Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil
PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN RUKUN TANI
PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
SKALA KECIL
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Peran
Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang
Skala Kecil, adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2015
Izzah Rohmawati Nofitasari
NIM H34080155
ABSTRAK
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Peran Kelembagaan Gapoktan
Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil. Dibimbing
oleh DWI RACHMINA.
Gabungan Kelompok Tani merupakan salah satu lembaga formal daerah
pedesaan yang telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan usaha petani.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kelembagaan gapoktan dalam
menunjang kinerja usaha pengolahan sale pisang oleh Kelompok Tani Silih Asih
dan KWT Berkarya, Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Bogor. Indikator
aspek non finansial meliputi produktivitas dan pertumbuhan usaha, sedangkan
aspek finansial meliputi profit dan profitabilitas. Gapoktan Rukun tani berperan
penting dalam pemasaran dan permodalan dan secara umum mempunya dampak
positif terhadap kinerja kedua usaha. Pada aspek Profit dan Profitabilitas
Kelompok tani Silih Asih yang mendapatkan permodalan lebih besar
menunjukkan nilai yang lebih tinggi (Profit/kg: Rp 5.865,00/kg, profitabilitas:
36,87%), karena biaya per kilogramnya yang lebih rendah dan penerimaan per
kilogramnya yang lebih tinggi. Meski menerima bantuan finansial serta nilai
pertumbuhan penjualan dan profit yang lebih kecil KWT Berkarya memiliki
produktivitas atas bahan bakuserta efektivitas penggunaan pinjaman dalam
meningkatkan penjualan dan profit setiap tahun yang lebih tinggi. Di samping
dukungan dari gapoktan pada aspek pemasaran dan permodalan, kinerja kedua
usaha juga sangat dipengaruhi kapasitas produksi, sistem manajemen, juga
keterampilan dan kinerja tenaga kerja. Pada KWT Berkarya kinerja juga
dipengaruhi kondisi cuaca.
Kata Kunci: Gabungan Kelompok Tani, Kelompok Tani, Kinerja Usaha,
Pengolahan Sale Pisang
ABSTRACT
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Gapoktan Rukun Tani Institutional Role
on Performance of Small Scaled Banana Sale Processing Business. Supervised by
DWI RACHMINA
Farmer group union is one of formal rural institutions which has played
important role on supporting farmer business. This research aimed to analize the
institutional roles performed by gapoktan to support performance of bananas sale
processing business run by Kelompok Tani Silih Asih and KWT Berkarya,
Gapoktan Rukun Tani, Citapen Village, Ciawi, Bogor. Non financial
aspectindicators of business performance included productivity and business
growth, while financial aspects included profit and profitabilityon both business.
Gapoktan Rukun Tani played big roles in capital and marketing support which
had generally positive effect on business performance of both business units. On
profit and profitability aspects, Kelompok Tani Silih Asih which gained bigger
capital loan showed better result on profit and profitability (Profit/kg: Rp
5.865,00/kg, profitability: 36,87%), since their cost per kilogram was lower and
their revenue per kilogram was higher. Despite gaining less capital loan and
sales and profit growth KWT Berkarya managed to show higher result on input
based productivity and capital loan usage effectivity to increase annual sales and
profit growth. Beside the support from gapoktan on capital and marketing,
performance of both business units were also depended on production capacity,
managementsystem, labour skill and performance. On KWT Berkarya case,
business performance also depended on weather condition.
Keywords: Farmers Group Union, Farmers Group, Performance, Banana Sale
Processing
PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN RUKUN TANI
PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
SKALA KECIL
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini adalah
kelembagaan agribisnis, dengan judul Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani
pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan
Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan saat siding. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ibu, ayah, suami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, temanteman AGB 45, IMM Komisariat IPB, Himasurya IPByang telah banyak
membantu penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
H. Misbah, Bapak H. Agus, Bapak Jeje dan Ibu Neng dari Gapoktan Rukun Tani
yang telah membantu selama pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Izzah Rohmawati Nofitasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Kinerja Usaha
7
Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
9
9
13
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Jenis Data dan Sumber Data
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
16
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
16
Analisis Produktivitas
16
Analisis Penerimaan
17
Analisis Biaya
17
Analisis Profitabilitas
17
Analisis Pertumbuhan Usaha
18
Efektivitas Pinjaman
18
GAMBARAN UMUM LOKASI
19
Lokasi dan Keadaan Geografis
19
Kondisi Penduduk
20
Potensi Pembangunan Pertanian Desa Citapen
21
Gambaran Umum Gapoktan Rukun Tani
22
Gambaran Umum Usaha Pengolahan Sale Pisang
24
ANALISIS KELEMBAGAAN GAPOKTAN
29
Struktur Organisasi Gapoktan Rukun Tani
29
Peraturan dalam Gapoktan
30
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
32
ANALISIS KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
35
Aktivitas Usaha
35
Analisis Produktivitas Usaha
38
Analisis Penerimaan
42
Analisis Biaya
44
Analisis Profitabilitas
49
Analisis Pertumbuhan Usaha
52
Efektivitas Pinjaman
54
SIMPULAN DAN SARAN
57
Simpulan
57
Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
75
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013
Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
2010-2013
Penggunaan lahan Desa Citapen tahun 2011
Sebaran penduduk Desa Citapen tahun 2011
Kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani 2011
Karakteristik Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
Laporan penggunaan dana PUAP Gapoktan rukun tani 2011
Penggunaan bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Produksi dan produktivitas per bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Rasio produktivitas rata-rata usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Penerimaan usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih
dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Penerimaan per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya tetap per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya operasional per kilogram usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Struktur Biaya per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya dan profit per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale
pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November
2012- Oktober 2013
Profit dan profitabilitas usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Efektivitas pinjaman usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
1
4
19
20
23
25
34
35
40
41
42
44
45
48
49
50
51
55
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Alur kerangka pemikiran penelitian
Mata pencaharian penduduk Desa Citapen
Pengelolaan Usaha Pengolahan Sale Pisang
Struktur organisasi Gapoktan Rukun Tani 2012
Pertumbuhan penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan
KWT Berkarya 2010-2013
14
21
26
29
53
6
Pertumbuhan profit usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya 2010-2013
54
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah gapoktan dan poktan menurut provinsi di Indonesia tahun
2013
Jumlah gapoktan dan poktan menurut kota/kabupaten di Jawa Barat
tahun 2013
Desa Citapen, Ciawi, Bogor
Biaya investasi usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya penyusutan peralatan per tahun usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Biaya bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Rincian biaya upah per bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012 Oktober 2013
Biaya pengadaan perlengkapan usaha pengolahan sale pisang per
bulan November 2012- Oktober 2013
Biaya sewa usaha pengolahan per tahun sale pisang November 2012 Oktober 2013
Biaya jasa pemasaran usaha pengolahan sale pisang November 2012Oktober 2013
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Biaya total per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih November 2012 - Oktober 2013
71
Biaya total perbulan usaha pengolahan sale pisang KWT Berkarya
November 2012 - Oktober 2013
72
Pertumbuhan penjualan dan profit usaha pengolahan sale pisang 2010 –
2013
73
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang
dicanangkan pemerintah dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 11 Juni 2005 mempunyai tujuan utama yakni peningkatan ketahanan pangan,
pengembangan agribisnis, peningkatan kesejahteraan petani, serta pengembangan
sumberdaya dan pemantapan pemanfaatannya. Setidaknya terdapat tiga aspek
pokok yang menjadi perhatian pada program ini yakni kelembagaan, teknologi dan
kebijakan.
Khusus pada aspek kelembagaan, sebagai tindak lanjut dari RPPK adalah
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007,
yang merupakan landasan untuk revitalisasi kelembagaan petani dan menjadi salah
satu strategi pembangunan pertanian Kabinet Indonesia Bersatu. Peraturan Menteri
tersebut berisi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (poktan)
dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Baik poktan maupun gapoktan
diharapkan mampu menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali fungsi
kelembagaan sosial ekonomi pertanian.
Menurut Kementerian Pertanian (2014) pada Statistika SDM dan
Kelembagaan Pertanian Tahun 2013, dalam kurun waktu 3 tahun jumlah gapoktan
dan poktan terus mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya
keanggotaan petani dalam kelompok tani mau pun gapoktan. Data jumlah
gapoktan, poktan dan petani anggota di Indonesia dan Jawa Barat dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan 2, sedangkan ringkasan data pertumbuhannya di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013a
Jumlah
Keterangan
Gapoktan
Petani Anggota
Gapoktan
Kelompok Tani
Petani Anggota
Kelompok Tani
Pertumbuhan
Rata-Rata
(%/tahun)
1,93
2011
36 224
2012
37 237
2013b
37 632
7 756 167
8 074 876
8 050 227
1,90
299 759
307 309
318 396
3,06
9 769 761
10 056 241
10 624 716
4,29
a
Sumber: diolah dari Kementerian Pertanian (2014), bdata sampai bulan Agustus 2013
Tabel 1 menunjukkan bagaimana dalam jumlah gapoktan, poktan dan petani
anggota terus meningkat dari tahun ke tahun. Adanya perbedaan antara jumlah
petani anggota poktan dan gapoktan disebabkan karena adanya adanya kelompokkelompok tani yang belum tergabung dalam gapoktan tertentu, oleh sebab itu
jumlah petani anggota gapoktan lebih sedikit dibandingkan jumlah petani anggota
2
poktan. Hal ini karena di beberapa daerah, kelompok-kelompok tani masih ada
yang belum berhimpun menjadi sebuah gapoktan.
Dicanangkannya revitalisasi pertanian, juga merupakan satu langkah besar
pembangunan pertanian dengan paradigma agribisnis. Sejalan dengan itu,
pemberdayaan Poktan dan Gapoktan juga akan diarahkan pada peningkatan
kemampuan agribisnis secara keseluruhan, sehingga tidak terfokus pada aspek
budidaya saja (Kementerian Pertanian Ditjen Hortikultura 2011). Dalam
paradigma agribisnis keseluruhan subsektor pertanian merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, sehingga kelembagaan kelompok tani juga harus
mampu menyentuh sektor pertanian secara menyeluruh.
Subsektor hilir atau pasca panen masih relatif kurang populer sebagai
matapencaharian petani dibandingkan subsektor lain seperti usahatani. Hal ini
karena mayoritas petani di Indonesia masih berpendidikan rendah, sedangkan
pengolahan pasca panen termasuk usaha yang membutuhkan pengetahuan dan
teknologi yang relatif lebih mutakhir. Petani di Indonesia mayoritas masih
memasarkan produknya dalam kondisi mentah. Proses penanganan pasca panen
hanya sebatas sorting dan grading serta pengemasan yang seadanya. Meski begitu,
pengolahan produk pertanian berperan sangat penting dalam agribisnis, yakni
sebagai pasar dari produk yang dihasilkan subsektor usahatani. Selain itu, produk
pertanian, terutama hortikultura, dikenal akan sifatnya yang perishable (mudah
rusak), bulky (menempati ruang), dan musiman. Sifatnya yang mudah rusak
menyebabkan timbulnya kerugian bagi petani mau pun distributor yang
menyalurkan produk pertanian. Dengan pengolahan pasca panen yang tepat sifat
rentan rusak dapat ditanggulangi dengan mengolah produk pertanian mentah
menjadi produk jadi atau setengah jadi, misalnya selai dan keripik buah. Produk
pertanian mentah juga memerlukan ruang untuk penyimpanan yang relatif lebih
besar jika dibandingkan dengan produk jadi mau pun setengah jadi. Dengan
mengolahnya, ruang untuk penyimpanan mau pun pengangkutan dapat dikurangi.
Selain itu, pengolahan juga dapat menambah daya tahan produk pertanian, seperti
dengan penggaraman, pengeringan, dan pengasapan. Pada produk hortikultura
yang sebagian besar bersifat musiman dan relatif jauh lebih mudah rusak
dibandingkan dengan produk pertanian pada umumnya, pengolahan dapat menjadi
alternatif cara untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama dan
diedarkan ke pasar ketika sedang tidak musim panen produk tersebut.
Ditinjau dari sisi pendapatan petani, usaha pengolahan dapat menjadi cara
petani untuk meningkatkan pendapatannya. Melalui pengolahan, akan diciptakan
nilai tambah sebuah produk yang berarti peningkatan pemasukan bagi pelaku
usaha pengolahan yang sebagian besar dari kalangan petani dan keluarganya.
Kegiatan pengolahan juga berarti terbukanya lapangan kerja baru. Hal ini dapat
membantu sedikit banyak mengatasi permasalahan pengangguran di pedesaan.
Petani sebagai pelaku usaha dapat tetap bekerja serta mempekerjakan keluarga
mau pun orang-orang setempat bahkan ketika bukan musim tanam mau pun panen.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kelompok tani
terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masih dari
data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (2013) terdapat 4.489 gabungan
kelompok tani dengan anggota mencapai 933.712 petani di provinsi Jawa Barat.
Dari jumlah Gapoktan tersebut 228 diantaranya terdapat di kabupaten Bogor
dengan beranggotakan 29.860 petani.
3
Selain potensi sumber daya manusia yang banyak berprofesi sebagai petani,
Bogor juga memiliki potensi geografis yang sangat sesuai untuk pengembangan
berbagai macam produk pertanian. Bogor memiliki luas 11.850 Ha dan terletak
pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut
dengan curah hujan rata-rata 4.000 mm/tahun dan secara geografis dikelilingi oleh
pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung
Salak dan Gunung Halimun. Kawasan Bogor umumnya dipenuhi batuan vulkanik
yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung
Pangrango dan Gunung Salak (Pemerintah Kota Bogor, 2003). Potensi geografis
ini juga mendorong tumbuhnya usaha pengolahan hasil pertanian di sekitar lokasi
pertanian karena akses akan bahan baku relatif mudah. Usaha pasca panen ini juga
dapat menjadi salah satu program yang diupayakan dalam Gabungan Kelompok
Tani.
Salah satu Gapoktan yang telah memiliki unit pengolahan hasil pertanian
skala mikro di Bogor adalah Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor. Gapoktan yang pada tahun 2011 mendapat gelar sebagai
Gapoktan Berprestasi Peringkat 2 Nasional ini terdiri atas 7 kelompok tani dan
telah memiliki anggota sebanyak 236 petani. Pembagian kelompok tani
berdasarkan pada komoditas yang diusahakan, di mana dua di antaranya
mempunyai unit usaha pengolahan hasil pertanian hortikultura yakni pengolahan
pisang menjadi sale. Berdasarkan latar belakang di atas dirasa perlu untuk
dilakukan penelitian mengenai peran kelembagaan Gapoktan dalam mendorong
kinerja usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro di pedesaan.
Perumusan Masalah
Gapoktan Rukun Tani telah cukup lama menjadi sentra kegiatan masyarakat
tani Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Didirikan pada tahun 2001
dengan anggota yang terdiri atas 25 petani hortikultura, Gapoktan ini diresmikan
pada tahun 2007. Tercatat 236 petani terdaftar sebagai anggota dengan 7
Kelompok Tani yang memiliki fokus kegiatan masing-masing. Usaha yang
dijalankan 7 poktan anggota yaitu usahatani tanaman pangan dan hortikultura,
perikanan, peternakan, pemasaran, saprotan, dan pengolahan produk pertanian
skala kecil.
Berbeda dengan kegiatan agribisnis lainnya, pengolahan hasil pertanian
tergolong relatif baru dikenal masyarakat tani Desa Citapen. Dimulai pada tahun
2005, kegiatan pengolahan sale pisang dimaksudkan untuk memanfaatkan stok
melimpah buah pisang yang pada waktu itu tidak lulus grading untuk dipasok ke
catering dan rumah makan. Akhirnya oleh petani pisang tersebut diolah setengah
jadi sebagai sale untuk kemudian dipasarkan sebagai bahan baku pembuatan molen
pisang. Dua kelompok Tani bergerak pada usaha tersebut yakni Kelompok Tani
Silih Asih dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkarya.
Kelembagaan pertanian seperti Gapoktan langsung maupun tidak langsung
telah turut serta mendorong kegiatan perekonomian masyarakat petani pedesaan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septian (2010), Adina (2012) dan
4
Siswoyo (2013) semuanya menunjukkan adanya pengaruh posistif yang diperoleh
petani dari gapoktan pada usahanya.
Penelitian Septian (2010) membuktikan adanya tingkat pendapatan petani
ganyong anggota gapoktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang
tidak tergabung. Pada peelitiannya Septian juga menemukan bahwa keberadaan
kelompok tani dinilai efektif berdasarkan persepsi anggota. Adapun penelitian
Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan persepsi anggota
terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto Kabupaten
Magelang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gapoktan Desa
Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur dan
infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong
motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras
dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan
permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh
positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan
petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Siswoyo (2013) melalui penelitiannya juga menyimpulkan adanya peran
positif gapoktan yang dirasakan anggota kelompok tani yang menggeluti usaha
peternakan. Siswoyo menyimpulkan bahwa berdasarkan persepsi peternak anggota
Kelompok Tani Simpay Tamphomas peran kelembagaan gapoktan dinilai sudah
efektif dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan mereka.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, usaha petani yang diteliti pada
penelitian kali ini bukan pada subsektor budidaya, melainkan pasca panen.
Berdasarkan tiga penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya peran postif
kelembagaan gapoktan pada petani anggota, penelitian ini secara umum ingin
membuktikan berperan atau tidaknya kelembagaan gapoktan pada usaha
pengolahan sale pisang yang dilakukan petani, serta sejauh mana peran tersebut
menunjangnya.
Unit usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro Gapoktan Rukun Tani,
yakni pengolahan sale pisang terus berkembang, bahkan pasokan bahan baku
tambahan harus didatangkan dari luar daerah karena pasokan lokal tidak
mencukupi. Pemasaran yang awalnya hanya meliputi daerah Bogor Raya, telah
merambah ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta. Berdasarkan data tahun
2010-2013, penjualan kedua unit usaha terus mengalami peningkatan. Pada Tabel
2 disajikan data penjualan tahun 2010-2013.
Tabel 2 Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
2010-2013c
Kelompok Tani
Silih Asih
Kelompok
Wanita Tani
c
2010
(Rp)
36 487 000
2011
(Rp)
53 164 000
2012
(Rp)
58 705 000
2013d
(Rp)
63 708 000
-
23 919 000
27 419 000
30 669 000
Sumber: diolah dari Gapoktan Rukun Tani (2013), ddata sampai bulan Oktober 2013
5
Pada observasi awal yang dilakukan, diketahui juga bahwa Kelompok Tani
Silih Asih telah menjalankan usaha jauh lebih awal dibandingkan dengan KWT
Berkarya. Selain itu, diperoleh keterangan juga tentang adanya perbedaan
perlakuan yang diterima kedua unit usaha dari gapoktan pada aspek permodalan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan fokus mengkaji:
1.
Bagaimanakah peran kelembagaan Gapoktan terhadap dua unit usaha
pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota
Gapoktan Rukun Tani?
2.
Bagaimanakah kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang
dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis peran kelembagaan Gapoktan Rukun Tani terhadap kedua unit
usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota
Gapoktan Rukun Tani
2. Menganalisis kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan
dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang
bermanfaat bagi:
1. Peneliti, sebagai sarana pembelajaran untuk menuangkan ide dan gagasan
secara sistematis berdasarkan data dan fakta di lapangan serta mengembangkan
kemampuan berfikir analitis serta mengaplikasikan bidang keilmuan Agribisnis
yang telah diterima selama menjalani kuliah di Institut Pertanian Bogor.
2. Petani, sebagai informasi kepada petani akan pentingnya peran kelembagaan
ekonomi pertanian.
3. Pengambil Kebijakan (pemerintah), sebagai rekomendasi kepada pemerintah
dan pihak-pihak terkait untuk lebih menggiatkan kelembagaan pertanian di
tingkat desa, serta terus mendorong dengan cara bantuan modal, pendidikan
dan pelatihan, maupun regulasi-regulasi yang dapat meningkatkan kinerja
Gapoktan.
4. Memberikan manfaat bagi pembaca sebagai tambahan informasi dan
pengetahuan maupun sebagai literatur referensi dan inspirasi untuk penelitian
selanjutnya.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis keragaan usaha pengolahan sale pisang
kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani serta peran kelembagaan gapoktan
terhadap usaha tersebut. Responden pada penelitian ini adalah petani pengurus
KWT Berkarya, Kelompok Tani Silih Asih dan Gapoktan Rukun Tani Desa
Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober 2013- Januari 2014. Kajian difokuskan pada penilaian kinerja kedua
usaha pengolahan sale pisang, mengidentifikasi dan menganalisis peran
kelembagaan Gapoktan Rukun Tani terhadap kinerja kedua unit usaha, serta
identifikasi faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja kedua unit usaha
pengolahan sale pisang.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai kelembagaan gapoktan dan kinerja usaha telah banyak
dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan rujukan beberapa penelitian
terdahulu dalam menentukan variabel-variabel kinerja usaha juga peran
kelembagaan gapoktan, juga gambaran bagaimana kelembagaan gapoktan
mempengaruhi kinerja usaha petani yang dijadikan objek pada penelitian masingmasing.
Kinerja Usaha
Setiap kegiatan ekonomi mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan
atau manfaat. Oleh sebab itu kegiatan ekononomi, termasuk yang berlangsung
dalam unit Gapoktan perlu dilakukan tinjauan pada beberapa aspek untuk
mengukur kinerja dari kegiatan tersebut. Terjadi pergeseran penggunaan variable
dalam menilai kinerja organisasi, termasuk yang bergerak di bidang ekonomi.
Penilaian kinerja yang hanya berbasis pada aspek finansial mulai ditambah dengan
variable lain seperti kualitas produk, efektivitas produksi, inovasi dan kepuasan
konsumen (Fahy et al., 2000).
Beberapa penelitian mengenai UKM yang bergerak dibidang pengolahan
hasil pertanian telah dilakukan sebelumnya. Samir (2011) mengidentifikasi dan
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi UKM catering di Kota Bandung.
Faktor-faktor tersebut adalah modal psikologis entrepreuneur dan manajemen
sumberdaya manusia. Hasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut
berpengaruh positif dalam peningkatan kinerja UKM catering.
Sedangkan Asmarani (2006) dalam studi empiriknya mengenai pengaruh
perencanaan strategis pada kinerja perusahaan dalam rangka menciptakan
keunggulan bersaing Industri Kecil Menengah Tenun Ikat di Troso, Jepara. Faktor
yang dianggap mempengaruhi perencanaan strategis adalah factor manajerial,
lingkungan dan kultur organisasi. Hasil penelitian menunjukkan semakin baik
manajemen perencanaan strategis dapat menghasilkan kinerja usaha kecil
menengah di atas rata-rata dibandingkan perusahaan yang tidak. Penelitian ini juga
mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan
positif antara perencanaan strategis dan kinerja usaha yang ujungnya adalah
keunggulan bersaing.
Kedua penelitian terdahulu mengenai kinerja tersebut membuktikan faktor
yang berkaitan dengan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja usaha,
Samir lebih fokus pada manajemen SDM sementara Asmarani lebih pada
manajemen strategi. Kedua penelitian menggunakan variabel yang berbeda dalam
menilai kinerja usaha yang ditelitianya. Samir menggunakan persepsi dari pemilik
usaha akan profit, omset dan pertumbuhan usaha untuk menilai kinerja usaha
catering di Bandung tersebut. Sedangkan Asmarani menggunakan efisiensi,
efektivitas, dan adaptabilitas berdasarkan persepsi dari pelaku usaha sebagai
kriteria kinerja UKM yang ditelitinya. Dengan merujuk pada dua penelitian ini
8
disimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan tidak hanya pada aspek
keuangan. Penilaian yang sifatnya subjektif juga dapat menjadi alternatif untuk
menilai kinerja usaha berdasarkan persepsi pelaku usaha.
Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha
Sejumlah penelitian yang mengaitkan peran kelembagaan gapoktan dengan
kinerja usaha petani juga telah dilaksanakan. Empat penelitian yang dijadikan
rujukan adalah penelitian dari Permatasari (2011), Adina (2012), dan Siswoyo
(2013).
Usaha yang diteliti oleh ketiga penelitian tersebut adalah pada subsektor
budidaya (usahatani). Penelitian Siswoyo hanya menggunakan kriteria pendapatan
untuk menilai kinerja usahatani yang diteliti. Sedangkan Adina dan Permatasari
menambahkan beberapa kriteria lain. Selain pendapatan Adina juga menggunakan
persepsi responden akan tingkat kemandirian petani, teknik budidaya, dan
keberlanjutan pertanian, sedangkan Permatasari menambahkan kriteria efisiensi
teknis yang diukur dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas.
Ketiga penelitian yang dirujuk menunjukkan adanya peran positif yang
ditunjukkan oleh Gapoktan terhadap kinerja usaha petani yang diteliti. Siswoyo
(2013) dalam penelitiannya tentang peran kelembagaan dan pengaruhnya terhadap
peningkatan pendapatan peternak kambing etawa Kelompok Tani Simpay
Tampomas Sumedang, Jawa Barat menggunakan persepsi petani responden untuk
menilai efektivitas kelembagaan kelompok tani terhadap pendapatan mereka. Hasil
menunjukkan peran kelompok tani dinilai cukup efektif oleh peternak.
Adapun penelitian Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan
persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa
Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan
Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur
dan infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong
motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras
dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan
permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh
positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan
petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Permatasari (2011) dalam penelitiannya menganalisis efisiensi teknis,
pendapatan dan peranan kelembagaan pada usahatani padi sehat Desa Ciburuy,
Cigombong, Bogor. Analisis efisiensi dilakukan dengan parameter Maximum
Likelihood untuk fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasilnya menunjukkan variabel
luas lahan, pupuk kompos dan pupuk urea berpengaruh pada peningkatan produksi.
Tingkat efisiensi rata-rata usahatani adalah 62% dari produksi maksimum. Analisis
pendapatan usahatani menunjukkan imbangan pendapatan atas biaya lebih dari 1,
sehingga dapat disimpulkan usaha layak secara finansial. Hasil analisis peranan
kelembagaan menunjukkan kelembagaan ekonomi petani, yakni koperasi
dirasakan efektif. Manfaat yang paling dirasakan oleh para petani adalah
kemudahan mengakses permodalan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Penelitian mengacu pada beberapa teori yang berkaitan dengan kelembagaan
ekonomi pertanian dan kinerja usaha. Berikut adalah teori-teori yang digunakan
untuk menyampaikan hasil penelitian.
Peran Kelembagaan Sosial Ekonomi Pertanian dalam Sistem Agribisnis
Terminologi kelembagaan sering diartikan bias dengan organisasi.
Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan sebagai
aturan yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan atau peran organisasi
yang memiliki tujuan untuk memperoleh status atau legitimasi tertentu. Sementara
Soekanto (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan social institution
(kelembagaan) adalah kumpulan/himpunan norma-norma dalam setiap tingkatan
yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Wujud
kongkrit dari kelembagaan kemasyarakatan adalah unit-unit lembaga. Dengan kata
lain kelembagaan lebih mengacu kepada fungsi sementara lembaga mengacu
kepada bentuk fisik dari kelembagaan tersebut, yakni organisasi atau asosiasi.
Kelembagaan ekonomi menurut Anwar terbentuk dalam rangka efisiensi,
yakni efisiensi dalam produksi, pengambilan keputusan dan pemasaran. Inefisiensi
yang terjadi pada proses tersebut dikenal dengan biaya transaksi (transaction cost),
yang meliputi: (1) biaya informasi , yakni biaya pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan harga, kualitas dan jumlah produk, (2) biaya pengawasan dan (3)
biaya pengambilan keputusan
Pada sektor pertanian di Indonesia, pentingnya aspek kelembagaan sudah
lama digaungkan. Pembangunan kelembagaan pertanian sering dikenal dengan
istilah “Wilayah Unit Desa” atau WILUD. Menurut Soekartawi (2002), dalam
WILUD beberapa aspek kelembagaan pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan
petani, yaitu: (1) Bank sebagai Kelembagaan keuangan dan permodalan, (2)
Kelembagaan penyuluhan, (3) Kelembagaan penyaluran faktor produksi dan (4)
kelembagaan pemasaran hasil pertanian. Empat program yang berfungsi saling
melengkapi itu kemudian dikenal dengan istilah “catur sarana usaha pertanian”.
Syahyuti (2002) mendefinisikan analisis kelembagaan pertanian sebagai
studi yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsi mengenai suatu fenomema
social ekonomi pertanian, yang berkaitan dengan hubungan pelaku interaksi sosial
ekonomi, melingkupi dinamika aturan-aturan yang berlaku dan disepakati bersama
oleh para pelaku, disertai juga dengan analisis mengenai hasil akhir yang diperoleh
dari interaksi tersebut. Dalam koridor tertentu analisis kelembagaan dapat berlaku
umum di berbagai wilayah dan keadaan, namun dalam banyak hal, aspek lokalitas
dan permasalahan yang khusus harus selalu memperoleh penekanan, mengingat
peluang besar terjadinya variasi per lokalitas. Analisis peran kelembagaan yang
diguakan pada penelitian ini merupakan identifikasi menggunakan 3 indikator
yang menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) dikategorikan sebagai
10
aspek kelembagaan dalam Struktur Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya
pelayanan penyuluhan, serta adanya lembaga perkreditan atau pemodalan.
Kinerja Usaha UKM
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kinerja sebagai
“Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan ataupun diartikan sebagai
kemampuan kerja”. Pengukuran kinerja masih menjadi tantangan besar bagi para
peneliti karena teramat kompleks (Beal, 2000). Bhargava et al., (1994)
menjelaskan bahwa kinerja itu sendiri terkonstruksi secara multidimensional
sehingga pengukurannya dengan kriteria tunggal tidak dapat memberikan
pemahaman secara komprehensif.
Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsesus resmi mengenai
ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-ukuran
obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak
kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment), mempunyai
kelemahan karena adanya berbagai macam metode pengukuran depresiasi,
persediaan dan nilai fixed cost (Wright et al., 1995). Yuwono et al. (2006)
menyampaikan penilaian kinerja dengan menggunakan ukuran keuangan berarti
mengacu pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Sedangkan
ukuran non keuangan mengacu pada aspek-aspek yang tidak dapat terlihat secara
langsung dalam laporan keuangan namun terkait dengan capaian keuangan usaha
tersebut. Ukuran ini bersifat kualitatif, contohnya adalah pangsa pasar,
pertumbuhan pasar dan kapabillitas terhadap teknologi.
Alasadi dan Abdelrahim (2007) mengemukakan indikator yang sifatnya
subjektif yakni kepuasan pemilik atas profit, omset, tahap balik modal (Break
Even Point), dan pengembangan usaha sangat sesuai untuk digunakan dalam
menilai kinerja UKM. Meski tidak berbasis pada variabel finansial yang
kuantitatif, indikator kinerja lain yang akan digunakan harus tetap dapat dikonsep,
dioperasikan dan terukur. Dimensi pengukuran kinerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan atau profitabilitas
dan efisiensi (Murphy et al., 1996).
Produktivitas
Produktivitas merupakan salah satu aspek penting dalam mengukur kinerja
suatu usaha. Blocher et al., (2007:847) mengartikan produktivitas sebagai
hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan.
Putti (1989:345) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas hal yang
perlu dilakukan adalah menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk
dalam pemanfaatan SDM (do the right thing) dan menghasilkan keluaran sebesarbesarnya (do the thing right). Oleh sebab itu, produktivitas dapat mencerminkan
efisiensi dan efektivitas kerja usaha.
Pengukuran produktivitas menurut Blocher et al., (2007:307) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu melihat produktivitas operasional dan
produktivitas finansial. Produktivitas operasional berkaitan dengan rasio unit
output terhadap unit input yang keduanya dinilai dengan ukuran fisik (dalam unit).
Sedangkan produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input
namun nilainya telah dikonversikan dalam satuan mata uang. Ukuran produktivitas
11
bisa mencakup seluruh faktor produksi atau hanya terfokus pada satu atau sebagian
faktor produksi yang digunakan. Penilaian produktivitas yang memusatkan
perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang
dihasilkan disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Beberapa contoh
pengukuran produktivitas parsial adalah produktivitas atas bahan baku yakni rasio
jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah input bahan baku yang dibutuhkan
(unit output/ unit input), produktivitas tenaga kerja (output/ jam tenaga kerja atau
output/ pekerja) dan produktivitas proses (output/jam penggunaan mesin atau
output/kilowatt).
Penerimaan
Menurut Husain (2004:65), penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima
dari penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada konsumen.
Selain itu, penerimaan usaha juga merupakan nilai dari hasil produksi dalam waktu
tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga
satuan dari produk tersebut. Oleh sebab itu, besaran penerimaan ditentukan oleh
dua faktor, yaitu jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk tersebut.
Secara matematis, fungsi total penerimaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
� = ×
Keterangan :
TR: Jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan
Q : Jumlah produksi total yang dihasilkan dalam proses produksi
P : Harga satuan dari produk yang dihasilkan.
Biaya
Hansen & Mowen (2003: 34) mengemukakan bahwa: “Biaya adalah kas atau
pengorbanan setara kas yang dikorbankan untu barang dan jasa yang diinginkan
untuk manfaat di masa kini mau pun mendatang. Disebut setara kas karena
sumber sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang
dikehendaki. Menurut Mulyadi (2002: 8): “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi ini, ada empat unsur
pokok dalam biaya, yakni pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi, pengorbanan tersebut
untuk memperoleh manfaat saat ini dan/atau mendatang. Pengorbanan sumber
ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang akan
datang. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk
memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok.
Informasi biaya sangat dibutuhkan untuk mengukur tingkat sumberdaya
yang dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Tanpa adanya informasi biaya
maka pengusaha tidak memiliki ukuran apakah nilai input yang dikorbankan
memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dariada nilai output-nya sehingga tidak
dapat dilakukan analisis apakah usaha tersebut menghasilkan keuntungan atau
menimbulkan kerugian.
12
Menurut Mulyadi (1999), biaya dapat digolongkan dalam beberapa jenis
penggolongan. Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang
hendak dicapai, namun dalam akuntasi biaya terdapat beberapa penggolangan lain,
yakni berdasarkan obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan
biaya dengan hal yang dibiayai, dan perilaku biaya dalam hubungannya dengan
volume peroduksi, serta jangka waktu pemanfaatnnya. Berikut akan dijelaskan
terkait dengan masing-masing penggolongan biaya.
1. Biaya menurut obyek pengeluaran.
Nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
nama obyek pengeluaran adalah bahan baku, maka semua pengeluaran yg
berhubungan dengan bahan baku disebut biaya bahan baku.
2. Biaya menurut fungsi pokoknya
Pada perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. biaya produksi yakni biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk
jadi yang siap untk dijual.
b. biaya pemasaran yakni biaya yang digunakan untuk kegiatan pemasaran
c. biaya administrasi dan umum yakni biaya-biaya yang terjadi dalam
koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3. Biaya menurut hubungan dengan yang dibiayai
Berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
a. biaya langsung, yaitu biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai
b. biaya tidak langsung,, yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Biaya menurut hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Terdapat lima jenis biaya berdasarkan penggolongan ini, yaitu biaya variabel,
biaya semi variabel, biaya semi tetap, dan biaya tetap.
a. biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
b. biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
c. biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
d. biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisaran volume
kegiatan tertentu, seperti biaya gaji direktur produksi.
5. Biaya menurut jangka waktu manfaatnya
Biaya menurut waktu manfaatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan.
a. pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran biaya pengadaan
peralatan dan pengadaan ulangnya, dan biaya penyusutannya.
b. pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut, sebagai contoh:
biaya iklan, biaya tenaga kerja.
13
Struktur biaya dari usaha yang diteliti meliputi biaya tetap dan biaya
operasional. Perusahaan akan dapat beroperasi dengan keuntungan apabila mampu
menutupi biaya tetap dan biaya operasional. Apabila perusahaan mampu menutupi
biaya variabel dan masih mendapat keuntungan meskipun tidak mampu menutupi
biaya tetap, usaha tersebut dianggap masih layak untuk dilanjutkan. Sedangkan
jika perusahaan sudah tidak mampu menutu nilai biaya variabel maka usaha
tersebut dianggap tidak layak untuk dilanjutkan.
Profitabilitas
Setiap kegiatan ekonomi mempunyai satu tujuan utama, yakni memperoleh
keuntungan (profit). Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan kemampuan
suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan selama periode dan pada tingkat
penjualan tertentu. Profitabilitas dinilai dengan menggunakan dua komponen yakni
keuntungan dan penjualan total. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan
dan biaya.
Tπ = TR − TC
Keterangan:
T� : Keuntungan total
TR : Penerimaan total
TC : Biaya total
Profitabilitas dihitung dari rasio profit bersih yang dihasilkan dengan total
penjualan yang dihasilkan. Profit bersih merupakan total nilai profit setelah
dikurangi pajak. Namun karena kedua usaha belum terdaftar secara legal, sehingga
belum menjadi wajib pajak. Maka dari itu komponen profit bersih tidak perlu
dikurangi komponen pajak.
Profitabilitas = Tπ/TR
Pertumbuhan Usaha
Pertumbuhan usaha merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja
menurut Murphy et al. (1996). Pada umumnya pertumbuhan mengacu pada
peningkatan jumlah, sementara istilah perkembangan lebih mengacu pada fungsi.
Pertumbuhan usaha menunjukkan bertambahnya capaian-capaian suatu unit usaha.
Beberapa indikator yang pada umumnya dipakai sebagai indikator pertumbuhan
usaha adalah pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.
Kerangka Pemikiran Operasional
Gapoktan Rukun Tani sebagai gapoktan nasional terbaik kedua telah mulai
menggunakan konsep agribisnis, yang mana kelompok-kelompok tani anggota
telah memiliki spesifikasi kegiatan yang meliputi pertanian, perikanan, dan
peternakan secara luas. Gapoktan Rukun Tani juga memiliki dua unit usaha
14
pengolahan hasil pertanian skala mikro yang dijalankan oleh Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya.
Alur kerangka pemikiran pada penelitian ini diawali dengan identifikasi
keragaan kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen. Analisis kelembagaan
meliputi struktur organisasi, infrastruktur dalam gapoktan dan peran kelembagaan
gapoktan secara umum. Namun karena peran penyuluhan belum berjalan pada
kegiatan usaha ini, maka hanya dilakukan analisis mengenai peran gapoktan dalam
pemasaran dan permodalan pada kegiatan kegiatan perekonomian petani anggota
gapoktan. Keseluruhan analisis kelembagaan dilakukan secara deskriptif.
Sedangkan untuk menilai kinerja kedua unit usaha akan dilakukan analisis
deskriptif mengenai aktifitas kedua unit usaha, serta capaian-capaian usaha pada
aspek finansial maupun non finansial. Aspek finansial meliputi profit dan
profitabilitas kedua unit usaha. Sementara pada aspek non finansial akan
dilakukan penilaian produktivitas dan pertumbuhan usaha yang meliputi
pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.
Pada tataran praktis, terdapat perbedaan perlakuan dari gapoktan yang
diterima kedua unit usaha. Selain itu terdapat juga beberapa faktor yang turut
mempengaruhi tingkat kinerja kedua usaha tersebut yang berdasarkan pengamatan
awal meliputi faktor skala usaha, manajemen usaha, teknik produksi dan kondisi
alam seperti cuaca. Secara sederhana, alur kerangka pemikiran operasional dapat
dilihat dalam diagram pada Gambar 1.
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada unit usaha pengolahan sale pisang Gapoktan
Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Januari 2014.
Gabungan tani ini dipilih berdasarkan informasi mengenai prestasinya sebagai
salah satu gapoktan berprestasi tingkat nasional. Selain itu gapoktan ini juga telah
memiliki kelompok tani anggota yang berfokus pada usaha pengolahan hasil
pertanian. Penelitian dilaksanakan dengan mendatangi lokasi untuk melakukan
observasi mengenai aktifitas usaha di sana dan melakukan wawancara pada
anggota gapoktan yang terlibat dalam unit usaha tersebut.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari petani pengurus Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya serta pengurus
Gapoktan melalui wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dari
instansi dan dinas terkait, seperti Pusdatin Kementerian Pertanian, Perpustakaan
LSI IPB, artikel, jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Data primer yang digunakan meliputi laporan keuangan usaha, laporan
penjualan sale pisang, struktur kelembagaan gapoktan dan kelompok tani. Laporan
keuangan digunakan untuk melakukan analisis finansial untuk mendapatkan
struktur dan rincian biaya dan penerimaan yang digunakan untuk menghitung nilai
profit, profitabilitas. Berdasarkan laporan keuangan dan penjualan tahun-tahun
sebelumnya,dilakukan analisis pertumbuhan usaha serta menentukan efektivitas
pinjaman yang diterima kedua usaha. Data sekunder yang dipergunakan mencakup
data pertumbuhan gapoktan data kependudukan Desa Citapen, peraturan
perundang-undangan, dan struktur organisasi serta AD/ART Gapoktan Rukun
Tani.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara
langsung kepada responden yang meliputi pengurus Kelompok Tani Silih Asih dan
KWT yang juga menjadi pengelola usaha, juga pengurus Gapoktan dan LKMA
(Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) gapoktan. Wawancara dilakukan dengan
teknik wawancara mendalam (indepth interview). Penentuan responden petani
16
dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pada posisi para petani dalam
struktur organisasi gapoktan dan kelompok tani terkait.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa keragaan
usaha pengolahan sale pisang dan kelembagaan gapoktan. Keragaan usaha
meliputi aktifitas usaha dan sistem manajemen usaha. Data mengenai kelembagaan
gapoktan meliputi struktur, aturan dan unit-unit kelembagaan yang ada pada
gapoktan serta peranannya. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif. Data kuantitatif berupa laporan penjualan dan keuangan kedua
unit usaha yang digunakan untuk menganalisis penerimaan, biaya, profit dan
profitabilitas kedua usaha pengolahan sale pisang. Pengolahan data yang sifatnya
kuantitaif ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Excel, kemudian hasilnya
dinarasikan secara deskriptif.
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
Analisis kelembagaan gapoktan meliputi deskripsi struktur dan peran-peran
unit kelembagaan yang terlibat dalam aktifitas para petani dalam Gapoktan. Peran
kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut dalam
memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari
kelembagaan tersebut. Peran kelembagaan yang difokuskan untuk dikaji dalam
penelitian ini meliputi kelembagaan permodalan atau keuangan dan pemasaran.
Peran kelembagaan pasar yang dimainkan gapoktan tidak hanya dilihat pada pasar
produk jadi, tapi juga bagaimana gapoktan membantu petani untuk mengakses
pasar bahan baku.
Analisis Produktivitas
Penilaian produktivitas dilakukan terfokus pada penggunaan input bahan
baku (produkti
PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
SKALA KECIL
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Peran
Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang
Skala Kecil, adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2015
Izzah Rohmawati Nofitasari
NIM H34080155
ABSTRAK
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Peran Kelembagaan Gapoktan
Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil. Dibimbing
oleh DWI RACHMINA.
Gabungan Kelompok Tani merupakan salah satu lembaga formal daerah
pedesaan yang telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan usaha petani.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kelembagaan gapoktan dalam
menunjang kinerja usaha pengolahan sale pisang oleh Kelompok Tani Silih Asih
dan KWT Berkarya, Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Bogor. Indikator
aspek non finansial meliputi produktivitas dan pertumbuhan usaha, sedangkan
aspek finansial meliputi profit dan profitabilitas. Gapoktan Rukun tani berperan
penting dalam pemasaran dan permodalan dan secara umum mempunya dampak
positif terhadap kinerja kedua usaha. Pada aspek Profit dan Profitabilitas
Kelompok tani Silih Asih yang mendapatkan permodalan lebih besar
menunjukkan nilai yang lebih tinggi (Profit/kg: Rp 5.865,00/kg, profitabilitas:
36,87%), karena biaya per kilogramnya yang lebih rendah dan penerimaan per
kilogramnya yang lebih tinggi. Meski menerima bantuan finansial serta nilai
pertumbuhan penjualan dan profit yang lebih kecil KWT Berkarya memiliki
produktivitas atas bahan bakuserta efektivitas penggunaan pinjaman dalam
meningkatkan penjualan dan profit setiap tahun yang lebih tinggi. Di samping
dukungan dari gapoktan pada aspek pemasaran dan permodalan, kinerja kedua
usaha juga sangat dipengaruhi kapasitas produksi, sistem manajemen, juga
keterampilan dan kinerja tenaga kerja. Pada KWT Berkarya kinerja juga
dipengaruhi kondisi cuaca.
Kata Kunci: Gabungan Kelompok Tani, Kelompok Tani, Kinerja Usaha,
Pengolahan Sale Pisang
ABSTRACT
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Gapoktan Rukun Tani Institutional Role
on Performance of Small Scaled Banana Sale Processing Business. Supervised by
DWI RACHMINA
Farmer group union is one of formal rural institutions which has played
important role on supporting farmer business. This research aimed to analize the
institutional roles performed by gapoktan to support performance of bananas sale
processing business run by Kelompok Tani Silih Asih and KWT Berkarya,
Gapoktan Rukun Tani, Citapen Village, Ciawi, Bogor. Non financial
aspectindicators of business performance included productivity and business
growth, while financial aspects included profit and profitabilityon both business.
Gapoktan Rukun Tani played big roles in capital and marketing support which
had generally positive effect on business performance of both business units. On
profit and profitability aspects, Kelompok Tani Silih Asih which gained bigger
capital loan showed better result on profit and profitability (Profit/kg: Rp
5.865,00/kg, profitability: 36,87%), since their cost per kilogram was lower and
their revenue per kilogram was higher. Despite gaining less capital loan and
sales and profit growth KWT Berkarya managed to show higher result on input
based productivity and capital loan usage effectivity to increase annual sales and
profit growth. Beside the support from gapoktan on capital and marketing,
performance of both business units were also depended on production capacity,
managementsystem, labour skill and performance. On KWT Berkarya case,
business performance also depended on weather condition.
Keywords: Farmers Group Union, Farmers Group, Performance, Banana Sale
Processing
PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN RUKUN TANI
PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
SKALA KECIL
IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini adalah
kelembagaan agribisnis, dengan judul Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani
pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan
Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan saat siding. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ibu, ayah, suami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, temanteman AGB 45, IMM Komisariat IPB, Himasurya IPByang telah banyak
membantu penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
H. Misbah, Bapak H. Agus, Bapak Jeje dan Ibu Neng dari Gapoktan Rukun Tani
yang telah membantu selama pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Izzah Rohmawati Nofitasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Kinerja Usaha
7
Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
9
9
13
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Jenis Data dan Sumber Data
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
16
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
16
Analisis Produktivitas
16
Analisis Penerimaan
17
Analisis Biaya
17
Analisis Profitabilitas
17
Analisis Pertumbuhan Usaha
18
Efektivitas Pinjaman
18
GAMBARAN UMUM LOKASI
19
Lokasi dan Keadaan Geografis
19
Kondisi Penduduk
20
Potensi Pembangunan Pertanian Desa Citapen
21
Gambaran Umum Gapoktan Rukun Tani
22
Gambaran Umum Usaha Pengolahan Sale Pisang
24
ANALISIS KELEMBAGAAN GAPOKTAN
29
Struktur Organisasi Gapoktan Rukun Tani
29
Peraturan dalam Gapoktan
30
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
32
ANALISIS KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG
35
Aktivitas Usaha
35
Analisis Produktivitas Usaha
38
Analisis Penerimaan
42
Analisis Biaya
44
Analisis Profitabilitas
49
Analisis Pertumbuhan Usaha
52
Efektivitas Pinjaman
54
SIMPULAN DAN SARAN
57
Simpulan
57
Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
75
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013
Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
2010-2013
Penggunaan lahan Desa Citapen tahun 2011
Sebaran penduduk Desa Citapen tahun 2011
Kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani 2011
Karakteristik Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
Laporan penggunaan dana PUAP Gapoktan rukun tani 2011
Penggunaan bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Produksi dan produktivitas per bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Rasio produktivitas rata-rata usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Penerimaan usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih
dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Penerimaan per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya tetap per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya operasional per kilogram usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Struktur Biaya per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok
Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya dan profit per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale
pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November
2012- Oktober 2013
Profit dan profitabilitas usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Efektivitas pinjaman usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
1
4
19
20
23
25
34
35
40
41
42
44
45
48
49
50
51
55
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Alur kerangka pemikiran penelitian
Mata pencaharian penduduk Desa Citapen
Pengelolaan Usaha Pengolahan Sale Pisang
Struktur organisasi Gapoktan Rukun Tani 2012
Pertumbuhan penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan
KWT Berkarya 2010-2013
14
21
26
29
53
6
Pertumbuhan profit usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani
Silih Asih dan KWT Berkarya 2010-2013
54
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah gapoktan dan poktan menurut provinsi di Indonesia tahun
2013
Jumlah gapoktan dan poktan menurut kota/kabupaten di Jawa Barat
tahun 2013
Desa Citapen, Ciawi, Bogor
Biaya investasi usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Biaya penyusutan peralatan per tahun usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012Oktober 2013
Biaya bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013
Rincian biaya upah per bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012 Oktober 2013
Biaya pengadaan perlengkapan usaha pengolahan sale pisang per
bulan November 2012- Oktober 2013
Biaya sewa usaha pengolahan per tahun sale pisang November 2012 Oktober 2013
Biaya jasa pemasaran usaha pengolahan sale pisang November 2012Oktober 2013
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Biaya total per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale pisang
Kelompok Tani Silih Asih November 2012 - Oktober 2013
71
Biaya total perbulan usaha pengolahan sale pisang KWT Berkarya
November 2012 - Oktober 2013
72
Pertumbuhan penjualan dan profit usaha pengolahan sale pisang 2010 –
2013
73
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang
dicanangkan pemerintah dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 11 Juni 2005 mempunyai tujuan utama yakni peningkatan ketahanan pangan,
pengembangan agribisnis, peningkatan kesejahteraan petani, serta pengembangan
sumberdaya dan pemantapan pemanfaatannya. Setidaknya terdapat tiga aspek
pokok yang menjadi perhatian pada program ini yakni kelembagaan, teknologi dan
kebijakan.
Khusus pada aspek kelembagaan, sebagai tindak lanjut dari RPPK adalah
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007,
yang merupakan landasan untuk revitalisasi kelembagaan petani dan menjadi salah
satu strategi pembangunan pertanian Kabinet Indonesia Bersatu. Peraturan Menteri
tersebut berisi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (poktan)
dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Baik poktan maupun gapoktan
diharapkan mampu menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali fungsi
kelembagaan sosial ekonomi pertanian.
Menurut Kementerian Pertanian (2014) pada Statistika SDM dan
Kelembagaan Pertanian Tahun 2013, dalam kurun waktu 3 tahun jumlah gapoktan
dan poktan terus mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya
keanggotaan petani dalam kelompok tani mau pun gapoktan. Data jumlah
gapoktan, poktan dan petani anggota di Indonesia dan Jawa Barat dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan 2, sedangkan ringkasan data pertumbuhannya di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013a
Jumlah
Keterangan
Gapoktan
Petani Anggota
Gapoktan
Kelompok Tani
Petani Anggota
Kelompok Tani
Pertumbuhan
Rata-Rata
(%/tahun)
1,93
2011
36 224
2012
37 237
2013b
37 632
7 756 167
8 074 876
8 050 227
1,90
299 759
307 309
318 396
3,06
9 769 761
10 056 241
10 624 716
4,29
a
Sumber: diolah dari Kementerian Pertanian (2014), bdata sampai bulan Agustus 2013
Tabel 1 menunjukkan bagaimana dalam jumlah gapoktan, poktan dan petani
anggota terus meningkat dari tahun ke tahun. Adanya perbedaan antara jumlah
petani anggota poktan dan gapoktan disebabkan karena adanya adanya kelompokkelompok tani yang belum tergabung dalam gapoktan tertentu, oleh sebab itu
jumlah petani anggota gapoktan lebih sedikit dibandingkan jumlah petani anggota
2
poktan. Hal ini karena di beberapa daerah, kelompok-kelompok tani masih ada
yang belum berhimpun menjadi sebuah gapoktan.
Dicanangkannya revitalisasi pertanian, juga merupakan satu langkah besar
pembangunan pertanian dengan paradigma agribisnis. Sejalan dengan itu,
pemberdayaan Poktan dan Gapoktan juga akan diarahkan pada peningkatan
kemampuan agribisnis secara keseluruhan, sehingga tidak terfokus pada aspek
budidaya saja (Kementerian Pertanian Ditjen Hortikultura 2011). Dalam
paradigma agribisnis keseluruhan subsektor pertanian merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, sehingga kelembagaan kelompok tani juga harus
mampu menyentuh sektor pertanian secara menyeluruh.
Subsektor hilir atau pasca panen masih relatif kurang populer sebagai
matapencaharian petani dibandingkan subsektor lain seperti usahatani. Hal ini
karena mayoritas petani di Indonesia masih berpendidikan rendah, sedangkan
pengolahan pasca panen termasuk usaha yang membutuhkan pengetahuan dan
teknologi yang relatif lebih mutakhir. Petani di Indonesia mayoritas masih
memasarkan produknya dalam kondisi mentah. Proses penanganan pasca panen
hanya sebatas sorting dan grading serta pengemasan yang seadanya. Meski begitu,
pengolahan produk pertanian berperan sangat penting dalam agribisnis, yakni
sebagai pasar dari produk yang dihasilkan subsektor usahatani. Selain itu, produk
pertanian, terutama hortikultura, dikenal akan sifatnya yang perishable (mudah
rusak), bulky (menempati ruang), dan musiman. Sifatnya yang mudah rusak
menyebabkan timbulnya kerugian bagi petani mau pun distributor yang
menyalurkan produk pertanian. Dengan pengolahan pasca panen yang tepat sifat
rentan rusak dapat ditanggulangi dengan mengolah produk pertanian mentah
menjadi produk jadi atau setengah jadi, misalnya selai dan keripik buah. Produk
pertanian mentah juga memerlukan ruang untuk penyimpanan yang relatif lebih
besar jika dibandingkan dengan produk jadi mau pun setengah jadi. Dengan
mengolahnya, ruang untuk penyimpanan mau pun pengangkutan dapat dikurangi.
Selain itu, pengolahan juga dapat menambah daya tahan produk pertanian, seperti
dengan penggaraman, pengeringan, dan pengasapan. Pada produk hortikultura
yang sebagian besar bersifat musiman dan relatif jauh lebih mudah rusak
dibandingkan dengan produk pertanian pada umumnya, pengolahan dapat menjadi
alternatif cara untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama dan
diedarkan ke pasar ketika sedang tidak musim panen produk tersebut.
Ditinjau dari sisi pendapatan petani, usaha pengolahan dapat menjadi cara
petani untuk meningkatkan pendapatannya. Melalui pengolahan, akan diciptakan
nilai tambah sebuah produk yang berarti peningkatan pemasukan bagi pelaku
usaha pengolahan yang sebagian besar dari kalangan petani dan keluarganya.
Kegiatan pengolahan juga berarti terbukanya lapangan kerja baru. Hal ini dapat
membantu sedikit banyak mengatasi permasalahan pengangguran di pedesaan.
Petani sebagai pelaku usaha dapat tetap bekerja serta mempekerjakan keluarga
mau pun orang-orang setempat bahkan ketika bukan musim tanam mau pun panen.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kelompok tani
terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masih dari
data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (2013) terdapat 4.489 gabungan
kelompok tani dengan anggota mencapai 933.712 petani di provinsi Jawa Barat.
Dari jumlah Gapoktan tersebut 228 diantaranya terdapat di kabupaten Bogor
dengan beranggotakan 29.860 petani.
3
Selain potensi sumber daya manusia yang banyak berprofesi sebagai petani,
Bogor juga memiliki potensi geografis yang sangat sesuai untuk pengembangan
berbagai macam produk pertanian. Bogor memiliki luas 11.850 Ha dan terletak
pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut
dengan curah hujan rata-rata 4.000 mm/tahun dan secara geografis dikelilingi oleh
pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung
Salak dan Gunung Halimun. Kawasan Bogor umumnya dipenuhi batuan vulkanik
yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung
Pangrango dan Gunung Salak (Pemerintah Kota Bogor, 2003). Potensi geografis
ini juga mendorong tumbuhnya usaha pengolahan hasil pertanian di sekitar lokasi
pertanian karena akses akan bahan baku relatif mudah. Usaha pasca panen ini juga
dapat menjadi salah satu program yang diupayakan dalam Gabungan Kelompok
Tani.
Salah satu Gapoktan yang telah memiliki unit pengolahan hasil pertanian
skala mikro di Bogor adalah Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor. Gapoktan yang pada tahun 2011 mendapat gelar sebagai
Gapoktan Berprestasi Peringkat 2 Nasional ini terdiri atas 7 kelompok tani dan
telah memiliki anggota sebanyak 236 petani. Pembagian kelompok tani
berdasarkan pada komoditas yang diusahakan, di mana dua di antaranya
mempunyai unit usaha pengolahan hasil pertanian hortikultura yakni pengolahan
pisang menjadi sale. Berdasarkan latar belakang di atas dirasa perlu untuk
dilakukan penelitian mengenai peran kelembagaan Gapoktan dalam mendorong
kinerja usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro di pedesaan.
Perumusan Masalah
Gapoktan Rukun Tani telah cukup lama menjadi sentra kegiatan masyarakat
tani Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Didirikan pada tahun 2001
dengan anggota yang terdiri atas 25 petani hortikultura, Gapoktan ini diresmikan
pada tahun 2007. Tercatat 236 petani terdaftar sebagai anggota dengan 7
Kelompok Tani yang memiliki fokus kegiatan masing-masing. Usaha yang
dijalankan 7 poktan anggota yaitu usahatani tanaman pangan dan hortikultura,
perikanan, peternakan, pemasaran, saprotan, dan pengolahan produk pertanian
skala kecil.
Berbeda dengan kegiatan agribisnis lainnya, pengolahan hasil pertanian
tergolong relatif baru dikenal masyarakat tani Desa Citapen. Dimulai pada tahun
2005, kegiatan pengolahan sale pisang dimaksudkan untuk memanfaatkan stok
melimpah buah pisang yang pada waktu itu tidak lulus grading untuk dipasok ke
catering dan rumah makan. Akhirnya oleh petani pisang tersebut diolah setengah
jadi sebagai sale untuk kemudian dipasarkan sebagai bahan baku pembuatan molen
pisang. Dua kelompok Tani bergerak pada usaha tersebut yakni Kelompok Tani
Silih Asih dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkarya.
Kelembagaan pertanian seperti Gapoktan langsung maupun tidak langsung
telah turut serta mendorong kegiatan perekonomian masyarakat petani pedesaan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septian (2010), Adina (2012) dan
4
Siswoyo (2013) semuanya menunjukkan adanya pengaruh posistif yang diperoleh
petani dari gapoktan pada usahanya.
Penelitian Septian (2010) membuktikan adanya tingkat pendapatan petani
ganyong anggota gapoktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang
tidak tergabung. Pada peelitiannya Septian juga menemukan bahwa keberadaan
kelompok tani dinilai efektif berdasarkan persepsi anggota. Adapun penelitian
Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan persepsi anggota
terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto Kabupaten
Magelang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gapoktan Desa
Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur dan
infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong
motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras
dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan
permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh
positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan
petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Siswoyo (2013) melalui penelitiannya juga menyimpulkan adanya peran
positif gapoktan yang dirasakan anggota kelompok tani yang menggeluti usaha
peternakan. Siswoyo menyimpulkan bahwa berdasarkan persepsi peternak anggota
Kelompok Tani Simpay Tamphomas peran kelembagaan gapoktan dinilai sudah
efektif dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan mereka.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, usaha petani yang diteliti pada
penelitian kali ini bukan pada subsektor budidaya, melainkan pasca panen.
Berdasarkan tiga penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya peran postif
kelembagaan gapoktan pada petani anggota, penelitian ini secara umum ingin
membuktikan berperan atau tidaknya kelembagaan gapoktan pada usaha
pengolahan sale pisang yang dilakukan petani, serta sejauh mana peran tersebut
menunjangnya.
Unit usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro Gapoktan Rukun Tani,
yakni pengolahan sale pisang terus berkembang, bahkan pasokan bahan baku
tambahan harus didatangkan dari luar daerah karena pasokan lokal tidak
mencukupi. Pemasaran yang awalnya hanya meliputi daerah Bogor Raya, telah
merambah ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta. Berdasarkan data tahun
2010-2013, penjualan kedua unit usaha terus mengalami peningkatan. Pada Tabel
2 disajikan data penjualan tahun 2010-2013.
Tabel 2 Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya
2010-2013c
Kelompok Tani
Silih Asih
Kelompok
Wanita Tani
c
2010
(Rp)
36 487 000
2011
(Rp)
53 164 000
2012
(Rp)
58 705 000
2013d
(Rp)
63 708 000
-
23 919 000
27 419 000
30 669 000
Sumber: diolah dari Gapoktan Rukun Tani (2013), ddata sampai bulan Oktober 2013
5
Pada observasi awal yang dilakukan, diketahui juga bahwa Kelompok Tani
Silih Asih telah menjalankan usaha jauh lebih awal dibandingkan dengan KWT
Berkarya. Selain itu, diperoleh keterangan juga tentang adanya perbedaan
perlakuan yang diterima kedua unit usaha dari gapoktan pada aspek permodalan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan fokus mengkaji:
1.
Bagaimanakah peran kelembagaan Gapoktan terhadap dua unit usaha
pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota
Gapoktan Rukun Tani?
2.
Bagaimanakah kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang
dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis peran kelembagaan Gapoktan Rukun Tani terhadap kedua unit
usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota
Gapoktan Rukun Tani
2. Menganalisis kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan
dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang
bermanfaat bagi:
1. Peneliti, sebagai sarana pembelajaran untuk menuangkan ide dan gagasan
secara sistematis berdasarkan data dan fakta di lapangan serta mengembangkan
kemampuan berfikir analitis serta mengaplikasikan bidang keilmuan Agribisnis
yang telah diterima selama menjalani kuliah di Institut Pertanian Bogor.
2. Petani, sebagai informasi kepada petani akan pentingnya peran kelembagaan
ekonomi pertanian.
3. Pengambil Kebijakan (pemerintah), sebagai rekomendasi kepada pemerintah
dan pihak-pihak terkait untuk lebih menggiatkan kelembagaan pertanian di
tingkat desa, serta terus mendorong dengan cara bantuan modal, pendidikan
dan pelatihan, maupun regulasi-regulasi yang dapat meningkatkan kinerja
Gapoktan.
4. Memberikan manfaat bagi pembaca sebagai tambahan informasi dan
pengetahuan maupun sebagai literatur referensi dan inspirasi untuk penelitian
selanjutnya.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis keragaan usaha pengolahan sale pisang
kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani serta peran kelembagaan gapoktan
terhadap usaha tersebut. Responden pada penelitian ini adalah petani pengurus
KWT Berkarya, Kelompok Tani Silih Asih dan Gapoktan Rukun Tani Desa
Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober 2013- Januari 2014. Kajian difokuskan pada penilaian kinerja kedua
usaha pengolahan sale pisang, mengidentifikasi dan menganalisis peran
kelembagaan Gapoktan Rukun Tani terhadap kinerja kedua unit usaha, serta
identifikasi faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja kedua unit usaha
pengolahan sale pisang.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai kelembagaan gapoktan dan kinerja usaha telah banyak
dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan rujukan beberapa penelitian
terdahulu dalam menentukan variabel-variabel kinerja usaha juga peran
kelembagaan gapoktan, juga gambaran bagaimana kelembagaan gapoktan
mempengaruhi kinerja usaha petani yang dijadikan objek pada penelitian masingmasing.
Kinerja Usaha
Setiap kegiatan ekonomi mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan
atau manfaat. Oleh sebab itu kegiatan ekononomi, termasuk yang berlangsung
dalam unit Gapoktan perlu dilakukan tinjauan pada beberapa aspek untuk
mengukur kinerja dari kegiatan tersebut. Terjadi pergeseran penggunaan variable
dalam menilai kinerja organisasi, termasuk yang bergerak di bidang ekonomi.
Penilaian kinerja yang hanya berbasis pada aspek finansial mulai ditambah dengan
variable lain seperti kualitas produk, efektivitas produksi, inovasi dan kepuasan
konsumen (Fahy et al., 2000).
Beberapa penelitian mengenai UKM yang bergerak dibidang pengolahan
hasil pertanian telah dilakukan sebelumnya. Samir (2011) mengidentifikasi dan
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi UKM catering di Kota Bandung.
Faktor-faktor tersebut adalah modal psikologis entrepreuneur dan manajemen
sumberdaya manusia. Hasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut
berpengaruh positif dalam peningkatan kinerja UKM catering.
Sedangkan Asmarani (2006) dalam studi empiriknya mengenai pengaruh
perencanaan strategis pada kinerja perusahaan dalam rangka menciptakan
keunggulan bersaing Industri Kecil Menengah Tenun Ikat di Troso, Jepara. Faktor
yang dianggap mempengaruhi perencanaan strategis adalah factor manajerial,
lingkungan dan kultur organisasi. Hasil penelitian menunjukkan semakin baik
manajemen perencanaan strategis dapat menghasilkan kinerja usaha kecil
menengah di atas rata-rata dibandingkan perusahaan yang tidak. Penelitian ini juga
mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan
positif antara perencanaan strategis dan kinerja usaha yang ujungnya adalah
keunggulan bersaing.
Kedua penelitian terdahulu mengenai kinerja tersebut membuktikan faktor
yang berkaitan dengan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja usaha,
Samir lebih fokus pada manajemen SDM sementara Asmarani lebih pada
manajemen strategi. Kedua penelitian menggunakan variabel yang berbeda dalam
menilai kinerja usaha yang ditelitianya. Samir menggunakan persepsi dari pemilik
usaha akan profit, omset dan pertumbuhan usaha untuk menilai kinerja usaha
catering di Bandung tersebut. Sedangkan Asmarani menggunakan efisiensi,
efektivitas, dan adaptabilitas berdasarkan persepsi dari pelaku usaha sebagai
kriteria kinerja UKM yang ditelitinya. Dengan merujuk pada dua penelitian ini
8
disimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan tidak hanya pada aspek
keuangan. Penilaian yang sifatnya subjektif juga dapat menjadi alternatif untuk
menilai kinerja usaha berdasarkan persepsi pelaku usaha.
Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha
Sejumlah penelitian yang mengaitkan peran kelembagaan gapoktan dengan
kinerja usaha petani juga telah dilaksanakan. Empat penelitian yang dijadikan
rujukan adalah penelitian dari Permatasari (2011), Adina (2012), dan Siswoyo
(2013).
Usaha yang diteliti oleh ketiga penelitian tersebut adalah pada subsektor
budidaya (usahatani). Penelitian Siswoyo hanya menggunakan kriteria pendapatan
untuk menilai kinerja usahatani yang diteliti. Sedangkan Adina dan Permatasari
menambahkan beberapa kriteria lain. Selain pendapatan Adina juga menggunakan
persepsi responden akan tingkat kemandirian petani, teknik budidaya, dan
keberlanjutan pertanian, sedangkan Permatasari menambahkan kriteria efisiensi
teknis yang diukur dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas.
Ketiga penelitian yang dirujuk menunjukkan adanya peran positif yang
ditunjukkan oleh Gapoktan terhadap kinerja usaha petani yang diteliti. Siswoyo
(2013) dalam penelitiannya tentang peran kelembagaan dan pengaruhnya terhadap
peningkatan pendapatan peternak kambing etawa Kelompok Tani Simpay
Tampomas Sumedang, Jawa Barat menggunakan persepsi petani responden untuk
menilai efektivitas kelembagaan kelompok tani terhadap pendapatan mereka. Hasil
menunjukkan peran kelompok tani dinilai cukup efektif oleh peternak.
Adapun penelitian Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan
persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa
Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan
Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur
dan infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong
motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras
dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan
permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh
positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan
petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Permatasari (2011) dalam penelitiannya menganalisis efisiensi teknis,
pendapatan dan peranan kelembagaan pada usahatani padi sehat Desa Ciburuy,
Cigombong, Bogor. Analisis efisiensi dilakukan dengan parameter Maximum
Likelihood untuk fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasilnya menunjukkan variabel
luas lahan, pupuk kompos dan pupuk urea berpengaruh pada peningkatan produksi.
Tingkat efisiensi rata-rata usahatani adalah 62% dari produksi maksimum. Analisis
pendapatan usahatani menunjukkan imbangan pendapatan atas biaya lebih dari 1,
sehingga dapat disimpulkan usaha layak secara finansial. Hasil analisis peranan
kelembagaan menunjukkan kelembagaan ekonomi petani, yakni koperasi
dirasakan efektif. Manfaat yang paling dirasakan oleh para petani adalah
kemudahan mengakses permodalan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Penelitian mengacu pada beberapa teori yang berkaitan dengan kelembagaan
ekonomi pertanian dan kinerja usaha. Berikut adalah teori-teori yang digunakan
untuk menyampaikan hasil penelitian.
Peran Kelembagaan Sosial Ekonomi Pertanian dalam Sistem Agribisnis
Terminologi kelembagaan sering diartikan bias dengan organisasi.
Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan sebagai
aturan yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan atau peran organisasi
yang memiliki tujuan untuk memperoleh status atau legitimasi tertentu. Sementara
Soekanto (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan social institution
(kelembagaan) adalah kumpulan/himpunan norma-norma dalam setiap tingkatan
yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Wujud
kongkrit dari kelembagaan kemasyarakatan adalah unit-unit lembaga. Dengan kata
lain kelembagaan lebih mengacu kepada fungsi sementara lembaga mengacu
kepada bentuk fisik dari kelembagaan tersebut, yakni organisasi atau asosiasi.
Kelembagaan ekonomi menurut Anwar terbentuk dalam rangka efisiensi,
yakni efisiensi dalam produksi, pengambilan keputusan dan pemasaran. Inefisiensi
yang terjadi pada proses tersebut dikenal dengan biaya transaksi (transaction cost),
yang meliputi: (1) biaya informasi , yakni biaya pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan harga, kualitas dan jumlah produk, (2) biaya pengawasan dan (3)
biaya pengambilan keputusan
Pada sektor pertanian di Indonesia, pentingnya aspek kelembagaan sudah
lama digaungkan. Pembangunan kelembagaan pertanian sering dikenal dengan
istilah “Wilayah Unit Desa” atau WILUD. Menurut Soekartawi (2002), dalam
WILUD beberapa aspek kelembagaan pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan
petani, yaitu: (1) Bank sebagai Kelembagaan keuangan dan permodalan, (2)
Kelembagaan penyuluhan, (3) Kelembagaan penyaluran faktor produksi dan (4)
kelembagaan pemasaran hasil pertanian. Empat program yang berfungsi saling
melengkapi itu kemudian dikenal dengan istilah “catur sarana usaha pertanian”.
Syahyuti (2002) mendefinisikan analisis kelembagaan pertanian sebagai
studi yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsi mengenai suatu fenomema
social ekonomi pertanian, yang berkaitan dengan hubungan pelaku interaksi sosial
ekonomi, melingkupi dinamika aturan-aturan yang berlaku dan disepakati bersama
oleh para pelaku, disertai juga dengan analisis mengenai hasil akhir yang diperoleh
dari interaksi tersebut. Dalam koridor tertentu analisis kelembagaan dapat berlaku
umum di berbagai wilayah dan keadaan, namun dalam banyak hal, aspek lokalitas
dan permasalahan yang khusus harus selalu memperoleh penekanan, mengingat
peluang besar terjadinya variasi per lokalitas. Analisis peran kelembagaan yang
diguakan pada penelitian ini merupakan identifikasi menggunakan 3 indikator
yang menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) dikategorikan sebagai
10
aspek kelembagaan dalam Struktur Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya
pelayanan penyuluhan, serta adanya lembaga perkreditan atau pemodalan.
Kinerja Usaha UKM
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kinerja sebagai
“Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan ataupun diartikan sebagai
kemampuan kerja”. Pengukuran kinerja masih menjadi tantangan besar bagi para
peneliti karena teramat kompleks (Beal, 2000). Bhargava et al., (1994)
menjelaskan bahwa kinerja itu sendiri terkonstruksi secara multidimensional
sehingga pengukurannya dengan kriteria tunggal tidak dapat memberikan
pemahaman secara komprehensif.
Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsesus resmi mengenai
ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-ukuran
obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak
kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment), mempunyai
kelemahan karena adanya berbagai macam metode pengukuran depresiasi,
persediaan dan nilai fixed cost (Wright et al., 1995). Yuwono et al. (2006)
menyampaikan penilaian kinerja dengan menggunakan ukuran keuangan berarti
mengacu pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Sedangkan
ukuran non keuangan mengacu pada aspek-aspek yang tidak dapat terlihat secara
langsung dalam laporan keuangan namun terkait dengan capaian keuangan usaha
tersebut. Ukuran ini bersifat kualitatif, contohnya adalah pangsa pasar,
pertumbuhan pasar dan kapabillitas terhadap teknologi.
Alasadi dan Abdelrahim (2007) mengemukakan indikator yang sifatnya
subjektif yakni kepuasan pemilik atas profit, omset, tahap balik modal (Break
Even Point), dan pengembangan usaha sangat sesuai untuk digunakan dalam
menilai kinerja UKM. Meski tidak berbasis pada variabel finansial yang
kuantitatif, indikator kinerja lain yang akan digunakan harus tetap dapat dikonsep,
dioperasikan dan terukur. Dimensi pengukuran kinerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan atau profitabilitas
dan efisiensi (Murphy et al., 1996).
Produktivitas
Produktivitas merupakan salah satu aspek penting dalam mengukur kinerja
suatu usaha. Blocher et al., (2007:847) mengartikan produktivitas sebagai
hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan.
Putti (1989:345) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas hal yang
perlu dilakukan adalah menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk
dalam pemanfaatan SDM (do the right thing) dan menghasilkan keluaran sebesarbesarnya (do the thing right). Oleh sebab itu, produktivitas dapat mencerminkan
efisiensi dan efektivitas kerja usaha.
Pengukuran produktivitas menurut Blocher et al., (2007:307) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu melihat produktivitas operasional dan
produktivitas finansial. Produktivitas operasional berkaitan dengan rasio unit
output terhadap unit input yang keduanya dinilai dengan ukuran fisik (dalam unit).
Sedangkan produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input
namun nilainya telah dikonversikan dalam satuan mata uang. Ukuran produktivitas
11
bisa mencakup seluruh faktor produksi atau hanya terfokus pada satu atau sebagian
faktor produksi yang digunakan. Penilaian produktivitas yang memusatkan
perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang
dihasilkan disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Beberapa contoh
pengukuran produktivitas parsial adalah produktivitas atas bahan baku yakni rasio
jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah input bahan baku yang dibutuhkan
(unit output/ unit input), produktivitas tenaga kerja (output/ jam tenaga kerja atau
output/ pekerja) dan produktivitas proses (output/jam penggunaan mesin atau
output/kilowatt).
Penerimaan
Menurut Husain (2004:65), penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima
dari penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada konsumen.
Selain itu, penerimaan usaha juga merupakan nilai dari hasil produksi dalam waktu
tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga
satuan dari produk tersebut. Oleh sebab itu, besaran penerimaan ditentukan oleh
dua faktor, yaitu jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk tersebut.
Secara matematis, fungsi total penerimaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
� = ×
Keterangan :
TR: Jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan
Q : Jumlah produksi total yang dihasilkan dalam proses produksi
P : Harga satuan dari produk yang dihasilkan.
Biaya
Hansen & Mowen (2003: 34) mengemukakan bahwa: “Biaya adalah kas atau
pengorbanan setara kas yang dikorbankan untu barang dan jasa yang diinginkan
untuk manfaat di masa kini mau pun mendatang. Disebut setara kas karena
sumber sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang
dikehendaki. Menurut Mulyadi (2002: 8): “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi ini, ada empat unsur
pokok dalam biaya, yakni pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi, pengorbanan tersebut
untuk memperoleh manfaat saat ini dan/atau mendatang. Pengorbanan sumber
ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang akan
datang. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk
memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok.
Informasi biaya sangat dibutuhkan untuk mengukur tingkat sumberdaya
yang dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Tanpa adanya informasi biaya
maka pengusaha tidak memiliki ukuran apakah nilai input yang dikorbankan
memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dariada nilai output-nya sehingga tidak
dapat dilakukan analisis apakah usaha tersebut menghasilkan keuntungan atau
menimbulkan kerugian.
12
Menurut Mulyadi (1999), biaya dapat digolongkan dalam beberapa jenis
penggolongan. Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang
hendak dicapai, namun dalam akuntasi biaya terdapat beberapa penggolangan lain,
yakni berdasarkan obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan
biaya dengan hal yang dibiayai, dan perilaku biaya dalam hubungannya dengan
volume peroduksi, serta jangka waktu pemanfaatnnya. Berikut akan dijelaskan
terkait dengan masing-masing penggolongan biaya.
1. Biaya menurut obyek pengeluaran.
Nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
nama obyek pengeluaran adalah bahan baku, maka semua pengeluaran yg
berhubungan dengan bahan baku disebut biaya bahan baku.
2. Biaya menurut fungsi pokoknya
Pada perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. biaya produksi yakni biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk
jadi yang siap untk dijual.
b. biaya pemasaran yakni biaya yang digunakan untuk kegiatan pemasaran
c. biaya administrasi dan umum yakni biaya-biaya yang terjadi dalam
koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3. Biaya menurut hubungan dengan yang dibiayai
Berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
a. biaya langsung, yaitu biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai
b. biaya tidak langsung,, yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Biaya menurut hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Terdapat lima jenis biaya berdasarkan penggolongan ini, yaitu biaya variabel,
biaya semi variabel, biaya semi tetap, dan biaya tetap.
a. biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
b. biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
c. biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
d. biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisaran volume
kegiatan tertentu, seperti biaya gaji direktur produksi.
5. Biaya menurut jangka waktu manfaatnya
Biaya menurut waktu manfaatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan.
a. pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran biaya pengadaan
peralatan dan pengadaan ulangnya, dan biaya penyusutannya.
b. pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut, sebagai contoh:
biaya iklan, biaya tenaga kerja.
13
Struktur biaya dari usaha yang diteliti meliputi biaya tetap dan biaya
operasional. Perusahaan akan dapat beroperasi dengan keuntungan apabila mampu
menutupi biaya tetap dan biaya operasional. Apabila perusahaan mampu menutupi
biaya variabel dan masih mendapat keuntungan meskipun tidak mampu menutupi
biaya tetap, usaha tersebut dianggap masih layak untuk dilanjutkan. Sedangkan
jika perusahaan sudah tidak mampu menutu nilai biaya variabel maka usaha
tersebut dianggap tidak layak untuk dilanjutkan.
Profitabilitas
Setiap kegiatan ekonomi mempunyai satu tujuan utama, yakni memperoleh
keuntungan (profit). Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan kemampuan
suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan selama periode dan pada tingkat
penjualan tertentu. Profitabilitas dinilai dengan menggunakan dua komponen yakni
keuntungan dan penjualan total. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan
dan biaya.
Tπ = TR − TC
Keterangan:
T� : Keuntungan total
TR : Penerimaan total
TC : Biaya total
Profitabilitas dihitung dari rasio profit bersih yang dihasilkan dengan total
penjualan yang dihasilkan. Profit bersih merupakan total nilai profit setelah
dikurangi pajak. Namun karena kedua usaha belum terdaftar secara legal, sehingga
belum menjadi wajib pajak. Maka dari itu komponen profit bersih tidak perlu
dikurangi komponen pajak.
Profitabilitas = Tπ/TR
Pertumbuhan Usaha
Pertumbuhan usaha merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja
menurut Murphy et al. (1996). Pada umumnya pertumbuhan mengacu pada
peningkatan jumlah, sementara istilah perkembangan lebih mengacu pada fungsi.
Pertumbuhan usaha menunjukkan bertambahnya capaian-capaian suatu unit usaha.
Beberapa indikator yang pada umumnya dipakai sebagai indikator pertumbuhan
usaha adalah pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.
Kerangka Pemikiran Operasional
Gapoktan Rukun Tani sebagai gapoktan nasional terbaik kedua telah mulai
menggunakan konsep agribisnis, yang mana kelompok-kelompok tani anggota
telah memiliki spesifikasi kegiatan yang meliputi pertanian, perikanan, dan
peternakan secara luas. Gapoktan Rukun Tani juga memiliki dua unit usaha
14
pengolahan hasil pertanian skala mikro yang dijalankan oleh Kelompok Tani Silih
Asih dan KWT Berkarya.
Alur kerangka pemikiran pada penelitian ini diawali dengan identifikasi
keragaan kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen. Analisis kelembagaan
meliputi struktur organisasi, infrastruktur dalam gapoktan dan peran kelembagaan
gapoktan secara umum. Namun karena peran penyuluhan belum berjalan pada
kegiatan usaha ini, maka hanya dilakukan analisis mengenai peran gapoktan dalam
pemasaran dan permodalan pada kegiatan kegiatan perekonomian petani anggota
gapoktan. Keseluruhan analisis kelembagaan dilakukan secara deskriptif.
Sedangkan untuk menilai kinerja kedua unit usaha akan dilakukan analisis
deskriptif mengenai aktifitas kedua unit usaha, serta capaian-capaian usaha pada
aspek finansial maupun non finansial. Aspek finansial meliputi profit dan
profitabilitas kedua unit usaha. Sementara pada aspek non finansial akan
dilakukan penilaian produktivitas dan pertumbuhan usaha yang meliputi
pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.
Pada tataran praktis, terdapat perbedaan perlakuan dari gapoktan yang
diterima kedua unit usaha. Selain itu terdapat juga beberapa faktor yang turut
mempengaruhi tingkat kinerja kedua usaha tersebut yang berdasarkan pengamatan
awal meliputi faktor skala usaha, manajemen usaha, teknik produksi dan kondisi
alam seperti cuaca. Secara sederhana, alur kerangka pemikiran operasional dapat
dilihat dalam diagram pada Gambar 1.
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada unit usaha pengolahan sale pisang Gapoktan
Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Januari 2014.
Gabungan tani ini dipilih berdasarkan informasi mengenai prestasinya sebagai
salah satu gapoktan berprestasi tingkat nasional. Selain itu gapoktan ini juga telah
memiliki kelompok tani anggota yang berfokus pada usaha pengolahan hasil
pertanian. Penelitian dilaksanakan dengan mendatangi lokasi untuk melakukan
observasi mengenai aktifitas usaha di sana dan melakukan wawancara pada
anggota gapoktan yang terlibat dalam unit usaha tersebut.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari petani pengurus Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya serta pengurus
Gapoktan melalui wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dari
instansi dan dinas terkait, seperti Pusdatin Kementerian Pertanian, Perpustakaan
LSI IPB, artikel, jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Data primer yang digunakan meliputi laporan keuangan usaha, laporan
penjualan sale pisang, struktur kelembagaan gapoktan dan kelompok tani. Laporan
keuangan digunakan untuk melakukan analisis finansial untuk mendapatkan
struktur dan rincian biaya dan penerimaan yang digunakan untuk menghitung nilai
profit, profitabilitas. Berdasarkan laporan keuangan dan penjualan tahun-tahun
sebelumnya,dilakukan analisis pertumbuhan usaha serta menentukan efektivitas
pinjaman yang diterima kedua usaha. Data sekunder yang dipergunakan mencakup
data pertumbuhan gapoktan data kependudukan Desa Citapen, peraturan
perundang-undangan, dan struktur organisasi serta AD/ART Gapoktan Rukun
Tani.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara
langsung kepada responden yang meliputi pengurus Kelompok Tani Silih Asih dan
KWT yang juga menjadi pengelola usaha, juga pengurus Gapoktan dan LKMA
(Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) gapoktan. Wawancara dilakukan dengan
teknik wawancara mendalam (indepth interview). Penentuan responden petani
16
dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pada posisi para petani dalam
struktur organisasi gapoktan dan kelompok tani terkait.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa keragaan
usaha pengolahan sale pisang dan kelembagaan gapoktan. Keragaan usaha
meliputi aktifitas usaha dan sistem manajemen usaha. Data mengenai kelembagaan
gapoktan meliputi struktur, aturan dan unit-unit kelembagaan yang ada pada
gapoktan serta peranannya. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif. Data kuantitatif berupa laporan penjualan dan keuangan kedua
unit usaha yang digunakan untuk menganalisis penerimaan, biaya, profit dan
profitabilitas kedua usaha pengolahan sale pisang. Pengolahan data yang sifatnya
kuantitaif ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Excel, kemudian hasilnya
dinarasikan secara deskriptif.
Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan
Analisis kelembagaan gapoktan meliputi deskripsi struktur dan peran-peran
unit kelembagaan yang terlibat dalam aktifitas para petani dalam Gapoktan. Peran
kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut dalam
memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari
kelembagaan tersebut. Peran kelembagaan yang difokuskan untuk dikaji dalam
penelitian ini meliputi kelembagaan permodalan atau keuangan dan pemasaran.
Peran kelembagaan pasar yang dimainkan gapoktan tidak hanya dilihat pada pasar
produk jadi, tapi juga bagaimana gapoktan membantu petani untuk mengakses
pasar bahan baku.
Analisis Produktivitas
Penilaian produktivitas dilakukan terfokus pada penggunaan input bahan
baku (produkti