Analisis kebutuhan nutrien dan kecernaan pakan pada Owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

SKRIPSI
SADA RASMADA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
SADA RASMADA. D24104085. 2008. Analisis Kebutuhan Nutrien dan
Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan
Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota 1
Pembimbing Anggota 2


: Ir. Didid Diapari, MS
: Dr. Wartika Rosa Farida
: Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu fauna khas Indonesia
dan saat ini populasinya sudah semakin berkurang. Hal ini membutuhkan perhatian
khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah satu wujud kepedulian
tersebut adalah berdirinya Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog. PPS Gadog
merupakan salah satu habitat ex situ bagi owa Jawa. Habitat ex situ perlu ditunjang
dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai. Salah satu manajemen pemeliharaan
tersebut adalah pemberian pakan berdasarkan kebutuhan nutrien owa Jawa.
Kebutuhan nutrien yang tercukupi membuat owa Jawa dapat mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menentukan kebutuhan zat nutrisi dan kecernaan owa Jawa berdasarkan
konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi, Bogor.
Pakan yang diberikan adalah ubi jalar, kangkung, pisang, markisa, semangka,
jambu biji dan apel. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
antara pukul 08.00-09.00 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.00-14.00 WIB.
Pakan diberikan secara restricted feeding dan air diberikan ad libitum. Peubah yang

diamati adalah konsumsi pakan, jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi setiap
hari, kecernaan semu nutrien, total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy
(DE).
Urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa jantan adalah ubi jalar, pisang,
semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa. Pada owa Jawa betina adalah
semangka, ubi jalar, pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Pada pagi dan
siang hari urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa adalah ubi jalar, semangka,
pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel.
Konsumsi pakan segar adalah 641,13 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering
sebesar 108,61 gram/ekor/hari. Rataan konsumsi zat-zat makanan pada owa Jawa
adalah abu = 4,11 gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 7,12 gram/ekor/hari, lemak
kasar (LK) = 1,39 gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 17,65 gram/ekor/hari, Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 77,77 gram/ekor/hari serta GE = 5187,97
kalori/ekor/hari. Dari hasil konsumsi dapat dihitung pendugaan kebutuhan nutrien
owa Jawa berdasarkan konsumsi bahan kering yaitu abu = 3,81%; PK = 6,52%; LK =
1,27%; SK = 16,25% dan BETN = 72,16%. Nilai koefisien cerna pada owa Jawa
relatif tinggi yaitu abu 96,38%; PK 89,78%; LK 90%; SK 96,7% dan BETN 99,38%.
Nilai TDN 95,81% dan nilai DE 98,16%.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah owa Jawa termasuk primata
frugivora dengan konsumsi paling tinggi adalah pakan buah-buahan. Bahan ekstrak

Tanpa Nitrogen (BETN) merupakan nutrien yang paling banyak dikonsumsi oleh

owa Jawa, sedangkan konsumsi serat kasar (SK) owa Jawa relatif tinggi. Koefisien
cerna dari masing-masing nutrient adalah tinggi dan menyebabkan owa Jawa
memiliki total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy (DE) yang tinggi.
Kata-kata Kunci: owa Jawa (Hylobates moloch), konsumsi pakan, koefisien cerna,
TDN, DE

ABSTRACT
Nutrient Requirement and Digestibility Analyzes for Java Gibbon (Hylobates
moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor
S. Rasmada, D.Diapari, W. R. Farida and A. S. Tjakradidjaja
This experiment is aimed at studying nutrient requirement and digestibility of
Java gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor.
This experiment used two Java gibbon, one female and one male to measure their
feed consumption and digestibility. Variables of this experiment are feed
consumption, total nutrient consumption, nutrient digestibility, TDN and DE.
Descriptive method was used in this experiment. During the experiment, Java gibbon
ate banana, watermelon, sweet potato, apple, creeping water-plant, passion fruit and
guava. The most palatable feed for male Java gibbon is sweet potato and the most

palatable feed for female Java gibbon is watermelon. Feed consumption with drymatter basis is 108.5 gram/head/day. The average for nutrient consumption are ash
4.11 gram/head/day, crude protein 7.12 gram/head/day, crude fiber 17.65
gram/head/day, ether extract 1.39 gram/head/day and N-free extractives 77.77
gram/head/day. Digestibility coefficients for Java gibbon are ash 96.38%, crude
protein 89.78%, ether extract 90 %, crude fiber 96.7% and N-free extractives
99.38%. The value of TDN and DE for Java gibbon is 95.81 % and 98.16 %.
Keywords : Hylobates moloch, feed consumption, digestibility coefficients, TDN, DE

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

SADA RASMADA
D24104085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

Oleh
SADA RASMADA
D24104085

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Agustus 2008

Pembimbing Utama


Pembimbing Anggota

Pembimbing Anggota

Ir.Didid Diapari,MS
NIP : 131 878 940

Dr.Wartika Rosa Farida
NIP : 320 004 822

Ir.Anita S.T, MRur,Sc.
NIP : 131 624 189

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr.
NIP : 131 955 531

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Jonnie R. Hutabarat, BA, MA
dan Ibu Shizue Rasmada.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1998 di SD Sekolah
Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia. Penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan
menengah pertama di SLTP Mardi Yuana Depok pada tahun 2001 dan pendidikan
lanjutan menengah atas pada tahun 2004 di SMAN 3 Depok.
Penulis diterima sebagai mahasiswi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Komisi Pelayanan Siswa Unit
Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor
sebagai tenaga pengajar agama Kristen Protestan di SMA Kornita. Penulis pernah
menjalani praktek lapang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada bulan Juli –
Agustus 2006.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus

karena berkat kasih dan


karuniaNya penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kebutuhan Nutrien dan
Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan
Satwa Gadog, Ciawi, Bogor dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dengan latar
belakang owa Jawa merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang semakin langka
sehingga salah satu cara untuk menyelamatkannya yaitu dengan memberikan pakan
pada owa Jawa berdasarkan kebutuhan nutrisinya agar kebutuhan hidupnya dapat
terpenuhi. Pada habitat alaminya owa Jawa mengkonsumsi pakan buah-buahan yang
lebih banyak sehingga pakan yang diberikan pada penelitian ini didominasi oleh
pakan buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan enam hari
masa preliminary dan 24 hari masa perlakuan. Pada masa perlakuan diambil data
yang berisi konsumsi pakan dan produksi feses selain itu, diamati juga aktivitas yang
dikerjakan oleh owa sepanjang hari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para
pengelola habitat konservasi secara ex-situ khususnya habitat konservasi owa Jawa.
Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam
mengatur pemberian pakan bagi owa Jawa yang berada di luar habitat alaminya.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini boleh menjadi lebih baik
lagi. Semoga hasil penelitian yang ada dalam skripsi ini boleh menyumbang ilmu

dalam mengembangkan usaha pelestarian owa Jawa agar di masa yang akan datang
populasi owa Jawa meningkat.

Bogor, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN……………………………………………………………...

ii

ABSTRACT…………………………………………………………….....

iv

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………......

vii


KATA PENGANTAR…………………………………………………......

viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………

ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………

xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………

xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

xiii


PENDAHULUAN…………………………………………………………

1

Latar Belakang…………………………………………………......
Perumusan Masalah……………………………………………......
Tujuan……………………………………………………………...

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...

3

Owa Jawa (Hylobates moloch)…………………………………….
Morfologi……………………………………………….....
Sistem Pencernaan…………………………………………
Program Konservasi…………..……………………………
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog…………………………………
Bahan Pakan…………………………………………………….....
Apel Malang (Pyrus malus)……………..…………………
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)………...……………………..
Kangkung (Ipomoea aquatica)………………...……...…..
Jambu (Psidium guajava)………………...………………..
Pisang (Musa paradisiaca)………………………………..
Markisa (Passiflora quadrangularis)………...…..………..
Semangka (Citrullus vulgaris)……………………...……..
Konsumsi Pakan…………………………………………………...
Koefisien Cerna Pakan…...………………………………………..

3
3
4
5
6
7
7
7
7
8
8
8
8
9
10

METODE……………………………………………………………….....

12

Waktu dan Lokasi………………………………………………….
Materi………………………………………………………………
Owa Jawa (H. moloch)………………………………….....
Kandang……………………………………………………
Peralatan……………………………………………………
Jadwal Pemberian Pakan…………………………………..
Bahan Pakan…………………………………………….....
Prosedur……………………..………………………………….....
Peubah……………………………………………………………..

12
12
12
12
13
13
13
14
16

Analisa Data……………………………………………………….

17

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………

18

Keadaan Umum……………………………………………………
Tingkat Palatabilitas……………………………………………….
Konsumsi Pakan…………………………………………………...
Konsumsi Bahan Pakan Segar….………………………….
Konsumsi Bahan Kering………………………………......
Konsumsi Nutrien dan Gross Energy…………………………......
Pendugaan Kebutuhan Nutrien…………………………………….
Koefisien Cerna Nutrien………...…………………………………
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestibility Energy (DE)…

18
19
22
23
25
28
30
31
33

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………

35

Kesimpulan………………………………………………………..
Saran……………………………………………………………….

35
35

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………

36

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...

37

LAMPIRAN……………………………………………………………......

40

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

SKRIPSI
SADA RASMADA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
SADA RASMADA. D24104085. 2008. Analisis Kebutuhan Nutrien dan
Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan
Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota 1
Pembimbing Anggota 2

: Ir. Didid Diapari, MS
: Dr. Wartika Rosa Farida
: Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu fauna khas Indonesia
dan saat ini populasinya sudah semakin berkurang. Hal ini membutuhkan perhatian
khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah satu wujud kepedulian
tersebut adalah berdirinya Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog. PPS Gadog
merupakan salah satu habitat ex situ bagi owa Jawa. Habitat ex situ perlu ditunjang
dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai. Salah satu manajemen pemeliharaan
tersebut adalah pemberian pakan berdasarkan kebutuhan nutrien owa Jawa.
Kebutuhan nutrien yang tercukupi membuat owa Jawa dapat mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menentukan kebutuhan zat nutrisi dan kecernaan owa Jawa berdasarkan
konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi, Bogor.
Pakan yang diberikan adalah ubi jalar, kangkung, pisang, markisa, semangka,
jambu biji dan apel. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
antara pukul 08.00-09.00 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.00-14.00 WIB.
Pakan diberikan secara restricted feeding dan air diberikan ad libitum. Peubah yang
diamati adalah konsumsi pakan, jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi setiap
hari, kecernaan semu nutrien, total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy
(DE).
Urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa jantan adalah ubi jalar, pisang,
semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa. Pada owa Jawa betina adalah
semangka, ubi jalar, pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Pada pagi dan
siang hari urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa adalah ubi jalar, semangka,
pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel.
Konsumsi pakan segar adalah 641,13 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering
sebesar 108,61 gram/ekor/hari. Rataan konsumsi zat-zat makanan pada owa Jawa
adalah abu = 4,11 gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 7,12 gram/ekor/hari, lemak
kasar (LK) = 1,39 gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 17,65 gram/ekor/hari, Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 77,77 gram/ekor/hari serta GE = 5187,97
kalori/ekor/hari. Dari hasil konsumsi dapat dihitung pendugaan kebutuhan nutrien
owa Jawa berdasarkan konsumsi bahan kering yaitu abu = 3,81%; PK = 6,52%; LK =
1,27%; SK = 16,25% dan BETN = 72,16%. Nilai koefisien cerna pada owa Jawa
relatif tinggi yaitu abu 96,38%; PK 89,78%; LK 90%; SK 96,7% dan BETN 99,38%.
Nilai TDN 95,81% dan nilai DE 98,16%.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah owa Jawa termasuk primata
frugivora dengan konsumsi paling tinggi adalah pakan buah-buahan. Bahan ekstrak
Tanpa Nitrogen (BETN) merupakan nutrien yang paling banyak dikonsumsi oleh

owa Jawa, sedangkan konsumsi serat kasar (SK) owa Jawa relatif tinggi. Koefisien
cerna dari masing-masing nutrient adalah tinggi dan menyebabkan owa Jawa
memiliki total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy (DE) yang tinggi.
Kata-kata Kunci: owa Jawa (Hylobates moloch), konsumsi pakan, koefisien cerna,
TDN, DE

ABSTRACT
Nutrient Requirement and Digestibility Analyzes for Java Gibbon (Hylobates
moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor
S. Rasmada, D.Diapari, W. R. Farida and A. S. Tjakradidjaja
This experiment is aimed at studying nutrient requirement and digestibility of
Java gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor.
This experiment used two Java gibbon, one female and one male to measure their
feed consumption and digestibility. Variables of this experiment are feed
consumption, total nutrient consumption, nutrient digestibility, TDN and DE.
Descriptive method was used in this experiment. During the experiment, Java gibbon
ate banana, watermelon, sweet potato, apple, creeping water-plant, passion fruit and
guava. The most palatable feed for male Java gibbon is sweet potato and the most
palatable feed for female Java gibbon is watermelon. Feed consumption with drymatter basis is 108.5 gram/head/day. The average for nutrient consumption are ash
4.11 gram/head/day, crude protein 7.12 gram/head/day, crude fiber 17.65
gram/head/day, ether extract 1.39 gram/head/day and N-free extractives 77.77
gram/head/day. Digestibility coefficients for Java gibbon are ash 96.38%, crude
protein 89.78%, ether extract 90 %, crude fiber 96.7% and N-free extractives
99.38%. The value of TDN and DE for Java gibbon is 95.81 % and 98.16 %.
Keywords : Hylobates moloch, feed consumption, digestibility coefficients, TDN, DE

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

SADA RASMADA
D24104085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN
PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT
PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI
BOGOR

Oleh
SADA RASMADA
D24104085

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Agustus 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Pembimbing Anggota

Ir.Didid Diapari,MS
NIP : 131 878 940

Dr.Wartika Rosa Farida
NIP : 320 004 822

Ir.Anita S.T, MRur,Sc.
NIP : 131 624 189

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr.
NIP : 131 955 531

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Jonnie R. Hutabarat, BA, MA
dan Ibu Shizue Rasmada.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1998 di SD Sekolah
Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia. Penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan
menengah pertama di SLTP Mardi Yuana Depok pada tahun 2001 dan pendidikan
lanjutan menengah atas pada tahun 2004 di SMAN 3 Depok.
Penulis diterima sebagai mahasiswi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Komisi Pelayanan Siswa Unit
Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor
sebagai tenaga pengajar agama Kristen Protestan di SMA Kornita. Penulis pernah
menjalani praktek lapang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada bulan Juli –
Agustus 2006.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus

karena berkat kasih dan

karuniaNya penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kebutuhan Nutrien dan
Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan
Satwa Gadog, Ciawi, Bogor dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dengan latar
belakang owa Jawa merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang semakin langka
sehingga salah satu cara untuk menyelamatkannya yaitu dengan memberikan pakan
pada owa Jawa berdasarkan kebutuhan nutrisinya agar kebutuhan hidupnya dapat
terpenuhi. Pada habitat alaminya owa Jawa mengkonsumsi pakan buah-buahan yang
lebih banyak sehingga pakan yang diberikan pada penelitian ini didominasi oleh
pakan buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan enam hari
masa preliminary dan 24 hari masa perlakuan. Pada masa perlakuan diambil data
yang berisi konsumsi pakan dan produksi feses selain itu, diamati juga aktivitas yang
dikerjakan oleh owa sepanjang hari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para
pengelola habitat konservasi secara ex-situ khususnya habitat konservasi owa Jawa.
Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam
mengatur pemberian pakan bagi owa Jawa yang berada di luar habitat alaminya.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini boleh menjadi lebih baik
lagi. Semoga hasil penelitian yang ada dalam skripsi ini boleh menyumbang ilmu
dalam mengembangkan usaha pelestarian owa Jawa agar di masa yang akan datang
populasi owa Jawa meningkat.

Bogor, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN……………………………………………………………...

ii

ABSTRACT…………………………………………………………….....

iv

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………......

vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………......

viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………

ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………

xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………

xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

xiii

PENDAHULUAN…………………………………………………………

1

Latar Belakang…………………………………………………......
Perumusan Masalah……………………………………………......
Tujuan……………………………………………………………...

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...

3

Owa Jawa (Hylobates moloch)…………………………………….
Morfologi……………………………………………….....
Sistem Pencernaan…………………………………………
Program Konservasi…………..……………………………
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog…………………………………
Bahan Pakan…………………………………………………….....
Apel Malang (Pyrus malus)……………..…………………
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)………...……………………..
Kangkung (Ipomoea aquatica)………………...……...…..
Jambu (Psidium guajava)………………...………………..
Pisang (Musa paradisiaca)………………………………..
Markisa (Passiflora quadrangularis)………...…..………..
Semangka (Citrullus vulgaris)……………………...……..
Konsumsi Pakan…………………………………………………...
Koefisien Cerna Pakan…...………………………………………..

3
3
4
5
6
7
7
7
7
8
8
8
8
9
10

METODE……………………………………………………………….....

12

Waktu dan Lokasi………………………………………………….
Materi………………………………………………………………
Owa Jawa (H. moloch)………………………………….....
Kandang……………………………………………………
Peralatan……………………………………………………
Jadwal Pemberian Pakan…………………………………..
Bahan Pakan…………………………………………….....
Prosedur……………………..………………………………….....
Peubah……………………………………………………………..

12
12
12
12
13
13
13
14
16

Analisa Data……………………………………………………….

17

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………

18

Keadaan Umum……………………………………………………
Tingkat Palatabilitas……………………………………………….
Konsumsi Pakan…………………………………………………...
Konsumsi Bahan Pakan Segar….………………………….
Konsumsi Bahan Kering………………………………......
Konsumsi Nutrien dan Gross Energy…………………………......
Pendugaan Kebutuhan Nutrien…………………………………….
Koefisien Cerna Nutrien………...…………………………………
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestibility Energy (DE)…

18
19
22
23
25
28
30
31
33

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………

35

Kesimpulan………………………………………………………..
Saran……………………………………………………………….

35
35

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………

36

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...

37

LAMPIRAN……………………………………………………………......

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Jenis Bahan Pakan Segar yang Diberikan pada Owa Jawa……

14

2.

Rataan Suhu dan Kelembaban (RH) selama Pengamatan……..

19

3.

Rataan Konsumsi Bahan Pakan Segar Owa Jawa……………..

24

4.

Kandungan Nutrien pada Bahan Pakan………………………..

25

5.

Rataan Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa…………………...

26

6.

Konsumsi Nutrien dan Energi Bruto pada Owa Jawa………...

29

7.

Pendugaan Kebutuhan Nutrien Owa Jawa…….………………

30

8.

Koefisien Cerna Nutrien Pakan………………………………..

31

9.

Konsumsi, Produksi Feses dan Koefisien Cerna
Bahan Kering pada Owa Jawa………………………………...

32

Gross Energy (GE), Total Digestible Nutrient (TDN) dan
Digestible Energy (DE)…………………………………..…...

33

10.

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Owa Jawa……………………………………………………...

4

2.

Saluran Pencernaan Kelompok Frugivora…………………….

6

3.

Owa Jawa Jantan………………………………………………

12

4.

Owa Jawa Betina………………………………………………

12

5.

Kandang Owa Jawa……………………………………………

13

6.

Pakan dalam Baki Plastik……………………………………...

15

7.

Dapur (a) dan Gudang Pakan (b)………………………………

18

8.

Tingkat Palatabilitas Owa Jawa Selama Pengamatan…………

20

9.

Tingkat Palatabilitas Owa Jawa Selama Pengamatan…………

21

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Konsumsi Segar Owa Jawa Jantan Selama Pengamatan…...

42

2.

Konsumsi Segar Owa Jawa Betina Selama Pengamatan…..

43

3.

Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa Jantan Selama
Pengamatan…………………………………………………

44

Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa Betina Selama
Pengamatan…………………………………………………

45

5.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan pada Owa Jawa Jantan…..

46

6.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan pada Owa Jawa Betina…..

46

7.

Kandungan Nutrien Feses Owa Jawa………………………

46

8.

Suhu dan Kelembaban Lingkungan selama Pengamatan…..

47

4.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna.
Salah satu keanekaragaman fauna di Indonesia adalah owa Jawa (Hylobates moloch)
yang memiliki habitat asli di pulau Jawa. Habitat asli owa Jawa semakin terancam
sehingga populasi owa Jawa semakin berkurang. Owa Jawa merupakan satwa yang
banyak diburu karena satwa ini banyak dipelihara pejabat untuk dijadikan tanda mata
yang akan diberikan kepada pejabat bersangkutan (Kompas, 2008).
Menurut Asquith et al. (1995), populasi owa Jawa yang pada awalnya
berjumlah 7.900 ekor semakin berkurang menjadi 2.700 ekor, sehingga
membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah
satu dari wujud kepedulian tersebut adalah berdirinya pusat penyelamatan satwa di
beberapa tempat dan salah satunya adalah Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi,
Bogor. Kelemahan dari pusat penyelamatan satwa ini adalah kurangnya informasi
mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan salah satunya adalah manajemen
pemberian pakan. Pakan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam
keberlangsungan hidup owa Jawa, sesuai dengan kebutuhannya. Owa Jawa
memperoleh energi untuk hidup dan produksinya dari asupan makanan. Pemberian
pakan yang sesuai dengan kebutuhan diperlukan untuk menunjang keberlangsungan
hidup satwa liar yang ada di Indonesia. Hal ini sangat dibutuhkan terutama dalam
pemeliharaan owa Jawa di penangkaran, karena adanya perbedaan dalam penyediaan
pakan yang ada di habitat alaminya.
Perumusan Masalah
Owa Jawa merupakan salah satu primata endemik Indonesia yang habitatnya
semakin berkurang. Keberlangsungan hidup owa Jawa harus dibantu oleh manusia
salah satunya di pusat konservasi dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai
dengan kebiasaan di habitat aslinya. Salah satu hal yang mendukung manajemen
pemeliharaan adalah informasi mengenai kebutuhan nutrien dan kecernaan owa Jawa
berdasarkan konsumsinya agar pakan yang diberikan di pusat konservasi sesuai
dengan kebutuhan hidup owa Jawa. Informasi yang sangat dibutuhkan ini belum
tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai konsumsi dan kecernaan
pakan owa Jawa yang ada di pusat konservasi. Hasil penelitian ini dapat digunakan

untuk menduga kebutuhan nutrien dari owa Jawa sehingga pakan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan nutriennya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kebutuhan nutrien
dan kecernaan owa Jawa berdasarkan konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa
Gadog, Ciawi, Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Owa Jawa (Hylobates moloch)
Morfologi
Keluarga Ungko (Owa) merupakan marga tunggal dari suku Hylobatidae
(Conservation International Indonesia, 2000). Genus ini terdiri dari enam spesies dan
terdapat di kawasan Asia Tenggara. Owa Jawa memiliki bantalan duduk (ischial
callosities) dan gigi taring yang panjang (Sajuthi, 1984). Primata ini sepenuhnya
hidup di pohon dan dikenal sebagai pemain akrobat yang ulung. Owa memiliki suara
yang nyaring dan saling bersahut-sahutan (Conservation International Indonesia,
2000). Klasifikasi H. moloch menurut Napier dan Napier (1967) adalah sebagai
berikut :
Bangsa

: Primata

Induk Suku

: Hominoidea

Suku

: Hylobatidae

Marga

: Hylobates

Spesies

: Hylobates moloch (Audebert, 1798)

Tubuh owa Jawa ditutupi bulu yang berwarna kecoklatan sampai keperakan
atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam. Muka seluruhnya juga berwarna
hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh.
Dagu pada beberapa individu berwarna gelap. Panjang tubuh jantan dan betina
dewasa sekitar 750-800 mm. Berat tubuh jantan berkisar antara 4-8 kg, sedangkan
betina antara 4-7 kg. Hylobates moloch dibedakan menjadi dua anak jenis, yaitu H.
m. moloch yang berwarna lebih gelap dan H. m. pangoalsoni yang warna bulunya
lebih terang (Conservation International Indonesia, 2000). Gambar 1 menunjukkan
owa Jawa yang terdapat di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Ciawi, Bogor.
Menurut Napier dan Napier (1967), owa Jawa mempunyai susunan gigi 2 1 2
3 / 2 1 2 3 = 32. Owa Jawa memiliki gigi seri kecil dan sedikit ke depan, sehingga
memudahkan untuk menggigit dan memotong makanan. Gigi taring panjang dan
berbentuk seperti pedang yang berfungsi untuk menggigit dan mengupas makanan.
Gigi geraham atas dan bawah digunakan untuk mengunyah makanan (Napier dan
Napier, 1967).

Foto : Rasmada (2007)

Gambar 1. Owa Jawa
Owa Jawa merupakan primata endemik yang hanya ditemukan di pulau Jawa.
Sebaran H. m. moloch terbatas pada hutan-hutan di Jawa Barat, terutama pada
daerah-daerah yang dilindungi seperti Taman Nasional Ujung Kulon, gunung
Halimun, gunung Gede-Pangrango dan cagar alam gunung Simpang dan Leuweung
Sancang. Sebaran H. m. pangoalsoni hanya ditemukan disekitar gunung Slamet
sampai ke sekitar pegunungan Dieng di Jawa Tengah (Supriatna dan Wahyono,
2000). Menurut hasil penelitian Rinaldi (1998), H. moloch ditemukan di Curug
Cikacang dan Sungai Cicanolong dan sekitarnya. Owa Jawa hidup di hutan tropik,
mulai dari dataran rendah, pesisir hingga pegunungan pada ketinggian 1400-1600
meter diatas permukaan laut (Conservation International Indonesia, 2000).
Hasil dari beberapa penelitian diketahui bahwa owa Jawa mengkonsumsi
lebih kurang 125 jenis tumbuhan yang berbeda (Conservation International
Indonesia, 2000). Bagian tumbuhan yang sering dimakan adalah buah, biji, bunga
dan daun muda. Selain itu, owa Jawa juga diketahui memakan ulat pohon, rayap,
madu dan beberapa jenis serangga lainnya. Owa Jawa mengkonsumsi lebih kurang
61% buah, 38% daun dan sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai
jenis serangga. Farida dan Harun (2000) melaporkan ada 54 jenis tumbuhan hutan
yang dikonsumsi owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun dan bagian
tumbuhan yang terbanyak dikonsumsi dalam bentuk buah.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan
yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan,
penerimaan dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya melalui tubuh

(saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Disamping itu sistem
pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan
makanan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali (Parakkasi, 1983).
Bagian organ pencernaan yang pertama pada sistem ini adalah faring yang
merupakan saluran kecil yang bergabung dengan sistem respirasi, lalu dari organ ini
berlanjut ke esofagus yang merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan.
Primata memiliki sekum dan kolon yang relatif tidak besar. Sistem pencernaan ini
beradaptasi sejajar dengan pemilihan pakan dan keduanya berkorelasi dengan ukuran
tubuh. Banyak primata yang telah beradaptasi sistem pencernaannya sehingga sistem
ini terdiri dari lambung, sekum dan/atau kolon (Tunquist dan Hong, 1995). Owa
Jawa termasuk ke dalam kelompok apes yang masuk ke dalam klasifikasi yang sama
dengan manusia yaitu ke dalam Hominoidea (Dolhinow dan Fuentes, 1999). Oleh
sebab itu owa Jawa memiliki umbai cacing sama seperti manusia dan organ asesoris
pada saluran pencernaan terdiri dari hati dan pankreas (Tunquist dan Hong, 1995).
Owa Jawa merupakan satwa frugivorous (Kuester, 2000 dan Maheshwari,
2007). Kelompok primata frugivora memiliki lambung yang relatif sederhana dan
dinding yang licin, diikuti oleh saluran usus kecil yang pendek, memiliki sekum yang
menyokong mikrobakteri memecahkan bahan makanan dari tanaman, contohnya
adalah pada Macaca sp. dan Papio sp. yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Pembesaran kolon atau sekum pada gibon (Hylobates sp.) konsisten dengan bakteri
untuk memfermentasi bahan pakan yang berasal dari tanaman (NRC, 2003).
Program Konservasi
Berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar nomor 134
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, owa Jawa telah ditetapkan
sebagai salah satu satwa yang dilindungi sejak tahun 1931 (Dit. PPA, 1978 dalam
Maheshwari et al., 2006). Juga dalam Peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1999
disebutkan bahwa semua jenis primata yang termasuk dalam famili Hylobatidae
merupakan satwa yang dilindungi..
Secara ekonomis, owa Jawa sebenarnya tidak mempunyai arti penting, karena
tidak seperti jenis-jenis primata lainnya, jenis primata ini tidak diperlukan untuk
kegiatan penelitian dibidang biomedis. Kelestarian satwa ini menjadi terganggu
karena adanya perburuan untuk dijadikan sumber makanan atau penembakan induk

betina dengan tujuan mengambil anaknya untuk diperdagangkan, namun harga jual
anakan owa Jawa di pasar gelap tergolong murah, yakni hanya Rp 200.000 per ekor
(Kompas, 2008). Selain itu ancaman terbesar bagi punahnya owa Jawa ini adalah
karena deforestasi dari hutan hujan tropis yang menjadi habitat alamnya (Asquith et
al., 1995). Maheshwari et al. (2006) menyatakan bahwa beberapa upaya telah
dilakukan dengan tujuan akhir adalah penangkaran, baik secara in-situ maupun exsitu, namun banyak kendala yang harus dihadapi dan menyebabkan usaha
penangkaran di tempat-tempat penangkaran maupun di tempat-tempat rehabilitasi
tidak menunjukkan hasil yang optimum.

(a) Macaca sp.

(b) Papio sp.

Gambar 2. Saluran Pencernaan Kelompok Frugivora
Sumber : NRC (2003)

Pusat Penyelamatan Satwa Gadog
Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog terletak kurang lebih 10 km dari
arah kota Bogor pada ketinggian 650 meter diatas permukaan laut dengan rataan
temperatur dan kelembaban udara masing-masing adalah 22,89 0C dan 59,7%. Pusat
Penyelamatan Satwa Gadog beralamat di Jalan Raya Gadog RT 01/ RW 01, Desa
Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Ciawi, Bogor. Secara administratif, PPS
Gadog berada di perbatasan antara dua desa yaitu desa Sukakarya dan desa
Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Ciawi, Bogor.
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog berdiri sejak tanggal 25 September 2003
sebagai organisasi non-pemerintah dan bersifat nirlaba. Pusat Penyelamatan Satwa

Gadog bergerak dalam bidang pelestarian satwa liar di Indonesia dengan tujuan
membantu pemerintah dalam penanganan masalah satwa liar dan habitatnya. Pusat
Penyelamatan Satwa Gadog dijadikan sebagai tempat transit satwa sebelum
dilepaskan ke habitat aslinya atau ditranslokasikan ke pusat rehabilitasi maupun
tempat konservasi. Kegiatan di PPS Gadog meliputi penyediaan fasilitas (sarana dan
prasarana) tempat transit, pengelolaan dan penanganan satwa liar serta sosialisasi
program.
Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh
hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan adalah bahan yang dapat
dimakan (edible). Bahan pakan mengandung zat makanan yaitu komponen yang ada
dalam bahan pakan tersebut dan dapat digunakan oleh hewan (Tillman et al., 1991).
Apel Malang (Pyrus malus)
Apel memiliki tekstur yang mengeripik (crispy) dengan rasa yang agak asam.
Buah apel mengandung senyawa pektin (IPTEK, 2005). Setiap 100 g bagian buah
apel yang dapat dimakan mengandung kira-kira: 85 g air; 10-13,5 g karbohidrat
(fruktosa); 10 mg kalsium; 10 mg fosfor; 0,2 mg besi; 150 mg kalium; 10 mg vitamin
C; sedikit vitamin A dan sedikit vitamin B1, B2 dan B6. Kandungan protein dan
lemak rendah, nilai energi 165-235 KJ/100 g atau 39,29-55,95 kkal/100 g (Verheij
dan Coronel, 1997).
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang penting (Sastrapradja et al.,
1977). Ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat tinggi yaitu 123 kal/100 g atau 0,12
kkal/100 g, kandungan vitamin A cukup besar terutama ubi jalar merah yaitu 7700
SI, mengandung vitamin C, mineral-mineral utama seperti kalsium (kapur) dan besi
(ferum). Jenis ubi jalar putih memiliki kandungan air yang lebih sedikit daripada ubi
jalar merah (Lingga et al., 1989).
Kangkung (Ipomoea aquatica)
Kangkung memiliki dua tipe yaitu 1). Forma daun sempit dan batang hijau
yang merupakan kangkung darat, dan 2). Forma daun lebar dan batang putih yang
merupakan kangkung air (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Menurut Made dan

Kasih (2008), kangkung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu protein 3
g; lemak 0,3 g; Ca 73 mg; fosfor 50 mg; vitamin A 6300 mg; vitamin C 32 mg;
karbohidrat 5,4 g dan air 89,7 g. Nilai energi kangkung adalah 29 kkal.
Jambu Biji (Psidium guajava)
Buah jambu biji biasanya dimakan dalam keadaan segar, baik sewaktu masih
hijau maupun setelah matang. Pada kultivar yang baik hampir seluruh bagian
buahnya dapat dimakan. Tiap 100 g bagian buah jambu yang dapat dimakan
mengandung: 83,3 g air; 1 g protein; 0,4 g lemak; 6,8 g karbohidrat; 3,8 g serat; 0,7 g
abu dan 337 mg vitamin C. Nilai energinya per 100 g adalah 150-210 KJ atau 35,7150 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).
Pisang (Musa paradisiaca)
Berbagai kultivar pisang, berbeda dalam komposisi kandungan haranya.
Dalam buah pisang yang matang, untuk 100 g bagian yang dapat dimakan kira-kira
terkandung: 70 g air; 1,2 g protein; 0,3 g lemak; 27 g karbohidrat dan 0,5 g serat.
Buah pisang kaya akan kalium (400 mg/100 g) dan menduduki tempat khusus dalam
diet yang rendah lemak, kolesterol dan garam. Pisang juga merupakan sumber yang
baik untuk vitamin C dan B6, dengan sedikit sekali vitamin A, tiamin, riboflavin dan
niasin. Nilai energi pisang matang berkisar antara 275 - 465 KJ/100 g atau 65,48110,71 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).
Markisa (Passiflora quadrangularis)
Daging buahnya dapat dimakan dan memiliki rasa yang khas (lembut).
Menurut Murray et al. (1972) dalam Syamsu dan Syahriani (1997), data penelitian
menunjukkan bahwa buah markisa terdiri atas kulit 51% dan isi 49% yang terdiri atas
biji 20,2% dan sari buah 28,8%. Daging buah kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi:
88 g air; 0,9 g protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 22
mg fosfor; 0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C. Nilai
energi mencapai 170 KJ/100 g atau 40,48 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).
Semangka (Citrullus vulgaris)
Setiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan, semangka memiliki kadar
air 92,1%; energi 28 kal atau 0,028 kkal; protein 0,5 g; lemak 0,2 g; vitamin A 590
SI, vitamin C 6 mg; kalsium (Ca) 7 mg dan fosfor 12 mg (Kalie, 1998). Semangka

memiliki kulit dan daging buah yang rasanya manis dan sifatnya dingin. Semangka
berkhasiat sebagai penyejuk tubuh pada saat cuaca panas, peluruh kencing (diuretic),
anti radang, pelumas usus, dan menghilangkan haus (Safuan, 2007).
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake / VFI) adalah jumlah makanan
yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum
(Parakkasi, 1999). Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal, faktor eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak
itu sendiri. Faktor eksternal berasal dari pakan, sedangkan faktor lingkungan
berhubungan dengan lingkungan sekitar dimana ternak tersebut hidup. Konsumsi
pakan dipengaruhi oleh palatabilitas, sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada
bau, rasa, tekstur dan temperatur pakan yang diberikan (Church dan Pond, 1988).
Penelitian Wardani (2005) menyatakan bahwa tarsius mengkonsumsi
serangga yang merupakan sumber protein, namun serangga yang dikonsumsi
(jangkrik) memiliki kandungan protein yang lebih rendah dibandingkan dengan
belalang. Hal ini disebabkan protein kasar dari belalang mengandung nitrogen dalam
bentuk senyawa khitin. Tarsius mengkonsumsi jangkrik karena menyukainya
walaupun kandungan proteinnya lebih rendah daripada belalang. Pada penelitian
Puspitasari (2003) diketahui bahwa kukang menyukai pakan yang berasal dari bahan
yang lunak, rasanya manis dan mengandung karbohidrat yang tinggi misalnya roti
tawar dan jagung manis. Dari kedua penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas hewan terhadap pakan
tersebut.
Parakkasi (1985) menyatakan bahwa faktor pakan yang meliputi sifat dan
komposisi kimia akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika dalam pakan
mengandung zat yang membentuk senyawa yang tidak dapat dicerna oleh hewan
maka pakan tersebut memiliki tingkat konsumsi yang rendah (Wardani, 2005). Pakan
yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan dengan pakan
yang berkualitas rendah. Semakin tinggi kandungan energi dalam pakan maka
semakin rendah tingkat konsumsinya (Wahju, 1985). Menurut McDonald et al.
(1981), tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas atau

komposisi kimia makanan, pergerakan makanan dalam saluran pencernaan dan status
fisiologi hewan.
Koefisien Cerna Pakan
Koefisien cerna adalah suatu peubah yang menunjukkan seberapa banyak dari
pakan yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh, karena dalam suatu proses
pencernaan selalu ada bagian pakan yang tidak dapat dicerna dan dikeluarkan
bersama

feses

(Sulistyowati,

2002).

Nilai

koefisien

cerna

pakan

dapat

menggambarkan kemampuan hewan dalam mencerna suatu pakan, selain itu nilai
kecernaan dapat menentukan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh hewan
(Anggorodi, 1979). Kecernaan adalah bagian yang tidak diekskresikan dalam feses,
bagian tersebut diasumsikan diserap oleh tubuh hewan. Koefisien cerna biasanya
dinyatakan dalam persen dari bahan kering (Cullison et al., 2003).
Tillman et al. (1991) menyatakan ada dua metode untuk menentukan
koefisien cerna yaitu metode koleksi total dan metode indikator, sedangkan
pengukurannya dapat dilakukan secara in vitro, in vivo dan perhitungan berdasarkan
analisa. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien cerna zat-zat makanan adalah
suhu, laju perjalanan bahan pakan di dalam seluruh saluran pencernaan, bentuk fisik
pakan, komposisi ransum dan pengaruh zat makanan satu terhadap zat makanan yang
lain (Anggorodi, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien cerna pakan
menurut Tillman et al. (1991) adalah bentuk fisik pakan dan kandungan nutrien pada
bahan pakan.
Pada penelitian Puspitasari (2003) disimpulkan bahwa kemampuan kukang
mencerna zat-zat makanan sangat tinggi yaitu lebih dari 90 % dan ini disebabkan gigi
kukang yang berfungsi untuk mengoyak dan memotong makanan masih utuh,
sehingga dapat mengunyah dengan baik, sedangkan pada penelitian Wardani (2005)
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsumsi pakan maka nilai koefisien cernanya
menjadi semakin rendah.
Parakkasi (1983) menyatakan bahwa secara umum nilai Total Digestible
Nutrient (TDN) suatu bahan makanan sebanding dengan energi dapat dicerna,
bervariasi sesuai dengan jenis bahan makanan atau ransum. Kadar TDN dari
makanan dapat dinyatakan sebagai suatu persentase dan dapat dideterminasi hanya

pada percobaan digesti. Kadar TDN bahan makanan umumnya berhubungan terbalik
terhadap kadar serat kasarnya (Anggorodi, 1979).

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan
September 2007 bertempat di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog-Ciawi, Bogor.
Analisa bahan pakan dan nutrisi feses dilakukan dari bulan Februari sampai dengan
bulan Mei 2008 di Laboratorium Pengujian Nutrisi Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
Cibinong.
Materi
Owa Jawa (H. moloch)
Penelitian ini menggunakan dua ekor owa Jawa yang terdiri dari satu ekor
jantan dan satu ekor betina. Owa Jawa jantan dapat dilihat pada Gambar 3 sedangkan
owa Jawa betina dapat dilihat pada Gambar 4.

Foto : Rasmada (2007)

Foto : Mahardika (2007)

Gambar 3. Owa Jawa Jantan

Gambar 4. Owa Jawa Betina

Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kandang individu
berukuran masing-masing 1,20 m x 4,60 m x 3 m. Kandang terbuat dari besi galvanis
dengan diameter 10 mm dan berbentuk rumah panggung sehingga feses dapat
langsung jatuh ke bawah yang memudahkan untuk dibersihkan (Gambar 5). Di
dalam masing-masing kandang disediakan mangkuk aluminium yang berdiameter 15
cm untuk tempat air minum dan terdapat tempat pakan permanen yang berbentuk
seperti laci yang bervolume 30 cm3.

Foto : Mahardika (2007)

Gambar 5. Kandang Owa Jawa
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, baki plastik atau keranjang,
peralatan kebersihan, pisau, termohygrometer, kantung plastik, freezer, oven,
aluminium foil, blender, sarung tangan, masker, alat tulis, label, desikator, tanur
listrik, soxtec system dan kjeltec auto sampler.
Jadwal Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan secara restricted feeding dan diberikan pada pagi
(08.00-09.00 WIB) dan siang hari (13.00-14.00 WIB), dan air minum diberikan ad
libitum sehingga air selalu tersedia. Semua bahan pakan diberikan secara bersamaan.
Perlakuan preliminary dilakukan selama enam hari untuk tujuan agar owa Jawa dapat
beradaptasi terhadap pakan yang diberikan.
Bahan Pakan
Bahan pakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah buah-buahan dan
pakan tambahan sesuai dengan ketersediaan pakan yang ada di Pusat Penyelamatan
Satwa di Gadog. Jenis pakan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Bahan Pakan Segar yang Diberikan pada Owa Jawa
Jumlah Pemberian
Bahan Pakan

gram/ekor/hari

persentase

Pisang Ambon Lumut (Musa paradisiaca)

160

15,10

Semangka (Citrullus vulgaris)

200

18,87

Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

200

18,87

Apel Malang (Pyrus malus)

100

9,43

Kangkung (Ipomoea aquatica)

100

9,43

Markisa (Passiflora quadrangularis)

200

18,87

Jambu Biji (Psidium guajava)

100

9,43

Jumlah

1060

100,00

Semua jenis pakan diletakkan dalam baki plastik kemudian dimasukkan ke
dalam tempat pakan permanen yang terdapat di masing-masing kandang. Prinsip
pemberian ini adalah restricted feeding (Pratas, 2006) yang berarti pemberian pakan
dibatasi, namun hewan dapat bebas memilih pakan yang diberikan.
Prosedur
Prosedur yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Kandang
Persiapan yang dilakukan adalah pembersihan kandang dengan cara
disemprot air dan dilakukan dua kali yaitu pagi dan siang hari sebelum pemberian
pakan, sedangkan pembersihan kandang dengan menggunakan desinfektan
dilakukan seminggu sekali.
2. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Lingkungan
Pengukuran

suhu

dan

kelembaban

lingkungan

dilakukan

dengan

menggunakan termohy