Strategi Nafkah Perempuan Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga

STRATEGI NAFKAH PEREMPUAN NELAYAN TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA

NINA EVI NUR LAILA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Nafkah
Perempuan Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Nina Evi Nur Laila
NIM I34100024

ABSTRAK
NINA EVI NUR LAILA. Strategi Nafkah Perempuan Nelayan terhadap
Pendapatan Keluarga. Dibimbing oleh SITI AMANAH.
Keluarga nelayan merupakan kelompok keluarga yang berisiko tinggi dalam
perekonomiannya karena hasil penangkapan ikan dipengaruhi oleh kondisi alam,
salah satunya adalah nelayan pesisir Sendang Biru. Riset ini berfokus pada
strategi nafkah serta kontribusi yang dilakukan oleh perempuan nelayan Sendang
Biru untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan dalam
riset ini adalah metode deskriptif dan eskplanatori dengan menggunakan
instrumen berupa kuesioner dengan pemilihan responden secara purposive.
Sampel riset ini adalah perempuan yang berasal dari keluarga nelayan yang
mempunyai kegiatan produktif menghasilkan pendapatan tambahan bagi
keluarganya. Hasil riset ini menunjukkan bahwa perempuan nelayan Sendang
Biru memegang peran penting dalam peningkatan pendapatan keluarga nelayan

dengan mencurahkan sebagian besar waktunya pada kegiatan produktif dan
reproduktif. Kontribusi pendapatan perempuan nelayan berpengaruh besar
terhadap ketahanan perekonomian keluarga nelayan. Sebagian besar perempuan
nelayan mempunyai andil untuk memenuhi setengah dari seluruh kebutuhan
rumah tangga.
Kata kunci: strategi nafkah, perempuan nelayan, kontribusi pendapatan,
pendapatan keluarga

ABSTRACT
NINA EVI NUR LAILA. Livelihood Strategy of Coastal Women to Fishermen
Family Income. Supervised by SITI AMANAH.
The livelihoods of fishery households are highly vulnerable to fishery
sources due to their nature-depending catchments, fishery households in Sendang
Biru coastal for example. This study focused to analyse the livelihood strategy
and contribution of coastal women in Sendang Biru to improve their family
income. Descriptive and explanatory methods using questionnaire instrument and
purposive sampling were used. The responden samples are coastal women who
were productively doing activities to obtain extra income for their family. Coastal
women of Sendang Biru have important roles to improve their family income by
spending a lot of time to do productive and reproductive activities. Coastal

women’s income contributions bring about significant effects on fishery families’
financial security. Most of coastal women contributions meet half of their family
needs.
Keywords: livelihood strategy, coastal women, income contribution, family
income

STRATEGI NAFKAH PEREMPUAN NELAYAN DALAM
PENDAPATAN KELUARGA

NINA EVI NUR LAILA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Strategi Nafkah Perempuan Nelayan Terhadap Pendapatan
Keluarga
Nama
ina Evi Nur Laila
NIM
: 134100024

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen


'fanggal Lulus: ... ..... ..... ... ..... ...... .. ...... ....... ........ .......... .

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Nafkah Perempuan Nelayan Terhadap
Pendapatan Keluarga” ini dengan lancar. Skripsi ini ditujukan untuk untuk
memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis bertujuan untuk menganalisis
strategi nafkah yang dilakukan oleh perempuan nelayan Sendang Biru dalam
meningkatkan pendapatan keluarga nelayan di pesisir. Untuk mencapai tujuan ini,
peneliti terlebih dahulu akan menganalisis mengenai
faktor-faktor yang
menyebabkan perempuan pesisir melakukan strategi nafkah dan kendala yang
dihadapinya. Peningkatan pendapatan keluarga diukur dari tingkat kontribusi
pendapatan perempuan nelayan terhadap pendapatan keluarga dan kemampuan
menabung keluarga.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu pembimbing tersabar

Dr Ir Siti Amanah,M Sc yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terima kasih kepada orang tua tersayang dan suami tercinta Mas Arry
serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa
bagi kelancaran penulisan laporan skripsi ini. Penulis juga sampaikan terima kasih
kepada seluruh teman-teman terutama kepada teman-teman SKPM angkatan 47
khususnya Nur Hannah, Yulia, Bang Novrianto, Bang Gregorio dan Jakius
sebagai teman yang membantu, memberi semangat, dan memotivasi penulis
dalam penulisan dan penyelesaian laporan skripsi ini, teman-teman PU (Mbak Ian,
Bundo, Uni Ega dan Miss Princess), teman-teman PN, teman-teman Dwi Regina
(Bebet Surebet, Kening, Pipok, Listi, Dessy, Asri, Ayu dan semuanya), temanteman Bidik Misi 47, dan pemilik kosan dan warung makan di sekitar kampus.
Peneliti menyadari bahwa laporan skripsi ini belum sempurna, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.Semoga hasil penelitian ini
nantinya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2015
Nina Evi Nur Laila

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


Halaman
vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Masalah Penelitian

2

Tujuan Penelitian

3

Kegunaan Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS

5

Kerangka Pemikiran

11


Hipotesis Penelitian

13

Definisi Operasional

13

PENDEKATAN LAPANG

17

Lokasi dan Waktu Penelitian

17

Teknik Penentuan Responden

18


Teknik Pengumpulan Data

20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

21

PROFIL DESA TAMBAKREJO

23

Sarana dan Prasarana

24

Struktur Kependudukan

25


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN NELAYAN MELAKUKAN
STRATEGI NAFKAH
31
STRATEGI NAFKAH PEREMPUAN NELAYAN

47

Curahan Waktu

47

Pola Nafkah

49

Migrasi

50

Optimalisasi Sumberdaya Keluarga

51

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEREMPUAN TERHADAP PENDAPATAN
RUMAH TANGGA
53
Strategi Investasi Rumah Tangga Nelayan

54

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
PEREMPUAN NELAYAN DENGAN STRATEGI NAFKAH

57

STRATEGI NAFKAH PEREMPUAN NELAYAN

47

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Strategi Nafkah Perempuan Nelayan
57
Keterikatan Strategi Nafkah dengan Aspek Etnis dan Mata Pencaharian
SIMPULAN DAN SARAN

59
65

Simpulan

65

LAMPIRAN

69

RIWAYAT HIDUP

78

DAFTAR TABEL
halaman
1. Teknik Penentuan Responden, Jenis dan Sumber Data ............................ 19
2. Sebaran Penduduk Desa Tambakrejo Berdasarkan Usia Tahun 2012 ...... 25
3. Sistem Bagi Hasil Nelayan Berdasarkan Alat Tangkap yang
Digunakan ................................................................................................. 28
4. Jumlah dan Persentase Usia Responden ................................................... 32
5. Jumlah dan Persentase Etnik Asal Responden .......................................... 32
6. Jumlah dan Persentase Tingkat Pendidikan .............................................. 33
7. Jumlah dan Persentase Status Pekerjaan Responden ................................ 34
8. Jumlah dan Persentase Tingkat Pendapatan Responden ........................... 36
9. Jumlah dan Persentase Latar Belakang Etnik Keluarga ............................ 37
10. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Etnik Asal dan
Latar Belakang Keluarga Responden ........................................................ 38
11. Jumlah dan Persentase Jumlah Anggota Rumah Tangga .......................... 39
12. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Utama Keluarga
Responden ................................................................................................. 40
13. Jumlah dan Persentase Pendapatan Rumah Tangga Responden ............... 40
14. Jumlah dan Persentase Tingkat Akses Sumberdaya Modal
Responden ................................................................................................. 42
15. Jumlah dan Persentase Tingkat Ikatan Patron-Client Responden ............ 43
16. Jumlah dan Persentase Dukungan Sosial yang Diperoleh Responden...... 43
17. Jumlah dan Persentase Alokasi Waktu Perempuan Pesisir dalam
Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial ............................................. 45
18. Jumlah dan Persentase Pola Nafkah Responden ....................................... 47
19. Jumlah dan Persentase Migrasi Responden .............................................. 49
20. Jumlah dan Persentase Optimalisasi Sumberdaya Keluarga
Responden ................................................................................................. 50
21. Jumlah dan Persentase Kontribusi Pendapatan Perempuan Nelayan
terhadap Pendapatan Keluarga .................................................................. 51
22. Hasil Uji Korelasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Strategi
Nafkah Perempuan Nelayan ...................................................................... 56
23. Persentase Faktor Internal dan Eksternal Responden Terhadap
Strategi Nafkah........................................... Error! Bookmark not defined.
24. Hasil Uji Faktor Etnik dan Mata Pencaharian yang Berhubungan
dengan Strategi Nafkah Perempuan Nelayan ............................................ 59
25. Persentase Faktor Internal dan Eksternal Responden Terhadap
Strategi Nafkah.......................................................................................... 61

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.

halaman
Pola Nafkah Perempuan ............................................................................ 10
Kerangka Pemikiran .................................................................................. 12
Pie Chart Alokasi Waktu Responden dalam Kegiatan Produktif .............. 46
Pie Chart Alokasi Waktu Responden dalam Kegiatan Domestik
Mengurus Rumah Tangga ......................................................................... 46

DAFTAR LAMPIRAN
halaman
69
69

1. Peta Desa Tambakrejo (Sumber: Peta Pertanian Kab. Malang)
2. Gambar Pantai Sendang Biru (Sumber: Google Map)
3. Hasil Uji Statistik Rank Spearman Hubungan Antara Karakteristik
Demografi Responden dengan Strategi Nafkah
4. Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Antara Karakteristik
Demografi Responden dengan Strategi Nafkah
5. Hasil Uji Statistik Rank Spearman Hubungan Antara Profil Rumah
Tangga Responden dengan Strategi Nafkah
6. Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Antara Profil Rumah
Tangga Responden dengan Strategi Nafkah
7. Hasil Uji Statistik Rank Spearman Hubungan Antara Faktor
Eksternal Rumah Tangga Responden dengan Strategi Nafkah
8. Dokumentasi

70
70
71
71
72
73

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya perikanan Indonesia yang melimpah belum diimbangi oleh
kualitas sumberdaya manusia pesisir dan sarana penunjang pesisir lainnya. Hal ini
membuat masyarakat nelayan masih menjadi masyarakat golongan ekonomi
lemah. Pada tahun 2011 tercatat masyarakat miskin di pesisir jumlahnya mencapai
7,87 juta jiwa yang bermukim di 10.000 desa pesisir. Padahal potensi sumberdaya
perikanan dan kelautan Indonesia berdasarkan data KKP tahun 2014 adalah 6.520
juta ton/tahun. Hal ini menjadi ironis jika dilihat dari segi kekayaan sumberdaya
perikanan dan kelautan Indonesia yang melimpah tetapi masyarakatnya masih
dalam ekonomi lemah. Menurut Satria (2009) menyatakan bahwa kemiskinan
masyarakat pesisir dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu kemiskinan strukutural,
kemiskinan kultural, dan kemiskinan alamiah. Kusnadi dalam Ekaningdyah
(2003) menambahkan bahwa kemiskinan yang melekat pada masyarakat pesisir
itu disebabkan oleh struktur yang tidak mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta budaya yang masih melekat dalam masyarakat tersebut. Tingkat
sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah ini, dalam struktur
masyarakat nelayan, menyebabkan nelayan menjadi lapisan sosial yang paling
miskin, sedangkan sebagian besar nelayan di Indonesia adalah nelayan buruh. Hal
ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang melimpah tidak dapat dikelola dan
dimanfaatkan dengan maksimal.
Nelayan merupakan golongan masyarakat yang menggantungkan hidupnya
pada perikanan tangkap dan budidaya. Pendapatan yang didapatkan dengan
menangkap ikan salah satunya bergantung pada musim. Hal ini berimplikasi pada
pendapatan nelayan yang fluktuatif, sedangkan kebutuhan keluarga harus tetap
dipenuhi. Agar kebutuhan tetap terpenuhi, maka dalam rumah tangga nelayan
melakukan strategi nafkah, salah satunya adalah munculnya peran perempuan.
Perempuan nelayan memegang peranan penting dalam mempertahankan ekonomi
keluarga. Widodo (2011) menjelaskan bahwa peran perempuan juga menjadi
salah satu harapan dalam pengembangan strategi nafkah berkelanjutan.
Perempuan dituntut untuk bisa melakukan kegiatan produktif mencari nafkah
tambahan di samping harus tetap memelihara rumah tangga dan anak. Perempuan
nelayan yang bekerja produktif mencari nafkah tambahan harus mencurahkan
waktu lebih banyak daripada laki-laki yang pergi melaut. Hal ini dikarenakan
perempuan harus tetap melakukan peran reproduktif dan peran sosialnya untuk
mempertahankan masyarakatnya. Banyak faktor yang mendorong perempuan
nelayan harus bekerja mencari nafkah tambahan bagi keluarganya, faktor-faktor
tersebut meliputi faktor sosial, ekonomi dan budaya. Nelayan bekerja berdasarkan
musim, sedangkan perempuan nelayan bekerja sepanjang tahun.
Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang Jawa Timur merupakan wilayah pesisir Indonesia yang
dijadikan sebagai pelabuhan ikan internasional. Hasil tangkapan utama pesisir
selatan Jawa ini adalah ikan tuna kualitas terbaik yang diekspor ke Jepang dan
Australia. Selain sumberdaya perikanan yang melimpah, Dusun Sendang Biru ini
juga menjadi salah satu destinasi pariwisata masyarakat Malang dan sekitarnya.

2
Kekayaan dan potensi laut yang cukup besar ini belum mampu memberikan
kehidupan yang layak dan sejahtera bagi nelayan setempat, bahkan kemiskinan
cenderung tetap menaungi komunitas nelayan di pesisir Pantai Sendangbiru ini.
Banyak kendala yang menjadi penghambat produktivitas nelayan Sendang Biru,
salah satunya keterbatasan teknologi dan infrastruktur. Padahal sebagian besar
keluarga di Sendang Biru menyandarkan nasibnya pada penangkapan ikan secara
langsung dan tidak langsung.
Kesulitan ekonomi yang dihadapi rumah tangga nelayan membuat
perempuan harus membantu mencari nafkah tambahan bagi keluarga nelayan
tidak terkecuali di pesisir Sendang Biru. Perempuan pesisir Sendang Biru
membantu laki-laki nelayan dalam pemasaran hasil tangkapan serta dalam usaha
pengolahan hasil perikanan. Nolan (2011) menjelaskan bahwa ada keterlibatan
perempuan Sendang Biru dalam lingkungan kerja mulai dari perdagangan ikan
sampai pengaturan usaha perahu milik mereka. Penelitian Nolan menemukan
bahwa perempuan Sendang Biru juga memiliki perahu. Selain itu, perempuan
Sendang Biru menjadi pedagang kecil, memiliki warung atau toko-toko kecil yang
menjual pakaian, alat-alat sekolah atau makanan. Hal ini menunjukkan bahwa
peran perempuan pesisir Sendang Biru sangat strategis dalam upaya peningkatan
pendapatan dengan tidak hanya sebatas satu peran saja namun beragam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penting untuk dianalisis hubungan strategi
nafkah yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga nelayan di pesisir Sendang Biru.
Masalah Penelitian
Satria (2009) menyebutkan bahwa kemiskinan yang ditemui dalam
kehidupan masyarakat pesisir berkaitan dengan aspek struktural, kultural dan
alamiah. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh
struktur ekonomi, strukutur sosial, dan struktur politik yang tidak kondusif bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kemiskinan kultural merupakan
kemiskinan yang disebabkan faktor budaya, seperti kemalasan, cara berfikir
fatalistik, dan rendahnya etos kewirausahaan. Sementara itu kemiskinan alamiah
terjadi karena kondisi sumberdaya alam yang serba terbatas untuk dimanfaatkan.
Pendapatan yang diperoleh oleh nelayan bergantung pada alam dan harga hasil
tangkapan. Perolehan tangkapan yang melimpah tidak selalu membuat nelayan
pulang dengan pendapatan besar karena harga ikan dipasaran juga berpengaruh
terhadap pendapatan nelayan. Hal inilah yang membuat ekonomi keluarga nelayan
beresiko tinggi. Masyarakat nelayan di pesisir Sendang Biru mempunyai gaya
hidup yang tinggi. Pesisir Sendang Biru mempunyai julukan sebagai Bali ke-2.
Pedagang yang menjajakan dagangannya di Sendang Biru menyebut Sendang
Biru sebagai Bali ke-2 karena pola dan gaya hidup masyarakatnya terpengaruh
modernisasi. Kondisi ekonomi yang demikian mendorong perempuan nelayan
harus mencari nafkah tambahan untuk menjaga perekonomian keluarga nelayan.
Berbagai faktor lain juga turut menjadi pendorong perempuan nelayan dalam
mencari strategi nafkah agar dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Maka dari itu perlu dilaksanakan penelitian mengenai apa faktor-faktor yang
mendorong perempuan nelayan melakukan strategi nafkah guna
meningkatkan pendapatan keluarga nelayan?

3
Keterlibatan perempuan nelayan dalam menghasilkan pendapatan membuat
curahan waktu yang harus diluangkan oleh perempuan nelayan lebih banyak serta
beban kerja yang lebih berat pula. Perempuan nelayan lebih banyak bergerak
diluar usaha perikanan tangkap karena di Pesisir Selatan terdapat kepercayaan
bahwa perempuan dilarang pergi melaut. Hal ini tentunya menjadi salah satu
kendala bagi perempuan pesisir dalam melakukan strategi nafkah. Selain itu,
budaya patriarkhi juga masih melekat pada masyarakat pesisir turut menjadi
kendala bagi perempuan nelayan untuk mengoptimalisasikan perannya. Strategi
nafkah perempuan pesisir juga dipengaruhi oleh kepercayaan yang dianut oleh
etnis-etnis yang tinggal di pesisir Sendang Biru karena di kawasan ini tinggal
beberapa etnis seperti Etnis Jawa, Madura dan Bugis. Setiap etnis tersebut
memiliki karakteristik berbeda dalam melakukan strategi nafkah. Perempuan Etnis
Madura akan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan,
sedangkan perempuan Etnis Bugis akan lebih banyak tinggal didalam rumah.
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perempuan nelayan, maka perlu
diteliti bagaimana hubungan antara karakteristik perempuan nelayan
dengan strategi nafkah yang dipilih oleh perempuan nelayan?
Strategi nafkah yang beragam mengantarkan perempuan nelayan dalam pola
nafkah yang beragam pula. Pola nafkah dibagi menjadi dua, yaitu pola nafkah
tunggal dan pola nafkah ganda. Perempuan nelayan Sendang Biru bergerak di
sektor pemasaran serta pengolahan hasil perikanan, beberapa di antaranya juga
melakukan usaha membuka toko kelontong ataupun membuka warung tenda di
obyek wisata Pantai Sendang Biru. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang
dilakukan oleh perempuan pesisir dalam mencari sumber nafkah tambahan bagi
keluarganya beragam. Keberagaman itu ditunjukkan oleh variasi jenis usaha dan
sektor yang diperankan oleh perempuan nelayan diluar kegiatan domestik
mengurus rumah tangga. Untuk mengetahui keberagaman strategi nafkah yang
dilakukan oleh perempuan nelayan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
apa saja ragam strategi nafkah yang dilakukan oleh perempuan nelayan
dalam meningkatkan pendapatan keluarga nelayan?
Usaha yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam mencari nafkah
tambahan diharapkan bermuara pada peningkatan pendapatan keluarga nelayan.
Untuk mencapai hal tersebut, perempuan nelayan harus memberikan curahan
waktu lebih diluar kegiatannya mengurus rumah tangga. Maka untuk mengetahui
pengaruh strategi nafkah perempuan pesisir terhadap pendapatan keluarga perlu
dianalisis sejauhmana strategi nafkah yang dilakukan oleh perempuan
nelayan mampu meningkatkan pendapatan keluarga nelayan?
Tujuan Penelitian
Perempuan nelayan melakukan kegiatan produktif menghasilkan pendapatan
tambahan bagi keluarga tidak lepas dari desakan kebutuhan keluarga sedangkan
pendapatan utama keluarga belum mampu mencukupinya. Perempuan nelayan
melakukan peran ganda sebagai pemelihara kehidupan rumah tangga serta sebagai
penunjang pendapatan keluarga. Untuk melakukan kegiatan produktif tersebut,
perempuan nelayan harus rela memberikan curahan waktu yang besar dengan
beban kerja yang berat. Perempuan pesisir dibatasi pada kegiatan-kegiatan tepi
pantai diluar kegiatan menangkap ikan di laut agar pekerjaan yang dilakukan oleh

4
perempuan nelayan tidak menganggu kegiatan pemeliharaan anak dan rumah
tangga.
Pesisir Sendang Biru dikenal sebagai salah satu penghasil ikan tuna kualitas
baik serta sebagai tempat tujuan rekreasi wisata alam kelautan. Melihat kembali
potensi alam yang besar di kawasan ini tentunya tidak menjamin masyarakatnya
terlepas dari kondisi ekonomi yang lemah. Keluarga nelayan merupakan
kelompok keluarga yang berisiko tinggi dalam perekonomiannya sebab
banyaknya pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan menangkap ikan di laut
dipengaruhi oleh kondisi alam dan rentan terhadap harga komoditi tangkapan di
pasaran. Desakan yang dialami oleh keluarga nelayan tidak hanya desakan
kebutuhan keluarga saja namun desakan kebutuhan sosial budaya juga turut
memperburuk kondisi ekonomi keluarga nelayan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi ragam strategi nafkah perempuan nelayan terhadap
pendapatan keluarga.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan strategi nafkah
perempuan nelayan.
3. Menganalisis kontribusi perempuan nelayan dalam peningkatan
pendapatan keluarganya.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai usaha-usaha yang dialkukan oleh perempuan nelayan dalam
mempertahankan serta meningkatkan pendapatan keluarganya. Hasil penelitian ini
diharapkan berguna bagi berbagai pihak, di antara lain ialah:
1. Akademisi.
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
strategi nafkah yang dilakukan perempuan nelayan serta menjadi referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu diharapkan pula dapat
menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan agraria dan studi
perempuan.
2. Pemerintah.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan
bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan yang
responsif gender sehingga kesejahteraan masyarakat merata serta tidak ada
ketimpangan gender.
3. Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
masyarakat mengenai strategi nafkah yang dilakukan oleh perempuan
nelayan dalam upayanya memenuhi kebutuhan keluarga serta
meningkatkan pendapatan keluarga.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Pada Bab Pendekatan teoritis dijelaskan mengenai teori dan konsep yang
digunakan dalam penelitian yang dilengkapi dengan kerangka pemikiran,
hipotesis penelitian serta definisi konseptual variabel yang digunakan. Teori dan
konsep yang digunakan dalam penelitian dimuat dalam sub bab tinjauan pustaka.
Tinjauan Pustaka
Karakteristik Nelayan
Nelayan didefinisikan oleh Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 sebagai
orang yang mata pencahariaanya melakukan penangkapan ikan. Dalam UndangUndang No. 45 tahun 2009, nelayan kecil didefinisikan sebagai orang yang mata
pencahariannya melakukan Penangkapan Ika untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima)
Gross Ton (GT). Satria (2002) mengutip pendapat Redfield mengungkapkan
bahwa masyarakat nelayan lebih tepat disebut komunitas kecil dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Mempunyai identitas yang khas
2. Terdiri dari jumlah yang cukup terbatas sehingga masih bisa mengenal
sebagai pribadi
3. Bersifat seragam, dan
4. Kebutuhan hidup terbatas, tanpa bergantung dengan pasar dari luar.
Keluarga nelayan pesisir merupakan lapisan masyarakat yang identik
dengan kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Satria
(2001) yang dikutip Suyanto (2003) faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan
dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber daya manusia, modal serta
akses, jaringan perdagangan ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai
produsen, tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif modernisasi perikanan atau
revolusi biru yang mendorong terjadinya pengurasan sumber daya laut secara
berlebihan. Proses demikian masih terus berlangsung hingga sekarang dan
dampak lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan adalah semakin
menurunnya tingkat pendapatan mereka dan sulitnya memperoleh hasil tangkapan.
Hasil-hasil studi tentang tingkat kesejahteraan hidup di kalangan nelayan telah
menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi atau
ketimpangan pendapatan merupakan persoalan krusial yang dihadapi dan tidak
mudah untuk diatasi (Kusnadi 2003). Mayoritas nelayan Indonesia masih dalam
garis kemiskinan. Kemiskinan ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang
mencerminkan keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin
dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal
yang dimiliki, rendahnya pendapatan, dan terbatasnya kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan (Rachman 2013).
Perbedaan karakteristik masyarakat nelayan dengan masyarakat petani
sawah inilah yang membuat masyarakat nelayan lebih bersaing dalam
mendapatkan tangkapan. Jika alam sedang tidak mendukung, maka nelayan akan
pulang tanpa hasil sedangkan keluarga tetap membutuhkan penghidupan. Maka

6
dari itu peran perempuan pesisir sangat strategis dalam menopang pemenuhan
kebutuhan keluarga ketika laki-laki nelayan tidak menghasilkan pendapatan.
Perempuan di daerah pesisir umunya melakukan peran ganda untuk bisa
mempertahankan pemenuhan kebutuhan keluarga nelayan. Hanson et al. (2003)
menuturkan bahwa perempuan terlibat dalam penangkapan ikan, budidaya,
budidaya rumput laut dan pengolahan ikan di seluruh Indonesia. Peran perempuan
pesisir Indonesia di setiap daerah memiliki keunikan masing-masing. Sebagai
contoh, Hourihan (1986) dalam Hanson et al. (2003) menggambarkan bagaimana
pasangan nelayan Muslim di Sumatera tidak terlibat dalam pemasaran dan
memainkan peran minimal dalam pengolahan ikan. Sebaliknya, di rumah tangga
transmigran Jawa pada wanita Sumatera Selatan secara aktif terlibat dalam
pemasaran ikan dan pengolahan. Demikian pula, Machfud et al. (1991) dalam
Hanson et al. (2003) melaporkan bahwa perempuan memainkan peran yang
dominan dalam pemasaran ikan mentah di Jawa Barat seta peran yang berbeda di
wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan di daerah pesisir
sangat menunjang peran laki-laki di sektor perikanan. Untuk melaksanakan
perannya, perempuan pesisir meluangkan waktu lebih banyak dengan beban kerja
yang lebih berat pula.
Dimensi Sosio Budaya Masyarakat Nelayan
Masyarakat nelayan Indonesia mempunyai kehidupan yang sangat
majemuk. Fenomena ini menjadi indikator yang perlu diketahui jika dikaitkan
dengan pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Upaya pemberdayaan
masyarakat nelayan masih menjadi upaya pemberdayaan yang strategis dimana
kekayaan alam yang terkandung di wilayah pesisir sangat melimpah sedangkan
pemanfaatan serta pengolahanya masih belum optimal. Kondisi sosial masyarakat
harusnya menjadi hal yang utama diketahui oleh peneliti karena menjadi ujung
tombak dalam melakukan kajian pesisir. Kondisi sosial masyrakat pesisir
menyangkut budaya yang berlaku di wilayah tersebut. Kebudayaan tersebut bisa
berupa nilai-nilai, sistem budaya, sistem sosial, dan benda-benda fisik.
kebudayaan adalah tingkah laku manusia yang berpola yang membentuk
kebudayaan sistem sosial. Pola tingkah laku manusia tersebut berupa aktivitasaktivitas yang dilakukan di dalam masyarakat komunitasnya.
Konsep lain yang perlu diketahui agar bisa memahami kondisi sosial budaya
masyarakat pesisir adalah konsep pemberdayaan. Pemberdayaan bermakna
sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh komunitas
yang menekankan pada karifan lokal sehingga masyarakat mampu mengorganisir
diri mereka sendiri. Tingkat keberdayaan masyarakat diukur dari tingkat
partisipasi dalam pengambilan keputusan serta mampu mengembangkan pola
adaptasi terhadap lingkungan ekologis dan sosial.
Untuk lebih memahami konsep kebudayaan dan makna yang terkandung
dalam pemberdayaan masyarakat, Nasution (2007) yang mengutip pendapat Satria
(2002) menyebutkan bahwa ada lima dimensi kehidupan sosial budaya
masyarakat nelayan. Kelima dimensi tersebut adalah:
1.
Dimensi pengetahuan lokal
Dimensi pengetahuan lokal mencakup pengetahuan masyarakat pesisir
mengenai hak kepemilikan (property right) sumberdaya kelautan dan perikanan

7
yang mereka yakini secara turun temurun. Pengetahuan lokal ini menjadi dasar
bagi masyarakat nelayan dalam mengelola serta memanfaatkan wilayah pesisir.
Ada beberapa masyarakat yang sudah mnegenal istilah konservasi meskipun
sebenarnya mereka kurang paham dengana arti konservasi itu sendiri. Masyarakat
yang sudah mempunyai wawasan mengenai pentingnya menjaga alam ini akan
memanfaatkan sumberdaya kelautan yang ada dengan sangat hati-hati dan sesuai
kebutuhan. Di sisi lain, masih banyak pula masyarakat nelayan yang belum
memahami pentingnya konservasi dengan pandangan bahwa ikan di lautan tidak
akan pernah habis. Masyarakat nelayan ini yang dikawatirkan menjadi tragedy of
the common di wilayah perairan Indonesia. Maka dari itu pengetahuan lokal yang
dipahami oleh masyarakat hendaknya sedikit direvitalisasi mengenai isu-isu
konservasi.
2.
Dimensi sistem religi
Segala hal mengenai sistem agama dan kepercayaan merupakan konsep
budaya dalam dimensi sistem religi. Sistem religi mencakup aspek ritual-ritual
keagamaan atau kepercayaan masyarakat tertentu dalam memaknai kehidupan
mereka. Ritual-ritual tersebut dapat berupa upacara keagamaan, sembahyang serta
acara-acara keagamaan lainnya. Beberapa studi literatur menyebutkan meskipun
masyarakat pesisir memeluk agama islam, dalam penerapan sehari-hari tidak
menjadi panduan. Adanya tokoh agama (misal: Kyai) hanya sebatas pemimpin
agama (imam) dan tidak berpengaruh dalam menentukan keputusan. Ada
beberapa daerah di pesisir yang mempunyai tradisi ritual kebudayaan sebagai
wujud terimakasih terhadap alam yang ditunjukkan dengan upacara-upacara
seperti tradisi “Sedekah Laut” di daerah Cilacap dan “Nyadran” di daerah Cirebon.
3.
Dimensi ekonomi
Sebagian masyarakat nelayan hidup subsisten dengan menggantungkan diri
pada hasil penangkapan ikan. Namun dewasa ini masyarakat nelayan melakukan
kegiatan penangkapan ikan untuk mendapatkan penghasilan berupa uang.
Masyarakat nelayan sudah berorientasi pasar sehingga sebagian hasil tangkapan
dijual dan sebagian sedikit saja yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Nelayan membentuk hubungan patron-klien dalam hal mengakses
modal produksi. Patron adalah pemilik kapal sedangkan klien adalah anak buah
kapal (ABK). Sistem bagi hasil antara ABK dan pemilik kapal tergantung
kesepakatan awal sebelum melaut. Ketertinggalan teknologi penangkapan nelayan
membuat nelayan tradisional semakin bersaing dengan nelayan modern. Di sisi
lain, kegiatan budidaya perikanan di daerah pesisir belum diterapkan oleh nelayan.
Padahal jika budidaya dapat diterapkan maka kegiatan tersebut dapat menjadi
solusi cadangan menghadapi musim paceklik ikan.
4.
Dimensi kelembagaan
Sebagian besar masyarakat pesisir mempunyai kelembagaan non formal
berupa hubungan patron-klien, hubungan kekerabatan serta kelompok-kelompok
kecil nelayan. Kelembagaan non formal ini membantu nelayan dalam mengakses
modal finansial serta modal sosial. Modal finansial biasanya didapatkan dari
patron yang merupakan pemilik kapal serta teknologi yang lebih baik. Dengan
hubungan patron klien ini, nelayan harus menjual ikan tangkapannya terhadap
patronnya sehingga ketergantungan nelayan terhadap patron tidak dapat
dipisahkan.

8
Kelembagaan kekerabatan di dalam kehidupan masyarakat nelayan sangat
menentukan pada saat memilih pemimpin formal dan non formal. Masyarakat
nelayan melihat asal-usul seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka.
Sedangkan kelembagaan kelompok-kelompok kecil nelayan berpengaruh dalam
proses menangkap ikan. Kelompok nelayan ini pun biasanya beranggotakan
patron (bertindak sebagai pemimpin) dan beberapa nelayan kecil.
5.
Dimensi politik
Pada masyarakat pesisir, selain tokoh pemerintah formal, keberadaan tokoh
nonformal juga sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan.
Masyarakat lokal mempunyai seseorang yang ditokohkan yang kemudian jika
terjadi suatu permasalahan maka nelayan akan melakukan konsusltasi terhadap
tokoh tersebut.
Pesisir dan laut cenderung lebih rentan terhadap perubahan alam dan
lingkungan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
rumah tangga pesisir. Perempuan pesisir dituntut turut serta menopang kehidupan
rumah tangga, sehingga perlu mengembangkan potensi-potensi yang dapat
menjadi sumber nafkah.
Dimensi pengetahuan lokal berkaitan dengan variasi strategi nafkah yang
dilakukan oleh perempuan pesisi dalam usaha menunjang usaha perikanan
tangkap laki-laki pesisir. Dalam hal ini, strategi nafkah perempuan nelayan
tergantung wilayah dimana dia tinggal. Hanson et al. (2003), menyebutkan bahwa
peran perempuan dalam kegiatan produktif dan reproduktif di Indonesia
menunjukkan variasi yang mengejutkan antar daerah, pulau-pulau dan desa-desa.
Perempuan nelayan memanfaatkan kegiatan sosial seperti majelis ta’lim,
kebaktian keluarga dan kegiatan-kegiatan informal lainnya sebagai sarana
membentuk jaringan. Perempuan nelayan Sendang Biru khususnya di daerah
Tamban memanfaatkan kebaktian keluarga untuk mempererat ikatan kekerabatan
di dalam komunitas. Kebaktian keluarga ini berlangsung pada hari selasa yang
kegiatannya dilakukan di salah satu rumah kerabat secara bergantian. Keberadaan
tokoh agama tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kelompok.
Tokoh agama hanya berperan sebagai pemuka agama dan memimpin kegiatankegiatan keagamaan saja namun tidak mempunyai pengaruh dalam pengambilan
keputusan kelompok.
Dimensi ekonomi wilayah pesisir berkenaan dengan laut mempengaruhi
strategi nafkah yang akan dilakukan oleh perempuan. Hanson et al. (2003)
mengutip laporan JICA 2002, Volume III, menjelaskan bahwa perempuan di
Sulawesi Utara sering membantu suami mereka ketika mereka mencari ikan, dan
beberapa mengambil perahu dan ikan sendiri-terutama dalam perikanan pesisir
dan dekat pantai. Perempuan di wilayah ini diperbolehkan mencari ikan sendiri di
wilayah yang dekat pantai, hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi di daerah
pesisir selatan Jawa yang masih menganggap tabu perempuan yang berangkat
mencari ikan. Laporan JICA tahun 2002 juga mencatat bahwa di desa-desa pesisir
di Sulawesi Utara, partisipasi perempuan penting dan signifikan dalam kegiatan
ekonomi. Di daerah Sulawesi Utara, perempuan menangkap, memroses, dan
memasarkan ikan, membudidayakan rumput laut, mengumpulkan teripang, juga
pertanian, toko-toko kecil yang menjalankan, membuat kue dan roti. Di Jawa
Barat, perempuan memainkan peran yang dominan dalam pemasaran ikan. Hal ini

9
menunjukkan bahwa strategi nafkah perempuan pesisir dipengaruhi oleh dimensi
yang berlaku di suatu wilayah.
Perempuan memanfaatkan ikatan sosial untuk mendapatkan modal finansial.
Ikatan sosial yang umunya diterapkan oleh masyarakat pesisir adalah ikatan
patron klien. Dari ikatan inilah perempuan bisa membentuk kelembagaan
peminjaman modal finansial. Ikatan patron klien didapatkan dari hubungan antara
suami dengan pemilik modal atau kapal sehingga ketika suami sedang tidak
melaut, akses terhadap modalpun akan terkendala.
Pola Nafkah dan Curahan Waktu Perempuan Nelayan
Perempuan nelayan menjadi salah satu harapan dalam strategi nafkah
keluarga. Perempuan nelayan memanfaatkan ikatan sosial sesama penduduk
perempuan untuk membina hubungan baik sehingga ketika kebutuhan akan modal
finansial datang maka perempuan akan memanfaatkan ikatan sosial tersebut dalam
mengakses modal. Kegiatan perempuan selama ini terbatas pada kegiatan
reproduktif dengan curahan waktu yang cukup tinggi. Di sisi lain, perempuan
dituntut untuk bisa memberikan sumbangan dalam meningkatkan pendapatan
keluarganya. Perempuan nelayan melakukan berbagai macam pola nafkah dan
mencurahkan lebih banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang
semakin beragam.
Menurut White (1991), Sajogyo (1991) dikutip oleh Widodo (2009), bahwa
alasan utama melakukan strategi nafkah ganda pada rumah tangga berbedabeda pada masing-masing lapisan. Pada rumahtangga lapisan atas, pola nafkah
ganda merupakan strategi akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi usaha.
Sedangkan pada lapisan menengah, pola nafkah ganda merupakan upaya
konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Pada lapisan
bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat
subsistensi dan sebagai upaya untuk keluar dari kemiskinan.
Pada keluarga nelayan yang identik dengan tingkat kesejahteraan rendah,
upaya melakukan strategi nafkah adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Perempuan nelayan melakukan berbagai usaha untuk mencari tambahan nafkah
bagi keluarganya. Pola nafkah dibagi menjadi dua, yaitu pola nafkah tunggal dan
pola nafkah ganda. Perempuan nelayan dikatakan melakukan pola nafkah tunggal
ketika perempuan melakukan startegi nafkah pada bidang pertanian atau non
pertanian saja. Sedangkan pola nafkah ganda yaitu ketika perempuan yang
melakukan strategi nafkah di bidang pertanian dan non pertanian sekaligus.
Pertanian dalam sektor pesisir ada segala usaha perikanan tangkap dan budidaya
sumberdaya perikanan dan kelautan. Gambar 1 memetakan pola nafkah yang ada
di daerah pesisir.

10

Pola nafkah
perempuan pesisir
Tunggal

On farm

Off farm

 Menangkap
ikan dan
sumberdaya
keluatan
lainnya
 Budidaya
perikanan,
rumput laut dll
 Pemeliharaan

 Pemasaran
hasil tangkap
 Pengolahan
hasil
tangkapan
 Pengolahan
limbah kulit
kerang

Ganda

Non farm

Gabungan dari
beberapa sektor

 PNS
 Pengajar
 Pramuwisma
 Tenaga Kerja
Migran
 Sektor informal
lainnya

Keterangan:
= cakupan
Gambar 1. Pola Nafkah Perempuan
Faktor Sosio-Ekonomi-Budaya yang Berkaitan dengan Strategi Nafkah
Perempuan Nelayan
Strategi nafkah yang dilakukan keluarga pesisir termasuk didalamnya
perempuan pesisir menurut Widodo (2012) berupa pola nafkah ganda,
optimalisasi tenaga kerja rumah tangga dan migrasi. Pemanfaatan tenaga kerja
dalam rumah tangga menjadi salah satu strategi dalam menambah pendapatan
keluarga. Perempuan pesisir umumnya membantu suami menjual hasil tangkapan
atau melakukan kegiatan lain yang bisa mengurangi beban ekonomi keluarganya.
Bahkan fenomena migrasi ke lain daerah bahkan keluar negeri menjadi salah satu
solusi untuk mencari tambahan uang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain yang
membatasi ruang gerak perempuan pesisir adalah ragam pola nafkah yang tersedia
di pesisir masih sedikit. Implikasi yang terjadi adalah perempuan pesisir identik
dengan ragam pekerjaan yang monoton serta sulit berkembang. Dengan peran dan
tanggungjawab yang semakin lebih besar, maka kesempatan wanita untuk
mengembangkan diri atau meningkatkan kualitas diri, apalagi untuk menikmati
waktu senjang atau berekreasi menjadi semakin kecil (Achmad, 1993).
Peranan wanita/isteri dalam perekonomian rumah tangga nelayan pantai
terbukti relatif besar, berdasar jenis kegiatan yang dilakukan dan dominasi dalam
memegang dan mengatur keuangan rumah tangga serta bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya (Salamah 2005). Kegiatan
produktif yang dilakukan perempuan nelayan meliputi: mengolah ikan, mulai
menimbang, mencuci, memotong, menusuk potongan ikan dengan tusuk sate,

11
memanggang, menata ikan panggangan di nyiru sampai menjualnya. Salamah
(2005) juga menjelaskan bahwa tingkat pendidikan nelayan/buruh nelayan dan
isterinya relatif rendah. Dalam hal ini tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor
dalam strategi nafkah perempuan nelayan karena dengan pendidikan yang relatif
rendah tersebut perempuan nelayan tidak dapat memasuki pasar kerja yang lebih
baik. Irawan dalam Jume’edi (2005) dalam Nugraheni (2012) menambahkan
bahwa jumlah anggota keluarga dan komposisinya mempengaruhi curahan waktu
kerja rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi guna
memenuhi kebutuhan keluarganya yang semakin meningkat. Dalam hal ini jumlah
anggota rumah tangga berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan rumah tangga.
Keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga besar tidak dapat mengandalkan
pendapatan dari nelayan yang jumlah tangkapannya bergantung pada kondisi alam.
Perempuan/isteri nelayan perlu melakukan kegiatan produktif guna memberikan
kontribusi terhadap pendapatan keluarga.
Jika dipahami secara mendalam, kondisi perempuan dapat dikatakan sangat
rentan terhadap desakan ekonomi keluarga. Ketika harga kebutuhan pokok
semakin mahal dan pendapatan laki-laki tidak mengalami peningkatan, maka
perempuan dituntut untuk memberikan sumbangan nyata bagi perekonomian
keluarganya. Perempuan membutuhkan ruang gerak yang lebih luas dan
keragaman pola nafkah yang banyak agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tidak jarang perempuan pesisir melakukan pola nafkah dengan bermigrasi ke lain
daerah agar mendapatkan pendapatan yang lebih besar.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada gambar 2 menggambarkan bahwa fokus dari
penelitian ini adalah karakteristik individu yang melekat di dalam perempuan
nelayan akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh perempuan nelayan.
Keputusan yang dimaksud adalah strategi yang akan digunakan oleh perempuan
nelayan untuk mempertahankan perekonomian keluarganya. Di sisi lain,
karakteristik rumah tangga nelayan yang melekat pada keluarga perempuan
nelayan turut mempengaruhi keputusan pencarian nafkah. Karakteristik rumah
tangga nelayan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh karena sebuah
keluarga turut menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Identitas
rumah tangga mencakup latar belakang etnik keluarga yang dominan berpengaruh
di dalam keluarga, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian utama keluarga,
dan pendapatan keluarga. Selain karakteristik individu perempuan dan
karakteristik rumah tangga nelayan, terdapat pula beberapa faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap strategi nafkah yang digunakan perempuan nelayan. faktor
tersebut meliputi akses sumberdaya modal, keterikatan patron-client dan
dukungan sosial. Keterikatan patron-client pada penelitian ini merujuk kepada
hubungan keterikatan antara juragan dan anak buah. Ketiga faktor eksternal ini
secara kulitatif akan menjelaskan hubungannya dengan keputusan yang diambil
perempuan dalam mencari nafkah.
Keputusan yang diambil oleh perempuan nelayan dalam melakukan strategi
nafkah meliputi empat hal, yaitu pola nafkah, migrasi, pembagian kerja
(optimalisasi sumberdaya keluarga) dan kontribusi perempuan terhadap
pendapatan rumah tangga. Pola nafkah berhubungan dengan pola yang digunakan

12
oleh perempuan dalam melakukan kegiatan produktifmya. Pola nafkah ini terbagi
menjadi dua kategori, yaitu pola nafkah tunggal dan ganda. Pengkategorian pola
nafkah berdasarkan subsektor kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan
nelayan. Kemudian, migrasi adalah salah satu strategi nafkah yang digunakan oleh
seseorang ketika sumberdaya yang ada di daerah asal ternyata tidak bisa diakses
dengan mudah sehingga menyebabkan seseorang harus berpindah ke daerah lain
untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dalam mencari nafkah tambahan.
Pembagian kerja juga menjadi salah satu strategi yang dapat diterapkan
perempuan nelayan agar beban kerja yang dia alami bisa berkurang. Sedangkan
kontribusi pendapatan perempuan terhadap rumah tangga merupakan variabel
terpengaruh lainnya yang akan menjelaskan sejauh mana peran perempuan
nelayan dalam meningkatkan pendapatan keluarga nelayan.
Karakteristik/ Profil
Demografi Perempuan
Nelayan (X1) :
X1.1 : Usia
X1.2 : Asal Etnik
X1.3 : Tingkat Pendidikan
X1.4 : Jenis/status Pekerjaan
X1.5 : Pendapatan
Profil Rumah Tangga (X2):
X2.1 : Etnik Ayah/ Ibu
/Keluarga
X2.2 : Jumlah Anak /
Tanggungan
X2.3 : Mata Pencaharian
Utama Keluarga
X2.4 : Pendapatan Rumah
Tangga
Faktor Eksternal Rumah
Tangga (X3):
X3.1 : Akses Sumber Modal
X3.2 : Keterikatan PatronClient
X3.3 : Dukungan Sosial
(Kekerabatan,
Pertemanan,
Keorganisasian)

Keputusan Perempuan
Nelayan / Strategi Nafkah
(Y) :
Y1 : Pola Nafkah
Y2 : Migrasi
Y3 : Optimalisasi
Sumberdaya Keluarga
Y4 : Kontribusi Perempuan
terhadap Pendapatan Rumah
Tangga

Keterangan:
: Berhubungan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran

13
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:
1. Diduga terdapat hubungan positif antara strategi nafkah perempuan nelayan
terhadap pendapatan keluarga nelayan melalui kontribusinya terhadap
pendapatan rumah tangga.
2. Diduga terdapat hubungan positif antara faktor pendorong perempuan
nelayan dalam mencari nafkah tambahan terhadap keputusan (strategi nafkah)
yang diambil perempuan nelayan.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan definisi operasional untuk membantu dalam
menggali data secara kuantatif. Definisi operasional setiap variabel penelitian
memuat definisi operasional setiap variabel yang berisi kode peubah, nama dan
definisi peubah, sub peubah dan operasionalisasi, kategorisasi peubah dan kode
peubah, dan skor peubah. Berikut penyajian operasionalisasi peubah penelitian:
Kode Peubah Karakteristik Demografi Perempuan Nelayan (X1 )
Definisi Peubah

: faktor internal individu yang mempengaruhi keputusan
(strategi nafkah) yang dilakukan oleh perempuan nelayan.
Sub peubah dan operasionalisasi X1
X1.1 : Usia
X1.1 adalah usia responden dihitung dari tahun responden dilahirkan sampai
tahun, pada saat dilaksanakan penelitian. Data usia akan dikelompokkan
menjadi tiga kategori berdasarkan pengkategorian Havighurst dan
Ancherman. Data ini menggunakan skala rasio.
Kategorisasi: Muda (18-30 tahun)

Skor 1
Dewasa (31-50 tahun)

Skor 2
Tua (>50 tahun)

Skor 3
X1.2 : Asal Etnik
X1.2 adalah identitas etnik yang melekat pada perempuan nelayan. Data asal
etnik menggunakan skala nominal.
Kategorisasi: Jawa (Kode 1)

Kode 1
Bugis (Kode 2)

Kode 2
Madura (Kode 3)

Kode 3
Etnik lainnya (Kode 4)

Kode 4
X1.3 : Tingkat Pendidikan
X1.3 diukur dengan menghitung tahun sukses responden dalam mengikuti
pendidikan formal. Data tingkat pendidikan ini menggunakan skala rasio.
Kategorisasi: Rendah (0-6 tahun)

Skor 1
Sedang (7-12 tahun)

Skor 2
Tinggi (>12 tahun)

Skor 3
X1.4 : Jenis/status Pekerjaan
X1.4 adalah jenis kegiatan yang dilakukan oleh responden dalam
mendapatkan nafkah bagi keluarganya. Jenis kegiatan dikategorikan
berdasarkan subsektor kegiatan tersebut. Data ini mneggunakan skala
nominal.

14
Kategorisasi:

On farm
Off farm
Non farm





Kode 1
Kode 2
Kode 3

X1.5 : Pendapatan
X1.5 adalah total penghasilan yang diperoleh responden selama 1 (satu)
bulan. Penentuan kategorisasi pendapatan berdasarkan UMR yang berlaku
di wilayak penelitian. Data yang digunakan adalah skala rasio.
Kategorisasi: Rendah (≤ Rp500 000)
 Skor 1
Sedang (Rp600 000 – Rp1 500 000)  Skor 2
Tinggi (> Rp1 500 000)
 Skor 3
Kode Peubah Profil Rumahtangga Perempuan Nelayan (X2 )
Definisi Peubah

: faktor internal rumah tangga individu yang erat kaitannya
dengan keputusan individu dalam memilih pekerjaan.
Sub peubah dan operasionalisasi X2 :
X2.1 : Latar Belakang Ayah / Ibu / Keluarga
X2.1 adalah identitas etnik yang dominan berpengaruh di dalam rumah
tangga. Data ini menggunakan skala nominal.
Kategorisasi: Jawa

Kode 1
Bugis

Kode 2
Madura

Kode 3
Etnik lainnya

Kode 4
X2.2 : Jumlah Anak / Tanggungan
X2.2 adalah jumlah anggota keluarga dalam satu rumah yang harus dipenuhi
kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan ekonomi termasuk dirinya
(responden) sendiri. Data ini menggunakan skala rasio.
Kategorisasi: Kecil (1-3 orang)

Skor 1
Menengah (4-6 orang)

Skor 2
Besar (≥7 orang)

Skor 3
X2.3 : Mata Pencaharian Utama Keluarga
X2.3 adalah sektor pendapatan utama rumah tangga. Data ini menggunakan
skala nominal.
Kategorisasi: On farm

Kode 1
Off farm

Kode 2
Non farm

Kode 3
X2.4 : Pendapatan Rumah Tangga
X2.4 adalah jumlah semua pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari
jumlah seluruh pendapatan anggota rumah tangga. Penentuan kategorisasi
berdasarkan data lapangan. Data ini menggunakan skala rasio.
Kategorisasi: Rendah (≤Rp3 600 000)
 Skor 1
Sedang (Rp3 600 000 < x ≤ Rp5 700 000)  Skor 2
Tinggi (>Rp5 700 000)
 Skor 3
Kode Peubah Faktor Eksternal Perempuan Nelayan (X3 )
Definisi peubah
: faktor diluar individu yang mempengaruhi perempuan
dalam memilih sumber nafkah.
Sub peubah dan operasionalisasi X3 :
X3.1 : Akses Sumberdaya Modal

15
X3.1 adalah kesempatan yang dimiliki rumah tangga responden untuk
memanfaatkan sumberdaya modal yang ada. Data ini dianalisis berdasarkan
persepsi responden terhadap peluang dalam mengakses sumberdaya modal.
Diukur menggunakan skala ordinal.
Kategorisasi: Sulit

Skor 1
Sedang

S