Penggunaaan Zeolit Untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala (Myristica Fragrans Houtt) Selama Di Penyimpanan

i

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN
VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt)
SELAMA DI PENYIMPANAN

MAISAROH TANJUNG

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii
2
2

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan
Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala (Myristica fragrans
Houtt) Selama di Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Maisaroh Tanjung
NIM A24110021

ii
2
2


ABSTRAK
MAISAROH TANJUNG. Penggunaaan Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas
Benih Pala (Myristica fragrans Houtt) Selama di Penyimpanan. Dibimbing oleh
ENY WIDAJATI dan FAIZA C.SUWARNO.
Benih pala termasuk kelompok benih rekalsitran yang membutuhkan
kondisi lembab selama penyimpanan. Zeolit adalah endapan vulkanik yang
dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Kondisi lingkungan periode penyimpanan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit dalam
mempertahankan viabilitas benih pala selama di penyimpanan. Percobaan disusun
dalam Split Plot dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan tiga ulangan.
Petak utama adalah kondisi simpan yaitu H0 = kondisi kering (tanpa zeolit) dan H1
= kondisi lembab (dengan zeolit). Anak petak adalah periode simpan (P) terdiri
dari enam taraf: P0 = tanpa penyimpanan (0 hari), P1 = penyimpanan 3 hari, P2 =
penyimpanan 6 hari, P3 = penyimpanan 9 hari, P4 = penyimpanan 12 hari, P5 =
penyimpanan 15 hari. Tiga puluh benih digunakan untuk setiap perlakuan dan
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi simpan dengan zeolit lebih
baik dibandingkan dengan kondisi simpan tanpa zeolit dalam mempertahankan
viabilitas benih pala. Kondisi simpan dan periode simpan terbukti berpengaruh
nyata terhadap parameter viabilitas potensial dengan tolok ukur daya

berkecambah, viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimum, serta
vigor benih dengan tolok ukur kecepatan tumbuh dan indeks vigor. Penyimpanan
dengan zeolit meningkatkan kadar air benih dari 34.61% menjadi 39.69%,
sedangkan penyimpanan tanpa zeolit mempertahankan kadar air benih dari 27.83%
menjadi 22.86%. Kondisi kadar air yang tinggi dapat mempertahankan viabilitas
tetap tinggi yang ditunjukkan pada viabilitas benih tetap tinggi hingga periode
simpan hari-15.
Kata kunci: zeolit, kondisi simpan, periode penyimpanan, benih rekalsitran.

ABSTRACT
MAISAROH TANJUNG. The Use of Zeolite for Maintaining the Viability of
Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Seed During Storage. Supervised by ENY
WIDAJATI and FAIZA C.SUWARNO.
Nutmeg seeds belong to the recalcitrant groups, which require humid
condition during storage. Zeolite is a volcanic deposit proven to be utilized as
moisturizing ingredients. Environment condition during storage period is
important factor affecting seed viability. The objective of the study was to
determine the effect ofthe use of zeolite for maintaining the viability of nutmeg
seed during storage. The experiment was arranged in a Split Plot according to
Completely Randomized Design with 3 replications. The main plot was the

humidity levels including H0 = dry condition (without zeolite) and H1= humid

iii
condition (with zeolite). The Subplot was storage period (P) consisted of six levels
: P0 = 0 day, P1 = 3 days, P2 = 6 days, P3 = 9 days, P4 = 12 days, and P5 = 15
days. Thirty seeds were used for each treatment and replications. The results
showed that the addition of zeolite during storage could maintain nutmeg seed
viability better than without zeolite. Storage conditions and storage period proved
to be significantly affected on potential viability parameters with variabel
germination, total viability parameters with maximum growth potential and seed
vigor with speed of growth and vigor index. Storage condition of zeolite to
increased the seed moisture content from 34.61% to 39.69%, whereas it was
maintained from 27.83 % to 22.86 % in the storage without zeolite. High moisture
content to able maintain the viability, which are show the seed viability remain
high until a storage periode was 15 days.
Keywords: zeolite, storage condition, storage period, recalcitrant seed.

iv
2
2


v

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN
VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt)
SELAMA DI PENYIMPANAN

MAISAROH TANJUNG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


vi
2
2

viii
2
2

ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 hingga
April 2015 ialah Penggunaan Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala
(Myristica fragrans Houtt) Selama di Penyimpanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Eny Widajati, MS dan Ibu Dr
Ir Faiza C.Suwarno, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Terima kasih pula kepada Ibu Dr Ani Kurniawati, SP,Msi selaku pembimbing
akademik, serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
keluarga dan temen – temen dandelions 48 atas do’a dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Maisaroh Tanjung

x
2
2

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xii


DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Tanaman Pala

2

Karakteristik Benih Pala

2

Pengertian dan Manfaat Zeolit

3

METODE

3


Waktu dan Tempat

3

Bahan dan Alat

3

Rancangan Percobaan Penelitian

4

Pelaksanaan Penelitian

4

Metode Pengecambahan Benih

5


Pengamatan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Percobaan

7

Faktor Kondisi Simpan dan Periode Simpan

7

Pengamatan Vigor Benih

11

KESIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

xii
2
2

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pada pengaruh kondisi simpan dan
periode simpan terhadap perkecambahan benih pala

7

2 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap kadar air (%)
benih pala

8

3 Persentase benih yang telah muncul apokol selama masa penyimpanan

9

4 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap daya
berkecambah (%) benih pala

10

5 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap potensi
tumbuh maksimum (%) benih pala

10

6 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap kecepatan
tumbuh (% etmal-1) benih pala

11

7 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap indeks
vigor (%) benih pala

11

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi penyimpanan tanpa zeolit (a) dan dengan zeolit (b)

5

2 Munculnya apokol saat penyimpanan hari ke-9

9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Anova pada Tolok Ukur yang Diamati

15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman rempah asli Indonesia
yang berasal dari Banda dan Maluku (BAPPENAS 2000). Tanaman pala juga
dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
multiguna. Hampir semua bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan
dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor
dan digunakan dalam industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik
(Nurdjannah 2007).
Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia, dengan
memasok sekitar 60 - 75% kebutuhan pangsa pasar dunia. Potensi ini tidak
diiringi dengan mutu pala Indonesia yang masih rendah dibandingkan Grenada
dan negara lain. Rendahnya mutu pala tersebut disebabkan beberapa faktor
diantaranya umur tanaman pala yang sudah tidak produktif, pemeliharaan jarang
dilakukan, belum menggunakan bibit unggul, kelembagaan petani masih lemah
dan mutu produksi rendah (Dirjenbun 2012). Hal tersebut juga didukung dengan
pernyataan Deptan (2001) bahwa komoditas pala Indonesia sebagian besar
dihasilkan oleh perkebunan rakyat, yaitu sekitar 98.84% dengan pemeliharaan
yang tidak intensif.
Deptan (2001) mengadakan kegiatan pengembangan subsistem agribisnis
hulu dengan kegiatan utama pengembangan industri perbenihan serta adanya
perbaikan mutu bahan tanaman pada tahun 2001 – 2004. BPS (2013) juga
menunjukkan data produksi pala tertinggi terjadi pada tahun 2001 yang mencapai
nilai produksi sebesar 76.9 ribu ton. Tahun 2005 hingga tahun 2013 Indonesia
mengalami fluktuasi produksi pala. Penurunan produksi pala menjadi kendala
untuk memenuhi permintaan dan standar pasar internasional. Oleh sebab itu, perlu
adanya teknologi yang dapat meningkatkan pengusahaan produksi pala. Salah satu
komponen terpenting dalam peningkatan produksi pala adalah ketersedian benih
bermutu.
Ketersediaan benih bermutu dapat diupayakan dengan menjaga viabilitas
benih tetap tinggi selama di penyimpanan. Kendala ketersediaan pala yaitu benih
pala termasuk benih rekalsitran. Benih rekalsitran sangat cepat mengalami
penurunan viabilitas. Hal ini menjadi kendala dalam pemilihan kondisi simpan
dan lama penyimpanan (Justice dan Bass 2002).
Kondisi simpan yang optimum diharapkan dapat mempertahankan viabilitas
benih tetap tinggi selama di penyimpanan. Penambahan zeolit pada kemasan
merupakan salah satu solusi untuk mempertahankan kodisi simpan yang optimum.
Hal ini disebabkan dengan penggunaan zeolit, RH lingkungan penyimpanan lebih
terkendali sehingga kadar air benih dipertahankan tetap tinggi. Keunggulan lain
dari zeolit yaitu sifat porous sehingga memungkinkan pertukaran oksigen lebih
baik sehingga menjamin benih tetap melakukan respirasi dengan baik selama di
penyimpanan (Hartati et al. 2001). Hasil penelitian Mira (1999) menunjukkan
bahwa zeolit dimanfaatkan sebagai media pelembab dalam penyimpanan benih
lengkeng dengan persentase daya berkecambah 81.20% dibandingkan dengan
media serbuk gergaji dengan daya berkecambah 74.13%.

2
2
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit
dalam mempertahankan viabilitas benih pala selama di penyimpanan.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman asli Indonesia
yang berasal dari pulau Banda. Tanaman pala merupakan tanaman keras yang
dapat berumur hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di
daerah tropis (Rismunandar 1990). Suhu udara lingkungan 20-300 C, sedangkan
curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong
tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan (BBPPTP
2013).
Tanaman pala dapat berbuah pada umur 7 tahun dan umur 10 tahun telah
berproduksi. Tanaman pala akan mencapai puncak produksi pada umur 25 tahun.
Masa produksi tanaman pala sampai 60–70 tahun. Buah pala dapat dipanen
setelah cukup masak fisiologinya yaitu sekitar 6-7 bulan setelah berbunga. Buah
pala yang telah masak ditandai dengan buah merekah dan terlihat biji serta
fulinya berwarna merah menyala (kecuali varietas tertentu ada yang berwarna
putih). Buah yang digunakan untuk benih, maka buah dibiarkan merekah di pohon
hingga 2-3 hari agar pembelahan buah sempurna dan memastikan benih masak
sempurna (BBPPTP 2013)
Karakteristik Benih Pala
Karakterisasi masak fisiologis benih pala mempunyai ciri warna kulit benih
keras berwarna coklat hitam dan glosi. Bentuk benih antara bulat sampai agak
lonjong, sedangakan bentuk buah antara oblat sampai oval dengan warna kuning
kecoklatan. Hasil karakteristik pada fuli benih pala Banda menunjukkan bahwa
fuli yang berwarna merah merupakan salah satu ciri bahwa benih pala telah masak
fisiologis (Pramudita 2014).
Benih pala memiliki karakteristik benih keras dengan sifat benih rekalsitran.
Benih pala tidak memiliki masa dormansi, namun masa perkecambahan yang
cukup lama sekitar 1–3 bulan (BBPPTP 2013). Menurut Kartasapoetra (1986),
kulit benih yang kedap air dan udara karena terlalu keras menyebabkan terjadinya
dormansi mekanis sehingga embrio terhambat pertumbuhannya.
Salah satu upaya mempercepat pertumbuhan benih pala adalah dengan
merusak kulit benih dengan melakukan skarifikasi untuk memudahkan masuknya
air dan udara ke embrio benih. Kajian Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Ambon melakukan penelitan pada tahun 2011 tentang
teknik pembibitan pala dengan skarifkasi biji pala tanpa tempurung dan biji pala
dengan tempurung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daya
berkecambah benih pada perlakuan biji pala dengan tempurung hanya 60%,
sedangkan perlakuan biji pala tanpa tempurung menghasilkan perkecambahan

3

100% (BBPPTP 2013). Hasil penelitian Febriyan (2014) menunjukkan perlakuan
skarifikasi dua lubang (pangkal dan ujung benih pala) mempengaruhi
perkecambahan benih pala yaitu dengan adanya pemunculan akar lebih cepat dari
perlakuan tanpa skarifikasi dan skarifikasi satu lubang.
Menurut Pramudita (2014) kriteria kecambah normal pala yaitu apabila
kecambah sudah memiliki panjang akar 3 cm – 4 cm dan panjang tunas 0.3 cm – 1
cm. Kriteria kecambah normal ini berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi
antara ukuran benih dengan bibit normalnya.
Kecambah pala yang ditanam pada media pasir memiliki tunas yang nyata
lebih tinggi dibandingkan pada media arang sekam, media campuran pasir dan
kompos. Perkecambahan benih pala pada media pasir menunjukkan tunas yang
tinggi, diduga karena kecambah tersebut telah berkembang menjadi kecambah
normal dan memiliki jumlah akar lateral yang cukup baik. Hal tersebut
dikarenakan bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya batang
(Febriyan 2014).
Pengertian dan Manfaat Zeolit
Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses
hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah celah ataupun rekahan dari batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan
endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak mengandung unsur silika (Sarno
1983). Bentuk zeolit yang biasa digunakan berupa butiran yang tidak mudah
hancur dan tidak mudah menggumpal. Hal ini dapat membantu pertumbuhan
jaringan akar tanaman. Zeolit berwarna putih dalam keadaan kering dan kehijauan
dalam keadaan basah sehingga dapat digunakan sebagai indikator jumlah air yang
terdapat di dalamnya (Fahmi 2013).
Hasil penelitian Hartati et al. (2001) menunjukkan bahwa media zeolit
paling baik digunakan sebagai media pengujian viabilitas dan vigor benih duku.
Media zeolit memberikan nilai daya berkecambah (83.6%) dan kecepatan tumbuh
(68.6% KN etmal-1) tertinggi bila dibandingkan dengan media pasir dan media
campuran tanah : pupuk kandang : pasir.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan
April 2015. Lokasi percobaan bertempat di green house Kebun Percobaan
Leuwikopo dan Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih pala yang dipanen 2 hari sebelum
penyimpanan. Benih dipanen dari pohon induk pala Banda di daerah Wakal,
Ambon. Kemasan untuk penyimpanan benih menggunakan plastik mika

4
2
2
transparan berukuran 22 cm x 11 cm x 9 cm, zeolit, fungisida dithane berbahan
aktif mankozeb 80 %, dan pasir Cimangkok sebagai media kecambah.
Alat yang digunakan adalah scarifier MD-150 untuk skarifikasi benih,
mesin pengiris benih pala, staples, cawan kadar air, desikator, gembor, oven,
timbangan digital, bak pengecambah ukuran 38 cm x 32 cm x 10 cm, alat tulis,
dan label.
Rancangan Percobaan Penelitian
Percobaan ini menggunakan Split Plot dengan Rancangan Acak Lengkap
menggunakan tiga ulangan. Kondisi simpan sebagai petak utama dan lamanya
periode simpan sebagai anak petak dengan masing-masing perlakuan diulang tiga
kali. Petak utama yaitu kondisi simpan (K) terdiri dari dua taraf yaitu H0 =
kondisi kering (tanpa zeolit), H1 = kondisi lembab (dengan zeolit). Anak petak
yaitu periode penyimpanan (P) terdiri dari enam taraf taraf: P0 = tanpa
penyimpanan (0 hari), P1 = penyimpanan 3 hari , P2 = penyimpanan 6 hari, P3 =
penyimpanan 9 hari, P4 = penyimpanan 12 hari, P5 = penyimpanan 15 hari.
Percobaan ini terdiri dari 36 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan terdiri
dari 30 benih, sehingga total benih yang dibutuhkan untuk tiga ulangan yaitu 1080
benih. Analisis data dengan menggunakan rumus :
Model linier :
Yijk = µ + αi + j + ik + θjk + (α )ij + єijk
Yijk

: pengamatan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf
ke-i dari faktor kondisi simpan dan taraf ke-j dari faktor periode simpan
µ
: nilai rataan umum percobaan
αi
: pengaruh perlakuan kondisi simpan ke-i
: pengaruh perlakuan periode simpan ke-j
j
: galat percobaan dari kondisi simpan ke-i (galat a)
ik
θjk
: galat percobaan dari periode simpan ke-j (galat b)
(α )ij : pengaruh interaksi kondisi simpan ke-i dan periode simpan ke-j
єijk
: galat percobaan dari kondisi simpan ke-i dan periode simpan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F untuk melihat ada tidaknya
perbedaan antar perlakuan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata pada taraf 5 %
maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk
mengetahui perlakuan yang terbaik. Pengolahan data menggunakan software SAS
dan Microsoft Excel.
Pelaksanaan Penelitian
Benih yang masih berfuli didistribusikan dari daerah Wakal,Ambon ke
Bogor. Benih pala dipisahkan dari fuli buah, kemudian disortir untuk memilih
benih yang terbaik secara visual. Hasil dari benih yang disortir tersebut kemudian
direndam dengan fungisida dithane dengan konsentrasi 10 gL-1 selama 30 menit.
Benih kemudian dihamparkan untuk diangin-anginkan selama 24 jam. Benih
kembali dilakukan pemberian fungisida dithane dalam bentuk bubuk sebanyak 10
g yang dicampur dengan 5 g talek untuk pengenceran fungisida. Dosis fungisida
tersebut cukup untuk seluruh benih percobaan yaitu 1080 benih. Benih yang telah

5

dikering anginkan dan diberi fungisida dithane kemudian dikemas dalam plastik
mika transparan.

(a)

(b)

Gambar 1 Kondisi penyimpanan tanpa zeolit (a) dan dengan zeolit (b)
Kemasan plastik mika transparan berukuran 22 cm x 11 cm x 9 cm dapat
menyimpan 30 benih dengan tambahan 1450 g zeolit. Kadar air zeolit awal dari
toko pertanian yaitu 14-15 %, kemudian kadar air zeolit ditingkatkan 20% atau
sesuai dengan kapasitas jenuh daya serap zeolit tersebut. Zeolit dengan kadar air
20% dibuat dengan cara menambahan air 200 ml kg-1 zeolit. Zeolit dengan kadar
air 20% kemudian ditambahkan pada kemasan. Kemasan kemudian diberi 13
lubang udara pada bagian tutup kemasan guna melancarkan sirkulasi oksigen
dalam kemasan. Benih yang telah dikemas disimpan selama periode simpan yang
telah ditentukan.
Metode Pengecambahan Benih
Benih yang telah disimpan kemudian diukur kadar airnya. Benih yang
digunakan untuk pengukuran kadar air yaitu 5 butir dan 25 butir untuk
dikecambahkan pada setiap ulangan. Benih yang akan dikecambahkan terlebih
dahulu diberi perlakuan skarifikasi dua lubang dan diinkubasi. Perlakuan
skarifikasi ini dilakukan dengan mesin grinder listrik dengan putaran 2950 rpm.
Pada saat proses skarifikasi diusahakan agar tidak merusak embrio benih. Benih
yang telah diskarifikasi kemudian direndam selama 4 jam. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan imbibisi secara maksimal. Benih kemudian diinkubasi pada media
zeolit berkadar air 50% selama 5 hari. Selanjutnya benih dikecambahkan pada
media pasir yang telah diberi fungisida 2 gL-1 seminggu sebelumnya.
Pengecambahan dan pengamatan viabilitas dan vigor benih dilakukan di green
house Kebun Percobaan Leuwikopo.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur kadar air, viabilitas dan vigor
benih. Tolok ukur pengamatan viabilitas benih yaitu daya berkecambah dan
potensi tumbuh maksimal, dan vigor benih yaitu kecepatan tumbuh dan indeks
vigor.
1. Potensi tumbuh maksimal (PTM), diamati dengan menghitung jumlah
benih yang berkecambah baik berkecambah normal maupun abnormal
hingga akhir waktu pengamatan (hari ke-100).

6
2
2
2. Daya berkecambah benih (DB), diamati dengan menghitung jumlah
kecambah normal (KN) pada hitungan pertama (hari ke-50) dan hitungan
kedua (hari ke- 100).

Keterangan :
DB
: Daya Berkecambah (%)
∑KN I
: jumlah kecambah normal pada hari ke-50
∑KN II
: jumlah kecambah normal pada hari ke-100
3. Kecepatan tumbuh benih (KCT), diamati dengan menghitung jumlah
tambahan perkecambahan harian atau etmal selama kurun waktu
perkecambahan. Pengamatan dimulai saat hari ke-10 setelah benih
ditanam hingga 100 hari dengan interval pengamatan 5 hari sekali.
KCT (% etmal-1) =
Keterangan :
Ni
: persentase kecambah normal setiap pengamatan ke- i (%)
ti
: waktu pengamatan ke- i (etmal)
4. Indeks vigor (IV), diamati dengan menghitung persentase kecambah
normal yang tumbuh pada hitungan hari ke-75. Indeks vigor dihitung
dengan rumus:

Keterangan :
IV
: Indeks Vigor (%)
∑KN I
: jumlah kecambah normal pada hari ke-75
5. Kadar air (KA), diukur dengan menggunakan metode langsung, yaitu
dengan metode oven pada suhu 103±2 ºC selama 17±1 jam. Benih yang
sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 – 45 menit.
Kemudian KA dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
KA
: Kadar Air (%)
M1
: berat cawan (g)
M2
: berat cawan + benih sebelum dioven (g)
M3
: berat cawan + benih setelah dioven (g)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan
Benih pala disimpan dalam dua kondisi simpan yang berbeda yaitu kondisi
simpan dengan tambahan zeolit dan kondisi simpan tanpa zeolit. Penyimpanan
dilakukan pada suhu kamar berkisar antara 25oC hingga 28oC selama periode
simpan yang telah ditentukan. Benih dalam kondisi simpan tanpa zeolit terinfeksi
oleh cendawan sebanyak 96% dari total benih tiap kemasan selama masa
penyimpanan, namun sebaliknya untuk benih dalam kondisi dengan zeolit. Benih
dalam kondisi simpan dengan zeolit hanya terinfeksi 4% dari total benih yang
disimpan. Hal ini dapat disebabkan suhu yang tinggi dengan kelembaban yang
rendah mengakibatkan benih dalam kondisi simpan tanpa zeolit bercendawan.
Penggunaan air kran untuk melembabkan zeolit diduga tidak steril sehingga zeolit
terkontaminasi cendawan.
Benih yang telah disimpan kemudian ditanam untuk dilakukan pengamatan
selanjutnya. Penanaman dilakukan di green house selama 100 hari. Pada bulan
pertama perkecambahan (Januari 2015), media perkecambahan berlumut akibat
kelembaban yang tinggi antara 85 – 88%. Curah hujan pada bulan Januari 2015
juga meningkat 209 - 250 mm bulan-1 (BMKG 2015). Benih kemudian pindah
tanam pada media baru dengan kondisi benih sudah berakar. Selama masa
perkecambahan, benih berkecambah normal dan tidak terserang hama maupun
penyakit hingga akhir pengamatan.
Faktor Kondisi Simpan dan Periode Simpan
Pada dasarnya, benih akan mengalami kemunduran atau deteriorasi selama
masa penyimpanan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang sangat
memperngaruhi penyimpanan benih rekalsitran yaitu kadar air benih sebelum
disimpan, suhu, kelembaban serta kemasan yang digunakan. Proses deteriorasi
tersebut tidak dapat dicegah atau dihindari, melainkan hanyalah mengurangi
kecepatannya. Salah satu usaha untuk mengurangi kecepatan deteriorasi tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengoplimalisasikan kondisi simpan dan periode
simpan yang tepat. Kondisi simpan optimal dan lama periode simpan yang tepat
dapat mempertahankan viabilitas benih selama masa simpannya. Rekapitulasi
hasil sidik ragam semua tolok ukur yang diamati berdasarkan hasil percobaan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pada pengaruh kondisi simpan dan
periode simpan terhadap perkecambahan benih pala
Tolok ukur
KA (%)
DB (%)
PTM (%)
KCT (% 5 hari-1)
IV (%)

Kondisi
155.48**
12.29*
18.07*
8.64*
7.05*

Periode
4.64**
3.74*
6.59**
3.51*
2.98*

Interaksi
17.69**
4.80**
9.74**
3.87*
4.36**

Keterangan : KA: kadar air. DB: daya berkecambah. IV: indeks vigor. KCT: kecepatan tumbuh.
*
: berpengaruh nyata pada taraf 5%. **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %.

8
2
2
Kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap
kadar air benih. Kondisi simpan dan periode simpan juga berpengaruh nyata
terhadap parameter viabilitas benih. Tolok ukur yang diamati untuk parameter
viabilitas benih yaitu daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum
(PTM). Kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh nyata terhadap
parameter vigor kekuatan tumbuh yang diukur dengan tolok ukur indeks vigor
(IV) dan berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh (KCT). Interaksi antar
perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.
Pengamatan Kadar Air
Kadar air merupakan suatu peubah yang sangat mempengaruhi viabilitas
benih selama masa penyimpanan karena kadar air berbanding lurus dengan laju
respirasi benih. Kadar air dan kandungan cadangan makanan selama dalam
penyimpanan akan mengalami penurunan seiring dengan metabolisme yang
berkelanjutan. Hasil rekapitulasi pengaruh kondisi simpan dan periode simpan
terhadap kadar air benih dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap kadar air (%)
benih pala
Kondisi simpan
Dengan zeolit
Tanpa zeolit

Periode simpan (hari)
0
3
6
9
12
25.96ef 33.3bcd 34.61bc 37.4ab
35.5ab
27.83def 29.21cde 24.25ef 24.84ef 22.77f

15
39.69a
22.86f

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Berdasarkan pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air benih yang disimpan
menggunakan zeolit menunjukkan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan kondisi simpan tanpa zeolit mulai dari hari ke-3 penyimpanan. Benih yang
disimpan dalam kondisi dengan zeolit mengalami peningkatan kadar air.
Peningkatan kadar air benih disebabkan kondisi simpan yang tetap lembab. Hal
tersebut diharapkan karena dapat menjaga kadar air benih tetap tinggi selama di
penyimpanan. Kondisi kadar air yang tinggi menghasilkan nilai daya
berkecambah yang tinggi pula (Tabel 4). Kadar air benih dalam kondisi simpan
dengan zeolit stabil pada periode hari ke-9 hingga hari ke-15. Sementara untuk
kadar air pada kondisi simpan tanpa zeolit semakin menurun hingga periode hari
ke-15 dan menghasilkan daya berkecambah nyata lebih rendah dibandingkan
dengan kondisi simpan dengan zeolit (Tabel 4).
Pengamatan Viabilitas Potensial dan Viabilitas Total
Pada Tabel 3 terlihat bahwa selama penyimpanan dengan tambahan zeolit,
beberapa benih mengalami pertumbuhan apokol. Apokol (Gambar 2) mulai
muncul pada periode penyimpanan hari ke-9. Munculnya apokol tersebut terjadi
karena kadar air benih meningkat akibat tingginya kelembaban dan benih
menyerap air dari zeolit. Kondisi simpan yang optimum seperti inilah yang
mengakibatkan benih berkecambah selama penyimpanan. Oleh karena itu perlu
percobaan lebih lanjut dengan metode benih yang disimpan tidak kontak langsung
dengan zeolit dalam satu kemasan selama peyimpanan. Benih yang disimpan

9

dengan kondisi kering tidak mengalami pemunculan apokol dan bahkan
menurunkan viabilitas benih yang ditunjukkan pada rendahnya daya berkecambah
dan indeks vigor.

Gambar 2 Munculnya apokol saat penyimpanan hari ke-9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai
media simpan maupun media perkecambahan. Hasil penelitian Hartati et al.
(2001) menunjukkan bahwa zeolit merupakan media yang terbaik untuk
perkecambahan benih duku karena zeolit memiliki kapasitas tukar kation (KTK)
paling tinggi dibanding dengan media campuran dan pasir. Tingginya nilai KTK
zeolit mengakibatkan proses pertukaran ion cepat terjadi. Semakin cepat
pertukaran ion maka akan semakin cepat pula terjadi proses metabolisme benih.
Sementara hasil penelitian Mira (1999) menunjukkan zeolit digunakan sebagai
media simpan menunjukkan hasil yang lebih baik dengan daya berkecambah
81.20% dibandingkan dengan media serbuk gergaji dengan daya berkecambah
74.13%. Selain itu dengan media zeolit memberikan vigor kekuatan benih terbaik
dibandingkan dengan media serbuk gergaji.
Tabel 3 Persentase benih yang telah muncul apokol selama masa penyimpanan
Periode simpan (hari)
0
3
6
9
12
15
Dengan zeolit
0
0
0
16
16
24
Tanpa zeolit
0
0
0
0
0
0
Pada umumnya benih rekalsitran tidak tahan kering karena kelemahan
fisiologi benih untuk mengembalikan organel sel yang telah mengalami
perubahan akibat menurunnya kadar air benih. Ketidakmampuan ini berdampak
pada kegagalan sel melakukan metabolisme untuk keperluan pemeliharaan dirinya
maupun proses perkecambahan. Hal tersebut terlihat pada kondisi tanpa zeolit,
daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum tidak berbeda nyata pada
setiap periode. Daya berkecambah pada periode simpan hari ke-9 nyata lebih
tinggi dibandingkan dengan periode simpan lainnya yaitu 5.89% (Tabel 4).
Interaksi antara kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh nyata
terhadap daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum. Hasil daya
berkecambah dan potensi tumbuh maksimum yang ditampilkan pada Tabel 4 dan
Tabel 5 merupakan data hasil transformasi akar kuadrat yang menggunakan rumus
. Transformasi dilakukan karena tingginya nilai koefisien keragaman.
Kondisi simpan

10
2
2
Tabel 4 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap daya berkecambah
(%) benih pala
Kondisi simpan
Dengan zeolit
Tanpa zeolit

0
1.44b
(2.67)
1.65b
(4.00)

3
3.84ab
(14.67)
1.18b
(1.33)

Periode simpan (hari)
6
9
12
0.71b
5.89a
3.24ab
(0.00)
(34.67)
(10.67)
1.65b
1.65b
0.71b
(2.67)
(2.67)
(0.00)

15
4.07ab
(22.67)
0.71b
(0.00)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya
berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Hasil daya berkecambah benih pada setiap kondisi simpan dengan zeolit
dan tanpa zeolit pada periode hari ke-0 dan hari ke-6 tidak berbeda nyata. Daya
berkecambahan benih tertinggi terdapat pada kondisi simpan dengan zeolit
dengan periode penyimpanan hari ke-9, persentase kecambah rataan 5.89%.
Berbeda dengan hasil daya kecambah pada kondisi simpan tanpa zeolit tidak
berbeda nyata pada setiap periode simpan. Hasil data diatas masih jauh untuk
mencapai daya berkecambah 50% dari total benih yang ditanam. Hal tersebut erat
kaitannya pada kadar air benih selama di penyimpanan, namun terbukti bahwa
zeolit mampu mempertahankan viabilitas benih hingga penyimpanan hari ke-15.
Tabel 5 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap potensi tumbuh
maksimum (%) benih pala
Kondisi simpan
Dengan zeolit
Tanpa zeolit

0
1.45b
(2.67b)
1.65b
(4.00)

3
3.96ab
(14.67)
1.65b
(1.33)

Periode simpan (hari)
6
9
12
0.71b
(0.00)
1.18b
(2.67)

5.68a
(34.67)
1.65b
(2.67)

3.79ab
(16.00)
0.71b
(0.00)

15
4.92a
(29.33)
0.71b
(0.00)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya
berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air stabil dari periode hari ke-9 hingga
hari ke-15. Semakin optimum kondisi simpan akan berpengaruh pada kadar air
dan berkaitan erat dengan hasil daya berkecambah benih dan potensi tumbuh
maksimum benih. Hasil potensi tumbuh maksimum pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa dengan menggunakan zeolit, benih masih berpotensi untuk berkecambah
hingga penyimpanan hari ke-15. Kendala yang dihadapi dalam perkecambahan
tersebut yaitu karena adanya beberapa faktor pada saat kondisi di lapang, seperti
suhu, kondisi RH, curah hujan serta kondisi green house selama masa
perkecambahan. Hasil penelitian Febryan (2014) terkait pengaruh media tanam
dan teknik skarifikasi benih juga masih menunjukkan angka daya berkecambah
pala tertinggi yaitu hanya 2.67% dari total hasil percobaan.

11

Pengamatan Vigor Benih
Kecepatan tumbuh benih merupakan indikator untuk mengetahui vigor
benih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kecepatan
berkecambah sejalan dengan waktu penyimpanan. Semakin lama benih disimpan
menyebabkan kecepatan tumbuh semakin rendah. Kecepatan tumbuh benih mulai
terlihat nyata tanpa zeolit yang menurun pada periode hari ke-15. Pada Tabel 2,
zeolit mampu mempertahankan kadar air tetap tinggi hingga hari ke-15
penyimpanan. Kadar air yang tinggi tersebut juga dapat menghasilkan indeks
vigor yang tinggi pula.
Tabel 6 Pengaruh periode simpan dan kondisi simpan terhadap kecepatan tumbuh
benih (% etmal-1)
Kondisi simpan
Dengan zeolit
Tanpa zeolit

0
0.0154c
0.0155c

3
0.0162c
0.0153c

Periode simpan (hari)
6
9
12
0.0152c 0.0183a 0.0162c
0.0154c 0.0154c 0.0152c

15
0.0178b
0.0152c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Kecepatan tumbuh benih pada kondisi simpan tanpa zeolit tidak berbeda
nyata dari periode hari ke-0 hingga hari ke-15 penyimpanan. Hal ini disebabkan
kondisi benih dengan kadar air menurun seiring bertambahnya periode
penyimpanan. Benih rekalsitran yang telah mengalami penurunan kadar air
mengakibatkan penurunan viabilitas, sehingga kecepatan viablitasnya juga
mengalami penurunan.
Hasil penelitian Suzanna (1999) pada benih karet menunjukkan bahwa
pada tingkat kadar air awal 39-41% kecepatan tumbuh 5.4% etmal-1 dan laju
pertumbuhan kecambah 488 mg kecambah-1. Terjadinya penurunan kecepatan
tumbuh 4.68% etmal-1 dan laju pertumbuhan kecambah benih (382 mg kecambah1
) dimulai pada kadar air 26-29%. Pada kadar air 21-24% kecepatan tumbuh dan
laju pertumbuhan kecambah menurun menjadi 3.94% etmal-1 dan 326 mg
kecambah-1.
Tabel 7 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap indeks vigor (%)
benih pala
Kondisi simpan
Dengan zeolit
Tanpa zeolit

0
1.18cd
(1.33)

Periode simpan (hari)
3
6
9
2.18bcd
0.71d
5.28a
(5.33)
(0.00)
(28.00)

12
3.06bc
(9.33)

15
4.06ab
(22.67)

1.65cd
(4.00)

1.65cd
(2.67)

0.71d
(0.00)

0.71d
(0.00)

1.65cd
(2.67)

1.65cd
(2.67)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya
berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Indeks vigor juga merupakan indikator penentu vigor benih. Indeks vigor
tidak berbeda jauh dengan tolok ukur KCT yang dipengaruhi oleh kadar air benih.

12
2
2
Semakin cepat benih mengalami penurunan kadar air maka semakin rendah
indeks vigor benih yang dihasilkan.
Nilai indeks vigor pada Tabel 7 merupakan hasil transformasi kuadrat
seperti halnya dengan nilai daya berkecambah serta nilai potensi tumbuh
maksmum. Indeks vigor benih pada kondisi tanpa zeolit tidak berbeda nyata pada
setiap periode simpan. Indeks vigor pada periode hari ke-9 dan hari ke-12 pada
kondisi simpan dengan zeolit berbeda nyata dengan kondisi simpan tanpa zeolit.
Indeks vigor yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih cepat. Hal
tersebut terlihat pada Tabel 7 yang menunjukkan indeks vigor pada penyimpanan
zeolit hari ke-9 nyata lebih tinggi dibandingkan periode lainnya dan berkecambah
lebih cepat dari periode lainya (Tabel 6). Hal tersebut didukung karena apokol
benih telah muncul pada penyimpanan periode hari ke-9.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kondisi simpan dengan zeolit lebih baik dibandingkan dengan kondisi
simpan tanpa zeolit dalam mempertahankan viabilitas benih pala. Kondisi simpan
dan periode simpan terbukti berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas
potensial dengan tolok ukur daya berkecambah, viabilitas total dengan tolok ukur
potensi tumbuh maksimum, serta vigor benih dengan tolok ukur kecepatan
tumbuh dan indeks vigor. Penyimpanan dengan zeolit mempertahankan kadar air
benih tetap tinggi dari 34.61% menjadi 39.69%, sedangkan penyimpanan tanpa
zeolit menurunkan kadar air benih dari 27.83% menjadi 22.86%. Kondisi kadar
air yang tinggi dapat mempertahankan viabilitas tetap tinggi yang ditunjukkan
pada viabilitas benih tetap tinggi hingga periode simpan hari-15.
Saran
Penelitian penyimpanan benih pala perlu dilakukan kembali dengan media
dan kemasan yang lebih beragam serta adanya penambahan tolok ukur
pengamatan lainnya untuk mengetahui metode terbaik dalam menangani
perbenihan khususnya benih pala.

DAFTAR PUSTAKA
[BAPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2000. Pala (Myristica
fragan Houtt). Prihatman K, editor. Jakarta (ID): Bapenas.
[BBPPTP] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2014.
Kriteria Pembibitan Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.
_____2013. Pembibitan Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.
_____2013. Skarifikasi untuk Benih Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral
Perkebunan.

13

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim
Bulanan Tahun 2015. Bogor (ID): BMKG
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Perkebunan Rakyat menurut Jenis
Tanaman. www.bps.go.id
[Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Penjabaran Program dan Kegiatan
Pertanian tahun 2001-2004. Subsektor Perkebunan Bab V. Jakarta (ID):
Departemen Pertanian.
[Dirjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis Perluasan
Tanaman Pala Tahun 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.
Kementrian Pertanian.
Fahmi ZI. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman. Surabaya (ID): Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya.
Febriyan DG. 2014. Pengaruh teknik skarifikasi fisik dan media perkecambahan
terhadap daya berkecambah benih pala (Myristica fragrans Houtt) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hartati U, Faiza CS, Suwardi. 2001. Pengaruh zeolit terhadap perkecambahan
benih duku (Lansium domesticum Correa). Prosiding Seminar Nasional
Zeolit II “Peningkatan Pendayagunaan Zeolit dalam Industri, Agribisnis,
dan Lingkungan. 21 Agustus 2001. Bandung. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Hartawan R dan Yulistiati N. 2012. Penetapan peubah utama kualitas benih karet
dalam penyimpanan dengan metode sidik lintas. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Edisi Kuhusus. Hal: 71-76.
Justice OL dan Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli
R. penerjemah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari:
Principle and Practices of Seed Storage
Kartasapoetra AG. 1986. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT Bina Aksara
Mira FR. 1999. Pengaruh suhu simpan, media simpan dan periode konservasi
terhadap viabilitas benih lengkeng (Nephelium longan Cambess.) [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nurdjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Bogor (ID): Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Penanganan Pascapanen Pertanian.
Pramudita L. 2014. Karakterisasi morfologi benih dan penentuan kriteria
kecambah normal pala (Myristica fragrans Houtt) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Cetakan Kedua. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Samjaya ZR, ZR Djafar, ZP Negara, M Hasmeda dan H Suryaningtiyas. 2010.
Respirasi dan penurunan mutu benih karet selama penyimpanan. Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian Bidang Pertanian “Pertanian Terintegrasi
untuk Mencapai Millenium Development Goals (MDGs)”. Volume I Bidang
Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwiaya. Hal 421 – 434.
Palembang (ID): Universitas Sriwiaya.
Sarno H 1983. Endapan Zeolit. Penggunaan dan sebarannya di Indonesia.
Bandung (ID): Direktorat Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan
dan Energi.

14
2
2
Sukarman dan Rusmin D. 2000. Penanganan Benih Rekalsitran. Buletin Plasma
Nutfah 6 (1): 7 – 15.
Suzanna E. 1999. Pengaruh Penurunan Kadar Air dan Penyimpanan Terhadap
Perubahan Fisiologi dan Biokimiawi Benih Karet (Hevea brasiliensis)
[tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Anova pada Tolok Ukur yang Diamati
Anova Variabel Kadar Air (KA
Source
Kondisi
Galat (a)
Periode
Interaksi
Galat (b)
Total

DF
1
4
5
5
20
35

Anova SS
750.7600
19.3153
90.9482
346.7771
78.4140
1286.2146

Mean Square
750.7600
4.8288
18.1896
69.3554
3.9207

F Value
155.48

Pr > F
0.0002 **

4.64
17.69

0.0057 **
0.0000 **

F Value
12.29

Pr > F
0.0248*

3.74
4.80

0.0149*
0.0048**

F Value
18.07

Pr > F
0.0131*

6.59
9.74

0.0009**
0.0001**

Mean Square
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

F Value
8.64

Pr > F
0.0424 *

3.51
3.87

0.0193 *
0.0129 *

Mean Square
17.9070
2.5410
3.9819
5.8356
1.3384

F Value
7.05

Pr > F
0.0567*

2.98
4.36

0.0363*
0.0076**

Anova Variabel Daya Berkecambah (DB)
Source
Kondisi
Galat (a)
Periode
Interaksi
Galat (b)
Total

DF
1
4
5
5
20
35

Anova SS
33.8336
11.0137
24.5935
31.5689
26.3132
127.3229

Mean Square
33.8336
2.7534
4.9187
6.3138
1.3157

Anova Variabel Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Source
Kondisi
Galat(a)
Periode
Interaksi
Galat (b)
Total

DF
1
4
5
5
20
35

Anova SS
45.1360
9.9896
26.9730
39.8874
16.3808
138.3668

Mean Square
45.1360
2.4974
5.3946
7.9775
0.8190

Anova Variabel Kecepatan Tumbuh (KCT)
Source
Kondisi
Galat (a)
Periode
Interaksi
Galat(b)
Total

DF
1
4
5
5
20
35

Anova SS
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0001

Anova Variabel Indeks Vigor (IV)
Source
Kondisi
Galat (a)
Periode
Interaksi
Galat (b)
Total

DF
1
4
5
5
20
35

Anova SS
17.9070
10.1640
19.9097
29.1781
26.7683
103.9271

16
2
2

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Patiluban Hilir, Mandailing Natal, Sumatera Utara
pada tanggal 6 Mei 1993 dari Bapak Khadwan Tanjung dan Ibu Yusmiannur
Nasution. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Tahun 2011 penulis
lulus dari SMA Negeri 2 Plus Sipirok dan melanjutkan di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan.
Penulis juga aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian 2012-2013 dan berbagai kepanitiaan Departemen seperti Festival Buah
dan Bunga Nusantara 2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field
tahun 2013 dengan tema Pengembangan Cyber Extension di Sentra Hortikultura
Tegal, Desa Bojong. Kegiatan lainnya yaitu penulis juga aktif mengajar private
diluar jadwal perkuliahannya hingga sekarang.