Studi Mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Hortikultura Kabupaten Karo

(1)

STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA

KABUPATEN KARO

(Studi Kasus: Desa Serdang, dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH:

SYAFRIZAL BARUS 090304030 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA

KABUPATEN KARO

(Studi Kasus: Desa Serdang, dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH:

SYAFRIZAL BARUS 090304030 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE

NIP. 194007151962091001 NIP. 197310111999032002

Siti Khadijah H. N. SP. M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

SYAFRIZAL BARUS (090304030/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

“Studi Mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Hortikultura Kabupaten Karo”. Studi kasus penelitian di Desa Serdang dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Siti Khadijah. H.N. M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program PUAP hortikultura di Kabupaten Karo, perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian, perbedaan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP, perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B, perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B, dan penggunaan dana program PUAP.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan tertentu. Metode penetuan sampel ditentukan secara (stratified random sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang. Metode pengumpulan data terdiri atas data primer dan data skunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif, analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perkembangan program PUAP dapat dilihat dari jumlah anggota dan jumlah dana. Di Kabupaten Karo jumlah dana berkembang dari Rp 4.400.000.000,00 pada tahun 2008 menjadi Rp 14.045.179.647,00 pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 198,35%. Jumlah anggota Gapoktan bertambah dari 16.500 orang pada tahun 2008 menjadi 40.411 orang pada tahun 2012. Perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A adalah jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani dan jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 4,89 dan skor yang terendah adalah frekuensi pengembalian dana PUAP dengan skor 4,22 sedangkan di Gapoktan B bunga pinjaman dana program PUAP memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 3,31. Sedangkan untuk skor yang paling rendah diperoleh oleh jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani yaitu sebesar 2,28. Perbedaan karakteristik sosial ekonoi antara Gapoktan A dan Gapoktan B tidak terlalu berbeda yaitu umur petani hortikultura di Gapoktan A rataannya adalah 45,33 tahun sedangkan Gapoktan B adalah 49,92 tahun, rataan tingkat pendidikan petani di Gapoktan A adalah 9,96 tahun sedangkan di Gapoktan B adalah 10,69 tahun , rataan pegalaman bertani di Gapoktan A adalah 19,93 tahun sedangkan di Gapoktan B adalah 19,44 tahun, rataan jumlah tanggungan di Gapoktan A adalah 4,36 jiwa sedangkan di Gapoktan B adalah 3,67, dan rataan luas lahan hortikultura di Gapoktan A adalah 0,82 ha sedangkan di Gapoktan B adalah 0,88 ha. Berdasarkan Uji Serempak variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan


(4)

tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP. Hal ini terjadi pada Gapoktan A dan Gapoktan B. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan dengan tingkat pengembalian dana program PUAP. Hal ini terjadi pada Gapoktan A dan Gapoktan B. Kegunaan dana program PUAP oleh petani adalah untuk modal usahatani seperti, membeli bibit, membeli obat-obatan (pestisida, herbisida dan insektisida), pupuk, alat-alat pertanian (cangkul, sprayer,

keranjang buah), membayar tenaga kerja, dan selebihnya untuk keperluan rumah tangga.

Kata kunci: PUAP, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani


(5)

RIWAYAT HIDUP

SYAFRIZAL BARUS, lahir di Batu Rejo pada tanggal 14 April 1990. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A. Barus dan S.M Br Ginting Munthe.

Pendidikan yang ditempuh peneliti adalah:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD RK Santo Daniel Batu Mbelin Namo Rambe dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Namo Rambe dan tamat tahun 2005

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Swasta Immanuel Medan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB.

5. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Paya Pinang Kecamatan Tebing Syahbandar Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Bulan Juni-Juli 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Serdang dan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Studi Mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Hortikultura Kabupaten Karo”. Studi kasus penelitian di Desa Serdang dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir.H.Meneth Ginting, MADE selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Siti Khadijah. H. N. M.Si. yang telah membina dan memberikan berbagai masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada Kepala Desa Serdang dan Desa Paribun, Ketua Gapoktan Desa Serdang dan Desa Paribun, serta kepada petani yang menjadi responden.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis hanturkan kepada Ayahanda A. Barus dan Ibunda S.M. Br Ginting Munthe serta Saudara yaitu Amral S Barus dan Eli Chandra Barus atas kasih sayang, nasehat, motivasi serta dukungan secara moril dan materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada teman-teman di Program Studi Agribisnis stambuk 2009, kakak dan abang Stambuk 2008 yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, September 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 9

2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.2. Landasan Teori ... 16

2.3. Kerangka Pemikiran ... 18

2.4. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Metode Penelitian Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data ... 25

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

4.2. Karakertistik Sosial Ekonomi Petani ... 39

4.3. Perkembangan Program PUAP Kabupaten Karo ... 41

4.4. Perbedaan Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP di Daerah Penelitian ... 44

4.5. Perbedaan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP Di Daerah Penelitian. ... 47

4.6. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP Terhadap Pengembalian Dana Program PUAP. ... 49

4.7. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana PUAP Dengan Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP. ... 52

4.8. Kegunaan Dana Program PUAP Menurut Petani Penerima Dana Program PUAP di Daerah Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Kabupaten/Kota Penerima Dana PUAP di Sumatera Utara Tahun 2008-2011 ... 4 Tabel 1.2. Data Kecamatan, Desa dan Gapoktan Penerima Dana PUAP Sektor

Usaha Hortikulutura Kabupaten Karo Tahun 2009 Tabel 3.1. ... 5 Tabel 3.1. Jumlah Sampel Petani Penerima Dana Program PUAP di Desa

Serdang dan Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe ... 24 Tabel 3.2. Variabel Tingkat Pengembalian Pinjaman Dana Program PUAP ... 27 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Serdang Tahun

2012 ... 34 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Serdang Tahun 2012 . 34 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Serdang

Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana di Desa Serdang Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Paribun Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Paribun Tahun 2012 .. 37 Tabel 4.7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Paribun

Tahun 2012 ... 38 Tabel 4.8. Sarana dan Prasarana di Desa Paribun Tahun 2012 ... 38 Tabel 4.9. Karakteristik Petani Sampel Penerima Dana Program PUAP di Desa

Serdang ... 39 Tabel 4.10. Karakteristik Petani Sampel Penerima Dana Program PUAP di Desa

Paribun ... 40 Tabel 4.11. Perkembangan Dana Program PUAP Sektor Usaha Horikultura Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012 ... 42 Tabel 4.12. Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Sektor Usaha

Hortikultura Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012. ... 43 Tabel 4.13. Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan A ... 44 Tabel 4.14. Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan B ... 45 Tabel 4.15. Perbedaan Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan A

dan Gapoktan B ... 46 Tabel 4.16. Perbedaan Karakertistik Sosial Ekonomi Petani Penerima Program

PUAP Antara Gapoktan A dengan Gapoktan B. ... 47 Tabel 4.17. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan A Terhadap Tingkat Pengembalian Dana ... 49 Tabel 4.18. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan B Terhadap Tingkat Pengembalian Dana ... 50 Tabel 4.19. Perbedaan Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima

Dana Puap Tingkat Terhadap Pengembalian Dana Program PUAP Antara Gapoktan A dan Gapoktan B ... 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pola Dasar PUAP ... 12 Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran ... 20 Gambar 2.3. Pengaruh Karakteristisk Sosial Ekonomi Petani Terhadap Tingkat

pengembalian Dana ... 21 Gambar 2.4. Hubungan Karakteristisk Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat

pengembalian Dana ... 21 Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Dana Program PUAP Kabupaten Karo ... 42 Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan di Kabupaten


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan A.

Lampiran 1b. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan A.

Lampiran 2. Perkembangan Dana Program PUAP Kabupaten Karo Tahun 2008-2012.

Lampiran 3. Perkembangan Anggota Gapoktan PUAP Kabupaten Karo Tahun 2008-2012.

Lampiran 4a. Skor Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP di Gapoktan A. Lampiran 4b. Skor Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP di Gapoktan B. Lampiran 5a. Pengaruh (Regresi) antara Krakterstik Sosial Ekonomi Petani

Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan A terhadap Tingkat Pengembalian Dana.

Lampiran 5b. Pengaruh (Regresi) Antara Krakterstik Sosial Ekonomi Petani Penerima Dana Program PUAP di Gapoktan B terhadap Tingkat Pengembalian Dana.

Lampiran 6a. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan A.

Lampiran 6b. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan A.

Lampiran 6c. Korelasi Rank Spearman Antara Pengalaman Bertani Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan A.

Lampiran 6d. Korelasi Rank Spearman AntaraJumlah Tanggungan Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan A.

Lampiran 6e. Korelasi Rank Spearman Antara Luas Lahan Hortikultura Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan A.

Lampiran 7a. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan B.

Lampiran 7b. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkatan Pendidikan Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan B.

Lampiran 7c. Korelasi Rank Spearman Antara Pengalaman Bertani Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan B.

Lampiran 7d. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Tanggungan Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan B.

Lampiran 7e. Korelasi Rank Spearman Antara Luas Lahan Hortikultura Petani Penerima Dana Program PUAP dengan Tingkat Pengembalian Dana pada Gapoktan B.


(12)

Lampiran 8. Gambaran Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Lampiran 9a. Gambaran Umum Gapoktan A. Lampiran 9b. Gambaran Umum Gapoktan B.


(13)

ABSTRAK

SYAFRIZAL BARUS (090304030/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

“Studi Mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Hortikultura Kabupaten Karo”. Studi kasus penelitian di Desa Serdang dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Siti Khadijah. H.N. M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program PUAP hortikultura di Kabupaten Karo, perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian, perbedaan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP, perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B, perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B, dan penggunaan dana program PUAP.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan tertentu. Metode penetuan sampel ditentukan secara (stratified random sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang. Metode pengumpulan data terdiri atas data primer dan data skunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif, analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perkembangan program PUAP dapat dilihat dari jumlah anggota dan jumlah dana. Di Kabupaten Karo jumlah dana berkembang dari Rp 4.400.000.000,00 pada tahun 2008 menjadi Rp 14.045.179.647,00 pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 198,35%. Jumlah anggota Gapoktan bertambah dari 16.500 orang pada tahun 2008 menjadi 40.411 orang pada tahun 2012. Perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A adalah jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani dan jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 4,89 dan skor yang terendah adalah frekuensi pengembalian dana PUAP dengan skor 4,22 sedangkan di Gapoktan B bunga pinjaman dana program PUAP memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 3,31. Sedangkan untuk skor yang paling rendah diperoleh oleh jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani yaitu sebesar 2,28. Perbedaan karakteristik sosial ekonoi antara Gapoktan A dan Gapoktan B tidak terlalu berbeda yaitu umur petani hortikultura di Gapoktan A rataannya adalah 45,33 tahun sedangkan Gapoktan B adalah 49,92 tahun, rataan tingkat pendidikan petani di Gapoktan A adalah 9,96 tahun sedangkan di Gapoktan B adalah 10,69 tahun , rataan pegalaman bertani di Gapoktan A adalah 19,93 tahun sedangkan di Gapoktan B adalah 19,44 tahun, rataan jumlah tanggungan di Gapoktan A adalah 4,36 jiwa sedangkan di Gapoktan B adalah 3,67, dan rataan luas lahan hortikultura di Gapoktan A adalah 0,82 ha sedangkan di Gapoktan B adalah 0,88 ha. Berdasarkan Uji Serempak variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan


(14)

tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP. Hal ini terjadi pada Gapoktan A dan Gapoktan B. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan dengan tingkat pengembalian dana program PUAP. Hal ini terjadi pada Gapoktan A dan Gapoktan B. Kegunaan dana program PUAP oleh petani adalah untuk modal usahatani seperti, membeli bibit, membeli obat-obatan (pestisida, herbisida dan insektisida), pupuk, alat-alat pertanian (cangkul, sprayer,

keranjang buah), membayar tenaga kerja, dan selebihnya untuk keperluan rumah tangga.

Kata kunci: PUAP, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor usaha yang mempunyai banyak permasalahan di Indonesia. Menurut Apriyantono (2011), beberapa masalah pembangunan pertanian Indonesia yang mendasar yaitu pertama, masalah birokrasi Deptan yang penuh akan KKN, lemahnya dalam tindakan mengeksekusi kebijakan, serta koordinasi antar lembaga kurang kuat. Kedua, masalah kepemilikan lahan pertanian, dimana banyak petani Indonesia memiliki lahan yang sempit, produktivitas yang menurun sebagai akibat dari intensifikasi yang berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Ketiga, keterampilan petani yang rendah dengan tingkat pendidikan yang rendah, miskin, teknologi yang rendah, bekerja tidak efisien serta produktivitas yang rendah.

Keempat, masalah kepemilikan lahan yang menyulitkan petani banyak terjadi sengketa antara petani dengan pemerintah maupun pengusaha, banyak petani yang belum mempunyai sertifikat tanah yang sah, serta sistem pewarisan tanah. Masalah kelima adalah mentalitas petani yang lemah dalam memperjuangkan haknya serta lemah dalam berwirausaha. Keenam, pasar dan tataniaga yang sering menyulitkan petani dengan harga yang berfluktuatif tergantung pada pedagang dan tengkulak, penguasaan informasi dan akses pasar yang lemah serta rantai tataniaga yang panjang. Masalah yang ketujuh yaitu lemahnya kesadaran petani dalam berorganisasi yang membuat petani menjadi tidak mandiri. Masalah kedelapan adalah masalah permodalan dimana petani yang


(16)

mengalami kekurangan modal sulit untuk memperolehnya sebab perbankan yang kurang peduli pada petani, belum adanya asuransi petani serta sistem ijon.

Dari banyaknya permasalahan tersebut, masalah yang paling sering dihadapi petani adalah permodalan. Banyak petani di Indonesia, khususnya Sumatera Utara merasa sulit untuk memperoleh modal untuk mengembangkan ataupun memulai usaha mereka. Kesulitan petani dalam memperoleh maupun mengakses permodalan usahatani telah lama dikeluhkan kepada pemerintah. Namun demikian pemerintah sudah banyak mengucurkan dana untuk mengembangkan pertanian, salah satunya yaitu melalui perbankan. Namun banyak lembaga keuangan maupun perbankan yang serius dalam pembiayaan sektor pertanian masih sangat terbatas.

Satu bentuk perhatian yang bisa diberikan pada sektor pertanian dapat berupa kehadiran lembaga pembiayaan atau lembaga keuangan khusus. Untuk itu, perlu disusun payung hukum bagi lembaga tersebut. Tujuan adanya undang-undang hukum tersebut agar tidak sama dengan payung hukum bagi perbankan, lembaga pembiayaan, atau keuangan pada umumnya. Lembaga keuangan dan perbankan yang sudah ada selama ini untuk menyentuh sektor pertanian masih belum ideal. Oleh karena itu kemudian munculah skim-skim khusus, salah satu contohnya adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Program PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. PUAP berbentuk fasilitas bantuan modal usaha petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program PUAP memiliki tujuan antara lain:


(17)

1. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan potensi wilayah.

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra petani.

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

4. Menigkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dimulai sejak tahun 2008. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tersebut telah disalurkan sebagian besar kepada Gapoktan-gapoktan dengan nilai mencapai Rp 1,0573 triliyun dengan jumlah rumah tangga petani yang terlibat adalah sekitar 1,32 juta (Anwar, 2008).

Menurut data BPTP Sumatera Utara (2011), salah satu kabupaten penerima dana BLM-PUAP adalah Kabupaten Karo. Adapun jumlah desa/Gapoktan yang telah menerima dana Program PUAP di kabupaten tersebut sampai akhir tahun 2011 adalah berjumlah 16 desa/Gapoktan dari 17 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karo. Seperti yang diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan kabupaten yang mengandalkan sektor pertaniannya dari komoditi hortikultura.


(18)

Tabel 1.1. Data Kabupaten/Kota Penerima Dana PUAP di Sumatera Utara Tahun 2008-2011

No. Kabupaten/K ota

Jumlah Desa/Gapoktan

SK Tahap I

Jumlah Desa/Gapoktan

SK Tahap II

Jumlah Desa/Gapoktan

SK Tahap III

Jumlah Desa/Gapoktan

SK Tahap IV

Jumlah Desa/Gapoktan

SK Tahap V

Jumlah Bermasalah/ Keterangan

1 Asahan 3 7 1 10 7 28 2

2 Batubara 3 4 2 5 3 17 2

3 Binjai 0 0 2 4 1 7 0

4 Dairi 0 0 8 4 1 13 4

5 Deli serdang 3 41 0 14 0 58 13

6 HumbangHasun dutan

0 4 5 7 1 17 3

7 Karo 0 11 0 5 0 16 0

8 Kota Medan 4 3 0 1 1 9 2

9 Kota Padang Sidempuan

0 5 0 0 1 6 0

10 Kota Pematang Siantar

0 2 5 2 1 10 0

11 Kota Tanjung Balai

0 1 0 0 1 2 0

12 Kota Tebing tinggi

0 3 0 0 0 3 0

13 Labuhan Batu 0 17 0 2 0 19 1

14 Labuhan Batu Selatan

0 0 3 6 1 10 0

15 Labuhan Batu Utara

0 9 0 2 1 12 0

16 Langkat 0 1 0 0 0 1 1

17 Mandailing Natal

0 12 0 3 1 16 1

18 Nias 0 4 2 2 1 9 0

19 Nias Selatan 0 11 0 3 1 15 0

20 Padang Lawas 0 14 0 0 1 15 0

21 Padang Lawas Utara

0 10 0 3 0 13 0

22 Pakpak Bharat 0 0 2 0 0 2 0

23 Samosir 0 8 5 3 16 0

24 Serdang Bedagai

3 42 6 0 51 0

25 Simalungun 5 9 37 9 3 63 4

26 Tapanuli Selatan

0 8 2 2 1 13 0

27 Tapanuli Tengah

0 6 2 7 0 15 1

28 Tapanuli Utara 0 10 4 2 1 17 5

29 Toba Samosir 0 8 1 5 1 15 0

Jumlah 21 250 76 109 32 488 39

Sumber: BPTP Sumatera Utara, 2011

Menurut Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Karo pada Tahun 2009 Kabupaten Karo memperoleh kucuran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebesar Rp 4.400.000.000,00 untuk 44 desa/Gapoktan. Dana tersebut disalurkan ke masing – masing desa/Gapoktan sebesar Rp 100.000.000,00. Sedangkan untuk desa/Gapoktan yang fokus usahanya adalah sektor hortikultura ada sebanyak 19 desa/Gapoktan. Untuk data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.2.


(19)

Tabel 1.2. Data Kecamatan, Desa dan Gapoktan Penerima Dana PUAP Sektor Usaha Hortikulutura Kabupaten Karo Tahun 2009 No Kecamatan Desa Nama Gapoktan Total (Rp) Perkembangan

LKM-A (Rp) *) Keterangan

1 Simpang

Empat 1.Jeraya Tani Jaya 100,000,000 107,500,000 2.Surbakti Surbakti Simalem 100,000,000 112,320,000 2 Tiga Binanga 1.Kem-kem Arih Ersada 100,000,000 100,340,000

2.Simpang

Pergendangen Paya Bundung - -

Dana Tidak Masuk ke Rekening Gapoktan 3.Sukajulu Sukajulu Simalem 100,000,000 123,200,000

4.Kuta Mbaru Punti Kuta Mbaru Punti

Simalem 100,000,000 115,380,000 5.Simolap Sada Nioga 100,000,000 104,950,000 3 Tigapanah 1.Tigapanah Maju Bersama 100,000,000 113,960,000

2.Kutajulu Sada Rarasen 100,000,000 134,869,500 Sudah RAT 4 Dolat Rayat 1.Bukit Bukit Arih Ersada 100,000,000 104,000,000

2.Melas Sada Aronta 100,000,000 104,000,000 3.Dolat Rayat Dolat Ta Ras 100,000,000 102,000,000 4.Sugihen Bintang Tani Jaya 100,000,000 114,400,000 5.Kubucolia Sada Perarih 100,000,000 100,240,000

5 Barus Jahe 1.Penampen Harapan Tani 100,000,000 125,000,000 Sudah RAT

2.Serdang Arih Ersada 100,000,000 170,866,197 Sudah RAT

3.Paribun Lau Sungsang 100,000,000 103,517,500

6 Naman Teran 1.Ndeskati Arih Ersada 100,000,000 106,400,000

7 Kabanjahe 2.Kacaribu Karya Bersama 100,000,000 150,673,300 Sudah RAT

8 Merek 3.Pancurbatu Damai Sejahtera 40,000,000 41,260,000

Rp. 60.000.000,- masih direkening

gapoktan

Jumlah 20 Gapoktan 1,840,000,000 2,134,876,497

Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kab. Karo,2012(Data Diolah).

*) : Keadaan perkembangan LKM-A sampai Oktober 2012 LKM-A : Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis

Salah satu kecamatan yang menerima dana PUAP adalah Kecamatan Barus Jahe. Di Kecamatan Barus Jahe terdapat 19 desa. Sampai saat ini Desa Serdang dan Desa Paribun telah memasuki tahun yang keempat dalam memanfaatkan dana PUAP tersebut. Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan pertanian yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya serta juga digunakan untuk simpan pinjam.

Dengan adanya program PUAP, maka tingkat kesejahteraan petani semakin baik. Hal ini disebabkan oleh penguatan permodalan yang diperoleh petani untuk


(20)

kegiatan usahataninya. Penguatan permodalan yang diperoleh petani berasal dari Gapoktan dalam bentuk simpan pinjam. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan dana program PUAP di Kabupaten Karo khususnya mengenai perkembangan dan pengembalian dana program tersebut dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012.

1.2.Identifikasi Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo?

2. Bagaimana perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian?

3. Bagaimana perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana PUAP di daerah penelitian (Gapoktan A pengembalian dana lancar dan Gapoktan B pengembalian dana tidak lancar)?

4. Bagaimana perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B?

5. Bagaimana perbedaan hubungan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B?

6. Apa saja kegunaan dana program PUAP menurut petani penerima dana program PUAP di daerah penelitian?


(21)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo.

2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana PUAP di daerah penelitian (Gapoktan A pengembalian dana lancar dan Gapoktan B pengembalian dana tidak lancar).

4. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.

5. Untuk menganalisis perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.

6. Untuk mengetahui kegunaan dana program PUAP menurut petani penerima dana program PUAP di daerah penelitian.


(22)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Sebagai bahan masukan bagi Gapoktan dan petani terhadap perbaikan perkembangan Gapoktan di Kabupaten Karo.

2. Sebagai bahan masukan dan perbaikan terhadap instansi pemerintah di Kabupaten Karo dalam menetukan kebijakan terhadap petani .

3. Sebagai bahan informasi maupun referensi untuk pengembangan ilmu serta penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan tanaman pangan, khususnya padi. Di tingkat nasional, peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan peningkatan produksi pangan. Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan proyek dengan membangun kelembagaan kohersif (kelembagaan dipaksakan) seperti, Padi Sentra, Demontrasi Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Insus, dan Supra Insus (Nasrul, 2012).

Nasution (2002) dalam Prihartono (2009), pada tahun 1985 kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui KUD. Sejalan dengan perkembangannya ternyata pola yang demikian banyak menemui kesulitan, terutama dalam penyaluran kredit. Hal tersebut lebih disebabkan karena tingkat tunggakan pada musim tanam sebelumnya sangat tinggi. Namun dalam kenyataannya, banyak kelompok tani yang berada dalam wilayah KUD yang tidak menerima dana Kredit Usaha Tani (KUT), padahal mereka yang berada di wilayah KUD tersebut justru memiliki kemampuan yang baik dalam pengembalian kredit. Beberapa penyebab besarnya


(24)

tunggakan tersebut antara lain karena rendahnya harga gabah yang diterima petani, faktor bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam proses penyaluran serta pemanfaatan dana tersebut.

Menurut Huraerah (2006), sumber modal kegiatan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) bertujuan:

1. Untuk menggerakkan usaha agribisnis disediakan dana bantuan kredit dari pemerintah yaitu Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) atau dana lainnya. 2. Untuk menunjang teknologi yang diperlukan, disediakan dana pembelian

sarana produksi (saprodi/sapronak) dari dana bantuan kredit.

3. Dana bantuan dalam bentuk kredit uang tunai diterima kelompok dan dikelola oleh lembaga kelompok.

Menurut Kasmadi (2005) dalam Prihartono (2009), tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha. Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitas Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Program ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan, dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif.


(25)

Program-program yang diintegrasikan dalam PNPM Mandiri bertambah pada Tahun 2008. Selain PPK ( Program Penanggulangan Kemiskinan) atau PNPM-Perdesaan yang dikelola oleh Departemen Dalam Negeri dan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) atau PNPM-Perkotaan dari Departemen Pekerjaan Umum, maka ditambah pula Program Pengembangan Daerah tertinggal dan Khusus (P2DTK) dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) dari Departemen Pekerjaaan Umum dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dari Depertemen Pertanian yang mencakup program ke 10.000 desa pertanian serta program-program pendukung lainnya.PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran.

Khusus untuk program dari Depatemen Pertanian RI yakni PUAP, dilaksanakan pada tahun yang sama yakni 2008 dengan menyalurkan dana PUAP ke 10.000 desa pertanian. Masing-masing desa menerima BLM-PUAP sebesar 100 juta untuk mengembangkan agribisnis perdesaan. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan penerapan pola bentuk fasilitas bantuan penguatan modal usaha bagi petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, Petani penyewa. Operasional penyaluran dana PUAP tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan terpilih sebagai pelaksana PUAP dalam hal penyaluran dana penguatan modal kepada anggotanya. Agar mencapai hasil maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Gapoktan PUAP


(26)

diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani (Departemen Pertanian, 2008).

Operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan yang telah memenuhi persyaratan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Gapoktan sebagai penyalur dana PUAP antara lain:

a. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, b. Memiliki struktur kepengurusan yang aktif,

c. Dimiliki dan dikelola oleh petani, d. Dikukuhkan oleh Bupati atau Walikota,

e. Jumlah dana yang disalurkan ke setiap Gapoktan sebesar Rp 100 juta. Berikut adalah pola dasar PUAP:

Sumber: Departemen Pertanian, 2008.

Gambar 2.1. Pola Dasar PUAP

DIKLAT 1. Kepemimpinan 2. Kewirausahaa 3. Manajemen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Gapoktan

Poktan

Usaha Produktif Petani

Penyelia Mitra Petani

Pendamping Komite Pengarah


(27)

Tim Pusat melakukan pembinaan terhadap SDM Tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk pelatihan. Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh tim Pembina provinsi kepada Tim Teknis kabupaten/kota difokuskan antara lain pada peningkatan kualiatas SDM yang menangani BLM-PUAP ditingkat kabupaten/kota, koordinasi dan pengendalian, serta mengembangkan sistem pelaporan PUAP. Selanjutnnya pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis kabupaten/kota kepada Tim Teknis kecamatan dilakukan dalam format pelatihan peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP dilapangan nantinya.

Disamping melakukan pembinaan, pengendalian juga dilakukan oleh tim pusat PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke provinsi dan kabupaten/kota untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan umum Menteri Pertanian. Pelaksaan pengendalian dari Tim Pembina PUAP provinsi hingga kepada Tim Teknis PUAP kecamatan dilakukan dengan cara pertemuan regular dan kunjungan lapangan serta mendiskusikan permasalahan yang terjadi di lapangan (Departemen Pertanian, 2008).

Dalam Kebijakan Teknis PUAP 2008, strategi dasar PUAP adalah: 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP,

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal,

3. Penguatan modal petani kecil, buruh tani, dan rumah tangga miskin kepada sumber permodalan, dan

4. Pendampingan bagi Gapoktan/Poktan. Sedangkan strategi operasionalnya adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksankan melalui: a. Pelatihan bagi Pembina dan Pendamping PUAP,


(28)

b. Rekruitmen dan pelatihan bagi PMT, c. Pelatihan bagi Pengurus Gapoktan, dan

d. Pelatihan bagi petani selaku pelaku PUAP penyuluh pendamping.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan melalui:

a. Identifikasi potensial desa,

b. Penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan, dan

c. Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.

3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani, dan rumah tangga miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:

a. Penyaluran BLM-PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, b. Penyaluran sumber pendanaan lainnya dari provinsi dan kabupaten/kota

kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan,

c. Pengembangan kemitraan dengan lembaga keuangan formal. 4. Pendampingan Gapoktan/Poktan dilaksanakan melalui:

a. Penempatan dan penugasan Penyuluh Pendamping di setiap Gapoktan, b. Penempatan dan penugasan PMT di setiap Kabupaten/Kota, dan c. Pembentukan komite pengarah di setiap Gapoktan.

Hal ini tentunya memerlukan peran kelompok tani dan pengurus yang aktif. Kelompok tani memberikan kinerja yang lebih baik dapat menjamin keberhasilan dibandingkan dengan kinerjanya kurang baik akan cenderung mengalami kegagalan yang sangat tinggi. Kelembagaan yang mampu tumbuh dan berkembang adalah kelembagaan atau kelompok komersial lokal yang berfungsi


(29)

ganda. Dengan kata lain kelompok tani yang mampu berkembang sesuai dengan kondisi lokal adalah kelompok multi fungsi yang luwes untuk meningkatkan produktivitas (Kukuh, 2009).

2.1.2. Kelompok Tani (Poktan)

Menurut Departemen Pertanian (2008), kelompok tani sebagai suatu organisasi merupakan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda dan pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama, kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

2.1.3. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Menurut Departemen Pertanian (2008), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan berkerjasama untuk meningktakan skala usaha ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam suatu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier.

Sedangkan menurut Departemen Pertanian (2011), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) untuk menyalurkan bantuan modal bagi anggota. Untuk mencapai hasi yang maksimal dalam Pengembangan Usaha Agribisnis


(30)

Perdesaan (PUAP), Gapotan didampingi tenaga penyuluh pedamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.

2.1.4. Karakteristik Petani

Menurut Soekartawi (1995), cepat tidaknya petani mengadopsi inovasi sangat tergantung kepada faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya: umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya: tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan penting dalam pengelolaan usaha tani.

2.2. Landasan Teori

Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal menerima bunga modal yang pada dasarnya diukur dalam persen dari modal pokok untuk satu kesatuan waktu tertentu, misalnya perbulan, pertriwulan, maupun pertahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain, hanya apabila modal pinjaman dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal sendiri (equty capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989).

Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan peminjam


(31)

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Annonimus1, 2013).

Menurut Departemen Pertanian (2011) program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bertujuan untuk :

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan

Sasaran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu: 1. Berkembanganya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau

sesuai dengan potensi pertanian desa.

2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani.

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik/penggarap) skala kecil, buruh tani.

4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai skala usaha harian, mingguan, maupun musiman.


(32)

Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu:

1. Terfasilitasinya permodalan bagi petani pemilik maupun penggarap, buruh tani dan rumah tangga petani dalam melakukan usaha agribisnis di perdesaan. 2. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dan atau kelembagaan tani dalam

menyalurkan dan memfasilitasi bantuan modal usaha kepada petani.

3. Meningktanya kinerja usaha agribisnis yang dilakukan oleh petani (pemilik/penggarap) skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani dalam melakukan usaha tani di perdesaan sesuai dengan potensi.

4. Berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi unggulan daerah.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menganalisis bagaimana perkembangan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dimulai sejak Tahun 2008 dan merupakan kebijakan baru dari Kementerian Pertanian Indonesia dalam membantu perkembangan pertanian di Indonesia terutama dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Dimana program ini dilaksanakan dengan menyalurkan dana BLM-PUAP ke 10.000 desa petani dengan masing-masing desa menerima BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000.

Penyaluran dana BLM-PUAP ini sendiri dilaksanakan melalui Gapoktan yang terdapat di setiap desa sasaran. Gapoktan merupakan gabungan dari beberapa kelompok-kelompok tani yang bergabung. Setelah Gapoktan memperoleh dana tersebut, maka Gapoktan wajib menyalurkannya kembali


(33)

kepada setiap kelompok-kelompok tani yang tergabung dan terdaftar dalam Gapoktan tersebut.

Setelah kelompok-kelompok tani memperoleh dana program PUAP dari Gapoktan masing-masing, maka dana tersebut disalurkan kepada setiap petani anggota kelompok tani. Jumlah dana yang disalurkan atau dipinjamkan kepada petani disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing petani yang ditentukan dari luas lahan yang dimilikinya. Dalam hal ini luas lahan yang dimaksudkan adalah luas lahan tanaman hortikultura.

Selanjutnya dalam penggunaan dana BLM-PUAP ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi masing-masing petani penerima dana PUAP tersebut. Dan karakteristik sosial ekonomi yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, serta luas lahan petani yang dimiliki petani.

Penyaluran dana program PUAP ini dilakukan dalam bentuk simpan pinjam. Selanjutnya petani penerima dana program PUAP ini akan menggunakan dana tersebut untuk membeli bibit, saprodi, pupuk dan pestisida. Dan setelah petani memperoleh benefit dari usahataninya, maka mereka wajib mengembalikan dana yang disalurkan kepada Gapoktan.


(34)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Lingkungan

Lingkungan Keterangan:

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Proses : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran

PUAP Gapoktan A

Lancar

Gapoktan B Tidak lancar

Kelompok Tani Kelompok Tani

Petani Petani

Karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana program PUAP:

1. Umur (X1)

2. Tingkat Pendidikan (X2) 3. Pengalaman bertani (X3) 4. Jumlah tanggungan (X4) 5. Luas lahan (X5)

6. Pengembalian Dana (Y)

Ketaatan pengembalian dana program PUAP


(35)

Kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B :

Gambar 2.3. Pengaruh Karakteristisk Sosial Ekonomi Petani Terhadap Tingkat pengembalian Dana

Kerangka pemikiran hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B :

Gambar 2.4. Hubungan Karakteristisk Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat pengembalian Dana

Umur (X1) Tingkat pendidikan (X2) Pengalaman bertani (X3) Jumlah tanggungan (X4)

Luas lahan (X5)

Pengembalian dana program PUAP (Y)

Umur (X1) Tingkat pendidikan (X2) Pengalaman bertani (X3) Jumlah tanggungan (X4)

Luas lahan (X5)

Pengembalian dana program PUAP (Y)


(36)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo.

2. Ada perbedaan tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian.

3. Ada perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani penerima dana PUAP di daerah penelitian (Gapoktan A pengembalian dana lancar dan Gapoktan B pengembalian dana tidak lancar).

4. Ada perbedaan pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.

5. Ada perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan tingkat pengembalian dana program PUAP antara Gapoktan A dan Gapoktan B.

6. Dana program PUAP digunakan oleh petani penerima dana program PUAP untuk membeli saprodi, bibit, pupuk, pestisida, dan simpan pinjam.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Serdang dan Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Kabupaten Karo dipilih karena kabupaten ini merupakan sentra produksi hortikultura terbesar di Provinsi Sumatera Utara.

Pemilihan Kecamatan Barus Jahe dikarenakan dari 17 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karo, hanya terdapat 2 kecamatan yang konsisten dalam penyaluran dana program PUAP yaitu Kecamatan Barus Jahe dan Kecamatan Juhar. Sedangkan yang menjadi sentra produksi agribisnis hortikultura adalah Kecamatan Barus Jahe.

Sedangkan alasan memilih Desa Serdang dan Desa Paribun sebagai daerah penelitian karena terdapat perbedaan pengembalian dana. Pengembalian dana di Desa Serdang lebih lancar dibandingkan dengan pengembalian di Desa Paribun. Pada tahun 2009, awalnya terdapat 3 desa yang menjadi penerima dana program PUAP di Kecamatan Barus jahe. Saat ini jumlahnya telah mencapai 13 desa. Dari prasurvei yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa pengembalian dana program PUAP yang terdapat di Desa Serdang merupakan yang paling lancar. Disusul oleh Desa Penampen dengan tingkat pengembalian dana program PUAP agak lancar. Dan desa yang tidak lancar dalam pengembalian dana program PUAP adalah Desa Paribun. Sehingga yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Serdang dan Desa Paribun.


(38)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani penerima dana program PUAP. Pengambilan sampel di daerah penelitian ditentukan secara berstrata (Stratified Random Sampling).

Metode penarikan sampel menggunakan rumus Slovin, dimana jumlah ukuran populasi diketahui dengan pasti dan cukup besar. Menurut Slovin dalam Supriana (2012), rumus untuk memperoleh sampel yang mewakili adalah:

2 1 Ne N n + = dimana:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir.

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

2 1 , 0 . 427 1 427 + = n 27 , 4 1 427 + = n 81 =

n orang

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Petani Penerima Dana Program PUAP di Desa Serdang dan Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe

Desa Gapoktan Populasi (Orang) Sampel (Orang)

Serdang Arih Ersada (237/427)x81 45 Paribun Lau Sungsang (190/427)x81 36


(39)

3.3.Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer yang dibutuhkan akan diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung kepada sumber informasi yang terbaik yaitu petani (anggota Gapoktan) dan pengurus Gapoktan maupun kelompok tani. Calon-calon responden dalam penelitian ini akan difokuskan kepada petani (anggota Gapoktan) yang telah menerima bantuan PUAP Tahun 2009.

Sedangkan untuk data-data skunder akan diperoleh dari instansi terkait meliputi BPS Indonesia, BPS Sumatera Utara, BPS Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Serdang, Kantor Kepala Desa Paribun, serta dari penelusuran kepustakaan, internet dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mengamati perkembangan program PUAP di Kabupaten Karo.

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan skoring. Selanjutnya dibuat scoring dengan menggunakan skala tingkat (rating scale) menurut Skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dibuat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang maupun kelompok tentang kejadian dan gejala sosial (Riduwan, 2010).


(40)

Nilai setiap parameter berkisar antara 1 (sangat rendah) sampai dengan 5 (sangat tinggi). Tingkat pengembalian dana dapat dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 6 – 30. Apabila skor:

6 – 10 = Tingkat pengembalian dana sangat rendah 11 – 15 = Tingkat pengembalian dana rendah

16 - 20 = Tingkat pengembalian dana sedang 21 – 25 = Tingkat pengembalian dana tinggi

26 – 30 = Tingkat pengembalian dana sangat tinggi

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dana program PUAP, dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(41)

Tabel 3.2. Variabel Tingkat Pengembalian Pinjaman Dana Program PUAP

No. Variabel Parameter Skor

1. Prosedur pengembalian pinjaman a. Sangat mudah 5

Dana PUAP b. Mudah 4

c. Cukup mudah 3

d. Sulit 2

e. Sangat sulit 1

2. Membayar iuran wajib a. Selalu (12 bulan) 5 b. Sering (9-11 bulan) 4 c. Kadang-kadang (5-8 bulan) 3 d. Jarang (1-4 bulan) 2

e. Tidak pernah 1

3. Frekuensi pengembalian dana PUAP a. Sangat tepat waktu 5

b. Tepat waktu 4

c. Sedang 3

d. Agak tepat waktu 2 e. Tidak tepat waktu 1

4. Bunga pinjaman a. Sangat rendah 5

b. Rendah 4

c. Tinggi 3

d. Cukup tinggi 2

e. Sangat tinggi 1

5. Jumlah pinjaman yang sudah a. 100% 5

dikembalikan petani b. Antara 50%-100% 4

c. 50% 3

d. Antara 0-50% 2

e. 0% (Belum pernah) 1

6 Jumlah bunga pinjaman yang a. 100% 5

dibayar petani b. Antara 50%-100% 4

c. 50% 3

d. Antara 0-50% 2

e. 0% (Belum pernah) 1

Total 30

Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu mengamati perbedaan karakteristik petani penerima dana program PUAP di daerah penelitian.


(42)

Untuk identifikasi masalah 4, dapat digunakan analisis dengan metode regresi linier berganda. Adapun modelnya menurut Supranto (2001), dituliskan sebagai berikut:

Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +µ

Keterangan:

Yi = Skor penilaian terhadap tingkat pengembalian pinjaman dana PUAP X1i = Umur petani (tahun)

X2i = Tingkat pendidikan (tahun) X3i = Pengalaman bertani (tahun) X4i = Jumlah tanggungan (jiwa) X5i = Luas lahan (ha)

µ = Kesalahan penggangu

b1,b2,b3,b4,b dan b5 = Koefisien regresi

Untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh secara serempak terhadap tingkat pengembalian dana program PUAP , maka digunakan uji F :

F hitung =

) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R − − −

R2 =

2 ) ( i y reg JK Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

k-1 = Derajat bebas pembilang n = Jumlah sampel


(43)

Dengan kriteria uji serempak sebagai berikut:

• Fhit > F tabel (0,05) maka Ho ditolak, H1 diterima, artinya ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B.

• Fhit ≤ F tabel (0,05) maka Ho diterima, H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B.

Untuk identifikasi masalah 5, dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi rank Spearman. Dalam Djarwanto (2003), rumus untuk menghitung koefisien korelasi rank Spearman adalah:

(

1

)

6 1 2 1 2 − − =

= n n d r n i i S keterangan:

di : menunjukkan perbedaan setiap pasang rank. n : menunjukkan jumlah pasang rank

Untuk n ≥ 10 dapat dipergunakan Tabel nilai t, dimana nilai t sampel dapat dihitung dengan rumus:

2 1 2 s s r n r t − − =

kriteria uji :

• Ho diterima, H1 ditolak apabila -tα/2; n-2 ≤ t ≤ tα/2; n-2 artinya tidak ada hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani,


(44)

jumlah tanggungan, luas lahan) terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B.

• Ho ditolak, H1 diterima apabila t > tα/2; n-2 atau t < tα/2; n-2 artinya ada hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) terhadap pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A dan Gapoktan B.

Untuk menguji identifikasi masalah 6 dapat dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati penggunaan dana program PUAP oleh petani pengguna dana PUAP di daerah penelitian.

3.5. Definisi dan Batasan Opersional 3.5.1. Definisi

1) Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang bersifat kualitatif dan kuantitatif terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian.

2) Modal (capital) adalah faktor produksi yang merujuk pada segala sarana dan prasarana (selain manusia dan pemberian alam) yang dihasilkan untuk digunakan sebagai masukan (input) dalam proses produksi.

3) Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan.

4) Perdesaan adalah kawasan yang secara komperatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (edogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

5) Hortikultura adalah tanaman usahatani yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.


(45)

6) Karakteristik sosial ekonomi petani adalah karakter yang dimilik petani yang meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan, dan pengalaman bertani.

7) Umur adalah usia petani penerima dana program PUAP (tahun).

8) Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang pernah ditempuh oleh seorang petani penerima dana program PUAP secara formal (tahun).

9) Pengalaman bertani adalah lamanya petani penerima dana program PUAP telah melakukan usahatani sebagai mata pencahariannya (tahun).

10) Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani penerima dana program PUAP (jiwa).

11) Luas lahan adalah keseluruhan lahan pertanian yang dimiliki oleh petani penerima dana program PUAP (ha).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Serdang dan Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian adalah petani hortikultura yang memperoleh dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Serdang dan Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis Kabupaten Karo terletak antara 02o50 sampai dengan 03o19 LU dan 97o55 sampai dengan 98o38 BT. Kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Kabupaten Simalungun di sebelah Timur, Kabupaten Dairi di sebelah Selatan dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Barat. Dimana Kabupaten ini terdiri atas 17 kecamatan, dan salah satunya adalah Kecamatan Barus Jahe.

Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada Tahun 2011 sebesar 354.242 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 166,53 jiwa/Km2. Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku karo, sedangkan suku lainnya seperti suku batak Toba/Tapanuli, Jawa, Simalungun dan lainnya hanya sebesar 5 %.

Kecamatan Barus Jahe memiliki letak geografis antara 98o35 LU dan 03o10 BT. Kecamatan Barus Jahe terletak pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 18oC- 24oC. Batas-batas Kecamatan Barus Jahe adalah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara. Kecamatan Merek dan Kabupaten Simalungun di sebelah Selatan, Kecamatan Tiga Panah di sebelah Barat dan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun di sebelah Timur. Kecamatan Barus Jahe memiliki 19 desa, dan lokasi penelitian adalah Desa Serdang dan Desa Paribun.


(47)

4.1.1 Deskriptif Desa Serdang

Desa Serdang adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Barus Jahe dengan luas wilayah sebesar 738 ha. Permukiman penduduk mempunyai luas ± 10 ha, Perkebunan seluas 195 ha, Persawahan 94 ha, Perkuburan 1 ha, dan lain-lain seluas 445 ha.

Secara geografis, Desa Serdang berada pada ketinggian antara 900 sampai dengan 1.500 meter. Curah hujan yang terdapat di Desa Serdang adalah 2.000 sampai 3.000 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 28oC sampai 30oC. Topografi Desa serdang adalah datar dan berbukit-bukit. Jarak desa ke ibukota Kecamatan Barus Jahe adalah 4 Km dengan waktu tempuh sekitar 10 menit, dan serta jarak antara Desa Serdang dengan ibukota Kabupaten Karo adalah ±17 Km dengan waktu tempuh 60 menit.

Batas-batas wilayah Desa Serdang, Kecamatan Barus Jahe adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penampen, Kecamatan Barus Jahe. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pertumbukan, Kecamatan Barus

Jahe.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barus Jahe, Kecamatan Barus Jahe. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

4.1.1.1 Keadaan Penduduk Desa Serdang

Jumlah penduduk Desa Serdang pada Tahun 2012 sebanyak 875 jiwa. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 4.1.


(48)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Serdang Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

(%)

1 Laki-laki 436 49,83

2 Perempuan 439 50,17

Total 875 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Serang, 2012

Data tersebut menjelaskan bahwa penduduk perempuan mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 439 jiwa atau 50,17% sedangkan penduduk laki-laki jumlahnya 436 jiwa atau 49,83%.

Keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Serdang Tahun 2012

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 39 4,46

2 Kristen Protestan 558 63,77

3 Katolik 278 31,77

Total 875 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Serdang, 2012

Tabel 4.2. menjelaskan bahwa penduduk Desa Serdang sebagian besar beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 558 jiwa atau 63,77%, penduduk yang beragama Katolik sebanyak 278 jiwa atau 31,77% dan Islam sebanyak 39 jiwa atau 4,46%.

Mayoritas penduduk Desa Serdang bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 531 jiwa atau sekitar 96,20%. Data mata pencaharian penduduk Desa Serdang lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(49)

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Serdang Tahun 2012

No Jenis Mata

Pencaharian

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Petani 531 96,20

2 Pegawai Negeri Sipil 8 1,45

3 Petukangan 3 0,54

4 Lain-lain 10 1,81

Total 552 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Serdang, 2012

4.1.1.2 Sarana dan Prasarana Desa Serdang

Sampai saat ini sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana di Desa Serdang Tahun 2012

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Mesjid 0

2 Musholla 0

3 Gereja 2

4 TK 1

5 SD 1

6 Posyandu 1

7 Puskesmas pembantu 1

8 Bengkel 0

9 Listrik PLN 164

10 PAM 0

11 Mobil Penumpang 2

12 Mobil Puck Up 1

13 Sepeda Motor 30

Sumber: Kantor Kepala Desa Serdang, 2012

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Serdang sudah cukup memadai. Di desa ini sudah mempunyai sarana pendidikan yang cukup baik karena di desa ini sudah mempunyai satu Taman kanak-kanak (TK) dan satu buah Sekolah Dasar (SD). Dan kebanyakan rumah tangga di Desa


(50)

air dari PDAM, melainkan mereka memperolehnya dari sumber air yang ada desa tersebut.

4.1.2 Deskriptif Desa Paribun

Desa Paribun merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Luas wilayah desa ini ± 703 ha, yang terdiri dari permukiman seluas 8 ha, Perkebunan seluas 350 ha, Persawahan seluas 80 ha, Perkuburan seluas 1 ha, dan lain-lain seluas 264 ha.

Desa Paribun terletak pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 18oC sampai dengan 24oC. Topografi desa ini adalah datar dan berbukit-bukit. Jarak antara Desa Paribun dengan ibu kota Kecamatan Barus Jahe ± 2 Km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak antara Desa Paribun dengan ibu kota Kabupaten Karo ± 15 Km dengan waktu tempuh 50 menit.

Batas-batas wilayah Desa Paribun, Kecamatan Barus Jahe adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Bandar, Kecamatan Barus Jahe.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Barus Jahe, Kecamatan Barus Jahe.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangikidik, Kecamatan Barus Jahe. - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sampun, Kecamatan Dolat Rayat.


(51)

4.1.2.1 Keadaan Penduduk Desa Paribun

Jumlah penduduk Desa Paribun pada tahun 2012 sebanyak 947 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Paribun Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 456 48,15

2 Perempuan 491 51,85

Total 947 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Paribun, 2012

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa penduduk yang paling dominan di Desa Paribun adalah penduduk perempuan yang berjumlah 491 jiwa atau sekitar 51,85% dari total penduduk. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki adalah 456 jiwa atau sekitar 48,15%.

Keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Paribun dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Paribun Tahun 2012

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 102 10,77

2 Kristen Protestan 495 52,27

3 Katolik 350 36,96

Total 947 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Paribun, 2012

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Paribun sebagian besar beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 495 jiwa atau 52,27%, Katolik sebanyak 350 jiwa atau 36,96% sedangkan yang beragama Islam sebanyak 102 jiwa atau 10,77%.


(52)

Mayoritas penduduk Desa Paribun bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 80,94% atau sebanyak 450 jiwa. Data mata pencaharian penduduk Desa Paribun lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Paribun Tahun 2012

No Jenis Mata

Pencaharian

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 450 80,94

2 Pegawai Negeri Sipil 21 3,77

3 Peternak 22 3,96

4 Lain-lain 63 11,33

Total 556 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Paribun, 2012

4.1.2.2 Sarana dan Prasarana Desa Paribun

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Paribun sampai saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Sarana dan Prasarana di Desa Paribun Tahun 2012

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Mesjid 1

2 Musholla 0

3 Gereja 4

4 TK 0

5 SD 0

6 Posyandu 1

7 Puskesmas 1

8 Bengkel 2

9 Listrik PLN 236

10 PAM 0

11 Lapangan Bola Volli 1

12 Mobil Penumpang 30

13 Mobil Puck Up 16

14 Sepeda Motor 50

Sumber: Kantor Kepala Desa Paribun, 2012


(53)

pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD) dikarenakan jarak Desa Paribun yang cukup dekat dengan ibukota kecamatan, sehingga anak-anak usia sekolah memilih bersekolah disana.

4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

Deskriptif karakteristik sosial ekonomi petani daerah penelitian dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu umur petani, pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan.

4.2.1 Desa Serdang

Karakteristik petani sampel petani sampel penerima dana program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) di Desa Serdang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9. Karakteristik Petani Sampel Penerima Dana Program PUAP di Desa Serdang

No. Karakteristik Petani Ukuran Rataan Kisaran

1 Umur tahun 45,33 34-70

2 Tingkat Pendidikan tahun 9,96 6-16

3 Pengalaman Bertani tahun 19,93 10-50

4 Jumlah Tanggungan jiwa 4,36 2-7

5 Luas Lahan Hortikultura ha 0,82 0,5-1,2

Sumber : Lampiran 1a

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa umur rata-rata petani penerima dana program PUAP adalah 45,33 tahun dengan kisaran umur antara 34 tahun sampai dengan 70 tahun artinya petani sampel sebagian besar masih dalam usia yang produktif. Tingkat pendidikan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 9,96 tahun dengan kisaran antara 6 sampai dengan 16 tahun. Ini


(54)

membuktikan pendidikan terendah petani adalah tamat SD dan paling tinggi adalah sarjana (S1).

Pengalaman rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 19,93 tahun dengan kisaran antara 10 sampai 50 tahun. Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sampel merupakan petani yang sudah mempunyai pengalaman yang cukup dalam usahatani hortikultura. Umumnya petani sampel di daerah penelitian telah ikut bertani bersama orangtuanya sejak mereka anak – anak.

Jumlah tanggungan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 4,36 orang dengan kisaran antara 2 – 7 jiwa. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh seorang petani akan dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dana program PUAP yang mereka pinjam. Semakin banyak jumlah tanggungan seorang petani, maka akan mengakibatkan kebutuhan keluarga akan semakin meningkat pula. Serta luas lahan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 0,82 dengan kisaran antara 0,5 – 1,2 ha.

4.2.2 Desa Paribun

Karakteristik petani sampel petani sampel penerima dana program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) di Desa Paribun adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Karakteristik Petani Sampel Penerima Dana Program PUAP di Desa Paribun

No. Karakteristik Petani Ukuran Rataan Kisaran

1 Umur tahun 49,92 33-73

2 Tingkat Pendidikan tahun 10,69 6-16

3 Pengalaman Bertani tahun 19,44 5-45

4 Jumlah Tanggungan jiwa 3,67 1-7

5 Luas Lahan Hortikultura ha 0,88 0,5-2


(55)

Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa umur rata-rata petani penerima dana program PUAP adalah 49,92 tahun dengan kisaran umur antara 33 tahun sampai dengan 73 tahun artinya petani sampel sebagian besar masih dalam usia yang produktif. Tingkat pendidikan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 10,69 tahun dengan kisaran antara 6 sampai dengan 16 tahun. Ini membuktikan pendidikan terendah petani adalah tamat SD dan paling tinggi adalah sarjana (S1).

Pengalaman rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 19,44 tahun dengan kisaran antara 5 sampai 45 tahun. Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sampel merupakan petani yang sudah mempunyai pengalaman yang cukup dalam usahatani hortikultura. Umumnya petani sampel di daerah penelitian telah ikut bertani bersama orangtuanya sejak mereka anak – anak.

Jumlah tanggungan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 3,67 orang dengan kisaran antara 1 – 7 jiwa. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh seorang petani akan dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dana program PUAP yang mereka pinjam. Semakin banyak jumlah tanggungan seorang petani, maka akan mengakibatkan kebutuhan keluarga akan semakin meningkat pula. Serta luas lahan rata – rata petani penerima dana program PUAP adalah 0,82 dengan kisaran antara 0,5 – 2 ha.

4.3. Perkembangan Program PUAP Kabupaten Karo

Perkembangan program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) dapat dilihat dari segi perkembangan dana yang diterima masing – masing desa/Gapoktan dan perkembangan jumlah anggota Gapoktan.


(56)

4.3.1. Perkembangan Dana Program PUAP Kabupaten Karo

Kabupaten Karo memperoleh dana program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) sejak Tahun 2008. Setiap desa sasaran memperoleh dana program PUAP sebesar 100 juta/desa. Perkembangan dana progam PUAP sektor usaha hortikultura Kabupaten Karo dapat dilihat dari Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Perkembangan Dana Program PUAP Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012

Tahun

Sumber Dana Jumlah

Perkembangan Dana Program

PUAP Kementerian

Pengembalian Pinjaman Dana PUAP Sebelumnya

2008 4.400.000.000 - 4.400.000.000

2009 4.400.000.000 4.634.708.300 9.034.708.300 2010 2.000.000.000 9.101.643.500 11.101.643.500 2011 1.500.000.000 10.230.608.102 11.730.608.102 2012 1.500.000.000 12.545.179.647 14.045.179.647

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 2

Tabel 4.11 menjelaskan bahwa perkembangan dana program PUAP di Kabupaten Karo dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perkembangan dan dapat dilihat dari jumlah dana yang dikucurkan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 yaitu sebesar Rp.4.400.000.000,00 berkembang menjadi Rp. 14.045.179.647,00 pada Tahun 2012. Berikut Grafik perkembangannya.

Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Dana Program PUAP Kabupaten Karo

0 5E+09 1E+10 1,5E+10

2008 2009 2010 2011 2012

Tahun


(57)

4.3.2. Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Kabupaten Karo

Perkembangan jumlah anggota Gapoktan Kabupaten Karo dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012

Tahun Jumlah Anggota Gapoktan (Orang) Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan (Orang) Persentase Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan (%)

2008 16.500 16.500 0

2009 24.600 8.100 32,92

2010 32.475 7.875 24,25

2011 35.995 3.520 9,77

2012 40.411 4.416 10,92

Rata – rata 8082,2 15,57

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 3

Tabel 4.12 menjelaskan bahwa perkembangan jumlah anggota Gapoktan PUAP di Kabupaten Karo setiap tahunnya meningkat, meskipun persentase kenaikan jumlahnya terlihat menurun dengan rata-rata kenaikan setiap tahunnya sebesar 15,57% . Jumlah anggota Gapoktan pada Tahun 2008 berjumlah 16.500 orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 40.411 orang. Berikut Grafik perkembangan jumlah anggota Gapoktan Kabupaten Karo.

Gambar 4.6. Grafik Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan di Kabupaten Karo 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000

2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Anggota Gapoktan (Orang)

Pertambahan Jumlah Anggota Gapoktan (Orang)


(58)

4.4. Perbedaan Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP di Daerah Penelitian

Tingkat pengembalian dana program PUAP dapat dilihat dari lancar tidaknya dana yang dipinjam oleh petani kembali ke Gapoktan. Untuk tingkat pengembalian dana Gapoktan A dapat dilihat dari Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan A

No Variabel Skor yang

Diharapkan

Skor yang Dicapai

Ketercapaian (%)

1 Prosedur pengembalian pinjaman dana PUAP

5,00 4,62 92,44

2 Membayar Iuran wajib 5,00 4,80 96,00

3 Frekuensi

Pengembalian Dana PUAP

5,00 4,22 84,44

4 Bunga pinjaman 5,00 4,31 86,22

5 Jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani

5,00 4,89 97,78

6 Jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani

5,00 4,89 97,78

Total 30,00 27,73 554,67

Rata-rata 5,00 4,62 92,44

Sumber: Lampiran 4a

Tabel 4.13 menjelaskan bahwa tingkat pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A adalah 4,62 dengan ketercapaian skor pengembalian dana program PUAP sebesar 92,44%. Artinya tingkat pengembalian dana program PUAP oleh petani di Gapoktan A adalah sangat tinggi.

Variabel jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani dan variabel jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 4,89. Sedangkan untuk skor yang paling rendah diperoleh oleh variabel frekuensi pengembalian dana PUAP yaitu sebesar 4,22.


(59)

Dari rata-rata skor yang dicapai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa petani di Gapoktan A mempunyai tingkat pengembalian dana program PUAP yang sangat tinggi.

Tingkat pengembalian dana Gapoktan B dapat dilihat dari Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan B

No Variabel Skor yang

Diharapkan

Skor yang Dicapai

Ketercapaian (%)

1 Prosedur pengembalian pinjaman dana PUAP

5,00 2,89 57,78

2 Membayar Iuran wajib 5,00 2,72 54,44

3 Frekuensi Pengembalian Dana PUAP

5,00 2,36 47,22

4 Bunga pinjaman 5,00 3,31 66,11

5 Jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani

5,00 2,28 45,56

6 Jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani

5,00 2,31 46,11

Total 30,00 15,86 317,22

Rata-rata 5,00 2,64 52,87

Sumber: Lampiran 4b

Tabel 4.14 menjelaskan bahwa tingkat pengembalian dana program PUAP di Gapoktan B adalah 2,64 dengan ketercapaian skor pengembalian dana program PUAP sebesar 52,87%. Artinya tingkat pengembalian dana program PUAP oleh petani di Gapoktan B adalah rendah.

Variabel bunga pinjaman dana program PUAP memperoleh skor yang paling tinggi yaitu 3,31. Sedangkan untuk skor yang paling rendah diperoleh oleh variabel jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan petani dana PUAP yaitu sebesar 2,28.

Dari rata-rata skor yang dicapai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa petani di Gapoktan B mempunyai tingkat pengembalian dana program PUAP


(60)

Tingkat pengembalian dana program PUAP di daerah penelitian berbeda antara Gapoktan A dengan Gapoktan B. Perbedaan – perbedaan tersebut dapat dilihat dari pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Perbedaan Tingkat Pengembalian Dana Program PUAP Gapoktan A dan Gapoktan B

No Variabel

Gapoktan A Gapoktan B

Skor yang Dicapai Ketercapaian (%) Skor yang Dicapai Ketercapaian (%)

1 Prosedur pengembalian

pinjaman dana PUAP

4,62 92,44 2,89 57,78

2 Membayar Iuran wajib

4,80 96,00 2,72 54,44

3 Frekuensi Pengembalian Dana PUAP

4,22 84,44 2,36 47,22

4 Bunga pinjaman 4,31 86,22 3,31 66,11

5 Jumlah pinjaman yang sudah dikembalikan

petani

4,89 97,78 2,28 45,56

6 Jumlah bunga pinjaman yang dibayarkan petani

4,89 97,78 2,31 46,11

Total 27,73 554,67 15,86 317,22

Rata-rata 4,62 92,44 2,64 52,87

Sumber: Lampiran 4a dan 4b

Tabel 4.15 menjelaskan bahwa tingkat pengembalian dana program PUAP sangat berbeda di Gapoktan A dengan Gapoktan B. Dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian dana program PUAP di Gapoktan A sangat tinggi yaitu dengan skor 4,62 dengan ketercapaian 92,44%, sedangkan di Gapoktan B rendah yaitu dengan skor 2,64 dengan ketercapaian 52,87%.

Perbedaaan tersebut dikarenakan di Gapoktan A memiliki pengurus yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas masing-masing. Pengurus di


(1)

2. Anggota a. Hak

1. Untuk hadir dan berbicara tentang hak-hak yang dirundingkan dalam pertemuan rapat anggota.

2. Untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus.

3. Untuk memberi saran pada pengurus baik diminta maupun tidak diminta guna perbaikan dan kemajuan Gapoktan, baik dalam pertemuan maupun diluar pertemuan kelompok.

4. Memperoleh keuntungan setiap usaha yang dilakukan unit usaha Gapoktan yang besarnya ditetapkan berdasarkan musyawarah.

b. Kewajiban

1. Untuk hadir dan aktif dalam mengambil bahagia dalam pertemuan/rapat. 2. Berpartsipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Gapoktan.

3. Mengembangkan dan memelihara usaha Gapoktan berdasarkan atas azas kekeluargaan.

4. Taat kepada peraturan yang diputuskan oleh rapat anggota. Syarat menjadi anggota Gapoktan A adalah:

a. Syarat-syarat menjadi anggota sesuai dengan anggaran dasar adalah: 1. Berasal dari anggota kelompok tani arau kumpulan kelompok tani. 2. Mempunyai kesamaan kepentingan dalam lingkup Gapoktan.

3. Telah menyetujui isi AD/ART dan ketentuan-ketentuan Gapoktan yang berlaku.

4. Bertempat tinggal atau bekerja dan berusaha di lingkup keanggotaan Gapoktan.


(2)

5. Membayar Simpanan pokok Rp 5.000,00 dan Simpanan wajib sebesar Rp. 78.000,00 setiap bulan.

6. Setelah simpanan pokok terpenuhi maka pengurus Gapoktan A akan menerbitkan kartu keanggotaan sesuai dengn formulir pendaftarran.

Aturan tambahan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan oleh anggota yang meminjam dana PUAP yang ditetapkan dalam rapat anggota adalah:

1. Setiap anggota yang meminjam dana dikenakan jasa pinjaman sebesar 2% perbulan dari jumlah pinjaman.

2. Jumlah dana pinjaman harus dikembalikan beserta jasanya dalam tempo 6 bulan.


(3)

Lampiran 9b. Gambaran Umum Gapoktan B

Gapoktan B dibentuk pada tanggal 18 Septembet 2007 melalui hasil musyawarah kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani ini terdiri dari:

1. Kelompok tani Juma Jahen/Sipinggan 2. Kelompok tani Juma Bendera

3. Kelompok tani Juma Cek Dam 4. Kelompok tani Juma Becib 5. Kelompok tani Juma Cekai 6. Kelompok tani Juma Barung 7. Kelompok tani Juma Lambung 8. Kelompok tani Juma Slawen

9. Kelompok tani Juma Pasar Tiga Barus 10. Kelompok tani Juma Pialai

11. Kelompok tani Juma Tiga

12. Kelompok tani Juma Kepar Bakal 13. Kelompok tani Juma Jahen

14. Kelompok tani Juma Tiga Pasar

Tugas, Hak dan Kewajiban Pengurus dan anggota Gapoktan A berdasarkan AD/ART adalah sebagai berikut:

1. Pengurus a. Tugas

1. Memimpin Gapoktan


(4)

3. Memelihara buku daftar anggota dan pengurus serta buku organisasi lainnya.

b. Hak

1. Menugaskan dan memanggil anggota kelompok dalam hak kegiatan yang menyangkut Gapoktan.

2. Mengadakan pertemuan kelompok/rapat anggota.

c. Kewajiban pengurus

1. Pengurus berkewajiban memberitahukan tentang segala sesuatu yang menyangkut Gapoktan.

2. Pengurus diwajibkan untuk memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala yang menyebabkan timbulnya perselisih pahaman.

3. Perselisihan yang timbul karena adanya kepentingan khusus atau dalam hubungan sebagai anggota harus diselesaikan oleh pengurus dengan jalan damai tanpa memihak.

4. Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga, dan keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok.

5. Anggota pengurus Gapoktan tidak boleh menjadi pengurus Gapoktan lainnya yang sejenis, kevuali untuk gabungan seperti dalam kelurahan dan atau kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi.

2. Anggota a. Hak

1. Untuk hadir dan berbicara tentang hak-hak yang dirundingkan dalam pertemuan rapat anggota.


(5)

2. Untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus.

3. Untuk memberi saran pada pengurus baik diminta maupun tidak diminta guna perbaikan dan kemajuan Gapoktan, baik dalam pertemuan maupun diluar pertemuan kelompok.

4. Memperoleh keuntungan setiap usaha yang dilakukan unit usaha Gapoktan yang besarnya ditetapkan berdasarkan musyawarah.

5. Kewajiban

6. Untuk hadir dan aktif dalam mengambil bahagia dalam pertemuan/rapat. 7. Berpartsipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Gapoktan.

8. Mengembangkan dan memelihara usaha Gapoktan berdasarkan atas azas kekeluargaan.

9. Taat kepada peraturan yang diputuskan oleh rapat anggota. Syarat menjadi anggota Gapoktan A adalah:

a. Syarat-syarat menjadi anggota sesuai dengan anggaran dasar adalah: 1. Berasal dari anggota kelompok tani arau kumpulan kelompok tani. 2. Mempunyai kesamaan kepentingan dalam lingkup Gapoktan.

3. Telah menyetujui isi AD/ART dan ketentuan-ketentuan Gapoktan yang berlaku.

4. Bertempat tinggal atau bekerja dan berusaha di lingkup keanggotaan Gapoktan.

5. Membayar Simpanan pokok dan Simpanan wajib sebesar setiap bulan. 6. Setelah simpanan pokok terpenuhi maka pengurus Gapoktan A akan


(6)

Aturan tambahan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan oleh anggota yang meminjam dana PUAP yang ditetapkan dalam rapat anggota adalah:

1. Setiap anggota yang meminjam dana dikenakan jasa pinjaman sebesar 1,5% perbulan dari jumlah pinjaman.

2. Jumlah dana pinjaman harus dikembalikan beserta jasanya dalam tempo 10 bulan.