Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas
BANGKITAN DEBU JATUH DAN TOTAL PARTIKEL
TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bangkitan Debu Jatuh
dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Age Baturimba
NIM F44100005
ABSTRAK
AGE BATURIMBA. Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi
Akibat Pengaruh Lalu Lintas. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Peningkatan penggunaan kendaraan menyumbangkan peningkatan
konsentrasi debu jatuh (DF) dan partikel tersuspensi (TSP). Tujuan penelitian
iniadalah mengukur bangkitan DF dan TSP akibat jumlah kendaraan (JK) serta
menganalisis korelasinya. Penelitian ini dilakukan pada empat jalan yaitu Jalan
Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang dan RE Abdullah. Penelitian dilakukan
dengan mengoperasikan dustfall canister selama 24 jam. High volume air sampler
dioperasikan selama 60 menit bersamaan dengan penghitungan JK. Bangkitan DF
di empat lokasi uji bernilai kurang dari 1 ton/km2.bulan. Rentang bangkitan TSP
Jalan Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, dan RE Abdullah berturut-turut
57-243, 37-86, 37-177, 60-117µg/Nm3. Nilai signifikan (α) antara bangkitan DF
dan JK golongan I pagi sebesar 0.037, golongan II pagi sebesar 0.002, golongan
III pagi sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar 0.001 dan golongan VI b
sebesar 0.009. Nilai signifikan bangkitan TSP dan golongan III malam hari
sebesar 0.002, total golongan III sebesar 0.001, golongan VI a sebesar 0.04 dan
golongan VI b sebesar 0.019.
Kata kunci: debu jatuh, kendaraan bermotor, korelasi, lalu lintas, partikel
tersuspensi.
ABSTRACT
AGE BATURIMBA. Dustfall and Total Suspended Particulate Generation Due to
Traffic Effect. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.
The increasing vehicle usage contributes to the rise of dustfall (DF) and
suspended particles (TSP) concentration. The purpose of this study was to
measure the generation of DF and TSP due to the number of vehicles (JK) and to
analyze their correlation. This study was conducted on four roads,namely Ciomas,
Dramaga,Sindang Barang and RE Abdullah roads. The study was conducted by
installing dustfall canister for 24 hours.High volume air sampler was operated for
60 minutes simultaneously with traffic counting. The DF generation at four
sampling points were less than 1 ton/km2.month. The range of TSP generation on
Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, and RE Abdullah were 57-243, 37-86, 37-177,
60-117 μg/Nm3 respectively. The significant value (α) between DF generation and
JK type I in the morning was 0.037, type II in the morning was 0.002, type III in
the morning was 0.031, type III was 0.001 in the night and type VI b was 0.009
The significant value between TSP generation and type III in the night was 0.002,
type III total was 0.001, type VI a was 0.04 and type VI b was 0.019.
Keywords: dustfall, correlation, suspended particulate, traffic, vehicles.
BANGKITAN DEBU JATUH DAN TOTAL PARTIKEL
TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi
Akibat Pengaruh Lalu Lintas
: Age Baturimba
: F44100005
Disetujui oleh
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, MSc
NIP. 19660321 199003 1 012
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agrro
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kesehatan dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Bangkitaan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Lalu Lintas. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc selaku
dosen pembimbing akademik Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, kedua
orang tua, Suhaeni dan Son Wasmar serta kakak-kakak dan adikyang selalu
memberikan doa, dukungan dan motivasi. Di samping itu penulis menyampaikan
ucapan kepada pihak-pihak di bawah ini:
1. Keluarga Irawan, Kantor Balai Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Bogor,
Kantor Polsek Dramaga, dan Masjid Besar Gunung Batu yang telah
memberikan izin untuk mengambil contoh uji penelitian.
2. Ibu Ety Herwati, Dipl.Kim yang telah membantu dalam kegiatan di
laboratorium, serta Bapak Heri yang selalu membukakan pintu
laboratorium ketika akan dipakai.
3. Rengganis Risky Arinda dan Abi Abdhillah Yasinda yang telah
menemani selama satu tahun sebagai Presidium PSM IPB Agria Swara
2012-2013.
4. Teman-teman PSM IPB Agria Swara, Koran Kampus, Chingu dan
Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) yang telah menemani
perjalanan dan memberikan pembelajaran pendewasaan diri dari awal
masuk hingga sekarang.
5. Teman-teman satu bimbingan Aci, Agit, Depe, Didi, Dipta yang
bersama-sama berjuang demi gelar yang sama.
6. Lia, Tami, Helena, Rara, Nisa, Ihsan, Yoni, Panji, Tama dan seluruh
teman-teman SIL 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas doa, bantuan dan motivasinya.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap
semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Age Baturimba
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Teknik Pengukuran
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh
Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi
Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan
Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan
Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
5
5
5
7
7
7
7
8
12
17
17
17
18
21
27
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009)
2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh
3 Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi
4 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian
5 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III
6 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III pagi hari
7 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III siang hari
8 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III malam hari
9 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan
VI a serta golongan VI b
10 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total
kendaraan
11 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah
kendaraan harian
12 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III
13 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada pagi hari
14 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada siang hari
15 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada malam hari
16 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan VI a serta VI b
4
5
6
9
9
10
11
11
12
12
13
14
14
15
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambaran kondisi lokasi uji
2 Jumlah Kendaraan
3 Data Lingkungan di Lapangan
21
22
24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udara merupakan salah satu komponen penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Manusia membutuhkan udara bersih dalam kehidupannya. Kebutuhan
manusia akan udara bersih melebihi dari kebutuhan manusia terhadap air maupun
makanan. Rata-rata kebutuhan udara orang dewasa setiap harinya adalah 15 kg,
sementara kebutuhan untuk air dan makanan masing – masing sebesar 2.5 kg/hari
dan 1.5 kg/hari (Naddafi et al. 2006).
Menurut Duh et al. (2008), pencemaran udara dapat diemisikan dalam
bentuk partikel atau gas yang dibuang secara langsung maupun melalui reaksi ionion organik atau inorganik (proses sekunder). Pencemaran udara pada suatu
tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar,
baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk ke udara dan kemudian
menyebar ke lingkungan sekitarnya (Wardhana 2004).
Pencemaran udara yang telah menyebar ke lingkungan sekitar termasuk
pada ruas jalanan umum sangat mengganggu bahkan membahayakan kesehatan
manusia. Pencemaran udara yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama
akan menimbulkan penyakit saluran pernapasan. Debu jatuh dan partikulat
merupakan beberapa penyebab terjadinya penyakit saluran pernapasan. Debu
jatuh merupakan partikel dengan ukuran di atas 500 µm dan memiliki kemampuan
menetap setelah penghentian sementara di udara (Gorham 2002), namun dengan
kecepatan angin tertentu dapat mengakibatkan terangkatnya fraksi-fraksi halus
debu jatuh (Hai et al. 2007; Zhou 2010). Berdasarkan hal tersebut, debu jatuh
dapat berdampak secara lokal maupun global terhadap ekosistem (McTanish dan
Strong 2007). Partikel dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu total partikel
tersuspensi dan debu yang mengambang (floating dust). Total partikel tersuspensi
merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 µm sedangkan floating dust
merupakan partikel yang berukuran kurang dari 10 µm (Hai et al. 2007).
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan salah
satunya melalui aktivitas penggunaan kendaraan bermotor. Kota Bogor memiliki
tingkat mobilitas masyarakat yang cukup tinggi sehingga berpotensi menimbulkan
permasalahan transportasi dari tahun ke tahun (Arief et al. 2012). Jumlah
kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, merupakan indikator semakin
tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai
sejalan dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Kendaraan bermotor
merupakan salah satu sarana angkutan / transportasi darat yang dapat
meningkatkan kecepatan arus lalu lintas orang maupun barang antar daerah.
Semakin banyak kendaraan bermotor dioperasikan, akan semakin meningkat
kadar pencemaran debu jatuh dan partikulat yang ada di udara (Dubey et al. 2013).
Atas dasar tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pendugaan
bangkitan debu jatuh dan partikulat yang dihasilkan akibat pengaruh lalu lintas.
2
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bangkitan debu jatuh dan total
partikel tersuspensi akibat pengaruh lalu lintas. Ide penelitian muncul karena
tingkat pemakaian kendaraan bermotor di Kota Bogor cukup tinggi. Semakin
meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor mengakibatkan tingginya
pencemaran di udara. Oleh karena itu dalam penelitian ini permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada lokasi
uji.
2. Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan yang berlalu
lintas pada lokasi uji.
3. Korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan jumlah
kendaraan yang berlalu lintas pada lokasi uji.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada
lokasi uji
2. Menganalisis korelasi antara bangkitan debu jatuh dan kepadatan lalu
lintas
3. Menganalisis korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan
kepadatan lalu lintas
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh kepadatan lalu
lintas terhadap bangkitan debu jatuh dan partikulat yang terbentuk.
2. Dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah Kabupaten dan
Kota Bogor serta pihak terkait lainnya dalam memantau dan menangani
kondisi lingkungan akibat pencemaran debu jatuh dan total partikel
tersuspensi, sehingga memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah RI
Nomor 41 Tahun 1999.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di Bogor, Jawa Barat dengan mengambil beberapa
ruas jalan dan kepadatan lalu lintas yang berbeda.
2. Penelitian ini hanya membahas tentang kepadatan lalu lintas terhadap
bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi yang terbentuk.
3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014. Pengukuran
dilakukan pada empat (4) ruas jalan di Kabupaten dan KotaBogor, yaitu:
1. Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
2. Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor.
3. Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor.
4. Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Dustfall canister [Model AS-2014-1]
2. High Volume Air Sampler [Staplex TFIA-2]
3. Digital Anemometer, Termometer dan Humiditymeter [Lutron Am4201]
4. Aplikasi SyPressure Barometer
5. Neraca Analitik [OHAUS; Aventuror Pro]
6. Cawan Petri [Ø=80 mm]
7. Wadah Plastik [Ø=100mm]
8. Kertas Saring 10µ [Whatmann #41]
9. Kertas Saring TSP [TFAGF 41]
10. Universal Oven UNB 400 [Memmert]
11. Pinset [Renz]
12. Pencatat Waktu [Stedman]
13. Counter [Besco]
14. Air Destilasi
15. Kabel Penghubung Listrik [Broco]
16. Program perhitungan (spreadsheet) debu jatuh [© Arief Sabdo Yuwono
2012]
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode gravimetri sesuai dengan SNI 134703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap Debu
Jatuh (Dust Fall Collector) dan SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel
Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS)
dengan Metode Gravimetri. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.
4
Ide Penelitian
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengambilan Data
Mengukur
bangkitan debu
jatuh secara
langsung di
lapangan
Mengukur
bangkitan total
partikel
tersuspensi
langsung di
lapangan
Menghitung
jumlah kendaraan
secara langsung
di lapangan
Data
Pengolahan dan Analisis Data
Menganalisis korelasi antara
bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan setempat
Menganalisis korelasi antara
bangkitan total partikel tersuspensi
dengan jumlah kendaraan setempat
Simpulan dan Saran
Gambar 1 Diagram alir penelitian
5
Teknik Pengukuran
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh
Langkah-langkah pengukuran konsentrasi debu jatuh di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi pengukuran
2. Pengoperasian dustfall canister dekat jalan pada lokasi pengukuran
selama 24 jam
3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali
4. Teknik pengukuran (Gambar 2)
Kertas saring dioven
selama 2 jam
Kertas saring
dimasukkan ke dalam
desikator selama 2
jam
Berat kertas saring
awal ditimbang (W1)
Kertas saring
diambil dari
dustfall canister
Dustfall canister
dioperasikan di lokasi
Kertas saring
dimasukkan pada
dustfall canister
Kertas saring
dimasukkan
kembali ke oven
dan desikator
masing-masing
selama 2 jam
Berat kertas saring
akhir ditimbang (W2),
sehingga selisih W1 dan
W2 adalah dustfall yang
terbentuk (W)
Bangkitan dustfall
dihitung
menggunakan
persamaan 1
Gambar 2 Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh
(1)
Keterangan:
W = berat dustfall (ton)
A = luas permukaan bejana (km2)
C = bangkitan debu jatuh (ton/km2.bulan)
T = waktu pengukuran (bulan)
Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi
Langkah-langkah pengukuran konsentrasi tersuspensi di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi pengukuran
2. Pengambilan contoh uji dilakukan dengan pola pagi, siang dan malam
hari masing-masing selama 60 menit
3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali dalam 1 lokasi
4. Teknik Pengukuran (Gambar 3)
6
Kertas saring
dioven selama 2
jam
Kertas saring
dimasukkan ke dalam
desikator selama 2 jam
Selama HVAS
dioperasikan, dilakukan
pengukuran suhu dan
tekanan udara
Kertas saring diambil dari
HVAS lalu dimasukkan
kembali ke oven dan
desikator masing-masing
selama 2 jam
HVAS
dioperasikan
selama 60
menit dengan
diatur laju alir
1.2 m3/menit
Berat kertas saring
akhir ditimbang (W2),
sehingga selisih W1
dan W2 adalah total
partikel tersuspensi
yang terbentuk (W)
Berat kertas saring awal
ditimbang (W1)
Kertas saring dimasukkan
pada High Volume Air
Sampler (HVAS)
Menghitung koreksi
laju aliran dengan
persamaan 2, volum
udara yang diambil
dengan persamaan 3
dan konsentrasi partikel
tersuspensi dengan
persamaan 4
Gambar 3 Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi
(2)
Keterangan:
Qs
Qo
Ts
To
Ps
Po
= laju alir terkoreksi (m3/menit)
= laju alir uji (m3/menit)
= temperatur standar, 298 K
= temperatur absolut, (297 + tempeatur lapang)
= tekanan udara standar, 760 mmHg
= tekanan udara lapang (mmHg)
(3)
Keterangan:
V
= volume udara yang diambil (m3)
Qs1, s2, s3 = laju alir ke-1, ke-2 dan ke-3 pada pengukuran (m3/menit)
t
= durasi pengambilan contoh uji (menit)
(4)
Keterangan:
C
W1
W2
V
= konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3)
= berat kertas saring awal (gram)
= berat kertas saring akhir (gram)
= volume contoh uji udara (m3)
7
Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas
Langkah-langkah perhitungan jumlah kendaraan yang berlalu lintas di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi penghitungan
2. Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan bersamaan dengan
pengambilan contoh uji partikel tersuspensi di lapangan
3. Penghitungan dilakukan selama 60 menit
4. Klasifikasi kendaraan bermotor (Tabel 1)
Tabel 1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009)
Golongan
I
II
III
IV
Va
Vb
VI a
VI b
VII a
VII b
VII c
Jenis Kendaraan
Sepeda motor dengan 2 atau 3 roda
Sedan dan jeep
Opelet, pick-up terbuka, combi
Pick-up box dan mikro truk
Bus kecil
Bus besar
Truk 2 sumbu 4 roda
Truk 2 sumbu 6 roda
Truk 3 sumbu
Truk gandengan
Truk semi trailer dan trailer
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam hal ini adalah data yang telah
terkumpul diolah dan dianalisis hingga didapatkan pendugaan variasi bangkitan
debu jatuh dan TSP terhadap kepadatan lalu lintas di lokasi uji. Analisis yang
digunakan merupakan analisis statistik regresi linear sederhana dengan bantuan
program microsoft excel dan teknik analisis Pearson menggunakan program
statistical package for the social sciences (SPSS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan
Secara keseluruhan bangkitan debu jatuh di lokasi uji berada di bawah baku
mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara.
Bangkitan debu jatuh di empat lokasi sebesar kurang dari 1 ton/km2.bulan.
Bangkitan partikel tersuspensi pada lokasi uji secara umum berada di bawah baku
mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 kecuali pada pengukuran Sabtu malam di
Jalan Raya Ciomas (243 µg/Nm3). Hal ini disebabkan terjadi kemacetan pada saat
pengukuran di lokasi.Bangkitan debu jatuh dan partikel tersuspensi dipengaruhi
oleh aktivitas manusia seperti aktivitas lalu lintas, kegiatan industri dan
pembangunan, gedung dan pepohonan serta faktor meteorologi lokal. Awan et al.
8
(2011) mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat yang tinggi berbanding
lurus dengan aktivitas lalu lintas dan industri. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret
2014
Jalan Raya
Ciomas
Minggu, 9
Maret 2014
Senin, 10 Maret
2014
Sabtu, 29 Maret
2014
Jalan Raya
Dramaga
Minggu, 30
Maret 2014
Senin, 31 Maret
2014
Sabtu, 5 April
2014
Jalan
Sindang
Barang
Minggu, 6
April 2014
Senin, 7 April
2014
Sabtu, 12 April
2014
Jalan RE
Abdullah
Minggu, 13
April 2014
Senin, 14 April
2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
13.05-14.05
19.01-20.01
08.28-09.28
13.01-14.01
19.02-20.02
08.25-09.25
13.00-14.00
19.02-20.02
08.20-09.20
13.07-14.07
19.05-20.05
08.21-09.21
13.03-14.03
19.10-20.10
08.19-09.19
13.03-14.03
19.04-20.04
08.24-09.24
13.04-14.04
19.12-20.12
08.18-09.18
13.00-14.00
19.14-20.14
08.22-09.22
13.02-14.02
19.07-20.07
08.24-09.24
13.04-14.04
19.12-20.12
08.18-09.18
13.00-14.00
19.14-20.14
08.22-09.22
13.02-14.02
19.07-20.07
Debu Jatuh
(ton/km2.bulan)
0.1 - 0.12
0.11 - 0.14
0.12 – 0.13
0.04 - 0.05
0.03 - 0.04
0.03 - 0.04
0.05 – 0.06
0.07 - 0.09
0.06 - 0.07
0.06 – 0.07
0.05 - 0.06
0.05 - 0.06
TSP
(µg/Nm3)
95
65
243
189
97
198
159
57
180
84
38
53
84
47
67
63
37
86
177
66
66
77
37
76
98
71
41
87
60
109
102
71
112
105
71
117
Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan
Menurut Irianto (2010) terdapat 3 hubungan kekuatan regresi yaitu korelasi
9
positif (R-Sq +1 atau mendekati +1), korelasi negatif (R-Sq -1 atau mendekati -1)
dan tidak berkorelasi (R-Sq 0 atau mendekati 0). Sugiyono (2011) mengatakan
bahwa korelasi Pearson menggunakan nilai α untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Apabila nilai α kurang dari 0.05, maka terdapat korelasi antara
keduanya. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan harian pada lokasi uji.
Gambar 4 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian
Kendaraan bermotor akan mengemisikan substansi pencemar ke atmosfer
baik secara langsung maupun tidak langsung. Emisi kendaraan bermotor secara
langsung berasal dari pembakaran mesin yang keluar melalui knalpot dan
pemakaian alat mekanik untuk rem. Emisi secara tidak langsung berasal dari
reaksi sekunder gas baik organik maupun inorganik (Handler et al. 2008). Nilai RSq yang didapatkan sebesar 0.124. Hal ini menunjukkan bahwa debu jatuh hanya
dipengaruhi oleh jumlah kendaraan bermotor sebesar 0.124. Nilai signifikan (α)
yang didapatkan 0.127. Nilai tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara
keduanya. Uji korelasi lainnya dilakukan antara bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan golongan I, II dan III. Uji korelasi tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
10
Gambar 5 menunjukkan R-Sq antara bangkitan debu jatuh danjumlah
kendaraan golongan I, II dan III berturut-turut 0.079, 0.06 dan 0.285. Hasil
tersebut membuktikan bahwa sebaran data kurang baik. Nilai α yang didapatkan
untuk golongan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.176, 0.233 dan 0.053. Ketiga
nilai tersebut masih di atas 0.05 sehingga menunjukkan tidak adanya korelasi.
Kendaraan bermotor menggunakan bensin, solar dan bahan bakar lainnya
agar dapat beroperasi. Pembakaran yang terjadi pada akhirnya keluar melalui
knalpot. Menurut Sierra-Vargas dan Teran (2012), debu dan partikulat akan
terlepas ke atmosfer ketika terjadi pembakaran bahan bakar tersebut. Namun,
debu dan partikulat dapat dihilangkan dengan adanya pengendapan secara
gravitasi (deposisi kering), maupun dengan penghapusan melalui curah hujan
(deposisi basah) (Mahowald et al. 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut,
korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan dipengaruhi oleh curah
hujan.
Gambar 6 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
pagi hari
Nilai R-Sq pada Gambar 6 untuk tiga variasi berturut-turut sebesar 0.283,
0.344 dan 0.305. Hal itu membuktikan hubungan antara dua hal tersebut kurang
baik. Nilai α untuk gologan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.037, 0.022 dan
0.031. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu
jatuh dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada pagi hari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu dan partikulat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubey et al. (2013), semakin banyak
kendaraan yang beroperasi di ruas jalan, akan semakin tinggi tingkat bangkitan
debu dan partikulat di sekitar ruas jalan tersebut. Uji korelasi antara bangkitan dan
jumlah kendaraan golongan I,II dan III siang hari disajikan pada Gambar 7 di
bawah ini.
11
Gambar 7 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
siang hari
Gambar 7 memperlihatkan bahwa R-Sq di atas sebesar 10-6, 0.095, 0.019.
Nilai tersebut menunjukkan hubungan antara dua hal yang diuji kurang baik. Nilai
α pada pengukuran siang hari untuk jumlah kendaraan golongan I, II dan III
berturut-turut sebesar 0.499, 0.164 dan 0.331. Nilai tersebut masih berada di atas
0.05, sehingga korelasi diantara dua hal tersebut tidak ada. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, kecepatan angin di atas 1 m/detik akan membentuk
bangkitan yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan udara di sekitar tersirkulasi
dengan baik. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Naddafi et al. (2006)
yang menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi hasil pengukuran debu
jatuh jatuh di lapangan sebesar 66.9%. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
kecepatan angin berpengaruh terhadap korelasi antara bangkitan debu jatuh dan
jumlah kendaraan. Uji korelasi selanjutnya dilakukan pada pengukuran malam
hari. Uji korelasi tersaji pada Gambar 8.
Gambar 8 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
malam hari
R-Sq Gambar 8 berturut-turut sebesar 0.023, 0.038 dan 0.611. Nilai tersebut
mengindikasi korelasi model antara keduanya kurang baik. Nilai α untuk Gambar
12
8 beruturut-turut sebesar 0.318, 0.270 dan 0.001. Nilai tersebut menunjukkan
hanya terdapat korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan
golongan III.
Gambar 9 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan
VI a serta golongan VI b
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai R-Sq untuk golongan VI a dan
golongan VI b berturut-turut sebesar 0.129 dan 0.439. Berdasarkan program SPSS,
nilai signifikan yang diperoleh untuk golongan VI a dan VI b masing-masing
sebesar 0.125 dan 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara
debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan VI b. Korelasi yang sedikit
membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan bangkitan debu jatuh.
Semakin tinggi tingkat kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak debu dan
partikulat yang terbentuk semakin tinggi. Hal itu dikarenakan terdapat faktor
lainnya yang perlu diperhatikan (Alias et al. 2007). Menurut Akpinar et al. (2009),
tingkat pencemaran udara termasuk debu dan partikulat pada suatu daerah tertentu
berkorelasi dengan kombinasi dari berbagai faktor meteorologi lokal.
Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan
Uji korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi (TSP) dan jumlah
kendaraan dilakukan dengan 14 variasi korelasi.Korelasi pertama dilakukan antara
bangkitan partikel tersuspensi dengan jumlah kendaraan setiap pengambilan
contoh uji (pagi-siang-malam).
Gambar 10 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total
kendaraan
13
Nilai R-Sq pada uji korelasi di atas sebesar 0.021. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa bangkitan partikel tersuspensi hanya dipengaruhi oleh
kendaraan sebesar 0.021. Nilai α yang didapatkan sebesar 0.199. Nilai α yang
masih melebihi 0.05 membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi
hubungan antara keduanya. Kecepatan angin pada Sabtu siang di Jalan Raya
Ciomas sebesar 1.6 m/detik dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 65 µg/Nm3.
Kecepatan angin pada Minggu siang di Jalan Raya Ciomas sebesar 0.73 m/detik
dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 97 µg/Nm3. Alias et al. (2007)
mengatakan bahwa kecepatan angin akan mempengaruhi jumlah bangkitan debu
dan partikulat yang terbentuk. Semakin besar kecepatan angin pada lokasi uji,
akan menimbulkan bangkitan yang rendah karena debu dan partikulat tersirkulasi
dengan baik. Pengujian lainnya dilakukan antara bangkitan partikel tersuspensi
harian dan jumlah total kendaraan harian. Uji tersebut tersaji pada Gambar 11.
Gambar 11 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah
kendaraan harian
Gambar 11 menunjukkan bahwa R-Sq bernilai 0.082, sehingga
membuktikan kurang baiknya korelasi model antara dua hal tersebut. Nilai α yang
didapatkan dari model tersebut adalah sebesar 0.180. Alias et al. (2007)
mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat dipengaruhi oleh waktu
pengukuran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, secara umum bangkitan
terendah terjadi pada siang hari dan bangkitan tertinggi terjadi pada malam hari.
Pada pengukuran Sabtu siang di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 60
µg/Nm3 dengan suhu sebesar 28.37°C dan kelembapan sebesar 72.93%.
Pengukuran Sabtu malam di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 109
µg/Nm3 dengan suhu sebesar 26.13°C dan kelembapan sebesar 85.30%. Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Alias et al. (2007), bahwa
bangkitan debu dan partikulat sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan
setempat. Semakin tinggi temperatur, akan semakin rendah kelembapan sehingga
bangkitan debu dan partikulat akan rendah juga. Pengujian korelasi juga dilakukan
antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II, II
(Gambar 12).
14
Gambar 12 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III
Nilai R-Sq golongan I, golongan II dan golongan III sebesar 0.003, 0.007
dan 0.253. Nilai α untuk Gambar 11 berturut-turut sebesar 0.365, 0.314 dan 0.001.
Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan III. Dubey et al. (2013) mengatakan bahwa terdapat faktor lain yang
mempengaruhi korelasi antara bangkitan partikulat dan jumlah kendaraan
bermotor. Faktor-faktor tersebut diantaranya konstruksi dari ruas jalan yang
diamati, kegiatan antropogenik di sekitar lokasi uji dan lain-lain. Uji korelasi
kembali dilakukan dengan menguji antara bangkitan partikel tersuspensi setiap
waktu pengukuran dengan jumlah kendaraan golongan I, II dan III setiap waktu
penghitungan.Uji korelasi pada pagi hari disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada pagi hari
Nilai R-Sq terhadap golongan I sebesar 0.078, golongan II sebesar 0.157
dan III sebesar 0.061. Nilai tersebut masih jauh dari 1, sehingga menunjukkan
15
korelasi model diantara variabel yang diuji kurang baik. Nilai α untuk pengujian
di atas berturut-turut sebesar 0.186, 0.1 dan 0.221. Nilai tersebut masih berada di
atas 0.05, sehingga menunjukkan bahwa korelasi diantaranya tidak ada. Saha dan
Padhy (2011) mengatakan bahwa musim kemarau akan membuat bangkitan debu
dan partikulat semakin tinggi dibandingkan dengan musim penghujan. Hujan yang
turun akan mempengaruhi terbentuknya bangkitan debu dan partikulat. Pada saat
musim penghujan atau hujan berlangsung, debu dan partikulat yang terbentuk
akan sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau atau kondisi kering (Alias at
al. 2007). Hal ini terlihat dari bangkitan TSP pada Sabtu malam Jalan Raya
Dramaga sebesar 53 µg/Nm3, sedangkan pada Senin malam Jalan Raya Dramaga
sebesar 86 µg/Nm3. Hasil Sabtu malam lebih kecil dibandingkan Senin malam
dikarenakan terjadi hujan satu jam sebelum pengukuran. Gambar 14 menyajikan
korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II
dan III pada siang hari.
Gambar 14 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada siang hari
Gambar di atas menunjukkan kurang baiknya korelasi model diantara
variabel yang diuji.Hal tersebut terlihat dari nilai R-Sq golongan I (0.096), II
(0.035) dan III (0.009) tidak mendekati atau mencapai +1. Nilai α yang dihasilkan
dari uji korelasi di atas masing-masing sebesar 0.162, 0.389 dan 0.277. Hasil
tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara keduanya. Hasil penelitian yang
dilakukan, Jalan Raya Dramaga memiliki pepohonan yang cukup banyak
dibandingkan dengan Jalan Raya Ciomas. Hal ini terlihat dari rentang TSP Jalan
Raya Dramaga (37-86 µg/Nm3) lebih rendah dibandingkan Jalan Raya Ciomas
(57-243 µg/Nm3). Faktor tutupan lahan pada lokasi uji mempengaruhi debu dan
partikulat yang terbentuk (Shang et al. 2012). Menurut Niu et al. (2004), tutupan
vegetasi akan meningkatkan ambang batas kecepatan angin yang mempengaruhi
terbentuknya debu jatuh dan partikulat. Daerah dengan curah hujan dan cakupan
tutupan vegetasi rendah menghasilkan debu dan partikulat yang tinggi. Selain itu
faktor kelembapan, temperatur dan kecepatan angin setempat patut untuk
dijadikan bahan pertimbangan terhadap korelasi yang dilakukan (Yoshioka et al.
2005). Uji korelasi pada malam hari ditunjukkan pada Gambar 15.
16
Gambar 15 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada malam hari
R-Sq golongan I (0.014), golongan II (0.013) dan golongan III (0.592) tidak
mendekati atau mencapai 1, sehingga hubungan keduanya tidak tergambarkan
dengan baik. Nilai α dari teknik korelasi Pearson untuk gambar di atas didapatkan
masing-masing sebesar 0.353, 0.361 dan 0.002. Hasil tersebut menunjukkan
korelasi hanya terdapat diantara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah
kendaraan golongan III.
Gambar 16 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan VI a serta VI b
Nilai R-Sq untuk golongan VI a dan VI b berturut-turut 0.087 dan 0.120,
sedangkan untuk nilai signifikan yang diperoleh masing-masing sebesar 0.04 dan
0.019. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan
partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan untuk golongan VI a dan VI b.
Sedikitnya korelasi yang terjadi antara variasi-variasi yang diuji menunjukkan
bahwa semakin tinggi kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak berbanding lurus
dengan bangkitan partikel tersuspensi yang terbentuk. Dubey et al. (2013)
menyatakan bahwa kecepatan kendaraan berlalu lintas juga mempengaruhi
bangkitan debu maupun partikel tersuspensi yang terbentuk. Semakin cepat
kendaraan berlalu lintas, maka bangkitan cenderung lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh emisi kendaraan akan tersirkulasi dengan baik di udara dengan
bebas. Faktor topografi dan meteorologi lokal perlu menjadi pertimbangan
terhadap bangkitan debu dan partikulat. Selain itu, debu maupun partikulat akan
signifikan terbentuk apabila terdapat aktivitas perkotaan (Balakrishna et al. 2010),
aktivitas industri dan lokasi konstruksi (Pandey et al. 2008).
17
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bangkitan debu jatuh pada Jalan Raya Ciomas, Jalan Raya Dramaga, Jalan
Raya Sindang Barang dan Jalan RE Abdullah kurang dari 1 ton/km2.bulan.
Bangkitan total partikel tersuspensi diJalan Raya Ciomas, Dramaga,
Sindang Barang dan RE Abdullah berturut-turut 57-243, 37-86, 37-177
dan 60-117 µg/Nm3.
2. Korelasi terjadi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan
golongan I pagi hari sebesar 0.037, golongan II pagi hari sebesar 0.022,
golongan III pagi hari sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar
0.001 serta golongan VI b sebesar 0.009.
3. Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan total jumlah
kendaraan sebesar 0.001, golongan III malam hari sebesar 0.002, golongan
VI a sebesar 0.04 dan golongan VI b sebesar 0.019.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Perlu dilakukan analisis mengenai pengaruh kecepatan kendaraan terhadap
bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi.
2. Perlu dilakukan pengukuran ulangan pada lokasi uji agar didapatkan hasil
yang lebih akurat.
3. Perlu dilakukan penelitian terhadap ruas jalan lain mengenai analisis
korelasi antara bangkitan debu jatuh maupun total partikel tersuspensi
dengan jumlah kendaraan.
4. Diperlukan analisis lanjutan mengenai faktor-faktor antropogenik,
meteorologi dan jenis pembentuk jalan setempat yang mempengaruhi
korelasi mengenai penelitian ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akpinar EA, Akpinar S, Oztop HF. 2009. Statistical analysis of meteorological
factors and air pollution at winter months in Elazig, Turkey.Journal of Urban
and Environmental Engineering. 3(1): 7-16.
Alias M, Hamzah Z, Kenn LS. 2007. PM10 and total suspended particulates
(TSP) measurements in various power stations. The Malaysian Journal of
Analytical Sciences. 11 (1): 255-261.
Arief B, Riyanto B, Basuki KH. 2012. Kajian model dinamik perubahan
pemanfaatan lahan terhadap transportasi Kota Bogor [tesis]. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
Awan MA, Ahmed SH, Aslam MR, Qazi IA. 2011. Determination of total
suspended particulate matter and heavy metals in ambient air of four cities of
Pakistan. Iranica Journal of Energy and Environment. 2 (2): 128-132.
Balakrishna G, Pervez S, Bisht DS. 2010. Chemical mass balance estimation of
arsenic in atmospheric dustfall out in an urban residential area, Raipur,
Central India. Atmos. Chem. Phys. 11: 5141–5151.
Dubey VK, Singh D, Singh N. 2013. Chemical studies of traffic generated dust
and its impact on human health with associated problems in Singrauli District
of Madhya Pradesh, India. Current World Environment. 8 (3): 455-461.
Duh JD, Shandas V, Chang H, George LA. 2008. Rates of urbanisation and the
resiliency of air and water quality. Science Total Environment. 400: 238-256.
Gorham R. 2002. Air Pollution From Ground Transportation; An assessment of
Causes, Strategies and Tactics, and Proposed Actions For The International
Community, United Nations.
Hai C, Yuan C, Liu G, Li X, Zhang F, Zhang X. 2007. Research on the
component of dustfall in Hohhot in comparison with surface soil components
in different lands of inner Mongolia Plateau. Water, Air, and Solid Pollution.
190: 27-34.
Handler M, Puls C, Zbiral J, Marr I, Puxbaum H, Limbeck A. 2008. Size and
compostion of particulate emissions from motor vehicles in the KaisermühlenTunnel, Vienna. Atmospheric Environment. 42: 2173-2186.
Hermawan R. 2009. Kaji ulang penentuan tarif dan sistem penggolongan
kendaraan jalan tol di Indonesia.Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa
SipilInstitut Teknologi Bandung.16: 2.
Irianto A. 2010. Statitistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya.
Jakarta (ID): Kencana.
Mahowald NM, Baker R, Bergametti G, Brooks N, Duce RA, Jickells TD, Kubilay N,
Prospero JM, Tegen I. 2005. Atmospheric global dust cycle and iron inputs to the
ocean.Global Biogeochemical Cycles. 19(4): GB4025.
McTainish G, Strong C. 2007. The role of aeolian dust in ecosystems.
Geomorphology. 89: 39-54.
Naddafi K, Nabizadeh R, Soltanianzadeh R, Ehrampoosh MH. 2006. Evaluation
of dust fall in the air of Yazd. Iran.J.Environ.Health.Sci.Eng. 3 (3): 161-168.
Niu RY, Zhou ZJ, Liu YW, Yan YQ. 2004. Causes of abnormal decreasing of
dusty weather in China during the spring of 2003. Climatic and Environmental
Research. 9 (1): 24-33.
19
Pandey S, Tripathi B, Mishra V. 2008. Dust deposition in a sub-tropical opencast
coalmine area, India. Journal Environment Manage. 86: 132–138.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Saha DC, Padhy PK. 2011. Effects of stone crushing industry on Shorea robusta
and Madhuca indica foliage in Lalpahari forest. Atmospheric Pollution
Research. 2: 463-476.
Shang Z, Cheng L, Yu Q, He L, Lu Z. 2012. Changing characteristics on dust
strom in Jiangsu. Open Journal of Air Pollution. 1:67-73.
Sierra-Vargas MP, Teran LM. 2012. Air pollution: Impact and prevention.
Respirology. 17(7):1031-1038.
SNI 13-4703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap
Debu Jatuh (Dust Fall Collector).
SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan
Peralatan High Volume Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Wardhana WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi.
Yoshioka M, Mahowald N, Dufresne JL, Luo C. 2005. Simulation of absorbing
aerosol indices for African dust. Journal of Geophysical Research. 110: 1-22.
Zhou XL. 2010. Discussion on someterms used for sand dust weather in the
national standard. Scientia Meteorologica Sinica. 30 (2): 234-23.
21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran kondisi lokasi uji
Lokasi
Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor
Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan
Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor
Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung
Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor
Gambar
22
Lampiran 2 Jumlah Kendaraan
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya
Ciomas
Gol
VIIb
Gol
VIIc
17
0
0
0
22
12
0
0
0
5053
0
2
8
0
0
0
4698
Gol
I
08.24-09.24
2250
421
225
11
0
1
20
13.05-14.05
4071
550
383
14
0
1
19.01-20.01
3449
989
246
4
0
Gol
II
Gol
III
Gol
IV
Gol
Va
Gol
Vb
Gol
VIa
Gol
VIb
08.28-09.28
2236
508
492
3
1
0
11
9
0
0
0
3260
Minggu, 9 Maret 2014 13.01-14.01
2759
581
925
3
2
0
11
5
0
0
0
4286
19.02-20.02
3120
560
209
1
1
0
4
3
0
0
0
3898
08.25-09.25
2246
364
463
7
0
0
24
7
0
0
0
3111
13.00-14.00
3058
802
900
21
0
0
37
23
0
0
0
4841
19.02-20.02
3213
364
390
2
0
0
3
9
0
0
0
3981
08.20-09.20
3893
843
750
18
5
9
97
61
4
1
0
5681
13.07-14.07
4585
533
819
26
11
4
150
3
3
1
0
6135
19.05-20.05
4112
1668
711
3
6
3
40
12
0
1
0
6556
08.21-09.21
7032
702
489
3
8
2
33
42
1
1
0
8313
13.03-14.03
4623
615
538
3
14
4
18
47
4
0
0
5866
19.10-20.10
4991
897
542
5
6
5
10
20
1
1
0
6478
08.19-09.19
3535
519
613
8
4
3
56
61
1
2
0
4802
13.03-14.03
2701
482
692
14
6
6
24
83
3
1
0
4012
19.04-20.04
4665
651
533
2
3
3
17
35
4
1
0
5914
Senin, 10 Maret 2014
Sabtu, 29 Maret 2014
Jalan Raya
Dramaga
Gol
VIIa
Jumlah
Total
Kendaraan
(Unit/Jam)
2945
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu
Pengambilan
(WIB)
Minggu, 30 Maret
2014
Senin, 31 Maret 2014
2
Lampiran 2 (Lanjutan)
Gol
VIIa
Gol
VIIb
Gol
VIIc
19
0
0
0
Jumlah
Total
Kendaraan
(Unit/Jam)
3616
32
1
0
0
3641
12
3
1
0
0
2729
11
12
1
0
0
2924
0
12
9
0
0
0
3041
3
0
8
6
0
0
0
2864
4
1
0
17
14
0
0
0
3462
580
7
4
1
21
37
1
0
0
3056
328
461
3
1
2
5
16
0
0
0
2284
2343
451
507
12
3
1
19
26
0
0
0
3362
13.05-14.05
1889
679
724
9
3
2
15
13
1
0
0
3335
19.01-20.01
2591
471
559
4
0
1
2
5
0
0
0
3633
Minggu, 13 April 2014 08.11-09.11
1701
498
796
4
4
3
25
19
0
0
0
3050
13.07-14.07
1945
599
642
5
2
1
14
18
0
0
0
3226
19.02-20.02
1586
785
713
2
1
0
4
7
0
0
0
3098
08.13-09.13
2561
617
647
5
3
1
17
28
0
0
0
3879
13.01-14.01
2011
410
530
6
2
1
4
15
0
0
0
2979
19.01-20.01
1897
389
479
2
0
0
9
11
0
0
0
2787
Gol
I
08.24-09.24
2530
430
586
12
2
5
32
13.04-14.04
2156
662
750
8
6
1
25
19.12-20.12
1714
442
538
7
3
9
08.18-09.18
1629
476
792
3
0
0
Minggu, 6 April 2014 13.00-14.00
1871
605
541
2
1
19.14-20.14
1374
867
603
3
08.22-09.22
2262
580
584
13.02-14.02
2051
354
19.07-20.07
1468
08.15-09.15
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 5 April 2014
Jalan Sindang
Barang
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu
Pengambilan
(WIB)
Senin, 7 April 2014
Sabtu, 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Senin, 14 April 2014
Gol
II
Gol
III
Gol
IV
Gol
Va
Gol
Vb
Gol
VIa
Gol
VIb
23
3
24
Lampiran 3 Data Lingkungan di Lapangan
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya Ciomas
Minggu. 9 Maret 2014
Senin. 10 Maret 2014
Sabtu. 29 Maret 2014
Jalan Raya Dramaga
Minggu. 30 Maret 2014
Senin. 31 Maret 2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Kecepatan Angin
(m/detik)
28.00
80.50
0.70
Cerah
13.05-14.05
25.37
76.50
1.60
Mendung. Berangin. Paska Hujan
19.01-20.01
27.13
83.30
0.37
Paska Hujan. Terjadi kemacetan sesaat
08.28-09.28
26.57
85.00
0.97
Mendung. Berangin
13.01-14.01
30.03
72.27
0.73
Cerah
19.02-20.02
27.53
82.30
0.57
Cerah
08.25-09.25
25.83
84.00
0.43
Mendung Berawan
13.00-14.00
28.13
74.20
0.53
Berawan. Paska Hujan
19.02-20.02
26.27
84.67
0.73
Berawan
08.20-09.20
31.07
70.37
0.33
Cerah
13.07-14.07
33.90
57.17
0.50
Cerah
19.05-20.05
27.80
82.67
1.03
Paska Hujan. Berawan
08.21-09.21
29.23
72.43
0.27
Terjadi Kemacetan sesaat
13.03-14.03
35.13
61.00
1.13
Berangin
19.10-20.10
29.63
78.07
0.07
Cerah
08.19-09.19
31.47
68.63
0.90
Cerah
13.03-14.03
34.17
57.23
0.97
Cerah
19.04-20.04
27.33
83.03
0.67
Cerah
Kondisi Lapangan
4
Lampiran 3 (Lanjutan)
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu. 5 April 2014
Jalan Sindang
Barang
Minggu. 6 April 2014
Senin. 7 April 2014
Sabtu. 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Minggu. 13 April 2014
Senin. 14 April 2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Kecepatan Angin
(m/detik)
30.13
72.87
0.70
Cerah
13.04-14.04
33.33
60.63
0.47
Cerah Berawan
19.12-20.12
27.30
82.13
0.60
Paska Hujan. Berawan
08.18-09.18
29.47
75.83
0.23
Cerah
13.00-14.00
36.63
59.07
0.87
Cerah
19.14-20.14
27.27
77.37
1.10
Berangin. Paska Hujan
08.22-09.22
29.67
71.20
0.27
Cerah
13.02-14.02
35.23
58.27
0.83
Cerah
19.07-20.07
28.33
80.70
0.23
Cerah
08.24-09.24
27.00
82.17
0.57
Cerah
13.04-14.04
28.37
76.03
1.50
Mendung Berangin
19.12-20.12
26.13
84.97
0.60
Cerah
08.18-09.18
26.17
84.67
0.90
Cerah
13.00-14.00
29.80
72.93
0.63
Cerah
19.14-20.14
27.20
85.30
0.83
Cerah
08.22-09.22
25.63
82.63
0.53
Mendung Berawan
13.02-14.02
28.07
72.80
0.50
Cerah
19.07-20.07
25.83
84.27
1.10
Cerah
Kondisi Lapangan
25
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Palembang pada tanggal 12 Juni 1992 dari
pasangan Son Wasmar dan Suhaeni. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Adik dari Devi Asmienso dan Lego Raspanda serta kakak dari
Serunai. Penulis meraih prestasi sebagai siswa teladan dan berakhlakul karimah
SMP Al Ma’soem pada tahun 2004-2007. Prestasi yang sama didapatkan juga
oleh penulis di SMA Al Ma’soem pada tahun 2007-2010. Penulis juga pernah
meraih juara II (2007) dan juara III (2010) lomba merancang majalah dinding
dalam ajang Multi Event Sains, Sport and Art (MESSA) Al Ma’soem tingkat Jawa
Barat. Pada tahun 2010 juga, penulis meraih juara II lomba cepat tepat Fisika
Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Islam Negeri Bandung, menjadi finalis
Olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Sumedang dan meraih juara II lomba
karya tulis dengan tema “Subtitusi Beras sebagai Pangan Pokok Masyarakat
Indonesia” Himpunan Mahasiswa Agroindustri Universitas Padjajaran.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun
2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah menjadi
asisten praktikum Ilmu Ukur Wilayah (2012), Polusi Tanah dan Air Tanah (2012),
Teknik Pengelolaan KualitasUdara (2013) dan asisten praktikum Bahan
Konstruksi (2013) Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Penulis pernah berpraktik lapangan di PT Garudafood Putra Putri Jaya
Rancaekek sebagai staf Safety, Health and Environment (SHE) pada tahun 2013.
Penulis sangat aktif mengikuti kepanitiaan dan berbagai organisasi
kemahasiswaan. Beberapa diantaranya, penulis menjadi staf artistik Koran
Kampus IPB (2010-2012), Sekretaris Divisi Komunikasi dan Informasi
(Kominfo) Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL)
(2011-2012), staf Divisi Kominfo HIMATESIL (2012-2013) dan pernah menjabat
sebagai Presidium Paduan Suara Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Agria Swara
(PSM IPB Agria Swara) (2012-2013).
TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bangkitan Debu Jatuh
dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Age Baturimba
NIM F44100005
ABSTRAK
AGE BATURIMBA. Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi
Akibat Pengaruh Lalu Lintas. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Peningkatan penggunaan kendaraan menyumbangkan peningkatan
konsentrasi debu jatuh (DF) dan partikel tersuspensi (TSP). Tujuan penelitian
iniadalah mengukur bangkitan DF dan TSP akibat jumlah kendaraan (JK) serta
menganalisis korelasinya. Penelitian ini dilakukan pada empat jalan yaitu Jalan
Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang dan RE Abdullah. Penelitian dilakukan
dengan mengoperasikan dustfall canister selama 24 jam. High volume air sampler
dioperasikan selama 60 menit bersamaan dengan penghitungan JK. Bangkitan DF
di empat lokasi uji bernilai kurang dari 1 ton/km2.bulan. Rentang bangkitan TSP
Jalan Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, dan RE Abdullah berturut-turut
57-243, 37-86, 37-177, 60-117µg/Nm3. Nilai signifikan (α) antara bangkitan DF
dan JK golongan I pagi sebesar 0.037, golongan II pagi sebesar 0.002, golongan
III pagi sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar 0.001 dan golongan VI b
sebesar 0.009. Nilai signifikan bangkitan TSP dan golongan III malam hari
sebesar 0.002, total golongan III sebesar 0.001, golongan VI a sebesar 0.04 dan
golongan VI b sebesar 0.019.
Kata kunci: debu jatuh, kendaraan bermotor, korelasi, lalu lintas, partikel
tersuspensi.
ABSTRACT
AGE BATURIMBA. Dustfall and Total Suspended Particulate Generation Due to
Traffic Effect. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.
The increasing vehicle usage contributes to the rise of dustfall (DF) and
suspended particles (TSP) concentration. The purpose of this study was to
measure the generation of DF and TSP due to the number of vehicles (JK) and to
analyze their correlation. This study was conducted on four roads,namely Ciomas,
Dramaga,Sindang Barang and RE Abdullah roads. The study was conducted by
installing dustfall canister for 24 hours.High volume air sampler was operated for
60 minutes simultaneously with traffic counting. The DF generation at four
sampling points were less than 1 ton/km2.month. The range of TSP generation on
Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, and RE Abdullah were 57-243, 37-86, 37-177,
60-117 μg/Nm3 respectively. The significant value (α) between DF generation and
JK type I in the morning was 0.037, type II in the morning was 0.002, type III in
the morning was 0.031, type III was 0.001 in the night and type VI b was 0.009
The significant value between TSP generation and type III in the night was 0.002,
type III total was 0.001, type VI a was 0.04 and type VI b was 0.019.
Keywords: dustfall, correlation, suspended particulate, traffic, vehicles.
BANGKITAN DEBU JATUH DAN TOTAL PARTIKEL
TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi
Akibat Pengaruh Lalu Lintas
: Age Baturimba
: F44100005
Disetujui oleh
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, MSc
NIP. 19660321 199003 1 012
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agrro
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kesehatan dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Bangkitaan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Lalu Lintas. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc selaku
dosen pembimbing akademik Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, kedua
orang tua, Suhaeni dan Son Wasmar serta kakak-kakak dan adikyang selalu
memberikan doa, dukungan dan motivasi. Di samping itu penulis menyampaikan
ucapan kepada pihak-pihak di bawah ini:
1. Keluarga Irawan, Kantor Balai Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Bogor,
Kantor Polsek Dramaga, dan Masjid Besar Gunung Batu yang telah
memberikan izin untuk mengambil contoh uji penelitian.
2. Ibu Ety Herwati, Dipl.Kim yang telah membantu dalam kegiatan di
laboratorium, serta Bapak Heri yang selalu membukakan pintu
laboratorium ketika akan dipakai.
3. Rengganis Risky Arinda dan Abi Abdhillah Yasinda yang telah
menemani selama satu tahun sebagai Presidium PSM IPB Agria Swara
2012-2013.
4. Teman-teman PSM IPB Agria Swara, Koran Kampus, Chingu dan
Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) yang telah menemani
perjalanan dan memberikan pembelajaran pendewasaan diri dari awal
masuk hingga sekarang.
5. Teman-teman satu bimbingan Aci, Agit, Depe, Didi, Dipta yang
bersama-sama berjuang demi gelar yang sama.
6. Lia, Tami, Helena, Rara, Nisa, Ihsan, Yoni, Panji, Tama dan seluruh
teman-teman SIL 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas doa, bantuan dan motivasinya.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap
semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Age Baturimba
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Teknik Pengukuran
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh
Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi
Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan
Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan
Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
5
5
5
7
7
7
7
8
12
17
17
17
18
21
27
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009)
2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh
3 Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi
4 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian
5 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III
6 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III pagi hari
7 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III siang hari
8 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II,
III malam hari
9 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan
VI a serta golongan VI b
10 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total
kendaraan
11 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah
kendaraan harian
12 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III
13 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada pagi hari
14 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada siang hari
15 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada malam hari
16 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan VI a serta VI b
4
5
6
9
9
10
11
11
12
12
13
14
14
15
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambaran kondisi lokasi uji
2 Jumlah Kendaraan
3 Data Lingkungan di Lapangan
21
22
24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udara merupakan salah satu komponen penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Manusia membutuhkan udara bersih dalam kehidupannya. Kebutuhan
manusia akan udara bersih melebihi dari kebutuhan manusia terhadap air maupun
makanan. Rata-rata kebutuhan udara orang dewasa setiap harinya adalah 15 kg,
sementara kebutuhan untuk air dan makanan masing – masing sebesar 2.5 kg/hari
dan 1.5 kg/hari (Naddafi et al. 2006).
Menurut Duh et al. (2008), pencemaran udara dapat diemisikan dalam
bentuk partikel atau gas yang dibuang secara langsung maupun melalui reaksi ionion organik atau inorganik (proses sekunder). Pencemaran udara pada suatu
tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar,
baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk ke udara dan kemudian
menyebar ke lingkungan sekitarnya (Wardhana 2004).
Pencemaran udara yang telah menyebar ke lingkungan sekitar termasuk
pada ruas jalanan umum sangat mengganggu bahkan membahayakan kesehatan
manusia. Pencemaran udara yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama
akan menimbulkan penyakit saluran pernapasan. Debu jatuh dan partikulat
merupakan beberapa penyebab terjadinya penyakit saluran pernapasan. Debu
jatuh merupakan partikel dengan ukuran di atas 500 µm dan memiliki kemampuan
menetap setelah penghentian sementara di udara (Gorham 2002), namun dengan
kecepatan angin tertentu dapat mengakibatkan terangkatnya fraksi-fraksi halus
debu jatuh (Hai et al. 2007; Zhou 2010). Berdasarkan hal tersebut, debu jatuh
dapat berdampak secara lokal maupun global terhadap ekosistem (McTanish dan
Strong 2007). Partikel dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu total partikel
tersuspensi dan debu yang mengambang (floating dust). Total partikel tersuspensi
merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 µm sedangkan floating dust
merupakan partikel yang berukuran kurang dari 10 µm (Hai et al. 2007).
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan salah
satunya melalui aktivitas penggunaan kendaraan bermotor. Kota Bogor memiliki
tingkat mobilitas masyarakat yang cukup tinggi sehingga berpotensi menimbulkan
permasalahan transportasi dari tahun ke tahun (Arief et al. 2012). Jumlah
kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, merupakan indikator semakin
tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai
sejalan dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Kendaraan bermotor
merupakan salah satu sarana angkutan / transportasi darat yang dapat
meningkatkan kecepatan arus lalu lintas orang maupun barang antar daerah.
Semakin banyak kendaraan bermotor dioperasikan, akan semakin meningkat
kadar pencemaran debu jatuh dan partikulat yang ada di udara (Dubey et al. 2013).
Atas dasar tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pendugaan
bangkitan debu jatuh dan partikulat yang dihasilkan akibat pengaruh lalu lintas.
2
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bangkitan debu jatuh dan total
partikel tersuspensi akibat pengaruh lalu lintas. Ide penelitian muncul karena
tingkat pemakaian kendaraan bermotor di Kota Bogor cukup tinggi. Semakin
meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor mengakibatkan tingginya
pencemaran di udara. Oleh karena itu dalam penelitian ini permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada lokasi
uji.
2. Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan yang berlalu
lintas pada lokasi uji.
3. Korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan jumlah
kendaraan yang berlalu lintas pada lokasi uji.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada
lokasi uji
2. Menganalisis korelasi antara bangkitan debu jatuh dan kepadatan lalu
lintas
3. Menganalisis korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan
kepadatan lalu lintas
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh kepadatan lalu
lintas terhadap bangkitan debu jatuh dan partikulat yang terbentuk.
2. Dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah Kabupaten dan
Kota Bogor serta pihak terkait lainnya dalam memantau dan menangani
kondisi lingkungan akibat pencemaran debu jatuh dan total partikel
tersuspensi, sehingga memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah RI
Nomor 41 Tahun 1999.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di Bogor, Jawa Barat dengan mengambil beberapa
ruas jalan dan kepadatan lalu lintas yang berbeda.
2. Penelitian ini hanya membahas tentang kepadatan lalu lintas terhadap
bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi yang terbentuk.
3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014. Pengukuran
dilakukan pada empat (4) ruas jalan di Kabupaten dan KotaBogor, yaitu:
1. Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
2. Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor.
3. Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor.
4. Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Dustfall canister [Model AS-2014-1]
2. High Volume Air Sampler [Staplex TFIA-2]
3. Digital Anemometer, Termometer dan Humiditymeter [Lutron Am4201]
4. Aplikasi SyPressure Barometer
5. Neraca Analitik [OHAUS; Aventuror Pro]
6. Cawan Petri [Ø=80 mm]
7. Wadah Plastik [Ø=100mm]
8. Kertas Saring 10µ [Whatmann #41]
9. Kertas Saring TSP [TFAGF 41]
10. Universal Oven UNB 400 [Memmert]
11. Pinset [Renz]
12. Pencatat Waktu [Stedman]
13. Counter [Besco]
14. Air Destilasi
15. Kabel Penghubung Listrik [Broco]
16. Program perhitungan (spreadsheet) debu jatuh [© Arief Sabdo Yuwono
2012]
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode gravimetri sesuai dengan SNI 134703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap Debu
Jatuh (Dust Fall Collector) dan SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel
Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS)
dengan Metode Gravimetri. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.
4
Ide Penelitian
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengambilan Data
Mengukur
bangkitan debu
jatuh secara
langsung di
lapangan
Mengukur
bangkitan total
partikel
tersuspensi
langsung di
lapangan
Menghitung
jumlah kendaraan
secara langsung
di lapangan
Data
Pengolahan dan Analisis Data
Menganalisis korelasi antara
bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan setempat
Menganalisis korelasi antara
bangkitan total partikel tersuspensi
dengan jumlah kendaraan setempat
Simpulan dan Saran
Gambar 1 Diagram alir penelitian
5
Teknik Pengukuran
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh
Langkah-langkah pengukuran konsentrasi debu jatuh di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi pengukuran
2. Pengoperasian dustfall canister dekat jalan pada lokasi pengukuran
selama 24 jam
3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali
4. Teknik pengukuran (Gambar 2)
Kertas saring dioven
selama 2 jam
Kertas saring
dimasukkan ke dalam
desikator selama 2
jam
Berat kertas saring
awal ditimbang (W1)
Kertas saring
diambil dari
dustfall canister
Dustfall canister
dioperasikan di lokasi
Kertas saring
dimasukkan pada
dustfall canister
Kertas saring
dimasukkan
kembali ke oven
dan desikator
masing-masing
selama 2 jam
Berat kertas saring
akhir ditimbang (W2),
sehingga selisih W1 dan
W2 adalah dustfall yang
terbentuk (W)
Bangkitan dustfall
dihitung
menggunakan
persamaan 1
Gambar 2 Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh
(1)
Keterangan:
W = berat dustfall (ton)
A = luas permukaan bejana (km2)
C = bangkitan debu jatuh (ton/km2.bulan)
T = waktu pengukuran (bulan)
Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi
Langkah-langkah pengukuran konsentrasi tersuspensi di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi pengukuran
2. Pengambilan contoh uji dilakukan dengan pola pagi, siang dan malam
hari masing-masing selama 60 menit
3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali dalam 1 lokasi
4. Teknik Pengukuran (Gambar 3)
6
Kertas saring
dioven selama 2
jam
Kertas saring
dimasukkan ke dalam
desikator selama 2 jam
Selama HVAS
dioperasikan, dilakukan
pengukuran suhu dan
tekanan udara
Kertas saring diambil dari
HVAS lalu dimasukkan
kembali ke oven dan
desikator masing-masing
selama 2 jam
HVAS
dioperasikan
selama 60
menit dengan
diatur laju alir
1.2 m3/menit
Berat kertas saring
akhir ditimbang (W2),
sehingga selisih W1
dan W2 adalah total
partikel tersuspensi
yang terbentuk (W)
Berat kertas saring awal
ditimbang (W1)
Kertas saring dimasukkan
pada High Volume Air
Sampler (HVAS)
Menghitung koreksi
laju aliran dengan
persamaan 2, volum
udara yang diambil
dengan persamaan 3
dan konsentrasi partikel
tersuspensi dengan
persamaan 4
Gambar 3 Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi
(2)
Keterangan:
Qs
Qo
Ts
To
Ps
Po
= laju alir terkoreksi (m3/menit)
= laju alir uji (m3/menit)
= temperatur standar, 298 K
= temperatur absolut, (297 + tempeatur lapang)
= tekanan udara standar, 760 mmHg
= tekanan udara lapang (mmHg)
(3)
Keterangan:
V
= volume udara yang diambil (m3)
Qs1, s2, s3 = laju alir ke-1, ke-2 dan ke-3 pada pengukuran (m3/menit)
t
= durasi pengambilan contoh uji (menit)
(4)
Keterangan:
C
W1
W2
V
= konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3)
= berat kertas saring awal (gram)
= berat kertas saring akhir (gram)
= volume contoh uji udara (m3)
7
Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas
Langkah-langkah perhitungan jumlah kendaraan yang berlalu lintas di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi penghitungan
2. Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan bersamaan dengan
pengambilan contoh uji partikel tersuspensi di lapangan
3. Penghitungan dilakukan selama 60 menit
4. Klasifikasi kendaraan bermotor (Tabel 1)
Tabel 1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009)
Golongan
I
II
III
IV
Va
Vb
VI a
VI b
VII a
VII b
VII c
Jenis Kendaraan
Sepeda motor dengan 2 atau 3 roda
Sedan dan jeep
Opelet, pick-up terbuka, combi
Pick-up box dan mikro truk
Bus kecil
Bus besar
Truk 2 sumbu 4 roda
Truk 2 sumbu 6 roda
Truk 3 sumbu
Truk gandengan
Truk semi trailer dan trailer
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam hal ini adalah data yang telah
terkumpul diolah dan dianalisis hingga didapatkan pendugaan variasi bangkitan
debu jatuh dan TSP terhadap kepadatan lalu lintas di lokasi uji. Analisis yang
digunakan merupakan analisis statistik regresi linear sederhana dengan bantuan
program microsoft excel dan teknik analisis Pearson menggunakan program
statistical package for the social sciences (SPSS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan
Secara keseluruhan bangkitan debu jatuh di lokasi uji berada di bawah baku
mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara.
Bangkitan debu jatuh di empat lokasi sebesar kurang dari 1 ton/km2.bulan.
Bangkitan partikel tersuspensi pada lokasi uji secara umum berada di bawah baku
mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 kecuali pada pengukuran Sabtu malam di
Jalan Raya Ciomas (243 µg/Nm3). Hal ini disebabkan terjadi kemacetan pada saat
pengukuran di lokasi.Bangkitan debu jatuh dan partikel tersuspensi dipengaruhi
oleh aktivitas manusia seperti aktivitas lalu lintas, kegiatan industri dan
pembangunan, gedung dan pepohonan serta faktor meteorologi lokal. Awan et al.
8
(2011) mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat yang tinggi berbanding
lurus dengan aktivitas lalu lintas dan industri. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret
2014
Jalan Raya
Ciomas
Minggu, 9
Maret 2014
Senin, 10 Maret
2014
Sabtu, 29 Maret
2014
Jalan Raya
Dramaga
Minggu, 30
Maret 2014
Senin, 31 Maret
2014
Sabtu, 5 April
2014
Jalan
Sindang
Barang
Minggu, 6
April 2014
Senin, 7 April
2014
Sabtu, 12 April
2014
Jalan RE
Abdullah
Minggu, 13
April 2014
Senin, 14 April
2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
13.05-14.05
19.01-20.01
08.28-09.28
13.01-14.01
19.02-20.02
08.25-09.25
13.00-14.00
19.02-20.02
08.20-09.20
13.07-14.07
19.05-20.05
08.21-09.21
13.03-14.03
19.10-20.10
08.19-09.19
13.03-14.03
19.04-20.04
08.24-09.24
13.04-14.04
19.12-20.12
08.18-09.18
13.00-14.00
19.14-20.14
08.22-09.22
13.02-14.02
19.07-20.07
08.24-09.24
13.04-14.04
19.12-20.12
08.18-09.18
13.00-14.00
19.14-20.14
08.22-09.22
13.02-14.02
19.07-20.07
Debu Jatuh
(ton/km2.bulan)
0.1 - 0.12
0.11 - 0.14
0.12 – 0.13
0.04 - 0.05
0.03 - 0.04
0.03 - 0.04
0.05 – 0.06
0.07 - 0.09
0.06 - 0.07
0.06 – 0.07
0.05 - 0.06
0.05 - 0.06
TSP
(µg/Nm3)
95
65
243
189
97
198
159
57
180
84
38
53
84
47
67
63
37
86
177
66
66
77
37
76
98
71
41
87
60
109
102
71
112
105
71
117
Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan
Menurut Irianto (2010) terdapat 3 hubungan kekuatan regresi yaitu korelasi
9
positif (R-Sq +1 atau mendekati +1), korelasi negatif (R-Sq -1 atau mendekati -1)
dan tidak berkorelasi (R-Sq 0 atau mendekati 0). Sugiyono (2011) mengatakan
bahwa korelasi Pearson menggunakan nilai α untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Apabila nilai α kurang dari 0.05, maka terdapat korelasi antara
keduanya. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan harian pada lokasi uji.
Gambar 4 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian
Kendaraan bermotor akan mengemisikan substansi pencemar ke atmosfer
baik secara langsung maupun tidak langsung. Emisi kendaraan bermotor secara
langsung berasal dari pembakaran mesin yang keluar melalui knalpot dan
pemakaian alat mekanik untuk rem. Emisi secara tidak langsung berasal dari
reaksi sekunder gas baik organik maupun inorganik (Handler et al. 2008). Nilai RSq yang didapatkan sebesar 0.124. Hal ini menunjukkan bahwa debu jatuh hanya
dipengaruhi oleh jumlah kendaraan bermotor sebesar 0.124. Nilai signifikan (α)
yang didapatkan 0.127. Nilai tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara
keduanya. Uji korelasi lainnya dilakukan antara bangkitan debu jatuh dengan
jumlah kendaraan golongan I, II dan III. Uji korelasi tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
10
Gambar 5 menunjukkan R-Sq antara bangkitan debu jatuh danjumlah
kendaraan golongan I, II dan III berturut-turut 0.079, 0.06 dan 0.285. Hasil
tersebut membuktikan bahwa sebaran data kurang baik. Nilai α yang didapatkan
untuk golongan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.176, 0.233 dan 0.053. Ketiga
nilai tersebut masih di atas 0.05 sehingga menunjukkan tidak adanya korelasi.
Kendaraan bermotor menggunakan bensin, solar dan bahan bakar lainnya
agar dapat beroperasi. Pembakaran yang terjadi pada akhirnya keluar melalui
knalpot. Menurut Sierra-Vargas dan Teran (2012), debu dan partikulat akan
terlepas ke atmosfer ketika terjadi pembakaran bahan bakar tersebut. Namun,
debu dan partikulat dapat dihilangkan dengan adanya pengendapan secara
gravitasi (deposisi kering), maupun dengan penghapusan melalui curah hujan
(deposisi basah) (Mahowald et al. 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut,
korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan dipengaruhi oleh curah
hujan.
Gambar 6 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
pagi hari
Nilai R-Sq pada Gambar 6 untuk tiga variasi berturut-turut sebesar 0.283,
0.344 dan 0.305. Hal itu membuktikan hubungan antara dua hal tersebut kurang
baik. Nilai α untuk gologan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.037, 0.022 dan
0.031. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu
jatuh dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada pagi hari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu dan partikulat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubey et al. (2013), semakin banyak
kendaraan yang beroperasi di ruas jalan, akan semakin tinggi tingkat bangkitan
debu dan partikulat di sekitar ruas jalan tersebut. Uji korelasi antara bangkitan dan
jumlah kendaraan golongan I,II dan III siang hari disajikan pada Gambar 7 di
bawah ini.
11
Gambar 7 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
siang hari
Gambar 7 memperlihatkan bahwa R-Sq di atas sebesar 10-6, 0.095, 0.019.
Nilai tersebut menunjukkan hubungan antara dua hal yang diuji kurang baik. Nilai
α pada pengukuran siang hari untuk jumlah kendaraan golongan I, II dan III
berturut-turut sebesar 0.499, 0.164 dan 0.331. Nilai tersebut masih berada di atas
0.05, sehingga korelasi diantara dua hal tersebut tidak ada. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, kecepatan angin di atas 1 m/detik akan membentuk
bangkitan yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan udara di sekitar tersirkulasi
dengan baik. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Naddafi et al. (2006)
yang menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi hasil pengukuran debu
jatuh jatuh di lapangan sebesar 66.9%. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
kecepatan angin berpengaruh terhadap korelasi antara bangkitan debu jatuh dan
jumlah kendaraan. Uji korelasi selanjutnya dilakukan pada pengukuran malam
hari. Uji korelasi tersaji pada Gambar 8.
Gambar 8 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
malam hari
R-Sq Gambar 8 berturut-turut sebesar 0.023, 0.038 dan 0.611. Nilai tersebut
mengindikasi korelasi model antara keduanya kurang baik. Nilai α untuk Gambar
12
8 beruturut-turut sebesar 0.318, 0.270 dan 0.001. Nilai tersebut menunjukkan
hanya terdapat korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan
golongan III.
Gambar 9 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan
VI a serta golongan VI b
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai R-Sq untuk golongan VI a dan
golongan VI b berturut-turut sebesar 0.129 dan 0.439. Berdasarkan program SPSS,
nilai signifikan yang diperoleh untuk golongan VI a dan VI b masing-masing
sebesar 0.125 dan 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara
debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan VI b. Korelasi yang sedikit
membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan bangkitan debu jatuh.
Semakin tinggi tingkat kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak debu dan
partikulat yang terbentuk semakin tinggi. Hal itu dikarenakan terdapat faktor
lainnya yang perlu diperhatikan (Alias et al. 2007). Menurut Akpinar et al. (2009),
tingkat pencemaran udara termasuk debu dan partikulat pada suatu daerah tertentu
berkorelasi dengan kombinasi dari berbagai faktor meteorologi lokal.
Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan
Uji korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi (TSP) dan jumlah
kendaraan dilakukan dengan 14 variasi korelasi.Korelasi pertama dilakukan antara
bangkitan partikel tersuspensi dengan jumlah kendaraan setiap pengambilan
contoh uji (pagi-siang-malam).
Gambar 10 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total
kendaraan
13
Nilai R-Sq pada uji korelasi di atas sebesar 0.021. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa bangkitan partikel tersuspensi hanya dipengaruhi oleh
kendaraan sebesar 0.021. Nilai α yang didapatkan sebesar 0.199. Nilai α yang
masih melebihi 0.05 membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi
hubungan antara keduanya. Kecepatan angin pada Sabtu siang di Jalan Raya
Ciomas sebesar 1.6 m/detik dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 65 µg/Nm3.
Kecepatan angin pada Minggu siang di Jalan Raya Ciomas sebesar 0.73 m/detik
dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 97 µg/Nm3. Alias et al. (2007)
mengatakan bahwa kecepatan angin akan mempengaruhi jumlah bangkitan debu
dan partikulat yang terbentuk. Semakin besar kecepatan angin pada lokasi uji,
akan menimbulkan bangkitan yang rendah karena debu dan partikulat tersirkulasi
dengan baik. Pengujian lainnya dilakukan antara bangkitan partikel tersuspensi
harian dan jumlah total kendaraan harian. Uji tersebut tersaji pada Gambar 11.
Gambar 11 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah
kendaraan harian
Gambar 11 menunjukkan bahwa R-Sq bernilai 0.082, sehingga
membuktikan kurang baiknya korelasi model antara dua hal tersebut. Nilai α yang
didapatkan dari model tersebut adalah sebesar 0.180. Alias et al. (2007)
mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat dipengaruhi oleh waktu
pengukuran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, secara umum bangkitan
terendah terjadi pada siang hari dan bangkitan tertinggi terjadi pada malam hari.
Pada pengukuran Sabtu siang di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 60
µg/Nm3 dengan suhu sebesar 28.37°C dan kelembapan sebesar 72.93%.
Pengukuran Sabtu malam di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 109
µg/Nm3 dengan suhu sebesar 26.13°C dan kelembapan sebesar 85.30%. Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Alias et al. (2007), bahwa
bangkitan debu dan partikulat sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan
setempat. Semakin tinggi temperatur, akan semakin rendah kelembapan sehingga
bangkitan debu dan partikulat akan rendah juga. Pengujian korelasi juga dilakukan
antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II, II
(Gambar 12).
14
Gambar 12 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III
Nilai R-Sq golongan I, golongan II dan golongan III sebesar 0.003, 0.007
dan 0.253. Nilai α untuk Gambar 11 berturut-turut sebesar 0.365, 0.314 dan 0.001.
Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan III. Dubey et al. (2013) mengatakan bahwa terdapat faktor lain yang
mempengaruhi korelasi antara bangkitan partikulat dan jumlah kendaraan
bermotor. Faktor-faktor tersebut diantaranya konstruksi dari ruas jalan yang
diamati, kegiatan antropogenik di sekitar lokasi uji dan lain-lain. Uji korelasi
kembali dilakukan dengan menguji antara bangkitan partikel tersuspensi setiap
waktu pengukuran dengan jumlah kendaraan golongan I, II dan III setiap waktu
penghitungan.Uji korelasi pada pagi hari disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada pagi hari
Nilai R-Sq terhadap golongan I sebesar 0.078, golongan II sebesar 0.157
dan III sebesar 0.061. Nilai tersebut masih jauh dari 1, sehingga menunjukkan
15
korelasi model diantara variabel yang diuji kurang baik. Nilai α untuk pengujian
di atas berturut-turut sebesar 0.186, 0.1 dan 0.221. Nilai tersebut masih berada di
atas 0.05, sehingga menunjukkan bahwa korelasi diantaranya tidak ada. Saha dan
Padhy (2011) mengatakan bahwa musim kemarau akan membuat bangkitan debu
dan partikulat semakin tinggi dibandingkan dengan musim penghujan. Hujan yang
turun akan mempengaruhi terbentuknya bangkitan debu dan partikulat. Pada saat
musim penghujan atau hujan berlangsung, debu dan partikulat yang terbentuk
akan sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau atau kondisi kering (Alias at
al. 2007). Hal ini terlihat dari bangkitan TSP pada Sabtu malam Jalan Raya
Dramaga sebesar 53 µg/Nm3, sedangkan pada Senin malam Jalan Raya Dramaga
sebesar 86 µg/Nm3. Hasil Sabtu malam lebih kecil dibandingkan Senin malam
dikarenakan terjadi hujan satu jam sebelum pengukuran. Gambar 14 menyajikan
korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II
dan III pada siang hari.
Gambar 14 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada siang hari
Gambar di atas menunjukkan kurang baiknya korelasi model diantara
variabel yang diuji.Hal tersebut terlihat dari nilai R-Sq golongan I (0.096), II
(0.035) dan III (0.009) tidak mendekati atau mencapai +1. Nilai α yang dihasilkan
dari uji korelasi di atas masing-masing sebesar 0.162, 0.389 dan 0.277. Hasil
tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara keduanya. Hasil penelitian yang
dilakukan, Jalan Raya Dramaga memiliki pepohonan yang cukup banyak
dibandingkan dengan Jalan Raya Ciomas. Hal ini terlihat dari rentang TSP Jalan
Raya Dramaga (37-86 µg/Nm3) lebih rendah dibandingkan Jalan Raya Ciomas
(57-243 µg/Nm3). Faktor tutupan lahan pada lokasi uji mempengaruhi debu dan
partikulat yang terbentuk (Shang et al. 2012). Menurut Niu et al. (2004), tutupan
vegetasi akan meningkatkan ambang batas kecepatan angin yang mempengaruhi
terbentuknya debu jatuh dan partikulat. Daerah dengan curah hujan dan cakupan
tutupan vegetasi rendah menghasilkan debu dan partikulat yang tinggi. Selain itu
faktor kelembapan, temperatur dan kecepatan angin setempat patut untuk
dijadikan bahan pertimbangan terhadap korelasi yang dilakukan (Yoshioka et al.
2005). Uji korelasi pada malam hari ditunjukkan pada Gambar 15.
16
Gambar 15 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan I, II dan III pada malam hari
R-Sq golongan I (0.014), golongan II (0.013) dan golongan III (0.592) tidak
mendekati atau mencapai 1, sehingga hubungan keduanya tidak tergambarkan
dengan baik. Nilai α dari teknik korelasi Pearson untuk gambar di atas didapatkan
masing-masing sebesar 0.353, 0.361 dan 0.002. Hasil tersebut menunjukkan
korelasi hanya terdapat diantara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah
kendaraan golongan III.
Gambar 16 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan
golongan VI a serta VI b
Nilai R-Sq untuk golongan VI a dan VI b berturut-turut 0.087 dan 0.120,
sedangkan untuk nilai signifikan yang diperoleh masing-masing sebesar 0.04 dan
0.019. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan
partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan untuk golongan VI a dan VI b.
Sedikitnya korelasi yang terjadi antara variasi-variasi yang diuji menunjukkan
bahwa semakin tinggi kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak berbanding lurus
dengan bangkitan partikel tersuspensi yang terbentuk. Dubey et al. (2013)
menyatakan bahwa kecepatan kendaraan berlalu lintas juga mempengaruhi
bangkitan debu maupun partikel tersuspensi yang terbentuk. Semakin cepat
kendaraan berlalu lintas, maka bangkitan cenderung lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh emisi kendaraan akan tersirkulasi dengan baik di udara dengan
bebas. Faktor topografi dan meteorologi lokal perlu menjadi pertimbangan
terhadap bangkitan debu dan partikulat. Selain itu, debu maupun partikulat akan
signifikan terbentuk apabila terdapat aktivitas perkotaan (Balakrishna et al. 2010),
aktivitas industri dan lokasi konstruksi (Pandey et al. 2008).
17
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bangkitan debu jatuh pada Jalan Raya Ciomas, Jalan Raya Dramaga, Jalan
Raya Sindang Barang dan Jalan RE Abdullah kurang dari 1 ton/km2.bulan.
Bangkitan total partikel tersuspensi diJalan Raya Ciomas, Dramaga,
Sindang Barang dan RE Abdullah berturut-turut 57-243, 37-86, 37-177
dan 60-117 µg/Nm3.
2. Korelasi terjadi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan
golongan I pagi hari sebesar 0.037, golongan II pagi hari sebesar 0.022,
golongan III pagi hari sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar
0.001 serta golongan VI b sebesar 0.009.
3. Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan total jumlah
kendaraan sebesar 0.001, golongan III malam hari sebesar 0.002, golongan
VI a sebesar 0.04 dan golongan VI b sebesar 0.019.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Perlu dilakukan analisis mengenai pengaruh kecepatan kendaraan terhadap
bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi.
2. Perlu dilakukan pengukuran ulangan pada lokasi uji agar didapatkan hasil
yang lebih akurat.
3. Perlu dilakukan penelitian terhadap ruas jalan lain mengenai analisis
korelasi antara bangkitan debu jatuh maupun total partikel tersuspensi
dengan jumlah kendaraan.
4. Diperlukan analisis lanjutan mengenai faktor-faktor antropogenik,
meteorologi dan jenis pembentuk jalan setempat yang mempengaruhi
korelasi mengenai penelitian ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akpinar EA, Akpinar S, Oztop HF. 2009. Statistical analysis of meteorological
factors and air pollution at winter months in Elazig, Turkey.Journal of Urban
and Environmental Engineering. 3(1): 7-16.
Alias M, Hamzah Z, Kenn LS. 2007. PM10 and total suspended particulates
(TSP) measurements in various power stations. The Malaysian Journal of
Analytical Sciences. 11 (1): 255-261.
Arief B, Riyanto B, Basuki KH. 2012. Kajian model dinamik perubahan
pemanfaatan lahan terhadap transportasi Kota Bogor [tesis]. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
Awan MA, Ahmed SH, Aslam MR, Qazi IA. 2011. Determination of total
suspended particulate matter and heavy metals in ambient air of four cities of
Pakistan. Iranica Journal of Energy and Environment. 2 (2): 128-132.
Balakrishna G, Pervez S, Bisht DS. 2010. Chemical mass balance estimation of
arsenic in atmospheric dustfall out in an urban residential area, Raipur,
Central India. Atmos. Chem. Phys. 11: 5141–5151.
Dubey VK, Singh D, Singh N. 2013. Chemical studies of traffic generated dust
and its impact on human health with associated problems in Singrauli District
of Madhya Pradesh, India. Current World Environment. 8 (3): 455-461.
Duh JD, Shandas V, Chang H, George LA. 2008. Rates of urbanisation and the
resiliency of air and water quality. Science Total Environment. 400: 238-256.
Gorham R. 2002. Air Pollution From Ground Transportation; An assessment of
Causes, Strategies and Tactics, and Proposed Actions For The International
Community, United Nations.
Hai C, Yuan C, Liu G, Li X, Zhang F, Zhang X. 2007. Research on the
component of dustfall in Hohhot in comparison with surface soil components
in different lands of inner Mongolia Plateau. Water, Air, and Solid Pollution.
190: 27-34.
Handler M, Puls C, Zbiral J, Marr I, Puxbaum H, Limbeck A. 2008. Size and
compostion of particulate emissions from motor vehicles in the KaisermühlenTunnel, Vienna. Atmospheric Environment. 42: 2173-2186.
Hermawan R. 2009. Kaji ulang penentuan tarif dan sistem penggolongan
kendaraan jalan tol di Indonesia.Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa
SipilInstitut Teknologi Bandung.16: 2.
Irianto A. 2010. Statitistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya.
Jakarta (ID): Kencana.
Mahowald NM, Baker R, Bergametti G, Brooks N, Duce RA, Jickells TD, Kubilay N,
Prospero JM, Tegen I. 2005. Atmospheric global dust cycle and iron inputs to the
ocean.Global Biogeochemical Cycles. 19(4): GB4025.
McTainish G, Strong C. 2007. The role of aeolian dust in ecosystems.
Geomorphology. 89: 39-54.
Naddafi K, Nabizadeh R, Soltanianzadeh R, Ehrampoosh MH. 2006. Evaluation
of dust fall in the air of Yazd. Iran.J.Environ.Health.Sci.Eng. 3 (3): 161-168.
Niu RY, Zhou ZJ, Liu YW, Yan YQ. 2004. Causes of abnormal decreasing of
dusty weather in China during the spring of 2003. Climatic and Environmental
Research. 9 (1): 24-33.
19
Pandey S, Tripathi B, Mishra V. 2008. Dust deposition in a sub-tropical opencast
coalmine area, India. Journal Environment Manage. 86: 132–138.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Saha DC, Padhy PK. 2011. Effects of stone crushing industry on Shorea robusta
and Madhuca indica foliage in Lalpahari forest. Atmospheric Pollution
Research. 2: 463-476.
Shang Z, Cheng L, Yu Q, He L, Lu Z. 2012. Changing characteristics on dust
strom in Jiangsu. Open Journal of Air Pollution. 1:67-73.
Sierra-Vargas MP, Teran LM. 2012. Air pollution: Impact and prevention.
Respirology. 17(7):1031-1038.
SNI 13-4703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap
Debu Jatuh (Dust Fall Collector).
SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan
Peralatan High Volume Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Wardhana WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi.
Yoshioka M, Mahowald N, Dufresne JL, Luo C. 2005. Simulation of absorbing
aerosol indices for African dust. Journal of Geophysical Research. 110: 1-22.
Zhou XL. 2010. Discussion on someterms used for sand dust weather in the
national standard. Scientia Meteorologica Sinica. 30 (2): 234-23.
21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran kondisi lokasi uji
Lokasi
Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor
Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan
Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor
Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung
Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor
Gambar
22
Lampiran 2 Jumlah Kendaraan
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya
Ciomas
Gol
VIIb
Gol
VIIc
17
0
0
0
22
12
0
0
0
5053
0
2
8
0
0
0
4698
Gol
I
08.24-09.24
2250
421
225
11
0
1
20
13.05-14.05
4071
550
383
14
0
1
19.01-20.01
3449
989
246
4
0
Gol
II
Gol
III
Gol
IV
Gol
Va
Gol
Vb
Gol
VIa
Gol
VIb
08.28-09.28
2236
508
492
3
1
0
11
9
0
0
0
3260
Minggu, 9 Maret 2014 13.01-14.01
2759
581
925
3
2
0
11
5
0
0
0
4286
19.02-20.02
3120
560
209
1
1
0
4
3
0
0
0
3898
08.25-09.25
2246
364
463
7
0
0
24
7
0
0
0
3111
13.00-14.00
3058
802
900
21
0
0
37
23
0
0
0
4841
19.02-20.02
3213
364
390
2
0
0
3
9
0
0
0
3981
08.20-09.20
3893
843
750
18
5
9
97
61
4
1
0
5681
13.07-14.07
4585
533
819
26
11
4
150
3
3
1
0
6135
19.05-20.05
4112
1668
711
3
6
3
40
12
0
1
0
6556
08.21-09.21
7032
702
489
3
8
2
33
42
1
1
0
8313
13.03-14.03
4623
615
538
3
14
4
18
47
4
0
0
5866
19.10-20.10
4991
897
542
5
6
5
10
20
1
1
0
6478
08.19-09.19
3535
519
613
8
4
3
56
61
1
2
0
4802
13.03-14.03
2701
482
692
14
6
6
24
83
3
1
0
4012
19.04-20.04
4665
651
533
2
3
3
17
35
4
1
0
5914
Senin, 10 Maret 2014
Sabtu, 29 Maret 2014
Jalan Raya
Dramaga
Gol
VIIa
Jumlah
Total
Kendaraan
(Unit/Jam)
2945
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu
Pengambilan
(WIB)
Minggu, 30 Maret
2014
Senin, 31 Maret 2014
2
Lampiran 2 (Lanjutan)
Gol
VIIa
Gol
VIIb
Gol
VIIc
19
0
0
0
Jumlah
Total
Kendaraan
(Unit/Jam)
3616
32
1
0
0
3641
12
3
1
0
0
2729
11
12
1
0
0
2924
0
12
9
0
0
0
3041
3
0
8
6
0
0
0
2864
4
1
0
17
14
0
0
0
3462
580
7
4
1
21
37
1
0
0
3056
328
461
3
1
2
5
16
0
0
0
2284
2343
451
507
12
3
1
19
26
0
0
0
3362
13.05-14.05
1889
679
724
9
3
2
15
13
1
0
0
3335
19.01-20.01
2591
471
559
4
0
1
2
5
0
0
0
3633
Minggu, 13 April 2014 08.11-09.11
1701
498
796
4
4
3
25
19
0
0
0
3050
13.07-14.07
1945
599
642
5
2
1
14
18
0
0
0
3226
19.02-20.02
1586
785
713
2
1
0
4
7
0
0
0
3098
08.13-09.13
2561
617
647
5
3
1
17
28
0
0
0
3879
13.01-14.01
2011
410
530
6
2
1
4
15
0
0
0
2979
19.01-20.01
1897
389
479
2
0
0
9
11
0
0
0
2787
Gol
I
08.24-09.24
2530
430
586
12
2
5
32
13.04-14.04
2156
662
750
8
6
1
25
19.12-20.12
1714
442
538
7
3
9
08.18-09.18
1629
476
792
3
0
0
Minggu, 6 April 2014 13.00-14.00
1871
605
541
2
1
19.14-20.14
1374
867
603
3
08.22-09.22
2262
580
584
13.02-14.02
2051
354
19.07-20.07
1468
08.15-09.15
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 5 April 2014
Jalan Sindang
Barang
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu
Pengambilan
(WIB)
Senin, 7 April 2014
Sabtu, 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Senin, 14 April 2014
Gol
II
Gol
III
Gol
IV
Gol
Va
Gol
Vb
Gol
VIa
Gol
VIb
23
3
24
Lampiran 3 Data Lingkungan di Lapangan
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya Ciomas
Minggu. 9 Maret 2014
Senin. 10 Maret 2014
Sabtu. 29 Maret 2014
Jalan Raya Dramaga
Minggu. 30 Maret 2014
Senin. 31 Maret 2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Kecepatan Angin
(m/detik)
28.00
80.50
0.70
Cerah
13.05-14.05
25.37
76.50
1.60
Mendung. Berangin. Paska Hujan
19.01-20.01
27.13
83.30
0.37
Paska Hujan. Terjadi kemacetan sesaat
08.28-09.28
26.57
85.00
0.97
Mendung. Berangin
13.01-14.01
30.03
72.27
0.73
Cerah
19.02-20.02
27.53
82.30
0.57
Cerah
08.25-09.25
25.83
84.00
0.43
Mendung Berawan
13.00-14.00
28.13
74.20
0.53
Berawan. Paska Hujan
19.02-20.02
26.27
84.67
0.73
Berawan
08.20-09.20
31.07
70.37
0.33
Cerah
13.07-14.07
33.90
57.17
0.50
Cerah
19.05-20.05
27.80
82.67
1.03
Paska Hujan. Berawan
08.21-09.21
29.23
72.43
0.27
Terjadi Kemacetan sesaat
13.03-14.03
35.13
61.00
1.13
Berangin
19.10-20.10
29.63
78.07
0.07
Cerah
08.19-09.19
31.47
68.63
0.90
Cerah
13.03-14.03
34.17
57.23
0.97
Cerah
19.04-20.04
27.33
83.03
0.67
Cerah
Kondisi Lapangan
4
Lampiran 3 (Lanjutan)
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu. 5 April 2014
Jalan Sindang
Barang
Minggu. 6 April 2014
Senin. 7 April 2014
Sabtu. 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Minggu. 13 April 2014
Senin. 14 April 2014
Waktu
Pengambilan
(WIB)
08.24-09.24
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Kecepatan Angin
(m/detik)
30.13
72.87
0.70
Cerah
13.04-14.04
33.33
60.63
0.47
Cerah Berawan
19.12-20.12
27.30
82.13
0.60
Paska Hujan. Berawan
08.18-09.18
29.47
75.83
0.23
Cerah
13.00-14.00
36.63
59.07
0.87
Cerah
19.14-20.14
27.27
77.37
1.10
Berangin. Paska Hujan
08.22-09.22
29.67
71.20
0.27
Cerah
13.02-14.02
35.23
58.27
0.83
Cerah
19.07-20.07
28.33
80.70
0.23
Cerah
08.24-09.24
27.00
82.17
0.57
Cerah
13.04-14.04
28.37
76.03
1.50
Mendung Berangin
19.12-20.12
26.13
84.97
0.60
Cerah
08.18-09.18
26.17
84.67
0.90
Cerah
13.00-14.00
29.80
72.93
0.63
Cerah
19.14-20.14
27.20
85.30
0.83
Cerah
08.22-09.22
25.63
82.63
0.53
Mendung Berawan
13.02-14.02
28.07
72.80
0.50
Cerah
19.07-20.07
25.83
84.27
1.10
Cerah
Kondisi Lapangan
25
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Palembang pada tanggal 12 Juni 1992 dari
pasangan Son Wasmar dan Suhaeni. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Adik dari Devi Asmienso dan Lego Raspanda serta kakak dari
Serunai. Penulis meraih prestasi sebagai siswa teladan dan berakhlakul karimah
SMP Al Ma’soem pada tahun 2004-2007. Prestasi yang sama didapatkan juga
oleh penulis di SMA Al Ma’soem pada tahun 2007-2010. Penulis juga pernah
meraih juara II (2007) dan juara III (2010) lomba merancang majalah dinding
dalam ajang Multi Event Sains, Sport and Art (MESSA) Al Ma’soem tingkat Jawa
Barat. Pada tahun 2010 juga, penulis meraih juara II lomba cepat tepat Fisika
Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Islam Negeri Bandung, menjadi finalis
Olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Sumedang dan meraih juara II lomba
karya tulis dengan tema “Subtitusi Beras sebagai Pangan Pokok Masyarakat
Indonesia” Himpunan Mahasiswa Agroindustri Universitas Padjajaran.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun
2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah menjadi
asisten praktikum Ilmu Ukur Wilayah (2012), Polusi Tanah dan Air Tanah (2012),
Teknik Pengelolaan KualitasUdara (2013) dan asisten praktikum Bahan
Konstruksi (2013) Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Penulis pernah berpraktik lapangan di PT Garudafood Putra Putri Jaya
Rancaekek sebagai staf Safety, Health and Environment (SHE) pada tahun 2013.
Penulis sangat aktif mengikuti kepanitiaan dan berbagai organisasi
kemahasiswaan. Beberapa diantaranya, penulis menjadi staf artistik Koran
Kampus IPB (2010-2012), Sekretaris Divisi Komunikasi dan Informasi
(Kominfo) Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL)
(2011-2012), staf Divisi Kominfo HIMATESIL (2012-2013) dan pernah menjabat
sebagai Presidium Paduan Suara Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Agria Swara
(PSM IPB Agria Swara) (2012-2013).