Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang

TINGKAT SENSITIVITAS GENDER
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)
DI DESA GEMPOL SARI TANGERANG

DWI IZMI HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Sensitivitas
Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Dwi Izmi Handayani
NIM I34100032

iv

v

ABSTRAK
DWI IZMI HANDAYANI. Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol
Sari Tangerang. Dibimbing oleh SITI AMANAH.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program pembangunan perdesaan yang bertujuan agar dapat meningkatkan
pendapatan petani melalui kegiatan usaha agribisnis. Keterlibatan laki-laki dan
perempuan dalam Program PUAP bervariasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis sejauhmana tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program
PUAP di Desa Gempol Sari Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program PUAP masih cukup
rendah. Hal tersebut terjadi karena tingkat partisipasi, akses dan kontrol
perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam pelaksanaan program.
Kelompok tani masih didominasi oleh laki-laki dan perempuan diposisikan pada
aktivitas domestik. Jadi kebutuhan strategis gender perempuan masih rendah.
hubungan yang positif terdapat antara karaktersitik usahatani dan peran kelompok
tani dengan tingkat sensitivitas gender.
Kata kunci: kebutuhan gender, Program PUAP, sensitivitas gender

ABSTRACT
DWI IZMI HANDAYANI. Gender Sensitivity Level in the Implementation of
Rural Agribusiness Development Program (PUAP) in Gempol Sari Village
Tangerang. Supervised by SITI AMANAH.
Rural Agribusiness Development Program (PUAP) is a program aims to

increase the income of farmers through agribusiness activities. The involvement
of men and women in PUAP varied. The purpose of this study was to analyze the
gender sensivity level in implementation program of PUAP at Gempol Sari
Village Tangerang. A number of fifty farmers (men and women) involved as
responden in the study. The results showed that the level of gender sensitivity in
implementation program of PUAP is still quite low. The level of participation,
access and control of women is lower than men in the implementation of the
program. Farmers groups still dominated by men and women are positioned to
hold domestic roles rather than man. So, strategic gender needs of women remains
low. There is positive correlation between farm management, technology access,
and farmer group anda gender sensitivity level.
Keywords : gender needs , PUAP Program, gender sensitivity

vii

TINGKAT SENSITIVITAS GENDER
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
(PUAP) DI DESA GEMPOL SARI TANGERANG


DWI IZMI HANDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

ix

Judul Skripsi


Nama
NIM

: Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa
Gempol Sari Tangerang
: Dwi Izmi Handayani
: I34100032

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: _______________

x

xi

PRAKATA
Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan
Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu
yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Tingkat
Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang“ dapat
diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat
senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para
sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa teruma kasih kepada:
1. Ayah Haini, Ibunda Helmiati Agus, Kakak Nurika Maulitiasari, Bambang
Eko Suryanto, Adik-adik tercinta Akbar Tri Bowo, Dimas Caturaji Wibowo

dan Hafidz Bahtiar, Nenek Tercinta Djamroh, yang merupakan sumber
motivasi penulis dalam segala hal serta Tante Siti Wahyuni yang selalu setia
menemani penulis selama melakukan penelitian.
2. Dr Ir Siti Amanah, M.Sc, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang
sangat berarti selama penulisan skripsi ini.
3. Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS, dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya dan memberi masukan dalam hal akademik.
4. Pak Suherman sebagai Ketua Gapoktan Gempol Sari yang sudah membantu
penulis selama melakukan penelitian.
5. Petan-petani Desa Gempol Sari sebagai responden yang sudah membantu
penulis selama melakukan penelitian.
6. Teman-teman tercinta Saefihim, Hermin Rahayu, Yudhistira, Anggi,
Fadhianisa, Putri, Sakinah, Gebyar Trisula, Salis, Indah, Putri Nadya,
Wulandari, Wahyu Dewi yang selalu membantu dan memberikan semangat.
7. Keluarga di Tlogopakis yang selalu memberikan doa dan dukungan.
8. Teman-teman SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

pembaca dalam memahami lebih jauh tentang sensitivitas gender.

Bogor, Juni 2014
Dwi Izmi Handayani

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

Konsep Gender
Kesetaraan Gender
Teknik Analisis Gender
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Agribisnis dan Peran Kelompok Tani
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Pendekatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL DESA, KELOMPOK TANI DAN PUAP DESA GEMPOL SARI
Profil Desa Gempol Sari
Kondisi Geografis dan Demografi
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Profil Kelompok Tani Gempol Sari

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Ikhtisar
PROFIL PETANI DAN PERAN KELOMPOK TANI
Karakteristik Individu
Karakteristik Usahatani
Pendapat Responden tentang Peran Kelompok Tani
Ikhtisar
TINGKAT SENSITIVITAS GENDER DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM PUAP
Tingkat Partisipasi Anggota Poktan

xv
xvii
xvii
1
1
3
5
5
7

7
7
8
9
10
11
12
13
14
17
17
17
17
18
19
19
21
21
21
22
23
24
25
27
27
28
30
31
33
33

xiv

Tingkat Keseimbangan Aktivitas Domestik dan Publik
Tingkat Akses dan Kontrol
Ikhtisar
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA POKTAN DALAM PROGRAM
PUAP
Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Partisipasi Anggota
Ikhtisar
TINGKAT KESEIMBANGAN AKTIVITAS DOMESTIK DAN PUBLIK
ANGGOTA POKTAN
Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keseimbangan
Aktivitas Domestik dan Publik
Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Keseimbangan
Aktivitas Domestik dan Publik
Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Keseimbangan Aktivitas
Domestik dan Publik
Ikhtisar
TINGKAT AKSES DAN KONTROL ANGGOTA POKTAN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PUAP
Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol
dalam Pelaksanaan Program PUAP
Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Akses dan Kontrol
dalam Pelaksanaan Program PUAP
Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Akses dan Kontrol dalam
Pelaksanaan Program PUAP
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

34
36
39
41
41
42
44
45
47
47
48
50
51
53
53
54
55
57
59
59
59
61
63
73

xv

DAFTAR TABEL
Tabel

1

Tabel

2

Tabel

3

Tabel

4

Tabel

5

Tabel

6

Tabel

7

Tabel

8

Tabel

9

Tabel

10

Tabel

11

Tabel

12

Tabel

13

Tabel

14

Tabel

15

Tabel

16

Tabel

17

Tabel

18

Tabel

19

Tabel

20

Luas tanah dan penggunaannya di Kecamatan Sepatan Timur,
2012
Jumlah fasilitas dan tenaga kesehatab di Desa Gempol Sari,
2012
Profil petani menurut karakteristik individu Desa Gempol Sari,
2014
Profil petani menurut karakteristik usahatani Desa Gempol Sari,
2014
Profil kelompok tani menurut pendapat responden tentang
peran kelompok tani Desa Gempol Sari, 2014
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota poktan lakilaki dan perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014
Nilai rataan tingkat partisipasi anggota poktan laki-laki dan
perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014
Jumlah dan persentase tingkat keseimbangan aktivitas domestik
dan publik Desa Gempol Sari, 2014
Nilai rataan tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan
publik Desa Gempol Sari, 2014
Jumlah dan persentase tingkat akses dan kontrol anggota poktan
Desa Gempol Sari, 2014
Nilai rataan tingkat akses dan kontrol anggota poktan Desa
Gempol Sari, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat partisipasi anggota poktan, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat partisipasi anggota poktan, 2014
Nilai koefisien korelasi antara peran poktan dengan tingkat
partisipasi anggota poktan, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014
Nilai koefisien korelasi antara peran poktan dengan tingkat
keseimbangann aktivitas domestik dan publik, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat akses dan kontrol, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat akses dan kontrol, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik peran poktan
dengan tingkat akses dan kontrol, 2014

21
23
27
29
30
33
34
35
36
37
38
42
43
44
47
49
50
53
55
56

DAFTAR GAMBAR
Gambar

1

Gambar
Gambar

2
3

Kerangka pemikiran tingkat sensitivitas gender dalam 13
pelaksanaan Program PUAP
Kerangka penentuan responden
18
Kelompok tani di Gapoktan Gempol Sari
24

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

1
2
3
4

Lampiran

5

Lampiran

6

Lampiran

7

Lampiran

8

Lampiran

9

Lampiran

10

Lampiran

11

Lampiran

12

Lampiran

13

Lampiran

14

Lampiran

15

Lampiran

16

Lampiran

17

Lampiran

18

Lampiran

19

Peta desa di Kecamatan Sepatan Timur
Jadwal penelitian
Uji reliabilitas instrumen
Profil aktivitas domestik rumahtangga anggota poktan
Desa Gempol Sari, 2014
Profil aktivitas publik (usahatani) rumahtangga anggota
poktan Desa Gempol sari, 2014
Profil aktivitas publik (sosial) rumahtangga anggota
poktan Desa Gempol Sari, 2014
Hasil uji beda T Inpedependen tingkat partisipasi anggota
poktan laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan
Program PUAP, 2014
Hasil uji beda T Independen tingkat keseimbangan
aktivitas domestik dan publik rumahtangga anggota
poktan, 2014
Hasil uji beda T Independen tingkat akses dan kontrol
anggota poktan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat partisipasi anggota poktan, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat partisipasi anggota poktan, 2014
Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat
partisipasi anggota poktan, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014
Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat
keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan
tingkat akses dan kontrol anggota poktan, 2014
Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan
tingkat akses dan kontrol anggota poktan, 2014
Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat
akses dan kontrol anggota poktan, 2014
Dokumentasi

63
63
63
64
64
65
65

66

66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
72

xviii

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang
melatarbelakangi penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan perumusan
masalah. Perumusan masalah memaparkan masalah-masalah yang akan diteliti
yang disertai dengan alasannya. Pada bab tujuan dijelaskan tujuan dari penelitian
yang dilaksanakan. Pada bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian baik bagi
peneliti, akademisi, pemerintah, dan masyarakat

Latar Belakang
Sekitar 17 persen penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang
pertanian1. Selain itu, berdasarkan data BPS (2013) dari hasil sementara Sensus
Pertanian 2013 bahwa jumlah rumah tangga petani di Indonesia sebanyak 26, 13
juta. Selain itu, hasil sementara Sensus Pertanian 2013 juga menjelaskan bahwa
jumlah rumah tangga petani memiliki angka yang lebih dibandingkan jumlah
perusahaan pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani
masih memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan komoditas pertanian di
Indonesia. Rumah tangga petani didefinisikan oleh BPS (2013) sebagai rumah
tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha
pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima
upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Sektor pertanian di Indonesia masih
menjadi sumber utama pendapatan dan mata pencaharian mayoritas masyarakat
pedesaan. Sebanyak 70 persen dari 120 juta penduduk yang tinggal di pedesaan
masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Muspriyanto 2012).
Keterlibatan rumahtangga petani dalam mempertahankan pangan negara tidak
seimbang dengan kesejahteraan perekonomian mereka. Berdasarkan data BPS
(2013) jumlah penduduk miskin di Indonesia terbesar berada di daerah perdesaan
sebesar 14,42 persen dibandingkan perkotaan yang hanya 8,52 persen.
Pada tahun 2013 BPS juga sudah memprediksi bahwa warga miskin di
Indonesia masih akan didominasi oleh sektor pertanian. Deputi Bidang Neraca
dan Analisis Statistik BPS Suhariyanto menyatakan bahwa pemetaan per sektor
menunjukkan bahwa pertanian hanya tumbuh 3,54 persen di bawah Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai 5,78 persen2. Hal tersebut
membuktikan bahwa tingginya jumlah penduduk miskin di perdesaan pada tahun
2013. Upaya yang dilakukan penanggulangan kemiskinan terutama pada
pembangunan pertanian. Salah satu program yang dilakukan adalah program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP
1

Dikutip dari Republika Online pada tanggal 5 Maret 2014 dan dapat diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/06/mmdc8b-jumlah-tenagakerja-di-sektor-pertanian-turun
2
Dikutip dari Merdeka.com dan dapat di akses di http://www.merdeka.com/uang/bpsprediksi-warga-miskin-masih-didominasi-sektor-pertanian.html

2

dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada pada tahun 2008 yang merupakan
salah satu cara pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat
kelembagaan pertanian di perdesaan agar masyarakat petani lebih berkembang
dan mandiri.
PUAP merupakan sebuah bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk
petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah
tangga petani3. Pelaksanaan program PUAP adalah dengan memberikan sumber
permodalan, pasar dan teknologi melalui organisasi tani yang disebut dengan
GAPOKTAN (GabunganKelompok Tani). Program PUAP diberikan kepada
petani sebagai anggota GAPOKTAN baik laki-laki maupun perempuan. PUAP
merupakan suatu program pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi
mengurangi kemiskinan dengan mengembangkan usaha agribsinis dan
menguatkan kelembagaan pertanian di pedesaan. Keberhasilan suatu program
akan sangat tergantung pada peran laki-laki dan perempuan secara bersamaan
sebagai pelaku dan pemanfaatnya. Seyogyanya setiap program yang dilakukan
harus meperhatikan hubungan atau relasi antara laki-laki dan perempuan. Hal
tersebut juga didukung dengan ditetapkannya Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan. PUG menjelaskan bahwa
pentingnya mengintegrasikan gender dalam pembangunan sebagai strategi
mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 4. Oleh karena itu setiap program
diharapkan memliki sensitifitas gender dalam pelaksanaannya.
Sensitivitas gender merupakan sebuah konsep yang membicarakan
kepekaan tehadap aspek gender. Sensitivitas gender mencerminkan kepentingan
laki-laki dan perempuan secara setara. Gender berbeda dengan jenis kelamin (sex)
yang lebih menekankan pada peranan biologis dalam membedakan antara laki-laki
dan perempuan. Menurut Fakih (1996) “Konsep gender, yakni suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural”. Sifat-sifat yang terbentuk tersebut dapat dipertukarkan antar
laki-laki dengan perempuan dan hal itu yang membedakan gender dengan jenis
kelamin (sex). Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan
permasalahan ketika perbedaan tersebut memunculkan ketidakadilan gender atau
tidak terciptanya keseteraan gender.
Hubeis (2010) menegaskan bahwa
“kesetaraan gender adalah kesetaraan perilaku dari masyarakat terhadap
ketidaksamaan dan pembedaan antara lelaki dan perempuan, dan beragam peranan
yang dapat mereka perankan”. Kesetaraan gender ini diharapkan dapat
menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan.
Keseteraan gender diharapkan terjadi dalam pelaksanaan suatu program
pembangunan. Namun pada kenyataannya masih terdapat rumah tangga petani
yang mengalami ketimpangan gender. Keseteraan gender dapat dilihat melalui
akses dan kontrol terhadap sumberdaya termasuk dalam program pembangunan.
Hasil penelitian Gandarsih (1998) pada usaha pertanian bunga potong di
Kelurahan Bandungan, Semarang menunjukkan bahwa terjadi ketidakadilan
3

Di kutip dari Pedoman Umum PUAP dan dapat diakses di
http://database.deptan.go.id/puap/tampil.php?page=pedum
4
Di kutip dari Bappenas dan dapat diakses di
http://www.bappenas.go.id/files/8613/5229/8462/inpresno9th2000__20120409103627__
3504__1.pdf

3

gender, terutama pada akses dan kontrol perempuan. Perempuan memiliki peran
ganda dalam rumah tangga tetapi akses dan kontrol perempuan masih dianggap
rendah terhadap sumberdaya. Akses laki-laki (bapak) dalam mendapatkan bibit
bunga yang baik lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki dianggap
mempunyai pengetahuan yang lebih luas yang mereka dapatkan melalui
penyuluhan. Hal tersebut juga menunjukan bahwa perempuan tidak dilibatkan
dalam kegiatan penyuluhan. Menurut Gandarsih (1998) hal tersebut terjadi karena
stereotipe yang terbentuk bahwa keterlibatan perempuan dalam pertanian hanya
dianggap sebagai kepanjangan tangan dari dapur (sektor domestik).
Desa Gempol Sari merupakan salah satu desa dengan mayoritas
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Usahatani menjadi sumber pendapatan
utama masyarakat Desa Gempol Sari. Amanah et al. (2010) mengatakan bahwa 90
persen pendapatan rumahtangga Desa Gempol Sari berasal dari usaha tani
hortikultura. Selain itu Desa Gempol Sari juga menjadi salah satu sentra
hortikultura dataran rendah di Kabupaten Tangerang. Desa Gempol Sari terletak
di Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten. Komoditas yang
dihasilkan oleh petani adalah padi, bawang merah, kangkung, caisim dan bayam,
namun komoditas utama yang dihasilkan adalah tanaman hortikultura.
Berdasarkan data Kabupaten Tangerang (2005) yang dikutip oleh Putri (2010)
Desa Gempol Sari memproduksi padi sebanyak 360 ton, sedangkan sayuran
kangkung, bayam, dan caisim sebanyak 9.000 ton.
Desa Gempol Sari merupakan salah satu desa yang menerima program
PUAP. Program PUAP di desa ini dilaksanakan oleh sebuah GAPOKTAN yang
dikenal dengan nama Gapoktan Gempol Sari. Program PUAP mulai masuk di
Desa Gempol Sari pada tahun 2008. Berbagai fasilitas diberikan kepada petani
melalui program ini seperti bantuan modal dan teknologi pertanian. Hingga saat
ini program PUAP masih berjalan dengan baik dan memberikan manfaat pada
petani di Desa Gempol Sari. Salah satu kelompok tani yang menjadi anggota
Gapoktan Gempol Sari adalah Poktan Rawa Banteng. Poktan Rawa Banteng
didirkan pada bulan Juni 2004. Berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang Nomor
520 atau Kep.559-Huk atau 2008 tanggal 21 November 2008 memperoleh
bantuan modal Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Kabupaten
Tangerang Tahun Anggaran 2008. Jika dikaitkan dengan PUG dalam
pembangunan belum diketahui apakah program PUAP telah mengintegrasikan
gender dalam pelaksanaannya di Desa Gempol Sari. Berdasarkan penelitian Putri
(2010) di Desa Gempol Sari mengatakan bahwa perempuan tidak memiliki akses
yang besar dalam kelompok tani meskipun mereka tetap diberikan peluang untuk
terlibat dalam melakukan kegiatan usaha tani. Berdasarkan hal tersebut, relevan
bagi penulis untuk menganalisis sejauhmana tingkat sensitivitas gender
dalam pelaksanaan Program PUAP di Desa Gempol Sari.

Rumusan Masalah
Usahatani merupakan salah satu sumber utama mata pencaharian rumah
tangga di pedesaan. Sebagian besar rumahtangga petani di Desa Gempol Sari
melakukan usahatani. Usahatani tersebut masih dilakukan hingga saat ini dan
masih menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Desa Gempol Sari. Tanaman

4

yang menjadi hasil produk pertanian masayarakat Desa Gempol Sari adalah
bayam, kangkung, cabai, bawang merah, pakcoy, dan kubis. Upaya dalam
mengembangkan usaha tani di Desa Gempol Sari pun dilakukan, salah satunya
dengan adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Tim PUAP dibentuk pada tahun 2008 melalui Keputusan Menteri Pertanian
(KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Hal tersebut dilakukan
berdasarkan pencanangan Presiden atas program Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-M), sehingga PUAP dilakukan secara terintegrasi dengan
program PNPM-M.
Berdasarkan penelitian Putri (2010) di Desa Gempol Sari menyatakan
bahwa perempuan dibebankan pada tanggung jawab pekerjaan domestik secara
penuh, namun perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan usaha tani seperti
mencabut dan mengikat hasil produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa
perempuan juga memilki peran yang cukup besar. Perempuan tidak hanya
melakukan pekerjaan demostik melainkan juga pekerjaan publik. Hal tersebut
juga menunjukan banyaknya waktu yang digunakan perempuan setiap harinya.
Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis sejauh mana pelaksanaan
Program PUAP dapat menyesuaikan jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi
laki-laki dan perempuan (aktivitas domestik dan publik)?
Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
pembangunan, menginstruksikan kepada segenap pemegang kebijakan untuk
mengintegrasikan aspek gender dalam keseluruhan tahapan pembangunan. Hal
yang sering terjadi adalah perempuan memiliki akses dan kontrol yang rendah
dibandingkan perempuan dalam sebuah program pembangunan. Penelitian Luthfi
(2010) menyatakan bahwa perempuan melakukan aktivitas yang sama dengan
laki-laki di lahan garapan, namun akses dan kontrol perempuan dalam Program
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) masih rendah terutama dalam pengambilan
keputusan. PUAP sebagai salah satu program pembangunan pertanian juga perlu
pengintegrasian PUG dalam pelaksanaannya. Pelaksaanaan PUAP diharapkan
tercipta hubungan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga
kesejahteraan petani dirasakan baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu,
relevan bagi penulis untuk menganalisis sejauhmana akses dan kontrol lakilaki dan perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP?
Pembentukan Program PUAP bertujuan agar dapat meningkatkan
pendapatan petani Desa Gempol Sari melalui kegiatan usaha pertanian. Laki-laki
dan perempuan memiliki peranan yang sama terhadap keberhasilan Program
PUAP sebagai pelaku dan pemanfaatnya. Seyogyanya dalam pelaksanaan
program PUAP mempertimbangkan kebutuhan gender baik kebutuhan praktis
maupun strategis laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, relevan bagi penulis
untuk menganalisis sejauhmana tingkat pemenuhan kebutuhan praktis dan
strategis gender dalam Program PUAP?

5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
tujuan dari pelaksanaan penelitian ini, antara lain:
1. Menganalisis sejauh mana pelaksanaan Program PUAP dapat
menyesuaikan jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi laki-laki dan
perempuan (aktivitas domestik dan publik).
2. Menganalisis akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam Program
PUAP.
3. Menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender
dalam Program PUAP.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi,
pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian gender dalam
suatu program pembangunan. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang
didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut :
1. Bagi akademisi
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
penelitian mengenai sensitivitas gender dalam program pembangunan.Selain
itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji
lebih jauh mengenai sensitivitas gender dalam program pembangunan.
2. Bagi pembuat kebijakan.
Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan
untuk membuat kebijakan terkait pembangunan pertanian yang sensitiv
gender.
3. Bagi masyarakat.
Bagi masyarakat khususnya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan mengenai gender dalam program pembangunan.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan
pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep
yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka
pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Konsep Gender
Konsep gender sering diartikan serupa dengan sex atau jenis kelamin. Pada
kenyataanya gender memiliki makna yang berbeda dengan sex atau jenis kelamin.
Menurut Hubeis (2010) gender merupakan konstruksi sosial yang mengacu pada
perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang tidak didasarkan pada perbedaan
biologis melainkan pada nilai-nilai sosial budaya. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa gender berbeda dengan sex atau jenis kelamin. Perbedaan
dalam konsep gender bukan dilihat berdasarkan ciri-ciri biologis atau jenis
kelamin (sex) yang sudah menjadi sebuah kodrat melainkan berdasarkan bentukan
masyarakat dan sosial budaya yang ada. Sadli (2010) menambahkan bahwa
gender merupakan suatu kosep sosial karena gender berkaitan dengan sejumlah
karakteristik psikologis dan perilaku yang kompleks, yang telah dipelajari oleh
seseorang melalui pengalaman sosialisasinya. Selain itu, Wood (2001)
mengatakan bahwa “sex is a designation based on biology, whereas gender is
socially and psychologically constructed” dan hal tersebut yang membedakan
antara sex dengan gender.
Perubahan gender dibentuk atau dipengaruhi oleh sosial budaya, adat
kebiasaan, situasi ekonomi maupun politik yang ada di masyarakat. Setiap tempat
dan setiap kelas sosial juga memiliki pembentukan gender yang berbeda-beda.
Fakih (1996) mengatakan bahwa terbentuknya perbedaan-perbedaan gender
dikarenakan oleh beberapa hal, seperti dibentuk, disosialisasikan, diperkuat,
bahkan dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Hal tersebut yang membuat
konsep gender yang terbentuk dalam suatu komunitas atau masyarakat menjadi
sangat kuat dan mengakar hingga turun-menurun. Berbeda dengan gender, sex
yang merupakan suatu pembeda antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan
secara biologis dan merupakan sebuah kodrat sehingga tidak dapat dipertukarkan
atau dirubah, seperti perempuan melahirkan dan suami menghamili. Gender juga
merupakan suatu konstruksi budaya yang berbeda-beda antar budaya dan dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pembentukan gender dapat
dipelajari dan disosialisasikan dari generasi ke generasi.
Pada kajian-kajian gender yang dilakukan sering menyebutkan tentang
sensitivitas gender dan responsif gender. Sensitivitas dan responsif gender
merupakan bagian dari konsep gender yang membicarakan tentang
pengintegrasian aspek gender dalam pembangunan baik program maupun

8

kebijakan. Namun demikian, terdapat perbedaan antara sensitifitas gender dengan
responsif gender. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (2010), sensitivitas gender adalah pola pikir, sikap dan
tingkah laku serta pengambilan keputusan yang memperhatikan perbedaan
kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan. Responsif gender
adalah suatu kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran yang
memperhatikan perbedaan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan
perempuan.

Keseteraan Gender
Salah satu isu penting dalam pembangunan dunia saat ini adalah isu
gender. Pada aras internasional telah diselenggarakan konverensi Wanita SeDunia di Beijing yang menghasilkan MDGs (Millenium Development Goals).
Salah satu butir penting dalam MDGs terkait isu gender adalah kesetaraan dan
pemberdayaan perempuan baik dalam bidang kesehatan maupun pendidikan
(Hubeis 2010). Sebelum terciptanya kesetaraan gender terlebih dahulu
terbentuknya keadilan gender. Hubeis (2010) mengatakan bahwa “keadilan gender
adalah proses berlaku adil pada perempuan sedangkan kesetaraan gender adalah
kesetaraan perilaku dari masyarakat terhadap ketidaksamaan dan pembedaan
antara lelaki dan perempuan, dan beragam peranan yang dapat mereka perankan”.
Kesetaraan gender merupakan suatu konsep yang membicarakan hubungan yang
seimbang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan diharapkan
memiliki hak, kewajiban, tanggungjawab dan kesempatan yang sama dalam
berpartisipasi dan memanfaatkan hasil pembangunan. Oleh karena itu keadilan
dan kesetaraan gender ini diharapkan dapat menciptakan suatu hubungan yang
harmonis antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender yang terjadi di sebuah komunitas atau masyarakat dapat
diketahui dengan melihat beberapa aspek penting dalam konsep gender. Penelitian
Nurlian dan Daulay (2008) kesetaraan gender diukur dengan melihat pola
pembagian kerja yang terbentuk dalam suatu keluarga. Pembagian kerja yang
dimaksud meliputi pembagian kerja domestik dan publik dalam rumah tangga.
Adapun dalam kegiatan pertanian keseteraan gender dilihat dari kebersamaan lakilaki (suami) dan perempuan (istri) dalam melakukan aktivitas pertanian, seperti
pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan. Hal lain yang berbeda dalam
mengukur sebuah kesataran gender dikemukakan oleh Luthfi (2010).
Penelitiannya melakukan pengukuran kesetaraan gender dengan melihat akses dan
kontrol yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Luthfi (2010) dalam penelitiannya
mengukur akses dan kontrol menggunakan Teknik Analisis Harvard yang dikenal
dengan sebutan Gender Framework Analysis (GFA). GFA menerapkan 3 kategori
analisis yaitu pertama profil aktivitas dengan melihat pola pembagian kerja, kedua
profil akses yaitu kesempatan dalam pengelolaan terhadap sumberdaya, dan ketiga
profil kontrol yaitu kewenangan dalam pengambilan keputusan dan pemanfaatan
hasil sumberdaya. Selain itu kesetaraan gender terutama dalam suatu program
pembangunan dapat diukur dengan melihat partisipasi laki-laki dan perempuan.
Partisipasi menurut Cohen dan Uphoff terbagi kedalam empat tahapan, yaitu

9

pengambilan keputusan dalam perencanaan (sosialisasi dan perencanaan),
pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil.

Teknik Analisis Gender
Analisis gender adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat
kesenjangan gender yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Menurut
Puspitawati (2012) analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi
secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran, dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis gender dianggap
sangat penting, khususnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dari
suatu program atau proyek sehingga masalah gender dapat dipersempit atau
diatasi. Dalam melakukan analisis gender dapat menggunakan sebuah teknik yang
disebut dengan teknik analisis gender. Teknik analisis gender adalah suatu teknik
analisis untuk memahami struktur sosial berdasarkan pada asumsi bahwa laki-laki
dan perempuan berkarya dan berpartisipasi sesuai dengan potensi, kebutuhan dan
kepentingan mereka serta mendapatkan manfaat secara adil (Hubeis 2010).
Teknik dalam analisis gender memiliki beberapa model yang telah
dikembangkan oleh beberapa ahli, yaitu (Puspitawati 2012):
1. Model Harvard
Analisis Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard ini
didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Women in Development) yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling
awal. Kerangka analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk
perencanaan proyek. Kerangka ini juga dapat digunakan bersama dengan
kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan
kebutuhan strategis gender. Komponen dasar dalam model Harvard, yaitu:
1. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan
pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin,
2. Profil akses dan kontrol
3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol
4. Analisis siklus proyek
2. Model Moser
Analisis model Moser dikembangkan oleh Caroline Moser seorang
peneliti senior dalam perencanaan gender. Ada enam alat yang
dipergunakan kerangka ini dalam perencanaan untuk semua tingkatan,
mulai dari tingkatan proyek sampai ke tingkatan perencanaan daerah,
yaitu:
1. Identifikasi peranan gender,
2. Penilaian kebutuhan,
3. Pemisahan data/informasi berdasarkan jenis kelamin tentang kontrol
4. Menyeimbangkan peran gender,
5. Matriks kebijakan WID (Women in Development) dan GAD (Gender
and Development),
6. Pelibatan stakeholder untuk pemastian pemasukan kebutuhan strategis
gender dan kebutuhan praktis gender.

10

Analisis kebutuhan gender berguna untuk melihat dan menimbang
kebutuhan laki-laki dan perempuan. Kebutuhan gender terbagi menjadi
dua, yaitu kebutuhan strategis dan kebutuhan praktis. Kebutuhan strategis
berkaitan dengan keadaan yang dibutuhkan untuk mengubah posisi
subordinat perempuan. Hal ini berhubungan dengan isu kekuasaan dan
kontrol, sampai dengan eksploitasi pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin. Kebutuhan praktis berkaitan dengan kebutuhan kehidupan seharihari seperti kebutuhan perempuan akan sumber air bersih, makanan,
kesehatan dan penghasilan tunai untuk kebutuhan rumah tangga.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program
pembangunan pertanian perdesaan dengan mengembangkan usaha agribisnis dan
menguatkan kelembagaan pertanian di perdesaan. Program PUAP telah
dilaksanakan oleh Kementarian Pertanian sejak tahun 2008 yang merupakan
upaya untuk menanggulangi kemiskinan di perdesaan khususnya pertanian.
Pelaksanaan Program PUAP dibawah koordinasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Bentuk pelaksanaan PUAP yaitu
dengan memberikan bantuan modal usaha kepada gapoktan/poktan yang dimiliki
dan dikelola oleh petani, rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik
dan atau penggarap) skala kecil dan buruh tani.
Sasaran dari PUAP yaitu 10.000 desa miskin/tertinggal yang memiliki
potensi pertanian desa, 10.000 GAPOKTAN/POKTAN yang dimiliki dan dikelola
oleh petani, rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau
penggarap) skala kecil dan buruh tani, serta pelaku agribisnis yang memiliki usaha
harian, mingguan, maupun musiman (Deptan 2009). Bantuan modal usaha
diberikan kepada gapoktan/poktan agar dapat meningkatkan usaha agribisnis
petani di perdesaan khususnya yang menjadi anggota gapoktan/poktan. Sejak
tahun 2008 provinsi Banten memberikan Program PUAP kepada 298 desa yang
tersebar di tujuh Kabupaten/Kota yang dikawal oleh 13 orang Penyelian Mitra
Tani (PMT) (BPTP Serang 2011a). Pada tahun 2010 sebanyak 115 Gapoktan
yang menerima dana BLM PUAP yang terdiri dari Kab Serang (30 gapoktan),
Kota Serang (15 gapoktan), Kota Cilegon (sembilan gapoktan), Kab. Pandeglang
(31 gapoktan), Kab.Lebak (sepuluh gapoktan), Kab. Tangerang (15 gapoktan) dan
Kota Tangerang Selatan (lima gapoktan) (BPTP Serang 2011b).
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani
pelaksana PUAP untuk membantu dalam penyaluran bantuan modal usaha bagi
petani. Gapoktan dalam PUAP adalah kumpulan beberapa kelompok tani
(POKTAN) yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi
dan efisiensi usaha (Deptan 2009b). Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping
dan Penyelia Mitra Tani. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan
ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani.

11

Agribisnis dan Peran Kelompok Tani
Agribisnis adalah usaha dalam pertanian yang meliputi keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan hasil sampai pemasaran. Agribisnis menjadi
salah satu cara untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan usaha pertanian.
Menurut Saragih (2007) agribisnis merupakan sebuah sistem besar yang meliputi
semua aktivitas dari rangkaian sistem yang terdiri dari empat hal, yaitu:
1. Industri hulu pertanian yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream
agribusiness, yakni subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi
(input), teknologi, dan pengembangan sumberdaya pertanian, seperti
industri agro kimia (pupuk, pestisida, obat-obatan hewan), industri agrootomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil
pertanian), dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Pada sub
sistem ini pengadaan sarana produksi tidak hanya dilakukan dengan
penjualan tetapi juga dapat dilakukan dengan penyewaan.
2. Pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribusiness, yaitu
subsistem produksi dan usaha tani (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
3. Industri hilir pertanian (pascapanen) yang disebut juga agribisnis hilir atau
down stream agribusiness, yakni subsistem pengolahan hasil-hasil produk
pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir
(agroindustri).
4. Jasa penunjang agribisnis yang disebut juga of farm agribusiness, yakni
subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian seperti perdagangan,
perbankan dan pendidikan.
Agribisnis merupakan salah satu cara untuk mengembangkan usaha
terutama di perdesaan. Kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat di
perdesaan tidak hanya melibatkan laki-laki saja melainkan perempuan pun ikut
terlibat dalam setiap kegiatan usahatani. Keterlibatan perempuan dalam usahatani
dimulai dari tahap penanaman hingga pemanenan bahkan terkadang
perempuanpun dilibatkan dalam tahap pemasaran. Penelitian Putri (2010)
menyatakan bahwa perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan usaha tani seperti
mencabut dan mengikat hasil produksi. Begitupula dengan kegiatan agribisnis
mulai dari hulu hingga hilir laki-laki dan perempuan pun terlibat dalam
pelaksanaannya. Perempuan sering dilibatkan pada sub sistem on farm,
pascapanen dan of farm.
Pada pelaksanaan suatu program pembangunan khususnya pertanian,
pentingnya melibatkan sebuah kelompok atau organisasi yang ada di masyarakat.
Kelompok tani atau gabungan kelompok tani menjadi salah satu bentuk kelompok
yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaan program pembangunan
pertanian. Pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
gapoktan/poktan menjadi sebuah kelembagaan yang penting dalam terlaksananya
Program PUAP. Hal tersbut dikarenakan, tujuan PUAP pun untuk meningkatkan
kelembagaan pertain di perdesaan dalam hal ini gapoktan/poktan. Selain itu,
gapoktan/poktan juga kelembagaan yang membantu dalam penyaluran bantuan
modal usaha bagi petani. Oleh karena itu peran gapoktan/poktan dalam
pelaksanaan Program PUAP sangat penting. Peran kelompok tani sebagaimana
yang diungkapkan oleh Departemen Pertanian (2007), adalah sebagai :

12

1.

Kelas belajar: kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
(PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani,
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta
kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana kerjasama: kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antarkelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan
usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan.
3. Unit produksi: usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan
usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Kerangka Pemikiran
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program pembangunan perdesaan pertanian. Berkaitan dengan Inpres No.9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) seyogyanya pelaksanaan Program
PUAP memperhatikan perbedaan kebutuhan, pengalaman dan aspirasi laki-laki
dan perempuan sehingga dapat dikatakan sensitif gender (Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2010). Sensitivitas gender
dalam dilihat dengan menggunakan sebuah kerangka analisis, salah satunya yang
terdiri dari profil aktivitas dan profil akses dan kontrol laki-laki dan perempuan
atau disebut sebagai kerangka analisis Harvard. Profil aktivitas berkaitan dengan
pembagian kerja yang dilakukan dalam rumah tangga yang terdiri dari pekerjaan
domestik dan publik.
Program PUAP dalam pelaksanaanya melibatkan poktan/gapoktan sebagai
kelembagaan pertanian yang bertangung jawab untuk mengelola bantuan modal
usaha yang diberikan dalam upaya mengembangkan usaha agribisnis (Deptan
2009). Oleh karena itu poktan/gapoktan memiliki peranan yang penting dalam
pelaksanaan Program PUAP. Peranan poktan/gapoktan diukur dengan melihat
tingkat kapasitas poktan dalam pembelaran, tingkat kapasitas poktan dalam
kerjasama, kapasitas poktan dalam unit produksi. Hal tersebut berkaitan dengan
tiga peran kelompok tani, yaitu kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit
produksi (Deptan 2007).
Poktan/gapoktan merupakan kelembagaan pertanian beranggotakan
individu-individu yang bekerja di bidang pertanian (petani). Setiap individu
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi setiap
tindakan atau perilaku mereka. Karakteristik individu yang diukur adalah tingkat
usia, tingkat pendidikan formal. Selain itu karakteristik usahatani juga dapat
mempengaruhi perilaku mereka terhadap pelaksanaan Program PUAP yang
diukur tingkat pengalaman bertani, komoditas usahatani, luas lahan garapan,
tingkat pendapatan usahatani, dan tingkat akses dan penerapan teknologi.

13

Karakteristik Individu (X1):
(X1.1) Usia
(X1.2) Tingkat pendidikan formal
(X1.3) Tingkat lama bertani

Karakteristik Usahatani (X2):
(X2.1) Luas lahan garapan
(X2.2) Tingkat pendapatan usahatani
(X2.3) Tingkat akses dan penerapan
teknologi

Tingkat Sensitifitas Gender
Program PUAP (Y):
(Y1) Tingkat partisipasi
anggota poktan
(Y2) Tingkat
keseimbangan
aktivitas domestik
dan publik
(Y3) Tingkat
keseimbangan akses
dan kontrol

Peran Poktan (X3) :
(X3.1) Tingkat kapasitas dalam
pembelajaran
(X3.2) Tingkat kapasitas kerjasama
(X3.3) Tingkat kapasitas sebagai unit
produksi
Keterangan:

: Hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran tingkat sensitivitas gender dalam pelakasanaan
Program PUAP

Hipotesis
Hipotesa Uji
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik
usahatani dan peran poktan dengan tingkat partisipasi anggota poktan
dalam Program PUAP.
2.
Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik
usahatani, dan peran poktan dengan tingkat keseimbangan profil aktivitas
domestik dan publik.
3.
Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik
usahatani dan peran poktan dengan tingkat keseimbangan akses dan
kontrol.

14

Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Karakteristik individu adalah karakteristik yang melekat pada diri
responden. Variabel ini diukur dengan :
a. Usia adalah lama hidup (tahun) petani mulai lahir sampai
penelitian. Pengkategorian umur digolongkan ke dalam tiga
kategori berdasarkan pendapat Havighurst (1950) dalam
Mugniesyah (2007), yaitu :
Dewasa awal (18-29 tahun)
Dewasa pertengahan (30-50 tahun)
Dewasa tua (≥ 50 tahun)
b. Tingkat pendidikan formal adalah jumlah tahun pendidikan yang
telah dilalui. Pengukuran dikategorikan sebagai berikut:
Rendah : jika jumlah tahun yang ditempuh 0-6 tahun
Sedang : jika jumlah tahun yang ditempuh 7-12 tahun
Tinggi : jika jumlah tahun yang ditempuan ≥ 13 tahun
c. Tingkat lama bertani adalah lamanya (tahun) dalam berbudidaya
tanaman sayuran (on farm) petani sebelum menerima program
PUAP dari tahun responden memulai memutuskan dan
melaksanakan bertani. Pengukuran dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
Rendah : jika lamanya pengalaman ≤ x – ½ sd
Sedang : jika lamanya pengalaman x – ½ sd< x < x + ½ sd
Tinggi : jika lamanya pengalaman ≥ x + ½ sd
2. Karakteristik usahatani adalah keadaan atau kondisi kegiatan usaha tani
yang dijalankan oleh petani responden. Variabel ini diukur dengan :
a. Luas lahan garapan adalah besarnya kepemilikan lahan yang
digarap baik lahan yang dimiliki maupun yang disewa oleh
responden yang dinyatakan dalam ukuran baku perkalian nilai
panjang dan lebar. Luas lahan ini di ukur dalam satuan hektar (Ha).
Pengukuran dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
Sempit
: jika luas lahan garapan berkisar dari 0,5 Ha
Menengah
: jika luas lahan garapan berkisar 0,5 – 1 Ha
Luas
: jika luas lahan garapan lebih dari 1 Ha
b. Tingkat pendapatan usahatani adalah jumlah pendapatan responden
yang dihasilkan dari kegiatan usahatani dalam kurun waktu satu
satu bulan. Pengukuran dikategorikan sebagai berikut:
Kecil
: jika pendapatan usahatani ≤ x – ½ sd
Sedang : jika pendapatan usahatani x – ½ sd< x < x + ½ sd
Besar : jika pendapatan usahatani ≥ x + ½ sd
c. Tingkas akses dan penerapan teknologi adalah alat yang
digunakan responden untuk melakukan kegiatan usaha tani.
Pengukuran dikategorikan sebagai berikut yaitu :
Rendah : jika alat yang digunakan alat cangkul, arit, kerbau
Sedang : jika alat yang digunaka cangkul dan traktor
Tinggi : jika alat yang digunakan traktor dan triseda

15

3. Peran kelompok Tani adalah kedudukan atau status kelompok tani
menurut anggota kelompok.
a. Tingkat kapasitas dalam pembelajaran adalah sejauhmana
kelompok tani berperan sebagai kelas belajar. Data ini diukur
dengan melihat pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta
kemandirian dalam berusahatani petani selama menjadi anggota
kelompok tani. Responden menjawab dengan memberikan nilai
antara 1 hingga 6 yang menunjukan tidak setuju hingga setuju.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Rendah
: 10-25
Sedang
: 27-43
Tinggi
: 44-60
b. Tingkat kapasitas kerjasama adalah besarnya kerjasama dalam
mengatasi hambatan atau tantangan. Data diukur dengan melihat
intensitas bertemu, saling membantu dalam menghadapi masalah
dan hambatan. Responden menjawab dengan memberikan nilai
antara 1 hingga 6 yang menunjukan tidak setuju hingga setuju.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Rendah
: 10-25
Sedang
: 27-43
Tinggi
: 44-60
c. Tingkat kapasitas sebagai unit produksi adalah adalah besarnya
peningkatan usahatani yang dilakukan oleh anggota kelompok.
Data analisis ini diukur dengan peningkatan dalam melakukan
usahatani deri segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Responden menjawab dengan memberikan nilai antara 1 hingga 6
yang menunjukan tidak setuju hingga setuju. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Rendah
: 10-25
Sedang
: 27-43
Tinggi
: 44-60
4. Tingkat sensitivitas gender adalah derajat sejauhmana PUAP dan
pengelola
PUAP mempertimbangkan perbedaan kebutuhan,
pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan dalam usahatani.
Variabel ini diukur dengan:
a. Tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan adalah tinggi
rendahnya keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam setiap
tahapan pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Responden dapat memilih satu dari dua
pilihan, yakni tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Kemudian jumlah skor
yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Rendah
: 15-19
Sedang
: 20-24
Tinggi
: 25-30
b. Tingkat keseimbangan profil aktivitas domestik dan publik adalah
derajat sejauhmana PUAP dan pengelola PUAP menyeseuaikan
pelaksanaan program dengan waktu dan aktivitas yang dilakukan
petani dalam rumah tangga. Penguk