Hubungan antara Bioavailabilitas Intake Zat Besi dengan Status Anemia Remaja di Yogyakarta dan Padang.
HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE
ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI
YOGYAKARTA DAN PADANG
SAIDA BATTY
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Bioavailabilitas intake Zat Besi dengan Status Anemia Remaja di Yogyakarta dan
Padang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Saida Batty
NIM I14090122
ABSTRAK
SAIDA BATTY. Hubungan antara Bioavailabilitas Intake Zat Besi dengan Status
Anemia Remaja di Yogyakarta dan Padang. Dibimbing oleh CESILIA METI
DWIRIANI dan LILIK KUSTIYAH.
Masalah gizi mikro merupakan masalah gizi yang masih dihadapi oleh
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Defisiensi besi merupakan salah
satu contoh masalah gizi mikro dan dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Defisiensi zat besi disebabkan oleh kurangnya intake zat besi atau intake zat besi
sudah cukup namun dengan bioavailabilitas yang rendah. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis hubungan antara bioavailabilitas intake zat besi dengan
stasus anemia remaja di Kota Padang dan Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study dan menggunakan sebagian data dari
penelitian Dwiriani et al. (2013). Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SMA
di Padang (101 orang) dan Yogyakarta (98 orang) yang diperoleh secara
purposive. Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh di
Yogyakarta signifikan lebih tinggi daripada contoh di Padang kecuali kalsium.
Rata-rata kadar Hb contoh di Yogyakarta dan Padang relatif sama, namun contoh
yang mengalami anemia di Yogyakarta (23.5%) relatif lebih tinggi daripada di
Padang (12.9%). Terdapat hubungan signifikan yang positif (p
ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI
YOGYAKARTA DAN PADANG
SAIDA BATTY
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Bioavailabilitas intake Zat Besi dengan Status Anemia Remaja di Yogyakarta dan
Padang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Saida Batty
NIM I14090122
ABSTRAK
SAIDA BATTY. Hubungan antara Bioavailabilitas Intake Zat Besi dengan Status
Anemia Remaja di Yogyakarta dan Padang. Dibimbing oleh CESILIA METI
DWIRIANI dan LILIK KUSTIYAH.
Masalah gizi mikro merupakan masalah gizi yang masih dihadapi oleh
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Defisiensi besi merupakan salah
satu contoh masalah gizi mikro dan dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Defisiensi zat besi disebabkan oleh kurangnya intake zat besi atau intake zat besi
sudah cukup namun dengan bioavailabilitas yang rendah. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis hubungan antara bioavailabilitas intake zat besi dengan
stasus anemia remaja di Kota Padang dan Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study dan menggunakan sebagian data dari
penelitian Dwiriani et al. (2013). Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SMA
di Padang (101 orang) dan Yogyakarta (98 orang) yang diperoleh secara
purposive. Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh di
Yogyakarta signifikan lebih tinggi daripada contoh di Padang kecuali kalsium.
Rata-rata kadar Hb contoh di Yogyakarta dan Padang relatif sama, namun contoh
yang mengalami anemia di Yogyakarta (23.5%) relatif lebih tinggi daripada di
Padang (12.9%). Terdapat hubungan signifikan yang positif (p