Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap Kadar Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi Lemak

ABSTRAK
AJI AGUNG CAHYAJI. Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap
Kadar Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi Lemak.
Dibimbing oleh HERA MAHESHWARI dan SITI SA’DIAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh minyak atsiri jahe yang
diaplikasikan perinhalasi terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
High Density Lipoprotein (HDL), dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak. Delapan belas tikus putih dibagi
kedalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan K1 (diberi pakan standar)
sebagai kontrol negatif, K2 (diberi pakan tinggi lemak) sebagai kontrol positif,
dan K3 (diberi pakan tinggi lemak dan inhalasi minyak atsiri jahe). Pengambilan
darah dilakukan setelah 5 minggu perlakuan, kemudian dipisahkan serumnya.
Trigliserida, kolesterol, kolsterol HDL, dan kolesterol LDL diukur kadarnya
melalui pengujian serum. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perlakuan K3
memiliki kadar trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol LDL yang lebih rendah
dibandingkan kelompok K2. Kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan K3 lebih
tinggi dibandingkan kelompok K2. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
inhalasi minyak atsiri jahe dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
dan kolesterol LDL, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Kata kunci: trigliserida, kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, minyak atsiri
jahe.


ABSTRACT
AJI AGUNG CAHYAJI. The Effect of Ginger Essential Oil Aromatherapy on
Blood Triglyceride and Cholesterol Level of Rats That Fed High Fat Diet.
Supervised by HERA MAHESHWARI and SITI SA’DIAH.
The study aims to determine the effect of ginger (Zingiber officinale)
essential oil via inhalation on blood triglyceride, total cholesterol, High Density
Lipoprotein (HDL) cholesterol, and Low Density Lipoprotein (LDL) cholesterol
level of rats that fed high fat diet. Eighteen albino rats (Rattus norvegicus) were
devided into three treatments groups. The treatments were K1 (standard diet) as
negative control, K2 (high fat diet) as positive control, and K3 (high fat diet +
ginger essential oil inhalation). Blood samples were collected after 5 weeks of
treatment period. The result showed the level of triglyceride, cholesterol, and
HDL cholesterol at treatment K3 tend to be lower than treatment K2. LDL
cholesterol level at treatment K3 show higher result than treatment K2. From the
result of this study cocluded that inhalation of ginger essential oil can lowering
triglyceride, total cholesterol, and LDL cholesterol level and raise HDL
cholesterol level.
Keywords: triglyceride, cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, ginger
essential oil


PENGARUH AROMATERAPI MINYAK ATSIRI JAHE
TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL
DARAH TIKUS YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

AJI AGUNG CAHYAJI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Aromaterapi Minyak
Atsiri Jahe Terhadap Kadar Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi
Pakan Tinggi Lemak adalah karya saya dengan arahan pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2012
Aji Agung Cahyaji
NIM B04080098

ABSTRAK
AJI AGUNG CAHYAJI. Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap
Kadar Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi Lemak.
Dibimbing oleh HERA MAHESHWARI dan SITI SA’DIAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh minyak atsiri jahe yang
diaplikasikan perinhalasi terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
High Density Lipoprotein (HDL), dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak. Delapan belas tikus putih dibagi
kedalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan K1 (diberi pakan standar)
sebagai kontrol negatif, K2 (diberi pakan tinggi lemak) sebagai kontrol positif,
dan K3 (diberi pakan tinggi lemak dan inhalasi minyak atsiri jahe). Pengambilan
darah dilakukan setelah 5 minggu perlakuan, kemudian dipisahkan serumnya.
Trigliserida, kolesterol, kolsterol HDL, dan kolesterol LDL diukur kadarnya
melalui pengujian serum. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perlakuan K3

memiliki kadar trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol LDL yang lebih rendah
dibandingkan kelompok K2. Kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan K3 lebih
tinggi dibandingkan kelompok K2. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
inhalasi minyak atsiri jahe dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
dan kolesterol LDL, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Kata kunci: trigliserida, kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, minyak atsiri
jahe.

ABSTRACT
AJI AGUNG CAHYAJI. The Effect of Ginger Essential Oil Aromatherapy on
Blood Triglyceride and Cholesterol Level of Rats That Fed High Fat Diet.
Supervised by HERA MAHESHWARI and SITI SA’DIAH.
The study aims to determine the effect of ginger (Zingiber officinale)
essential oil via inhalation on blood triglyceride, total cholesterol, High Density
Lipoprotein (HDL) cholesterol, and Low Density Lipoprotein (LDL) cholesterol
level of rats that fed high fat diet. Eighteen albino rats (Rattus norvegicus) were
devided into three treatments groups. The treatments were K1 (standard diet) as
negative control, K2 (high fat diet) as positive control, and K3 (high fat diet +
ginger essential oil inhalation). Blood samples were collected after 5 weeks of
treatment period. The result showed the level of triglyceride, cholesterol, and

HDL cholesterol at treatment K3 tend to be lower than treatment K2. LDL
cholesterol level at treatment K3 show higher result than treatment K2. From the
result of this study cocluded that inhalation of ginger essential oil can lowering
triglyceride, total cholesterol, and LDL cholesterol level and raise HDL
cholesterol level.
Keywords: triglyceride, cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, ginger
essential oil

PENGARUH AROMATERAPI MINYAK ATSIRI JAHE
TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL
DARAH TIKUS YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

AJI AGUNG CAHYAJI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul skripsi : Pengaruh Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap Kadar
Trigliserida dan Kolesterol Darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi
Lemak
Nama
: Aji Agung Cahyaji
NRP
: B04080098

Disetujui oleh

Dr drh Hera Maheshwari, MSc
Pembimbing I

Siti Sa’diah, SSi, Apt, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini adalah “Pengaruh
Aromaterapi Minyak Atsiri Jahe Terhadap Kadar Trigliserida dan Kolesterol
darah Tikus yang Diberi Pakan Tinggi Lemak”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. drh. Hera Maheshwari, M.Sc.
dan Ibu Siti Sa’diah, Apt. M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah sabar
membimbing penulis menyelesaikan karya ilmiah ini, serta kepada Ibu drh.
Wahono Esthi Prasetyaningtyas, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran selama penulis menjalani studi di Fakultas Kedokteran
Hewan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Irmanida
Batubara dan Ibu Nunuk, S.Farm. dari Pusat Studi Biofarmaka yang telah

membantu selama pengumpulan data serta kepada teman sepenelitian, Irma
Indriani, yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada papa, mama, seluruh keluarga dan sahabat atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2012
Aji Agung Cahyaji

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Aromaterapi dan Minyak Atsiri
Jahe (Zingiber officinale)
Minyak Atsiri Jahe
Lipid

Metabolisme Lipid
Trigliserida
Kolesterol
Lipoprotein
Biologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hubungan Aromaterapi dan Penciuman
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Persiapan Hewan Coba
Pengamatan Perilaku Hewan Coba
Analisis Pakan
Pemberian Pakan dan Inhalasi Minyak Atsiri
Pengambilan Sampel Darah
Pengukuran Kadar Lipid Serum
Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Pengukuran Kadar Trigliserida
Pengukuran Kadar Kolesterol HDL
Pengukuran Kadar Kolesterol LDL

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Perilaku Tikus Terhadap Minyak Atsiri Jahe
Kadar Lipid Serum
Kadar Kolesterol Total
Kadar Trigliserida
Kadar Kolesterol LDL
Kadar Kolesterol HDL
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1

2
3
3
5
6
7
7
8
8
8
9
11
12
12
13
13
13
13
13
14
14
14
14
15
15
15
16
17
17
17
18
19
20
21
23
23
23
24
27
28

DAFTAR TABEL
1

Beberapa tanaman yang menghasilkan minyak atsiri

4

2

Klasifikasi dan spesifikasi lipoprotein

9

3

Pemberian pakan dan inhalasi minyak atsiri

14

4

Kadar lipid serum darah tikus seterlah 5 minggu perlakuan

17

DAFTAR GAMBAR
1

Rimpang jahe

6

2

Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

10

3

Proses penciuman pada sistem olfaktori

12

4

Kadar kolesterol total darah tikus setelah 5 minggu perlakuan

18

5

Kadar trigliserida darah tikus setelah 5 minggu perlakuan

19

6

Kadar kolesterol LDL darah tikus setelah 5 minggu perlakuan

20

7

Kadar kolesterol HDL darah tikus setelah 5 minggu perlakuan

21

DAFTAR LAMPIRAN
1

Komposisi pakan standar

27

2

Komposisi pakan tinggi lemak

27

3

Bahan-bahan pakan tinggi lemak

27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pola makan penduduk secara global telah berubah seiring dengan
perkembangan zaman yang disebabkan majunya teknologi pengolahan makanan.
Perubahan ini membawa dampak meningkatnya kecenderungan untuk
mengonsumsi makanan berkadar lemak tinggi yang dapat menyebabkan
timbulnya gangguan metabolisme lemak. Daryit (2003) menyatakan bahwa
asupan makanan yang tinggi kadar lemak jenuh menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol serum darah.
Masalah metabolisme lemak yang sering terjadi pada masyarakat adalah
hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol di dalam darah.
Kondisi hiperlipidemia yang berkelanjutan memicu terbentuknya atherosklerosis
yang menjadi dasar penyakit serebrovaskular dan kardiovaskular (Pon et al.
2008).
Kondisi hiperlipidemia dapat ditanggulangi dengan cara pengontrolan diet
dan pemberian obat hipolipidemik. Namun demikian pemberian obat
hipolipidemik mempunyai efikasi yang terbatas dan efek samping yang tidak
diinginkan (Kreisberg et al. 2003).
Kini masyarakat mulai beralih menggunakan terapi herbal dalam
pengobatan penyakit. Salah satu jenis terapi yang digunakan adalah aromaterapi.
Aromaterapi adalah pengobatan menggunakan wewangian yang berasal dari
ekstrak tanaman aromatik. Menurut Daniel (2000), aroma yang dihasilkan oleh
tanaman berpotensi sebagai obat karena dapat diaplikasikan dengan cara
menghirupnya melewati paru-paru kemudian efeknya akan ke otak yang akan
mempengaruhi sistem saraf pusat di otak. Ekstrak tanaman yang digunakan dalam
aromaterapi adalah minyak atsiri atau minyak esensial karena sifatnya yang
mudah menguap sehingga mudah diinhalasi.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang larut dalam lipid, sehingga
komponen-komponen minyak esensial mampu dengan cepat memasuki daerah
yang kaya lemak di dalam tubuh (Buchbauer 1993). Assaat (2011)
mengemukakan bahwa inhalasi senyawa etil-p-metoksisinamat dari minyak atsiri
kencur pada tikus Sprague Dawley mampu menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida darah.
Menurut Sharma et al. (1996), jenis tanaman aromatik lain yang
mempunyai efek hipolipidemik adalah jahe (Zingiber oficinale). Sejak zaman
dahulu, masyarakat Indonesia telah menggunakan jahe sebagai bumbu masak dan
obat tradisional. Mahendra (2005) menyatakan bahwa jahe berkhasiat untuk
mengobati batuk, kolera, dan sebagai afrodisiaka.
Melihat potensi terapeutik jahe, tidak menutup kemungkinan minyak
atsirinya dikembangkan menjadi aromaterapi untuk menurunkan kadar kolesterol
dan trigliserida darah.
.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh minyak atsiri jahe yang
diaplikasikan perinhalasi terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
High Density Lipoprotein (HDL), dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
serum darah tikus yang diberi pakan tinggi lemak.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Aromaterapi dan Minyak Atsiri
Aromaterapi merupakan bagian dari pengobatan herbal yang
menggunakan wangi-wangian yang berasal dari senyawa-senyawa aromatik,
biasanya berasal dari bahan cairan tanaman (minyak esensial). Manfaat dari
aromaterapi ini umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional, dan
spiritual (Maniapoto 2002).
Minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi dapat diekstraksi dari
tumbuhan aromatik yang memiliki kandungan minyak atsiri di dalamnya. Minyak
atsiri adalah zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak tersebut
merupakan hasil sisa dari proses metabolisme tanaman yang terbentuk karena
reaksi persenyawaan kimia. Bahan baku minyak atsiri diperoleh dari berbagai
bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, atau
rimpang (Rusli 2010). Kajian etnofarmakologi secara empirik tentang tumbuhan
aromaterapi menunjukan bahwa Indonesia memiliki 49 jenis tumbuhan aromatik,
12 jenis diantaranya digunakan secara empirik sebagai aromaterapi dengan efek
menenangkan dan menyegarkan tubuh (Sangat 1996).
Minyak atsiri memiliki komponen yang mudah menguap (volatil) pada
suhu kamar, sehingga sering disebut sebagai minyak eteris atau minyak terbang
(volatile oil). Kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik yang
membedakan minyak atsiri dari satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya. Hal ini
tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda
(Agusta 2000). Sifat lain dari minyak atsiri yaitu memiliki rasa yang getir
(pungent taste), umumnya larut dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air.
Pada tanaman yang menghasilkannya, minyak atsiri memiliki beberapa fungsi,
yaitu membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau
hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai
cadangan makanan (Ketaren 2006).
Menurut Rusli (2010), minyak atsiri sebenarnya sudah dikenal sejak
zaman Romawi dan Mesir kuno. Namun, kepopulerannya dimulai pada abad ke16. Saat itu beberapa industri penyulingan di Perancis mulai memproduksi
minyak atsiri yang berasal dari bunga lavender. Sementara itu di Indonesia,
penggunannya tanaman berbau harum ini sudah dilakukan wanita sejak zaman
kerajaan dahulu.
Selain memiliki aroma yang menenangkan, minyak atsiri juga memiliki
manfaat untuk kesehatan, seperti antiradang, antiserangga, antiflogistik, antiviral,
antifungal, sedatif, antispasmodik, stimulan, relaksan, diuretik, dan afrodisiaka
(Agusta 2000; Skaria et al. 2007). Berikut ini adalah tabel dari beberapa tanaman
yang dapat menghasilkan minyak atsiri

4
Tabel 1 Beberapa tanaman yang menghasilkan minyak atsiri
Nama
Nama Ilmiah
Bagian yang Kandungan
Tanaman
Tanaman
Digunakan
Utama
Jintan
Carum carvi
buah
carvona,
limonena
Jeruk lemon Citrus lemon
kulit buah
limonene, pinena, sitral,
-terpina

Ketumbar

Coriandum
sativum

Pala

Myristica
fragrans

Kapur barus

Cinnamona
camphora

kayu

Sereh wangi

Cymbopogon
nardus

daun

Cengkeh

Eugenia
aromatika

bunga

Jahe

Zingiber
officinale

rimpang

Adas

Foeniculum
vulgare

Sumber: Agusta 2000

buah

biji

buah

linalool, terpina,
kamfor, αpinena
sabinena, αpinena, pinena,
terpinena,
miristisin,
elemisin
kamfor,
cineol, safrol
sitronelal,
geraniol,
sitronelol,
geranil asetat
eugenol,
eugenil
asetat, kariofilena
zingiberen,
zingiberol,
shogaol,
zingeron

anetol,
fenkona,
esdragol

Manfaat
karminatif
antirematik,
antiseptik,
antispasmodik,
antibakteri,
diuretik,
antipiretik,
antihipertensi,
antijamur,
antivirus,
insektisida
karminatif,
antidiabetes

karminatif,
afrodisiaka

rubefacien

penolak serangga

anestetik,
antiiritasi,
karminatif
antiseptik,
antispasmodik,
afrodisiaka,
antihiperlipidemik,
ekspektoran,
antipiretik,
laksatif, analgesik,
antiradang
karminatif

5
Jahe (Zingiber oficinale)
Jahe (Zingiber oficinale) dikenal di daerah-daerah di Indonesia dengan
berbagai nama, seperti halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo),
sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai
(Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dan sebagainya. Taksonomi dari
tanaman ini adalah sebagai berikut
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Subdivisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Tracheobionta
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Angiospermae
: Liliopsida
: Commelinidae
: Zingiberales
: Zingiberaceae
: Zingiber
: Zingiber officinale (Paimin dan Murhananto 2007)

Jahe terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan.
Jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani,
India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika
mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe
terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
Tanaman jahe memiliki tinggi berkisar 0.5-1 meter. Tanaman ini terdiri atas
bagian akar, batang, daun, dan bunga (Paimin dan Murhananto 2007) .
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal atau
rimpang (gambar 1) tertanam kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan
pertambahan usia tanaman. Menurut Mahendra (2005), rimpang jahe bercabang
tidak teratur dengan panjang 7-15 cm, lebar 3-6 cm, dan tebal 1-2 cm. Kulit
rimpang berbentuk sisik tersusun melingkar, berbuku-buku, dan berwarna kuning
kecokelatan sampai merah tergantung jenisnya. Daging rimpang berwarna kuning
cerah, berserat, aromatik, dan mengandung banyak metabolit sekunder. Maryani
dan Kristiana (2004) menyatakan bahwa rimpang jahe mempunyai aktivitas
sebagai antiradang (anti-inflamasi), menghambat pertumbuhan bakteri
(bakteriostatik), menambah nafsu makan, dan menghangatkan badan. Oleh karena
itu, tujuan penanaman jahe adalah untuk memperoleh rimpangnya.

6

Gambar 1 Rimpang jahe (Tika 2012)
Batang jahe merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang
tersebut berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan, terdiri
atas helaian daun (Mahendra 2005).
Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput yang
besar. Daun tersebut memiliki tulang daun sejajar sebagaimana tanaman
monokotil lainnya. Panjang daun sekitar 5-25 cm dengan lebar 0.8-2.5 cm. Bila
daum mati, pangkal tangkai daun akan tetap hidup , bertunas, lalu tumbuh akar
rimpang baru (Paimin dan Murhananto 2007).
Bunga jahe merupakan bunga majemuk dengan panjang 4-7 cm dan lebar
1.5-2 cm. Bunga tersebut berwarna kuning kehijauan dan memiliki bibir bunga
berwarna ungu. Selain itu, bunga berbentuk tabung dan setiap bunga dilindungi
oleh daun pelindung (Rusli 2010).
Jahe dapat tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 900 meter di atas
permukaan laut (dpl), tetapi akan berproduksi secara optimal pada ketinggian 400800 meter dpl. Persyaratan lainnya agar jahe dapat tumbuh baik yaitu temperatur
rata-rata 25-30 oC, curah hujan pertahun 2500-4000 mm, sinar matahari 70-100%,
tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, dan pH tanah 6.8-7.4
(Kardiman 2005; Kartasubrata 2010).
Panen rimpang jahe dilakukan saat usia tanaman mencapai 9-10 bulan. Ciri
fisik dari jahe siap panen biasanya daun berubah menjadi kekuningan. Rimpang
jahe dipanen dengan cara dicabut dari tanah. Setelah itu dibersihkan dari tanah
yang menempel dan dicuci hingga bersih (Rusli 2010).
Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, jahe dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu jahe putih kecil (biasa disebut jahe sunti atau jahe emprit), jahe
putih besar (biasa disebut jahe gajah atau jahe badak), dan jahe merah. Kandungan
minyak atsiri paling tinggi ada pada rimpang jahe emprit dan jahe merah
(Kardinan 2005; Paimin dan Murhananto 2007; Kartasubrata 2010; Rusli 2010).

Minyak Atsiri Jahe
Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak
menguap (non-volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak
atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak

7
menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pahit
dan pedas.
Kandungan minyak pada setiap bagian rimpang berbeda-beda. Kandungan
minyak terbanyak di bagian bawah jaringan epidermis. Semakin ke tengah,
kandungannya semakin sedikit. Selain itu, umur juga mempengaruhi kandungan
minyaknya. Kandungan minyak meningkat sampai umur optimum 12 bulan,
kemudian semakin menurun bila lebih dari umur tersebut meskipun baunya
semakin menyengat (Paimin dan Murhananto 2007).
Komponen utama minyak atsiri jahe adalah zingiberen dan zingiberol.
Selain itu ada juga komponen lain minyak atsiri, yaitu kamferia, felandrena,
limonene, borneol, sineol, geraniol, kavikol, gingerol, shogaol, metil haptenon,
linalool, asetat, kaprilat, dan sitrat (Maryani dan Kristiana 2004).
Menurut Paimin dan Murhananto (2007), kegunaan minyak atsiri jahe
adalah sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale), industri farmasi seperti
parfum dan kosmetik, obat gosok, serta sebagai bahan penyedap (flavouring
agents).
Lipid
Lipid atau lemak adalah substansi organik yang mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen. Beberapa senyawa lipid juga mengandung nitrogen dan
sulfur. Lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik
(Hawab et al. 1989). Lipid dalam tubuh yang secara biologis penting meliputi
asam-asam lemak, trigliserida atau lemak netral, fosfolipid, kolesterol, dan
beberapa lipid lain yang kurang penting (Guyton dan Hall 1996). Lipid memiliki
banyak fungsi di dalam tubuh, namun secara khusus penting untuk sumber energi,
komponen struktural membran sel, dan substrat berbagai hormon.
Metabolisme Lipid
Metabolisme lemak di dalam tubuh meliputi dua proses, yaitu oksidasi
asam lemak dan sintesis asam lemak. Pada proses oksidasi, asam lemak dipecah
menjadi asetil-KoA. Pemecahan utama terjadi di dalam mitokondria dengan
proses -oksidasi. Asam-asam lemak rantai sedang dan pendek dapat memasuki
mitokondria tanpa kesulitan, tetapi asam lemak rantai panjang harus diikat dengan
karnitin. Asetil KoA akhirnya diubah menjadi ATP, CO 2, dan H 2 O menggunakan
siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron (Ganong 2003).
Pada proses sintesis asam lemak, banyak jaringan yang dapat mensintesis
asam lemak dari asetil-KoA. Kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam
lemak. Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma dengan menggunakan
Acyl Carrier Protein (ACP) selama sintesis sebagai titik pengikatan. Lemak juga
dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga
zat tersebut bertemu di dalam siklus Krebs. Sebagian besar pertemuannya
berlangsung melalui pintu gerbang utama siklus Krebs, yaitu asetil-KoA (Murray
et al. 2006).

8
Trigliserida
Trigliserida atau triasilgliserol adalah kelompok lipid yang terdiri atas tiga
asam lemak yang melekat pada gliserol. Pada tubuh, tiga asam lemak yang paling
sering terdapat dalam trigliserida adalah asam stearat, asam oleat, dan asam
palmitat. Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi
bagi berbagai proses metabolik (Guyton dan Hall 1996).
Trigliserida yang diperoleh dari diet dihidrolisis dipecah menjadi
monogliserida dan asam lemak bebas (free fatty acid/ FFA). Kemudian saat
melalui sel epitel usus, keduanya diesterifikasi kembali oleh cairan mukosa usus
menjadi molekul trigliserida baru yang masuk ke saluran bentuk droplet kecil
yang disebut kilomikron. Melalui saluran limfe kilomikron masuk ke sirkulasi
umum dan sampai ke kapiler jaringan adiposa dan hati dimana enzim lipase
lipoprotein memecah trigliserida dan melepaskan gliserol dan asam lemak. Asam
lemak ini kemudian berdifusi ke dalam sel lemak jaringan adiposa dan sel hati.
Sekali berada dalam sel ini, asam lemak disintesis kembali menjadi trigliserida
(Ganong 2003).
Untuk dapat menghasilkan energi, trigliserida yang telah disimpan di
jaringan adiposa harus dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol yang
kemudian ditranspor ke jaringan aktif dimana keduanya dapat dioksidasi
(Stockham dan Scott 2007).
Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol utama dalam tubuh manusia dan komponen
struktural membran sel dan lipoprotein plasma. Kolesterol sangat larut dalam
lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan mampu membentuk ester dengan
asam lemak (ester kolesterol). Di samping kolesterol diabsorbsi dari usus, yang
disebut kolesterol eksogen, sejumlah besar dibentuk dalam hepatosit dan enterosit
disebut kolesterol endogen. Kolesterol yang diabsorbsi di usus kemudian
dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa usus (Ganong
2003).
Manfaat kolesterol yang paling banyak dalam tubuh adalah membentuk
asam kolat di dalam hati, yang merupakan prekursor pembentukan asam empedu.
Selain itu, sejumlah kolesterol diedapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini
membuat kulit lebih resisten terhadap zat larut air dan juga mencegah evaporasi
tubuh. Sebagian kecil lainnya dipakai untuk membentuk berbagai hormon,
diantaranya hormon adrenokortikal, estrogen, progesteron, dan testosteron
(Guyton dan Hall 1996).
Lipoprotein
Sebagian besar lipid serum tidak bersirkulasi dalam bentuk bebas. Asam
lemak bebas terikat pada albumin, sedangkan kolesterol, trigliserida dan fosfolipid
ditranspor dalam bentuk kompleks lipoprotein. Berdasarkan densitasnya,
lipoprotein dapat dikelompokan menjadi empat kelompok utama, yaitu
chylomicron (kilomikron), very low density lipoprotein (VLDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Fungsi utama lipoprotein
adalah mengangkut komponen-komponen lipidnya di dalam darah (Ganong
2003). Perbedaan empat jenis lipoprotein dapat dilihat pada Tabel 2.

9
Tabel 2 Klasifikasi dan spesifikasi lipoprotein
Kilomikron

VLDL

LDL

HDL

< 0.95

< 1.006

1.019-1.063

1.063-1.210

85
4
2
7
1-2

52
17
7
15
9

10
37
8
23
22

4
18
2
25
51

Diameter (nm)

> 70

25-70

19-23

4-10

Tempat
pembentukan

Usus

hati

plasma (dari
VLDL)

usus dan
hati

Tempat degradasi

plasma dan
hati

plasma

sel nonhepatik, hati,
makrofag

hati

Fungsi

transport
trigliserida

transport
trigliserida

transpor
kolesterol
dan
fosfolipid ke
sel perifer

transpor
kolesterol
dari sel
perifer ke
hati

Densitas (g/ml)
Susunan (%)
Trigliserida
Kolesterol
Kolesterol ester
Fosfolipid
Protein

Sumber: Stockham dan Scott 2007
Lipoprotein juga berperan dalam etiologi kejadian atherosklerosis.
Atherosklerosis adalah suatu penyakit dari arteri dimana lesi lemak timbul pada
permukaan dalam dinding arteri (Guyton dan Hall 1996). Penyakit ini ditandai
dengan infiltrasi kolesterol dan tampilnya sel-sel busa di lesi-lesi dinding arteri.
Keadaan ini juga diikuti suatu rangkaian perubahan yang kompleks yang
melibatkan trombosit, makrofag, otot polos, dan faktor pertumbuhan yang
menghasilkan lesi-lesi proliferatif yang menyebabkan arteri berubah bentuk dan
menjadi kaku (Ganong 2003).
Faktor paling penting yang menyebabkan atherosklerosis adalah tingginya
konsentrasi kolesterol dalam plasma darah dalam bentuk LDL. Namun keadaan
ini dapat dicegah oleh adanya HDL. Menurut Moeliandari dan Wijaya (2002),
HDL memiliki aktifitas antioksidan yang dapat mencegah oksidasi dari LDL
sehingga kolesterol tidak menempel pada dinding arteri.
Biologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari
dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pangamatan laboratorik (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam
penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan,

10
toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku
(Malole dan Pramono 1989). Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu
dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibanding
dengan mamalia lainnya.
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau dikenal juga dengan Norway rat
merupakan salah satu jenis tikus yang memiliki gen albino yang sengaja
dikembangkan untuk kepentingan laboratorium. Ada beberapa galur tikus yang
biasa digunakan sebagai hewan laboratorium, antara lain Dark Agouti, Sprague
Dawley, Wistar, dan Long Evans (Harkness dan Wagner 1983). Klasifikasi tikus
putih menurut Myres dan Armitage (2004) adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Subfilum
Kelas
Subkelas
Infrakelas
Ordo
Subordo
Superfamili
Famili
Subfamili
Genus
Spesies

: Animal
: Chordata
: Vertebrata (Craniata)
: Mamalia
: Theria
: Eutharia
: Rodentia
: Myomorpha
: Muroidea
: Muridae
: Murinae
: Rattus
: Rattus norvegicus

Tikus putih dianggap efisien dan ekonomis karena mudah dipelihara serta
tidak membutuhkan tempat yang luas, tikus ini memiliki sifat yang tenang, jarang
menggigit, tidak mudah stress dan dapat menghasilkan anakan banyak (Barnet
2001). Keunggulan tikus putih dibandingkan tikus liar antara lain lebih cepat
dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih cepat
berkembang biak. Kelebihan lainnya sebagai hewan laboratorium adalah sangat
mudah ditangani, dapat ditinggal sendirian dalam kandang asal dapat mendengar
suara tikus lain dan berukuran cukup besar sehingga memudahkan pengamatan
(Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

Gambar 2 Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague
Dawley (Anonim 2010)

11
Ciri-ciri tikus putih yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit.
Telinga tikus ini tebal dan pendek dengan rambut halus. Mata tikus putih
berwarna merah. Ciri yang paling terlihat adalah ekornya yang panjang. Tikus
memiliki lama hidup berkisar antara 4-5 tahun dengan bobot badan umum tikus
jantan berkisar antara 267-500 gram dan betina 225-325 gram (Sirois 2005).
Tikus termasuk binatang pemakan segala makanan (omnivora). Walaupun
demikian, tikus cenderung untuk memilih biji-bijian (serealia) seperti jagung,
padi, dan gandum. Air sebagai sumber minuman dapat diambil dari air bebas atau
dapat diperoleh dari pakan yang banyak mengandung air. Kebutuhan air bagi tikus
tergantung dari suhu, lingkungan, aktivitas, umur, dan jenis makanan. Kebutuhan
air berkurang, jika pakan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung air. Pada
umumnya tikus makan secara teratur pada tempat tertentu. Tikus putih biasanya
membuat sarang pada tempat-tempat yang berdekatan dengan sumber makanan
dan air. Tikus bermigrasi jika terjadi kekurangan makanan pada habitat awal yang
ditempati (Priyambodo 1995).
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), masa pubertas tikus
biasanya terjadi pada umur 50-60 hari. Tikus merupakan hewan poliestrus dan
berkembang biak sepanjang tahun. Periode estrus terjadi selama dua belas jam dan
lebih sering terjadi pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Kelahiran
anak pada tikus putih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi iklim dan
cuaca yang optimal (khususnya suhu), pakan yang melimpah, sarang yang baik,
umur, dan kondisi induk yang optimal.
Kebutuhan pakan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak
10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan kering dan dapat
ditingkatkan sampai 15% dari bobot tubuhnya jika pakan yang dikonsumsi berupa
pakan basah. Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi
alami dan mudah diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan
yang diberikan pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang
tepat. Pakan ideal untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat
makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus
cukup mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin,
pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral
tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Selain nutrisi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tikus
putih sebagai hewan percobaan adalah perkandangan yang baik. Kandang yang
digunakan untuk pemeliharaan tikus biasanya berupa kotak yang terbuat dari
metal atau plastik. Tutup untuk kandang berupa kawat dengan ukuran lubang 1.6
cm2. Alas kandang terbuat dari guntingan kertas, serutan kayu, serbuk gergaji atau
tongkol jagung yang harus bersih, tidak beracun, tidak menyebabkab alergi dan
kering. Temperatur ideal kandang yaitu 18-27 oC atau rata-rata 22 oC dan
kelembaban relatif 40-70% (Malole dan Pramono 1989).
Hubungan Aromaterapi dan Penciuman
Cara inhalasi adalah cara yang efektif untuk melakukan aromaterapi
karena indera penciuman merupakan sarana komunikasi alamiah. Komponen-

12
komponen senyawa minyak atsiri yang mudah menguap dapat masuk ke dalam
rongga hidung dengan cara diinhalasi.
Proses penciuman dimulai dengan proses penerimaan molekul bau oleh
membran olfaktori. Pada membran olfaktori terdapat sel-sel olfaktori berupa
neuron yang merupakan reseptor penciuman. Ujung mukosa dari sel olfaktori
berupa silia atau rambut ke permukaan mukus. Silia inilah yang bereaksi terhadap
bau di udara dan kemudian merangsang sel-sel olfaktori. Di antara sel-sel
olfaktori pada membran olfaktori tersebar banyak kelenjar Bowman, yang
menyekresi mukus ke permukaan membran olfaktori (Guyton dan Hall 1996).
Menurut Hawkes dan Shephard (1998), reseptor penciuman di hidung berkaitan
langsung ke area limbik di otak melalui bulbus olfaktorius yang terletak di dekat
otak bagian depan. Di bulbus olfaktorius, akson reseptor penciuman berakhir di
dendrit-dendrit sel mitral untuk membentuk sinaps kompleks yang disebut
glomerolus olfaktori. Proses ini dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Proses penciuman pada olfactory system (HMI 2006)
Di dalam sistem limbik terdapat amigdala yang berperan penting dalam
respon emosi terhadap rangsangan penciuman (Buckle 2003). Aoshima dan
Hamamoto (1999) menjelaskan bahwa senyawa-senyawa minyak atsiri berikatan
pada Gamma Amino Butiric Acid (GABA). Penelitian tersebut membuktikan
bahwa komponen senyawa pada minyak atsiri yang masuk melalui hidung dapat
memodulasi transmisi syaraf dalam otak pada reseptor GABA hingga
mempengaruhi emosi.

13

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2012 hingga Agustus 2012.
Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pemberian pakan, inhalasi minyak atsiri, dan pengukuran kadar lipid serum
dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Institut Pertanian Bogor (PSB-LPPM IPB).

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak atsiri jahe 1%,
serum darah tikus, pakan standar dan pakan tinggi kolesterol (produksi PT.
Indofeed), kit Human® (produksi Gesellschaft) untuk mengukur kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, dan trigliserida; akuades, ketamin, xilazin, dan hewan coba
berupa tikus putih. Minyak atsiri jahe yang digunakan diperoleh dari PSB-LPPM
IPB. Kit yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol total dan trigliserida
berisi reagen enzim dan kit yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol
HDL berisi presipitan atau larutan pengendap.
Alat yang digunakan adalah kandang percobaan, inhalator, pipet mikro,
microplate, microtube, spuit, alat sentrifugasi, tabung reaksi, lemari pendingin,
vortex, spektrofotometer, dan timbangan digital.

Metode Penelitian
Persiapan Hewan Coba
Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus putih dengan bobot badan ratarata sekitar 200 gram/ekor. Tikus tersebut dibagi dalam 3 kelompok, yaitu
kelompok kontrol negatif (K1), kelompok kontrol positif (K2), kelompok
perlakuan (K3). K1 terdiri atas 6 ekor tikus, K2 terdiri atas 6 ekor tikus, dan K3
terdiri atas 6 ekor tikus. Proses adaptasi tikus dilakukan selama 2 minggu dengan
memberikan pakan standar pada semua kelompok tikus sebanyak 20 g/ekor/hari.
Pengamatan Perilaku Hewan Coba
Pengamatan perilaku dilakukan dengan merekam aktifitas tikus
menggunakan perekam video dan mencatat berapa kali dalam satu hari tikus
mendatangi tempat minum. Tepat di samping tempat minum tersebut diletakkan
sumber minyak atsiri, sehingga pada saat tikus minum dipastikan tikus juga
menghirup minyak atsiri.
Analisis Pakan
Pakan yang diberikan pada tikus terlebih dahulu dianalisis secara
proksimat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pakan tersebut benar-benar
dapat meningkatkan kadar lipid serum tikus.

14
Pemberian Pakan Inhalasi Minyak Atsiri
Perlakuan pada hewan coba tikus berupa pemberian pakan standar, pakan
tinggi lemak, dan inhalasi minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pemberian pakan dan inhalasi minyak atsiri*
Kelompok
Jumlah pakan
Jumlah pakan
perlakuan
standar
tinggi lemak
(g/ekor/hari)
(g/ekor/hari)
K1
20
K2
20
K3
20
Keterangan
:
tidak dilakukan perlakuan

:
dilakukan perlakuan
*
:
dilakukan selama 5 minggu.

Inhalasi minyak
atsiri


Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan setelah 5 minggu perlakuan. Tikus
dianestesi menggunakan xilazin® dan ketamin® dengan dosis masing-masing 10
mg/kg dan 100 mg/kg . Tikus kemudian difiksasi ke papan bedah pada keempat
alat geraknya. Rongga dada dibedah dan darah dalam jantung diambil sebanyak 3
ml menggunakan spuit 5 ml. Darah dimasukkan ke tabung darah. Darah yang
telah diambil disentrifugasi pada kecepatan 4000 radian/meter (rpm) selama 10
menit untuk mendapatkan serumnya.
Pengukuran Kadar Lipid Serum
Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Pengukuran kadar kolesterol total menggunakan uji kalorimetrik enzimatik
metode cholesterol oxidase p-aminophenazone (CHOD-PAP). Serum darah
diambil menggunakan pipet mikro sebanyak 0.01 mL dimasukkan dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1 mL lalu
dihomogenkan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu
kamar. Serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko.
Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol 1 mL dan akuades 0,01 mL.
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan sampel, tetapi
serum darah diganti dengan standar kolesterol. Kadar kolesterol total dihitung
menggunakan rumus:
C = A Sampel x Cst
A Standar
Dimana: C = kadar kolesterol (mg/dL)
A = serapan
Cst= kadar kolesterol standar (200 mg/dL)

15
Pengukuran Kadar Trigliserida
Pengukuran kadar trigliserida menggunakan uji kalorimetrik enzimatik
metode glycerol phospate oxidase p-aminophenazone (GPO-PAP). Serum darah
diambil menggunakan pipet mikro sebanyak 0.01 mL dimasukkan dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebanyak 1 mL lalu
dihomogenkan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu
kamar. Sebagai blanko digunakan pereaksi trigliserida 1 mL dan akuades 0,01
mL. Serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko.
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan sampel, tetapi
serum darah diganti dengan standar trigliserida. Kadar total trigliserida dihitung
menggunakan rumus:
C = A Sampel x Cst
A Standar
Dimana: C = kadar trigliserida (mg/dL)
A = serapan
Cst= kadar trigliserida standar (200 mg/dL)
Pengukuran Kadar Kolesterol HDL
Pengukuran kadar kolesterol HDL dilakukan dengan mengendapkan
kilomikron, kolesterol VLDL, dan kolesterol LDL terlebih dahulu.
Serum darah sebanyak 0,02 mL dipipet ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 0,5 mL larutan pengendap kemudian disentrifugasi selama 20 menit
pada kecepatan 4500 rpm. Pisahkan supernatannya sebanyak 0,01 ml, kemudian
ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1 mL ke dalam supernatan.
Supernatan yang jernih dipisahkan dan diuji kadar kolesterol HDL menggunakan
metode CHOD-PAP seperti pada pengukuran kolesterol total. Serapannya diukur
pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan
pereaksi kolesterol 1 mL dan akuades 0,01 mL. Hasil serapan yang diperoleh
dihitung dengan menggunakan rumus:
C = A Sampel x Cst
A Standar
Dimana: C = kadar trigliserida (mg/dL)
A = serapan
Cst= kadar kolesterol standar (200 mg/dL)
Pengukuran Kadar Koleserol LDL
Untuk menentukan kadar kolesterol LDL dilakukan dengan kalkulasi
kolesterol total, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida menggunakan rumus
Friedwald:
Kolesterol LDL = kolesterol total – kolesterol HDL – (trigliserida)
5

16
Analisis Data
Hasil pengukuran parameter dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode uji
T. Untuk memudahkan proses analisis digunakan piranti lunak SPSS 16.0.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Perilaku Tikus terhadap Aroma Minyak Atsiri Jahe
Dari hasil pengamatan perilaku dalam waktu 4 jam pengamatan, tikus
mendatangi sumber air minum dan bahkan sengaja mendatangi sumber minyak
atsiri sebanyak 36 kali. Jika diasumsikan dalam 24 jam tikus beraktivitas maka
tikus mendatangi sumber minyak atsiri sebanyak 216 kali dalam sehari. Aroma
yang ditimbulkan oleh minyak atsiri jahe menjadi sumber ketertarikan tikus yang
ditandai dengan mendekati dan mencium sumber minyak atsiri tersebut.
Tikus memiliki indera penciuman yang berkembang dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan aktivitas tikus menggerak-gerakkan kepala serta mendengus
pada saat mencium bau pakan, tikus lain, atau musuhnya (predator). Penciuman
tikus yang baik ini juga bermanfaat untuk mencium urin dan sekresi genitalia.
Dengan kemampuan ini tikus dapat menandai wilayah pergerakan tikus lainnya,
mengenali jejak tikus yang masih tergolong dalam kelompoknya, mendeteksi
tikus betina yang sedang estrus (birahi) dan mendeteksi anaknya yang keluar dari
sarang berdasarkan urin yang dikeluarkan oleh anaknya (Priyambodo 1995).
Barnett dan Spencer (2001) menyatakan bahwa tikus memiliki 500 hingga
1000 jenis reseptor penciuman. Selain itu, tikus juga memiliki organ untuk
membantu mendeteksi bau yang disebut organ vomeronasal. Fungsi utama organ
vomeronasal adalah untuk mendeteksi feromon, namun organ ini dapat juga
mendeteksi molekul volatil lain. Saat tikus mengendus, molekul bau dari
lingkungan menempel pada mucus hidung kemudian disampaikan ke organ
vomeronasal.

Kadar Lipid Serum
Hasil pengujian kadar lipid serum menunjukkan bahwa kadar kolesterol
total, kadar trigliserida, kadar kolesterol LDL berbeda signifikan dari setiap
kelompok perlakuan, sedangkan kadar kolesterol HDL tidak menunjukkan
perbedaan signifikan. Kadar lipid serum darah tikus setelah 5 minggu pada setiap
kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kadar lipid serum darah tikus setelah 5 minggu perlakuan
Kelompok Kadar Kolesterol

Kadar Trigliserida

Kadar kolesterol

Kadar kolesterol

perlakuan

total (mg/dL)

(mg/dL)

LDL (mg/dL)

HDL (mg/dL)

K1

70.13 ± 11.62a

46.56 ± 7.62a

28.84 ± 10.50a

31.97 ± 12.00a

K2

104.76 ± 9.28b

74.00 ± 13.37b

61.68 ± 8.92b

28.28 ± 11.74a

K3

89.92 ± 9.24c

43.65 ± 10.12c

45.05 ± 11.65c

36.18 ± 12.14a

18
Kadar Kolesterol Total
Kadar kolesterol total merupakan gabungan dari semua kolesterol yang ada
di dalam darah. Piliang dan Djojosoebagyo (2006) menyatakan bahwa kolesterol
yang terdapat di dalam darah berasal dari makanan (kolesterol eksogen) dan dari
sintesis di dalam tubuh (kolesterol endogen), meskipun di dalam tubuh tidak dapat
dibedakan antara kolesterol eksogen dan endogen.
Kadar kolesterol total pada kelompok tikus yang diberikan pakan standar
masih berada dalam kadar normal yaitu 70.13 ± 11.62 mg/dL. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988), kadar normal kolesterol total pada tikus adalah 40-130
mg/dL. Kadar kolesterol total pada tikus yang diberikan pakan tinggi lemak
(104.76 ± 9.28) lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan
pakan standar, meskipun masih dalam kadar normal. Peningkatan kadar kolesterol
total tersebut sebesar 49,44% menunjukkan perbedaan yang signifikan. Cullen
(2000) menyatakan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, dan trigliserida yang menyebabkan meningkatnya risiko
kejadian penyakit jantung koroner.
Kadar kolesterol total tikus yang diberikan pakan tinggi lemak dan juga
diberikan inhalasi minyak atsiri kadarnya lebih rendah (89.92 ± 9.24)
dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan pakan tinggi lemak (104.76 ±
9.28). Perbedaan kadar kolesterol total yang terjadi pada kedua perlakuan tersebut
sebesar 16.52%.
Perbedaan kadar kolesterol total setelah 5 minggu pada setiap kelompok
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Kadar Kolesterol Total
(mg/dL)

140
120
100
80
60
40
20
0
pakan standar pakan tinggi pakan tinggi
lemak
lemak dan
minyak atsiri
Kelompok Perlakuan

Gambar 4 Kadar kolesterol total darah tikus setelah 5 minggu perlakuan
Menurut Tanabe et al. (1993), penurunan kadar kolesterol total terjadi
karena komponen minyak atsiri jahe mempengaruhi sintesa asam empedu
kolesterol di hati. Melalui penelitiannya Tanabe et al. (1993) menyatakan bahwa
beberapa senyawa yang diisolasi dari jahe seperti (E)-8 beta, 17-epoxyllabed-12ene-15, 16-dial mempengaruhi biosintesis kolesterol di hati pada mencit
hiperkolesterolemik. Asam empedu dibuat dari kolesterol, rangsangan untuk
eksresi asam empedu berarti semakin banyak kolesterol yang dimanfaatkan untuk
dibuat asam empedu, sehingga kolesterol total menurun.

19

Kadar Trigliserida
(mg/dL)

Kadar Trigliserida
Kadar trigliserida pada kelompok tikus yang diberikan pakan standar masih
berada dalam kadar normal yaitu 46.56 ± 7.62 mg/dL. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) serta Suckow et al. (2006), kadar normal trigliserida pada
tikus adalah 25-145 mg/dL. Kadar trigliserida pada tikus yang diberikan pakan
tinggi lemak (74.00 ± 13.37) lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang hanya
diberikan pakan standar. Perbedaan kadar trigliserida tersebut sebesar 58.93% dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Peningkatan kadar trigliserida dapat
terjadi pada pemberian pakan tinggi lemak. Menurut Damron (2003), kadar
trigliserida dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang dicerna dari makanan
atau banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh. Selain itu Katan et al. (1997)
dan Connor (1997) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat yang tinggi dalam
pakan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.
Kadar trigliserida tikus yang diberikan pakan tinggi lemak dan juga
diberikan inhalasi minyak atsiri kadarnya lebih rendah (43.65 ± 10.12)
dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan pakan tinggi lemak (74.00 ±
13.37). Perbedaan kadar trigliserida yang terjadi pada kedua perlakuan tersebut
sebesar 69.53% dan menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Perbedaan kadar trigliserida setelah 5 minggu pada setiap kelompok
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
pakan standar pakan tinggi pakan tinggi
lemak
lemak dan
minyak atsiri
Kelompok Perlakuan

Gambar 5 Kadar trigliserida darah tikus setelah 5 minggu perlakuan
Penurunan kadar trigliserida terjadi karena adanya pengaruh minyak atsiri
jahe terhadap sistem saraf. Menurut Matsuoka dan Mitsunaga (2011), aromaterapi
meningkatkan kerja saraf simpatik pada reseptor olfaktori hingga mengeluarkan
noradrelanin pada hipotalamus. Kemudian trigliserida akan diubah menjadi asam
lemak bebas oleh beta reseptor akibat gertakan dari noradrenalin hingga
melepaskan panas.
Penurunan kadar trigliserida sejalan dengan penurunan kadar kolesterol total
serum darah setelah pemberian inhalasi minyak atsiri jahe. Hal ini dapat terjadi
karena kadar trigliserida dan kolesterol saling berhubungan dimana trigliserida
merupakan salah satu pembentuk kolesterol. Piliang dan Djojosoebagio (2006)

20
menyatakan bahwa selain dapat dipakai sebagai energi, trigliserida dapat
dihidrolisis dan disintesis kembali untuk membentuk fosfolipid dan kolesterol.
Kadar Kolesterol LDL
LDL adalah lipoprotein yang berfungsi mengirim kolesterol dari hati ke
jaringan periferal dan ditimbun dalam jaringan tersebut.
Kadar kolesterol LDL pada kelompok tikus yang diberikan pakan standar
yaitu 28.84 ± 10.50 mg/dL. Kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberikan
pakan tinggi lemak (61.68 ± 8.92) lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang
hanya diberikan pakan standar. Peningkatan kadar kolesterol LDL tersebut
sebesar 113.86% menunjukkan pebedaan yang signifikan antara kedua perlakuan.
Kadar kolesterol LDL darah bergantung pada konsumsi lemak dari pakan. Grundy
(1991) menyatakan bahwa pakan tinggi lemak dapat menghambat dan menekan
pembentukan reseptor LDL, sehingga kadar LDL meningkat dalam darah.
Peningkatan kadar LDL memiliki arti penting bagi kesehatan yaitu sebagai
penyebab terjadinya atherosklerosis. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dalam
peredaran darah dapat menumpuk atau menempel pada dinding pembuluh darah
arteri baik yang menuju ke otak maupun ke jantung. Akibat yang ditimbulkan dari
hal tersebut adalah terbentuknya plak yang tebal dan mengeras serta dapat
mempersempit arteri dan membuatnya tidak fleksibel.
Kadar kolesterol LDL tikus yang diberikan pakan tinggi lemak dan juga
diberikan inhalasi minyak atsiri kadarnya lebih rendah (45.05 ± 11.65)
dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan pakan tinggi lemak (61.68 ±
8.92). Perbedaan kadar kolesterol LDL antara kedua perlakuan tersebut sebesar
36.91% dan menunjukkan perbedaan signifikan.
Perbedaan kadar kolesterol