Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC)

STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798)
DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI
SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC)

YOHANNA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pakan Owa Jawa
(Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa
Javan Gibbon Center (JGC) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Yohanna
NIM E34090028

ABSTRAK
YOHANNA. Studi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat
Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC). Dibimbing
oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan ANI MARDIASTUTI.
Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) merupakan satwa dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999. Salah satu ancaman owa
jawa di habitat alami yaitu fragmentasi, perambahan, perburuan dan perdagangan.
Salah satu upaya konservasi eks-situ adalah pendirian Pusat Penyelamatan dan
rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC). Pengelolaan pakan di lembaga
konservasi harus diperhatikan untuk menentukan prioritas pakan dengan melihat
palatabilitas pakan dan asupan nutrisi. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi palatabilitas pakan dan asupan nutrisi owa jawa di Javan Gibbon
Center (JGC) dan hubungan antara menu pakan dengan jumlah pemilihan pakan,
konsumsi pakan dan asupan energi. Metode yang digunakan adalah focal animal

sampling dan restricted feeding dengan memberikan 2 menu pakan. Tingkat
palatabilitas tertinggi adalah pisang pada menu pakan 1 dan menu pakan 2.
Asupan nutrisi berupa energi dan protein yang dikonsumsi owa jawa di kandang
introduksi JGC adalah sebesar 327.47 kkal untuk menu pakan 1 dan 351.27 kkal
untuk menu pakan 2. Tidak ada pengaruh nyata antara menu pakan 1 dan menu
pakan 2 pada pemilihan jenis pakan oleh owa jawa.
Kata kunci: asupan energi, konsumsi pakan, menu pakan, owa jawa, palatabilitas.

ABSTRACT
YOHANNA. Feeding study of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert 1798)
in Animal Rescue and Rehabilitation Center Javan Gibbon Center (JGC).
Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and ANI MARDIASTUTI.
Javan Gibbon is a protected animal based on PP RI no. 7 1999. The
problems in nature habitat are fragmentation, illegal logging, illegal hunting and
illegal trade. One of the ex-situ conservation effort is by building Javan Gibbon
Rescue and Rehabilitation Center. Feed management in conservation institution is
needed in order to choose feed priority by seeing the palatability and nutrition
intake. The purpose of this research are to identify the palatability, nutrient intake
and the relation beetween diet menu with the amount of feed election, feed
consumption, and energy intake. Focal animal sampling and restricted feeding are

used by giving two different diet menu. The first rank of palatability is banana for
the first menu and the second menu. The amount of the energy intake from the
first menu is 327.47 kcal and from the second menu is 351.27 kcal. There is no
significant deferences between diet menu with the mount of feed selection, feed
consumption and energy intake.
Keyword : Diet menu, feed consumption, javan gibbon, nutrient intake,
palatability.

STUDI PAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1798)
DI PUSAT PENYELAMATAN DAN REHABILITASI
SATWA JAVAN GIBBON CENTER (JGC)

YOHANNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat
Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC)
Nama
: Yohcinna
: E34090028
NIM

Disetujui oleh'"

Dr Ir Burhanuddin Masy'ud, YIS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:


-0 5 SEP 2013

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc
Pembimbing n

Judul Skripsi : Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat
Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC)
Nama
: Yohanna
NIM
: E34090028

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah pakan
owa jawa, dengan judul Studi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert
2798) di Pusat penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Burhanuddin Masy’ud MS dan
Prof Dr Ir Ani Mardiastuti MSc selaku pembimbing. Penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Bapak Anton Ario, Kang Ayung, Kang Radi, Mang Icas dan
Muhammad Sukandar yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman anggrek hitam (KSHE
46) dan Fast Track angkatan pertama atas dukungannya. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan

kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Yohanna

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat


2

Objek

2

Bahan

2

Jenis Data

2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4

Pengelolaan Pakan

4

Konsumsi Pakan

6

Palatabilitas Pakan


8

Asupan Nutrisi Owa Jawa

12

Pengaruh Pemberian Perbedaan Menu Pakan

12

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Owa jawa yang menjadi objek penelitian
Konsumsi pakan owa jawa di kandang introduksi JGC
Tingkat palatabilitas pada kedua menu pakan
Kandungan zat gizi pakan owa jawa per 100 gr
Asupan energi owa jawa per hari

2
6
9
11
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Peta lokasi penelitian di Javan Gibbon Center
Menu pakan yang diberikan pada owa jawa
Metode pengambilan data
Hasil pengujian statistik dengan software SPSS

17
18
19
19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) merupakan satwa
dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 (Pusat Studi
Satwa Primata 2000). Salah satu ancaman owa jawa di habitat alami yaitu
fragmentasi, perambahan, perburuan dan perdagangan (Campbell et al. 2008).
Owa jawa merupakan satwa arboreal sehingga keberadaan pohon sangat penting
untuk berpindah dan sebagai bahan pakan. Upaya konservasi perlu dilakukan agar
dapat mempertahankan satwa ini dari kepunahan. Upaya konservasi dapat
dilakukan secara in-situ dan eks-situ. Pendirian lembaga konservasi adalah salah
satu konservasi eks-situ yang dapat mengembalikan populasinya di alam melalui
program rehabilitasi.
Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa Javan Gibbon Center
(JGC) merupakan salah satu lembaga konservasi yang didirikan untuk
menyelamatkan owa jawa dari kepunahan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan RI bekerjasama dengan Yayasan
Owa Jawa, Universitas Indonesia, Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dan Conservation International Indonesia pada tahun 2002 (CII 2011).
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang
Lembaga Konservasi, Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) adalah tempat untuk
melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepasliaran ke habitat
alaminya, sedangkan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) adalah tempat untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan satwa hasil sitaan, temuan atau penyerahan dari
masyarakat yang pengelolaannya bersifat sementara sebelum adanya penetapan
penyaluran satwa (animal disposal) lebih lanjut oleh Pemerintah. Untuk itu,
aktivitas program yang dilakukan di Javan Gibbon Center antara lain:
penyelamatan, rehabilitasi, informasi konservasi, pendidikan dan penyadaran,
penelitian, pelepasliaran dan pemantauan (monitoring).
Semua organisme termasuk owa jawa untuk dapat bertahan hidup dan
berkembangbiak memerlukan pakan sebagai sumber energi, sehingga pakan
merupakan salah satu komponen penting habitat, bahkan dikategorikan sebagai
faktor pembatas (limiting factor). Salah satu indikator kunci sebagai dasar
pelepasliaran owa jawa ke alam adalah kemampuan owa jawa dalam beradaptasi
dengan pakan alami. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), di habitat alaminya
owa jawa mengkonsumsi 125 jenis tumbuhan yang berbeda. Untuk itu diperlukan
penunjukkan pakan prioritas yakni dengan melihat palatabilitas pakan dan asupan
nutrisinya.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi palatabilitas pakan owa
jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Javan Gibbon Center (JGC), (2)
menganalisa asupan nutrisi owa jawa, (3) mengidentifikasi pengaruh menu pakan
dengan jumlah pemilihan jenis, konsumsi pakan dan asupan energi.

2

Manfaat
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai palatabilitas
dan asupan nutrisi owa jawa yang berada di dalam kandang khususnya di Javan
Gibbon Center (JGC). Data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola
sebagai masukan
untuk pengelolaan pakan di Pusat Penyelamatan dan
Rehabilitasi Satwa JGC dalam melakukan proses rehabilitasi owa jawa.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa,
Javan Gibbon Center (JGC), yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yaitu di Resort Bodogol (06o46’28.8” LS
106o50’24.0” BT) (Lampiran 1). Penelitian berlangsung selama 2 bulan, yaitu
bulan Juni hingga Juli 2013.
Alat
Alat yang digunakan antara lain kamera digital, jam tangan, kalkulator,
komputer, timbangan, tempat makan satwa, alat tulis menulis dan kandang
introduksi.
Objek
Objek penelitian yakni 4 individu owa jawa yang berada di kandang introduksi
(Tabel 1).

No.

Nama

1
2
3
4

Jolly
Chika
Cuplis
Lucas

Tabel 1 Owa jawa yang menjadi objek penelitian
Berat
Umur
Tahun
Jenis
(kg)
(tahun)
Masuk
Kelamin
7
2010
Betina
4.2
9
2010
Betina
6.2
12
2008
Betina
6.0
13
2007
Betina
6.0
Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan owa jawa berupa
pakan alami, non alami dan tambahan. Setiap pakan yang diberikan berjumlah 50
gr (Lampiran 2).
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari palatabilitas pakan dan asupan
nutrisi owa jawa di kandang yang merupakan parameter dalam penelitian ini.
Variabel yang diamati berupa jenis-jenis pakan, jumlah konsumsi dan kandungan
nutrisi pakan.

3

Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode focal animal
sampling (Altman 1974). Pengamatan ini terfokus pada individu target tanpa
menghiraukan individu lain yang berada di sekitar target.
Pemberian pakan dilakukan dengan cara restricted feeding (Pratas 2006)
yaitu, pemberian pakan dibatasi namun satwa bebas memilih pakan, jadi peluang
setiap jenis pakan adalah sama. Air minum diberikan secara ad libitum, yakni
pemberian minum tidak dibatasi (Ridwan et al. 2001). Pemberian pakan dilakukan
pada pukul 07.00 WIB, 10.00 WIB, 12.00 WIB dan 14.00 WIB. Pengambilan dan
pengukuran pakan sisa dilakukan setiap pemberian pakan berikutnya. Untuk
pengambilan pakan pukul 14.00, pengambilan pakan disertai pembersihan
kandang. Pengulangan dilakukan 3 kali untuk setiap menu pakan (Lampiran 3).
Wawancara dilakukan dengan animal keeper untuk memperoleh data mengenai
pengelolaan pakan di JGC.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah :
1. Tingkat palatabilitas
Palatabilitas disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik untuk mengetahui
urutan pakan yang lebih dahulu dimakan oleh owa jawa. Palatabilitas pakan dapat
diketahui melalui konsumsi pakan dengan mencari presentasi pakan yang
dimakan menggunakan rumus (Susanto 1977) sebagai berikut.
% |g| = (g 0 -g 1 )/g 0 x 100
Keterangan :
% |g| = tingkat palatabilitas
g0
= berat pakan semula
g1
= sisa pakan yang disajikan
2. Uji statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel bebas
yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Pengujian dilakukan dengan
bantuan software SPSS 20 dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : menu pakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pemilihan jenis,
konsumsi pakan, dan asupan energi.
H1 : menu pakan berpengaruh nyata terhadap jumlah pemilihan jenis, konsumsi
pakan, dan asupan energi.
Pengambilan keputusan menurut Walpole (1995) dilakukan berdasarkan nilai
probabilitas (sig) sebagai berikut (selang kepercayaan 95%):
Jika probabilitas (sig) > α atau t hitung < t tabel , maka H 0 diterima artinya variabel
bebas (Xi ) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y).
Jika probabilitas (sig) ≤ α atau t hitung > t tabel , maka H 0 ditolak atau H 1 diterima,
maka terima H1 , artinya variabel bebas (Xi ) berpengaruh nyata terhadap (Y).
3. Analisis proksimat
Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi (Widodo
2006). Analisis proksimat dilakukan pada buah afrika dan hampelas di
laboratorium pengujian nutrisi LIPI.

4

4. Asupan nutrisi
Perhitungan jumlah asupan nutrisi atau zat makanan yang dikonsumsi adalah
dengan mengalikan jumlah bahan pakan yang dikonsumsi dengan jumlah
kandungan zat makanan yang terkandung di dalamnya (Widodo 2006). Asupan
nutrisi dapat ditentukan dengan menghitung konsumsi zat-zat makanan setiap hari
per individu, kemudian dirata-ratakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Javan Gibbon Center (JGC) berlokasi di areal perluasan TNGGP, Resort
Bodogol Seksi Konservasi Wilayah II Bogor dengan ketinggian 650 mdpl. JGC
didirikan pada pertengahan tahun 2002, dengan dimulainya pembangunan
berbagai fasilitas pendukung, seperti fasilitas kandang, klinik, rumah jaga, pos
jaga, fasilitas air dan listrik di atas lahan PT. Pengembangan Agrowisata Prima, di
desa Nangerang, Sukabumi Jawa Barat. Namun kini seiring pengembangan
program dan proses rehabilitasi owa jawa yang memerlukan kondisi lokasi yang
lebih dekat dengan suasana hutan, maka pada awal Desember 2006, JGC
berpindah lokasi di areal perluasan TNGGP, tepatnya dalam wilayah Resort
Bodogol, Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, TNGGP. Pepohonan yang
mendominasi kawasan ini adalah agatis (Agathis dammara) (CII 2011). Javan
Gibbon Center (JGC) memiliki beberapa fasilitas kandang diantaranya kandang
karantina, kandang individu, kandang introduksi atau kandang pasangan, dan
kandang perjodohan. Kandang introduksi memiliki beberapa fasilitas seperti
ayunan,tempat makan satwa, dan papan yang difungsikan sebagai tempat untuk
makan, duduk dan tidur.
Pengelolaan Pakan
Javan Gibbon Center (JGC) memiliki beberapa tahapan kandang yakni
pada tahap pertama owa jawa yang baru datang akan dimasukkan ke dalam ruang
karantina selama sekitar 3 minggu. Di dalam ruangan karantina tersebut terdapat
kandang karantina serta perlengkapan medis seperti obat-obatan dan alat infus.
Pakan yang diberikan di kandang karantina berupa buah-buahan dan sayuran yang
seluruhnya merupakan pakan non alami owa jawa. Hal ini dilakukan agar owa
jawa yang dulunya merupakan satwa peliharaan masih terbiasa dengan pakannya
ketika masih dipelihara. Tujuan karantina adalah untuk mencegah tersebarnya
penyakit yang berasal dari satwaliar (Akbar 2011).
Owa jawa yang telah diindikasikan sehat akan dipindahkan ke kandang
individu selama sekitar 1 minggu. Terdapat 3 buah kandang individu di JGC
namun sekarang ketiganya tidak dihuni oleh satu pun owa jawa karena seluruh
owa jawa telah dipindahkan di kandang introduksi dan kandang perjodohan.
Penerimaan satwa terakhir di JGC terjadi tahun 2010. Kandang individu berfungsi
untuk menyesuaikan satwa dengan suhu dan lingkungan di JGC. Pakan yang
diberikan di kandang individu, masih sama dengan pakan yang diberikan pada
kandang karantina yakni berupa buah-buahan dan sayuran yang merupakan pakan
non alaminya.

5

Owa jawa tersebut akan dipindahkan ke kandang pasangan atau disebut juga
kandang introduksi setelah melakukan penyesuaian di kandang individu dan tidak
terindikasi penyakit yang dapat menular. Kandang introduksi berfungsi sebagai
kandang perkenalan terhadap buah hutan atau pakan alami owa jawa. Selain itu
kandang tersebut juga berfungsi untuk memperkenalkan individu owa jawa
kepada lawan jenisnya sehingga JGC juga menyebut kandang tersebut sebagai
kandang pasangan. Tidak ada waktu yang pasti untuk menentukan lamanya owa
jawa berada di kandang introduksi. Indikator utama owa jawa dipindahkan dari
kandang introduksi adalah apabila owa jawa telah merasa cocok dengan individu
yang dijodohkan.
Pakan yang diberikan di kandang introduksi sudah mulai beragam, yakni
buah-buahan dan sayuran berupa pakan non alami, buah-buahan yang merupakan
pakan alami namun presentasinya kurang dari 50% dari pakan alami serta pakan
tambahan lain berupa ubi jalar rebus, tahu atau tempe, dan bubur yang diberi
campuran vitamin sesuai kebutuhan individu owa jawa. Sejak dilepasliarkan, owa
jawa rehabilitan tersebut tidak lagi mendapatkan pakan non alami, namun
langsung dapat melakukan proses pencarian dan pemilihan jenis pakan yang ada
di hutan Patiwel, Bodogol, TNGGP. Buah afrika (Maeopsis eminii), walen (Ficus
ribes), beunying (Ficus pistulosa) dan hampelas (Ficus hampelas) merupakan
tumbuhan yang ditemukan di Bodogol (Rahman 2011). Pemberian pakan alami
tersebut sangat penting karena terbukti menurut Ario (2011) owa jawa rehabilitan
dari JGC sudah mampu untuk mengkonsumsi pakan alami seperti umumnya owa
jawa liar lainnya. Namun pada saat kelimpahan akan buah berkurang owa jawa
akan banyak mengkonsumsi daun muda dan bunga. Kelimpahan akan buah di
hutan biasanya terdapat pada saat awal musim hujan yaitu sekitar bulan Juli.
Buah afrika merupakan salah satu pakan yang terdapat di habitat owa jawa
di sekitar Resort Bodogol. Namun jenis tersebut merupakan spesies asing yang
berasal dari Afrika. Owa jawa diduga menjadi penyebar biji untuk spesies tersebut
karena keberadaannya selain menjadi pakan, pohon tersebut juga dijadikan owa
jawa untuk melakukan aktivitasnya. Jenis-jenis pakan alami juga perlu
diperhatikan asal usulnya. Beberapa spesies asing berbahaya di TNGGP yang
dapat menimbulkan penurunan kualitas habitat owa adalah pohon afrika
(Maesopsis eminii) dan konyal (Passiflora guberosa) (Bambang dan Rismayani
2011).
Pemberian pakan di JGC dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari, yakni
pukul 07.00 berupa buah-buahan, pukul 10.00 berupa sayuran yang tidak berdaun,
pukul 12.00 berupa sayuran berdaun, dan pukul 14.00 berupa pakan tambahan.
Siang hari owa cenderung memilih pakan yang memiliki kandungan air yang
tinggi, yaitu buah, sayuran dan terakhir adalah umbi. Kebutuhan air siang hari
owa jawa dapat dipenuhi oleh bengkuang, timun dan kangkung. Menurut
Mahardika (2008), pada siang hari owa membutuhkan asupan air yang lebih tinggi
dibandingkan pada pagi hari. Pakan tambahan yang diberikan berupa pakan-pakan
olahan. Pemberian pakan tambahan didasarkan pada owa jawa yang belum
terbiasa mengkonsumsi serangga untuk kebutuhan protein satwa (Ario 2011).
Penentuan waktu makan juga disesuaikan dengan waktu makan owa jawa di
habitat alaminya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses habituasi.
Pemberian makan terakhir pukul 16.00 sudah tepat. Rasmada (2008) menyatakan
aktivitas makan owa jawa baik jantan maupun betina di penangkaran mulai

6

menurun pada pukul 16.00-17.00, sedangkan pada pukul 17.00-18.00 owa jawa
sama sekali tidak melakukan aktivitas makan.
Konsumsi Pakan
Pemberian pakan dalam studi pakan ini dibedakan menjadi 2 menu pakan.
Kedua menu tersebut dibedakan berdasarkan jumlah jenis pakan alami yang
diberikan pada pagi hari. Kedua menu pakan tersebut menghasilkan jumlah
konsumsi yang berbeda. Pada menu pakan 1, jumlah konsumsi pakan owa jawa
betina sebesar 441.3 gr sedangkan pemberian menu pakan 2 jumlah konsumsi
pakan sebesar 415.6 gr (Tabel 2).
Jumlah konsumsi pakan menjadi lebih sedikit ketika diberikan 13 jenis
buah pada menu pakan 2 jika dibandingkan dengan diberikannya 11 jenis buah
pada menu pakan 1 di pagi hari. Pisang merupakan buah yang paling banyak
dikonsumsi pada kedua menu pakan meskipun jumlahnya berbeda. Bengkuang
merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi pada pemberian pakan pukul
10.00 pada kedua menu pakan. Kelompok pakan yang paling banyak dikonsumsi
yakni buah-buahan karena pengelola menyediakan lebih banyak jenis buah.
Banyaknya jenis tersebut juga diiringi dengan banyaknya konsumsi owa jawa
akan buah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi owa
jawa tersebut. Menurut Church dan Pond (1988), konsumsi pakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, eksternal dan lingkungan.
Tabel 2 Konsumsi pakan owa jawa di kandang introduksi JGC
No.

Waktu

Jenis buah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Apel
Jambu biji
Jeruk
Melon
Nanas
Pepaya
07.00
Pisang uli
Salak
Kedondong
Walen*
Buah afrika*
Beunying*
Hampelas*
Bengkuang
Wortel
10.00
Timun
Terong
12.00 Kangkung
Tempe
14.00
Ubi jalar
Total

Nama ilmiah
Pyrus malus
Psidium guajava
Citrus sinensis
Cucumis melo
Annas comosus
Carica papaya
Musa paradisiaca
Salacca zalacca
Spondilas cytherea
Ficus ribes
Maeopsis eminii
Ficus pistulosa
Ficus hampelas
Pachyrhizus erosus
Daucus carota
Cucumis sativus
Solanum melongena
Ipomoea aquatica
Ipomoea batatas

Keterangan : * =buah hutan, **=tidak diberikan

Konsumsi pakan(gr)
Menu 1
Menu 2
4.2
4.3
30.1
26.3
11.0
5.8
10.5
14.8
28.5
23.8
37.5
36.1
44.1
42.8
31.9
21.7
0.1
0.0
2.8
2.1
2.6
2.3
-**
9.4
-**
3.2
47.3
46.8
12.6
11.9
33.3
33.9
22.8
11.9
26.7
24.9
46.8
47.8
48.6
45.7
441.3
415.6

7

Faktor internal berasal dari satwa itu sendiri yaitu status fisiologi dari
satwa tersebut. Faktor eksternal berasal dari pakan. Jumlah pilihan pakan pada
menu pakan 2 lebih banyak sehingga owa jawa cenderung untuk mengurangi
jumlah konsumsi buah yang satu untuk mengkonsumsi jenis buah yang lain.
Faktor internal yang mempengaruhi salah satunya adalah berat badan.
Berat badan rata-rata owa jawa betina di kandang introduksi JGC adalah 5.15 kg.
Menurut Ario (2011), owa jawa betina dengan berat 5.3 kg dapat mengkonsumsi
pakan sebanyak 420.37 gr/hari. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan
adalah pakan itu sendiri. Parakkasi (1985) menyatakan bahwa faktor pakan yang
meliputi sifat dan komposisi kimia akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Pisang
merupakan salah satu pakan yang mudah untuk dicerna karena jumlah
konsumsinya yang besar. Kandungan bahan pakan tersebut berkaitan dengan
mudah tidaknya bahan pakan pakan tersebut dapat dicerna oleh owa jawa. Jika
dalam pakan mengandung zat yang membentuk senyawa yang tidak dapat dicerna
oleh hewan maka pakan tersebut memiliki tingkat konsumsi yang rendah
(Wardani 2005).
Pihak pengelola melakukan pembelian pakan dilakukan setiap hari senin
dan kamis. Perbedaan rasa dan kualitas pakan saat pembelian pakan juga
mempengaruhi konsumsi pakan pada menu 1 dengan menu 2, owa jawa akan
mengkonsumsi pakan yang lebih banyak pada jenis-jenis yang disukainya, karena
owa jawa cenderung untuk menghabiskan pakan yang disukainya dan apabila
setelah dicicipi dan dirasa tidak enak maka buah tersebut akan diletakkan kembali
di tempat makan ataupun dijatuhkan ke lantai kandang. Konsumsi pakan juga
dipengaruhi oleh palatabilitas hewan terhadap pakan tersebut (Mahardika 2008).
Semakin palatable suatu jenis pakan, maka konsumsinya akan semakin banyak.
Pisang merupakan pakan yang palatable karena jumlah konsumsinya paling
banyak jika dibandingkan dengan buah-buahan lain yang diberikan pada pagi hari.
Selain itu faktor kualitas pakan mempengaruhi dalam jumlah konsumsi pakan owa
jawa. Perbedaan kualitas inilah yang mempengaruhi adanya perbedaan jumlah
konsumsi antara menu pakan 1 dan menu pakan 2. Pakan yang berkualitas baik,
tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas
rendah (Wahju 1985).
Buah lebih banyak dikonsumsi karena sesuai dengan sifat owa jawa yang
merupakan satwa frugivora. Owa jawa merupakan frugivora yakni satwa yang
mengkonsumsi buah-buahan (Supriatna dan Wahyono 2000). Konsumsi pakan
tersebut juga mempengaruhi owa jawa setelah dilepasliarkan. Setelah
dilepasliarkan, masih dilakukan pemantauan terhadap owa jawa tersebut. Hasil
pemantauan tersebut memperlihatkan bahwa ternyata banyak buah hutan yang
menjadi pakan alami owa yang tidak diperkenalkan di JGC namun dikonsumsi
oleh owa jawa. Namun, owa jawa tersebut lebih memilih memakan buah. Menurut
Ario (2011), proporsi jenis pakan yang dikonsumsi oleh owa jawa rehabilitan
adalah buah 76.4-84.2%, daun 13.6-20.4%, serangga 0.9-1.9%, bunga 1.1-1.2%.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumsi owa
jawa. Suhu yang tercatat ketika pengamatann menu pakan 1 lebih tinggi yakni
25.23˚C sedangkan pada pemberian menu pakan 2 suhu 23.63˚C. Konsumsi pakan
pada menu pakan 2 lebih rendah karena suhu lebih rendah. Hal ini juga dapat
disebabkan oleh kadar air yang tinggi pada buah-buahan yang diberikan sehingga

8

konsumsi pakan owa jawa lebih banyak ketika suhu lebih tinggi. Menurut
Rasmada (2008), konsumsi owa jawa pada siang hari lebih tinggi karena adanya
peningkatan suhu.
Palatabilitas Pakan
Pemberian pakan di pagi hari dengan 11 jenis pakan pada menu 1 dan 13
jenis pakan pada menu 2 dapat memperlihatkan pemilihan jenis oleh owa jawa.
Pada kenyataannya, tidak semua jenis pakan yang diberikan kepada owa jawa
akan dipilih seluruhnya dalam hari yang sama. Pemilihan makanan dapat
memperlihatkan pakan-pakan yang disukai oleh owa jawa sampai pakan yang
tidak disukai bahkan tidak dipilih sama sekali.
Kedua menu pakan yang diberikan menunjukkan bahwa pisang uli adalah
pakan yang konsumsi paling banyak oleh owa jawa. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat terlihat pula bahwa pisang lebih sering dipilih untuk pertama
kali. Owa jawa di JGC memakan pisang uli hingga bagian kulitnya. Pisang uli
dapat dikatakan pakan yang paling palatable karena pisang uli memiliki tingkat
palatabilitas teringgi yakni sebesar 88.20% pada menu pakan 1 dan 85.67 % pada
menu pakan 2 (Tabel 3). Tekstur pisang uli sangat lembut karena owa jawa
mampu menghabiskan pisang uli dengan rata-rata kunyahan sebanyak 1-7 kali
kunyahan dan 6-10 gigitan untuk menghabiskan satu buah pisang. Owa jawa di
JGC membuka pisang dengan menggunakan gigi namun beberapa individu
membukanya dengan menggunakan tangannya. Sering kali owa jawa tersebut
terlihat memakan kulit pisang.
Pepaya memiliki rasa yang manis dan tekstur yang lembut sehingga pada
menu pakan 1 dan menu pakan 2 tingkat palatabilitasnya menempati urutan kedua
dengan persentase sebesar 68.80% dan 72.17% (Tabel 3). Pepaya yang diberikan
merupakan pepaya yang telah matang yang ditandai dengan warnanya yang
oranye kemerahan serta teksturnya yang lembut.
Salak merupakan buah yang memiliki tingkat palatabilitas ketiga setelah
pisang dan pepaya pada menu pakan 1 dengan persentase sebesar 85.33%. Owa
jawa mengupas kulit salak pertama dengan menggunakan mulut. Namun setelah
sedikit terbuka, owa jawa akan mengupasnya dengan menggunakan tangan. Pada
menu pakan 1 ini, owa jawa memakan salak hingga habis tanpa diselingi dengan
aktivitas lain atau memakan buah lain. Owa jawa memakan salak dengan dibawa
dari tempat pakan ke tempat lain yang dirasa lebih aman, seperti ke atas papan
yang ada di tengah kandang. Salak disajikan dalam bentuk utuh sehingga owa
jawa harus mengupasnya terlebih dahulu. Pemberian bentuk ini merupakan cara
pengelola sebagai sarana pembelajaran bagi owa jawa.
Jambu biji merupakan jenis pakan yang tingkat palatabilitasnya
menempati urutan keempat pada menu pakan 1 dengan persentase sebesar 60.20%
dan urutan ketiga pada menu pakan 2 dengan persentase 52.67%. Selama
pengamatan terlihat bahwa warna jambu biji ketika diberikan di menu pakan 2
lebih segar dan lebih merah. Selain itu, struktur kulitnya tidak terlalu keras.
Nanas menempati urutan kelima untuk tingkat paltabilitas pada menu
pakan 1 dan urutan keempat pada menu pakan 2 dengan persentase sebesar
57.00% dan 47.67% (Tabel 3). Meskipun terkadang jenis nanas ini memiliki rasa
yang asam namun diantara keempat buah tersebut, nanas merupakan buah yang

9

mengandung kadar air cukup tinggi apabila dibandingkan dengan keempat jenis
sebelumnya yakni sebesar 88.9% (Tabel 4).
Buah-buahan yang dipilih berikutnya seperti melon, apel, jeruk manis,
kedondong, walen, buah afrika, beunying dan hampelas dipilih setelah memiliki
selang waktu beberapa saat setelah memilih lima pakan yang dipilih pertama dan
memiliki tingkat palatabilitas tertinggi. Kedondong merupakan buah dengan
tingkat palatabilitas paling rendah. Bahkan, pada menu pakan 2, kedondong tidak
dipilih sama sekali.
Tingkat palatabilitas untuk buah hutan (pakan alami) tergolong rendah
apabila dibandingkan dengan buah pasar (pakan non alami). Hal ini disebabkan
oleh kebiasaan pakan yang diberikan oleh pengelola masih berupa pakan non
alami. Namun, pakan alami yang berupa buah hutan tersebut telah dikonsumsi
oleh owa jawa meskipun jumlahnya sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa owa
jawa di kandang introduksi selama 2-6 tahun telah mampu beradaptasi dengan
pakan alami yang diberikan oleh pengelola. Adaptasi tersebut sangat penting
untuk mempermudah pelepasliaran. Pada menu pakan 1, tingkat palatabilitas
walen lebih besar dari pada buah afrika. Pada menu pakan 2, tingkat palatabilitas
untuk hampelas lebih tinggi karena jenis tersebut adalah jenis yang baru
dikenalkan pada menu pakan 2.
Tabel 3 Tingkat palatabilitas pada kedua menu pakan
No.

Jenis pakan

Nama ilmiah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Pisang uli
Pepaya
Salak
Jambu biji
Nanas
Jeruk manis
Melon
Apel
Walen*
Buah afrika*
Kedondong
Hampelas*
Beunying*

Musa paradisiaca
Carica papaya
Salacca zalacca
Psidium guajava
Annas comosus
Citrus sinensis
Cucumis melo
Pyrus malus
Ficus ribes
Maeopsis eminii
Spondilas cytherea
Ficus hampelas
Ficus pistulosa

Tingkat palatabilitas
Menu 1 (%)
Menu 2 (%)
88.20
85.67
68.80
72.17
63.80
43.33
60.20
52.67
57.00
47.67
22.00
11.50
21.00
30.00
8.30
8.67
5.50
4.50
5.20
5.20
0.20
0.00
-**
18.83
-**
4.17

Keterangan: *buah hutan; **tidak diberikan

Pisang uli memiliki warna yang kuning namun kadang berwarna
kehijauan. Pisang uli memiliki nilai kandungan energi paling tinggi diantara buahbuahan pasar yang lain yakni sebesar 146 kkal (Tabel 4). Kandungan energi
untuk melakukan aktivitasnya pada pagi hari menjadi pertimbangan owa dalam
memilih pisang. Menurut Puspaningtyas (2013), pisang uli bermanfaat sebagai
sumber tenaga. Mahardika (2008) menyatakan bahwa kandungan energi pisang uli
merupakan energi instan yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga
bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat yang
terkandung dalam pisang uli cukup tinggi yakni 38.2 gr (Tabel 4).

10

Pada dasarnya satwa akan memilih makanan yang banyak mengandung
nutrisi. Satwa biasanya tidak akan memilih makanan yang mengandung bahan
penyusun yang relatif sukar dicerna (Dunbar 1988 diacu dalam Nurcahyo 1999).
Selain itu, pisang merupakan buah yang sudah dikenalkan oleh pemelihara ketika
masih di pelihara oleh manusia. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi
pemilihan pakan adalah jenis pakan dan sejauh mana primata mengenali pakan
(Sari 2009).
Pepaya yang diberikan di JGC merupakan pepaya yang masak. Hal
tersebut menyebabkan owa jawa menyukai pepaya. Owa jawa termasuk jenis
primata yang banyak memakan buah, terutama buah yang masak karena banyak
mengandung gula (Ario 2011). Warna pepaya yang oranye kemerahan menjadi
pertimbangan owa jawa dalam memilih pepaya untuk dikonsumsi. Apabila
dibandingkan dengan warna buah yang lain, warna oranye ini merupakan warna
yang cukup mencolok. Salah satu karakteristik pakan yang dapat menentukan
pemilihan adalah warna pakan (Laska et al. 2003). Apabila dibandingkan dengan
warna buah yang lain, warna oranye ini merupakan warna yang cukup mencolok
bagi primata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gautier-Hion et al. (1985) diacu
dalam Sari (2009) yang menyatakan bahwa primata menyukai buah dengan
warna kulit buah yang cerah, seperti kuning, oranye, merah atau multi warna.
Morfologi salak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan owa jawa
menyukai buah tersebut. Menurut Leighton dan Leighton (1983), buah yang
disukai oleh primata memiliki ciri morfologi berkulit keras, tidak merekah,
berwarna kuning hingga coklat, dan kulit harus dibuka sebelum daging buah yang
melekat pada biji ditelan. Namun, pada menu pakan 2 dengan pilihan jenis yang
lebih banyak, tingkat palatabilitas salak menurun menjadi 43.33 %. Hal ini dapat
pula dipengaruhi oleh kualitas dan rasa buah salak yang berubah saat diberikan
pada menu pakan 1 dan menu pakan 2. Menurunnya kualitas ditandai dengan
busuknya bagian atas buah (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Pertanian 2011).
Hal tersebut menyebabkan konsumsi buah salak menurun namun owa jawa tetap
mengkonsumsinya meskipun dalam jumlah sedikit. Hal ini menyebabkan salak
kurang dipilih namun tetap dikonsumsi meskipun jumlahnya tidak sebanyak pada
menu pakan 1. Menurut Krebs (1989) banyak tipe pakan yang tidak dapat dengan
mudah digantikan dengan pakan lain sehingga sebagai konsekuensinya pakan
yang paling disukai akan dimakan lebih dahulu.
Jambu biji yang diberikan merupakan jambu biji dengan tekstur yang
lunak karena terkadang owa jawa tersebut juga memakan kulit buah tersebut.
Menurut Mahardika (2008), hampir 80% pakan owa jawa adalah buah-buahan
matang yang memiliki rasa manis dan tekstur yang lunak. Buah yang dikonsumsi
oleh owa jawa juga sangat berhubungan dengan bentuk gigi dari owa itu sendiri.
Owa jawa memiliki gigi seri yang kecil dan sedikit ke depan untuk menggigit dan
mengupas kulit buah, gigi taring yang panjang dan membentuk seperti pedang
untuk merobek pakan dan gigi geraham untuk mengunyah pakan (Mahardika
2008). Tingkat palatabilitas nanas menempati urutan kelima berkaitan dengan
kandungan air di dalamnya. Owa jawa termasuk jenis primata yang banyak
memakan buah, terutama buah yang masak karena banyak mengandung air (Ario
2011).
Tingkat palatabilitas buah keenam dan seterusnya dipilih setelah owa
mengkonsumsi lima buah dengan tingkat palatabilitas tertinggi. Semakin

11

rendahnya aktivitas menjadi salah satu penyebab owa jawa tidak mencari dan
memilih pakan dengan kualitas tertentu (Sari 2009). Salah satu penyebab
rendahnya tingkat palatabilitas kedondong adalah tekstur buah kedondong yang
keras, rasanya masam, serta warnanya kurang menarik bagi owa jawa. Ukurannya
yang cukup besar karena disajikan dalam bentuk utuh dapat menjadi penyebab
tingkat palatabilitas rendah karena owa jawa kesulitan dalam menggapai buah
kedondong tersebut. Palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa dan tekstur
(Church dan Pond 1988).
Warna oranye dan rasanya yang sesuai dengan seleranya membuat owa
jawa lebih menyukai buah hampelas. Pakan jenis baru akan diambil atau dimakan
apabila makanan tersebut sesuai dengan selera dalam hal rasa (taste), seandainya
tidak sesuai dengan selera, maka makanan itu akan dicampakkan (Fleagle 1988).
Ketiga buah hutan yang diberikan merupakan buah dari jenis ficus. Ficus
merupakan jenis tumbuhan yang waktu berbuahnya tidak serempak dan tidak
dipengaruhi oleh musim sehingga dapat tersedia setiap tahun. Oleh karena itu
keberadaan pohon Ficus sp. sangat penting bagi habitat owa jawa. Menurut
Kappeler (1984), habitat yang ideal bagi owa jawa adalah owa jawa
membutuhkan makanan berupa buah dan daun yang tersedia sepanjang tahun dan
sangat bervariasi di daerah jelajahnya yang stabil.
Tabel 4 Kandungan zat gizi pakan owa jawa per 100 gr
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jenis Pakan
Apel
Jambu biji
Jeruk
Melon
Nanas
Pepaya
Pisang uli
Salak
Kedondong
Beunying
Walen
Hampelas
Buah afrika
Bengkuang
Terong
Wortel
Timun
Kangkung
Tempe
Ubi jalar

Energi Karbohidrat Protein
(kkal)
(gr)
(gr)
52.00*
13.81*
0.26*
68.00*
14.30*
2.55*
47.00*
11.75*
0.94*
34.00*
8.16*
0.84*
40.00*
9.90*
0.60*
43.00*
10.82*
0.47*
#
#
146.00
38.20
2.00#
77.00*
20.90*
0.40*
#
#
41.00
10.30
1.00#
396.3**
-##
8.10**
##
385.4**
6.84**
407.4***
-##
12.61***
421.3***
-##
17.13***
55.00#
12.80#
1.40#
#
#
24.00
5.50
1.10#
41.00#
9.58#
0.93#
#
#
15.00
3.63
0.65#
#
#
29.00
5.40
3.00#
149.00#
12.70#
18.30#
#
#
74.00
16.60
0.90#

Lemak
(gr)
0.17*
0.95*
0.12*
0.19*
0.30*
0.26*
0.20#
0.40*
0.10#
1.90**
1.98**
0.58***
7.98***
0.20#
0.20#
0.24#
0.11#
0.30#
4.00#
6.20#

Air
(gr)
85.56*
86.00*
86.75*
90.15*
88.90*
89.00*
59.10#
78.00*
72.50#
87.09**
89.19**
5.47***
6.00***
-##
-##
-##
-##
-##
-##
-##

Keterangan : *Puspaningtyas (2013), **Farida & Harun (2000), ***hasil analisis proksimat,
#
Komunitas Edukasi dan Jaringan Usaha (2012), ##belum ada data.

12

Asupan Nutrisi Owa Jawa
Setiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda (Tabel 4).
Biasanya satwa akan menggunakan energi yang terkandung pada pakannya untuk
melakukan aktivitasnya. Pakan yang dikonsumsi oleh owa jawa akan berpengaruh
pada kebutuhan nutrisinya yang digunakan untuk beraktivitas. Hasil analisis
proksimat yang dilakukan pada dua pakan hutan yakni buah afrika dan hampelas
menunjukkan bahwa jumlah kandungan energi di dalam buah afrika cenderung
lebih tinggi, begitu pula dengan kandungan protein, lemak dan air.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah asupan energi pada menu
pakan 1 adalah 327.47± 20.66 kkal dan pada menu pakan 2 sebesar 351.27± 19.88
kkal (Tabel 5). Jumlah asupan energi yang berasal dari menu pakan 2 lebih
banyak dari pada yang berasal dari menu pakan 1. Jumlah tersebut berbanding
terbalik dengan jumlah konsumsi pakan owa jawa. Hal ini dikarenakan pada menu
pakan 2, terdapat penambahan 2 jenis buah hutan yang menghasilkan kalori cukup
besar yakni hampelas sebesar 407.4 kkal/100 gr dan buah afrika sebesar 421.3
kkal/100 gr (Tabel 4).
Jumlah asupan energi terbanyak berasal dari tempe. Tempe tersebut
diberikan pada siang hari yakni pukul 14.00. Energi untuk melakukan aktivitas
pada siang hari cenderung lebih besar. Jumlah asupan energi terbesar kedua
berasal dari pisang. Pisang diberikan pada pagi hari yakni pukul 07.00. Energi
dari pisang tersebut digunakan untuk melakukan aktivitasnya. Aktivitas makan
owa jawa di Bodogol terjadi sekitar pukul 07.00 – 10.00 WIB dan ketika hari
menjelang siang aktivitas makan kedua kelompok tersebut menurun kemudian
dimulai kembali antara pukul 14.00 – 15.00 WIB (Fithriyani 2004).
Energi sangat berguna bagi owa jawa untuk melakukan aktivitasnya.
Menurut Tilman et al. (1991), nutrisi yang terkandung dalam pakan yang
dikonsumsi akan sangat penting bagi setiap bentuk kehidupan, karena dapat
digunakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Jumlah
tersebut lebih besar daripada asupan energi yang owa jawa yang baru saja datang
ke JGC. Rata-rata kandungan kalori yang diterima oleh owa jawa yang baru saja
datang ke JGC sebesar 271.84 kal per hari dari rata-rata 14.66 jenis pakan yang
diberikan (Ario 2011). Jumlah tersebut akan ditentukan oleh lamanya keberadaan
owa jawa di JGC karena akan menentukan juga konsumsi pakan dari setiap
individu. Hal ini disebabkan oleh owa jawa tersebut telah menyesuaikan diri
dengan pakan yang ada di JGC. Menurut Mahardika (2008) semakin lama owa
jawa menyesuaikan diri dengan pakan yang ada di penangkaran, maka konsumsi
akan energi dan proteinnya akan semakin banyak.
Pengaruh Pemberian Perbedaan Menu Pakan
Hasil uji t menunjukkan bahwa menu pakan 1 dan kombinasi menu pakan
2 tidak berpengaruh nyata pada pemilihan menu. Hal ini dikarenakan jenis-jenis
pakan yang dibedakan pada menu pakan 1 dan 2 sebagian besar adalah buahbuahan yang sudah dikenal oleh owa jawa sehingga, owa jawa tidak melakukan
pemilihan jenis yang terlalu signifikan. Pada menu pakan 2, penambahan jenis
hanya sebanyak 2 jenis sehingga tidak mempengaruhi owa jawa dalam pemilihan
jenis.

13

Tabel 5 Asupan energi owa jawa per hari
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jenis Pakan

Nama Ilmiah

Apel
Jambu biji
Jeruk
Melon
Nanas
Pepaya
Pisang
Salak
Kedondong
Beunying*
Walen*
Hampelas*
Buah afrika*

Pyrus malus
Psidium guajava
Citrus sinensis
Cucumis melo
Annas comosus
Carica papaya
Musa paradisiaca
Salacca zalacca
Spondilas cytherea
Ficus ribes
Maeopsis eminii
Ficus pistulosa
Ficus hampelas
Pachyrhizus erosus
Daucus carota
Cucumis sativus
Solanum melongena
Ipomoea aquatica
Ipomoea batatas

Bengkuang
Wortel
Timun
Terong
Kangkung
Tempe
Ubi jalar
Total
SD

Menu Pakan (kkal)
Menu 2
Menu 1
2.167
2.253
16.207
17.907
6.267
2.703
3.060
5.270
11.400
9.533
14.799
15.516
64.362
62.537
27.784
16.042
0.034
0.000
-**
8.256
10.694
8.672
-**
38.364
10.884
13.341
25.988
25.758
3.633
0.772
6.281
8.384
5.725
3.678
7.733
7.226
74.500
71.272
35.952
33.793
327.47
351.27
20.66
19.88

Keterangan: *buah hutan; **tidak diberikan, SD=Standar Deviasi

Berdasarkan uji t pada menu pakan dengan konsumsi pakan, menu pakan 1
dan menu pakan 2 tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi. Meskipun menu
pakan 1 dan 2 berbeda dalam hal jumlah jenis, ternyata hal tersebut tidak
menyebabkan owa jawa mengkonsumsi pakan lebih banyak atau lebih sedikit. Hal
ini disebabkan oleh owa jawa tetap lebih banyak mengkonsumsi pakan lebih
disukai dan sedikit mengkonsumsi pakan yang baru namun tidak disukai.
Berdasarkan uji t untuk menu pakan dengan asupan energi, menu pakan 1
dan menu pakan 2 tidak berpengaruh nyata terhadap asupan energi. Hal ini
disebabkan owa jawa telah terbiasa dengan pakan-pakan yang mengandung energi
yang dibutuhkan untuk beraktivitas, sehingga ketika terdapat jenis yang jarang
diberikan, maka owa jawa akan mengkonsumsinya lebih sedikit meskipun
kandungan energinya cukup besar. Selain itu, sedikitnya aktivitas di dalam
kandang menyebabkan owa tidak selektif pada jenis-jenis pakan yang banyak
mengandung energi (Sari 2009).

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tingkat palatabilitas tertinggi pada menu pakan 1 dan menu pakan 2 adalah
pisang. Pepaya, salak, jambu biji dan nanas merupakan buah dengan tingkat
palatabilitas tertinggi kedua hingga kelima.
2. Jumlah asupan energi dari menu pakan 2 lebih besar apabila dibandingkan
dengan menu pakan 1. Jumlah asupan energi terbanyak berasal dari tempe
dan pada kelompok buah-buahan, pisang merupakan buah yang memberikan
asupan terbanyak.
3. Tidak ada pengaruh nyata antara menu pakan 1 dan menu pakan 2 pada
pemilihan jenis pakan oleh owa jawa.
Saran
Pengelolaan pakan yang dilakukan di Javan Gibbon Center sudah cukup
baik. Penambahan proporsi dan jenis pakan alami perlu dilakukan untuk membuat
owa jawa lebih cepat menyesuaikan dengan pakan di alam, sehingga proses
release tidak memerlukan waku yang lama. Selain itu, jenis-jenis pakan alami
yang belum pernah diperkenalkan sebaiknya diperkenalkan lebih dini karena
banyak kasus pakan alami yang biasa diberikan di JGC tidak bisa ditemui di
lokasi pelepasliaran sehingga owa jawa harus menyesuaikan kembali dengan
pakan-pakan di habitat barunya. Jenis pakan yang disarankan untuk disajikan
dalam setiap menu pakan adalah pisang, pepaya, salak, jambu biji dan nanas. Jenis
pakan alami yang perlu diberikan dalam setiap menu pakan adalah hampelas.
Berdasarkan menu yang telah disusun biaya pakan yang dikeluarkan sebesar ± Rp
161 500 per individu owa jawa dalam sau bulan.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar H. 2011. Perawatan dan rehabilitasi satwa tangkapan di Pusat
Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi dan Gadog, Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Altmann J. 1974. Observational study of behavior: Sampling methods. Behaviour
49 (3): 227-267.
Ario A. 2011. Aktivitas harian owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798)
rehabilitan di blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dalam Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Owa Jawa di Bodogol
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2000-2010. Jakarta (ID):
Conservation Internasional Indonesia.
Bambang N, Rismayani R. 2011. Pembinaan habitat Owa Jawa (Hylobates
moloch Audebert 1798) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam
Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Owa Jawa di Bodogol Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango 2000-2010. Jakarta (ID): Conservation
Internasional Indonesia.
Campbell C, Andayani N, Cheyne S, Pamungkas J, Manullang B, Usman F,
Wedana M, Traylor-Holzer K. 2008. Indonesian Gibbon Conservation and

15

Management Workshop Final Report. Sukabumi (ID): Conservation
Breeding Specialist Group.
Church DC, Pond WG. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd Edition.
Canada : John Wiley and Sons, Inc.
CII [Conservation International Indonesia]. 2011. Kumpulan Hasil-Hasil
Penelitian Owa Jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango 2000-2010 [editor Ario A, Supriatna J, Andayani N]. Jakarta
(ID): Conservation Internasional Indonesia.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Pertanian. 2011. Penurunan Kualitas Pasca
Panen. Bogor (ID): Kementrian Pertanian.
Farida WR, Harun. 2000. The diversity of plants as feed resources for the Java
Gibbon (Hylobates moloch), Grizzled Langur (Presbytis comata), and Silver
Langur (Trachypitecus auratus) in Gunung Halimun National Park. Jurnal
Primatologi Indonesia 3 (2): 55-61.
Fithriyani U. 2004. Variasi pola pakan antar kelompok Owa Jawa (Hylobates
moloch Audebert 1798) di Stasiun Penelitian Bodogol Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas
Islam As-syafi’iyah.
Fleagle JG. 1988. Primate Adaptation and Evolution. Academic Press. New York
(US): Harcout Brace and Company.
Kappeler M. 1984. Diet and Feeding Behaviour of the Moloch Gibbon dalam The
Lesser Apes Evolutionary and Behavioural Biology. Edinburgh (UK):
University Press.
Komunitas Edukasi dan Jaringan Usaha. 2012. Isi Kandungan Gizi Buah Komposisi Nutrisi Bahan Makanan. http://keju.blogspot.com/1970/01/isikandungan-gizi-buah-masak-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html
[diunduh 2013 6 Juli].
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (USA): Harper and Row
Publisher.
Laska M, Salazar LTH, Luna ER. 2000. Food preferences and nutrient
composition in captive Spider Monkeys, Ateles geoffroyi. International
Journal of Primatology 21(4): 671-683.
Leighton M, Leighton DR. 1983. Vertebrates Responses to Fruiting Seasonality
within a Bornean Rainforest. London (UK): Blackwell Scientific
Publication.
Mahardika Y. 2008. Pemilihan pakan dan aktivitas makan Owa Jawa (Hylobates
moloch) pada siang hari di penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa, GadogCiawi [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.
Nurcahyo A. 1999. Studi perilaku harian Siamang (Hylobates syndactylus) di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung dalam Laporan hasil
penelitian Juli 1997-Juni 1999. Wildlife Conservation Society Indonesia
Programme.
Parakkasi A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Departemen Ilmu Nutrisi
dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor Press.
Pusat Studi Satwa Primata. 2000. Indonesian primate profile. Jurnal Primatology
Indonesia 3 (2): 35.
Puspaningtyas SE. 2013. The Miracle of Fruits. Jakarta (ID): Agro Media.

16

Pratas RG. 2006. Small Animal Nutrition [Bahan Kuliah]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rahman DA. 2011. Studi perilaku dan studi pakan Owa Jawa (Hylobates moloch)
di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango: penyiapan pelepasliaran [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rasmada S. 2008. Analisis kebutuhan nutrien dan kecernaan pakan Owa
J(Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ridwan R, Nahrowi, Sofyan LA. 2001. Pemberian berbagai jenis pakan untuk
mengevaluasi palatabilitas, konsumsi protein, dan energi pada kadal
(Mabuya multifasciata) dewasa. Biodiversitas 2 (1): 98-103.
Sari M. 2009. Studi pemilihan pakan alami dan kandungan nutrisi pakan Owa
Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Pusat Penyelamatan dan
Rehabilitasi Owa Jawa, Javan Gibbon Center Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan lapangan primata Indonesia. Jakarta
(ID): Yayasan Obor Indonesia.
Susanto. 1977. Analisa vegetasi makanan Rusa (Rusa timorensis) di Cagar Alam
Pulau Peucang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Wahju J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Wardani KK. 2005. Gambaran umum konsumsi dan penggunaan pakan pada
tarsius betina (Tarsius bancanus) di penangkaran [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Widodo W. 2006. Studi pakan burung Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus
Linnaeus, 1771) dalam Laboratorium Penangkaran. Biota 7 (3): 146-151.

17

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian di Javan Gibbon Center

18

Lampiran 2 Menu pakan yang diberikan pada owa jawa

No. Waktu pemberian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

07.00

10.00
12.00
14.00

Keterangan : *=buah hutan

Menu 1
Pisang uli
Salak
Pepaya
Melon
Nanas
Apel
Jeruk
Jambu biji
Kedondong
Buah afrika*
Walen*

Bengkuang
Timun
Wortel
Terong
Kangkung
Ubi jalar
Tempe

Jenis pakan
Menu 2
Pisang uli
Salak
Pepaya
Melon
Nanas
Apel
Jeruk
Jambu biji
Kedondong
Buah afrika*
Walen*
Beuying*
Hampelas*
Bengkuang
Timun
Wortel
Terong
Kangkung
Ubi jalar
Tempe

19

Lampiran 3 Metode pengam