Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di SMU Rk Tri Sakti Medan 2008
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK,
PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
TERHADAP KEJADIAN OBESITAS
DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN
2008
TESIS
Oleh
NELLY KATHARINA MANURUNG 067023012/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
(2)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK,
PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
TERHADAP KEJADIAN OBESITAS
DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN
2008
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NELLY KATHARINA MANURUNG 067023012/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
(3)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA,
GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008
Nama Mahasiswa : Nelly Katharina Manurung
Nomor Pokok : 067023012
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si) Ketua
(Dra. Jumirah, Apt., M.Kes) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
(4)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Telah diuji pada Tanggal : 9 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes
2. Drh. Hiswani, M.Kes
(5)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS
DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009
(6)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Hasil penelitian Simatupang pada murid SD di Medan tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada perempuan. Obesitas pada masa anak dan remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lanjut usia.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 468 orang dengan sampel sebanyak 96 orang yang dipilih secara random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas cukup tinggi mencapai 10,4%. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh pola makan berdasarkan jumlah asupan energi dan jenis makanan (p < 0,05) terhadap kejadian obesitas. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah pola makan berdasarkan jenis makanan (β = - 3,178). Karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, jumlah asupan protein dan aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).
Disarankan kepada pihak-pihak terkait ( sekolah, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Medan) untuk melakukan upaya promotif - preventif terhadap kejadian obesitas secara terpadu. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencegah atau menanggulangi obesitas secara mandiri.
(7)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The prevalence of obesity in Indonesian is increasing reached to a dangerous level. Based on SUSENAS data 2004, the prevalence of obesity in child was reached 11%. The result of Simatupang’s survey at elementary student in Medan 2007 indicate, that the prevalence of obesity reached 25,65% in boy and 19,58% in girl. Obesity in children and adolescent tend to continue till adult and old age.
This study is a survey with cross sectional design to describe the influence of adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, meal pattern and physical activity on obesity at SMU RK Tri Sakti Medan. The population in this study are 468 students with 96 samples that selected through random sampling. The collected data is analyze by using multiple regression logistics test.
The result of this study indicate, that the prevalence of obesity is high enough reached 10,4%. The result of multivariate analyze indicate, that there are an influence of meal pattern by total energy intake and kinds of food (p < 0,05) on obesity. The most dominant factor influence on obesity is meal pattern based on kind of food (β = - 3,178). The adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, total protein intake and physical activity have no influence on obesity (p > 0,05).
It is suggested to the interlaced side ( school, Education Office and District Health Office of Medan) to take a promotive – preventive integrated action for the occurrence of obesity. The adolescent needs to understand the occurrence of obesity and the influence factors so that they can make an effort to prevent or manage obesity autonomously.
(8)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik ter hadap Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku komisi pembimbing yang telah membantu dan memberikan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan dan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan dan Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan dan motivasi serta arahan dalam perkuliahan maupun penyelesaian tesis.
(9)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3. Bapak Drs. Saut Sianturi, selaku Kepada Sekolah SMU Tri Sakti Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis.
5. Ibu Drh. Hiswani, M.Kes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes sebagai penguji yang telah memberi masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis dan bapak mertua, suami Jonni M. Simbolon dan ketiga putriku Hannah, Naomi dan Tirza, abang, kakak dan adik yang telah memberi motivasi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusun tesis ini sehingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu diharapkan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan tesis ini.
Medan, 8 Juni 2009
(10)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nelly Katharina Manurung yang lahir di Medan pada tanggal 23 Mei 1970, anak kelima dari tujuh bersaudara, beragama Kristen Protestan dan bertempat tinggal di Jalan Balai Desa, Komplek Perumahan Pondok Nusantara Blok B-7 Medan.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1983 dari SDN 060842 Medan, tahun 1986 menamatkan Sekolah Menengah Pertama dari SMPN 6 Medan, kemudian pada tahun 1989 menamatkan Sekolah Menengah Atas dari SMAN 4 Medan, tahun 1996 menamatkan Perguruan Tinggi dari FKG-USU Medan, dan tahun 2002 menamatkan AKTA IV dari Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Medan.
Penulis bekerja sebagai dokter gigi puskesmas di Kecamatan Kendawangan dari tahun 1997-2000, tahun 2000-2001 di puskesmas Tuan-tuan, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, tahun 2001 sampai sekarang bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Tenaga Kesehatan Medan.
(11)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ………
ABSTRACT ……….
KATA PENGANTAR ……….. RIWAYAT HIDUP ……….. DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR LAMPIRAN ………
i ii iii v vi viii x xi
BAB 1. PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Permasalahan ……….. 6
1.3. Tujuan Penelitian ……… 6
1.4. Hipotesis ……….. 6
1.5. Manfaat Penelitian ……….. 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………. 7
2.1. Gizi Lebih ……… 7
2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja ……… 8
2.3. Risiko Kegemukan ……….. 18
2.4. Metode Penilaian Status Gizi ………... 20
2.5. Pola Makan ... 21
2.6. Aktivitas Fisik ... 27
2.7. Landasan Teori ... 29
2.8. Kerangka Konsep ... 31
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.3. Populasi dan Sampel ... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.6. Metode Pengukuran ... 35
(12)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 43
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 43
4.3. Pola Makan ... 45
4.4. Aktivitas Fisik ... 50
4.5. Obesitas ... 51
4.6. Analisis Bivariat ... 52
4.7. Analisis Multivariat ... 56
BAB 5. PEMBAHASAN ... 59
5.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas ... 59
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 72
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
6.1. Kesimpulan ... 74
6.2. Saran ... 75
(13)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT …………. 21 2.2 Jenis-jenis Aktivitas ………. 28 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen ……….. 41 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 41 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin
dan Jumlah Uang Saku di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …… 44 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Genetik, Pendapatan
Keluarga dan Pendidikan Ibu di SMU RK Tri Sakti Medan
2008 ... 45 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan
Protein di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ………. 46 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Bahan
Makanan Pokok, Lauk Pauk serta Sayuran yang Dikonsumsi di
SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ……….. 47 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis
Buah-buahan serta Makanan Jajanan yang Dikonsumsi di SMU RK
Tri Sakti Medan 2008 ...……… 49 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang
Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ………... 50 4.7 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Berdasarkan Energi
Metabolik Basal di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………... 51 4.8 Distribusi Responden Menurut Status Obesitas di SMU RK Tri
(14)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4.9 Distribusi Status Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola
Makan dan Aktivitas Fisik di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ... 53 4.10 Hasil Analisis Model Pertama Pengaruh Pola Konsumsi
Menurut Jumlah Asupan Energi, Jenis Makanan, Aktivitas Fisik
dan Genetik Terhadap Kejadian Obesitas .………... 57 4.11 Hasil Akhir Multivariat Pengaruh Jumlah Energi dan Jenis
(15)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak ... 8
2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan ... 23
2.3 Landasan Teori ... 30
(16)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ……….. 82 2 Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi Pada Kegiatan Tertentu .. 87 3 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk
Anak Laki-Laki Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ... 89 4 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk
Anak Perempuan Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ... 91 5 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang
Per Hari) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1593/MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 24 November 2005 ... 93 6 Output Penelitian ... 94 7 Surat Keterangan Penelitian ... 116
(17)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan dan kualitas pertumbuhan pembangunan suatu negara dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Menurut Human Development Report Statistic (2008), Indonesia berada pada urutan ke 107 dari 177 negara dengan IPM sebesar 0,728. IPM dilihat dari kualitas sumber daya manusia (SDM), karena itu penting bagi pemerintah untuk memperhatikan pembangunan SDM (Depkes RI, 2006).
Menurut Budianto, dkk (1998) yang mengutip pendapat Rai, ciri-ciri pembangunan SDM di Indonesia adalah sehat dan berumur panjang, cerdas, kreatif, terdidik, mandiri, bertaqwa dan memiliki akses untuk hidup layak. Ciri-ciri ini sangat diperlukan dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Pangan dan gizi merupakan unsur penting dalam membentuk SDM yang berkualitas, karena itu pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu ketika permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul masalah gizi lebih. Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi, sementara pada sekelompok masyarakat terutama di
(18)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kota-kota besar masalah kesehatan masyarakat justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi (Hadi, 2005).
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati, dkk 2006).
Menurut Hadi (2005), saat ini di seluruh dunia terdapat peningkatan prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas hingga mencapai tingkat yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkat epidemi, demikian juga di negara-negara berkembang.
Menurut laporan Inoue (2000), prevalensi overweight dan obesitas di kawasan Asia Pasifik meningkat sangat tajam, di Korea Selatan 20,5% penduduk tergolong
overweight dan 1,5% mengalami obesitas, di Thailand 16% penduduk mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas, di daerah perkotaan Cina prevalensi overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di
pedesaan overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Hadi, 2005).
Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Prevalensi obesitas di Malaysia, seperti yang dilaporkan Ismail dan Tan (1998) mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada umur 10 tahun. Menurut Ito dan Murata (1999), di Cina kurang lebih 10% anak sekolah
(19)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
mengalami obesitas, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5-11% (Hadi, 2005).
Berdasarkan hasil survey indeks massa tubuh (IMT) pada seluruh ibukota Provinsi di Indonesia tahun 1997, terdapat kecenderungan peningkatan IMT > 25 dengan bertambahnya usia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensinya mencapai 30% pada perempuan di atas 35 tahun dan > 20% pada laki-laki di atas 40 tahun (Persagi, 2004).
Prevalensi obesitas pada anak Sekolah Dasar (SD) di Yogyakarta, seperti yang dilaporkan oleh Ismail tahun 1999 mencapai 9,7% dan di Denpasar menurut Padmiari dan Hadi tahun 2002 mencapai 15,8%. Survey yang dilakukan pada remaja siswa-siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% di pedesaan mengalami obesitas. Angka prevalensi obesitas di atas baik pada anak-anak dan dewasa sudah merupakan warning bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas sudah menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar (Hadi, 2005). Data SUSENAS tahun 2004 menunjukkan bahwa obesitas pada anak telah mencapai 11 % (Sudarmanto, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian pada SD swasta di Kecamatan Medan Baru tahun 2007 prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada perempuan (Simatupang, M.R., 2008).
Hasil survey Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2006 di Kendari menunjukkan bahwa 19% orang dewasa menderita kegemukan. Berdasarkan jenis kelamin,
(20)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
prevalensi kegemukan lebih tinggi pada perempuan yaitu sebesar 20,8% dan pada laki-laki sebesar 14,4% (Nimala dan Irma, 2006).
Menurut Kanarek dan Kaufman (1991), pertambahan berat badan disebabkan oleh adanya kelebihan asupan energi dibanding dengan yang dikeluarkan dan disimpan dalam bentuk jaringan lemak, sedangkan menurut Ensminger (1995) obesitas disebabkan oleh kombinasi dari kelebihan makanan dengan kurangnya aktivitas fisik. Menurut Labuza (1991), 95% obesitas disebabkan adanya konsumsi makanan berlebih (overconsumtion) yang banyak dipengaruhi faktor lingkungan.
Perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan pola hidup kurang gerak (sedentary life styles) sering ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, terutama makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan obesitas. Data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik seperti ke sekolah naik kenderaan dan kurangnya aktivitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain di luar rumah sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibandingkan melakukan aktivias fisik (Hidayati, dkk 2006).
Mengunjungi mall dan cafe diwaktu luang atau akhir pekan (weekend) telah menjadi trend di kalangan remaja dan mall sudah menjadi rumah kedua (Tambunan,
(21)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2001). Olahraga tidak lagi menjadi aktivitas yang rutin bagi remaja, mereka melakukannya hanya karena merupakan pelajaran wajib di sekolah (Anonim, 2005).
Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah dan mendapat banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan dimakannya. Mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Berdasarkan hasil penelitian Lieswanti (2007), di SMU Harapan I Medan ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderita obesitas. Hal ini disebabkan karena pada 97% penderita obesitas terjadi peningkatan pemasukan energi yang berasal dari fast food sebanyak 55%.
Menurut Arisman (2004), ada beberapa alasan mengapa remaja dikatakan usia yang rentan terhadap terjadinya kelebihan gizi. Pertama, adanya kebutuhan energi yang lebih besar untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif singkat. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga, keikutsertaan dalam olahraga, kehamilan, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi. SMU RK Tri Sakti yang terletak di tengah kota Medan memiliki kegiatan belajar dan ekstrakurikuler yang cukup padat, sehingga siswa-siswinya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan
(22)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
jadi, dengan pola makan yang tidak seimbang. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat cukup banyak siswa-siswi yang mengalami obesitas (8,13%).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan tahun 2008.
1.2. Permasalahan
Tingginya prevalensi obesitas (8,13%) pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan diduga dipengaruhi oleh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan tahun 2008
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan tahun 2008.
(23)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan upaya promotif- preventif terhadap kejadian obesitas.
2. Sebagai bahan informasi bagi remaja dalam memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan gizi lebih / obesitas pada remaja.
(24)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gizi Lebih
Gizi lebih pada umumnya adalah berat badan yang relatif berlebihan jika dibandingkan dengan usia atau tinggi badan, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Dalam istilah umum gizi lebih ini juga disebut kegemukan, sedangkan kelebihan berat sering disebut overweight. Kelebihan berat relatif tidak selalu berarti karena kelebihan lemak tubuh, oleh karena pada anak-anak yang giat berolahraga seperti pada olahragawan remaja mungkin saja terjadi karena pertumbuhan otot yang hipertrofis. Obesitas adalah suatu keadaan akumulasi energi dalam bentuk lemak tubuh, yang mengganggu kesehatan tubuh. Jika sangat berlebihan sekali mencapai sekitar 100% atau lebih dari berat ideal, disebut super obese, sedangkan obesitas yang menimbulkan kelainan, keluhan dan gejala penyakit disebut morbidly obese. Obesitas merupakan keadaan gizi lebih yang berat (Aritonang dan Siagian 2001).
Menurut Subardja (2005) obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit dan di dalam organ tubuh. Kegemukan ini dapat terjadi pada setiap umur dan mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat sekali.
(25)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Whitney (1990) dan Nassar (1995) mengatakan kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh :
1. Masukan energi tinggi, pengunaan normal 2. Masukan energi normal, penggunaan rendah.
Gambar 2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak (Nasar, 1995)
2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja
Menurut Hidayati dkk (2006), penyebab terjadinya obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multi faktorial yang diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
Masukan Energi
Metabolisme
Balans Energi
Kelebihan Energi
Lemak Tubuh Penggunaan
(26)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan (obesitas) antara lain: jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis dan faktor genetik (Salam, 1989)
1. Jenis Kelamin
Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Arisman 2004).
2. Umur
Obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obes pada saat remaja dan dewasa serta dapat berlanjut ke masa lansia (Arisman, 2004).
Menurut Dietz, ada empat periode kritis terjadinya obesitas, yaitu: masa prenatal, masa bayi, masa adiposity rebound dan masa remaja. Obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30 % akan melanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten. Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olahraga). Selain itu, obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada remaja (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).
(27)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Spear (1996), masa remaja adalah masa terjadinya perubahan yang dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama pada masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah dengan adanya suatu peningkatan kecepatan pertumbuhan. Lonjakan yang tiba-tiba ini berhubungan dengan perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan kebutuhan-kebutuhan khusus.
3. Tingkat Sosial Ekonomi.
Obesitas yang terjadi pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah disebabkan karena tingginya makanan sumber karbohidrat, sementara konsumsi protein rendah. Penelitian di Midtown Manhattan menunjukkan bahwa status sosial ekonomi berbanding terbalik dengan obesitas, dimana 30% wanita obesitas berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, 16% dari tingkat menengah dan 5% dari tingkat sosial ekonomi yang tinggi (Pi-Sunyer, 1994).
Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas. (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).
(28)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009 4. Faktor Lingkungan
Menurut Labuza (1991) penyebab utama obesitas adalah karena kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari pada yang digunakan. Pada 95% penderita obesitas, kelebihan konsumsi mungkin dihasilkan oleh beberapa faktor lingkungan. Penekan-penekanan terhadap makan dimulai sejak bayi, ketika seorang anak lahir ada dua hal yang selalu dipertanyakan: ”Apakah laki-laki atau perempuan dan seberapa besar bayi tersebut”. Bagi banyak orang lebih besar adalah lebih baik sehingga bayi dipaksa untuk makan berlebihan. Beberapa peneliti percaya bahwa pola pemberian makanan pada bayi dan anak dapat mendasari obesitas dimasa yang akan datang.
Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaan dirinya (Arisman, 2004).
Sementara itu, televisi secara terus-menerus menekankan makanan-makanan dan
snack kepada anak-anak dan orang dewasa, tanpa rujukan diet yang baik.
Anak-anak banyak menghabiskan waktu di depan TV, sehingga dengan gencar dipengaruhi oleh iklan tentang makan ataupun pola makan yang tidak sehat.
(29)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Keluarga yang secara konstan menyiapkan snack di depan TV, kemungkinan 20-30% akan mengalami obesitas.
Pengaruh faktor lingkungan bagi anak yang berasal dari keluarga gemuk lebih besar lagi, dimana 75% anak obesitas memiliki orang tua yang obesitas dan 80% anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa. Kehamilan juga dapat menjadi suatu masalah karena banyak wanita menemukan kesulitan untuk menghilangkan pertambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan. Kesenangan dan kenyamanan di sekeliling kita juga memberikan pengaruh terhadap obesitas. Jadi banyak faktor di lingkungan yang menekankan makanan dan makan (Labuza, 1991).
5. Aktivitas Fisik
Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk. Ada hubungan antara nonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain (Herini, 1999).
Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR: 0,48) pada kelompok
(30)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
yang mempunyai kebiasaan olahraga, sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan adanya penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan (Hidayati dkk, 2006). Studi kasus yang dilakukan di SMU 3 Semarang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik remaja, semakin rendah kejadian obesitas. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya (Virgianto dan Purwaningsih 2006).
Penelitian terhadap anak di Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV ≥ 5 jam p er hari m empunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton TV ≤ 2 jam setiap harinya (Hidayati dkk, 2006).
Menurut hasil penelitan Hadi (2005) di Yogyakarta dan Bantul menunjukkan bahwa remaja dengan asupan energi normal (< 2.200 kkal per hari) yang memiliki kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari mempunyai risiko obesitas sebesar 2,7 kali lebih besar daripada mereka yang menonton TV < 3 jam per hari. Pada remaja yang asupan energinya tinggi (≥ 2.200 kkal per hari) dan memiliki kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari , mempunyai risiko menderita obesitas 12,3 kali lebih tinggi daripada yang asupan energinya < 2.200 kkal per hari dan waktu menonton TV < 3 jam per hari.
(31)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
6. Kebiasaan Makan ( Pola Makan)
Menurut Davies, dkk (1995) pola makan dengan kalori berlebih dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya obesitas.
Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kegemukan (Salam, 1989). Berdasarkan hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul terlihat bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan kontribusi lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas (Medawati dkk, 2005). 7. Faktor Psikologis
Menurut Dariyo (2004), keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan adalah ketidakstabilan emosional yang menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.
Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka, depresi atau rangsangan dari luar (Salam 1989). Bagi orang yang rajin makan pada saat dilanda stress, untuk sementara waktu dapat merasa tenang dan puas sehingga lupa akan tekanan psikologis yang dialaminya. Namun, jika keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol maka akan menyebabkan dampak negatif pada tubuh, terlebih jika makanannya mengandung
(32)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kalori, karbohidrat dan lemak yang tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan bertambahnya berat badan dan jika hal ini berlangsung cukup lama maka penderita stres ini akan menderita kegemukan (Purwati dkk, 2005).
8. Faktor Genetik
Menurut Whitney dkk, (1990 ) dan Hegarty (1996) genetik memegang peranan penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi tubuh seseorang. Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%), jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40 %, sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil (kurang dari 10%). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa orang tua biologi dan anak-anak alamiah (kandung) cenderung sama dalam berat badan, tetapi tidak demikian dengan anak-anak yang diadopsinya.
9. Faktor Budaya
Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Life style ini merupakan kondensasi dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan. Faktor-faktor yang merupakan asupan (input) bagi terbentuknya suatu life style keluarga ialah: penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama,
(33)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan banyak lagi faktor sosiopolitik yang terkait (Sediaoetama, 2006).
Pengaruh budaya ternyata juga dapat menyokong kecenderungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan negara berkembang. Tingginya angka obesitas sangat erat hubungannya dengan proses modernisasi (akulturasi) dan meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok masyarakat. Modernisasi telah membawa konsekuensi negatif yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini dipercepat oleh kuatnya arus budaya asing yang disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyles) dan pola makan yang mengarah ke westernisasi seperti konsumsi makanan siap saji (fast food) telah menjadi secular trend bagi masyarakat kita. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya obesitas (Hadi 2005).
Menurut Budianto dkk, (1998) yang mengutip pendapat Mudjianto dkk, makanan
fast food telah menjadi bagian perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar
rumah di berbagai kota besar. Kemampuan dan daya tarik bisnis fast food ini terletak pada teknik promosi dengan menggunakan tokoh idola, hadiah, media campuran (mixed media), penciptaan suasana, tempat dan cara pelayanan yang meningkatkan gengsi konsumen.
(34)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Selain faktor- faktor di atas menurut Purwati dkk (2005) masih ada beberapa faktor lagi yang dapat mempengaruhi obesitas, yaitu:
1. Metabolisme Basal
Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya tinggi.
2. Enzim Tubuh
Enzim adipose tissue lipoprotein memiliki peranan penting dalam mempercepat proses peningkatan berat badan. Enzim ini berfungsi untuk mengontrol kecepatan pemecahan triglisida dalam darah menjadi asam-asam lemak dan kemudian disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Ketika seseorang membutuhkan bahan bakar untuk oksidasi, diperlukan sejumlah energi dan tubuh akan memilih glikogen atau lemak sebagai sumber energinya. Menurut sejumlah penelitian, penggunaan glikogen akan menurunkan glukosa darah sehingga menyebabkan orang merasa lapar.
3. Hormon
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam
tubuhnya akan menurun. Akibatnya kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Selain hormon tiroid, insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.
(35)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Seseorang yang mengalami peningkatan insulin juga akan mengalami peningkatan penimbunanan lemak. Gangguan produksi hormon juga berhubungan dengan obesitas, misalnya hipotiroidism dan hipopituitorism. Orang yang seperti ini biasanya telah mengalami kegemukan sejak kecil.
4. Efek Samping Obat
Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa jenis obat yang dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh, sehingga orang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Apabila obat tersebut digunakan dalam waktu yang lama, seperti pada masa penyembuhan suatu penyakit, maka akan memicu terjadinya kegemukan. Nafsu makan yang meningkat dengan aktivitas yang sama tentu dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.
2.3. Risiko Kegemukan
Risiko obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti yang diuraikan sebagai berikut (Satoto, 1998) :
1. Gangguan psiko-sosial: rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini terjadi karena anak obesitas sering menjadi bahan olok-olok teman main dan teman sekolahnya atas ketidakmampuannya untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan, terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh karena kegemukan. Kegemukan juga mengakibatkan penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak (buried penis) dan ini dapat menyebabkan
(36)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
rasa malu karena merasa berbeda dengan anak lainnya. National Cholesterol
Education Report on Obesity menyatakan bahwa anak obesitas memiliki risiko
yang lebih besar terhadap sejumlah masalah kesehatan termasuk menurunnya kapasitas bekerja, masalah ortopedi, komplikasi paru-paru, resistensi insulin dan hipertensi serta mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian sosial dan psikologis. Anak obesitas sering diejek oleh teman sebayanya dan terlihat menggelikan atau menyedihkan. Banyak anak atau remaja obesitas menghindari atau tidak suka bersekolah karena suasana sosial yang tidak bersahabat. Obesitas sering meyebabkan isolasi sosial, body image negatif, rendah diri dan kerterlambatan perkembangan psikososial. Pada kelompok remaja, anak obesitas seringkali disisihkan dari olahraga, kencan dan teman sebaya (Mc. Carty dan Mellin, 1996).
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang lebih lanjut dibanding usia biologisnya.
3. Masalah ortopedi, seringkali terjadi slipped capita femonal epiphysis dan penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.
4. Gangguan pernafasan, sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok, kadang-kadang terjadi apnea sewaktu tidur dan sering mengantuk siang hari. Bila gangguan sangat berat disebut pickwicknan syndrome, yaitu adanya hipoventilasi alveolar.
(37)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
5. Gangguan endokrin, menarche lebih cepat terjadi, karena disamping faktor hormonal, untuk terjadinya menarche diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menarche akan terjadi lebih dini.
6. Obesitas yang berlanjut (menetap) sampai dewasa, terutama bila obesitas dimulai pada masa pra pubertas. Berdasarkan penelitian longitudinal seperti yang dinyatakan oleh Subardja (2005) bahwa 25-50% atau paling banyak 74% anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa.
7. Gangguan penyakit degeneratif dan peyakit metabolik, seperti: hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes militus, atritis, penyakit kandung empedu, hiperlipoproteinemia, penyakit hiperkolesterolemia, beberapa jenis cancer, gangguan fungsi pernafasan dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Penyakit-penyakit degeneratif ini akan menyebabkan menurunnya angka harapan hidup sehingga resiko kehilangan generasi (lost generation) suatu negara semakin meningkat (Tarigan 2007).
2.4. Metode Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa dkk (2002), metode penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik,
(38)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Semua metode penilaian status gizi memiliki keunggulan dan kelemahan, karena itu dalam penggunaannya diperlukan berbagai pertimbangan. Antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan dalam kegiatan dan program gizi dimasyarakat (Supariasa dkk, 2002).
Pada umumnya, penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri adalah sebagai berikut (Nasar, 1995) :
1. Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar pada usia yang sama, yakni bila BB > 120% disebut obesitas, sedangkan antara 110 – 120% disebut over weight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak dikaitkan dengan tinggi badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh, artinya pada BB yang sama seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang lainnya karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak lemak.
2. BB dihubungkan dengan TB, selain mencerminkan proporsi atau penampilan (BB/TB) juga memberikan gambaran tentang massa tubuh tanpa lemak (less body
(39)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT
KATEGORI BB / TB (%) IMT
Obesitas ringan/derajat I 120 – 135 20 – 25 Obesitas sedang/derajat II 135 – 150 25 – 30 Obesitas berat/derajat III 150 – 200 30 – 40 Obesitas super/derajat (morbit) > 200 > 40 Sumber : Nasar (1995)
2.5. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya (Suhardjo, 2003).
Menurut Khumaidi (1994) yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan (belief) terhadap makanan yang nilai-nilai kognitifnya berkaitan dengan
(40)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psikomotor untuk memilih makanan sesuai sikap dan kepercayaan.
Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan bagi anggota kelompok. Mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir selalu didasarkan pada status hubungan antar anggota, bukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan gizi. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan, yaitu: faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan agama (Khumaidi, 1994).
Pelto dalam Suhardjo (2003), menyajikan kerangka model gaya hidup dan perilaku makan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut:
(41)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan (Pelto dalam Suhardjo 2003)
Berdasarkan model di atas terlihat bahwa kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau
Produksi Pangan dan Sistem Distribusi
Sistem Sosial Ekonomi
Politik
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Identitas Suku
Kota/Desa Agama / Ke-
percayaan Pengetahu-
an Kesehat- an Pengetahu-
an Gizi
Karakteristik Fisiologis
Struktur Rumah Tangga
Gaya Hidup
(42)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan dan distribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu terutama di perkotaan menyebabkan perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan ekonomi juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik bagi masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2003).
Pekerjaan orang tua juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan keluarga. Akibat banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, menyebabkan terjadinya peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji (fast food) dari luar rumah yang cara penyediaannya dilakukan dengan pemanasan tinggi serta waktu masak yang singkat. Makanan semacam ini cenderung tinggi lemaknya sehingga merugikan individu yang mengkonsumsinya (Subardja, 2005).
Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi (jajanan) adalah bahwa semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan jadi
(43)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
dari jumlah total pengeluaran pangan. Sekitar seperlima pengeluaran pangan rumah tangga diperkotaan pada tahun 1996 dialokasikan untuk makanan jadi, sedangkan dipedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk makanan jadi (termasuk fast food) di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total pengeluaran pangan (Budianto dkk, 1998).
Menurut Subardja (2005) yang mengutip pendapat Kjeges, faktor sosial dimana pola makan anak berkembang, menjadi penting karena perilaku orang di lingkungan itu menjadi model bagi anak yang sedang berkembang. Jadi bagaimana seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu (misalnya sayur-sayuran), dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang dewasa lain, saudara kandung maupun teman-temannya.
Pada permulaan usia sekolah anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Anak sekolah biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disukainya (Moehdji, 1992).
Penilaian terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu dapat dilakukan dengan survey konsumsi makanan. Survey ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
(44)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa dkk, 2002).
Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan dengan metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan,
dietary history dan food frequency (Cameron,1988 dan Supariasa dkk, 2002).
1. Mengingat makanan (food recall) adalah makanan yang dimakan oleh individu selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan (food model) dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga, kemudian dikonversikan kedalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk mengukur rata-rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang jumlahnya besar.
2. Estimated food record adalah pencatatan makanan yang dimakan (food record)
oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan diperkirakan dengan ukuran rumah tangga.
3. Riwayat makan (dietry history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang diukur biasanya adalah selama enam bulan atau satu tahun yang lalu. Metode wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan kebiasaan makan.
(45)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
4. Frekuensi konsumsi makanan (food frequency questionnaire) adalah recall makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka waktu tertentu.
2.6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dan sistem penunjangnya. Selain untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung otot membutuhkan energi untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru membutuhkan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa (ekskresi) dari seluruh tubuh. Jumlah energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan beratnya pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2003).
Menurut Arisman (2004), akitivitas fisik memerlukan lebih banyak energi daripada saat beristirahat, karena itu penting untuk memperhitungkan derajat kegiatan fisik dalam penentuan jumlah kebutuhan energi individu. Derajat kegiatan fisik dapat dihitung dengan menggunakan metode faktorial, yaitu dengan merinci jenis serta lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam, selanjutnya dicocokkan dengan daftar nilai perkiraan keluaran energi pada kegiatan tertentu.
(46)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
WHO/FAO/UNU membagi derajat kegiatan fisik menjadi empat, yaitu: kerja ringan (20% BMR), sedang (30% BMR), berat (40% BMR) dan sangat berat (50% BMR).
Berdasarkan pedoman Centre for Disease Control/ CDC (2002) jenis aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat yang dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas Ringan Aktifitas Sedang Aktivitas Berat
Duduk, naik motor, naik angkutan, antar jemput , les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik,
mencuci piring, nonton TV, main play station, main komputer, belajar di rumah
Bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, kegiatan
pramuka, main musik, karawitan, paduan suara, band, palang merah, bola velley, tenis meja, cuci pakaian, cuci mobil, memasak, menyapu, menyiram tanaman,
membersihkan tempat tidur, menyetrika
Menari, drum band, bela diri, aeromodeling, peleton inti, sepak bola, basket, renang,
badminton, tenis lapangan, taekwondo, aerobik, lari, skipping, sit up, kasti, mengepel, menimba air
Sumber : Huriyati, dkk, 2004
Menurut Mu’tadin (2002) aktivitas fisik yang kurang mungkin merupakan penyebab utama meningkatnya obesita di masyarakat. Seseorang yang mengkonsumsi makanan kaya lemak dan kurang melakukan aktifitas fisik atau jarang berolahraga akan cenderung mengalami obesitas karena tidak adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar.
Menurut The 2005 Dietary Guidelines dari The U.S. Departement of
Agriculture (USDA) dan The Departement of Health and Services (DHS), setiap anak
(47)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
selama 60 menit setiap harinya. The National Association for Sport and Physical
Education (NASPE) merekomendasikan kegiatan fisik minimal bagi anak usia
sekolah yaitu selama satu jam per hari yang dibagi tiap 15 menit atau lebih. Penting diingat bahwa anak-anak yang masih kecil jangan sampai tidak aktif bergerak untuk jangka waktu yang berlebihan (lebih dari satu jam) kecuali saat tidur dan anak usia sekolah jangan sampai tidak aktif lebih dari dua jam.
Salah satu cara terbaik untuk mendorong agar anak lebih aktif adalah dengan membatasi jumlah waktu yang terpakai untuk kegiatan yang tidak aktif (sedentary
activities), terutama menonton TV atau bemain video games. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bagi anak di bawah dua tahun untuk tidak
menonton TV sedikitpun. Sedangkan untuk anak usia dua tahun atau lebih boleh menonton program berkualitas tetapi tidak lebih dari dua jam setiap harinya (Anonim 2006).
2.7. Landasan Teori
Menurut sudut pandang epidemiologi, munculnya masalah gizi sangat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara pejamu, faktor risiko (agens) dan lingkungan. Unsur pejamu meliputi: genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan fisiologis, keadaan immunologis dan kebiasaan seseorang. Unsur agens meliputi: gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faali, genetis, psikis, kekuatan fisik
(48)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
dan biologis. Unsur lingkungan meliputi: biologis, sosial, ekonomi dan budaya (Supariasa dkk, 2002).
Almatsier (2003) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan dan arus budaya asing pada kelompok masyarakat tertentu di Indonesia, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin meningkatnya masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas.
Menurut Subardja (2005) dan Aritonang (2001) obesitas adalah penyakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di bawah kulit dan pada organ tubuh lainnya, yang dapat terjadi pada setiap umur serta mempunyai gambaran klinis bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat.
Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disusun gambaran terjadinya obesitas dalam bentuk kerangka teoritis sebagai berikut:
(49)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009 Umur Jenis Kelamin Sosial Ekonomi
Genetik
Obesitas Lingkungan
Psikologis
Pola Makan Budaya
Metabolisma Basal
Aktivitas Fisik Enzim
Efek Samping Obat Hormon
Gambar 2.3 Landasan Teori
2.8. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Karakteristik Remaja - Umur
Genetik - Jenis Kelamin
- Uang Saku
Kejadian Obesitas - Obesitas - Tidak Obesitas Pendapatan Keluarga Pola Makan
Pendidikan Ibu Aktivitas Fisik
(50)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional yang mempelajari pengaruh variabel bebas (faktor risiko) terhadap variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMU RK Tri Sakti Jl. H.M. Joni dengan pertimbangan di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian yang sama. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat adanya prevalensi obesitas yang cukup tinggi (8,13%) pada siswa-siswinya yang diduga dipengaruhi oleh pola makan tidak seimbang dan rendahnya aktivitas fisik.
Penelitian berlangsung mulai bulan Januari 2008 sampai dengan April 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah siswa-siswi kelas I dan II SMU RK Tri Sakti Medan, yang berjumlah 468 orang. Sampel adalah sebahagian dari siswa-siswi SMU RK Tri Sakti Medan, yang besarnya ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro, 1995) :
(51)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2 2
d PQ Z
n
=
α
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 95% atau α=0,05 P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari
Q = 1 - P
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (90%) Dengan perhitungan sebagai berikut:
( )( )
( )
2 2 1 , 0 5 , 0 5 , 0 96 , 1=
n
01 , 0 9604 , 0=
n
04
,
96
=
n
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel adalah 96 orang yang tersebar pada kelas I dan II.
Untuk mengambil sampel terpilih setiap kelas dilakukan dengan metode
simple random sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara acak atau undian
(52)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari karakteristik remaja (umur, jenis kelamin dan uang saku), genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan (frekuensi, jumlah dan jenis makanan), aktivitas fisik serta obesitas. Data Primer diperoleh dengan wawancara dan pengukuran langsung, berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa: nama, kelas, dan jumlah siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:
1. Uang saku adalah jumlah uang yang dipergunakan siswa untuk membeli kudapan (jajanan) per hari dalam satuan rupiah.
2. Genetik, yaitu ada tidaknya riwayat kegemukan dari orangtua (ayah dan ibu) siswa yang ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).
3. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan total keluarga selama satu bulan dalam satuan rupiah.
4. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu siswa yang pernah diikuti dan diselesaikan sampai memperoleh ijazah.
(53)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
5. Pola makan, yaitu kebiasaan siswa dalam mengkomsumsi makanan yang meliput i jenis, jumlah dan frekuensi makan rata-rata per hari dalam dua kali waktu pengukuran.
6. Frekuensi makan adalah angka yang menunjukkan seberapa sering siswa mengkomsumsi jenis makanan tertentu dalam satu hari atau satu minggu.
7. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang dikomsumsi siswa setiap kali makan yang meliputi: makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan susu.
8. Jumlah makanan adalah angka yang menunjukkan berapa banyak makanan (energi dan protein) yang dikomsumsi siswa per hari dalam satuan kkal.
9. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan siswa setiap harinya selama 24 jam.
10. Obesitas adalah kejadian (kasus) kelebihan berat badan (kegemukan) siswa menurut umur berdasarkan Indeks Massa Tubuh dari Centre for Disease Control
and Prevention 2000 ( IMT-CDC 2000)
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel bebas yang meliputi: karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, uang saku), genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan (frekuensi, jumlah dan jenis makanan) serta aktivitas fisik dan variabel terikat (obesitas), dilakukan dengan metode sebagai berikut:
(54)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
1. Karakteristik remaja diukur dengan metode wawancara langsung yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
a. Umur siswa dihitung sejak tanggal kelahiran sampai dengan tanggal penelitian dilaksanakan.
b. Jenis kelamin dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal: 1. Laki-laki
2. Perempuan
c. Uang saku dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal: 1. < Rp 3.000
2. Rp. 3.000 – 6.000 3. > Rp. 6.000
2. Keterkaitan faktor genetik diukur dengan menentukan ada tidaknya riwayat kegemukan pada orangtua siswa (ayah dan ibu) dengan penghitungan IMT berdasarkan data tinggi badan dan berat badan orangtua yang diperoleh melalui wawancara dengan siswa. IMT orangtua dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BB (kg) IMT =
TB x TB (m)
Selanjutnya dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal: 1. Obesitas: IMT ≥ 25
(55)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3. Pendapatan keluarga dikategorikan dengan mengunakan skala ordinal berdasarkan Upah Minimun Kota ( UMK ) di Medan menjadi :
1. ≤ Rp 1.020.000 2. > Rp 1.020.000
4. Pendidikan ibu dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal: 1. Dasar: tingkat SD – SLTP
2. Lanjut: tingkat SLTA – Perguruan Tinggi
5. Pola makan (frekuensi, jenis dan jumlah) dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal :
a. Frekuensi makan diukur dengan menggunakan Food Frequency Quetionnairer (FFQ), selanjutnya dikategorikan menjadi:
1. > 1 kali sehari 2. 1 kali sehari 3. 4-6 kali seminggu 4. 1-3 kali seminggu
b. Pengukuran jenis makanan yang dikomsumsi dilakukan dengan cara membandingkannya terhadap pola menu seimbang ”empat sehat lima sempurna” kemudian dikategorikan menjadi:
1. Baik (≥ 4 jenis terdiri dari: makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah- buahan dan susu)
(56)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3. Tidak baik (< 3 jenis terdiri dari: makanan pokok dan lauk-pauk / sayuran / buah-buahan).
c. Jumlah makanan diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam selama dua hari berturut-turut. Jumlah makanan dinyatakan dalam satuan Ukuran Rumah Tangga /URT (seperti: sendok, piring gelas dan lain-lain yang biasa dipergunakan sehari-hari), selanjutnya dikonversi ke dalam ukuran berat (gram) dengan bantuan food model kemudian kandungan energi dan proteinnya dihitung berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar atau Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan. Hasil pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dengan Daftar Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan berdasarkan golongan umur, selanjutnya tingkat kecukupan gizi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah konsumsi
Tingkat kecukupan = x 100% Kecukupan yang dianjurkan
Jumlah makanan (energi dan protein) dikategorikan menjadi: 1. Baik: ≥ 100% AKG
2. Sedang: 80,01-99,99% AKG 3. Kurang: 70-80% AKG 4. Defisit: < 70% AKG
6. Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam (dalam menit) pada lembar
(57)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi pada kegiatan tertentu. Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 24 jam dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian antara lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dengan perkiraan energi yang dikeluarkan per menit. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Misalkan: E adalah total energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik selama 24 jam dalam satuan kkal.
T1,2,3,...n adalah lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dalam satuan menit.
P1,2,3,...n adalah nilai perkiraan energi yang dikeluarkan untuk tiap kegiatan dalam satuan kkal/menit.
Maka: E = ∑ (T1P2 + T2 P2 + T3P3 + ... TnPn)
Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk seluruh kegiatan ditambah dengan kebutuhan energi untuk pertumbuhan pada usia 16-18 tahun yaitu sebesar 0,5 kkal/kg berat badan selanjutnya dibandingkan terhadap perkiraan Energi Metabolisme Basal ( EMB ) sesuai umur dan jenis kelamin yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah, 1992) :
EMB (laki-laki) = 17,5 B + 651 EMB (perempuan) = 12,2B + 746
(1)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Amaliah, 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMA Budi Mulia dan SMA Rimba Madya Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI.
Anonim, 2005. Obesitas, Litbang Bali Post. 18 April 2008.
______, 2006. Anak-anak dan Olahraga. 18 April 2008.
Arikunto, S., 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, P.T. Rineka Cipta, Jakarta.
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Aritonang, E., dan Siagian, A., 2001. Hubungan Pangan dengan Gizi Lebih Pada Anak TK di Kotamadya Medan, FKM USU, Medan.
Asih, W.F., 2001.Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada siswa SMUN 3 Bogor. Skripsi. FKM UI.
Budianto, J., Hardiansyah, Agus, W., dan Deden, H.A., 1998. Strategi Menuju Perilaku Makan Sehat dan Implikasi Pada Perencanaan Kesehatan Pangan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta.
Cameron, M.E., and Staveren, W.A.V., 1998. Manual on Methodology for Food Consumption Studies, Oxford University Press, New York.
(2)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Davies, P.S.W., Gregory, J., and White, A., 1995. Physical Activity and Body Fatness in Pre-school Children, Int J Obes Relat Metab Disord: 19: 5-10.
Depkes RI, 2006. Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta. Ensminger, A.H., Ensminger, M.E., Konlande, J.E., dan Robson, J.R.K., 1995. The
Concise Encyclopedia of Foods and Nutrition, CRC Press, Florida.
Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, UGM, Yogyakarta.
Hanley, et al, 2000. Overweight Among Children and Adolescent in nutive Canadian
Community Prevalence and Associated Factor. American Journal of Clinical
Nutrition, (71): 639 – 700.
Hapsari, L.P.,2007. Analisis Konsumsi dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Lebih pada Karyawan PT. Angkasa Citra Sarana Catering Service (PT ACS) Jakarta. Skripsi. FKM UI Depok.
Harper, L, J., Deaton, B, J., Judi, A, D., 1986 Pangan, Gizi dan Pertanian, Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.
Hastono, S.P., 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta.
Haya, M. 2000. Studi Analisis Hubungan Antropometri (IMT, LILA, RLPP) dengan Persen Lemak Tubuh pada Pasien Usia Lanjut di Poliklinik Reumatologi RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakata Tahun 1999. Tesis FKM UI, Depok. Hegarty, V., 1996. Nutrition, Food and Environment, Eagon Press, Minnesotta, USA. Herini, E.S., P. Hagung, W., E.P. Prawirohartono, dan T. Sadjimin, 1999.
Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, Berita Kedokteran Masyarakat, XV.2.41-85.
Hidayati, N.S., Irawan, R., dan Hidayat, B., 2006. Obesitas Pada Anak.
Huriyati, E., Hadi, H., Julia, M., 2004. Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 :54-60.
(3)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Jane, 2002. Memahami Penelitian Kedokteran, Pedoman Seorang Praktisi. Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Judarwanto,W., 2004. Perilaku Makan Anak Sekolah.
Kanarek, R.B., and Kaufman, R.M., 1991. Nutrition and Behavior New Perspectives, Van Nonstrand Reinhold, New York.
Khumaidi, M., 1994. Gizi Masyarakat, P.T. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Labuza, T.P., 1991. Obesity, Weight Control and Dieting dalam Food and Your Well Being, Chapman and Hall, New York.
Lemeshow, S., Hosmer DW dan Klar J, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Edisi terjemahan.
Lieswanti, M., 2007. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Remaja di SMU Harapan I Medan Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. FKM USU, Medan. Mc Carty, B., dan Mellin, L., 1996. Obesity dalam Adolescent Nutrition Assesment
and Management, Chapman and Hall, New York.
Medawati, A., Hadi, H., dan Pramantara, I.D.P., 2005. Hubungan antara Asupan Energi, Asupan Lemak, dan Obesitas pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 : 119-129.
Moehdji, S., 1992. Ilmu Gizi. P.T. Bharata, Jakarta.
Mu’tadin, Z., 2002. Obesitas dan Faktor Penyebab. diakses tanggal 18 April 2008.
Nassar, S.S., 1995. Obesitas Pada Anak : Aspek Klinis dan Pencegahan. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak, XXXV, Jakarta.
Nimala, I.R., dan Irma, R., 2006. Warning Obesitas di Sulawesi Tenggara.
Nizar, M. 2002 Studi Beberapa Karakteristik yang Berhubungan denganStatus Gizi Anak Kelas IV dan V dari Kelompok Sosial Ekonomi Menengah Keatas di SD Hj. Isriati Kodya Semarang. FKM UI.
(4)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Padmiari, I.A.E., 2002. Prevalensi Obesitas dan Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Terjadinya Obesitas Pada Anak SD di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Persagi, 2004. Direktori Gizi Indonesia Dalam Rangka Mensukseskan Program Perbaikan Gizi Indonesia, Jakarta.
Petrie, A., 1996. Statistika Kedokteran, Edisi Kedua. Alih bahasa Ali Ghufron Mukti. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pi-Sunyer, F.X., 1994. Obesity dalam Modern Nutrition in Health and Disease, Eighth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.
Purwati, S., dkk, 2005. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Putri, Riana, A.,2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh pada Siswi SMA Al Azhar I dan SMK Negeri 8 Jakarta Selatan.
Rosenbaum M, Leibel RL. The Physiology of Body Weight Regulation: Relevance to the Etiology of Obesity in Children. Pediatric 1998; (101): 525-39.
Salam, M.A., 1989. Epidemiologi dan Patologi Obesitas dalam Obesitas, Permasalahan dan Penanggulangannya, Laboratorium Farmakologi Klinis Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Satoto, Karjati, S., Budhi-Darmojo, Tjokroprawiro, A., dan Kodhy, B.A., 1998. Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif : Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta. Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Cetakan V, Dian
Rakyat, Jakarta.
Siagian, A., 2004. Hubungan Sarapan dan Obesitas. tanggal 9 April 2009.
(5)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Simatupang, M.R., 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2007. Tesis. SPs USU Medan.
Singarimbun, M., dan Sofian Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi. LP3ES, Jakarta.
Spear, B.,1996. Adolescent Growth and Development dalam Adolescent Nutrition Assessment and Management, Chapman and Hall, New York.
Subardja, D., 2005. Obesitas Pada Anak, Penyakit Masa Depan yang Terabaikan yang disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional Dietetic II, Bandung.
Sudarmanto, A., 2008. Sehat Demi Negara yang Kuat.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.
Supariasa, I.D.N., Bari, B., dan Fajar, I., 2002. Penelitian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteras EGC, Jakarta.
Tambunan, R., 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. diakses tanggal 19 April 2008.
Tarigan, N., Hadi, H., dan Julia, M., 2007. Persepsi Citra Tubuh dan Kendala untuk Menurunkan Bearat Badan pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan.
UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index. Going Beyond. http://hdr.undp.org/en/reports/ diakses 28 Februari 2008.
Virgianto, G., dan Purwaningsih, E., 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Obestias Pada Remaja. tanggal 19 April 2008.
Welis, W. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Lebih pada Siswa SLTP Kesatuan dan SLTP Bina Insani di Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI. Depok.
Whitney, E.N., Cataldo, C.B., dan Rolfes, S.R., 1990. Weight Control : Over Weight and Under Weight, Fifth Edition, West/Wadsworth, USA.
(6)
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Wulandari, T., Zulkaida, A. Self Regulated Behavior pada masa remaja putri yang mengalami obesitas. Proceeding PESAT vol. 2 (2007).