Hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usaha tani benih padi: studi kasus Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan, Sukasari, Kabupaten Subang

(1)

SKRIPSI

SUTRA MANDASARI

NIM : 108092000049

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2014

Sutra Mandasari 108092000049


(4)

Data Pribadi

Nama : Sutra Mandasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 11 Maret 1991

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Tinggi, Berat Badan : 160 cm, 65 kg

Agama : Islam

Alamat : Dsn Margaluyu Timur Rt 31/14 No.91

Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Prov. Jawa Barat 41256

Telepon : 085759040349

Email : mandacute18@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan Formal

1996 – 2002 : SDN 8 Sukamandi, Subang 2002 – 2005 : SMPN 1 Ciasem, Subang 2005 – 2008 : SMAN 1 Ciasem, Subang

2008 – 2014 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Non Formal

2008 : Training Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) 2011 : Kuliah Kerja Nyata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 : Kursus Bahasa Inggris dan Arab di Pusat Pengembangan Bahasa, UIN Jakarta

Pengalaman Kerja

2010 : Magang di PT.Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional–1, Sukamandi-Subang

2011 : Praktek Kerja di Koperasi Bina Usaha, Sukabumi

2011 : Bekerja di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Tangerang Selatan 2011 : Bekerja di PT. Surveyor Indonesia, Jakarta


(5)

i

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, berkah serta karunia-Nya, sehingga berhasil merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang)” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 2. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu

Rizky Adi Puspita Sari, MM selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,


(6)

ii

Junaidi, M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan. 5. Para dosen Agribisnis yang telah membantu dalam memberikan semangat

dan do’a bagi penulis selama ini.

6. Bapak H. Surya sebagai ketua Kelompok Tani Surya Bangkit, Bapak Sadirin sebagai Konsultan di Kelompok Tani Surya Bangkit dan Bapak Burdah yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam memperoleh informasi dan data-data dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pimpinan dan staf Administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan buku-buku dalam pemenuhan materi skripsi ini. 8. Kedua orang tua penulis Ibunda (Sri Purna Firdaus) dan Ayahanda (Orien

Yahya) yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan penulis hingga saat ini, selalu memberikan do’a, limpahan kasih sayang, motivasi baik secara moril maupun materil dan semangat setiap waktu. Terima kasih atas perjuangan ayah dan ibu tercinta. Adinda tidak mungkin bisa membalasnya, semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas semua yang telah diberikan oleh ayah dan ibu adinda. Adinda hanya berusaha memberikan yang terbaik.


(7)

iii

saudara dan saudariku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mudah-mudahan motivasi, do’a dan perhatiannya tidak cukup sampai disini.

10.Semua temen-temen di Agribisnis 2008 B, semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah SWT, memberikan kebaikan yang mereka berikan. Penulis banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik yang disengaja ataupun tidak, sekiranya penulis mohon dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran serta kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat membuka wawasan yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Desember 2014


(8)

iv

Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang). Di bawah bimbingan Ujang Maman dan Iwan Aminudin.

Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen.

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (2) Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (3) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut sebanyak 57 petani. Data dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada anggota petani sampel di kelompok tani Surya Bangkit. Data sekunder diperoleh dari data kelompok dan monografi desa. Data ditampilkan dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada taraf uji 0,10 dan ditambah dengan informasi kualitatif yang disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok tani di Surya Bangkit tergolong rendah. Sedangkan tingkat produktivitas petani dan usahatani benih padi yang tergabung dalam kelompok tani Surya Bangkit tidak tergolong tinggi yaitu berada pada kriteria sedang atau cukup. Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran kelompok tani Surya Bangkit dengan produktivitas usahatani benih padi.

Kata Kunci: Kelompok Tani, Peran Kelompok Tani, Produktivitas, Usahatani, Metode Skala Guttman, Analisis Chi Square (X2).


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ...i

ABSTRAK...iv

DARTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL …. ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN. ...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Kelompok Tani...6

2.2 Fungsi Kelompok Tani...8

2.3 Kemampuan dan Ciri-ciri Kelompok Tani...9

2.4 Produktivitas...10

2.5 Produktivitas Petani...11

2.6 Produktivitas Usahatani...17

2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi......20

2.8 Benih...25

2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani...28

2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani...29

2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani...30

2.12 Penelitian Terdahulu...33

2.13 Kerangka Pemikiran...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...37

3.2 Jenis dan Sumber data...37

3.3 Teknik Pengumpulan Data...38

3.4 Metode Pengambilan Sampel...39

3.5 Analisis Data...39

3.6 Definisi Operasional...41

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Kawasan...43

4.1.1 Batas Wilayah...43

4.1.2 Luas Wilayah...44

4.1.3 Iklim...44


(10)

vi

4.2 Peta Desa...47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...49

5.1.1 Umur Petani...49

5.1.2 Tingkat Pendidikan Petani...51

5.1.3 Pengalaman Bertani...52

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga...54

5.1.5 Luas Lahan...55

5.1.6 Usaha Selain Bertani...56

5.2 Peran Kelompok Tani...56

5.2.1 Kerjasama Antar Anggota Kelompok...57

5.2.2 Keaktifan Di Kelompok Tani...58

5.2.3 Manajemen Perencanaan Kelompok Tani...59

5.2.4 Kerjasama Pelaksanaan Program Kelompok Tani...59

5.2.5 Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60

5.3 Produktivitas Petani...62

5.4Produktivitas Usahatani...65

5.5Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Peningkatan Produtivitas Petani Benih Padi...68

5.6Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Menumbuhkan Produktivitas Usahatani Benih Padi...71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...77

6.2 Saran...77

DAFTAR PUSTAKA...79


(11)

vii

1. Batas Wilayah...43

2. Luas Wilayah...44

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur...45

4. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan...46

5. Topografi Desa...47

6. Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan...47

7. Distribusi Responden Menurut Umur...50

8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...51

9. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Bertani...53

10. Distribusi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga...54

11. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan...55

12. Distribusi Responden Menurut Usaha Selain Bertani...56

13. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Antar Anggota Kelompok Tani...58

14. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Keaktifan Di Kelompok Tani...58

15. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Manajemen Perencanaan Kelompok tani...59

16. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Pelaksanaan Program...60

17. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60

18. Distribusi Responden Menurut Peran Kelompok Tani...61

19. Distribusi Responden Menurut Produktivitas Petani...63

20. Distribusi Menurut Tingkat Hasil Produktivitas Usahatani Benih Padi...66

21. Diatribusi Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Petani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit...68

22. Diatribusi Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit...73


(12)

viii

1. Kerangka Pemikiran Penelitian...36 2. Dokumentasi Kegiatan Penelitian...113


(13)

ix

1. Karakteristik Petani Sampel Padi di Kelompok Tani Surya

Bangkit Desa Mandalawangi...82

2. Distribusi Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...85

3. Distribusi Produktivitas Panen Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...88

4. Jawaban Kuisioner Variabel Peran kelompok Tani...91

5. Jawaban Kuisioner Produktivitas Petani...94

6. Data Hasil Perhitungan uji Chi Square (X2) antara peran Kelompok Tani dengan Tingkat Produktivitas Petani dan Produktivitas Usahatani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit desa Mandalawangi...97

7. Kuisioner Penelitian...101

8. Peta Desa...111

9. Peta Irigasi Aliran Sawah...112


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan pertanian (Hernanto, 1995).

Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen. Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar (Sastraadmadja, 1985).

Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek


(15)

2 pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih baik dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas usahatani yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan keluarganya (BPLPP, 1990).

Desa Mandalawangi merupakan bagian integral dari pembangunan Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. Sektor pertanian di desa Mandalawangi kecamatan Sukasari kabupaten Subang sampai saat ini masih mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, baik dukungan terhadap pertumbuhan perekonomian maupun dalam upaya pemerataan pembangunan di pedesaan yang notabene memiliki kesejahteraan yang relatif belum memadai, hal ini disebabkan karena sektor pertanian berperan dalam penyediaan bahan pangan pokok, kesempatan kerja, dan sumber pendapatan sebagian besar petani. Posisi petani di desa Mandalawangi secara umum memiliki modal usaha terbatas, regenerasi petani selaku pelaku utama pertanian berjalan sangat lambat sehingga posisi tawar yang semakin lemah. Selain itu, kualitas maupun kuantitas produksi pertanian belum menunjukkan peningkatan secara nyata. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan, sikap dan keterampilan petani relatif rendah, serta harga sarana produksi pertanian (saprotan) relatif mahal.


(16)

3 Di desa Mandalawangi terdapat sepuluh kelompok tani. Salah satunya ialah kelompok tani Surya Bangkit, dimana kelompok tani Surya Bangkit memproduksi benih padi.

Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kelompok tani Surya Bangkit. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di desa Mandalawangi. Hal di atas yang melatar belakangi penulis mengangkat judul penelitian: “Hubungan Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menguraikan rumusan masalah di bawah ini:

1. Berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang ?

2. Berapa besar produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang ?

3. Bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang ?


(17)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani

benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang.

2. Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Manfaat Akademis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu Agribisnis.

b. Diharapkan dapat memperkaya kepustakaan mengenai hubungan peran

kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada suatu daerah tertentu, dan dapat menjadi perbandingan dengan daerah lain. 2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dengan adanya hasil penelitian tentang hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi yang


(18)

5 dilakukan pada Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang, maka hasil penelitian ini dapat memberi sumbangsih kepada kelompok tani Surya Bangkit.

b. Diharapkan hasil penelitian ini pula agar dapat memberi sumbangsih kepada Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang agar pemerintah lebih memperhatikan petani yang ada di desa tersebut.


(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Kelompok Tani

Peran kelompok tani dalam pertanian menjadi organisasi petani yang menjalankan kerjasama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.


(20)

7 Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta

pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan menurut Sajogyo (1978) dalam Mardikanto (1996). alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.


(21)

8 c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh

suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.

2.2 Fungsi Kelompok Tani

Menurut Kartasapoetra (1994), kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan berusahatani para anggotanya.

Menurut Kartasapoetra (1994) fungsi kelompok tani dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian secara bersama.

2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. 3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu.

4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang menunjang usahataninya.

5. Guna memantapkan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi cara

bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan bersama penyuluh.


(22)

9 6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas yang baik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar terwujudnya harga yang seragam.

Ada tiga peranan penting dalam kelompok tani, yaitu sebagai berikut: 1. Media sosial atau media penyuluh yang hidup, wajar dan dinamis.

2. Alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluh pertanian. 3. Tempat atau wadah pernyataan aspirasi yang murni dan sehat sesuai dengan

keinginan petani sendiri.

Selanjutnya dijelaskan bahwa perlunya penyuluhan sehingga dapat memperbesar kemampuan dan peranan kelompok tani dalam berbagai hal, yaitu menyangkut perbaikan usahatani serta tingkat kesejahteraan. Kemampuan setiap petani pada kelompok biasanya ada perbedaan baik keterampilan, pengetahuan maupun permodalan. Oleh karena itu atas perbedaan karakteristik petani, maka perlu adanya kerjasama dalam kelompok tani.

2.3 Kemampuan dan Ciri-Ciri Kelompok Tani

Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat kelas kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Pemula:

a. Kontak tani masih belum aktif.

b. Taraf pembentukan kelompok masih awal. c. Pimpinan formal.


(23)

10 2. Kelompok Lanjut:

a. Kelompok ini menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terbatas. b. Kegiatan kelompok dalam perencanaan.

c. Pimpinan formal aktif.

d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani.

3. Kelompok Madya:

a. Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha. b. Pimpinan formal kurang menonjol.

c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama usahatani.

d. Berlatih mengembangkan program sendiri.

4. Kelompok Utama:

a. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD.

b. Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan.

c. Program usahatani terpadu.

d. Program diusahakan dengan usaha koperasi/ KUD.

e. Pemupukan modal dan pemilikan atau pengunaan benda modal.

2.4 Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan berapa banyak input yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output, produktivitas didefinisikan dengan ratio antara pengukuran output dengan masukan atau input (Abdullah 1979), biasanya merupakan pengukuran rata-rata yang ditrunjukan dengan total


(24)

11 output dibagi total input dari sumber daya khusus (Colinvaux 1993). Produktivitas mengandung pengertian sikap mental bahwa kualitas kehidupan harus lebih baik dari sebelumnya. Dari sudut pandang ekologi, pengukuran produktivitas didasarkan kepada jumlah kalori yang diikat tiap satuan waktu menjadi hasil produksi, pengukurannya dengan menimbang hasil kering panen (Gagne 1985). Pendapat lain mengatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (Krech, dkk.1963).

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi.

Rendahnya output karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan

meningkatkan output. Peningkatan produktivitas yang terbaik adalah

meningkatnya output jauh lebih besar dibandingkan meningkatnya output.

2.5 Produktivitas Petani

Produktivitas petani merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang dimiliki petani yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan (Sinungan, 2005).

Menurut Otto Iskandar (2002) untuk meningkatkan produktivitas petani maka diperlukan tidak hanya dari peningkatan produktivitas melalui pengelolaan


(25)

12 lahan pertanian dan sarana produksi seperti penggunaan pupuk, penggunaan varietas baru dan perluasan areal irigasi, akan tetapi perlu dicari upaya lain untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu melalui peningkatan managemen usaha para petani itu sendiri yang menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani seperti, etos kerja, motivasi keberhasilan dan sikap inovatif mereka dalam bidang pertanian khususnya tanaman padi.

1. Etos Kerja

Semakin tinggi etos kerja, maka semakin tinggi produktivitas petani dalam menggarap lahan pertanian, sesuai dengan pernyataan Tasmara (1991) etos kerja yang tinggi mempunyai makna bersungguh-sungguh menggerakan seluruh potensi dirinya untuk mencapai sesuatu, dikatakan juga bahwa orang yang mempunyai etos kerja tinggi sangat menghargai waktu, tidak pernah merasa puas, berhemat dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Banyak cara yang dapat diterapkan untuk mengembangkan dan meningkatkan etos kerja, karena etos kerja adalah sikap mendasar terhadap diri, serta merupakan aspek evaluatif yang bersifat menilai (Morgan, 1961), diantaranya adalah membangkitkan kesadaran, agar etos kerja petani meningkat sehingga akan meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan kehidupan petani.

2. Motivasi keberhasilan

Semakin kuat motivasi keberhasilan petani, maka semakin tinggi produktivitas petani dalam menggarap lahan pertanian. Motivasi banyak dipengaruhi oleh emosi, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mengarahkan emosinya menjadi motivasi yang mengarah kepada keberhasilan prestasi


(26)

13 kerjanya. Motivasi dapat juga disebut sebagai dorongan, hasrat atau kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan tertentu (Rogers, 1971), dikatakan juga oleh Morgan (1961) bahwa motivasi mempunyai tiga aspek yaitu :

1) Beberapa keadaan motivasi yang mendorong seseorang mengarah ke suatu

tujuan,

2) Motivasi yang mendorong perilaku yang ditampilkan dalam mencapai tujuan,

3) Pencapaian tujuan.

Menurut Maslow (Rogers, 1971) motivasi merupakan hirerarki kebutuhan yang terdiri dari lima tingkatan:

1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs), 2. Kebutuhan rasa aman (safety needs),

3. Kebutuhan social (social needs),

4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), dan

5. Kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja (self actualisation needs). Petani yang memilki motivasi keberhasilan kuat akan selalu memerima kritik dan saran dari luar, serta telah mempersiapkan diri secara matang tentang hal-hal yang akan terjadi di lapangan.

3. Sikap Inovatif

Sikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang dimiliki seseorang dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek disertai dengan perasaan positif dan negatif. Semakin tinggi sikap inovatif maka semakin tinggi produktivitas petani. Oleh sebab itu variabel sikap inovatif


(27)

14 petani merupakan variabel penting untuk diperhatikan, karena sikap sebagai suatu sistem yang memiliki tiga komponen yang saling tergantung yakni kognisi, afeksi dan konasi (Simanjuntak, 1995), kognisi menyangkut keyakinan terhadap obyek sikap, afeksi menyangkut perasaan dan konasi menyangkut kecenderungan untuk berbuat (Suriasumantri, 1989). Sedangkan menurut Gagne (1985), sikap adalah predisposisi untuk merespon, tetapi berbeda dengan kecenderungan terhadap suatu respon evaluasi, seseorang cenderung untuk memilih tindakan dalam rangka meningkatkan rasa senang terhadap obyek tertentu. Istilah inovasi menurut Rogers (1971) didefinisikan sebagai derajat seseorang dalam mengadopsi ide-ide baru, lebih awal dari pada individu lain. Dikatakan juga bahwa ada beberapa karakteristik inovasi yaitu manfaat, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observatibilitas. Sedangkan sikap memiliki dimensi afektif, tingkah laku dan informasi kognitif ketiga komponen itu terorganisir ke dalam sistem yang kuat (Suriasumantri, 1989). Aspek kebaharuan dalam inovasi dapat dinyatakan dalam bentuk pengetahuan, sikap (afektif) dan keputusan untuk menggunakannya. Sikap inovatif petani berarti mempunyai kecenderungan yang relatif stabil dalam bereaksi ke dalam bentuk kognisi, afeksi dan konasi.terhadap sesuatu yang baru baik dalam arti praktek atau obyek yang meliputi penerapan inovasi.

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan


(28)

15 teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Untuk sampai taraf yakin dan mau menerapkan teknologi biasanya petani harus melalui tahap-tahap dari proses adopsi, seperti berikut ini:

• Sadar dan tahu (awareness) • Minat (interesting)

• Penilaian (evaluation) • Percobaan (trial) • Adopsi (adoption)

Menurut Soekartawi (1988), adopsi terhadap suatu teknologi baru biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi.

2. Luas lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan dalam menggunakan sarana produksi.


(29)

16 3. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun), biasanya makin lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.

4. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi.

5. Jumlah tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan makin lamban dalam mengadopsi suatu inovasi, karena jumlah tanggungan yang besar akan mengharuskan mereka untuk memikirkan bagaimana cara pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu dalam mengambil keputusan yang tepat, agar tidak mengalami resiko yang fatal bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.

6. Pendapatan

Petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat dalam mengadopsi inovasi karena memiliki ekonomi yang cukup baik. 7. Status pemilikan lahan

Pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat


(30)

17 membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya, tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan dipraktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik usahatani dari pada orang-orang yang menyewa.

8. Tingkat kosmopolitan

Petani yang memiliki pandangan luas terhadap dunia luar dengan kelompok sosial yang lain, umumnya akan lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi bila dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada kondisi lokal, karena pengalaman mereka yang terbatas menyebabkan mereka sulit dalam menerima perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini karena mereka belum pernah mendengar atau bahkan belum mengenal informasi dengan cukup tentang inovasi tersebut.

2.6 Produktivitas Usahatani

Menurut AT Mosher (1968) dalam Soebiyanto (1993) mendefinisikan usahatani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi, tempat diusahakan pertanian oleh petani baik sebagai pemilik, penyakap yang bertindak sebagai manajer.

Lebih lanjut dikatakan bahwa usahatani tidak dapat diartikan sebagai perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life). Hal ini yang membedakannya dengan usaha perkebunan. Dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak agar cukup untuk memberi makan seluruh keluarganya sampai dengan panenan yang akan datang. Sebagai manusia rasional


(31)

18 petani juga mengadakan perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak secara tertulis. Kalau petani menghadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal yang telah biasa ditanam dengan bibit unggul yang belum biasa di tanamnya maka tanpa di tulisnya di atas kertas ia akan memperhitungkan untung ruginya. Juga bila ia harus memilih antara menggunakan pupuk hijau berupa daun-daunan atau kompos dari ternaknya dengan pupuk urea yang harus dibelinya maka ia akan mengadakan perhitungan mana yang lebih menguntungkan. Demikian seterusnya putusan petani didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang demikian itu. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus di keluarkan.

Hasil yang diperoleh pada saat panen di sebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1989). Dalam pembicaraan sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Dalam ilmu usahatani Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Sedangkan kapasitas sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah untuk menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produk bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dengan kapasitas (tanah).


(32)

19 Dalam ekonomi pertanian dibedakan antara pengertian produktivitas dan pengertian produktivitas ekonomis dari pada usahatani. Dalam pengertian ekonomis maka letak atau jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama, maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar.

Selanjutnya kalau berbicara efisiensi fisik menggunakan uang sebagai standar nilai maka disebut efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah di kalikan hasil per kesatuan luas. Dan ini semua dikalikan dengan nilai uang. Hasil itu kemudian di kurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasa berupa bagi hasil. Disamping itu bagi petani penyakap/penggarap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik tanah harus pula di kurangkan dan dimasukan sebagai biaya. Setelah semua biaya-biaya itu dikurangi maka barulah petani memperoleh hasil bersih (netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien.

Menurut Paul Mali dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2011) produktivitas usahatani adalah ukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi untuk memperoleh dan menyelesaikan sekumpulan hasil.


(33)

20 Menurut Soekartawi (1999), peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu, pengamanan produksi dengan memberikan bantuan sarana pascapenen dan perbaikan system kelembagaan dengan menguatkan peran kelompok tani. Tingkat produktivitas usahatani dimaksud sebagai tingkat kemampuan atau potensi lahan dalam usahatani untuk menghasilkan pada tingkat produksi dan satuan luas tertentu seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam satu musim tanam.

2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan tetapi padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (ladang). Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledone Ordo : Graminales Famili : Graminaceae Sub family : Oryzidae Genus : Oryza


(34)

21 Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5m tergantung pada jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping (Wikipedia Indonesia, 2008).

Menurut AAK (2003), iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman padi. Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya terbuka serta banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga. Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara 20-30OC. Padi memerlukan curah hujan rata-rata 200mm/bulan atau lebih. Curah hujan yang cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah 1500-2000mm/tahun. Tanah yang baik untuk tanaman padi sawah adalah berstruktur lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan atas antara 15-30cm harus merupakan lumpur yaitu suatu struktur butir tanah yang serba sama dan dapat menahan air.

Menurut Suparyono dan Agus (1997), agar dapat meningkatkan produktivitas usahatani khususnya padi sawah maka tahapan-tahapan dalam penanaman padi harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu : 1. Persiapan Benih

Benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman. Penggunaan benih yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko


(35)

22 kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi benih, perlu diperhatikan kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran, bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air.

2. Persemaian

Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam. Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman dan pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk mendapatkan benih yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk

kepeluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar benih dapat

berkecambah. Benih yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan persemaian yang sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan disemprot dengan insektisida sebanyak 2 kali.

3. Pengolahan Tanah dan Pemupukan Dasar

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul. Pengolahan tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk menjadi humus dan aerasi tanah menjadi lebih baik (Pitijo, 2006). Dalam pengolahan tanah, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak 1/3 dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl.


(36)

23 4. Penanaman

Penanaman padi didahului dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit yang siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7 helai. Menurut Sugeng (1989), penanaman bibit padi sawah dilakukan dengan cara bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4cm ke dalam lumpur. Penanaman padi yang baik menggunakan jarak tanam 20cm x 20cm atau 30cm x 15cm.

5. Pemeliharaan

Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin. Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi (Sugeng, 1989) : a. Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman.

b. Penyulaman dan penyiangan

Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari gulma. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi berumur 6 minggu. Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat berkembang dengan baik.


(37)

24

c. Pemupukan

Pemupukan bermaksud untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah zat-zat dan unsur hara makanan yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Pemupukan sebaiknya dilakukan dua kali. Pemupukan pertama pada umur 3-4 minggu setelah penyiangan. Pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 1/3 dari sisa 2/3 dosis yang diberikan sebelum tanam. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 6-8 minggu setelah penyiangan dengan dosis yang sama pada saat pemupukan pertama.

d. Pengendalian hama dan penyakit

Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang, walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan pestisida yang efektif dan bijaksana.

6. Panen dan Pasca panen

Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Menurut Pitijo (2006), waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu beras yang akan dihasilkan. Menurut AAK (2003), proses pemasakan butir


(38)

25 padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat dilakukan pada stadia masak kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan memotong batang kira-kira 20cm di atas permukaan tanah. Setelah panen, selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan antara lain pedal dan power thresher. Pembersihan dilakukan setelah gabah dirontokkan. Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir hampa, dan kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan ayak atau menampih (AAK, 2003).

Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air gabah yang pada waktu panen berkisar 23-27% menjadi 13-14% agar dalam penyimpanan gabah dapat tahan lama serta meringankan pengangkutan sebab berat gabah telah berkurang (AAK, 2003). Pengemasan barang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu dan memudahkan penyimpanan serta pengangkutan.

2.8 Benih

Pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman.


(39)

26 Kualitas benih sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan

kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan,

penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aksi Agraris Kanisius, 1990).

Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas dasar misalnya, berarti benih sumbernya adalah kelas benih penjenis, sedangkan untuk memproduksi benih kelas pokok atau benih label ungu boleh menggunakan benih kelas benih dasar atau benih penjenis (Pepi Nur Susilawati, 2010).

Menurut AAK 1990, untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat di lihat dari :

1. Keadaan fisik benih meliputi :

a) Kebersihan benih terhadap gabah hampa, setengah hampa, potongan jerami, kerikil dan tanah, kotoran dan benda lain serta hama gudang.

b) Warna gabah hendaklah sesuai dengan aslinya, yaitu cerah dan bersih. Ada kemungkinan terdapat warna yang berbeda, misalnya hijau, hitam. Hal ini dapat terjadi pada benih yang kemasakannya tidak seragam, gangguan


(40)

27 lingkungan atau berbeda varietas. Terjadinya warna lain itu juga bisa disebabkan penanaman jatuh pada musim hujan.

2. Kemurnian benih.

Kemurnian benih berkaitan dengan genetik atau sifat keturunan yang ada pada benih. Namun kemurnian benih tersebut dapat dilihat dari bentuk gabah. Produksi benih merupakan usaha yang menekankan pada kualitas, sehingga semua tahapan kegiatan dalam bidang perbenihan diarahkan pada aspek kualitas hasilnya. Apabila kualitas dari suatu benih tidak dapat dijamin, maka produk ini tidak layak dipasarkan sebagai benih. Perbaikan benih ini dapat dilakukan melalui perbaikan varietas dengan teknik pemuliaan mutasi atau perakitan varietas unggul yang telah ada melalui persilangan dan bioteknologi. Ada tiga aspek mutu benih yakni mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetis, dimana masing-masing aspek mutu tersebut meliputi :

a) Mutu fisik suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisik benih yang meliputi: validitas atau cacat tidaknya fisik benih, kenormalan ukurannya sesuai dengan kondisi deskripsinya, keutuhan benihnya, yakni benihnya tidak mengalami pecah, retak, patah, atau lecet pada bagian vital dari benih: serta bentuk dan warnanya sesuai dengan standar deskripsinya.

b) Mutu fisiologis suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisiologis benih yang meliputi: daya tumbuh, kecepatan tumbuh, keadaan vigor, keseragaman tumbuh dan tingkat abnormalitas kecambah.

c) Mutu genetis suatu benih berkaitan erat dengan kesesuaian deskripsi sifat-sifat dari keseragamannya, kemurniannya tinggi (bebas dari campuran


(41)

28 varietas lain maupun tipe tanaman yang menyimpang dan sifat-sifatnya sesuai dengan kelas benihnya)

Benih yang berkualitas tinggi itu memiliki daya tumbuh lebih dari 90%, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Memiliki viabilitas tinggi atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah tumbuh normal.

b) Memiliki kemurnian artinya terbebas dari kotoran, terbebas dari jenis tanaman lain, terbebas dari varietas lain dan terbebas pula dari biji herba, hama dan penyakit.

Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal dengan sarana teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977). Sering petani mengalami kerugian yang tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang bemutu rendah. Oleh karena itu meskipun pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan.

2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani

Kegiatan kelompok tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para petani desa tersebut, meskipun tidak semua petani di desa tersebut mengikuti kegiatan ini. Ketua kelompok tani dipilih dari salah seorang petani yang dianggap


(42)

29 memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Hal ini dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian dalam berusahatani sehingga produktivitas petani pun meningkat. Ketua kelompok tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan tugas dan kewajibannya antara lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong

untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian,

mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan dengan pihak penyuluh maupun dinas pertanian.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani merupakan salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani adalah berarti membangun keinginan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani.

2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani

Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media


(43)

30 penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi.

Keaktifan dalam kelompok dapat dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani, tingkat keaktifan petani dalam kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani dalam mengelola lahan marjinal (Kustiari, 2006). Selain itu, adanya dorongan kepada anggota satu sama lain dalam melakukan kegiatan. Kelompok tani ini dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok.

Peningkatan produktivitas usahatani berkaitan erat dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini merupakan salah satu ciri dalam usahatani modern. Seperti yang dirumuskan Adiwilaga (2007) bahwa diantara syarat yang harus dipenuhi untuk dapat hidup dan berkembangnya usahatani modern itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat. Untuk itu pelayanan dalam berbagai bentuk seperti alih teknologi diperlukan melalui penyuluhan yang efektif dan efisien oleh para penyuluh kepada kelompok tani. Peranan penyuluh merespon alih teknologi pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani mereka.

2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru,


(44)

31 tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas menjadi sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. (Mardikanto, 1988).

Berkaitan dengan teknologi usahatani, Kartasapoetra (1994) mengemukakan bahwa teknologi yang diterapkan harus memenuhi 4 kriteria, yaitu secara ekonomis menguntungkan petani, secara teknis mudah diterapkan, secara sosial dapat diterima secara luas oleh sebagian besar petani dan tidak bertentangan dengan agama, budaya dan kepercayaan, serta ramah terhadap lingkungan.


(45)

32 Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi para petani di pedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan ke dalam alam masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak dan perkembangan masyarakat di lain pihak telah menciptakan struktur komunikasi informasi di pedesaan menjadi sangat kompleks, sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam hal cara kerja pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Rogers dan Shoemaker, 1986).

Agar usahatani padi sawah dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk meningkatkan produksi padi sawah maka diperlukan beberapa faktor produksi, seperti ketersedian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian, mesin-mesin pertanian, saluran irigasi, tenaga kerja dan lain-lain. Departemen Pertanian (2010) menyatakan bahwa bibit adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan mengembangbiakkan tanaman padi sawah. Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi dan membasmi hama penyakit tanaman padi sawah. Alat-alat pertanian adalah alat-alat yang digunakan pada usahatani padi sawah untuk membantu petani mengelola usahataninya. Oleh karena itu, tugas penyuluh pertanian dalam hal ini adalah membantu petani menjelaskan tentang faktor-faktor produksi tersebut agar usahatani padi sawah semakin meningkat.


(46)

33 2.12 Penelitian Terdahulu

Febry Indrayani Nauli melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul Hubungan Tingkat Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu, mengetahui tingkat produktivitas petani dan usahatani padi sawah, dan untuk mengetahui hubungan partisipasi dalam kelompok tani Saluyu dengan tingkat produktivitas usahatani padi sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.

Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pertisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu dengan produktivitas usahatani padi sawah. Hal ini disebabkan karena petani yang rutin hadir dalam kelompok tidak semuanya aktif dalam kelompok.

Irawan Wibisonya melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Adopsi Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang (Studi kasus: Petani peserta Sekolah Lapang PTT di Desa Dawuan Barat, Desa Cikampek Pusaka dan Desa Cikampek Selatan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani padi di kecamatan Cikampek, mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi petani padi di Kecamatan Cikampek, dan mengetahui adakah hubungan karakteritik petani, yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, luas lahan garapan, pengalaman bertani,


(47)

34 pendapatan, kosmopolitan dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan, dengan tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi petani tentang sistem PTT.

Hasil analisis di lapangan hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi menggunakan uji Chi-Square dengan χ² tabel lebih besar dari 9,488, karakteristik umur, tingkat pendidikan, pendapatan, kosmopolitan, tingkat partisipasi dan pengalaman bertani memiliki hubungan nyata pada taraf α 0,05, sedangkan karakteristik status lahan dan luas lahan tidak memiliki hubungan nyata pada taraf α 0,05 dengan tingkat pengetahuan maupun tingkat adopsi.

2.13 Kerangka Pemikiran

Luasnya lahan persawahan di Indonesia ternyata tak juga mampu membuat taraf hidup petani meningkat, masih banyak petani sawah yang mengalami kesulitan dalam menjalani hidup. Tak jarang kita dapatkan petani sawah di desa-desa berada dalam garis kemiskinan. Meningkatnya berbagai kebutuhan-kebutuhan hidup baik kebutuhan-kebutuhan primer maupun sekunder yang biasanya dihasilkan oleh industri-industri dan juga krisis ekonomi yang tak kunjung terselesaikan, telah membuat petani miskin semakin kewalahan dalam memperbaiki perekonomian keluarga.

Maka dari itu pemerintah membentuk kelompok tani yang didampingi oleh penyuluh pertanian untuk membantu para petani dalam meningkatkan taraf hidup petani melalui pemberdayaan dengan pengembangan SDM salah satu program yang harus dilakukan adalah pendidikan, keterampilan dan pekerjaan.


(48)

35 Penyuluhan pertanian meliputi kegiatan memberi pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok tani, maka melalui kelompok tani inilah yang diberikan kewenangan secara langsung menyampaikan program kebijakan pemerintah kepada petani.

Desa Mandalawangi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani padi. Di kelompok tani Surya Bangkit terdapat 57 orang petani padi. Melalui partisipasi kelompok tani di kelompok tani Surya Bangkit diharapkan dapat mengetahui hubungan antara peran kelompok tani dengan tingkat produktivitas usahatani padi. Peran kelompok dapat dilihat dari kerjasama kelompok, keaktifan kelompok, manajemen perencanaan, kerjasama pelaksanaan program, dan hubungan dengan lembaga kopersi/KUD. Dari peran kelompok tani dapat diketahui seberapa besar tingkat produktivitas usahataninya.


(49)

36 Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Karakteristik Petani:

1. Umur

2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman bertani 4. Jumlah tanggungan

keluarga 5. Luas lahan

6. Usaha selain bertani

Permasalahan:

1. Berapa besar peranan kelompok tani dalam usahatani

2. Berapa besar

produktivitas usahatani 3. Bagaimana hubungan

antara peranan kelompok tani terhadap produktivitas usahatani Produktivitas Petani Peran Kelompok Tani Variabel Peran Kelompok Tani:

1. Kerjasama Kelompok 2. Keaktifan Kelompok 3. Manajemen

Perencanaan 4. Kerjasama

Pelaksanaan Program 5. Hubungan dengan

Lembaga Koperasi/KUD Produktivitas Usahatani Variabel Produktiivitas Usahatani:

1. Luas lahan 2. Tonase 3. Harga 4. Penerimaan 5. Biaya Produksi 6. Keuntungan

Hubungan Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Padi sawah

Hasil Petani


(50)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti dalam memperoleh data mengenai kelompok tani dilakukan penelitian di kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap persiapan dan penjajakan. Adapun waktu penelitian yakni dimulai bulan Februari 2014 hingga Mei 2014. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metodologi penelitian secara sengaja (purposive), karena kelompok tani Surya Bangkit satu-satunya kelompok tani di desa Mandalawangi yang memproduksi benih padi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Menurut Muhammad Teguh (2005), data primer merupakan jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli) baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, sedangkan data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini, bersumber dari wawancara langsung dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dengan pihak konsultan dan anggota kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang. Adapun kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data seperti


(51)

38 karakteristik petani, peran kelompok tani, produktivitas usahatani, dan produktivitas petani. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah profil Desa Mandalawangi, arsip dan dokumen lain yang didapat dari konsultan dan ketua kelompok tani, serta buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti, studi literatur yang berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian dan artikel yang berasal dari media cetak dan internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Wawancara Mendalam

Wawanacara mendalam (depth interview) adalah teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau pahami dan yang akan diwawancara beberapa kali).

2. Kuisioner

Kuisisoner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani yang menjadi responden.

3. Studi Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007) menjelaskan bahwa dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumentasi dalam penelitian


(52)

39 ini diperlukan terutama untuk memperkaya landasan-landasan teoritis dan mempertajam analisis penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan cara studi pustaka melalui, catatan kuliah, buku-buku mengenai ilmu Agribisnis, buku-buku referensi, jurnal dan internet.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Sampel penelitian merupakan seluruh anggota kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling Jenuh. Dimana sampling jenuh ialah teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut sebanyak 57 Petani.

3.5 Analisis data

Data dan informasi yang telah terkumpul baik dari tingkat individu, kelompok dan organisasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika


(53)

40 seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: yakin-tidak yakin, ya-tidak, benar-salah, positif-negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternatif yang berbeda).

2. Analisis statistik deskriptif, yaitu untuk melihat peran kelompok tani dalam peningkatan produktivitas usahatani padi yang dilakukan di daerah yang menjadi objek penelitian; dan

3. Analisis statistik non parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan antara peran kelompok tani dengan peningkatan produktivitas usahatani padi. Untuk melihat hubungan antar peubah yang jenis datanya kategori nominal digunakan analisis Khi Kuadrat/X² (Chi Square) dan untuk mengetahui keeratan hubungan antar peubah digunakan koefisien kontingensi (Siegel, 1994)

Rumus Chi-Square :

Keterengan:

= distribusi khi kuadrat foi = frekuensi contoh ke-i


(54)

41 Hipotesis yang dipakai adalah :

Ho : tidak ada hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Ha : ada hubungan antara kedua variabel yang diteliti.

Nilai Chi Square hitung (yang diperoleh) selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel Chi Square dengan probabilitas sepuluh persen. Adapun kriteria pengambilan keputusan terhadap kedua nilai tersebut adalah sebagai berikut: Ho : Diterima apabila nilai Chi Square hitung lebih kecil atau sama dengan nilai

Chi Square tabel.

Ho : Ditolak apabila nilai Chi Square hitung lebih besar daripada nilai Chi Square tabel.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2003). Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

2. Peran Kelompok Tani adalah perilaku yang dijalankan oleh sebuah kelompok tani dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada kelompok tani tersebut.


(55)

42 3. Produktivitas petani adalah timbulnya sikap kreatif, inovatif, percaya diri dan pandai memanfaatkan waktu untuk mencapai kesuksesan dalam berusahatani. 4. Produktivitas usahatani adalah kemampuan atau potensi lahan dalam

mempergunakan input usahatani (tenaga kerja, dan sarana produksi) dengan output (hasil panen) untuk menghasilkan pada tingkat produksi dan satuan luas tertentu seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam satu musim tanam.


(56)

43 BAB IV

KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Kawasan

Keadaan administratif Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Kades) memiliki luas wilayah 545.686 ha terdiri dari 446 ha lahan sawah, 7 ha kolam, dan 92.686 ha lahan darat. Jumlah penduduknya mencapai 5.430 orang, terdiri atas laki-laki 2.085 orang dan perempuan 2.075 orang. Jumlah kepala keluarga 1.828 KK dengan mata pencaharian penduduk beraneka ragam, sebagai petani 1.226 KK (Tanaman pangan, Peternak, Petani ikan/tambak), buruh tani 528 KK dan non petani 68 KK. Desa Mandalawangi terbagi dalam 4 dusun, yaitu: Dsn. Simpang, Dsn. Mandala, Dsn. Batang Gede, dan Dsn. Kedung Payung. Adapun kelompok binaan khusus terdiri 10 kelompok tani (kelota) Hamparan, dan 1 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Adapun batas–batas administratif Desa Mandalawangi sebagai berikut :

4.1.1 Batas Wilayah

Pada wilayah Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang terdapat empat batas wilayah yang tertera pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Batas Wilayah Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang Tahun 2013

Batas Wilayah Desa Kecamatan

Sebelah Utara Tanjung Tiga Blanakan

Sebelah Selatan Jati Baru Ciasem

Sebelah Timur Sukamaju Sukasari

Sebelah Barat Ciasem Hilir Ciasem


(57)

44 Batas wilayah Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari, sebelah utara Desa Tanjung Tiga Kecamatan Blanakan, sebelah selatan Desa Jati Baru Kecamatan Ciasem, sebelah timur Desa Sukamaju Kecamatan Sukasari, sebelah barat Desa Ciasem Hilir Kecamatan Ciasem.

4.1.2 Luas Wilayah

Pada wilayah Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang memiliki luas wilayah yang secara rinci di jelaskan pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Desa Mandalawangi Tahun 2013

Penggunaan Lahan Luas (ha)

Lahan Persawahan Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi ½ Teknis

446 -

Lahan Perkarangan/Tegalan 1.5

Lahan Pemikiman 83

Kolam 7

Kuburan 2

Perkantoran 0.5

Prasarana Umum Lainnya 5.686

JUMLAH 545.686

Sumber : Profil Desa Mandalawangi Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa di Desa Mandalawangi lahan yang dominan adalah lahan sawah 446 ha. Lahan tersebut berpotensi untuk pengelolaan usahatani padi sawah, palawija, hortikultura, serta sayur-sayuran.

4.1.3 Iklim

Keadaan iklim berada pada tipe C rata–rata curah hujan 2.500 mm–3.000 mm (curah hujan 10 tahun terakhir). Rata–rata bulan basah (BB) 6,4 dan rata–rata


(58)

45 bulan kering (BK) 5,6. Tingkat kelembaban sedang. Suhu rata–rata harian antara 28 ºC–30 ºC, suhu minimum 21 ºC dan suhu maksimum 35 ºC.

4.1.4 Topografi Jenis dan Kesuburan Tanah

Topografi termasuk kedalam dataran rendah dengan kemiringan lahan sekitar 5%, 3 meter diatas permukaan laut (dpl). Jenis lahan termasuk ordo Ultisol diantaranya memiliki warna merah dengan tekstur lempungan, struktur liat sedikit remah, tingkat erosi ringan ± 0,001 ha/m², drainase kelas B (baik). Kedalaman bidang olah ± 4 meter dengan pH 5–6 (agak masam).

4.1.5 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)/Penduduk

Kondisi sumber daya manusia di Desa Mandalawangi memiliki jumlah penduduk 3.889 orang, penduduk laki-laki 1.907 orang, sedangkan penduduk perempuan 1.982 orang, dengan jumlah kepala keluarga 1.428 (KK).

4.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Untuk melihat potensi tenaga kerja di Desa Mandalawangi khususnya sektor pertanian dilihat dari data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur. Berdasarkan Undang-undang Tenaga Kerja Tahun 1999, usia kerja atau usia produktif adalah antara 15-54 tahun.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Umur di desa mandalawangi Tahun 2013

Desa Jumlah Penduduk Yang Berumur (Tahun) Jumlah

0–10 11–20 21–30 31-40 41–50 51- 60 ≥ 60

Mandalawangi 368 213 243 252 366 1.023 393 5.430

Jumlah 368 213 243 252 366 1.023 393 5.430


(59)

46 Berdasarkan Tabel 3. di atas, jumlah penduduk usia produktif umur antara 21–50 tahun sebanyak 2.312 orang (58%), sehingga sumber daya manusia yang tersedia di Desa Mandalawangi diharapkan mampu mendukung pengembangan pertanian secara optimal.

4.1.7 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Jumlah penduduk menurut pekerjaan pada Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Table 4. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Desa Mandalawangi Tahun 2013

JUMLAH PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN (orang)

TOTAL Petani

(TP) Perkebunan Peternakan Perikanan

Buruh Tani

Luar pertanian

1.226 - - - 528 68 5.430

Sumber : Profil Desa Mandalawangi Tahun 2013

Jumlah penduduk Desa Mandalawangi sebanyak 5.430 orang dengan mata pencaharian penduduk beraneka ragam, sebagai petani (Tanaman pangan, perikanan, peternak, dan buruh tani) 1.226 KK, buruh tani 528 KK dan non petani 68 KK. Hal ini mencerminkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Mandalawangi bermata pencaharian sebagai petani 40%, non petani 5%, dan buruh tani 55%.

4.1.8 Topografi Desa

Desa Mandalawangi terletak pada ketinggian 6 meter dari permukaan laut dan memiliki topografi wilayah sebagian besar dataran rendah (100%), bukit (0%), dan bergelombang (0%). Dan topografi Desa Mandalawangi selengkapnya tersaji pada Tabel 5.


(60)

47 Tabel 5. Topografi Lahan di Desa Mandalawangi Tahun 2013

Desa Datar

(%)

Bergelombang

(%) Berbukit (%) Jumlah (%)

Mandalawangi 100 - - 100

Jumlah 100 - - 100

Sumber : Profil Desa Mandalawangi Tahun 2013

Berdasarkan pada Tabel 5. tersebut diketahui bahwa lahan dengan topografi datar memiliki potensi yang cukup luas terutama pada lahan sawah. Untuk mengoptimalkan lahan sawah perlu upaya konversi dan pengembangan komoditas padi, palawija, dan sayur-sayuran serta perikanan sebagai penyela musim tanam yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

4.1.9 Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

Kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan pada Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang di jelaskan pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan di Desa Mandalawangi Tahun 2013

JUMLAH KELUARGA TANI

(KK) STATUS KEPEMILIKAN TANAH (KK)

Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga Tani Memiliki Lahan Pertanian Tidak Memiliki Memiliki < 1 ha

Memiliki 0,1-5,0 ha

Memiliki > 5 ha

5.430 1.648 823 401 290 120 14

Jumlah RTP 1.648

Sumber : Profil Desa Mandalawangi Tahun 2013

4.2 Peta Desa

Tujuan digambarkan peta desa adalah diketahuinya kondisi, potensi dan masalah yang ada di wilayah bersangkutan. Dalam peta desa akan diperoleh data/informasi mengenai sumber daya alam, tata guna lahan, batas wilayah,


(61)

48 penataan ruang beserta kondisinya dan sebaran penduduk. Gambar peta Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. (lampiran)

Dari gambar peta diketahui bahwa sebagian besar lahan merupakan lahan pertanian, untuk Desa Mandalawangi relatif masih jauh dari harapan, hal ini akan mempengaruhi masyarakat terutama untuk mendapatkan akses yang lebih baik.


(62)

49 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi

Penduduk di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang pada umumnya menjadi petani padi sebagai pekerjaan utama mereka. Selain bertani padi ada juga yang beternak dan berdagang. Di Desa Mandalawangi terdapat 10 kelompok tani, salah satunya kelompok tani Surya Bangkit yang beranggotakan 57 orang. Karakteristik petani yang diamati adalah: (1) umur petani, (2) tingkat pendidikan petani, (3) pengalaman bertani, (4) jumlah tanggungan keluarga tani, (5) luas lahan, (6) usaha selain bertani.

5.1.1 Umur Petani

Faktor yang cenderung mempengaruhi sikap seseorang adalah umur, seperti yang dikemukakan oleh Feaster (1969) bahwa ada suatu kecenderungan perbedaan tingkat umur akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menentukan sikap terhadap suatu perubahan. Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam kemampuan fisik dan pola fikir.

Umur petani pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi berkisar antara 28–75 tahun. Selanjutnya umur petani responden diklasifikasikan menjadi tiga kategori umur, yaitu umur 28–43 tahun, 44–59 tahun, 60–75 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini:


(1)

105 2) Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tenaga kerja

kegiatan perontokan? …… hari

3) Berapa upah / gaji yang Anda keluarkan untuk tenaga kerja perontokan per orangnya? Rp ...

• Pengeringan

1) Berapa orang jumlah tenaga kerja yang Anda butuhkan untuk kegiatan pengeringan? …… orang

2) Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tenaga kerja kegiatan pengeringan? …… hari

3) Berapa upah / gaji yang Anda keluarkan untuk tenaga kerja pengeringan per orangnya? Rp ...

4. Penggunaan saprodi (sarana produksi) : a. Benih :

1) Jenis benih apa yang Anda tanam? …..

2) Berapa jumlah takaran yang Anda gunakan untuk benih tersebut per satuannya?.... kg

3) Berapa harga benih per satuannya (kg)? Rp …..

4) Berapa harga benih yang Anda beli untuk digunakan selama satu kali masa tanam? Rp ……

b. Pupuk

1) Jenis pupuk apa yang Anda gunakan? Sebutkan …. -………


(2)

106 2) Berapa banyak (masing-masing) pupuk yang Anda pakai selama

satu kali masa tanam? …… kg

-……… -……… -………

3) Berapa harga (masing-masing) pupuk per kilogramnya? Rp ……… -………

-……… -………

4) Berapa harga (masing-masing) pupuk yang Anda beli untuk digunakan selama satu kali masa tanam? Rp …....

-……… -……… -……… c. Pestisida

1) Pestisida apa yang Anda gunakan? (a) cair (b) padat 2) Jenis pestisida apa yang Anda gunakan? Sebutkan ……. -………

-……… -………

3) Berapa banyak (masing-masing) pestisida yang Anda pakai selama perawatan satu kali masa tanam? ……


(3)

107 -………

-………

4) Berapa harga (masing-masing) pestisida per satuannya? Rp……… -………

-……… -………

5) Berapa harga (masing-masing) pestisida yang Anda beli untuk digunakan selama perawatan satu kali masa tanam? Rp………. -………

-……… -……… 5. Produksi

1) Berapa hasil panen Anda selama satu kali masa tanam? …..….. kg 2) Dalam bentuk apa Anda menjual gabah? a. kering b. Basah 6. Berapa harga jual gabah per Kg ? Rp………..…………


(4)

108 PRODUKTIVITAS PETANI

No Pertanyaan Indikator

I Pemanfaatan Waktu

1) Apakah Anda manfaatkan banyak waktu untuk melakukan kegiatan usahatani budidaya padi ?

(a) Ya (b) Tidak

2) Apakah Anda memanfaatkan waktu dalam kegiatan usahatani budidaya padi di lahan Anda ?

(a) Ya (b) Tidak

3) Apakah Anda manfaatkan waktu anda untuk berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya ?

(a) Ya (b) Tidak

4) Apakah Anda manfaatkan waktu anda dalam berbagi informasi mengenai dunia pertanian dengan petani lain ?

(a) Ya (b) Tidak

II Percaya Diri

5) Apakah Anda mempunyai kepercayaan diri dalam berusahatani ?

(a) Ya (b) Tidak

6) Apakah Anda ingin mempunyai kepercayaan diri sendiri yang lebih besar ?

(a) Ya (b) Tidak

7) Apakah Anda termasuk orang yang banyak mendapatkan motivasi ketika berusahatani ?

(a) Ya (b) Tidak

8) Apakah Anda siap menghadapi resiko gagal panen ?

(a) Ya (b) Tidak

9) Apakah Anda merasa mudah menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan sekitar ?

(a) Ya (b) Tidak

10) Jika ada yang tidak suka terhadap ide Anda, apakah Anda akan melanjutkan


(5)

109 ide tersebut ?

11) Apakah Anda merasa bahwa Anda merupakan orang yang memiliki semangat dan inisiatif dibandingkan orang lain ?

(a) Ya (b) Tidak

12) Apakah Anda merasa tidak takut ditertawakan orang lain pada saat ide Anda ditolak ?

(a) Ya (b) Tidak

13) Apakah Anda merasa bahwa diri Anda lebih cakap dibanding orang lain ?

(a) Ya (b) Tidak

14) Apakah Anda berani berbicara dengan orang yang baru dikenal ?

(a) Ya (b) Tidak

15) Apakah Anda ingin belajar bagaimana belajar yang baik dengan orang lain ?

(a) Ya (b) Tidak

16) Apakah Anda termasuk orang yang tidak suka dipuji ?

(a) Ya (b) Tidak

17) Apakah Anda berfikir bahwa kebanyakan orang punya hak untuk menyatakan pendapat tentang Anda ?

(a) Ya (b) Tidak

18) Apakah Anda merasa bahwa Anda termasuk orang yang mudah mengerti dalam hal apa pun ?

(a) Ya (b) Tidak

19) Apakah Anda merasa senang ketika masuk ruangan dimana sudah ada beberapa orang ?

(a) Ya (b) Tidak

20) Apakah Anda ingin mudah bergaul dengan siapa pun ?

(a) Ya (b) Tidak

21) Apakah Anda dalam diskusi merasa yakin bahwa apa yang Anda bicarakan itu benar ?

(a) Ya (b) Tidak


(6)

110 diharapkan masyarakat dari Anda ?

III Kreatif dan Inovatif

23) Apakah Anda berusaha mencari ide-ide baru dalam berusahatani ?

(a) Ya (b) Tidak

24) Apakah Anda mudah menerima ide-ide baru dalam berusahatani ?

(a) Ya (b) Tidak

25) Apakah Anda selalu ingin lebih baik dalam menghasilkan sesuatu ?

(a) Ya (b) Tidak

26) Ketika telah menghasilkan ide baru, apakah Anda selalu mencari ide-ide baru berikutnya ?

(a) Ya (b) Tidak

27) Apakah Anda yakin terhadap ide-ide yang Anda hasilkan ?

(a) Ya (b) Tidak

28) Apakah Anda merasa lebih mampu berfikir jauh ke depan dari pada teman Anda dalam sebuah kelompok ?

(a) Ya (b) Tidak

29) Apakah Anda aktif mencari informasi tentang perubahan teknologi dan peraturan / kebijakan pemerintah mengenai dunia pertanian ?

(a) Ya (b) Tidak

30) Apakah Anda menyukai tantangan dalam berusahatani misalnya berani menghadapi risiko gagal panen ?

(a) Ya (b) Tidak

31) Apakah Anda telah menyiapkan tindakan-tindakan yang akan Anda lakukan jika terjadi gagal panen ?

(a) Ya (b) Tidak

32) Apakah Anda berusaha mencari tahu penyebab ketika terjadinya gagal panen ?