Efektivitas Mikroenkapsulasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis untuk Mencegah Kerusakan Fungsi Hati Tikus akibat Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi

i

EFEKTIVITAS MIKROENKAPSULASI EKSTRAK
METANOL KULIT BUAH MANGGIS (KBM) UNTUK
MENCEGAH KERUSAKAN FUNGSI HATI TIKUS AKIBAT
KONSUMSI MINYAK SAWIT TEROKSIDASI

NESYA NOVA FEBRIANE

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Mikroenkapsulasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (KBM) Untuk Mencegah

Kerusakan Fungsi Hati Tikus Akibat Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nesya Nova Febriane
NIM F24100135

ii

iii

ABSTRAK
NESYA NOVA FEBRIANE. Efektivitas Mikroenkapsulasi Ekstrak Metanol Kulit
Buah Manggis (KBM) untuk Mencegah Kerusakan Fungsi Hati Tikus Akibat
Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi. Dibimbing oleh PUSPO EDI GIRIWONO

dan SUTRISNO KOSWARA.
Kebiasaan makan orang Indonesia yang menyukai makanan yang
digoreng, memicu tingginya resiko menderita penyakit degeneratif. Resiko
tersebut dapat diturunkan dengan konsumsi antioksidan eksogen yang mampu
menghambat stres oksidatif. Salah satu sumber antioksidan kuat adalah
antioksidan dalam kulit buah manggis (KBM). Sumber antioksidan potensial ini
masih jarang dimanfaatkan dengan baik karena sifat sensori KBM yang pahit,
sepat dan getir. Proses mikroenkapsulasi dapat melindungi dan mengontrol
pelepasan senyawa bioaktif. Oleh karena itu, proses mikroenkapsulasi merupakan
solusi terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas daya antioksidan perlakuan mikroenkapsulasi terhadap
ekstrak metanol KBM, serta mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah
kerusakan fungsi hati pada tikus akibat konsumsi minyak sawit teroksidasi. Proses
mikroenkapsulasi penurunan kapasitas antioksidan dengan nilai IC50 ekstrak
sebesar 0.0085 g/mL dan IC50 mikroenkapsulat sebesar 0.0125 g/mL. Rasa pahit
dan getir dari kulit manggis dapat dihilangkan selama proses ekstraksi dan
mikroenkapsulasi terbukti dari tidak terdapat pengaruh terhadap konsumsi pakan
tikus. Penambahan antioksidan yang terkandung pada ekstrak dan
mikroenkapsulat KBM terbukti mampu menurunkan kerusakan hati terlihat dari
penurunan jaringan adiposa dan kadar MDA hati tikus. Penurunan berat adiposa

pada KBM 1, KBM 2, dan KBM 3 secara berturut-turut adalah 54.20%, 60.37%,
dan 51.41%, sedangkan kadar MDA mengalami penurunan sebesar 8.32%,
36.87%, dan 50.12%. Berdasarkan penurunan tersebut, KBM 3 dengan kandungan
mikroenkapsulat 200 mg/kg merupakan konsentrasi terbaik.
Kata Kunci : minyak sawit teroksidasi, antioksidan, kulit buah manggis (KBM),
mikroenkapsulasi, kerusakan fungsi hati

iv

ABSTRACT
NESYA NOVA FEBRIANE. Microencapsulation of Mangosteen Pericarp (KBM)
Methanol Extract Prevents Rats Liver Damage due to Oxidized Palm Oil
Consumption. Supervised by PUSPO EDI GIRIWONO and SUTRISNO
KOSWARA.
Indonesian high consumption of fried food contributes in increasing the
risk metabolic syndrome diseases. Exogenous antioxidant is needed to reduce this
risk. One of the most potent antioxidants is contained in the pericarp of
mangosteen. This potential source of antioxidant is still not utilized properly
because of its bitter taste. Microencapsulation of pericarp extract can protect and
control the release of bioactive compounds, therefore this process is the best

solution to overcome the existing problems. This study aims to evaluate the
antioxidant effectiveness of mangosteen pericarp and microencapsulation of KBM
methanol extract. This study also evaluate its effectiveness in preventing liver
disfunction in rats as a result of the consumption of oxidized palm oil.
Microencapsulation process decreases the extract antioxidant capacity from IC50
0.0085 g/mL (extract) to IC50 0.0125 g/mL (microcapsulate). The bitter taste of
mangosteen pericarp could be removed during extraction and microencapsulation
processes, indicated by no effect on feed intake of rat. Addition of KBM extract
and microencapsulate are proven to reduce liver disfunction that can be seen from
the decrease in rat’s adipose tissue and liver MDA levels. The decrease of adipose
mass on KBM 1, KBM 2, and KBM 3 respectively are 54.20%, 60.37%, and
51.41%, while the MDA levels decreased by 8.32%, 36.87%, and 50.1 %. Based
on these facts, 200 mg/kg is the best concentration to reduce risk of liver damage.
Keywords:

oxidized palm oil, antioxidant,
microencapsulation, liver damage

mangosteen


pericarp,

v

EFEKTIVITAS MIKROENKAPSULASI EKSTRAK
METANOL KULIT BUAH MANGGIS (KBM) UNTUK
MENCEGAH KERUSAKAN FUNGSI HATI TIKUS AKIBAT
KONSUMSI MINYAK SAWIT TEROKSIDASI

NESYA NOVA FEBRIANE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

vi

Judul Skripsi : Efektivitas Mikroenkapsulasi Ekstrak Metanol Kulit Buah
Manggis untuk Mencegah Kerusakan Fungsi Hati Tikus akibat
Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi
Nama
: Nesya Nova Febriane
NIM
: F24100135

Disetujui oleh

Puspo Edi Giriwono, Ph.D
Pembimbing I

Ir. Sutrisno Koswara, M.Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli
2013 ini ialah efektivitas mikroenkapsulasi ektrak metanol kulit manggis, dengan
judul Efektivitas Mikroenkapsulasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis untuk
Mencegah Kerusakan Fungsi Hati Tikus akibat Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Puspo Edi Giriwono, PhD dan
Bapak Ir. Sutrisno Koswara, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Nancy Dewi Yuliana,
STP, DEA sebagai penguji tugas akhir. Tidak lupa ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada staf UPT ITP juga staf laboran laboratorium kimia, biokimia,
dan pilot plant (Mbak May, Mbak Ina, Ibu Novi, Pak Yahya, Mbak Vera, Pak Adi,
Mbak Irin, Pak Rojak, Pak Nur) atas setiap bantuan dan kemudahannya.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu
Ermina Tatik) dan seluruh keluarga besar tersayang (Kak Lily, Kak Lala, Kak Lucy,
Kak Nidy, Cihu Agus, Cihu Erwin, Cihu Rudy, Vincent, Michelle, Keiko, Clay,
Albert, Nicholas, dan Hillary) yang dengan luar biasa memberikan bantuan semangat,
moril, dan cinta selama penulis menjalankan penelitian, serta kepada Albert Adrianus
yang terus memberikan tawa, dukungan, dan semangat ketika penulis merasa letih
dan putus asa, serta sahabat-sahabat (Livia, Tep-Tep, Vega, Lidya, MP). Terakhir
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman seperjuangan dalam penelitian
Blasius Aditya Putra Permana atas segala kerjasama, bantuan, serta dukungan selama
penelitian ini berlangsung, serta kepada seluruh teman-teman ITP 47 yang dengan
luar biasa memberikan semangat satu sama lain. Penulis berharap dan berdoa semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan
Yesus Kristus.
Bogor, Agustus 2014

Nesya Nova Febriane


i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ii
ii
ii
1
1
2
3
3
3
3
3
4
6
6
18
18

18
18
22
28

ii

DAFTAR TABEL
1 Formula Pakan Tikus
2 Hasil Percobaan Pembuatan Ekstrak dan Mikroenkapsulat

6
7

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kondisi ekstrak setelah proses penghilangan metanol
Aktivitas antioksidan KBM
Data kualitas minyak teroksidasi dan non oksidasi
(a) Data perubahan berat badan tikus, (b) Data rata-rata berat tikus
(a) Data perubahan konsumsi pakan tikus, (b) Data rata-rata jumlah
konsumsi pakan
Data berat hati tikus
Data berat limfa tikus
Data berat ginjal tikus
Data berat adiposa tikus
Kadar malonaldehida hati tikus
Persentase penurunan berat adiposa dan kadar MDA

7
8
10
11
12
13
13
13
14
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Skema penelitian
Tahapan pembuatan tepung KBM

22
23

Tahapan pembuatan ekstrak KBM kering
Tahapan proses mikroenkapsulasi KBM
Gambar produk KBM
Gambar organ hati tikus

24
25
26
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit degeneratif atau yang sekarang lebih dikenal sebagai non
communicable diseases (NCDs), seperti penyakit kardiovaskular, kanker,
diabetes, dan gangguan pernapasan kronis, merupakan penyebab kematian
terbesar di dunia. Lebih dari 36 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
penyakit ini, dimana 14 juta diantaranya meninggal di usia kurang dari 70 tahun
(WHO 2013). Penyakit ini bukan disebabkan oleh penyakit menular, melainkan
akibat pola hidup tidak sehat yang menyebabkan penurunan fungsi jaringan dan
organ tubuh. Kebiasaan merokok, pola makan, konsumsi alkohol, serta kurangnya
aktivitas fisik menjadi penyebab utama penyakit ini (WHO 2013). Pola hidup
tersebut dapat menyebabkan jumlah antioksidan endogen tubuh tidak mampu
menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas sehingga terjadi peningkatan
stres oksidatif. Yang dimaksud dengan stres oksidatif adalah kondisi dimana
jumlah radikal bebas lebih tinggi daripada jumlah antioksidan di dalam tubuh
(Otero et al. 2009).
Salah satu pola makan tidak sehat yang marak terjadi di Indonesia adalah
kebiasaan makan makanan jajanan yang digoreng menggunakan minyak sawit
sebagai medium pemanas. Kebiasaan tersebut tidak terlepas dari kontribusi
minyak goreng yang dapat memberi rasa dan flavor yang sangat disukai orang
Indonesia. Makanan jajanan yang digoreng seperti “gorengan” memiliki harga
yang relatif murah sehingga dapat dibeli oleh masyarakat dengan tingkat
pendapatan menengah ke bawah. Badan Pusat Statistik (2013) menyatakan bahwa
jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun
2013 sekitar 28 juta orang. Hal itu menyebabkan tingginya resiko orang Indonesia
di golongan menengah ke bawah mengalami penyakit degeneratif. Kondisi
minyak sawit yang digunakan seringkali tidak diperhatikan. Minyak sawit
digunakan terus menerus untuk menggoreng sehingga tingkat oksidasi minyak
sangat tinggi, terlihat dari warna minyak yang cenderung kehitaman, keruh, dan
berbau tengik. Minyak goreng teroksidasi akan menyebabkan peningkatan stres
oksidatif dalam tubuh, terutama di hati. Stres oksidatif yang tinggi berkontribusi
besar pada peningkatan resiko terkena penyakit degeneratif. Radikal bebas yang
terdapat pada minyak sawit teroksidasi memiliki afinitas yang tinggi terhadap
DNA dan makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Hal itu dapat
menyebabkan terjadi peroksidasi lipid, kerusakan membran sel dan DNA, bahkan
menyebabkan mutasi DNA. Jika terjadi secara terus menerus maka kerusakan
tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker,
penyakit kardiovaskular, dan diabetes (Hodgson 2004). Untuk menurunkan resiko
penyakit tersebut, dibutuhkan antioksidan eksogen yang mampu mengeliminasi
radikal bebas dan menurunkan stres oksidatif. Antioksidan berperan dalam
menstabilkan radikal bebas sehingga menghambat reaksi berantai dan melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas (Windono et al. 2001).
Indonesia memiliki komoditas pangan yang dapat berperan sebagai sumber
antioksidan, yaitu yang terkandung dalam kulit buah manggis (KBM). Garcinia
mangostana L. (Clusiaceae), yang umum dikenal sebagai manggis, merupakan
buah tropis yang banyak tumbuh di Indonesia. Selain buahnya yang lezat dan

2

disukai, pericarp kulitnya mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas
farmakologi dan daya antioksidan yang kuat. Senyawa tersebut antara lain
flavonoid, tannin, triterpenoid, benzophenone, antosianin, katekin dan xanton
(Orozco dan Failla 2013; Tiwari et al. 2013). Dewasa ini kulit manggis terkenal
sebagai sumber xanton karena jumlah xanton yang sangat melimpah dibandingkan
pada buah dan sayur lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hyun et al. (2006)
menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis xanton yang terkandung dalam KBM yaitu
8-hydroxycudraxanthone G, mangostingone [7-methoxy-2-(3-methyl-2-bute- nyl)8-(3-methyl-2-oxo-3-butenyl)-1,3,6-trihydroxyxanthone], cudraxanthone G, 8deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin, 1isomangostin, R-mangostin, ç-mangostin, mangostinone, smeathxanthone A, dan
tovophyllin A. Menurut Akao et al. (2008), xanton dalam KBM memiliki efek
anti-kanker, dan memiliki sifat sinergistik saat dikombinasikan dengan obat antikanker 5-FU dengan meningkatkan aktivitas sel NK pada tikus. Sedangkan Aisha
et al (2012) menunjukkan bahwa ekstrak α-mangostin dan xanton pada KBM
berpotensi sebagai senyawa anti-kanker kolon. Beberapa penelitian juga telah
menunjukkan ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas anti-mikroba, antiproliferasi pada sel kanker payudara, anti-inflamasi, anti-alergi, dan anti-virus
(Palakawong et al. 2010; Moongkarndi et al 2004; Chaverri et al 2008). Selain
itu, studi toksisitas yang dilakukan oleh Visnu et al. (2010) menunjukkan ekstrak
metanol kulit manggis sampai konsentrasi 3 g/kg tidak memperlihatkan adanya
efek toksik secara akut pada tikus. Dengan demikian, KBM memiliki potensi yang
sangat besar untuk digunakan sebagai pencegah penyakit degeneratif.
Perumusan Masalah
Kebiasaan makan makanan gorengan dengan minyak sawit teroksidasi
berimplikasi pada beratnya kerja organ hati sebagai organ yang berperan dalam
metabolisme lemak. Radikal bebas dari minyak sawit teroksidasi dapat
menyebabkan kerusakan pada sel hati dengan menyebabkan peroksidasi lipid
sehingga dihasilkan senyawa malonaldehida (Suryohudoyo 2000) dan
menurunkan fungsi hati dalam proses metabolisme lemak. Hal itu juga berdampak
pada penimbunan trigliserida pada jaringan adiposa. Masalah tersebut dapat
dihambat dengan kandungan senyawa polifenol yang terkandung dalam KBM.
Sayangnya, senyawa antioksidan dalam KBM yang sangat potensial ini jarang
dimanfaatkan dengan baik, terlihat dari kulitnya yang menjadi limbah dan
dibuang. Hal itu disebabkan nilai sensori KBM yang rasanya pahit, sepat dan getir
sehingga tidak memungkinkan untuk dikonsumsi langsung. Rasa pahit dan getir
tersebut dihasilkan akibat tingginya kandungan tannin yang terkandung di
dalamnya. Menurut Theppoonpol (1995), kulit manggis mengandung sekitar
14.1% tannin. Oleh karena itu diperlukan proses pengolahan yang dapat
mengatasi masalah yang ada. Salah satu proses alternatif yang dapat diaplikasikan
adalah mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan suatu
senyawa baik berbentuk padat, cair, maupun gas dengan suatu bahan penyalut
berukuran sangat kecil (Yoshizawa 2004). Prinsip mikroenkapsulasi adalah
penggunaan dua bahan yang terlibat di dalamnya, yaitu inti dan penyalut. Polimer
penyalut yang biasanya digunakan dalam proses mikroenkapsulasi berfungsi
sebagai dinding pembungkus bahan inti yang melindungi selama proses

3

pemadatan atau pengeringan, memperbesar volume dan meningkatkan jumlah
total padatan (Masters 1979). Mikroenkapsulasi memberikan sarana mengubah
cairan menjadi zat padat, mengubah sifat koloidal dan sifat-sifat permukaan,
memberikan perlindungan terhadap pengaruh lingkungan, serta mengontrol
pelepasan karakteristik penyediaan bahan-bahan terlarut (Saifullah 2006). Oleh
karena itu diharapkan proses ini dapat menutupi rasa sepat dan getir KBM
sehingga lebih mudah dikonsumsi oleh konsumen dan manfaatnya untuk
menurunkan kerusakan fungsi hati dapat diperoleh tanpa masalah sensori yang
berarti. Proses ini juga akan menghasilkan ekstrak KBM dalam bentuk serbuk
yang lebih mudah ditangani, mudah diaplikasikan sebagai ingredien tambahan
pada berbagai macam produk pangan ataupun sebagai suplemen, mudah
disimpan, serta memiliki umur simpan yang lebih panjang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan
mikroenkapsulasi terhadap daya antioksidan ekstrak metanol pericarp KBM, serta
mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah kerusakan fungsi hati pada hewan
percobaan akibat konsumsi minyak sawit teroksidasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas
mikroenkapsulasi ekstrak metanol KBM dalam mencegah kerusakan fungsi hati
akibat stres oksidatif pada tikus, serta dihasilkannya mikroenkapsulat ekstrak
metanol KBM yang tidak memiliki rasa pahit dan getir.

METODE
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung KBM
(tepung diperoleh dari suplier dengan proses pembuatan yang dapat dilihat pada
Lampiran 2), akuades, metanol teknis, gelatin, maltodekstrin, dan
carboxymethylcellulose (CMC). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis
adalah DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) 1 mM dalam metanol p.a. yang
disiapkan segar, metanol p.a., standar asam galat, pakan tikus putih, minyak sawit
yang telah teroksidasi (pemanasan 180 oC selama 72 jam), PBS (Phospate Buffer
Saline) pH 7.4 yang mengandung KCl 0.15 M, HCl 0.25 N yang mengandung
15% TCA (Tricarboxylic acid), 0.38% TBA (Thiobarbituric acid), dan 0.5% BHT
(Butylated hydroxyanisole), nitrogen cair, standar TEP (Tetraetoksi Propana),
etanol 96%, NaOH 0.1 N, Na2S2O3 0.02 N, serta akuades tanpa Cl dan CO2.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah deep fat fryer, toples,
gelas ukur, kain saring, pipet mohr, bulb, vacuum rotari evaporator, termometer,
freeze dryer, hot plate, homogenizer, drum dryer, blender, vorteks, sentrifusa,

4

tabung sentrifus, spektrofotometer, mikropipet, penangas air, aluminium foil yang
telah dilaminasi, kandang tikus putih, neraca analitik, alat penggerus, alat bedah
hewan, mikrotip, tabung reaksi, dan tabung mikrosentrifus.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tahap pembuatan ekstrak cair tepung KBM,
pembuatan mikroenkapsulat ekstrak KBM, dan tahap analisis produk. Analisis
produk meliputi analisis kapasitas antioksidan dengan metode DPPH, dan analisis
pengaruh antioksidan secara in vivo pada tikus putih yang terpapar minyak sawit
yang teroksidasi. Skema penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tahap Pencairan Ekstrak Tepung KBM (Dungir 2012)
Pembuatan ekstrak cair tepung KBM dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut metanol pada suhu ruang. Tepung KBM dimaserasi dengan
pelarut (air : metanol = 20 : 80) dengan perbandingan tepung dan pelarut sebesar
1:4 dan 1:8 selama 24 jam dengan beberapa kali pengadukan. Setelah itu,
campuran disaring dengan kain saring lalu dilanjutkan dengan proses filtrasi
menggunakan vakum dan kertas saring untuk memisahkan ampas dan filtratnya.
Filtratnya kemudian dievaporasi menggunakan vacuum evaporator pada suhu
40oC untuk menguapkan metanol. Selanjutnya ekstrak yang terdapat pada fase air
dihembuskan dengan gas nitrogen untuk benar-benar menghilangkan sisa metanol.
Ekstrak yang bebas metanol lalu dibekukan, dan dikeringkan dengan freeze dryer.
Dari kedua perbandingan tepung dan pelarut selanjutnya diuji rendemen, pH,
kapasitas antioksidan, dan kadar fenoliknya lalu ditentukan perbandingan terbaik
yang selanjutnya digunakan dalam uji in vivo.
Tahap Pembuatan Mikroenkapsulat Ekstrak Tepung KBM (Wijaya 2009)
Tahap pembuatan mikroenkapsulat ekstrak tepung KBM melibatkan
penambahan dan pencampuran bahan-bahan penyalut, yaitu maltodekstrin (7.7%),
gelatin (2.9%), CMC (0.9%), dan air (78%) lalu pemanasan (60 oC) dan
pendinginan (45oC) kemudian dilakukan homogenisasi. Setelah medium penyalut
tersebut homogen, ditambahkan ekstrak KBM (10.6%) kemudian dilakukan
homogenisasi ulang dan pengeringan menggunakan drum dryer. Tahap terakhir
adalah pengecilan ukuran mikroenkapsulat kering menggunakan blender.
Uji Kualitas Minyak Sawit
 Analisis Bilangan Asam (AOAC 2000)
Asam lemak bebas merupakan indikator awal kerusakan minyak/lemak
akibat hidrolisis yang dapat mempercepat kerusakan oksidatifnya. Sebanyak 5 g
contoh minyak dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 25 mL
etanol 95% serta 2 mL indikator fenolftalein. Campuran digoyang agar homogen
lalu dititrasi dengan NaOH 0.1 N sambil digoyang sampai terbentuk warna pink
permanen selama 30 detik
 Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 2000)
Reaksi oksidasi terjadi melalui beberapa tahap yaitu inisiasi, propagasi,
dan terminasi. Radikal bebas yang terbentuk pada tahap inisiasi dapat berikatan
dengan oksigen membentuk senyawa peroksida. Senyawa tersebut digunakan

5

sebagai indikator terjadinya oksidasi lemak/minyak. Sebanyak 0.25 g contoh
minyak dilarutkan dengan 30 mL asam asetat glasial-kloroform (CH3COOHCHCl3), lalu dikocok sampai semua minyak larut. Selanjutnya ditambahkan 5 mL
larutan KI jenuh dan didiamkan selama 15 menit di tempat gelap sambil sesekali
digoyang. Sebanyak 30 mL air destilata dan 0.5 mL indikator pati 1%
ditambahkan, lalu titrasi campuran dengan larutan Na2S2O3 0.02 N sambil
digoyang dengan kuat, hentikan titrasi saat warna biru mnghilang.
Tahap Analisis Produk
 Uji Kapasitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Chia et al. 2009)
Uji kapasitas antoksidan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan perlakuan jenis pengecilan ukuran pada kapasitas antioksidan KBM
yang mampu menghambat kerja radikal bebas. Uji yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji kapasitas antioksidan dengan metode DPPH. Pada tahap
pembuatan larutan sampel, 0.5 g sampel kering ditambah 50 mL akuades
mendidih dan diseduh selama 2 menit. Larutan disaring dan ditepatkan hingga 50
mL. Dibuat satu seri pengenceran larutan sampel yaitu 10, 15, 20, dan 25 kali
pengenceran dengan akuades. Untuk tahap analisis, 1 mL larutan sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 7 mL metanol. Sebagai
blanko digunakan 8 mL metanol. Selanjutnya campuran ditambahkan 2 mL
larutan DPPH lalu vortex. Larutan didiamkan 30 menit pada suhu ruang lalu
absorbansi larutan diukur pada 517 nm.
 Uji Kadar Total Fenol dengan Metode Folin (Chaovanalikit et al. 2012)
Senyawa flavonoid sebagai salah satu senyawa fenolik yang terkandung
dalam KBM dapat pula diperkirakan kapasitas antiosidannya dengan mengukur
kadar senyawa fenolik yang terkandung. Sebanyak 100 mg sampel kering
ditambah 5 mL etanol 95% lalu divorteks selama 3 menit dalam tabung tertutup.
Campuran selanjutnya disentrifus pada 4000 rpm selama 5 menit. Supernatan
diambil dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi bersih dan ditambahkan 0.5 mL
etanol 95%, 2.5 mL akuades, dan 2.5 mL reagen Folin Ciocalteau 50%. Campuran
didiamkan selama 5 menit lalu ditambahkan 0.5 mL Na2CO3 5% dan divorteks.
Selanjutnya campuran disimpan di ruang gelap selama 1 jam dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 725 nm.
Uji Pengaruh Mikroenkapsulat secara In Vivo pada Tikus Putih
Analisis pengaruh mikroenkapsulat secara in vivo menggunakan tikus
putih jantan berusia 8 minggu galur Sprague Dawley (SD). Tikus dibagi menjadi
5 kelompok diberi pakan dan air minum standar secara tidak terbatas (ad libitum)
selama satu minggu untuk adaptasi. Selama 7 hari masa adaptasi, tikus diberi
pakan standar dengan 100% kebutuhan lemak dipenuhi dari minyak kedelai.
Kemudian tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok
kontrol negatif (K-) akan dipapar dengan minyak sawit tanpa perlakuan oksidasi,
sedangkan kelompok kontrol positif (K+) diberi minyak sawit yang teroksidasi.
Kelompok perlakuan satu (KBM 1) adalah kelompok yang dipapar dengan
minyak sawit teroksidasi dan diberi ekstrak KBM sebesar 100 mg/kg berat badan
selama 50 hari. Kelompok perlakuan dua (KBM 2) adalah kelompok yang dipapar
dengan minyak sawit teroksidasi dan diberi mikroenkapsulat KBM sebesar 100
mg/kg berat badan selama 50 hari. Kelompok perlakuan tiga (KBM 3) adalah

6

kelompok yang dipapar dengan minyak sawit teroksidasi dan diberi
mikroenkapsulat KBM sebesar 200 mg/kg berat badan selama 50 hari. Setelah
masa pemberian pakan, tikus dibunuh, organ hati diambil dan dilakukan analisis
kadar malonaldehida. Selama perlakuan, minyak sawit teroksidasi maupun non
teroksidasi digunakan sebanyak 25% kebutuhan minyak. Formula pakan tikus
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Formula Pakan Tikus
(gram)

Kasein

Minyak
Kedelai

Minyak Sawit Minyak Sawit
Mineral Vitamin
tanpa oksidasi dengan oksidasi

Standar

115.6

79.2

-

-

45.6

10

10

44.9

694.7

-

-

K (-)

115.6

59.4

19.8

-

45.6

10

10

44.9

694.7

-

-

CMC

Air

Maizena Ekstrak

Mikroenkapsulat

K (+)

115.6

59.4

-

19.8

45.6

10

10

44.9

694.7

-

-

KBM 1

115.6

59.4

-

19.8

45.6

10

10

44.9

694.7

1

-

KBM 2

115.6

59.4

-

19.8

45.6

10

10

44.9

694.7

-

1

KBM 3

115.6

59.4

-

19.8

45.6

10

10

44.9

694.7

-

2

Analisis Tingkat Stres oksidatif pada Hati Tikus (AOAC 2000)
Analisis tingkat stress oksidatif mengukur malonaldehida (MDA) sebagai
hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam hati/serum dengan
membandingkannya terhadap TEP. Sebanyak 1.25 g sampel hati dihancurkan
dalam kondisi dengan menggunakan 5 mL larutan PBS yang mengandung 0.15
M. Homogenat kemudian disentrifus 3500 rpm selama 20 menit sehingga
diperoleh supernatan jernih. Untuk tahap analisis, 1 mL supernatan hati atau
larutan kerja standar TEP dicampur dengan 4 mL larutan HCl 0.25 N dingin yang
mengandung TCA, TBA, dan BHT. Larutan kemudian divortex dan dipanaskan
80oC menggunakan penangas air selama 1 jam. Setelah dingin, larutan disentrifus
3500 rpm selama 15 menit. Kemudian diukur absorbansi supernatan jernih pada
panjang gelombang 532 nm dan dibandingkan dengan kurva standar TEP untuk
menghitung kadar MDA sampel.
Prosedur Analisis Data
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS Seri 17.1
pada p0.05) pada berat organ hati tikus antar
perlakuan. Begitu pula dengan berat hati tikus antara K- dan K+ yang juga tidak
memperlihatkan perbedaan yang signifikan (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa stres oksidatif yang diberikan belum menyebabkan kerusakan hati secara
fisik yang dapat dilihat secara kasat mata, Lampiran 6 memperlihatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang berarti pada kondisi hati tikus antar perlakuan. Hal
yang serupa juga terjadi pada organ limfa dan ginjal tikus (Gambar 7 dan 8), antar
kontrol maupun antar perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata
(p>0.05).

13

Berat Organ Hati Relatif
3.50

2.63a

Berat relatif (%)

3.00
2.50

2.40a

2.44a

K(-)

K(+)

2.52a

2.33a

KBM 2

KBM 3

2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
KBM 1

Gambar 6 Data berat hati relatif tikus

Berat Organ Limfa Relatif
0.60

0.35a

Berat relatif (%)

0.50
0.40

0.34a
0.32a

0.29a
0.26a

0.30
0.20
0.10

0.00
K(-)

K(+)

KBM 1

KBM 2

KBM 3

Gambar 7 Data berat limfa relatif tikus

Berat Organ Ginjal Relatif

Berat relatif (%)

1.20
0.70a

1.00
0.80
0.58a

0.58a

0.58a

K(-)

K(+)

KBM 1

0.60

0.62a

0.40
0.20
0.00
KBM 2

Gambar 8 Data berat ginjal relatif tikus

KBM 3

14

Berat Jaringan Adiposa Relatif
4.00

2.43b

Berat relatif (%)

3.50
3.00
2.50
2.00
1.50

1.11*

0.96*

1.18*

KBM 1

KBM 2

KBM 3

0.71a

1.00
0.50
0.00
K(-)

K(+)

Keterangan: * berbeda nyata dengan K+ (p0.05)

Gambar 9 Data berat adiposa relatif tikus
Berbeda dengan organ, terlihat efek yang nyata pada berat jaringan adiposa
tikus (Gambar 9). Jaringan adiposa tikus dengan pemberian ekstrak dan
mikroenkapsulat mengalami penurunan dengan perbedaan yang nyata (p

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kelapa sebagai Katalis pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit Menjadi Metil Ester

3 64 10

Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa Bunge) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara Gc-Ms

37 169 104

Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Porphyromonas Gingivalis Secara In Vitro

9 149 61

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Pengaruh Peningkatan Jumlah Abu Kulit Buah Kelapa Sebagai Katalis Dalam Pembuatan Metil Ester Dengan Bahan Baku Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil)

2 44 97

Keterpaparan Pemulung Sampah Dapat Menimbulkan Penyakit Kulit Akibat Kerja di TPA Terjun Kota Medan

8 63 92

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Esherichia coli

24 140 104

Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Buah Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) Terhadap Glukosa Darah Dan Kadar Superoksida Dismutase (Sod) Pada Mencit Hiperglikemia Secara In Vivo

17 95 129

Efektivitas Mikroenkapsulat Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (KBM) untuk Menurunkan Kadar MDA Hati Tikus Akibat Konsumsi Minyak Sawit Teroksidasi

0 3 65

SUPLEMENTASI MIKROENKAPSULAT EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (KBM) MENURUNKAN KADAR MALONALDEHIDA HATI TIKUS

0 0 10