Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KEBUTUHAN MODAL USAHA TANI BAGI

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH

DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH

IDAYANI DAMANIK 090523017

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja, modal dan harga terhadap tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha pertanian padi melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dari hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi sawah, variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel modal berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel harga berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan terhadap kesejahteraan petani padi.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat kesejahteraan petani padi sebagai variabel dependen mampu menjelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja, modal, dan harga sebesar 98,4% sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (119,062) > F tabel (2,955), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal, dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Kata kunci: Kesejahteraan petani, luas lahan, tenaga kerja, modal, harga.


(3)

ABSTRACT

This research entitled "Analysis of Capital Needs for Improved Welfare of Rice Farmers in Panei Simalungun". The objective is to find out how the progress of welfare of rice farmers in Panei Tongah and the effect of width land, labor, capital, and prices. The data of the research are primer data, whice are gained from farmer society of rice farmers in Panei Simalungun by doing observation and interview by using questioner list.

In analyzing the effect of independent variabel towards dependent variables is used econometric model byregressing all variabels by using multiple regression analysis. The regression result shows that the variables of width land has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, the variable of labor has negative effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, the variabel of capital has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, and the variabel of prices has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers.

The coefficient of determination (R2) test result shows that the variables of the welfare of the rice farmers as dependent variable can be explained by the independent variables, width land, labor, capital, prices for 98.4% and the rest 1.6% is explained by the other variables out of the estimation model. The overall test use F where F sums (119.062) > F table (2.955) which means that the variables of width land, labor, capital, and prices are significantly effective towards the welfare of rice farmers.


(4)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pemilik alam semesta ini, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu beban mata kuliah yang harus dilaksanakan dan untuk memenuhipersyaratan akademis untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS KEBUTUHAN MODAL USAHA TANI BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN”.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik dari mulai penulisan proposal, saat penelitian hingga sampai penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Orang tuaku tercinta Ayah dan Mamak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral maupun finansial, semangat dan masukan yang tidak ternilai harganya.

2. Suamiku Syapfrizal Abdi Simarmata, terima kasih untuk segalanya. Semoga Allah meridhoi untuk kebahagiaan kita.

3. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, Phd selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan.

5. Bapak Drs. Rakhmat Sumanjaya Hsb, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.


(5)

ternilai harganya selama masa perkuliahan yang dapat menjadi bekal untuk meraih masa depan penulis.

7. Kepada adik-adik ku Khairiyah Damanik dan Ahmad Jasani Damanik terima kasih atas doa dan semangatnya. Semoga Allah melimpahkan kemurahannya buat kita semua.

8. Seluruh keluarga ku tercinta tanpa terkecuali terima kasih atas segalanya doa, perhatian, pengertian, dan semangat yang diberikan kepada penulis. 9. Terima kasih kepada para responden yaitu petani padi sawah di Desa

Sipoldas Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun atas bantuannya yang telah mengisi kuisioner. Terimakasi atas kesediaan waktunya untuk memberikan data-data yang diperlukan oleh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman stambuk 09 Ekonomi Pembangunan Ekstensi yang sama-sama saling memberikan semangat, doa, dan penghiburan pada saat pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Tetapi penulis senantiasa berusaha untuk melakukan yang terbaik. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Hormat saya,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Sektor Pertanian ... 6

2.2 Faktor-faktor Produksi ... 9

2.2.1 Tanah ... 10

2.2.2 Tenaga Kerja ... 11

2.2.3 Modal ... 13

2.2.4 Manajemen (Skill) ... 14

2.3 Harga ... 14

2.4 Biaya Produksi ... 16

2.5 Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Batasan Operasional ... 25

3.4 Defenisi Operasional ... 26


(7)

3.5.2 Sampel ... 27

3.6 Jenis Data ... 28

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.8 Teknik Analisis ... 29

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 29

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 29

3.9 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 30

3.9.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 30

3.9.2 Uji t-statistik (Uji secara parsial) ... 30

3.9.3 Uji F-statistik (Uji secara serentak) ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 33

4.1.1 Geografis ... 33

4.1.2 Iklim ... 33

4.1.3 Pemerintahan ... 33

4.1.4 Penduduk ... 34

4.1.5 Pertanian ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 40

4.2.2 Analisis Regresi X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Biaya tetap total (TFC) ... 17

2.2 Biaya variabel total ... 17

2.3 Total biaya (TC) ... 18

2.4 Biaya tetap rata-rata (AFC) ... 19

2.5 Biaya variabel rata-rata ... 19

2.6 Biaya total rata-rata (ATC) ... 20


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Luas daerah menurut kecamatan ... 35

4.2 Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dan kecamatan di Kabupaten Simalungun ... 37

4.3 Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah ... 38

4.4 Jenis kelamin responden ... 41

4.5 Usia responden ... 41

4.6 Pendidikan responden ... 42


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil regresi kebutuhan modal usahatani terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Lampiran 2: Daftar pertanyaan (quisioner)


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja, modal dan harga terhadap tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha pertanian padi melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dari hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi sawah, variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel modal berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel harga berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan terhadap kesejahteraan petani padi.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat kesejahteraan petani padi sebagai variabel dependen mampu menjelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja, modal, dan harga sebesar 98,4% sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (119,062) > F tabel (2,955), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal, dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Kata kunci: Kesejahteraan petani, luas lahan, tenaga kerja, modal, harga.


(12)

ABSTRACT

This research entitled "Analysis of Capital Needs for Improved Welfare of Rice Farmers in Panei Simalungun". The objective is to find out how the progress of welfare of rice farmers in Panei Tongah and the effect of width land, labor, capital, and prices. The data of the research are primer data, whice are gained from farmer society of rice farmers in Panei Simalungun by doing observation and interview by using questioner list.

In analyzing the effect of independent variabel towards dependent variables is used econometric model byregressing all variabels by using multiple regression analysis. The regression result shows that the variables of width land has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, the variable of labor has negative effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, the variabel of capital has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers, and the variabel of prices has positive effect and is statistically significant toward the welfare of rice farmers.

The coefficient of determination (R2) test result shows that the variables of the welfare of the rice farmers as dependent variable can be explained by the independent variables, width land, labor, capital, prices for 98.4% and the rest 1.6% is explained by the other variables out of the estimation model. The overall test use F where F sums (119.062) > F table (2.955) which means that the variables of width land, labor, capital, and prices are significantly effective towards the welfare of rice farmers.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan yang layak setiap harinya. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat selalu berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kondisi ekonomi yang meningkat setiap harinya sangat diharapkan seluruh masyarakat, sebab dengan kondisi ekonomi yang baik maka setiap kebutuhan keluarga dapat dipenuhi. Banyak pekerjaan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi seperti halnya bertani, berdagang,dan lainnya. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, tidak semua masyarakat memiliki modal yang cukup dalam mengerjakannya. Namun tidak dapat dipungkiri masyarakat membutuhkan sumber modal untuk dapat mengerjakan usaha dan pekerjaan tersebut.

Adapun yang menjadi masalah bagi para petani bukan saja terletak pada kebutuhan modal untuk dapat menjalankan usaha pertanian tetapi kebutuhan akan keluarga dan anak petani dalam memperoleh pendidikan atau bersekolah. Persoalan lain juga yang menjadi penghambat yaitu keinginan para petani untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Masalah tersebut diantaranya rendahnya pengetahuan atau wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usaha tani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan berupa


(14)

penyuluhan dan tidak adanya tempat petani untuk belajar meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.Menemukan atau merancangkan berbagai solusi alternatif untuk memecahkan masalah di atas memerlukan kemampuan, keterampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan peran pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, sektor pertanian menghadapi berbagai perubahan sebagai akibat dari globalisasi yaitu semakin terbukanya pasar dan meningkatkan persaingan, meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan mekanisme pasar dan semakin berperannyaselera konsumen dalam menentukan aktivitas di sektor pertanian.

Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia adalah (1) Marginalisasi pertanian, cirinya adalah pertanian kurang memberikan harapan, masih banyak petani berorientasi pada off farm sehingga pertanian menyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia. (2) Exchange farmer, mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang berumur di bawah 30 tahun jumlahnya sedikit, kebanyakan generasi muda enggan menjadi petani (I Gede Setiawan Adi Putra dkk, 2010:1).

Pembangunan pedesaan sangat berkaitan dengan pembangunan pertanian, karena setiap aktivitas pembangunan pertanian akan berpengaruh langsung terhadap dinamika ekonomi masyarkat pedesaan. Sampai saat ini usaha sektor


(15)

utama bagi sebagian besar masyarakat pedesaan, meskipun belum mampu mengangkat kesejahteraan ekonomi petani ke tingkat lebih tinggi, disamping perlu mengurangi ketimpangan diantarawilayah pedesaan dan ketimpangan pembagian keuntungan diantara pelaku agribisnis yang terus berlanjut sampai sekarang. Ketimpangan di pihak on-farm misalnya, dipicu oleh perbedaan tingkat aksesibilitas desa, produktivitas lahan dan tenaga kerja/upah, senjangnya penguasaan dan penerapan teknologi dan sebagainya yang kesemua itu berujung pada efesiensi usaha yang rendah.

Dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian melalui inovasi teknologi guna meningkatkan perekonomian di pedesaan, badan Litbang Pertanian sejak tahun 2005 merintis dan melakukan aksi program/kegiatan “Prima Tani”. Dimana sasarannya adalah untuk dapat mempercepat terjadinya proses desiminasi teknologi pertanian. Melalui program/kegiatan Prima Tani tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha tani, optimalisasi sumberdaya, dan peningkatan nilai tambah produk melalui kegiatan agribisnis. Karena tujuan akhir dari program tersebut adalah tercapai pemerataan distribusi pendapatan di pedesaan.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan adanya himpunan informasi dan data dasar variabel-variabel indikator pembangunan ekonomi tingkat rumah tangga desa yang cukup memadai dan berkesimambungan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak dari berbagai kegiatan program pembangunan pedesaan.


(16)

Dari masalah yang telah diuraikan di atas alasan mengapa pentingnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani adalah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Dilihat dari beberapa masalah yang telah di ungkapkan maka peneliti tertarik untuk membahas mengenai faktor-faktor atau indikator kesejahteraan petani melalui penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawahdi Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani padi?

2. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi? 3. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap kesejahteraan petani padi? 4. Bagaimanakah pengaruh tingkat harga terhadap kesejahteraan petani padi? 1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani padi.

2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi.


(17)

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat harga terhadap kesejahteraan petani padi.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitianyang akan diperoleh oleh penulis skripsi ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-kebijakan sehubungan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

2. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui apakah masyarakat petani tersebut sudah merasakan kesejahteraan.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya di bidang ekonomi pertanian.

4. Bagi penulis penelitian ini diharapkan mampu membangkitkan kemampuan dalam memahami fenomena terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan petani.

5. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 6. Semoga bermanfaat dalam mencapai perjuangan bersama.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Sektor Pertanian

Sampai era reformasi sekarang, tampaknya sektor pertanian masih dan akan merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia (>60%) tinggal di pedesaan dan lebih dari separuh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sementara itu, kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan nasional selama PJP I telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan pangan khususnya beras, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor non pertanian melalui penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan.

Sejalan dengan tahapan dan keberhasilan pembangunan pertanian yang telah dicapai, proses transformasi struktural perekonomian nasional akan terus berlangsung dengan ciri sebagai berikut:

1. Peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun.

2. Pangsa ekspor bahan setengah jadi dan jadi semakin besar. 3. Keterkaitan antar berbagai sektor pertanian semakin tinggi.

4. Daerah pedesaan semakin terbuka, baik berupa hubungan antar desa, serta antar desa dan kota, maupun berupa arus informasi sehingga pola pikir petani semakin kritis dan rasional.


(19)

5. Terjadinya perubahan pola berusaha tani dari orientasi peningkatan produksi semata-mata ke orientasi pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam rangka meraih nilai tambah hasil produksi pertanian yang lebih besar.

Disisi lain, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan investasi. Secara prinsip, liberalisasi ekonomi akan mendorong iklim ekonomi internasional sedemikian rupa sehingga mekanisme pasar bekerja dengan hambatan minimum. Dengan demikian, persaingan dalam perdagangan internasional menjadi makin terbuka dan transparan. Pada dasarnya, liberalisasi perdagangan internasional merupakan proses tawar-menawar antar negara atau kelompok negara di dalam kesepakatan yang mengikat atas kepentingan masing-masing.

Kesepakatan yang menyangkut perdagangan dan investasi yang telah diratifikasi oleh Indonesia yang bersifat mengikat antara lain:

1. Persetujuan GATT/WTO yang mencakup perdagangan barang dan jasa. 2. Kerja sama APEC yang sudah direalisasikan tahun 2010 bagi negara

anggota yang berkembang dan tahun 2020 bagi negara anggota yang sedang berkembang.

3. Kesepakatan AFTA antar negara ASEAN untuk membentuk kawasan perdagangan bebas. Semangat untuk mempercepat terwujudnya perdagangan bebas ini telah ditandai dengan dimulainya kerjasama dalam


(20)

pembentukan tiga pusat pertumbuhan di kawasan ASEAN, yaitu IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Tahiland- Growth Triangel), IMS GT (Indonesia, Malaysia, Singapore – Growth Triangel), BIMP (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines – East Growth Area).

Menghadapi perubahan lingkungan strategis tersebut serta untuk memanfaatkan peluang yang ditimbulkannya, maka pembangunan pertanian lebih difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional. Kondisi ini menjadi dasar yang kuat bagi pemerintah untuk mempercepat reorientasi arah pembangunan sektor pertanian dari orientasi semata-mata peningkatan produksi ke pertanian modern yang berorientasi agrobisnis, tanpa mengubah prioritas pokok yaitu memantapkan swasembada pangan sebagai dasar utama menjaga stabilitas nasional.

Melihat potensi pasar domestik maupun internasional, pengembangan agrobisnis di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah. Persoalanya adalah bagaimana kita ke depan membangun sistem agrobisnis supaya keunggulan kita dalam agrobisnis dapat didayagunakan untuk menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan.

Untuk mendayakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, serta menghadapi tantangan otonomi daerah, liberalisasi perdagangan, dan perubahan pasar internasional lainnya, Departemen Pertanian beserta departemen terkait sedang mempromosikan pembangunan


(21)

sistem dan usaha agrobisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

Potensi pasar domestik Indonesia sangat besar bagi produk agrobisnis. Konsumsi produk agrobisnis masyarakat Indonesia masih tergolong terendah di dunia, kecuali beras, sehingga produk agrobisnis di Indonesia akan terus tumbuh setidak-tidaknya sampai 20 tahun ke depan. Dengan jumlah penduduk keempat terbesar dunia, disertai dengan peningkatan pendapatan, pasar domestik Indonesia untuk produk-produk agrobisnis akan tumbuh dengan market size yang sangat besar.

Dari segi potensi pasar, pengembangan sistem agrobisnis di Indonesia juga cukup prospektif. Pengeluaran terbesar dari penduduk dunia adalah barang-barang pangan (makanan dan minuman), sandang, papan (bahan bangunan dari kayu dan kertas), energi, serta produk farmasi dan kosmetika. Kelima kelompok tersebut merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat dunia. Sebagian besar dari kelompok produk tersebut dihasilkan dari agrobisnis. Bahkan melihat kecenderungan perubahan di masa depan, bidang agrobisnis merupakan satu-satunya harapan untuk menyediakan kelima kelompok produk tersebut. Kecenderungan ini memberi peluang bagi agrobisnis Indonesia (Moehar Daniel, 2002: 161)

2.2. Faktor-Faktor Produksi

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu,


(22)

kecukupan faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan managemen (skill).

2.2.1 Tanah

Tanah merupakan lapisan kulit bumi terluar yang tersusun dari bahan mineral dan bahan-bahan organik. Dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, bentuk wilayah, dan mikro organism. Unsur pembentukan tanah terdiri dari mineral (45%), udara (25%), air (25%) dan bahan organik (5%) (Indriani, 1993:11).

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Dalam pertanian terutama di negara kita, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1984:76).

Tanah adalah faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk nilai tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tetapi dalam pertanian tanah yang dikerjakan terus menerus akan berkurang pula kesuburannya. Untuk mempertahankan kesuburan tanah petani harus mengadakan rotasi tanaman dan usaha-usaha konservasi tanah lainnya (Mubyarto, 1984:88).


(23)

Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:

1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktuil dari tanah.

2. Kapasitas ekonomi, efesiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah.

3. Produktivitas tanah, yang dimaksud dengan produktivitas tanah adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari satu kesatuan bidang tanah (satu hektar) selama satu tahun dihitung dengan uang.

4. Nilai ekonomis dari tanah

Bagi sebuah perusahaan lahan (tanah) memiliki peran penting terutama sebagai tempat pendirian perusahaan dan pabrik-pabrik yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selain itu bagi perusahaan tertentu tanah ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku, misalnya melalui pemberdayaan lahan yang dapat mendukung penyediaan bahan baku yang dibutuhkan sekaligus akan mengurangi biaya produksi.

2.2.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja sering disebut tenaga manusia mutlak dibutuhkan jika ingin menghasilkan sebuah produk. Tenaga kerja yang tersedia biasanya digunakan untuk mengoperasikan serta mengendalikan mesin/peralatan yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk kasus tenaga kerja ini terutama tidak dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga


(24)

mutu (kualitas) yang sangat mempengaruhi kinerja perusahaan bersangkutan.

Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang tidak memiliki lahan luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang memiliki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar (Mubyarto, 1984: 104).

Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditunjukkan pada usaha produksi. Oleh karena itu, tenaga kerja tidak bisa dipisahkan dengan manusia atau penduduk. Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu.

Menurut pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja yaitu yang berumur antara 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Dan disebut sebagai angkatan kerja (labor factor) adalah penduduk yang bekerja dan mereka yang tidak bekerja, tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari kerja (Moehar Daniel, 2002:


(25)

2.2.3 Modal

Menurut Von Bohm Bawerk, modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Jadi modal adalah hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Moehar Daniel, 2002: 74).

Pengertian modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan (Mubyarto, 1984:91).

Modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal tetap adalah mesin, pabrik, gedung dan lain-lain. Modal bergerakadalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai, atau dengan kata lain barang-barang yang


(26)

habis digunakan dalam proses produksi, misalnya bahan mentah, pupuk, bahan bakar, dan lain-lain. Perbedaan ini digunakan berhubungan dengan perhitungan biaya. Biaya modal bergerak harus sama sekali diperhitungkan melalui penyusutan nilai.

2.2.4 Manajemen (Skill)

Manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota serta penggunaan sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dari uraian di atas maka faktor produksi ini tidaklah kalah penting dibanding faktor produksi lain. Perlu diketahui ada tiga alasan manajemen ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan, yaitu:

1. Untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

3. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. 2.3. Harga

Harga atau kebijakan harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai harga ini. Kebijakan mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk


(27)

adalah hubungan antara input dan output dalam proses produksi suatu komoditas.

Kebijakan harga dikatakan sangat efektif apabila harga pasar berada di antara harga dasar dan harga atap. Dengan kata lain, kebijaksanaan harga dimaksud untuk melindungi produsen dari tekanan pasar berada di antara harga dasar dan harga atap, maka baik produsen maupun konsumen masing-masing tidak dirugikan ( Moehar Daniel, 2002: 103).

Melalui sistem ekonomi pasar (market mechanism) bahwa perkembangan ekonomi semata-mata ditentukan oleh kekuatan permintaan di satu sisi dan kekuatan penawaran di sisi lain. Dalam kondisi ini berarti bahwa harga barang ditentukan oleh kedua pelaku ekonomi ini sebagai keseimbangan di antara jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang ditawarkan. Namun demikian dalam kenyataannya justru yang lebih berperan dalam menentukan harga barang secara umum bertumpu kepada supplier sebagaimana terkandung dalam konsep supply for demand.

Tingkat harga barang dalam keberadaannya selalu mengalami fluktuasi sebagaimana perkembangan ekonomi yang tidak pernah stabil sehingga memunculkan excess demand yang membawa keberuntungan bagi pembeli sebagai costumer surplus dan sebaliknya excess supply membawa keuntungan bagi penjual. Demikian pula dalam perkembangannya bahwa campur tangan pemerintah diperlukan dalam perkembangan ekonomi (sistem ekonomi campuran) sebagai suatu kebijakan sektor riil, apakah dalam rangka perlindungan yang ditujukan kepada produsen (floor


(28)

price)dan bentuk perlindungan yang diperuntukkan kepada konsumen (ceiling price) (Sumanjaya, 2001: 33).

2.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ongos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen. Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya swasta (private cost) dan biaya sosial (social cost). Pembedaan biaya iniada hubungannya dengan penggolongan biaya menjadi internal (private) dan eksternal (social). Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek melputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variabel cost).

a. Biaya produksi jangka pendek 1. Biaya tetap dan biaya variabel

Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output. Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar output semakin besar juga biaya variabel yang harus dikeluarkan.

Biaya tetap dan biaya variabel jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Jika digambarkan dalam kurva, maka pola biaya tetap total


(29)

(TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.1 biaya tetap total (TFC) Rp

n TFC

0 Q

Biaya variabel total (TVC) adalah biayayang besar kecilnya mengikuti banyak sedikitnya output yang dihasilkan. gambar 2.2 menunjukkan bahwa kurva variabel total terus menerus naik. Jadi semakn banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin tinggi.

Gambar 2.2 Biaya variabel total Rp

TVC

A


(30)

Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya disebut biaya total (TC). Jadi, TC = TFC + TVC. Kurva biaya total dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Total biaya (TC)

Rp TC

TVC

n TFC

0 Q

2. Biaya rata-rata

Biaya rata-rata (Average Fixed Cost) dapat dihitung bengan membagi biaya tetaptotal (TFC) dengan jumlah output. Biaya tetap akan semkin menurun dengan semakin banyaknya output. Biaya tetap rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut:

TFC AFC =

Q

AFC = Biaya tetap rata-rata TFC = Biaya tetap total Q = Jumlah output


(31)

Gambar 2.4 biaya tetap rata-rata (AFC) Rp

AFC

0 Q

Biaya variabel rata-rata menggambarkan besarnya biaya variabel persatuan produk. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan rumus: TVC

AVC = Q

AVC = Biaya variabel rata-rata TVC = Biaya variabel total Q = Jumlah output

Gambar 2.5 Biaya variabel rata-rata Rp

AVC


(32)

Biaya rata-rata menggambarkan besarnya biaya per satuan produk. Besarnya biaya rata-rata per satuan produk (ATC) dapat dihitung dengan rumus:

TC ATC =

Q

ATC = Biaya total rata-rata TC = Biaya total

Q = Jumlah output

Gambar 2.6 Biaya total rata-rata (ATC) Rp

ATC

0 Q

Biaya total rata mempunyai prilaku yang sama dengan biaya rata-rata variabel, yaitu menurun dengan cepat pada kuantitas produksi rendah dan kemudian laju penurunannya semakin lambat sampai pada kuantitas produksi tertentu. Bila kuantitas produksi diperluas lagi, maka ATC akan naik lagi dengan laju kenaikan yang semakin cepat.


(33)

melihat kemiringan kurva biaya total (TC). Lereng kurva TC mencerminkan besarnya biaya yang harus ditanggung apabila produksi bertambah. Angka perbandingan antara tambahan biaya total dibagi dengan tambahan produk disebut dengan biaya marginal (marginal cost). Karena biaya tetap total tidak berubah, maka perhitungan biaya marginal biasanya dilakukan hanya dari biaya variabel total. Biaya marginal dapat dirumuskan:

ΔTC ∂ TC MC = =

ΔQ ∂ Q MC = Biaya maginal

ΔTC = Perubahan biaya total ΔQ = Perubahan output

Biaya marginal memegang peranan yang penting bagi produsen dalam mempertimbangkan penentuan berapa besarnya jumlah output yang perlu diproduksi. Setiap produsen bertujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dengan biaya yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, untuk menentukan berapa besar output yang harus diproduksi agar tercapai keuntungan yang maksimum, ada beberapa cara, diantaranya:

a. Dengan memproduksi output pada tingkat dimana perbedaan antara penerimaan total dengan biaya total mencapai jumlah yang paling maksimum. Jika keuntungan bersih sama dengan pendapatan kotor dikurangi dengan total biaya, maka:


(34)

dimana:

π = Profit (pendapatan bersih)

TR = Total revenue (pendapatan kotor) = P x Q TC = Biaya total (TFC + TVC)

Jadi profit maksimum jika selisih antara TR dan TC adalah yang tebesar. Dengan gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.7 Profit maksimum Rp

B TC

C TR A

0 QE Q

Profit maksimum dicapai pada saat produsen memproduksi output sebanyak QE. Besarnya profit maksimum tersebut adalah sebesar jarak dari titik B menjadi titik C. Jadi profit maksimum terletak pada jarak terlebar antara kurva TR dan kurva TC (pada saat Trberada diatas TC). Untuk mengetahui jarak terlebar antara TR dan TC harus dibuat garis sejajar dengan kurva TC. Jarak terlebar antara TR dan TC terletak pada kemiringan kurva yang sama antara kurva TR dan kurva TC. Sementara itu A menunjukkan titik Break Event Point (titikpulang pokok), yang berarti TR=TC atau kondisi dimana


(35)

b. Dengan memproduksi barang sampai pada tingkat dimana penerimaan marginal (MR) sama dengan ongkos marginal (MC)

Δ TR ∂ TR

Jika MR = = = TR Δ Q ∂ Q

Δ TC ∂ TR MC = =

Δ Q ∂ Q

Sehingga profit maksimum dicapai pada saat MR = MC, atau pada waktu kemiringan kurva TR sama dengan kemiringan kurva TC (pada gambar diatas yaitu jarak B ke C).

b. Biaya produksi jangka panjang

Dalam jangka panjang, skala pabrik dapat berubah-rubah sehingga semua biaya juga dapat dirubah-rubah. Jadi biaya merupakan fungsi dari jumlah output yang dihasilkan atau C = f (Q), dimana c = biaya dan Q = output.

Biaya rata-rata dalam jangka panjang merupakan amplop bagi biaya rata-rata jangka pendek. Agar produsen dapat mencapai profit maksimum, maka ia harus memproduksi barang sampai pada tingkat dimana biaya marginal sama dengan penerimaan marginal.

2.5Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenaranya harus diuji secara empiris. Hal ini berarti hipotesa yang ada bukan jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus


(36)

diuji kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan, ataupun dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh positif antara tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

2. Terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja tehadap kesejahteraan petani padi sawah.

3. Terdapat pengaruh positif antara modal terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

4. Terdapat pengaruh positif antara tingkat harga dengan kesejahteraan petani padi sawah.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah yang sangat penting pada penulisan karya ilmiah, oleh karena itu agar penelitian benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka sangat perlu ditetapkan suatu konsep metode penelitian yang baku dan sistematis. Dimana data-data dikumpulkan dan dianalisa sesuai dengan tujuan pokok yang dikaitkan dengan permasalahan. Adapun metode penelitian yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu melakukan analisis hanya sampai dengan taraf deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta serta sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mencakup satu desa sampel yaitu Nagori Sipoldas di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun dengan menganalisa kebutuhan modal usaha tani bagi peningkatan kesejahteraan petani. Waktu penelitian yang dilakukan mulai April sampai dengan selesai.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini hanya melihat faktor-faktor sebagai berikut:


(38)

1. Tanah

2. Tenaga Kerja 3. Modal

4. Harga

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel dari suatu faktor yang berkaitan dengan variabel faktor lainnya. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat di defenisikan sebagai berikut:

1. Tanah adalah tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar.

2. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditunjukkan pada usaha produksi.

3. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.

4. Harga ditentukan oleh kedua pelaku ekonomi sebagai keseimbangan diantara jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang ditawarkan.


(39)

3.5Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah Petani Padi Sawah di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.

3.5.2 Sampel

Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan menggunakan teknik sample purposif yaitu sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau ojek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik (Tika Pabundu, 2006: 46). Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri yang khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri maupun strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti. Metode ini menggunakan tingkat kesalahan sebagai dasar untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil. Tingkat kesalahan diambil sebesar 10%. Rumus untuk menghitung besarnya jumlah sampel yang akan diambil adalah (Tika Pabundu, 2006: 34):

=

2

.

.

.


(40)

Keterangan:

�2 = dengan dk = 1, tingkat kesalahan 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5

S = jumlah sampel d = 0,05

Untuk meneliti yang bergerak di bidang ilmu sosial standar kesalahan sampel yang digunakan adalah sebesar 10%.

Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 31 petani padi sawah yang merupakan 10% dari jumlah populasi yaitu sebesar 35 petani sawah yang telah representatif.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder.

1. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden yang telah terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan berupa kuisioner.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh melalui studi literatur baik dari data dan dokumen yang ada di studi pustaka, majalah, internet, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Data sekunder yang diperoleh merupakan gambaran umum wilayah yang diteliti.


(41)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah pemilik sawah yang bertempat tinggal di desa Sipoldas Kecamata Panei.

2. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara bertanya langsung tentang masalah yang ingin diteliti kepada masyarakat.

3. Kuisioner yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

3.8 Teknik Analisis

3.8.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis dengan cara data yang disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk memperjelas hasil perhitungan. Data diperoleh dari data primer berupa daftar pernyataan yang berupa kuisioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian yaitu petani padi di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Ganda

Metode analisis linier berganda berfungsiuntuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.


(42)

Formulasi yang digunakan adalah:

�� = �+�1�1+�2�2+�3�3+�4�4+� Dimana:

Y = Kesejahteraan Petani X1 = Luas lahan

X2 = Tenaga kerja X3 = Modal X4 = Harga

α = Konstanta

β123 = Koefisien atau parameter yang hendak dihitung

π = Kesalahan penduga 3.9 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.9.1 Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk menilai seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependen.

Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1< (0<R²<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya.

3.9.2 Uji t-statistik (Uji secara parsial)


(43)

terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

a. H0 : b1 = 0, masing-masing variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya.

b. H0 : b1 ≠ 0, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya.

Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas, yaitu:

a. H0 diterima jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, hal ini berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.

b. H0 diterima jika ttabel < thitung > ttabel, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi variabel ta bebasnya secara signifikan.

������ℎ����� = �1��− �

1

Dimana:

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i 3.9.3 Uji F-statistik (Uji secara serentak)

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untu mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama


(44)

terhadap dependen variabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

a. H0 : b1 : b2 : b3 = ... bk = 0 (tidak ada pengaruh) b. H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ... bk = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan rumus:

�ℎ=

�2 � �

(1− �2)

(� − � −1)

� Dimana:

R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel dependen n = jumlah sampel

dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut:

a. H0 diterima jika Fhitung < Fα b. H0 ditolak jika Fhitung> Fα


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Geografis

Simalungun letaknya di apit oleh 8 kabupaten yaitu Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Pematangsiantar. Letak astronominya antara 02º36’ - 03º18’ lintang utara dan 98º32’ - 99º35’ bujur timur dan luas 4.386,60 km², ini berarti Simalungun merupakan kabupaten terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan Danau Toba-Parapat. 4.1.2 Iklim

Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2010 adalah 25,5º C, dengan suhu terendah 21,1º C dan suhu tertinggi 31,5º C. Suhu udara rata-rata setiap tahunnya seperti halnya suhu udara maksimum dimana pada tahun 2007 suhu maksimum 29,8º C naik menjadi 30,5º C tahun 2008. Selanjutnya naik kembali menjadi 31,1º C tahun 2009 dan 31,5º C tahun 2010.

4.1.3 Pemerintahan

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, 342 nagori (desa) dan 22 kelurahan dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten (Raya) antara 18 km sampai dengan 127 km. Ada 276


(46)

4.1.4 Penduduk

Penduduk Kabupaten Simalungun tahun 2009 sebanyak 859.879 jiwa yang terbagi laki-laki sebanyak 430.913 jiwa dan perempuan 428.966 jiwa dan tersebar di 31 kecamatan, dengan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 100,45. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bandar yaitu sebesar 67.807 jiwa dan terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison yang hanya sebesar 5.883 jiwa.

Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Raya dengan luas 335,60 km² dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison sebesar 34,50 km². Wilayah yang paling padat penduduknya terdapat di Kecamatan Bandar Masilam (621 jiwa/km), disusul Kecamatan Gunung Maligas (440 jiwa/km) dan Kecamatan Siantar (415 jiwa/km).


(47)

Tabel 4.1 Luas daerah menurut kecamatan

Kecamatan Luas (km²) Ratio Terhadap Jumlah

Silimakuta 77,50 0,02

Pematang Silimahuta 68,20 0,02

Purba 172,00 0,04

Haranggaol Horison 34,50 0,01

Dolok Pardamean 99,45 0,02

Sidamanik 83,56 0,02

Pematang Sidamanik 125,19 0,03

Girsang Sipangan Bolon 123,00 0,03

Tanah Jawa 213,95 0,05

Hatonduan 275,80 0,06

Dolok Panribun 154,30 0,04

Jorlang Hataran 92,25 0,02

Panei 72,30 0,02

Panombean Panei 82,20 0,02

Raya 335,60 0,08

Dolok Silau 288,45 0,07

Silau Kahean 220,50 0,05

Raya Kahean 226,25 0,05

Tapian Dolok 116,90 0,03

Dolok Batu Nanggar 126,10 0,03

Siantar 79,11 0,02

Gunung Malela 108,97 0,02

Gunung Maligas 58,52 0,01

Huta Bayu Raja 156,13 0,04

Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 0,02

Pematang Bandar 95,00 0,02

Bandar Huluan 102,35 0,02

Bandar 109,18 0,02

Bandar Masilam 97,72 0,02

Bosar Maligas 294,40 0,07

Ujung Padang 223,50 0,05

Kabupaten Simalungun 4386,60


(48)

4.1.3 Pertanian

a. Tanaman bahan makanan

Kabupaten Simalungun adalah penghasil padi terbesar di Sumatera Utara. Pada tahun 2010 Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sebanyak 461.294,08 ton yang terdiri dari padi sawah sebanyak 416.248,70 ton dan padi ladang sebanyak 45.043,38 ton. Produksi padi sawah berasal dari luas panen bersih sebesar 78.995 Ha dan produksi padi ladang berasal dari luas panen bersih sebesar 14.348 Ha.

Sentra produksi padi sawah terdapat di Kecamatan Huta Bayu Raja dengan produksi 49.582,63 ton, Kecamatan Tanah Jawa dengan produksi 42.374,69 ton. Sedangkan untuk produksi padi ladang, sentra produksinya terdapat di Kecamatan Dolok Silau 11.962,14 ton, dan Kecamatan Purba 7.238,49 ton.

Saat ini jagung merupakan salah satu komoditi andalan bagi petani, karena disamping biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan komoditas lainnya, juga memiliki nilai tambah yang lebih besar. Kecamatan yang menghasilkan jagung paling banyak adalah Dolok Pardamean, Purba, dan Sidamanik. Produksi jagung dari Kecamatan Dolok Pardamean sebesar 21.774,37 ton selanjutnya di Kecamatan Purba sebesar 18.520,35 ton, sementara dari Kecamatan Sidamanik sebesar 17.709,35 ton.


(49)

Tabel 4.2 Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dan kecamatan di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Irigasi Tadah Hujan Pasang

Surut Lainnya Jumlah Teknis Setengah

Teknis Sederhana

Silimakuta - - - 0

Pematang Silimahuta - - - 0

Purba - - - 0

Haranggaol Horison - - - 0

Dolok Pardamean - - - 0

Sidamanik 2240 - - - 2240

Pematang Sidamanik - 287 - - - - 287

Girsang Sipangan Bolon - 130 91 - - - 221

Tanah Jawa 4356 - - - 4356

Hatonduan 2754 - - - 2754

Dolok Panribun 2912 240 - - - - 3152

Jorlang Hataran 2369 - - - 2369

Panei 2165 - - - 2165

Panombean Panei 1939 93 - - - - 2032

Raya - 465 125 185 - - 775

Dolok Silau - - - 0

Silau Kahean - - - 0

Raya Kahean - - - 0

Tapian Dolok 132 - 20 - - - 152

Dolok Batu Nanggar 535 - - - 535

Siantar 2058 - - - 2058

Gunung Malela 3890 - - - 3890

Gunung Maligas 807 - - - 807

Huta Bayu Raja 5031 - - - 5031

Jawa Maraja Bah Jambi 2426 - - - 2426

Pematang Bandar 3491 - - - 3491

Bandar Huluan 660 100 - - - - 760

Bandar 940 - - - 940

Bandar Masilam - - - 0

Bosar Maligas - - - 0

Ujung Padang 690 238 420 7 - - 1355

Kab.Simalungun 39395 1553 656 192 0 0 41796


(50)

Tabel 4.3 Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah

Kecamatan Luas

Panen Produksi

Produksi Rata-rata

Silimakuta 98 373,3 38,09

Pematang Silimahuta 29 110,11 37,97

Purba - - -

Haranggaol Horison - - -

Dolok Pardamean - - -

Sidamanik 4760 23542,57 49,46

Pematang Sidamanik 973 4788,73 49,22

Girsang Sipangan Bolon 815 4092,69 50,22

Tanah Jawa 7860 42374,69 53,91

Hatonduan 4871 26091,39 53,56

Dolok Panribun 5772 29961,64 51,91

Jorlang Hataran 3820 19788,24 51,80

Panei 3853 19307,54 50,11

Panombean Panei 4152 20547,56 49,49

Raya 1514 6509,51 43,00

Dolok Silau 414 1785,57 43,13

Silau Kahean - - -

Raya Kahean 458 2020,39 44,11

Tapian Dolok 320 1667,3 52,10

Dolok Batu Nanggar 1621 8387,6 51,74

Siantar 4374 23678,98 54,14

Gunung Malela 5261 28586,84 54,34

Gunung Maligas 1467 7936,79 54,10

Huta Bayu Raja 9043 49582,63 54,83

Jawa Maraja Bah Jambi 4344 23686,8 54,53

Pematang Bandar 6550 36360,94 55,51

Bandar Huluan 1075 5274,37 49,06

Bandar 2059 11224,93 54,52

Bandar Masilam 544 112875,12 2074,91

Bosar Maligas - - -

Ujung Padang 2948 15242,8 51,71

Kabupaten Simalungun 78995


(51)

b. Perkebunan

Sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun yang mana sumbangan sub sektor perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Simalungun tahun 2010 cukup tinggi.

Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Simalungun baik yang dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) maupun perkebunan swasta/PTPN, seperti karet, kelapa sawit, kopi, coklat,teh dan lainnya. Memberikan nilai yang cukup berarti bagi peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini terlihat dari produksi yang dihasilkan oleh tanaman perkebunan tersebut. Tanaman perkebunan rakyat di dominasi oleh produksi kelapa sawit tahun 2010 mencapai 507.949,41 ton.

c. Kehutanan

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung, dan hutan suaka alam dengan luas areal kawasan hutan 138.741,72 Ha. Produksi hasil hutan Kabupaten Simalungun berupa Eucaliptus dan rotan. Produksi kayu terbesar pada tahun 2010 adalah Eucaliptus sebesar 283.871,49 m³ dan log rimba sebesar 27.336,96 m³. d. Perikanan dan Peternakan

Jenis ternak dibedakan atas ternak besar dan ternak kecil (unggas), ternak besar terdiri dari sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Sedangkan untuk ternak kecil dibedakan atas ayam dan itik.


(52)

Pada tahun 2010 jumlah ternak yang terbanyak dipotong untuk jenis ternak besar adalah babi dengan jumlah 45.005 ekor yang terdapat di setiap kecamatan dari total populasi 105.329 ekor. Sedangkan untuk populasi ternak kecil di dominasi oleh ayam buras dengan populasi sebesar 1.049.231 ekor dan untuk populasi itik jumlahnya sangat sedikit sebesar 49.826 ekor.

Rumah tangga perikanan yang ada di Kabupaten Simalungun dengan jenis usaha yang terdapat di perairan umum dan sawah/mina padi. Jenis perikanan yang di perairan umum seperti danau/waduk, rawa-rawa, sungai dan lainnya. Dari usaha perikanan ini dapat memberikan produksi sebesar 67,5 ton.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuisioner. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan membagikan kuisioner kepada 31 orang responden, dimana yang menjawab kuisioner ini adalah petani padi sawah di Desa Sipoldas Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Sebagai tujuan dari penelitian ini, kuisioner diserahkan kepada responden berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor produksi dan biaya produksi padi. Berikut ini data dari 31 orang responden pada penelitian ini:


(53)

1. Identitas responden a. Jenis kelamin

Tabel 4.4 Jenis kelamin responden

Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Laki-laki 18 58,06

Perempuan 13 41,94

Total 31 100

Sumber: data primer, 2012(diolah)

Tabel 4.4 menunjukkan 18 orang atau sebesar 58,06% petani adalah laki-laki dan 13 orang atau sebesar 41,94% petani adalah perempuan. Dapat dilihat bahwa petani laki-laki yang menjadi responden lebih banyak daripada petani perempuan.

b. Umur responden

Tabel 4.5 usia responden Usia Responden

(tahun) Frekuensi %

< 30 2 6,45

31 – 40 7 22,58

41 – 50 11 35,48

> 50 11 35,48

Jumlah 31 100

Sumber: data primer, 2012 (diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan 2 orang atau sebesar 6,45% petani berusia dibawah 30 tahun, 7 orang atau sebesar 22,58% petani berusia 31-40 tahun, 11 orang atau 35,48% petani berusia 41-50 tahun, dan 11 orang atau sebesar 35,48% petani berusia lebih dari 50 tahun. Dapat dilihat bahwa petani yang berusia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun yang menjadi responden yang lebih banyak.


(54)

c. Pendidikan responden

Tabel 4.6 Pendidikan responden

Pendidikan Frekuensi %

SD 10 32,26

SMP 9 29,03

SMU 10 32,26

Diploma 2 6,45

S1 - -

Jumlah 31 100

Sumber: data primer, 2012 (diolah)

Tabel 4.6 menunjukan 10 orang atau sebesar 32,26% petani memiliki pendidikan pada tingkat seolah dasar, 9 orang atau sebesar 29,03% petani memiliki pendidikan pada tingkat sekolah menengah pertama, 10 orang atau sebesar 32,26% petani memiliki pendidikan pada tingkat sekolah menengah umum, 2 orang atau sebesar 6,45% petani memiliki pendidikan pada tingkat diploma, dan sedangkan pada tingkat sarjana tidak ada yang menjadi petani.

d. Jumlah tanggungan

Tabel 4.7 Jumlah tanggungan responden

Jumlah Tanggungan Orang %

1-2 12 38,71

3-4 12 38,71

5-6 2 6,45

> 6 0 0

Tidak memiliki tanggungan 5 16,13

Jumlah 31 100

Sumber: data primer, 2012(diolah)


(55)

orang sebanyak 12 orang atau 38,71%, 2 orang responden atau sebesar 6,45% yang memiliki tanggungan 5-6 orang, dan tidak ada petani yang memiliki tanggungan >6 orang, dan 5 orang responden atau 16,13% yang tidak memiliki tanggungan.

4.2.2 Analisis regresi X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y

Dalam hal ini: X1 = Luas lahan X2 = Tenaga kerja X3 = Modal X4 = Harga

Y = Kesejahteraan

Maka diperoleh bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -884744,863 + 1847928,197 X1 + (-2342,374)X2 + (0,040) X3 + 257,234X4 (-6,246) (4,621) (-0,737) (0,579) (7,167) R2= 0,984

Fhitung = 119,062

Persamaan regresi tersebut sebagai berikut:

1. Konstanta (a) sebesar -884744,863 menunjukkan besarnya tingkat kesejahteraan petani padi sawah jika ada pengaruh luas lahan, tenaga kerja, modal, harga.

2. Koefisien regresi luas lahan (β1) sebesar 1847928,197 adalah besarnya pengaruh variabel bebas X1 (luas lahan) terhadap perubahan tingkat kesejahteraan petani padi sawah, pengaruh ini


(56)

bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi luas lahan akan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang akan didapatkan petani padi sawah, demikian pula sebaliknya.

3. Koefisien regresi tenaga kerja (β2) sebesar -2342,374 adalah besarnya pengaruh variabel bebas X2 (tenaga kerja) terhadap perubahan tingkat kesejahteraan petani padi sawah, pengaruh ini bernilai negatif atau dapat dikatakan semakin tinggi tenaga kerja akan menyebabkan semakin rendah tingkat kesejahteraan yang akan didapatkan petani padi sawah, demikian pula sebaliknya.

4. Koefisien regresi modal (β3) sebesar 0,040 adalah besarnya pengaruh variabel bebas X3 (modal) terhadap perubahan tingkat kesejahteraan petani padi sawah, pengaruh ini bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi modal akan menyebabkan semakin tinggi pula kesejahteraan yang akan didapatkan petani padi sawah, begitu pula sebaliknya.

5. Koefisien regresi harga (β4) sebesar 257,234 adalah besarnya pengaruh variabel X4 (harga) terhadap perubahan tingkat kesejahteraan petani padi sawah, pengaruh ini bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi tingkat harga akan menyebabkan semakin tinggi pula kesejahteraan yang akan didapatkan petani padi sawah, begitu pula sebalinya.


(57)

sebesar 98,4% dan sisanya 1,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam variabel ini.

Uji t-statistik luas lahan

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... tidak ada pengaruh H1: b1≠ b2≠ 0 ... ada pengaruh b. df = n – k – 1

= 31 – 4 – 1 = 26

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung luas lahan = 4,621

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa variabel luas lahan t-hitung > t-tabel (4,621 > 1,706) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji t-statistik tenaga kerja a. Hipotesis


(58)

Ha≠ b1≠ b2 = 0 ... Ada pengaruh b. df = n – k – 1

= 31 – 4 – 1 = 26

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung tenaga kerja = - 0,737

g. Berdasaran data diatas, dapat diketahui bahwa pada variabel tenaga kerja t-hitung > t-tabel (-0,737 > -1,706) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja (X2) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji t-statistik modal

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... tidak ada pengaruh H1: b1≠ b2≠ 0 ... ada pengaruh b. df = n – k – 1

= 31 – 4 – 1 = 26


(59)

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung modal = 0,579

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa variabel modal t-hitung < t-tabel (0,579 < 1,706) artinya H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel modal (X3) tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji t-statistik harga

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... tidak ada pengaruh H1: b1≠ b2≠ 0 ... ada pengaruh b. df = n – k – 1

= 31 – 4 – 1 = 26

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung harga = 7,167


(60)

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa variabel harga t-hitung > t-tabel (7,167 > 1,706) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel harga (X4) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji F- Statistik (uji secara serentak)

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... Tidak ada pengaruh Ha: b1≠ b2≠ 0 ... Ada pengaruh b. V1 = k-1 = 4-1 = 3

V2 = n – k = 31 – 4 = 27 c. α = 5%

d. F-tabel = 2,955

e. Kreiteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel H0 ditolak apabila F-hitung >F-tabel f. F-hitung = 119,062

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (119,062 > 2,955). Dalam hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa luas lahan, tenaga


(61)

kerja, modal, dan harga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan, bahwa:

1. Variabel luas lahan memiliki pengaruh yang positif dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal.

2. Variabel tenaga kerja berpengaruh positiftetapi tidak signifikan terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal.

3. Variabel modal tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel kesejahteraan petani.

4. Variabel harga berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. 5.2. Saran

Berdasarkan evaluasi dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:


(63)

padi sawahyang dilakukan lebih efesien dan menguntungkan bagi petani dan dapat mensejahterakan petani.

2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan dari instansi terkait mengenai teknik budidaya padi sawah yang tepat seperti kombinasi pupuk dan pestisida yang tepat dan pola tanam yang tepat untuk mencapai usahatani padi sawah yang lebih produktif dan menguntungkan.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun,2011. Simalungun Dalam Angka, Simalungun.

Daniel, M.S Moehar, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Nuraini, Ida, 2009. Pengantar Ekonomi Mikro, UMM Press, Malang.

Putra, Setiawan Adi, dkk, 2010. Menemukan Masalah-masalah Petani untuk Mencarikan Solusinya Sebagai Upaya Penolong Meningkatkan

Pengetahuan dan Keterampilan Mereka, Hal 1.

Rianse, Usman, 2009. Membagun Agribisnis Terpadu dan berkelanjutan:

Menciptakan Ruang bagi Kesejahteraan Petani dan Masyarakat Pedesaan, Unhalu Press,

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D, 1992. Mikro Ekonomi, Edisi Keempatbelas, Erlangga, Jakarta.

Saragih, Ririn Wirdasari, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge, Skripsi.

Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2010. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, USU Press, Medan.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Administrasi dengan Metode RAD, CV. Alfabeta, Bandung.

Sumanjaya, Rakhmat, dkk, 2011. Teori Ekonomi Mikro, USU Press, Medan. Supranto J, 1997. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Edisi Keenam,

Rineka Cipta, Jakarta.

Tambunan, tulus T H, 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.


(1)

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung modal = 0,579

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa variabel modal t-hitung < t-tabel (0,579 < 1,706) artinya H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel modal (X3) tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji t-statistik harga

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... tidak ada pengaruh H1: b1≠ b2≠ 0 ... ada pengaruh b. df = n – k – 1

= 31 – 4 – 1 = 26

c. α = 5%

d. t-tabel = 1,706

e. Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel f. t-hitung harga = 7,167


(2)

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa variabel harga t-hitung > t-tabel (7,167 > 1,706) artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel harga (X4) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah (Y) di Kecamatan Panei dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji F- Statistik (uji secara serentak)

a. Hipotesis: H0: b1: b2 = 0 ... Tidak ada pengaruh Ha: b1≠ b2≠ 0 ... Ada pengaruh b. V1 = k-1 = 4-1 = 3

V2 = n – k = 31 – 4 = 27

c. α = 5%

d. F-tabel = 2,955

e. Kreiteria pengambilan keputusan H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel H0 ditolak apabila F-hitung >F-tabel f. F-hitung = 119,062

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (119,062 > 2,955). Dalam hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa luas lahan, tenaga


(3)

kerja, modal, dan harga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan, bahwa:

1. Variabel luas lahan memiliki pengaruh yang positif dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal.

2. Variabel tenaga kerja berpengaruh positiftetapi tidak signifikan terhadap variabel tingkat kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal.

3. Variabel modal tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel kesejahteraan petani.

4. Variabel harga berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel kesejahteraan petani padi sawah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. 5.2. Saran

Berdasarkan evaluasi dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan faktor-faktor produksi pupuk, benih, pestisida, dan tenaga kerja luar harus ditingkatkan dari penggunaan aktualnya supaya usahatani


(5)

padi sawahyang dilakukan lebih efesien dan menguntungkan bagi petani dan dapat mensejahterakan petani.

2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan dari instansi terkait mengenai teknik budidaya padi sawah yang tepat seperti kombinasi pupuk dan pestisida yang tepat dan pola tanam yang tepat untuk mencapai usahatani padi sawah yang lebih produktif dan menguntungkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun,2011. Simalungun Dalam Angka, Simalungun.

Daniel, M.S Moehar, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Nuraini, Ida, 2009. Pengantar Ekonomi Mikro, UMM Press, Malang.

Putra, Setiawan Adi, dkk, 2010. Menemukan Masalah-masalah Petani untuk Mencarikan Solusinya Sebagai Upaya Penolong Meningkatkan

Pengetahuan dan Keterampilan Mereka, Hal 1.

Rianse, Usman, 2009. Membagun Agribisnis Terpadu dan berkelanjutan:

Menciptakan Ruang bagi Kesejahteraan Petani dan Masyarakat Pedesaan,

Unhalu Press,

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D, 1992. Mikro Ekonomi, Edisi Keempatbelas, Erlangga, Jakarta.

Saragih, Ririn Wirdasari, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil

Produksi Kelapa Sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge, Skripsi.

Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2010. Analisis Data untuk Riset Manajemen

dan Bisnis, USU Press, Medan.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Administrasi dengan Metode RAD, CV. Alfabeta, Bandung.

Sumanjaya, Rakhmat, dkk, 2011. Teori Ekonomi Mikro, USU Press, Medan. Supranto J, 1997. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Edisi Keenam,

Rineka Cipta, Jakarta.

Tambunan, tulus T H, 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tika, Moh Pabundu, 2006. Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta.