Pendugaan Kebutuhan Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles 1812) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

SKRIPSI
NIA DINY KURNIAWATY

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
NIA DINY KURNIAWATY. D24104057. 2009. Pendugaan Kebutuhan Nutrien
dan Kecernaan Pakan pada Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles
1812) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota 1
Pembimbing Anggota 2


: Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, M. Rur, Sc
: Dr. Wartika Rosa Farida
: Dr. Ir. Didid Diapari, M

Lutung kelabu merupakan salah satu satwa liar khas Indonesia yang
keberadaannya semakin berkurang akibat perburuan liar dan pengurangan habitat
tempat hewan ini hidup. Oleh karena itu perlu adanya penanganan khusus dari
Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikannya. Pusat Penyelamatan Satwa
Gadog (PPSG) merupakan salah satu tempat penyelamatan satwa liar secara ex situ
yang memerlukan manajemen tertata baik dalam pemeliharaannya. Salah satu
manajemen yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan dalam memenuhi
kebutuhan nutrien lutung perak untuk kelangsungan hidup selama di penangkaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan nutrien dan kecernaan
pakan selama di penangkaran.
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah lutung kelabu betina
berjumlah empat ekor dengan usia 3-4 tahun. Pakan yang diberikan adalah bayam
(Amaranthus tricolor, L), pohpohan (Pilea trinervia), kangkung (Ipomea reptans),
sawi hijau (Brassica juncea, L), daun melinjo (Gnetum gnemon) dan ubi jalar
(Ipomoea batatas). Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada

pagi hari antara pukul 08.00-08.30 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.0014.00 WIB. Pakan yang diberikan secara restricted feeding dan air yang diberikan ad
libitum. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan (gram/ekor/hari), jumlah zatzat makanan yang dikonsumsi setiap hari (gram/ekor/hari), kecernaaan semu nutrien
(%), Total Digestible Nutrient (TDN) (%), dan Digestible Energy (DE) (Mkal/kgBk).
Urutan hasil pengamatan palatabilitas pakan pada lutung kelabu adalah ubi
jalar, pohpohan, kangkung, bayam, sawi hijau dan daun melinjo. Konsumsi pakan
segar sebanyak 626 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering 68,39 gram/ekor/hari.
Rata-rata konsumsi zat-zat makanan pada lutung kelabu adalah abu = 13,05
gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 15,97 gram/ekor/hari, lemak kasar (LK) = 1,65
gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 9,11 gram/ekor/hari, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) = 29,45 gram/ekor/hari dan gross energi (GE) = 2939,95 kal/ekor/hari. Dari
hasil konsumsi dapat diduga kebutuhan nutrien lutung kelabu berdasarkan bahan
kering yaitu abu = 19,05%, PK = 23,03%, LK = 2,36%, SK = 13,20% dan BETN =
44,09%. Nilai koefisien cerna pada lutung kelabu relatif tinggi yaitu abu = 81,66 %,
PK = 79,95%, LK = 54,35%, SK= 75,21% dan BETN = 94,40%. Nilai TDN = 75,01
% dan nilai DE = 3,31 Mkal/kg BK.
Hasil penelitian ini menunjukkan lutung kelabu termasuk primata folivorus
yang banyak mengkonsumsi pakan dedaunan. Bahan ekstrak tanpa nitrogen
merupakan nutrien yang paling banyak dikonsumsi lutung kelabu, konsumsi protein
kasar dan serat kasar relatif tinggi. Koefisien cerna dari masing-masing nutrien tinggi
sehingga lutung kelabu memiliki TDN dan DE yang tinggi.


Kata Kunci : Lutung kelabu, Trachypithecus cristatus, konsumsi pakan, konsumsi
zat-zat makanan, koefisien cerna.

ABSTRACT
Nutrient Requirement and Digestibility for Grey Leaf Monkey (Trachypithecus
cristatus Raffles 1812) in Gadog Wildlife Rescue Centre Ciawi, Bogor
Nia D. K, A.S. Tjakradidjaja, W. R. Farida dan D. Diapari
This experiment was aimed at studying nutrient requirement and digestibility of
grey leaf monkey (Trachypithecus cristatus Raffles 1812) in Gadog Wildlife rescue
Centre Ciawi, Bogor. This experiment used four female grey leaf monkeys to
measure their feed consumption and digestibility. Feeds that were given were
pohpohan, spinach, a fruit tree leaf (melinjo), green Chinese cabbage, kangkung and
boiled sweet potato. Feed were given twice a day at 08.00 and 14.00. The variables
measured in this study were temperature and relative humidity, feed consumption,
nutrient digestibility, total digestible nutrient (TDN) and digestible nutrient (DE).
The results of this study show that the most palatable feed for all grey leaf monkey is
sweet patato and pohpohan. Feed that were consumed from the highest to the lowest
amount are boiled sweet potato, pohpohan, green Chinese cabbage, kangkung,
spinach, a fruit tree leaf (melinjo). The average for fresh intake were 624.6 ± 19.85

g/head/day. The average for nutrient consumption are 19.05 ± 1.23 ash/head/day,
23.03 ± 0.64 crude protein head/day, 13.20 ± 0.18 crude fiber/head/day, 2.36 ± 0.64
ether extract/head/day, 44.09 ± 1.71 N-free extract/head/day and 73.94 % Total
Digestible Nutrient. Digestibility coefficient of grey leaf monkey 12.77 ± 0.61% are
crude protein, 6.85 ± 0.45% crude fiber, 0.90 ± 0.15% ether extract, 27.85 ± 2.64%
N-freextractives and DE 3.31 ± 0.23 Mcal DE/kg DM.
Keywords : Grey leaf monkey, Trachypithecus cristatus, nutrient consumption,
digestibility coefficients.

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

NIA DINY KURNIAWATY
D24104057

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

Oleh
NIA DINY KURNIAWATY
D24104057

Sripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 29 Mei 2009

Pembimbing Utama


Ir. Anita S.T, Mrur. Sc
NIP.196109301986032003

Pembimbing Anggota

Pembimbing Anggota

Dr. Wartika Rosa Farida

Dr. Ir. Didid Diapari, MS

NIP. 195901311984032001

NIP. 196206171990021001

Dekan Fakultas Peternakan

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr
NIP. 196701071991031003


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1985 di Kuningan Jawa Barat. Penulis
adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Samsuni dan Ibu
Waryi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Dukuh Tengah,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 1
Lebakwangi dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di
SMAN 1 Gawarangi, Kuningan, Jawa Barat.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah
(OMDA)

HIMARIKA

(2004-2007)

sebagai


bendahara,

Himpunan

Profesi

Mahasiswa Nutrisi Peternakan (HIMASITER) (2004-2005) sebagai staff, DKM Al–
Hurriyyah (2004-2006) sebagai staff, Rohis Fakultas Peternakan FAMM Al- An’am
(2006-2007) sebagai staff, dan Senior Residen (2007-2009) asrama Tingkat
Persiapan Bersama IPB. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik tahun
2006, seminar pakan HIMASITER tahun 2006, Tranning of Tranner Pendidikan
Agama Islam, asisten dosen Pendidikan Agama Islam semester genap tahun 2006,
Pelatihan Dasar Senior Resident dan panitia event organizer Asrama Tingkat
Persiapan Bersama IPB (2007-2009) serta sidang terbuka Presiden SBY Desember
2008.

KATA PENGANTAR
Skripsi

ini


disusun

dengan

latar

belakang

bahwa

lutung

kelabu

(Trachypithecus cristatus Raffles 1812) merupakan salah satu satwa khas Indonesia
yang terancam keberadaannya. Salah satu upaya penyelamatan satwa liar adalah
melalui konservasi ex situ (penangkaran).

Hal yang perlu diperhatikan dalam


penangkaran satwa liar adalah pemberian pakan dan kandungan nutriennya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satwa liar tersebut. Di habitat aslinya,
lutung kelabu lebih banyak mengkonsumsi dedaunan sehingga pakan yang diberikan
selama penelitian ini didominasi pemberian dedaunan. Penelitian ini dilaksanakan
selama 30 hari yang terdiri dari enam hari masa preliminary dan 24 hari masa
perlakuan. Data yang diambil selama perlakuan adalah data yang berisi jumlah
konsumsi pakan dan produksi feses.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para
pengelola habitat konservasi ex situ khususnya habitat konservasi lutung kelabu.
Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam
mengatur pemberian pakan bagi lutung kelabu yang berada di luar habitat aslinya
Semoga hasil penelitian dapat menyumbangkan ilmu dalam mengembangkan
usaha pelestarian lutung kelabu agar di masa yang akan datang populasinya dapat
dipertahankan bahkan lebih meningkat.

Bogor, Mei 2009

Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................

ii

ABSTRACT ..................................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP........................................................................

vii

KATA PENGANTAR....................................................................

vii

DAFTAR ISI..................................................................................

viii

DAFTAR TABEL..........................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................

xii

PENDAHULUAN .........................................................................

1

Latar Belakang .........................................................................
Rumusan Masalah ....................................................................
Tujuan .....................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles 1812)............

3
3

Taksonomi .................................................................
Morfologi...................................................................
Morfologi Saluran Pencernaan ...................................
Habitat .......................................................................
Pakan Lutung Kelabu ...............................................................
Jenis Pakan...............................................................................

3
3
4
5
6
6

Bayam (Amaranthus spp. L).......................................
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk) .........................
Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir).....................
Melinjo (Gnetum gnemon Linn) .................................
Sawi (Brassica juncea, L) ..........................................
Pohpohan (Pilea trinervia) .........................................
Konsumsi Pakan.......................................................................
Kecernaan Pakan ......................................................................
Kecernaan Bahan Kering ..........................................................
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi ..................................

6
7
7
8
8
8
9
9
10
10

METODE.......................................................................................

12

Lokasi dan Waktu.....................................................................
Materi.......................................................................................
Prosedur Penelitian...................................................................

12
12
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

18

Keadaan Umum........................................................................

18

Bahan Pakan.............................................................................
Konsumsi Air ...........................................................................
Tingkat Palatabilitas Pakan.......................................................
Konsumsi Pakan.......................................................................
Konsumsi Nutrien Pakan .........................................................
Pendugaan Kebutuhan Nutrien .................................................
Nutrien Dapat Dicerna dan Koefisien Cerna Nutrien Pakan ......
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE) ...

19
21
22
24
27
28
29
32

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

34

Kesimpulan ..............................................................................
Saran ........................................................................................

34
34

UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................

35

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

36

LAMPIRAN ..................................................................................

41

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

SKRIPSI
NIA DINY KURNIAWATY

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
NIA DINY KURNIAWATY. D24104057. 2009. Pendugaan Kebutuhan Nutrien
dan Kecernaan Pakan pada Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles
1812) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota 1
Pembimbing Anggota 2

: Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, M. Rur, Sc
: Dr. Wartika Rosa Farida
: Dr. Ir. Didid Diapari, M

Lutung kelabu merupakan salah satu satwa liar khas Indonesia yang
keberadaannya semakin berkurang akibat perburuan liar dan pengurangan habitat
tempat hewan ini hidup. Oleh karena itu perlu adanya penanganan khusus dari
Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikannya. Pusat Penyelamatan Satwa
Gadog (PPSG) merupakan salah satu tempat penyelamatan satwa liar secara ex situ
yang memerlukan manajemen tertata baik dalam pemeliharaannya. Salah satu
manajemen yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan dalam memenuhi
kebutuhan nutrien lutung perak untuk kelangsungan hidup selama di penangkaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan nutrien dan kecernaan
pakan selama di penangkaran.
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah lutung kelabu betina
berjumlah empat ekor dengan usia 3-4 tahun. Pakan yang diberikan adalah bayam
(Amaranthus tricolor, L), pohpohan (Pilea trinervia), kangkung (Ipomea reptans),
sawi hijau (Brassica juncea, L), daun melinjo (Gnetum gnemon) dan ubi jalar
(Ipomoea batatas). Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada
pagi hari antara pukul 08.00-08.30 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.0014.00 WIB. Pakan yang diberikan secara restricted feeding dan air yang diberikan ad
libitum. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan (gram/ekor/hari), jumlah zatzat makanan yang dikonsumsi setiap hari (gram/ekor/hari), kecernaaan semu nutrien
(%), Total Digestible Nutrient (TDN) (%), dan Digestible Energy (DE) (Mkal/kgBk).
Urutan hasil pengamatan palatabilitas pakan pada lutung kelabu adalah ubi
jalar, pohpohan, kangkung, bayam, sawi hijau dan daun melinjo. Konsumsi pakan
segar sebanyak 626 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering 68,39 gram/ekor/hari.
Rata-rata konsumsi zat-zat makanan pada lutung kelabu adalah abu = 13,05
gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 15,97 gram/ekor/hari, lemak kasar (LK) = 1,65
gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 9,11 gram/ekor/hari, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) = 29,45 gram/ekor/hari dan gross energi (GE) = 2939,95 kal/ekor/hari. Dari
hasil konsumsi dapat diduga kebutuhan nutrien lutung kelabu berdasarkan bahan
kering yaitu abu = 19,05%, PK = 23,03%, LK = 2,36%, SK = 13,20% dan BETN =
44,09%. Nilai koefisien cerna pada lutung kelabu relatif tinggi yaitu abu = 81,66 %,
PK = 79,95%, LK = 54,35%, SK= 75,21% dan BETN = 94,40%. Nilai TDN = 75,01
% dan nilai DE = 3,31 Mkal/kg BK.
Hasil penelitian ini menunjukkan lutung kelabu termasuk primata folivorus
yang banyak mengkonsumsi pakan dedaunan. Bahan ekstrak tanpa nitrogen
merupakan nutrien yang paling banyak dikonsumsi lutung kelabu, konsumsi protein
kasar dan serat kasar relatif tinggi. Koefisien cerna dari masing-masing nutrien tinggi
sehingga lutung kelabu memiliki TDN dan DE yang tinggi.

Kata Kunci : Lutung kelabu, Trachypithecus cristatus, konsumsi pakan, konsumsi
zat-zat makanan, koefisien cerna.

ABSTRACT
Nutrient Requirement and Digestibility for Grey Leaf Monkey (Trachypithecus
cristatus Raffles 1812) in Gadog Wildlife Rescue Centre Ciawi, Bogor
Nia D. K, A.S. Tjakradidjaja, W. R. Farida dan D. Diapari
This experiment was aimed at studying nutrient requirement and digestibility of
grey leaf monkey (Trachypithecus cristatus Raffles 1812) in Gadog Wildlife rescue
Centre Ciawi, Bogor. This experiment used four female grey leaf monkeys to
measure their feed consumption and digestibility. Feeds that were given were
pohpohan, spinach, a fruit tree leaf (melinjo), green Chinese cabbage, kangkung and
boiled sweet potato. Feed were given twice a day at 08.00 and 14.00. The variables
measured in this study were temperature and relative humidity, feed consumption,
nutrient digestibility, total digestible nutrient (TDN) and digestible nutrient (DE).
The results of this study show that the most palatable feed for all grey leaf monkey is
sweet patato and pohpohan. Feed that were consumed from the highest to the lowest
amount are boiled sweet potato, pohpohan, green Chinese cabbage, kangkung,
spinach, a fruit tree leaf (melinjo). The average for fresh intake were 624.6 ± 19.85
g/head/day. The average for nutrient consumption are 19.05 ± 1.23 ash/head/day,
23.03 ± 0.64 crude protein head/day, 13.20 ± 0.18 crude fiber/head/day, 2.36 ± 0.64
ether extract/head/day, 44.09 ± 1.71 N-free extract/head/day and 73.94 % Total
Digestible Nutrient. Digestibility coefficient of grey leaf monkey 12.77 ± 0.61% are
crude protein, 6.85 ± 0.45% crude fiber, 0.90 ± 0.15% ether extract, 27.85 ± 2.64%
N-freextractives and DE 3.31 ± 0.23 Mcal DE/kg DM.
Keywords : Grey leaf monkey, Trachypithecus cristatus, nutrient consumption,
digestibility coefficients.

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

NIA DINY KURNIAWATY
D24104057

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENDUGAAN KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN
PAKAN PADA LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus
Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN
SATWA GADOG CIAWI, BOGOR

Oleh
NIA DINY KURNIAWATY
D24104057

Sripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 29 Mei 2009

Pembimbing Utama

Ir. Anita S.T, Mrur. Sc
NIP.196109301986032003

Pembimbing Anggota

Pembimbing Anggota

Dr. Wartika Rosa Farida

Dr. Ir. Didid Diapari, MS

NIP. 195901311984032001

NIP. 196206171990021001

Dekan Fakultas Peternakan

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr
NIP. 196701071991031003

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1985 di Kuningan Jawa Barat. Penulis
adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Samsuni dan Ibu
Waryi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Dukuh Tengah,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 1
Lebakwangi dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di
SMAN 1 Gawarangi, Kuningan, Jawa Barat.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah
(OMDA)

HIMARIKA

(2004-2007)

sebagai

bendahara,

Himpunan

Profesi

Mahasiswa Nutrisi Peternakan (HIMASITER) (2004-2005) sebagai staff, DKM Al–
Hurriyyah (2004-2006) sebagai staff, Rohis Fakultas Peternakan FAMM Al- An’am
(2006-2007) sebagai staff, dan Senior Residen (2007-2009) asrama Tingkat
Persiapan Bersama IPB. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik tahun
2006, seminar pakan HIMASITER tahun 2006, Tranning of Tranner Pendidikan
Agama Islam, asisten dosen Pendidikan Agama Islam semester genap tahun 2006,
Pelatihan Dasar Senior Resident dan panitia event organizer Asrama Tingkat
Persiapan Bersama IPB (2007-2009) serta sidang terbuka Presiden SBY Desember
2008.

KATA PENGANTAR
Skripsi

ini

disusun

dengan

latar

belakang

bahwa

lutung

kelabu

(Trachypithecus cristatus Raffles 1812) merupakan salah satu satwa khas Indonesia
yang terancam keberadaannya. Salah satu upaya penyelamatan satwa liar adalah
melalui konservasi ex situ (penangkaran).

Hal yang perlu diperhatikan dalam

penangkaran satwa liar adalah pemberian pakan dan kandungan nutriennya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satwa liar tersebut. Di habitat aslinya,
lutung kelabu lebih banyak mengkonsumsi dedaunan sehingga pakan yang diberikan
selama penelitian ini didominasi pemberian dedaunan. Penelitian ini dilaksanakan
selama 30 hari yang terdiri dari enam hari masa preliminary dan 24 hari masa
perlakuan. Data yang diambil selama perlakuan adalah data yang berisi jumlah
konsumsi pakan dan produksi feses.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para
pengelola habitat konservasi ex situ khususnya habitat konservasi lutung kelabu.
Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam
mengatur pemberian pakan bagi lutung kelabu yang berada di luar habitat aslinya
Semoga hasil penelitian dapat menyumbangkan ilmu dalam mengembangkan
usaha pelestarian lutung kelabu agar di masa yang akan datang populasinya dapat
dipertahankan bahkan lebih meningkat.

Bogor, Mei 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................

ii

ABSTRACT ..................................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP........................................................................

vii

KATA PENGANTAR....................................................................

vii

DAFTAR ISI..................................................................................

viii

DAFTAR TABEL..........................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................

xii

PENDAHULUAN .........................................................................

1

Latar Belakang .........................................................................
Rumusan Masalah ....................................................................
Tujuan .....................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles 1812)............

3
3

Taksonomi .................................................................
Morfologi...................................................................
Morfologi Saluran Pencernaan ...................................
Habitat .......................................................................
Pakan Lutung Kelabu ...............................................................
Jenis Pakan...............................................................................

3
3
4
5
6
6

Bayam (Amaranthus spp. L).......................................
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk) .........................
Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir).....................
Melinjo (Gnetum gnemon Linn) .................................
Sawi (Brassica juncea, L) ..........................................
Pohpohan (Pilea trinervia) .........................................
Konsumsi Pakan.......................................................................
Kecernaan Pakan ......................................................................
Kecernaan Bahan Kering ..........................................................
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi ..................................

6
7
7
8
8
8
9
9
10
10

METODE.......................................................................................

12

Lokasi dan Waktu.....................................................................
Materi.......................................................................................
Prosedur Penelitian...................................................................

12
12
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

18

Keadaan Umum........................................................................

18

Bahan Pakan.............................................................................
Konsumsi Air ...........................................................................
Tingkat Palatabilitas Pakan.......................................................
Konsumsi Pakan.......................................................................
Konsumsi Nutrien Pakan .........................................................
Pendugaan Kebutuhan Nutrien .................................................
Nutrien Dapat Dicerna dan Koefisien Cerna Nutrien Pakan ......
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE) ...

19
21
22
24
27
28
29
32

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

34

Kesimpulan ..............................................................................
Saran ........................................................................................

34
34

UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................

35

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

36

LAMPIRAN ..................................................................................

41

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Zat Nutrien Bahan Pakan.........................................

7

2. Jenis Bahan Pakan Segar...........................................................

14

3. Suhu dan Kelembaban Lingkungan ...........................................

18

4. Komposisi Nutrien Pakan..........................................................

20

5. Konsumsi Air............................................................................

21

6. Konsumsi Pakan Segar Lutung Kelabu .....................................

24

7. Konsumsi Bahan Kering Pakan Lutung Kelabu.........................

26

8. Konsumsi Nutrien Pakan dan Energi Bruto ...............................

27

9. Pendugaan Nutrien Pakan Lutung Kelabu .................................

29

10. Konsumsi, Produksi Feses, dan Koefisien Cerna Bahan
Kering Lutung Kelabu .............................................................
11. Nutrien yang dapat Dicerna dan Koefisien Cerna Nutrien
PakanLutung Kelabu .................................................................
12. Gross Energy, Total Digestible Nutrient dan
Digestible Energy .....................................................................

30
31
32

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Saluran Pencernaan Colobin .........................................

5

2.

Lutung Kelabu .............................................................

12

3.

Kandang Lutung Kelabu di PPSG .................................

13

4.

Ubi Jalar Rebus.............................................................

14

5.

Sayuran.........................................................................

14

6.

Tingkat Palatabilitas Konsumsi Pagi dan Sore
Lutung Kelabu ...............................................................

22

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Suhu dan Kelembaban.......................................................

41

2.

Konsumsi Segar Lutung Kelabu ........................................

42

3.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan Lutung Kelabu 1 ............

43

4.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan Lutung Kelabu 2 ............

44

5.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan Lutung Kelabu 3 ............

45

6.

Konsumsi Nutrien Bahan Pakan Lutung Kelabu 4 ............

46

7.

Nutrien dalam Feses Lutung Kelabu 1...............................

47

8.

Nutrien dalam Feses Lutung Kelabu 2...............................

48

9.

Nutrien dalam Feses Lutung Kelabu 3...............................

49

10. Nutrien dalam Feses Lutung Kelabu 4...............................

50

11. Tabel Konsumsi Pagi dan Sore ..........................................

51

PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia mempunyai banyak aneka satwa primata, salah satu diantaranya
adalah jenis lutung yang termasuk genus Trachypithecus. Satwa ini merupakan satwa
yang penyebarannya cukup luas di Indonesia antara lain di Pulau Jawa, Kalimantan
dan Sumatra. Seperti satwa lainnya, keberadaan lutung mulai punah akibat adanya
perburuan dan pengalihan fungsi hutan. Kondisi ini dapat menyebabkan lutung
menjadi satwa langka yang harus dilindungi.

Lutung kelabu (Trachypithecus

cristatus, Raffles 1812) adalah salah satu satwa liar yang dilindungi berdasarkan SK
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/kpts-II/1999.

IUCN (International

Union for Conservation of Nature and Natural Resource) menyatakan status
konservasi lutung kelabu adalah vulnerable, artinya rentan terhadap gangguan dan
dikhawatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian
habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000).
Untuk menjaga kelestarian lutung kelabu maka perlu dilakukan tindakan
konservasi baik secara in situ maupun ex situ. in situ merupakan usaha pelestarian
dilakukan dengan cara menetapkan beberapa kawasan hutan menjadi kawasan
konservasi dan dijadikan cagar alam atau suaka margasatwa.

Penangkaran

merupakan salah satu usaha pelestarian yang dilakukan secara ex situ. Penangkaran
artinya memelihara satwa liar yang ditempatkan bukan di habitat aslinya. Tempat
yang baru ini merupakan tempat yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa yang
menyerupai habitat aslinya dan dalam pengelolaanya ada campur tangan manusia.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah
pemberian pakan. Pakan yang diberikan adalah sebagai pemenuhan kebutuhan hidup
pokok dan reproduksi. Pemberian pakan yang kualitas dan kuantitasnya memadai
akan menunjang kelangsungan hidup, penampilan, kesejahteraan, produksi dan
kesehatan satwa liar di penangkaran
Perumusan Masalah
Lutung kelabu merupakan satwa asli Indonesia yang keberadaanya sudah
mulai punah.

Untuk menjaga kelangsungan hidupnya perlu adanya upaya

penyelamatan melalui konservasi ex situ (penangkaran). Lutung kelabu yang hidup

di penangkaran kebutuhan nutrisinya berbeda dengan kebutuhan di habitat aslinya.
Selama di penangkaran managemen pakan merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan. Standar kebutuhan nutrien lutung kelabu belum tersedia sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui konsumsi dan kecernaan lutung kelabu selama di
penangkaran. Informasi dari hasil penelitian dapat digunakan untuk menduga kebutuhan
nutrien lutung kelabu dari pakan yang diberikan di penangkaran.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat palatabilitas jenis
pakan, menduga kebutuhan zat nutrien berdasarkan konsumsi dan kecernaan pada lutung
kelabu di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi, Bogor.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus Raffles 1812)
Taksonomi
Taksonomi lutung kelabu menurut Rowe (1996), adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Familia

: Cercopithecidae

Genus

: Trachypithecus cristatus

Spesies

: Trachypithecus cristatus Raffles 1812

Lutung kelabu dikelompokkan bersama-sama dengan Presbytis dan Colobus
dalam subfamili yang sama karena sama-sama pemakan daun (leaf eater) atau
folivorus, walaupun demikian lutung kelabu juga makan buah dan biji-bijian (Napier
dan Napier 1967).
Morfologi
Di habitat aslinya lutung kelabu dapat diketahui dari warna bulu tubuhnya
yang hitam keperak-perakan, bagian vertikal berwarna kelabu pucat dan kepala
mempunyai jambul. Lutung kelabu yang baru lahir berwarna kuning jingga dan
tidak berjambul, setelah dewasa warna bulunya menjadi hitam kelabu. Panjang
tubuh lutung kelabu jantan dewasa rata-rata 517 mm dan panjang ekornya rata-rata
742 mm dengan berat tubuhnya rata-rata 6,3 kg (Supriatna dan Wahyono, 2000).
Lutung kelabu ini memiliki kantung lambung untuk membantu mencerna
selulosa dan formulasi giginya 2:1:2:3 (Napier dan Nepier, 1967; Fleagle, 1978;
Rowe, 1996). Jantan dan betina sangat sulit dibedakan satu sama lain. Perbedaan
yang jelas hanya bidang putih yang tidak teratur di bagian pinggul betina. Selain itu
jantan berukuran lebih besar dibandingkan dengan betina. Betina memiliki bobot
sekitar 89% dari bobot tubuh jantan. Lutung kelabu berbadan langsing dan berekor
panjang. Warna bulu (rambut) tubuhnya berlainan tergantung spesiesnya, dari hitam
kelabu hingga kuning emas.

Jika dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung kelabu terbilang pendek,
dengan telapak yang tidak berbulu. Ukuran tubuh lutung kelabu berkisar antara 4080 cm, dengan berat 5-15 kg. Tonjolan di atas matanya membedakan lutung dari
saudara dekatnya yaitu surili (Pesbytis comata).
Interval beranak lutung kelabu adalah satu kali setiap tahun. Lutung kelabu
tidak ada batasan yang jelas mengenai musim kawin. Rata-rata memiliki keturunan
satu ekor setiap kelahiran dengan masa kebuntingan rata-rata enam bulan. Matang
kelamin dicapai pada usia empat tahun dan empat sampai lima tahun untuk lutung
jantan.

Napier dan Napier (1967) menambahkan masa bunting lutung pada

umumnya sekitar 5-6 bulan dan induk menyusui bayi sampai mencapai umur 2 tahun
atau lebih. Salah satu hal yang menarik dari monyet ini adalah anaknya yang berbulu
keemasan akan dipelihara oleh seluruh betina dalam kelompok. Seiring dengan
bertambahnya umur, warna keemasan pada rambutnya ini akan semakin pudar
berganti gelap hingga akhirnya mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun.

Masa

menstruasi lutung pada umur 3,5 tahun selama 6–7 hari dan masa bunting 168 hari.
Tahapan usia lutung kelabu menurut Rowe (1996), adalah:
Bayi

: 18 bulan

Anak

: 18-36 bulan

Remaja

: 36-48 bulan

Interval kelahiran

: 18 bulan

Usia lutung kelabu di alam rata - rata 20 tahun. Di penangkaran usia tertua
yang pernah dicapai 29 tahun (Bedore, 2005 dalam Prayogo, 2006).
Morfologi Saluran Pencernaan
Ada dua tipe pencernaan pada primata yaitu monogastrik dan poligastrik.
Perbedaan keduanya adalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tertentu. Primata
monogastric memakan pakan berkadar nutrisi rendah dalam jumlah besar karena laju
pengolahan makanan lebih cepat. Primata poligastrik akan memakan tumbuhan yang
mengandung kadar nutrisi yang tinggi (NRC, 2003).
Lutung kelabu merupakan salah satu kelompok colobin yang memiliki perut
besar yang menjadi tempat bagi bakteri untuk mencerna pakan berserat. Kondisi ini
membantu lutung kelabu memakan daun lebih banyak. Bakteri dalam perut lutung
dapat membantu dalam memecahkan serat kasar dan juga membantu memecahkan
4

dan mengurai toksin (de Graff et al., 2004 dalam Prayogo, 2006; Nadler et al.,
2003). Lutung kelabu termasuk herbivora pakannya berupa dedaunan, buah-buahan,
dan kuncup bunga. Bahan makanan yang cenderung keras ini dapat dicerna, karena
lutung memiliki empat kamar pada lambungnya (Gambar 1). Fermentasi mikroba
terjadi di lambung depan yang besar pada colobin. Perut colobin terbagi menjadi
empat bagian yaitu : dua bagian besar diikuti oleh bagian gastric yang berbentuk pipa
memanjang dan bagian pylorica. Usus belakang meliputi kantung kolon dan cecum
yang besar dan panjang. Keberadaan organisme mikroba pencernaan serupa dengan
ruminansia. pH usus colobin adalah antara 5-6,7 pada layar dan sekitar 7 pada
colobus (Edwards et al., 1997).
Pylorus

Lambung sejati
Usus halus
Sekum
Usus besar
Anus
Gambar 1. Saluran Pencernaan Colobin
(Prayogo, 2006)

Habitat
Di Indonesia terdapat tiga sub spesies Trachypithecus, yaitu T. auratus
auratus penyebarannya di Jawa Barat bagian barat, T.a. mauritius terdapat di Jawa
Barat bagian tenggara, dan T.a cristatus tersebar di P. Bangka, P. Belitung,
Kepulauan Riau, Kalimantan Timur dan Selatan, Sumatera bagian selatan temasuk
juga Jawa Timur, Bali dan Lombok (Iskandar, 2003). Lutung kelabu hidup di hutan
terutama hutan hujan. Lutung kelabu termasuk hewan siang (diurnal) dan sangat aktif
pada pagi dan sore hari. Sehari-hari bergelantungan dan melompat dari satu pohon
ke pohon lainnya. Hewan ini hidup bergerombol antara 5-20 ekor dan dipimpin oleh
seekor jantan. Suara pejantan sangat nyaring untuk mengingatkan agar kelompok

5

lain tidak memasuki wilayahnya. Hewan ini dapat hidup hingga 20 tahun di habitat
aslinya (Iskandar, 2003).
Pakan Lutung Kelabu
Pola makan primata umumnya dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan
kuantitas jenis pakan yang dikonsumsi yaitu frugivorus (banyak makan buah),
folivorus (banyak makan daun) dan insectivorus (banyak makan serangga).
Pemilihan jenis pakan berdasarkan karakteristik gigi dan sistem pencernaan yang
dimiliki oleh masing-masing jenis primata (NRC, 2003; Rowe 1996).
Lutung kelabu termasuk primata folivorus atau leaf eater artinya banyak
makan dedaunan (Rowe, 1996). Secara umum pakan dari Genus Trachypithcus
adalah daun muda dan pucuk 32% (9-52%), daun tua dan tangkai daun 26% (1-61%),
buah-buahan 32% (1-55%), biji-bijian 7% (0 - 40%), bunga dan tunas 10% (0 43%), insekta 1% dan lainya 0,5% (NRC, 2005). Sementara menurut Supriatna dan
Wahyono (2000), jenis pakan lutung lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda.
Komposisi pakan lutung kelabu terdiri dari 50% berupa daun yang berbeda, 32%
buah, 13% bunga-bungaan dan sisanya bagian dari tumbuhan dan serangga
Berdasarkan hasil penelitian Prayogo (2006), pada spesies lutung kelabu yang
diberikan pakan seperti terung, jagung, ubi jalar, daun salad, lamtoro dan kangkung
diketahui kebutuhan akan konsumsi air rata-rata 80,34%, lemak 17%, protein 16,8%,
serat kasar 19,74%, Ca 0,73-1,1% dan P 0,37-0,18% per hari dari pakan yang
diberikan. Untuk golongan Old World Monkey yang sudah dewasa memerlukan
makanan yang mengandung 15 % protein untuk betina bunting dan menyusui sebesar
25 % protein (Sajuthi, 1984).
Jenis Pakan
Bayam (Amaranthus spp. L)
Tanaman bayam cukup banyak mengandung protein, mineral, kalsium, zat
besi, dan vitamin. Hardinsyah dan Briawan (1994) menyatakan bayam mengandung
2,1% protein (Tabel 1). Kandungan protein bayam tinggi akan asam amino lisina
yang biasanya rendah pada protein nabati lainnya. Kadar protein biji bayam sekitar
16 %, sedangkan pada gandum antara 12 – 14 %, beras 7 – 19 % dan pada jagung 9 –
10 %. Kandungan asam amino lisina pada bayam, yaitu sekitar 0,174 % (Asiamaya,

6

2007) setara dengan lisina yang terkandung dalam susu (Hadisoeganda, 1996).
Kandungan vitamin dan mineral pada bayam juga cukup tinggi. Zat hijau daun
terdapat dalam bayam memiliki karoten yang merupakan provitamin A yang akan
diubah dalam tubuh menjadi vitamin A. Kandungan vitamin A ini berguna untuk
ketahanan tubuh dalam menanggulangi penyakit mata, sakit pernafasan, kesehatan
kulit dan selaput lendir (Bandini dan Azis, 1995).
Tabel 1. Komposisi Nutrien pada Berbagai Jenis Bahan Pakan
(dalam 100 g Bahan Segar)
Zat Nutrisi

Ubi 1)

Kangkung 2) Sawi 2)

Kadar Air (g)
68,5
91,2
Protein Kasar (g)
2,7
29,13
Lemak Kasar (g)
0,79
0,4
Energi (kkal)
123
134
Sumber : 1) Harli (2000)
2)
Kumalaningsih (2008)
3)
Nurwulan (2002)
4)
Hardinsyah dan Briawan (1994)
5)
Coronel (1999)

85,1
6,99
1,6
73

Pohpohan 3) Bayam 4) Melinjo5)
87,4
2,5
0,8
37

92,9
2,1
0,2
21

70
10,5
1,7
49

Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk)
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah bagian batang muda
dan pucuk-pucuknya sebagai sayuran. Selain untuk sayuran, kangkung juga untuk
tubuh yang berfungsi untuk menenangkan syaraf atau berkhasiat sebagai obat tidur
(Rukmana, 1994). Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik), anti
radang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif
(obat tidur) (Sunaryo, 2003).
Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir)
Hasil penelitian Muhilal (1991) dan para peneliti dari Direkorat Gizi Depkes
(1995) menyatakan bahwa ubi mengandung betakaroten dan vitamin A yang tinggi,
karbohidrat (75-90 %) yang terdiri dari pati (60-80 % berat kering), gula (4-30 %
berat kering), selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Harli (2000) menytakan kadar
protein ubi jalar yang rendah, tetapi energi ubi jalar cukup tinggi (Tabel 1). Satu
porsi ubi rebus yang berwarna kuning emas sekitar 200 gram mampu menyediakan

7

betakaroten sekitar 5400 mikrogram atau setara dengan 900 retinol ekivalen (RE)
(Harli, 2000).
Melinjo (Gnetum gnemon Linn)
Melinjo (Gnetum gnemon L.) atau dalam bahasa Sunda disebut tangkil.
Melinjo adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk
pohon yang berasal dari Asia tropik dan Pasifik Barat.

Melinjo merupakan

tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang berbiji dua (dikotil). Batangnya kokoh dan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (Wikipedia, 2007). Daunnya berbentuk
elips memanjang dengan ujung runcing, bewarna hijau dan tulang daunnya menyirip
(Susilowati, 2003). Panjang daunnya rata-rata 7,5 – 20 cm dan lebarnya 2 – 10 cm.
Setiap 100 gram daun melinjo mengandung vitamin A sebesar 3000 RE (Yunita,
2002). Coronel (1999) menyatakan kadar protein melinjo sekitar 10,5 gram per 100
gram bahan segar (Tabel 1).
Sawi (Brassica juncea, L)
Sawi mempunyai bentuk daun yang lonjong, halus dan tidak berbulu, serta
urat daun utama lebih sempit dari petsai. Akar berbentuk tunggang dengan
penyebaran akar-akar yang banyak pada setiap samping tanaman sawi. Sawi hijau
banyak mengandung vitamin A dan B yang cukup banyak dan sedikit kandungan
vitamin C (Sunarjono, 2002). Kandungan zat nutrisi sawi dapat dilihat pada Tabel 1.
Sawi mengandung sekitar 7% protein kasar dan energi sekitar 73% (Tabel 1).
Pohpohan (Pilea trinervia)
Kandungan zat nutrisi daun pohpohan dapat dilihat pada Tabel 1. Pohpohan
adalah sejenis tumbuhan bawah, tumbuh baik di bawah naungan tajuk pohon hutan
pada ketinggian 500 – 1300 mdpl (Priana, 2004).

Daunnya berbentuk elips

memanjang dengan tulang daun menyirip, selain itu daunnya ditutupi oleh bulu-bulu
halus dan ujung-ujung daunnya sedikit bergerigi, ukurannya bervariasi dengan
panjang 6 – 15 cm dan lebar 2,5 – 7 cm. Batangnya tidak berkayu dan berwarna abuabu hijau.

8

Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi atau Voluntary Feed Intake (VFI) diartikan sebagai jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan makanan tersebut diberikan ad
libitum (Parakkasi, 1995).

Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk

membantu metabolisme dalam tubuh (Sutardi, 1981).

Konsumsi pakan pada

umumnya sangat dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas terhadap suatu bahan pakan.
Menurut Scott et al. (1982) palatabilitas adalah rasa pakan itu sendiri. Secara umum
palatabilitas dipengaruhi terutama oleh rasa, bau, dan warna makanan.
Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan
mendekati pakan, proses bekerjanya indra hewan terhadap pakan, proses memilih
pakan dan proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat
dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan
yang berdaya cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah. Iklim
yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan. Apabila iklim panas
maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah
konsumsi akan meningkat (Tomaszewska et al., 1991).

Kecernaan Pakan
Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
pakan dalam alat pencernaan.

Proses tersebut meliputi, pencernaan mekanik,

pencernaan hidrolitik, dan pencernaan fermentatif.

Proses pencernaan mekanik

terjadi di mulut oleh gigi sehingga bahan pakan yang dikunyah menjadi berukuran
kecil di dalam perut dan dicerna oleh usus. Bahan makanan diuraikan menjadi
molekul yang sangat sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
tubuh hewan tersebut dan hal ini merupakan proses pencernaan hidrolitik (Sutardi,
1981).
Pada umumnya pakan yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi
mempunyai daya cerna yang rendah.

Daya cerna semu (apparent digestibility)

merupakan banyaknya zat yang terkonsumsi yang tidak didapatkan dalam feses
(Parakkasi, 1995). Jumlah zat makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan
mengalikan kandungan zat makanan dalam bahan dengan jumlah pakan yang
dikonsumsi, begitu juga untuk menghitung zat makanan yang terdapat dalam feses.

9

Analisa zat makanan dapat dilakukan dengan analisa proksimat (Maynard et al.,
1979).
Kecernaan Bahan Kering
Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh hewan selama satu hari perlu
diketahui untuk dapat mengetahui kebutuhan hewan akan zat makanan yang
dikonsumsi untuk petumbuhan, hidup pokok, dan reproduksi. Kecernaan dinyatakan
dalam bahan kering dan dalam persen adalah koefisien cerna (Tillman et al., 1986).
Tingkat kecernaan adalah usaha untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang
diserap oleh saluran pencernaan (Anggrodi, 1990).

Bagian yang dapat dicerna

adalah selisih antara zat – zat makanan yang dikonsumsi dengan zat – zat makanan
yang dibuang bersama feses. Pengukuran daya cerna adalah suatu usaha untuk
meningkatkan jumlah zat makanan dari bahan pakan yang diserap dalam saluran
pencernaan.

Nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan yang

dipengaruhi oleh komposisi kimiawi, pengolahan bahan makanan, jumlah pakan, dan
jenis hewan (Maynard et al., 1979).
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi
Pusat Penyelamatan Satwa Gadog (PPSG) terletak di jalan Raya Gadog Rt.
01 Rw. 01 Desa Sukakarya Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Dari Kota Bogor
yaitu sekitar 10 Km. Ketinggian lokasi sekitar 650 m dpl dengan suhu rata-rata
22,89 0C dan kelembaban udara 59,7%.

PPSG telah berdiri sejak tanggal 25

September 2003 yang merupakan sebuah organisasi non pemerintah dan bersifat
nirlaba. PPSG bergerak dalam penanganan masalah satwa liar dan habitatnya dan
dijadikan sebagai salah satu tempat transit satwa sebelum dilepaskan ke habitat
aslinya.
Kegiatan di PPSG meliputi penyediaan fasilitas (sarana dan prasarana) tempat
transit, pengolahan, penanganan satwa liar, dan sosialisasi program kepada
masyarakat. PPSG berkonsentrasi pada program: (a) Pemberian dukungan teknis
kepada pihak yang berwenang dalam melakukan operasi penyitaan satwa – satwa liar
yang dilindungi dan diproses hukum, (b) Pemulihan kondisi fisik dan psikologis
satwa liar sitaan, (c) persiapan pelepasan kembali satwa hasil pemulihan ke habitat
aslinya yang pernah tercatat dan melakukan kampanye dan pengadaan kepada
masyarakat mengenai pentingnya perlindungan dan penyelamatan satwa liar.
10

Lutung kelabu adalah salah satu satwa liar yang dilindungi berdasarkan SK
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/kpts-II/1999 dan tercantum dalam
Appendix II CITES (Suyanto et al., 2002). International Union for Conservation of
Nature and Natural Resource (IUCN) menyatakan status konservasi lutung kelabu
adalah vulnerable, artinya rentan terhadap gangguan dan dikhawatirkan akan punah
apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan
Wahyono 2000).

11

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga bulan September 2007
di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog (PPSG) Ciawi-Bogor, Analisa pakan dan feses
dilakukan di Laboratorium Pengujian Nutrisi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
Cibinong.
Materi
Satwa
Penelitian ini menggunakan empat ekor lutung kelabu betina (Gambar 2)
berusia sekitar 3-5 tahun dan telah dipelihara PPSG sekitar satu tahun lebih. Lutung
kelabu tersebut hasil sitaan dari masyarakat di Bogor dan berasal dari operasi hutan
di Lampung.

Gambar 2. Lutung Kelabu
(Gambar : Pratiwi, 2007)

Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang panggung individu, yang masingmasing dilengkapi dengan tempat pakan permanen berbentuk segi empat dengan
volume 30 cm3, tempat tidur terbuat dari kayu segi empat, beberapa alat main dan
tempat minum berbentuk bulat yang berukuran panjang diameter 7,5 cm. Kandang
berukuran 1 x 1,5 x 2,5 m dengan lantai keramik dan dinding beton (Gambar 5).
Alat-alat dan bahan yang digunakan antara lain : timbangan, label, pisau,
termohigrometer, kantung plastik, oven, baki plastik/keranjang dan instrument untuk
uji proksimat.

Gambar 3. Kandang Lutung Kelabu di PPSG
(Gambar: Pratiwi, 2007)

Jadwal pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan secara restricted feeding (Pratas, 2006) atau
pemberian pakan yang dibatasi, namun hewan dapat bebas memilih pakan yang
diberikan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan siang hari
antara pukul 08.00-08.30 dan 13.00-14.00 WIB. Air minum disediakan ad libitum.
Perlakuan preliminary dilakukan untuk tujuan adaptasi hewan terhadap pakan yang
diberikan.

13

Bahan Pakan
Bahan pakan yang diberikan terdiri dari sayuran segar dan umbi-umbian
sesuai de