Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP
KADAR TRIGLISERIDA DARAH & BERAT BADAN
TIKUS Sprague-dawley YANG DIBERI PAKAN
ASAM LEMAK TRANS

ABDURRAHMAN ALI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Kitosan
terhadap Kadar Trigliserida Darah dan Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang
Diberi Pakan Asam Lemak Trans adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Abdurrahman Ali
NIM I14100031

ABSTRAK
ABDURRAHMAN ALI. Pengaruh Pemberian Kitosan Terhadap Kadar
Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley Yang Diberi Pakan
Asam Lemak Trans. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON dan PIPIH
SUPTIJAH.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap
kadar trigliserida plasma dan berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan
asam lemak trans. Penelitian merupakan Experimental study dengan desain Post
Test Only Control Group. Sampel penelitian adalah tikus Sprague-dawley jantan
berusia 2 bulan. Sampel dikelompokkan menjadi satu kelompok kontrol (K) dan
tiga kelompok perlakuan yang diberikan penambahan kitosan 0.035 g (P1), 0.045
g (P2), dan 0.055 g (P3). Pakan yang diberi adalah diet tinggi lemak berupa
margarin yang dipanaskan sebagai sumber asam lemak trans sebanyak 1.7 g per

hari selama 4 minggu. Pengukuran kadar trigliserida dilakukan pada minggu ke-2
dan ke-4 masa perlakuan serta berat badan ditimbang setiap tiga hari. Efek
pemberian margarin 1.7 g per hari dalam meningkatkan berat badan tertinggi
terjadi pada kelompok K sebesar 32.1% (63.8 g) selama dua minggu dan 54%
(107.2 g) selama empat minggu masa intervensi. Kadar trigliserida rata-rata
kelompok K (254.3±49.0 mg/dL) dan P1 (241.7±58.5 mg/dL) pada minggu kedua,
menjadi (175.3±67.7 mg/dL) pada kelompok K dan (181.3±40.1 mg/dL) pada
kelompok P1 yang tergolong hipertrigliseridemia. Pemberian kitosan menghambat
kenaikan berat badan pada kelompok P2 sebesar 53.4 g (23.3%) setelah dua
minggu dan 63.6 g (27.8%) setelah empat minggu intervensi. Pemberian kitosan
sebanyak 0.045 g (kelompok P2) menjadikan kadar trigliserida lebih rendah
(128.3±14.3 mg/dL) secara signifikan (p=0.009) dibandingkan kelompok kontrol
(K) pada minggu kedua. Hal ini menegaskan bahwa terdapat dosis optimal kitosan
yang mampu mempengaruhi berat badan dan kadar trigliserida.
Kata kunci: berat badan, kitosan, asam lemak trans dan trigliserida

ABSTRACT
ABDURRAHMAN ALI. Chitosan Effects to Triglyceride Levels and Body
Weight in Rats Sprague-dawley Fed with Trans Fatty Acid. Supervised by LEILY
AMALIA FURKON and PIPIH SUPTIJAH.

This study was aimed to analyze chitosan intake on plasma triglyceride
levels and body weight in rats Sprague-dawley fed by trans fatty acid. This study
was experimental study with Post Test Only Control Group Design. The subjects
were male Sprague-dawley rats, 2 months old. The subjects were divided in to 1
control (K) and 3 treatment groups which received chitosan as much as 0.035 g
(P1), 0.045 g (P2), and 0.055 g (P3). Fed with high-fat diet was given by melted
margarine as source of trans fatty acids as much as 1.7 g per day for 4 weeks.
Measurement of triglyceride levels was done at second week dan fourth week after
intervention and the body weight was weighed once per 3 days. The study
revealed that feeding of margarine in a dose of 1.7 g per day increased body

weight most high in K0 amount 32.1% or 63.8 g during 2 weeks and 54% or 107.2
g during 4 weeks intervention. The average of triglyceride levels K (254.3±49.0
mg/dL) and P1 (241.7±58.5 mg/dL) at second week. The average of triglyceride
levels K (175.3±67.7 mg/dL) and P1 (181.3±40.1 mg/dL) at fourth week. Both of
second and fourth week the average of triglyceride levels K and P1 were
cathegorize in hypertriglyceridemia. Chitosan intake on fed inhibited increasing
body weight on P2 (0.045 g) amount 53.4 g or 23.3% during 2 weeks and 63.6 g
or 27.8% during 4 weeks. Chitosan intake 0.045 g on P2 decreased triglyceride
levels (128.3±14.3 mg/dL) significantly than K (p=0.009) at second week. Thus,

there were an opotimum dose of chitosan influence body weight and trigliceride
levels.
Keywords: body weight, chitosan, trans fatty acids and triglyceride

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP
KADAR TRIGLISERIDA DARAH & BERAT BADAN
TIKUS Sprague-dawley YANG DIBERI PAKAN
ASAM LEMAK TRANS

ABDURRAHMAN ALI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah &
Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam
Lemak Trans
Nama
: Abdurrahman Ali
NIM
: I14100031

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon,S TP,M Si
Pembimbing I

Dr Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Juni 2014, mengangkat tema
tentang efektivitas kitosan dalam menurunkan kadar trigliserida dan berat badan
serta pengaruh konsumsi asam lemak trans terhadap kadar trigliserida dan berat
badan. Tema tersebut terangkum dalam penelitian yang berjudul Pengaruh
Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus
Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, S
TP,M Si dan Ibu Dr Pipih Suptijah,MBA selaku pembimbing serta Ibu Prof Dr
Evy Damayanthi, MS sebagai penguji atas saran, ilmu dan masukannya yang
sangat membangun serta kontribusinya selama proses penelitian dan penulisan
karya ilmiah ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada

Ayahanda Luthfi Fuad, Ibunda Lailatur Rahma, Silvi Rahmania dan Ali Maghfuri.
Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh laboran
di Laboratorium Biokimia dan Percobaan Hewan Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, IPB atas bantuan dan arahannya selama melaksanakan
analisis dalam penelitian ini. Serta semua sahabat yang selama ini telah menemani
(I Kadek Agus Hendra Dinata, Agustina, Ayu Helmi dan Fitriana Sundari) serta
teman-teman seperjuangan Gizi Masyarakat 47 IPB yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis
selama melakukan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Abdurrahman Ali

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian


2

METODE

2

Desain, Tempat dan Waktu

2

Bahan dan Alat

3

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel

3

Tahapan Penelitian


4

Teknik Pengumpulan Data

4

Analisis Kadar Asam Lemak Trans

5

Penimbangan Berat Badan Tikus

6

Teknik Pemberian Pakan

6

Teknik Pengambilan Darah


7

Pengukuran Kadar Trigliserida

7

Pengolahan dan Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Asam Lemak Trans dalam Margarin

8
8

Pakan yang Dikonsumsi

10

Berat Badan

11

Kadar Trigliserida Plasma

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jumlah tikus penelitian tiap minggu
Komposisi pakan standar BRAVO 512
Jumlah pakan yang diberikan
Kandungan asam lemak trans margarin
Jumlah pakan yang dikonsumsi per minggu
Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan
Kadar trigliserida per titik analisis darah
Rata-rata konsumsi pakan tikus per minggu
Rata-rata konsumsi kitosan
Rata-rata kadar berat badan tikus per tiga hari penimbangan
Rata-rata kenaikan berat badan tikus per dua minggu
Pengamatan hasil analisis kadar trigliserida plasma
Kandungan asam lemak trans margarin intervensi
Analisis ANOVA kadar trigliserida minggu kedua
Uji Duncan kadar trigliserida minggu kedua
Analisis ANOVA kadar trigliserida minggu keempat
Analisis T test kadar trigliserida antar waktu
Analisis T test kitosan dikonsumsi P1
Analisis T test kitosan dikonsumsi P2
Analisis T test kitosan dikonsumsi P3

3
6
7
9
10
13
14
19
19
20
20
21
22
23
23
24
25
26
26
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Tahapan penelitian
Rata-rata konsumsi kitosan per tiga hari
Rata-rata berat badan tikus per tiga hari penimbangan
Analisis asam lemak trans margarin intervensi
Kondisi masa perlakuan tikus penelitian
Proses pengambilan dan analisis darah tikus

4
11
12
27
27
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Rata-rata konsumsi pakan tikus per minggu
Rata-rata konsumsi kitosan
Rata-rata berat badan tikus per tiga hari penimbangan
Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan tikus
Kadar trigliserida plasma tikus
Analisis kandungan asam lemak margarin intervensi
Hasil analisis ANOVA dan Uji Duncan kadar trigliserida
Hasil analisis T test kadar trigliserida
Hasil analisis T test kitosan dikonsumsi
Dokumentasi kegiatan penelitian
Salinan Surat Ethical Clearance

19
19
20
20
21
22
23
25
26
27
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak trans yang tinggi
diduga dapat memicu kejadian penyakit kardiovaskuler. Kandungan asam lemak
trans dalam margarin dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida dan berat
badan hingga terjadi obesitas. Penelitian Trisviana (2012) menunjukkan bahwa
pemberian margarin 3.6 g/hari meningkatkan berat badan 64.46% dan trigliserida
31.37% selama 8 minggu. Penelitian Kavanagh et al. (2007) dan Thomson et al.
(2011) pada monyet hijau Afrika menunjukkan bahwa pemberian asam lemak
trans 8% dari total energi setiap dua kali sehari meningkatkan rata-rata berat
badan 60-125 g per tahun yang dilakukan selama enam tahun. Overweight dan
obesitas dapat memicu terjadinya hipertrigliseridemia yang merupakan salah satu
faktor penyebab penyakit jantung (Trisviana 2012). Asam lemak trans ditemukan
pada produk margarin yang dipanaskan, umumnya dijumpai pada makanan cepat
saji, kue, roti, dan makanan dengan pengolahan digoreng.
Berdasarkan penelitian, hipertrigliseridemia diduga dapat diatasi dengan
konsumsi serat (buah dan sayur), penggunaan obat-obatan tradisional maupun
modern serta konsumsi kitosan (Artanti 2008;Ruma 2006;Dasuki & Risanty
2009). Kitosan merupakan salah satu bahan yang diduga mampu menurunkan
kadar kolesterol maupun trigliserida. Kitosan merupakan hasil proses deasetilasi
kitin dalam bentuk amina polisakarida, biasa ditemukan di eksoskeleton
arthropoda, seperti cangkang kepiting dan udang (Furda 1983). Zat ini memiliki
sifat yang serupa dengan serat pangan yaitu tidak dapat dicerna oleh enzim
pencernaan mamalia serta menguntungkan dalam metabolisme lemak (Liu et al.
2007). Keberadaan lemak yang tinggi membuat kitosan mampu menghambat
absorpsi lemak tubuh (Silvani et al. 2006). Kitosan bertindak sebagai resin
penukar anion lemah yang berarti dapat menengahi efek hipokolesterolemik.
Fungsi tersebut mirip dengan zat cholestyramine yang mampu mengurangi
penyerapan kolesterol (McNamara et al. 1980) dan meningkatkan ekskresi asam
empedu (Gallaher & Franz 1990, Stanley et al. 1973).
Beberapa penelitian dengan menggunakan kitosan sebagai bahan tambahan
terbukti dapat menurunkan kolesterol maupun trigliserida. Kitosan mampu
mereduksi total kolesterol serum secara aman dan signifikan, terutama pada
wanita lanjut usia (Bokura & Kobayashi 2003). Pakan kitosan yang diberikan
pada tikus hiperkolesterolemia sebanyak 2.5% atau 5% dapat menurunkan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta menaikkan kolesterol HDL
serum (Martati & Lestari 2008). Pemberian kitosan dengan dosis 3500 mg selama
empat minggu dapat menurunkan kadar trigliserida plasma pada tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi kolesterol dengan lemak kambing
(Dasuki & Risanty 2009).
Pengaruh dari berbagai bahan yang digunakan dalam upaya mengurangi
penyerapan kolesterol hingga menurunkan kadar trigliserida menarik untuk
diketahui pada masa kini. Hal ini dikarenakan fungsi dari kitosan berhubungan
dengan hal-hal tersebut yang perlu diketahui pengaruh dan efektifitasnya lebih
jauh melalui penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

2
kitosan dalam mengurangi penyerapan kolesterol hingga menurunkan kadar
trigliserida pada makanan yang mengandung asam lemak trans yang umum
dikonsumsi masyarakat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapatkan dari pemaparan latar belakang
sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak
trans mengalami penurunan ketika diberi kitosan?
2. Bagaimana efek pemberian kitosan dengan dosis yang berbeda terhadap
kadar plasma trigliserida tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam
lemak trans dibandingkan kelompok kontrol?
3. Bagaimana efek lamanya waktu pemberian kitosan terhadap kadar plasma
trigliserida dan berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam
lemak trans?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar trigliserida plasma
dan berat badan tikus (Sprague-dawley) yang diberi pakan asam lemak trans.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis kandungan asam lemak trans dalam margarin yang dipanaskan.
2. Menganalisis pakan yang dikonsumsi tikus selama pengamatan.
3. Menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap berat badan tikus
Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans.
4. Menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar trigliserida plasma
tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans.

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini merupakan studi eksperimental, dengan desain Post Test Only
Control Group. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei selama lima
minggu, terdiri dari satu minggu masa adaptasi dan empat minggu masa
intervensi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Percobaan Hewan, Laboratorium
Percobaan Makanan lantai 2 dan Laboratorium Biokimia Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Pengujian kandungan asam lemak
trans sampel margarin intervensi dilakukan di Laboratorium Terpadu IPB.
Pengujian kadar trigliserida plasma dilakukan di Laboratorium Poliklinik
Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Kabupaten Bogor. Penelitian ini telah
mendapatkan sertifikat ethical clearance dari Komisi Etik Hewan (KEH) Fakultas
Kedokteran Hewan IPB no: 4-2014 IPB.

3
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan selama penelitian terdiri atas tikus jantan putih
(Sprague-dawley) lepas sapih berusia 2 bulan sebanyak 28 ekor, pakan standar
tikus BRAVO 512, obat cacing Drontal, serbuk kitosan, asam asetat 1% dan
aquades sebagai pelarut, serta margarin yang dipanaskan. Tikus diperoleh dari
Unit Pengembangan Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Pengambilan darah tikus menggunakan bahan berupa larutan kloroform, kapas
dan serbuk EDTA, sedangkan untuk mengukur kadar trigliserida darah tikus
digunakan reagen Cat no. 116392. Untuk analisis asam lemak trans margarin
digunakan larutan standar lemak, larutan NaOH 0.5 N dalam metanol, larutan BF3
16%, larutan NaCl jenuh, heksana, dan Na2SO4 anhidrat.
Alat yang digunakan selama intervensi terdiri dari kandang tikus, dot botol
minum tikus, timbangan analitik, blender, dan spuit 3ml. Adapun alat yang
digunakan untuk pengambilan darah tikus adalah spuit 5ml, tabung vacutiner,dan
tabung ependrof. Untuk analisis kadar trigliserida plasma digunakan peralatan
berupa sentrifuse, spektrofotometer jenis MD-150A Biochemical Analyzer dan
tabung vacutiner. Pengukuran kadar asam lemak trans margarin intervensi
digunakan Gas Chromatografi.
Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel tikus dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu 1) kelompok kontrol
(K), 2) kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan 0.035 g (P1), 3) kelompok
perlakuan dengan pemberian kitosan 0.045 g (P2), dan 4) kelompok perlakuan
dengan pemberian kitosan 0.055 g (P3). Kriteria inklusi sesuai ciri fisik tikus
normal dan sehat yaitu umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 g, lincah, berbulu
lembut, bersih, lebat, mengkilat tidak rontok dan mulus, mata terbuka, kulit putih
kemerahan (Luthfiyah & Widjajanto 2011). Besar sampel pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus Federer dalam Maryanto (2013) :
(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
Keterangan :
n
= Jumlah sampel tiap kelompok
t
= Jumlah kelompok
Dengan jumlah rancangan 4 kelompok (1 kontrol dan 3 perlakuan), maka
sampel minimal tiap kelompok adalah enam ekor. Dalam penelitian ini digunakan
tujuh ekor tikus per kelompok sehingga secara keseluruhan jumlah tikus yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 28 ekor tikus.
Tabel 1 Jumlah tikus penelitian tiap minggu menurut kelompok perlakuan
Minggu ke1
2
3
4

K
7
7
4
4

P1
7
7
4
4

P2
7
7
4
4

P3
7
7
4
4

4
Tahapan Penelitian
Penelitian ini didahului dengan masa adaptasi selama seminggu. Selama
masa adaptasi, tikus diberikan pakan BRAVO 512. Setelah masa adaptasi, tikus
ditimbang dan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan. Berat
badan antar tikus pada satu kelompok kurang lebih 10 g. Tikus dengan rata-rata
berat badan paling kecil dijadikan sebagai kontrol dan sisanya adalah kelompok
perlakuan. Selama masa perlakuan 28 hari, tikus diberi pakan yang terdiri dari
pakan standar, margarin yang dipanaskan dan kitosan. Setelah masa intervensi 14
dan 28 hari, tikus dimatikan dan diambil darah dari jantung untuk pengukuran
kadar trigliserida (Gambar 1).
Tikus jantan Sprague-dawley lepas sapih, berusia sekitar
2 bulan, berat 150-250 gram
Adaptasi selama 7 hari dengan diberikan pakan standar (bentuk pelet)
Berat badan awal tikus ditimbang untuk menentukan pengelompokan
Setelah masa adaptasi, tikus putih (Sprague-dawley) dibagi dalam 4 kelompok:
kontrol negatif (K) dan kelompok perlakua P1, P2 dan P3.

Kelompok kontrol
(K, 7 ekor) : Pakan
standar + margarin
dipanaskan

P1 (7 ekor) :
Pakan standar +
margarin dipanaskan
+kitosan 0.035 g

P2 (7 ekor) :
Pakan standar +
margarin dipanaskan
+kitosan 0.045 g

P3 (7 ekor) :
Pakan standar +
margarin dipanaskan
+kitosan 0.055 g

Pemberian pakan sesuai kelompok selama 14 atau 28 hari pada masing-masing kelompok
Penimbangan berat badan tikus setiap 3 hari selama 14 dan 28 hari perlakuan
Penimbangan pakan yang diberikan dan pakan sisa setiap hari
Euthanasi tikus, darah diambil dari jantung setelah minggu kedua/keempat intervensi.
Pengukuran kadar trigliserida plasma

Gambar 1 Tahapan penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer, terdiri dari data kandungan
asam lemak trans margarin intervensi, data berat badan tikus, data pakan yang
dikonsumsi, dan kadar trigliserida plasma. Data kandungan asam lemak trans
pada sampel margarin dipanaskan didapatkan dari hasil analisis di Laboratorium
Terpadu IPB. Data berat badan diambil dengan menimbang berat tikus setiap tiga

5
hari. Data pakan yang dikonsumsi didapatkan dengan mengurangkan data pakan
yang diberikan dengan pakan sisa dan ditimbang setiap hari. Data kadar
trigliserida plasma tikus Sprague-dawley diukur dengan mengambil darah tikus
dari jantung setelah dua minggu dan empat minggu masa perlakuan.
Analisis Kadar Asam Lemak Trans
Kadar asam lemak trans pada sampel margarin diketahui dengan
menganalisis total kandungan asam lemak di Laboratorium Terpadu IPB
menggunakan metode Gas Chromatography (GC-FID). Sampel yang diujikan
adalah sampel margarin yang diintervensikan, yang kemudian dipanaskan
berulang selama 3x pada suhu >180°C, selama 10 menit dan waktu pendinginan 5
menit setiap ulangan. Sampel didinginkan dan dimasukkan dalam botol plastik
dengan tutup dibungkus plastik parafilm untuk mencegah oksidasi.
Tahapan metode Gas Chromatography, mula-mula lemak/minyak
dihidrolisis menjadi asam lemak. Sampel minyak/lemak ditimbang 20-30 mg
dalam tabung bertutup teflon. Larutan NaOH 0.5 N 1 mL ditambahkan dalam
metanol dan dipanaskan dalam penangas selama 20 menit. Larutan BF3 16% dan 5
mg/mL standar internal ditambahkan lalu dipanaskan selama 20 menit. Setelah itu
didinginkan dan ditambahkan 2 mL NaCl jenuh serta 1 mL heksana lalu dikocok.
Lapisan heksana dipipet dan dipindahkan dalam tabung berisi 0.1 g Na2SO4
anhidrat dan dibiarkan selama 15 menit. Fase cair dipisahkan dan diinjeksikan
dalam kromatografi gas. Tahap selanjutnya transformasi menjadi bentuk ester
yang bersifat lebih mudah menguap. Transformasi dilakukan dengan cara metilasi
sehingga diperoleh metil ester asam lemak (FAME) yang kemudian dianalisis
menggunakan alat kromatografi gas (Sartika 2009). Pengukuran masing-masing
komponen dalam sampel untuk metode internal standar dihitung dengan cara
berikut:
Cx = Ax . R . Cs
As
Jumlah kandungan komponen dalam sampel untuk metode eksternal
standar dilakukan dengan preparasi yang sama, hanya contoh dan standar
dilakukan secara terpisah dan tidak ada penambahan larutan standar dalam contoh.
Pengukuran dihitung dengan cara berikut:
Ax x C standar x V contoh x 100%
As
100
gram contoh
keterangan:
Cx
: Konsentrasi komponen X
Cs
: Konsentrasi standar internal
Ax
: Luas puncak komponen X
As
: Luas puncak standar internal
R
: Respon detektor terhadap komponen x relatif terhadap standar

6
Penimbangan Berat Badan Tikus
Salah satu efek dari konsumsi asam lemak trans yang berlebih adalah
meningkatnya cadangan lemak di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi
berat badan. Selama masa penelitian berat badan tikus ditimbang setiap tiga hari,
dan dicatat perubahannya. Hal ini ditujukan untuk melihat pengaruh dari
konsumsi asam lemak trans yang diberikan terhadap peningkatan berat badan
tikus penelitian. Hasil pencatatan berat badan tikus dirata-ratakan per kelompok
sejak akhir masa adaptasi sampai pada akhir masa intervensi.
Teknik Pemberian Pakan
Pada masa adaptasi selama satu minggu tikus diberikan pakan standar
BRAVO 512 dan minum air secara ad libitum. Pada masa perlakuan 14 dan 28
hari, tikus kontrol diberikan pakan standar BRAVO 512 dan margarin cair yang
dipanaskan. Pada kelompok perlakuan diberikan pakan yang sama dengan kontrol
dan ditambahkan kitosan sebanyak 0.035 g (kelompok P1), 0.045 g (P2) dan
0.055 g (P3). Pakan diberikan setiap sore hari secara ad libitum. Berat pakan yang
diberikan dan sisa pakan yang tidak dimakan ditimbang setiap hari. Pemilihan
pakan standar BRAVO 512 sebagai pakan tikus karena alasan kemudahan untuk
didapatkan. Komposisi pakan standar BRAVO 512 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi pakan standar BRAVO 512
Nutrisi Pakan
Air
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
Abu
Kalsium
Fosfor
M.E
1
2

Komposisi1
Maks 12%
19.5-21.5%
Min 5%
Maks 5%
Maks 7%
0.9-1.1%
0.6-0.9%
3125 kkal/kg

Komposisi2
10.49%
20.67%
7.6%
1.94%
-

Kemasan Comfeed pakan tikus PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia Fak. Peternakan Unand (Luthfiyah & Widjajanto 2011)

Pembuatan pakan dilakukan setiap hari dengan cara diblender agar semua
bahan, terutama kitosan dapat tercampur secara merata. Pakan dibuat secara
terpisah untuk masing-masing kelompok. Jumlah pakan yang diberikan pada tikus
selama penelitian terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah pakan yang diberikan menurut kelompok perlakuan
Jenis Pakan
Pakan BRAVO 512
Margarin Cair
Kitosan
Asam Asetat 1% v/v

K
20 g
1.7 g
0
0

P1
20 g
1.7 g
0.035 g
0.7 ml

P2
20 g
1.7 g
0.045 g
0.9 ml

P3
20 g
1.7 g
0.055 g
1.1 ml

7
Kebutuhan pakan tikus per ekor sebesar 20 g/hari (Hernowati et al. 2009).
Dalam penelitian ini diet yang diberikan adalah diet tinggi lemak (>30%
kebutuhan energi). Berdasarkan kandungan nutrisi pakan BRAVO 512 maka
jumlah energi yang terkandung dalam 20 g pakan yang diberikan adalah 62.5
kkal. Sementara itu, dari Tabel 2 diketahui bahwa komposisi lemak pakan standar
BRAVO 512 adalah 7.6%, sehingga komposisi lemak dari 20 g pakan yang
diberikan adalah 1.52 g atau setara dengan 13.68 kkal. Jumlah tersebut berarti
memenuhi 21.9% kebutuhan total energi sehari tikus 62.5 kkal.
Dengan demikian, untuk memenuhi syarat pakan tinggi lemak, diperlukan
tambahan lemak minimal sebanyak 8.1% yang didapatkan dari margarin. Dalam
penelitian ini margarin yang ditambahkan sebanyak 1.7 g. Dari label kemasan
margarin diketahui bahwa dalam 25 g margarin terdapat 20 g lemak, sehingga
dalam 1.7 g margarin terdapat kandungan lemak 1.36 g atau setara 12.42 kkal.
Jumlah tersebut berarti memenuhi 19.9% total kebutuhan energi sehari tikus.
Dengan demikian, lemak yang terdapat pada pakan tikus adalah 26.1 kkal atau
setara dengan 41.8% kebutuhan energi sehari tikus.
Kitosan yang ditambahkan pada pakan kelompok perlakuan (P1, P2, dan
P3) sesuai penelitian Dasuki dan Risanty (2009) dengan dosis masing-masing
sebanyak 0.035 g, 0.045 g, dan 0.055 g. Kitosan sebanyak 1 g akan tepat jenuh
dalam 20 ml asam asetat 1%, lalu diencerkan menggunakan aquades sampai 100
ml. Maka untuk melarutkan kitosan 0.035 g, 0.045 g, dan 0.055 g sampai tepat
jenuh diperlukan asam asetat 0.7ml, 0.9 ml, dan 1.1 ml.
Teknik Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan pada minggu ke-2 dan minggu ke-4 masa
perlakuan. Setiap pengambilan darah digunakan tiga ekor tikus dan satu ekor
sisanya digunakan sebagai cadangan. Tikus dieuthanasi dengan cairan kloroform
yang ada pada kapas dalam chamber tertutup. Pengambilan darah tikus dilakukan
melalui jantung tikus sebanyak 3cc dalam spuit 5cc. Darah disimpan dalam
tabung vacutiner kemudian disetrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1015 menit. Plasma darah diambil setelah diendapkan selama beberapa menit.
Pengukuran Kadar Trigliserida Plasma
Proses analisis kadar trigliserida plasma dimulai dengan menyiapkan tiga
tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan reagen kit trigliserida dari PT.
Rajawali Nusindo (cat-noμ 1163λ2) sebanyak 500 l. Tabung kedua diisi dengan
reagen trigliserida sebanyak 500 l ditambah 5 l larutan standar trigliserida.
Tabung ketiga diisi dengan sampel plasma darah sebanyak 5 l. Tiap tabung
dilakukan proses inkubasi selama 10 menit agar larutan homogen. Pembacaan
ketiga tabung diukur menggunakan spektrofotometer Viccos MD-150A
Biochemical Analyzer dengan =546 nm.
Sampel dilarutkan dalam metilen klorida panas. Bahan yang tidak terlarut
dihilangkan dengan sentrifugasi. Pelarut metilen klorida kemudian diuapkan, dan
adanya gliserol dalam sampel ditentukan oleh tes enzimatik. Trigliserida adalah
hasil hidrolisis pertama dengan menggunakan enzim lipoprotein lipase untuk
gliserol dan asam lemak bebas. Gliserol kemudian terfosforilasi oleh adenosin

8
trifosfat (ATP) membentuk gliserol-3-fosfat (G-3-P) dan adenosine-5-difosfat
(ADP) dalam reaksi dikatalisis oleh kinase gliserol (GK). G-3-P kemudian
dioksidasi oleh oksidase gliserol fosfat (GPO) menjadi dihidroksiaseton fosfat
(DAP) dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida mengkatalisis reaksi
4-aminoantipyrine (4-AAP) dengan natrium N-etil-N-(3-sulfopropyl)-m-anisidine
(ESPA) membentuk pewarna quinoneimine. Warna merah muda berubah menjadi
warna ungu menunjukkan adanya trigliserida dalam sampel dianalisis.
Lipase

Trigliserida –––––––––––→ Gliserol + Asam lemak
GK

Gliserol + ATP ––––––––→ Gliserol-3-Fosfat + ADP
GPO

Gliserol-3-Fosfat + O2 ––––→ Dihydroxyaceton Fosfat + H2O2
POD

H2O2 + 4-Aminoantipyrine → Quinoneimine + HCl + H2O + 4-Chlorofenol
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel
dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 16 for Windows. Tahap
pengolahan data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning, dan
selanjutnya dianalisis. Analisis statistik yang digunakan adalah ANOVA dan uji
beda T-test.
Acuan kadar trigliserida yang digunakan sesuai nilai fisiologis pada tikus
jantan. Hipertrigliseridemia merupakan kondisi kadar trigliserida melebihi batas
trigliserida normal, yaitu 26-145 mg/dL (Malole & Pramono 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Asam Lemak Trans dalam Margarin
Margarin atau oleo margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa,
bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan
emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan kandungan lemak tidak kurang dari
80% (Winarno 2008). Margarin mengandung 11-49% asam lemak trans,
sementara beberapa cooking fats terkadang memiliki persentase lebih tinggi.
Margarin lunak dalam kemasan plastik atau kertas memiliki asam lemak trans
lebih rendah dari margarin padat atau batangan (Doyle 1997). Produk daging dan
susu ruminansia juga ditemukan asam lemak trans, namun dalam jumlah sedikit
dan bersifat alami (Fenney 2008; Juan 2009).
Sumber utama asam lemak trans adalah minyak nabati yang dihidrogenasi
sebagian guna menghasilkan cooking fats dan margarin (Doyle 1997). Proses
hidrogenasi mengubah minyak dalam bentuk cair menjadi setengah padat dalam
industri makanan (Silalahi & Nurbaya 2011). Proses hidrogenasi melibatkan
penggunaan temperatur tinggi, tekanan dan katalis. Asam lemak tidak jenuh
dalam minyak nabati berikatan dengan permukaan katalis pada suatu ikatan
rangkap terbuka. Penambahan hidrogen tersebut akan menjenuhkan ikatan. Akan
tetapi ikatan tersebut tidak stabil, sehingga jika asam lemak dilepaskan sebelum
penjenuhan, ikatan dapat diregenerasi baik dengan konfigurasi cis maupun trans

9
melalui beragam temperatur, tekanan, katalis, lama proses serta jenis minyak yang
menghasilkan lemak dengan karakteristik yang berbeda-beda (Doyle 1997).
Asam lemak tidak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Molekul akan
bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam
bentuk trans. Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan
kemungkinan terjadinya isomer pada posisi ikatan rangkap. Umumnya isomer
trans dapat terbentuk dalam keadaan panas saat hidrogenasi atau karena katalis
lain (Winarno 2008). Proses penghilangan bau dari minyak nabati dengan
menggunakan temperatur tinggi juga memicu perubahan konfigurasi dari cis
menjadi trans. Perubahan isomer asam lemak menjadi konfigurasi trans terjadi
setelah pemaparan hingga 280°C. Pada temperatur di bawah kondisi tersebut,
asam lemak trans akan terbentuk sebanyak 3-6% (Doyle 1997).
Dalam penelitian ini, margarin yang diintervensikan merupakan margarin
cair yang telah dipanaskan pada suhu >180°C selama 10 menit dengan 3x ulangan
dan waktu pendinginan 5 menit antar ulangan. Hal ini dilakukan untuk
menstimulasi pembentukan ikatan trans pada kandungan asam lemak yang
menggantikan ikatan cis pada suhu 180°C dan jumlahnya meningkat seiring
kenaikan suhu (Wardlaw dan Kessel 2002). Menurut Sartika (2009), jumlah asam
lemak trans elaidat meningkat sejalan dengan pengulangan pemanasan ke-2 dan
ke-3 serta menurun pada pengulangan ke-4. Hasil pengukuran kadar asam lemak
trans pada margarin intervensi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan asam lemak trans margarin yang diberikan
Asam lemak trans
Asam elaidat (w/w)
Asam linolelaidat (w/w)

Komposisi1
0%
0%

Komposisi2
1.41%
0.17%

Komposisi3
< 1.0%
< 1.5%

1

Kandungan margarin menurut label pangan kemasan
Hasil analisis Laboratorium Terpadu IPB
3
Ambang batas menurut O’Brien (2003) dan EFSA (2012)
2

Hasil pengukuran asam lemak trans menunjukkan kandungan asam elaidat
(1.41% w/w) dan asam linolelaidat (0.17% w/w). Total kandungan asam lemak
trans dalam margarin yang digunakan intervensi adalah 1.58% w/w atau 0.0215 g
yang berarti sama dengan 0.193 kkal. Dengan demikian asam lemak trans
berkontribusi pada total energi lemak pakan sebesar 0.74%. Nilai tersebut
tergolong rendah berdasarkan Silalahi (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi
asam lemak trans tergolong tinggi jika dikonsumsi lebih dari 6%, sedang jika
merupakan 4.5%, dan rendah jika 2% dibandingkan terhadap total energi lemak.
Menurut Wardlaw dan Kessel (2002), pengaruh konsumsi asam lemak tidak
jenuh (trans) memiliki dampak serius terhadap kesehatan terutama penyakit
jantung koroner (PJK). Silalahi dan Tampubolon (2002) menyatakan bahwa setiap
kenaikan 2% asupan energi dari asam lemak trans akan meningkatkan resiko PJK
sebesar 93%; sementara penggantian dengan asam lemak tidak jenuh konfigurasi
cis, justru menimbulkan pengaruh positif bagi kesehatan, yaitu setiap penggantian
2% asam lemak trans dengan asam lemak cis akan mengurangi resiko PJK
sebesar 53%.

10
Pakan yang dikonsumsi
Jumlah konsumsi pakan per minggu terdapat pada Tabel 5. Pakan yang
dikonsumsi tikus didapatkan dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan
sisa pakan. Pengamatan pada dua minggu pertama menunjukkan kelompok P3
memiliki rata-rata konsumsi pakan paling rendah pada minggu pertama, yaitu 53.7
g/hari atau hanya 96.6% pakan yang diberikan. Persentase konsumsi pakan paling
tinggi terlihat pada kelompok P2 sebesar 98% pakan yang diberikan atau 54.3
g/hari. Adapun pada minggu kedua, kelompok P2 memiliki rata-rata konsumsi
pakan paling rendah yaitu 49.8 g/hari atau hanya 94.7% pakan yang diberikan.
Rata-rata sisa pakan hasil penimbangan tiap kelompok menunjukkan pada rentang
1.1-2.8 g/hari selama dua minggu. Kelompok P3 memiliki rata-rata sisa pakan
paling banyak yaitu 1.9 g/hari pada minggu pertama sedangkan kelompok P2 dan
P3 memiliki rata-rata sisa pakan paling banyak 2.8 g/hari pada minggu kedua.
Tabel 5 Jumlah pakan yang dikonsumsi tikus per minggu
Minggu keMinggu 1 (n=6)
Pakan (g/hari)
Sisa (g/hari)
Konsumsi (g/hari)
Konsumsi (%)
Minggu 2 (n=6)
Pakan (g/hari)
Sisa (g/hari)
Konsumsi (g/hari)
Konsumsi (%)
Minggu 3 (n=3)
Pakan (g/hari)
Sisa (g/hari)
Konsumsi (g/hari)
Konsumsi (%)
Minggu 4 (n=3)
Pakan (g/hari)
Sisa (g/hari)
Konsumsi (g/hari)
Konsumsi (%)

K

P1

P2

P3

51.4
1.6
49.8
96.9

56.1
1.3
54.8
97.7

55.4
1.1
54.3
98.0

55.6
1.9
53.7
96.6

51.4
2.2
49.2
95.7

54.0
1.2
52.8
97.8

52.6
2.8
49.8
94.7

54.2
2.8
51.4
94.8

50.9
2.1
48.8
95.9

52.2
0.6
51.6
98.9

52.2
3.1
49.1
94.1

54.5
1.0
53.5
98.2

51.8
3.7
48.1
92.9

59.5
1.8
57.7
97.0

59.4
8.9
50.5
85.0

57.0
2.0
55.0
96.5

Hasil pengamatan sampai minggu keempat konsumsi pakan kelompok P2
cenderung rendah dibandingkan kelompok lain. Pada minggu ketiga konsumsi
pakan kelompok P2 hanya 49.1 g/hari atau 94.1% dari pakan yang diberikan dan 50.5
g/hari atau 85% pakan yang diberi pada minggu keempat. Kelompok P2 memiliki ratarata sisa pakan paling banyak yaitu, 3.1 g/hari pada minggu ketiga dan 8.9 g/hari
pada minggu keempat. Rata-rata sisa pakan pada tikus kelompok P2 cenderung
bertambah mulai minggu kedua dan pada minggu keempat menunjukkan sisa

11
pakan paling banyak. Rata-rata sisa pakan hasil penimbangan tiap kelompok pada
rentangan 0.6-8.9 g/hari selama empat minggu. Keadaan ini dikhawatirkan
mempengaruhi jumlah kitosan yang dicampurkan dalam pakan tidak dikonsumsi
secara optimal dikarenakan masih meninggalkan sisa pakan. Rata-rata jumlah
kitosan yang dikonsumsi per tiga hari terdapat pada Gambar 2.

Kitosan dikonsumsi (gram)

0,0550
0,0500
0,0450
0,0400
0,0350
0,0300

3

6

9

12

15

18

21

24

27

P1

0,0340

0,0341

0,0343

0,0341

0,0339

0,0342

0,0349

0,0327

0,0350

P2

0,0440

0,0444

0,0431

0,0429

0,0417

0,0426

0,0424

0,0372

0,0391

P3

0,0531

0,0531

0,0522

0,0526

0,0517

0,0540

0,0549

0,0529

0,0534

Gambar 2 Rata-rata kitosan yang dikonsumsi tikus per 3 hari pengamatan
Kitosan yang diberikan dicampurkan dalam pakan serta digunakan untuk
mempengaruhi berat badan dan kadar trigliserida plasma tikus. Jumlah kitosan
yang dikonsumsi didapatkan dari pengurangan kitosan yang diberikan terhadap
kitosan sisa. Penentuan jumlah kitosan sisa dihitung dari kitosan yang diberikan
dikalikan sisa pakan dibagi dengan pakan yang diberikan. Hasil perhitungan
didapatkan jumlah kitosan dikonsumsi per tiga hari. Konsumsi kitosan kelompok
P1 paling banyak pada hari ke-27 yaitu 0.0350 g dan konsumsi paling sedikit pada
hari ke-24 sebanyak 0.0327 g. Konsumsi kitosan paling banyak kelompok P2
terdapat pada hari ke-6 sebanyak 0.0444 g dan konsumsi paling sedikit pada hari
ke-24 sebanyak 0.0372 g. Konsumsi kitosan kelompok P3 paling banyak pada
hari ke-21 sebanyak 0.0549 g dan konsumsi paling sedikit pada hari ke-15
sebanyak 0.0517 g.
Berat Badan
Salah satu efek dari konsumsi asam lemak trans yang berlebih adalah
meningkatnya cadangan lemak di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi
berat badan. Rata-rata berat badan tikus setiap minggu terdapat pada Gambar 3.

12

330,0

Berat badan (g)

310,0

(P3) y = 8.5494x + 238.4
290,0

(P2) y = 8.7074x + 230.93
270,0
250,0

(P1) y = 12.819x + 203.45
230,0

(K) y = 12.713x + 196.62
210,0
190,0

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

K0

198,6

219,8

235,6

250,5

262,3

283,5

294,5

302,9

313,0

304,7

P1

208,5

227,4

243,1

254,8

270,9

290,0

296,8

309,7

320,5

318,0

P2

229,1

243,4

257,9

268,2

282,5

294,5

300,1

303,0

308,3

301,2

P3

237,8

252,4

265,6

277,6

291,4

291,0

300,6

307,9

316,5

313,6

Gambar 3 Rata-rata berat badan tikus per 3 hari penimbangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan tikus mengalami
pertambahan setiap kali penimbangan. Hal ini dapat diketahui dari slope yang
bergerak positif pada Gambar 3. Pertambahan berat badan pada tikus diduga
berkaitan dengan pemberian asam lemak trans dari produk margarin yang
dicampurkan dalam pakan. Hal ini sejalan dengan Trisviana (2012), bahwa
kandungan asam lemak trans dalam margarin yang dicairkan dan dicampurkan
dalam pakan akan mempengaruhi peningkatan berat badan dan menjadikan tikus
obesitas. Penelitian Dorfman et al. (2009) juga menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian asupan lemak trans dengan
peningkatan berat badan hewan coba.
Urutan selisih pertambahan berat badan tikus selama masa penelitian dari
yang terbesar hingga terkecil adalah kelompok K, P1, P2, dan P3. Kelompok K
memiliki selisih pertambahan berat badan lebih besar dari kelompok lainnya.
Beberapa penimbangan di minggu keempat menunjukkan penurunan berat badan
pada semua kelompok (K, P1, P2, dan P3). Hal ini dikarenakan tiga hari terakhir
pada minggu keempat tikus penelitian pada tiap kelompok banyak meninggalkan
sisa pakan sehingga berat badan berkurang saat ditimbang. Rata-rata kenaikan
berat badan tikus selama dua minggu dan empat minggu terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan tikus setelah
2 minggu dan 4 minggu intervensi
Kelompok
K
P1
P2
P3

Minggu ke-2
kenaikan (g)
persentase (%)
63.8
32.1
62.5
30.0
53.4
23.3
53.6
22.5

Minggu ke-4
kenaikan (g)
persentase (%)
107.2
54.0
101.5
48.7
63.6
27.8
92.4
38.9

13
Kenaikan berat badan dihitung dari rata-rata berat akhir penimbangan
sebelum tikus dimatikan (minggu ke-2 dan minggu ke-4) dikurangi dengan ratarata berat awal tikus setelah masa adaptasi. Pada kelompok perlakuan P1, P2, dan
P3 yang diberikan kitosan diharapan kenaikan berat badan tidak melebihi
kelompok K yang digunakan sebagai kontrol. Rata-rata kenaikan selama dua
minggu menunjukan tikus kelompok K memiliki kenaikan berat badan paling
besar yaitu 32.1% atau 63.8 g. Kenaikan berat badan paling kecil pada kelompok
P3 yaitu 22.5% atau 53.6 g. Hasil pengamatan selama dua minggu menunjukkan
kenaikan berat badan kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 lebih kecil dari
kelompok kontrol (K).
Rata-rata kenaikan berat badan paling tinggi selama empat minggu pada
kelompok K yaitu 54.0% atau 107.2 g. Kelompok P2 memiliki kenaikan paling
kecil yaitu 27.8% atau 63.6 g. Adapun kelompok P1 dan P3 memiliki kenaikan
berat badan masing-masing 48.7% (101.5 g) dan 38.9% (92.4 g) per tiga hari atau
setara dengan 1.8% (3.8 g) dan 1.4% (3.4 g) per hari. Hasil pengamatan selama
empat minggu menunjukkan berat badan kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3)
lebih kecil dari kelompok kontrol (K). Hal ini diduga pemberian kitosan
mempengaruhi pengikatan asam lemak trans dalam metabolisme lemak tikus dan
menghambat laju kenaikan berat badan selama empat minggu. Akan tetapi
persentase kenaikan berat badan semua kelompok >20% dan tergolong dalam
kondisi obesitas yang beresiko mengalami terjadinya resistensi terhadap insulin
(Trisviana 2012).
Kadar Trigliserida Plasma
Tabel 7 menunjukkan hasil analisis kadar trigliserida plasma tikus setiap
titik pengambilan darah. Trigliserida merupakan ester yang terbentuk dari alkohol
gliserol dengan lemak dan hampir seluruhnya merupakan asil gliserol campuran
(Mayes 2001a). Trigliserida juga merupakan bentuk lemak paling efisien dalam
menghasilkan energi yang penting untuk proses metabolisme yang memerlukan
energi dalam tubuh. Trigliserida umumnya ditemukan dalam sel-sel lemak dan
merupakan 99% dari volume sel (Linder & Maria 2006). Kadar trigliserida tikus
jantan normal 26-145 mg/dL (Malole & Pramono 1989). Konsumsi alkohol
berlebih, diet tinggi karbo (>60% energi), beberapa penyakit (diabetes, gagal
ginjal dan nefrosis), dan obat-obatan (steroid, esterogen, dll) merupakan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar trigliserida (NCEP 2002).
Tabel 7 Rata-rata kadar trigliserida tikus setelah 2 minggu dan 4 minggu
intervensi
Minggu keke-2
ke-4
Ket :

Kelompok
K
254.3 ± 49.0a1
175.3 ± 67.7a2

P1
241.7 ± 58.5a1
181.3 ± 40.1a2

P2
128.3 ± 14.3b1
94.7 ± 17.0a2

P3
141.3 ± 25.3c1
93.0 ± 33.0a2

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata antar kelompok
perlakuan (p145 mg/dL) dalam dua minggu dan empat minggu
pengamatan.
Perubahan kadar trigliserida dipengaruhi berat badan tikus sehingga hasil
pengukuran keduanya saling sejalan dan berkaitan. Metabolisme trigliserida
dalam tubuh akan terganggu akibat konsumsi asam lemak trans berlebih yang
menyebabkan serum trigliserida meningkat. Proses akan berlanjut pada mobilisasi
asam lemak dalam jaringan adiposa akan meningkat dan menyebabkan terjadi
ketidakseimbangan proses lipolisis dan sintesis trigliserida yang terakumulasi
dalam hati dan jaringan tubuh (Trisviana 2012).
Kitosan merupakan biopolimer yang bersifat biodegradable. dalam dunia
kesehatan kitosan dikenal sebagai absorben dalam menurunkan kadar lemak
(Wiyarsi & Priyambodo 2009). Winarno (2008), menyatakan bahan pangan yang
tidak terserap seperti serat dapat berpengaruh menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida dalam darah. Hasil menunjukkan bahwa pemberian kitosan kelompok
P2 (0.045 g) menjadikan kadar trigliserida lebih rendah (128.3±14.3 mg/dL)
secara signifikan (p=0.009) terhadap kelompok kontrol (K) pada minggu kedua.

15
Perbandingan kadar trigliserida tiap kelompok antar waktu menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna (p30% kebutuhan energi)
memberikan pengaruh pada peningkatan berat badan paling tinggi pada kelompok
K 63.8 g (32.1%) selama dua minggu dan 107.2 g (54%) selama empat minggu.
Berat badan tikus tiap kelompok tergolong obesitas karena memiliki kenaikan
>20%. Margarin yang dicairkan memiliki total kandungan asam lemak trans
1.58% w/w dan berkontribusi pada total energi lemak pakan sebesar 0.74%. Ratarata kadar trigliserida kelompok K dan P1 pada minggu kedua dan minggu
keempat pengamatan mencapai kondisi hipertrigliseridemia (>145 mg/dL). Kadar
trigliserida rata-rata Kelompok K (254.3±49.0 mg/dL) dan P1 (241.7±58.5
mg/dL) pada minggu kedua. Kadar trigliserida rata-rata kelompok K (175.3±67.7
mg/dL) dan P1 (181.3±40.1 mg/dL) pada minggu keempat.
Pemberian kitosan dalam pakan diduga menghambat kenaikan berat badan
pada kelompok P2 (0.045 g) sebesar 53.4 g (23.3%) selama dua minggu dan 63.6
g (27.8%) selama empat minggu. Pemberian kitosan kelompok P2 (0.045 g)
menjadikan kadar trigliserida lebih rendah (128.3±14.3 mg/dL) secara signifikan
(p=0.009) terhadap kelompok kontrol (K) pada minggu kedua. Kadar trigliserida
kelompok P3 (0.055 g) lebih rendah terhadap kelompok kontrol (K) pada minggu
keempat (93.0±33.0 mg/dL), namun tidak signifikan (p>0.05). penurunan kadar
trigliserida tiap kelompok terhadap lamanya waktu juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 15 61

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 5 69

Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap Kadar Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi Lemak

0 5 68

Pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar Kolesterol total tikus (sprague-dawley) yang diberi pakan tinggi asam lemak Trans

1 7 45

Efek Kitosan Dan Nanokitosan Dari Karapas Udang Dalam Mereduksi Kadar Trigliserida Tikus Sprague-Dawley

2 8 51

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 3 61

PENGARUH PEMBERIAN DIET TINGGI LEMAK TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar Trigliserida Pada Tikus.

1 2 12

PENINGKATAN KADAR NITRIC OXIDE DAN OSTEOKALSIN PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI ASAM LEMAK TRANS DOSIS TINGGI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 16

PENINGKATAN KADAR NITRIC OXIDE DAN OSTEOKALSIN PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI ASAM LEMAK TRANS DOSIS TINGGI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

PEMBERIAN KITOSAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BERAT BADAN DAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIBERI PAKAN ASAM LEMAK TRANS

0 0 8