Keragaman karakter terkait vigor daya simpan benih kedelai (Glycine max L. Merill)

RINGKASAN

ATIKA BAKTISARI. Keragaman Karakter Terkait Vigor Daya Simpan
Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). (Dibimbing oleh DESTA WIRNAS
dan ENY WIDAJATI).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Darmaga. Penanaman untuk perbanyakan benih dilakukan di Kebun
Percobaan Leuwikopo, Darmaga. Pengujian mutu benih dilakukan di Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH) Cimanggis pada bulan Maret sampai September 2008. Tujuan
penelitian ini adalah membandingkan vigor 20 genotipe hasil pemuliaan serta
mempelajari keragaman berbagai karakter

yang terkait dengan vigor benih

kedelai.
Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan, yaitu studi keragaan daya simpan
benih kedelai pada berbagai periode simpan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan dua faktor dan studi pewarisan karakter tolok ukur mutu
fisiologis benih menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Ulangan dilakukan

sebanyak 3 ulangan, sedangkan genotipe yang dipakai adalah sebanyak 20
genotipe dengan pembanding adalah Anjasmoro.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih kedelai bermutu baik pada
awal periode simpan (0 bulan) akan mengalami penurunan vigor mulai periode
simpan 1 bulan yang ditandai oleh turunnya daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, kecepatan tumbuh dan kadar air serta peningkatan daya hantar listrik.
Penurunan vigor semakin terlihat pada periode simpan 2 bulan dengan daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan kadar air
menurun serta daya hantar listrik meningkat. Pada periode simpan 3 bulan, benih
sudah mengalami deteriorasi sehingga semua tolok ukur yang diamati
menunjukkan nilai sangat rendah kecuali daya hantar listrik yang nilainya sangat
tinggi.
Keragaman tolok ukur viabilitas benih kedelai dipengaruhi oleh ragam
genetik. Keragaman paling tinggi diperoleh setelah benih disimpan selama 2

bulan kecuali pada tolok ukur kadar air, volume dan daya hantar listrik. Pada
periode simpan 2 bulan tersebut nilai heritabilitas dalam arti luas tergolong tinggi
untuk tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, bobot, bobot jenis dan
daya hantar listrik (53-98%); bernilai sedang untuk tolok ukur potensi tumbuh
maksimum dan volume (30-47%); serta rendah untuk tolok ukur kadar air (10%).

Uji lanjut menunjukkan B.3837, B.3749 dan B.3883 memiliki mutu fisiologis
paling tinggi dari genotipe pembanding (Anjasmoro) pada periode simpan 2
bulan.

KERAGAMAN KARAKTER TERKAIT VIGOR
DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI
(Glycine max L. Merill)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Atika Baktisari
A34404053

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


Judul

: KERAGAMAN KARAKTER TERKAIT VIGOR
DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.
Merill)

Nama

: Atika Baktisari

NRP

: A34404053

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II


(Dr. Ir. Eny Widajati, M.S.)

(Dr. Desta Wirnas, S.P. M.Si)
NIP : 197012282000032001

NIP : 196101061985032002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Didy Soepandie, MAgr.)
NIP : 195712221982031002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nganjuk, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 24 Juni
1985. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Rachmat
Harno dan Alm. Ibu Sulasmi.

Pada tahun 1991 penulis lulus dari TK PG Rejo Agung Baru, kemudian
pada tahun 1997 penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 01 Patihan, Madiun.
Pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Madiun dan menyelesaikan
studi di SMU Negeri 2 Madiun pada tahun 2003.
Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB. Selanjutnya
tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Budi Daya Pertanian (sekarang
Departemen Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi berjudul “Keragaman Karakter Terkait Vigor Daya Simpan
Benih Kedelai (Glycine max L. Merill)”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Desta Wirnas, S.P. M.Si selaku dosen pembimbing satu dan Dr. Ir. Eny
Widajati, M.S. selaku dosen pembimbing dua, dan Maryati Sari, S.P. M.Si
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
selama penyusunan skripsi.

2. Ir. Ahmad Sarjana, M.Si selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan

Mutu

Benih

Tanaman

Pangan

dan

Hortikultura

(BBPPMBTPH) Cimanggis; Dina Daryono, S.TP, M.Si selaku kepala
laboratorium biologi BBPPMBTPH, Dewi Taliroso, S.P. M.Si dan seluruh staf
BBPPMBTPH Cimanggis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penelitian.
3. Almarhumah Ibu Sulasmi, Bapak Rachmat Harno dan Erika Wijayanti, S.Kh

tercinta yang telah memberikan semangat, nasehat, doa serta pengorbanan
dalam bentuk materi untuk menunjang kuliah; Keluarga Kusnindar yang
meminjamkan literatur kedelai di BLPP Nganjuk, keluarga Sukati yang
membantu dalam bentuk materi dan pihak-pihak lain yang turut berperan
dalam penyusunan tugas akhir, keluarga besar di Nganjuk dan Surabaya.
4. Rekan-rekan Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih yang
membantu penelitian dan penyusunan skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................

vi


DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

vii

PENDAHULUAN...............................................................................

1

Latar Belakang.........................................................................

1

Tujuan .....................................................................................

3

Hipotesis..................................................................................

3


TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

4

Asal-Usul, Taksonomi, dan Morfologi Kedelai ........................

4

Pertumbuhan Kedelai...............................................................

6

Penyimpanan Benih Kedelai ....................................................

6

Vigor Benih Kedelai ...............................................................

9


BAHAN DAN METODE....................................................................

12

Tempat dan Waktu...................................................................

12

Bahan dan Alat ........................................................................

12

Metode Penelitian ....................................................................

12

Pelaksanaan ............................................................................

14


Pengamatan ............................................................................

15

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................

18

Kondisi Umum ........................................................................

18

Keragaan Daya Simpan Benih Kedelai Pada Berbagai Periode
Simpan ....................................................................................

19

Studi Pengaruh Genotipe Terhadap Daya Simpan Benih
Kedelai ....................................................................................

29

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................

33

Kesimpulan..............................................................................

33

Saran .......................................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................

34

LAMPIRAN........................................................................................

37

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. Nilai tengah daya berkecambah (%) dan potensi tumbuh
maksimum (%) benih kedelai pada beberapa periode simpan ..........

20

2. Nilai tengah kecepatan tumbuh (%/etmal) dan kadar air (%) benih
kedelai pada beberapa periode simpan............................................

22

3. Nilai tengah bobot (gram) dan volume (mL) benih kedelai pada
beberapa periode simpan.................................................................

25

4. Nilai tengah berat jenis (gram/mL) dan daya hantar listrik
(µS cm-1g-1) benih kedelai pada beberapa periode simpan ..............

26

5. Nilai ragam karakter vigor benih kedelai pada berbagai periode
simpan............................................................................................

28

6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe (G) terhadap tolok
ukur mutu fisiologis benih kedelai ........................................................

29

7. Ragam dugaan genotipik dan fenotipik serta nilai heritabilitas
dalam arti luas pada beberapa tolok ukur mutu fisiologis benih
kedelai............................................................................................

30

8. Uji lanjut dunnett genotipe (G) terhadap tolok ukur mutu fisiologis
benih kedelai untuk periode penyimpanan 2 bulan dengan
pembanding genotipe Anjasmoro....................................................

32

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Daya Berkecambah (DB)..................................................

38

2. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)..................................

38

3. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Kecepatan Tumbuh (KCT) .................................................

38

4. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Kadar Air (KA) ................................................................

39

5. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Volume Benih (V) ............................................................

39

6. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Bobot Benih (B) ...............................................................

39

7. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Berat Jenis Benih (BJ) ......................................................

40

8. Data sidik ragam pengaruh genotipe (G) dan periode simpan (T)
terhadap Daya Hantar Listrik (DHL)...............................................

40

9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe (G) terhadap tolok
ukur mutu fisiologis benih kedelai ..................................................

40

10. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan (T) terhadap
tolok ukur mutu fisiologis benih kedelai .........................................

41

11. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh interaksi genotipe (G) dan
periode simpan (T) terhadap tolok ukur mutu fisiologis benih
kedelai............................................................................................

41

12. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe (G), periode simpan
(P), dan interaksi genotipe (G) dengan periode simpan (P) terhadap
tolok ukur mutu fisiologis benih kedelai .........................................

41

13. Data Sidik Ragam Daya Berkecambah (DB) Optimum Pada
Periode Simpan 2 Bulan..................................................................

42

14. Data Sidik Ragam Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) Optimum
Pada Periode Simpan 2 Bulan .........................................................

42

15. Data Sidik Kecepatan Tumbuh (KCT) Optimum Pada Periode
Simpan 2 Bulan ..............................................................................

42

16. Data Sidik Ragam Kadar Air (KA) Optimum Pada Periode Simpan
2 Bulan ...........................................................................................

42

17. Data Sidik Ragam Volume Benih (V) Optimum Pada Periode
Simpan 2 Bulan ..............................................................................

43

18. Data Sidik Ragam Bobot Benih (B) Optimum Pada Periode
Simpan 2 Bulan ..............................................................................

43

19. Data Sidik Ragam Berat Jenis Benih (BJ) Optimum Pada Periode
Simpan 2 Bulan ..............................................................................

43

20. Data Sidik Ragam Daya Hantar Listrik (DHL) Optimum Pada
Periode Simpan 2 Bulan..................................................................

43

21. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................

44

22. Suhu dan Kelembaban di Darmaga ................................................

44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan
PP No. 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, yang dimaksud dengan
benih adalah semua bagian tanaman yang dapat digunakan untuk perbanyakan
tanaman dari hasil pembiakan generatif maupun vegetatif. Menurut Sumpema
(2005), benih merupakan biji yang mampu melewati masa juvenil hingga
menghasilkan bunga melalui proses penyerbukan dan akan menghasilkan biji
melalui fertilisasi. Menurut Sadjad (1997), benih digolongkan menjadi dua, yaitu
biji alami (zigotik) dan biji manufaktural (sintetik). Biji zigotik dihasilkan melalui
proses fertilisasi dan perkembangbiakan vegetatif. Biji zigotik banyak
dikembangkan dari dulu hingga sekarang, sedangkan benih sintetik masih jarang
diproduksi karena lebih rumit.
Produktivitas kedelai di Indonesia diharapkan mencapai 1 juta ton/ha
dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 2 juta ha. Namun pada kenyataannya
luas lahan yang ditanami kedelai hanya 650 ribu ha dengan produktivitas rendah.
Hal ini menyebabkan konsumsi kedelai sebesar 2 juta ton per tahun tidak dapat
dipenuhi sendiri. Kebutuhan benih bersertifikat sebesar 400 ribu ton/tahun hanya
mampu dipenuhi 5%, sehingga sebagian besar petani menggunakan benih dari
kedelai konsumsi yang kurang baik untuk ditanam (Wirawan dan Wahyuni,
2002).
Kedelai di Indonesia sebagian besar didatangkan dari Amerika. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya produktivitas kedelai yang berdampak pada petani
untuk menanam tanaman lain selain kedelai. Selama ini kedelai hanya dijadikan
sebagai tanaman sampingan yang ditanam setelah penanaman padi. Harga kedelai
impor yang jauh lebih murah daripada kedelai lokal juga menyebabkan rendahnya
keinginan petani untuk menanam kedelai (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Berkurangnya jumlah petani yang menanam kedelai mengakibatkan ketersediaan
benih kedelai semakin sedikit.
Produktivitas kedelai yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya daya
tumbuh di lapang. Umumnya benih kedelai di lapang mempunyai persentase daya

2

tumbuh kecil antara 50-70% karena vigor benih rendah (Adisarwanto, 2005).
Penanganan pra panen dan pasca panen juga berpengaruh terhadap vigor benih.
Untuk mendapatkan vigor yang baik, benih harus terhindar dari serangan hama
dan penyakit, terhindar dari kerusakan fisik dan mekanik serta disimpan dalam
kondisi optimal. Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan viabilitas
dan vigor benih sampai benih tersebut ditanam lagi.
Kedelai yang selama ini diproduksi di Indonesia ternyata memiliki
produktivitas dan kualitas benih yang rendah. Menurut Purwanti (2004), salah
satu penyebab ketersediaan benih kedelai di Indonesia adalah kemunduran benih
yang juga berhubungan dengan vigor benih sehingga tidak dapat menyuplai benih
bermutu kepada konsumen.
Benih kedelai memiliki cadangan makanan lemak dan protein tinggi
sehingga berpengaruh pada daya simpan benih kedelai di Indonesia yang rendah.
Suhu dan kelembaban yang tinggi akan mempercepat kemunduran benih akibat
penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai
konduktivitas, penurunan daya berkecambah dan vigor (Tatipata et al, 2004).
Menurut Kartono (2002), periode simpan benih kedelai dapat ditingkatkan jika
kadar air rendah, kelembaban rendah, benih dikemas, bebas hama dan penyakit.
Menurut Adisarwanto (2005), penyimpanan benih kedelai yang bersifat
higroskopis dengan bahan pengemas seperti plastik ukuran 0,15 mm dapat
mempertahankan daya tumbuh kedelai >80% setelah 8 bulan. Benih kacang
kacangan dapat mempertahankan viabilitasnya hingga 3 bulan bila disimpan pada
suhu kamar 30ºC (Sadjad, 1980).
Vigor benih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu vigor genetis dan vigor
visiologis. Vigor genetis merupakan vigor yang dimiliki benih secara genetis.
Vigor fisiologis merupakan vigor yang digunakan untuk menilai laju kemunduran
benih. Vigor genetis antar galur berbeda-beda sesuai tetuanya sehingga vigor ini
dapat digunakan untuk seleksi galur. Dalam penelitian ini vigor daya simpan
diamati berdasarkan beberapa karakter genetik yaitu daya berkecambah, potensi
tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, kadar air, bobot, volume, bobot jenis dan
daya hantar listrik. Vigor daya simpan merupakan parameter vigor lot benih pada
kurun waktu periode simpan (Sadjad, 2009).

3

Menurut Justice dan Bass (2002), daya simpan benih dipengaruhi oleh
faktor genetik antara lain struktur kulit benih dan komposisi kimia benih.
Penyimpanan sebagai kendala utama dalam produksi benih bervigor tinggi
memerlukan pemecahan. Salah satu caranya adalah mencari galur benih kedelai
yang mempunyai daya simpan lama dan secara genetik mampu mempertahankan
vigornya. Hal ini membuka peluang untuk mendapatkan genotipe yang
mempunyai daya simpan sehingga mampu mempertahankan vigornya.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan vigor beberapa genotipe
kedelai nasional dan genotipe hasil pemuliaan serta mempelajari keragaman
berbagai karakter yang terkait dengan vigor benih kedelai.

Hipotesis
1. Terdapat satu atau beberapa genotipe yang menghasilkan benih kedelai dengan
vigor tinggi.
2. Karakter yang terkait dengan vigor benih kedelai dikendalikan oleh faktor
genetik.

TINJAUAN PUSTAKA

Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan yang berasal dari Cina dan telah
dibudidayakan di Indonesia sekitar abad ke-16 di pulau Jawa dan Bali. Masuknya
kedelai disebabkan oleh perkembangan perdagangan internasional, yang kemudian
meluas ke seluruh wilayah dunia pada abad ke-19 (Adisarwanto, 2005). Menurut
laporan Rhumphius dalam Suprapto (1992), kedelai telah digunakan di Indonesia
sebagai bahan makanan dan kompos pertanian sejak 1750. Kedelai merupakan
tanaman angiospermae yang termasuk kelas dicotyledonae dan famili leguminosae.
Kedelai berasal dari tanaman liar Glycine soja dan Soja max yang kemudian
disepakati nama ilmiah untuk kedelai adalah Glycine max L. Merill.
Kedelai memiliki akar tunggang dengan serabut yang tumbuh pada akar
tunggang. Akar adventif seringkali muncul ketika ada cekaman lingkungan tertentu,
seperti kadar air tanah yang terlalu tinggi. Pertumbuhan akar kedelai bisa mencapai 2
meter pada lahan yang sangat gembur. Menurut Suprapto (1992), kedelai mempunyai
keistimewaan seperti pada jenis kacang-kacangan lainnya, yaitu mampu bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium japonicum, dimana bakteri tersebut akan terbentuk 15-20
hari setelah tanam. Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar mengikat nitrogen
langsung dari udara sehingga tanah di sekitarnya akan subur karena dipenuhi dengan
zat lemas/nitrogen (Mulyokusumo, 1983).
Batang kedelai berbentuk semak, setiap batang ada cabang yang banyak atau
sedikit dan ada yang tidak menghasilkan cabang sama sekali. Pertumbuhan kedelai
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu determinate, indeterminate dan semi determinate.
Menurut Suprapto (1992) perbedaan antara tipe determinate dan indeterminate adalah
sebagai berikut. Tipe determinate mempunyai ujung batang sama besar dengan
bagian tengah, pembungaan serempak dari atas ke pangkal, pertumbuhan vegetatif
terhenti setelah berbunga, tinggi batang pendek sampai sedang dan daun teratas sama
besar dengan daun bagian tengah. Tipe intermediet mempunyai ciri ujung batang
lebih kecil agak melilit dan ruas panjang, pembungaan berangsur dari pangkal ke

5

atas, fase vegetatif masih berlanjut setelah pembungaan, batang sedang sampai tinggi
dan daun teratas lebih kecil. Semi intermediet merupakan tipe pertumbuhan antara
determinate dan indeterminate.
Kedelai mempunyai dua macam daun yaitu daun saat perkecambahan berupa
kotiledon dan daun setelah perkecambahan yang berbentuk trifoliat. Berdasarkan
bentuknya, daun kedelai dibedakan menjadi bentuk bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Menurut Adisarwanto (2005), kedelai dengan daun lebar yang tumbuh di
lahan subur akan menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak. Daun kedelai
mempunyai bulu dengan jumlah dan panjang yang berbeda-beda sesuai genotipenya.
Kedelai dengan bulu lebat umumnya mempunyai toleransi tinggi terhadap serangan
hama tertentu.
Bunga pada kedelai merupakan bunga sempurna, berwarna ungu atau putih.
Penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar sehingga sangat kecil kemungkinan
terjadinya kawin silang. Bunga muncul di ketiak daun sekitar 5-7 minggu setelah
tanam dan muncul pada penyinaran kurang dari 15 jam. Menurut Suprapto (1992),
tanaman kedelai di Indonesia tumbuh baik pada suhu tinggi (di atas 30ºC) dan
panjang hari rata-rata 12 jam sehingga tidak semua introduksi genotipe unggul dari
luar negeri dapat berproduksi optimal bila ditanam di Indonesia. Pada suhu tinggi dan
kelembaban rendah, sinar matahari banyak diterima oleh ketiak daun sehingga
pembungaan cukup banyak. Walaupun jumlah bunga kedelai sangat banyak, lebih
dari 60% mengalamai keguguran sebelum membentuk polong.
Polong kedelai mulai muncul seminggu setelah pembungaan dengan rata-rata
3 biji per polong. Pada setiap ketiak daun akan muncul hingga 10 polong. Ukuran biji
beragam, yaitu benih kecil dengan berat 7-9 g/100 butir, benih sedang 10-13 g/100
butir dan benih besar dengan berat lebih dari 13 g/100 butir. Biji kedelai dapat
berbentuk bulat, bulat telur dan agak gepeng tergantung genotipe. Warna biji
bervariasi mulai dari hitam, cokelat, kuning, hijau maupun campuran dari warnawarna tersebut. Stuktur biji kedelai terdiri dari kulit biji (testa) yang terdapat hilum
dan mikrofil serta bagian embrio.

6

Pertumbuhan Kedelai
Fase pertumbuhan kedelai sangat penting diperhatikan untuk memutuskan
waktu pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta waktu panen.
Fase tersebut terdiri dari dua fase yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif
terdiri dari 6 tingkatan fase yaitu fase pemunculan, fase kotiledon, fase buku I, fase
buku II, fase buku III dan fase buku ke-n. Pertumbuhan vegetatif dimulai dengan
munculnya kotiledon di permukaan tanah dilanjutkan dengan berkembangnya daun
kotiledon hingga terbuka penuh. Selanjutnya daun trifoliat akan tumbuh dan
berkembang di atas buku daun kotiledon hingga mencapai buku ke-n. Fase generatif
dimulai saat muncul bunga pertama sampai dengan pemunculan dan pemasakan
polong (Adisarwanto, 2005). Adapun fase pertumbuhan kedelai dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Penandaan fase pertumbuhan vegetatif kedelai
Fase
VE
VC

Tingkat Fase
Stadia pemunculan
Stadia kotiledon

V1
V2

Stadia buku
pertama
Stadia buku kedua

V3

Stadia buku ketiga

Vn

Stadia buku ke-n

Keterangan
Kotiledon muncul ke permukaan tanah
Daun unfoliolat berkembang, tepi daun tidak
menyentuh tanah
Daun terbuka penuh pada buku unfoliolat
Daun trifoliolat terbuka penuh pada buku kedua
di atas buku unfoliolat
Pada buku ketiga batang utama terdapat daun
yang terbuka penuh
Pada buku ke-n, batang utama telah terdapat
daun yang terbuka penuh

Sumber : Adisarwanto, 2005

Penyimpanan Benih
Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan
benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan
mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih adalah untuk mengawetkan cadangan
makanan tanaman bernilai ekonomis dari satu musim ke musim berikutnya.

7

Kesalahan dalam informasi penyimpanan benih dapat merugikan program pertanian
negara karena pertanian menjadi kurang efisien, plasma nutfah tidak terawat dan
perniagaan benih internasional menyusut.
Tabel 2. Penandaan fase pertumbuhan generatif kedelai
Fase
R1
R2

R3
R4
R5
R6
R7

R8

Tingkat Fase
Mulai berbunga

Keterangan
Munculnya bunga pertama pada buku mana pun
pada batang utama
Berbunga penuh
Bunga terbuka penuh pada satu atau dua buku
paling atas pada batang utama dengan daun
yang telah terbuka penuh
Mulai berpolong
Polong telah terbentuk dengan panjang 0,5 cm
pada salah satu buku batang utama
Berpolong penuh
Polong telah mempunyai panjang 2 cm pada
salah satu buku teratas pada batang utama
Mulai pembentukan Ukuran biji dalam polong mencapai 3 mm pada
biji
salah satu buku batang utama
Berbiji penuh
Setiap polong pada batang utama telah berisi
biji satu atau dua
Mulai masak
Salah satu warna polong pada batang utama
telah berubah menjadi cokelat kekuningan atau
warna masak
Masak penuh
95% jumlah polong telah mencapai warna
polong masak

Sumber : Adisarwanto, 2005

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah vigor awal
sebelum simpan dan faktor enforced. Vigor awal sebelum simpan terdiri dari faktor
innate dan faktor induce. Faktor innate merupakan faktor genetik yang nilainya
tergantung dari genotipe tanaman, sedangkan faktor induce adalah faktor yang
terdapat pada lingkungan di lapangan, pengolahan sampai benih siap disimpan.
Faktor enforced adalah faktor lingkungan simpan yang terdiri dari biotik dan abiotik.
Menurut Justice dan Bass (2002), faktor genetik yang mempengaruhi daya simpan
benih adalah struktur kulit benih dan komposisi kimia benih.
Benih merupakan tanaman mini yang vigornya dipengaruhi oleh cara dan
kondisi penyimpanan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan

8

benih, yaitu kadar air, kelembaban dan suhu ruang. Penyimpanan benih merupakan
bagian dari proses distribusi benih setelah pengemasan sampai benih siap ditanam.
Secara umum ada empat cara untuk menyimpan benih dengan baik, yaitu
penyimpanan terbuka (open storage), penyimpanan dalam ruang dingin (cold
storage), penyimpanan dalam container terkendali, dan penyimpanan dengan bahan
penyerap (Adisarwanto, 2005).
Benih adalah tanaman mini yang dapat mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh faktor lingkungan yang kurang menunjang. Untuk mengatasi meningkatnya
laju deteriorasi benih, diperlukan suatu upaya penyimpanan benih pada lingkungan
yang optimum sesuai dengan sifat benih tersebut. Setiap jenis benih memiliki umur
simpan yang berbeda-beda tergantung kultivar tersebut (Justice dan Bass, 2002).
Tujuan penyimpanan benih menurut Kuswanto (2003) adalah untuk mendukung
kegiatan produksi tanaman dalam menyediakan benih bermutu sebelum datang
musim tanam. Wirawan dan Wahyuni (2003) menambahkan bahwa, lamanya daya
simpan benih dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu genetik dari tanaman induk,
kondisi lingkungan simpan, keadaan fisik maupun fisiologis benih.
Menurut Departemen Pertanian (1986), benih kedelai yang baik memiliki ciriciri benih berdaya kecambah tinggi (di atas 80%), benih tumbuh serentak, cepat dan
sehat, murni (tidak tercampur genotipe lain), bersih (tidak tercampur benih atau
kotoran lain), sehat, bernas/padat, tidak keriput/luka bekas gigitan serangga, benih
baru (kurang dari 6 bulan sejak saat benih dipanen). Menurut Suprapto (1992), bila
benih kedelai disimpan pada ruang terbuka hanya akan bertahan maksimal 4 bulan.
Penyimpanan pada kantong plastik kedap udara dapat mempertahankan vigor benih
lebih lama bila disimpan kurang dari 6-7 bulan dan penyimpanan pada ruang
terkendali pada suhu sekitar 18ºC dan kelembaban sekitar 55% dapat dilakukan
selama 1 tahun, namun benih harus segera ditanam setelah keluar dari gudang.
Menurut Kartono (2002), benih kedelai baik disimpan pada jangka waktu
yang lama pada suhu kurang dari 20ºC serta kelembaban di bawah 50% dengan
mempertahankan mutu dan daya kecambah tetap tinggi. Selain pengaturan suhu dan
kelembaban ruang simpan, mutu dan daya kecambah benih juga dapat dipertahankan

9

tetap tinggi dengan penangan panen dan pascapanen serta perawatan benih yang baik.
Penyimpanan benih dalam kemasan kedap udara dan kadar air 80%. Daya berkecambah pada
periode simpan 3 bulan menunjukkan vigor rendah dengan nilai antara 4-32% dimana
semua genotipe memiliki nilai sangat rendah yaitu di bawah 40%. Hal ini sesuai
dengan percobaan de Alencar (2004) yang menyatakan bahwa benih kedelai yang
disimpan pada suhu 30ºC dan kadar air awal 14,8% akan kehilangan daya
berkecambah setelah periode simpan 3 bulan. Sedangkan pada suhu 40ºC, kehilangan
daya berkecambah terjadi setelah periode simpan 45 hari (1,5 bulan).
Berdasarkan Singh dan Gunasena (1974), suhu ruang simpan tidak
berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih kedelai. Demikian pula
genotipe tidak berpengaruh nyata sampai dengan 6 bulan penyimpanan. Namun,

20

interaksi antara suhu ruang simpan dan genotipe berpengaruh nyata terhadap daya
berkecambah. Benih kedelai dapat mempertahankan daya berkecambahnya >80%
hingga 3 bulan penyimpanan. Benih kedelai yang disimpan dalam suhu ruang pada
periode simpan 1 bulan memiliki daya berkecambah sebesar 92,80%. Peningkatan
nilai daya berkecambah terjadi pada periode simpan 2 bulan yaitu 98,40%. Daya
berkecambah benih kedelai pada periode simpan 3 bulan kembali mengalami
penurunan menjadi 90,30%.
Tabel 4. Nilai tengah daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum
(PTM) benih kedelai pada beberapa periode simpan.
DB (%)

PTM (%)

Genotipe
0 bulan 1 bulan

B.3883
96,00
B.3837
98,67
B.3803
100,00
B.3901
98,67
B.3778
98,67
B.3764
93,33
B.3749
98,67
B.3641
97,33
B.3570
98,67
B.3260
97,33
Panderman
97,33
Cikuray
92,00
Menyapa
94,67
Ijen
92,00
Lawit
98,67
Kaba
100,00
Tanggamus 86,67
Seulawah
100,00
Burangrang 93,33
Anjasmoro
98,67

76,00
80,00
68,00
80,00
76,00
76,00
84,00
92,00
68,00
80,00
84,00
88,00
80,00
72,00
80,00
84,00
92,00
76,00
92,00
88,00

2 bulan

48,00
72,00
40,00
52,00
44,00
48,00
76,00
76,00
40,00
56,00
64,00
44,00
76,00
52,00
72,00
76,00
92,00
52,00
84,00
64,00

3 bulan

32,00
24,00
28,00
28,00
24,00
28,00
24,00
28,00
24,00
32,00
32,00
16,00
16,00
20,00
16,00
12,00
4,00
8,00
28,00
40,00

0 bulan 1 bulan 2 bulan

96,00
100,00
100,00
100,00
100,00
96,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
96,00
100,00
100,00

84,00
92,00
88,00
92,00
88,00
92,00
92,00
92,00
72,00
88,00
92,00
92,00
96,00
76,00
92,00
96,00
96,00
80,00
96,00
92,00

48,00
72,00
56,00
68,00
52,00
60,00
84,00
76,00
48,00
56,00
72,00
60,00
80,00
64,00
76,00
80,00
92,00
60,00
84,00
68,00

3
sbulan

36,00
40,00
32,00
36,00
36,00
32,00
32,00
28,00
40,00
32,00
36,00
24,00
28,00
24,00
24,00
24,00
24,00
28,00
36,00
44,00

Menurut Marwanto (2004), daya berkecambah benih kedelai dipengaruhi oleh
suhu dan periode simpan. Daya berkecambah benih kedelai dapat dipertahankan lebih

21

dari 80% hingga 6 bulan periode simpan pada suhu 15ºC. Benih kedelai yang
disimpan pada suhu 15ºC menunjukkan penurunan daya berkecambah dari 98% pada
awal periode simpan menjadi 46% pada periode simpan 4 bulan dan 15% pada
periode simpan 6 bulan.
Berdasarkan Adebisi (2004), benih kedelai yang disimpan pada kondisi kamar
(32ºC / 50% RH) dengan daya berkecambah awal sekitar 84% akan mengalami
penurunan daya berkecambah antara 46-80% pada periode simpan 3 bulan. Daya
simpan benih kedelai pada kondisi simpan tersebut akan hilang setelah 6 sampai 8
bulan periode simpan.
Potensi tumbuh maksimum sangat tinggi pada periode simpan 0 bulan yaitu
berkisar antara 96-100%. Semua genotipe memiliki nilai 100% kecuali B.3883,
B.3764, dan Seulawah yang memiliki nilai 96%. Potensi tumbuh maksimum pada
periode simpan 1 bulan mulai mengalami penurunan antara 72-96%, dengan nilai
tertinggi sebesar 96% yaitu genotipe Menyapa, Kaba, Tanggamus dan Burangrang.
Potensi tumbuh maksimum pada periode simpan 2 bulan terus mengalami penurunan
mencapai 48-92%. Genotipe yang paling baik pada periode simpan ini adalah B.3749,
Tanggamus dan Burangrang yang ketiganya bernilai >80%. Potensi tumbuh
maksimum pada periode simpan 3 bulan menunjukkan vigor rendah dengan 20
genotipe mengalami penurunan tajam sehingga nilainya kurang dari 45% (Tabel 4).
Menurut Wulandari (2009), periode simpan, suhu ruang simpan, dan interaksi
antara periode simpan dan suhu ruang simpan berpengaruh sangat nyata terhadap
potensi tumbuh maksimum benih pepaya pada taraf α 1%. Benih pepaya mengalami
penurunan nilai potensi tumbuh maksimum setelah disimpan pada suhu dan
kelembaban kamar.
Kecepatan tumbuh sangat tinggi pada periode simpan 0 bulan yaitu berkisar
antara 15-25%/etmal. Genotipe yang memiliki nilai tertinggi adalah B.3837,
Panderman, dan Kaba (>23%/etmal). Kecepatan tumbuh pada periode simpan 1 bulan
mulai mengalami penurunan antara 13-21%/etmal dengan genotipe yang paling baik
adalah B.3883, B.3749, B.3641, Kaba dan Burangrang dengan nilai lebih dari
20%/etmal. Kecepatan tumbuh pada periode simpan 2 bulan terus mengalami

22

penurunan mencapai 6-25%/etmal. Genotipe yang paling baik pada periode simpan
ini adalah Tanggamus, B.3749 dan Menyapa yang memiliki nilai paling tinggi
(≥20%). Kecepatan tumbuh pada periode simpan 3 bulan menunjukkan vigor rendah
dengan nilai antara 5-10% dimana semua genotipe memiliki nilai sangat rendah yaitu
kurang dari 10%/etmal (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai tengah kecepatan tumbuh (KCT) dan kadar air (KA) benih kedelai pada
beberapa periode simpan.

Genotipe
B.3883
B.3837
B.3803
B.3901
B.3778
B.3764
B.3749
B.3641
B.3570
B.3260
Panderman
Cikuray
Menyapa
Ijen
Lawit
Kaba
Tanggamus
Seulawah
Burangrang
Anjasmoro

KCT (%/etmal)
0 bulan 1 bulan 2 bulan

22,09
23,66
18,41
18,51
22,75
20,96
22,61
22,26
20,82
21,79
23,25
22,45
20,21
20,53
22,57
24,11
15,08
22,22
20,65
20,11

20,21
18,23
16,37
14,86
15,95
18,37
20,31
20,70
15,25
17,61
14,69
19,53
19,54
18,39
17,36
20,47
19,88
13,34
20,28
17,35

17,76
19,13
7,47
12,95
11,67
12,73
20,07
19,93
6,40
14,87
7,47
11,73
20,00
13,60
18,87
19,73
24,30
13,53
18,93
10,60

KA (%)
3 bulan

0 bulan

1 bulan

2 bulan

3 bulan

5,77
5,69
6,72
8,25
9,33
7,23
6,56
7,72
5,58
6,28
6,73
9,22
9,67
6,92
8,72
7,16
8,72
9,45
9,24
8,13

13,54
13,32
13,12
13,67
13,19
13,41
13,53
13,61
13,48
13,19
13,57
13,39
13,71
13,46
13,54
13,21
13,54
13,43
13,65
13,84

12,51
12,54
12,08
12,30
12,73
12,74
12,64
12,50
12,24
12,39
12,24
12,81
12,41
12,31
12,31
12,81
12,54
12,78
12,55
12,19

10,96
10,69
10,51
10,59
10,97
10,86
10,52
10,70
10,75
10,89
1