara Sumber


(6)