Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI
PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH
BARAT KABUPATEN BOGOR
NOVI ELIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Internet dan
Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Novi Elian
NRP I352120071
RINGKASAN
NOVI ELIAN. Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh
Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS dan
PARLAUNGAN A RANGKUTI.
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menghasilkan begitu
banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan
informasi. Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan adalah komunikasi
dunia maya atau media internet. Internet merupakan salah satu bentuk praktek
pemanfaatan teknologi komunikasi dalam penyebarluasan informasi-informasi
pertanian. Penyuluh pertanian sebagai pihak yang berperan sebagai diseminator
informasi pertanian dituntut mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendesksripsikan penggunaan internet oleh penyuluh pertanian,
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet, serta
analisis pemanfaatan informasi dan keterkaitannya dengan tingkat penggunaan
oleh penyuluhan pertanian.
Penelitian ini didesain dengan pendekatan survei yang bersifat deskriptif
korelasional dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Responden penelitian
adalah penyuluh pertanian yang memanfatakan internet dan bertugas di Wilayah
Barat Kabupaten Bogor, diambil secara sensus sebanyak 60 orang. Data
dikumpulkan dengan melakukan observasi, mengajukan kuesioner dan teknik
wawancara. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis uji
korelasi Rank Spearman dengan aplikasi SPSS versi 20.
Tingkat penggunaan internet oleh responden diukur dari frekuensi dan
durasi penggunaan dan masih tergolong rendah. Penyuluh menggunakan internet
kurang dari tiga kali seminggu dan durasi kurang dari tiga jam sehari. Situs yang
paling sering dikunjungi responden adalah situs Kementerian Pertanian. Faktorfaktor yang berhubungan nyata dengan penggunaan internet oleh penyuluh
pertanian adalah karakteristik penyuluh (umur dan ketersediaan alat teknologi)
dan kebutuhan informasi penyuluh (informasi tentang teknologi pengolahan hasil,
pemasaran dan iklim). Pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian berupa
disimpan untuk konsumsi pribadi, dibagikan ke sesama penyuluh untuk bahan
diskusi, dan disebarkan ke petani sebagai materi penyuluh. Lebih dari separuh
penyuluh memanfaatkan informasi untuk didiskusikan ke sesama penyuluh,
berikutnya disebarkan ke petani dan disimpan untuk pribadi.
Kata kunci: penggunaan internet, pemanfaataan informasi pertanian, penyuluh
pertanian.
SUMMARY
NOVI ELIAN. Internet Usage and Agricultural Information Utilization by
Agricultural Extension Agent in Bogor District. Supervised by DJUARA P
LUBIS and PARLAUNGAN A RANGKUTI.
The rapid development of communication technology produces many
communication media to disseminate information. One of the communication
media is cyberspace communication or internet. Internet is one of the
communication technology utilization practices in agricultural information
dissemination. Agricultural extension agents as information disseminator are
expected to be capable to utilize information communication technology in
carrying out their main duties and functions. This study was conducted to describe
the internet utilization by agricultural extension agents, to analyze the factors
affecting the level of internet utilization, and to analyze the information utilization
as well as its relevance to the level of information utilization by the extension
agents.
This study was designed in correlational descriptive approach with
quantitative and qualitative data. Data was collected in May and June 2014.
Respondents in this study were the agricultural extension agents in the west of
Bogor Region who used internet. The total of respondents was 60, taken in census.
Data were collected through observation, questionnaires and interview. Data were
analyzed by descriptive statistic and Spearman rank test with SPSS version 20.
The level of respondents’ internet utilization, measured by seeing the
frequency and duration of the utilization, was low. Respondents used the internet
less than three times a week and the duration was less than three hours a day. The
most frequently visited website by respondent was google.com. Characteristics of
the agents (age and technology availibility) and the needs of information (about
the the technology of processing, marketing, and climate) were the factors that
found significantly related to the internet utilization. The form of information
utilization by the extension agents were keeping for themselves, disseminating to
other agents for discussion, and disseminating to farmers as the extension material.
More then 50% respondents utilized the information as discussion material
with other agents, fewer respondents disseminated it to farmers, and the rest
kept it for themselves.
Key words : internet utilization, agricultural information utilization, agricultural
extension agent
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI
PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH
BARAT KABUPATEN BOGOR
NOVI ELIAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
s
Penguji luar komisi pada ujian sidang Tesis : Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Judul Tesis : Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh
Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Nama
: Novi Elian
NRP
: I352120071
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Ketua
Dr Ir Parlaungan A Rangkuti, MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian:
9 Desember 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014 ini adalah
Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh
Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor.
Penyelesaian tesis ini melibatkan dukungan berbagai pihak, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,
terutama kepada mereka yang penulis kemukakan pada kesempatan ini. Terima
kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang
telah membiayai pendidikan strata dua penulis melalui program Beasiswa
Unggulan (BU) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Terima
kasih yang sebesarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Djuara P Lubis MS dan Dr Ir
Parlaungan A Rangkuti MSi selaku komisi pembimbing atas curahan waktu, ilmu,
motivasi, dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo MS dan Dr Ir Amiruddin Saleh
MS selaku tim penguji yang telah banyak memberi dukungan, saran dan motivasi
bagi penulis. Selanjutnya, kepada seluruh dosen dan staff Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakutas Ekologi Manusia IPB,
penulis mengucapkan terima kasih untuk bantuannya selama penulis menempuh
pendidikan.
Penghargaan penulis sampaikan kepada staff Bidang Penyuluhan Pertanian
Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perkebunan dan
Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor, yang telah membantu penulis selama
pengumpulan data. Berikut kepada segenap penyuluh yang bertugas di Balai
Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Dramaga,
BP3K Cibungbulang, BP3K Leuwiliang, BP3K Cigudeg dan BP3K Parung
Panjang Kabupaten Bogor atas waktu dan kesediaanya menjadi responden dalam
penelitian ini.
Tesis ini penulis dedikasikan untuk orang-orang terkasih, Ayah Andry
Yunis, Ibu Eliza, Adik Ulfah Meilian AMd serta seluruh keluarga penulis. Terima
kasih untuk motivasi, doa dan kasih sayangnya yang tak kan pernah terbalas oleh
penulis. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman diskusi dan belajar dari semester
awal menempuh pendidikan, Asri Sulistiawati, Nurul Mukhlisah, Tika
Tresnawati, Febri Palupi, Khori Suci Maifianti, dan teman sepembimbingan Muh
Zaenal serta rekan-rekan KMP 2012 lainnya, penulis mengucapkan terima kasih
atas diskusi, dukungan dan kebersamaannya selama ini. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan pada sahabat-sahabat penulis atas dukungan moril
maupun materil selama penyelesaian studi.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi pembangunan.
Bogor, Januari 2015
Novi Elian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
3
4
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Penyuluh
Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet
Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media
Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet
Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian
Penelitian Terdahulu
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian
5
5
6
6
9
10
12
18
22
3 METODE
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Defenisi Operasional
Pengumpulan Data
Validitas dan Realibilitas Instrumen
Analisis Data
22
22
22
23
24
24
28
28
29
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Kabupaten Bogor
Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor
Tingkat Penggunaan Media Internet
Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Penggunaan
Internet oleh Penyuluh Pertanian
Analisa Hubungan Tingkat Penggunaan Internet dengan Karakteristik,
Persepsi, Kebutuhan Informasi dan Motivasi Penyuluh Pertanian
Menggunakan Internet
Pemanfaatan Informasi Pertanian dan Hubungannya dengan Tingkat
Penggunaan Internet
30
30
32
35
45
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
61
61
61
DAFTAR PUSTAKA
62
RIWAYAT HIDUP
66
53
58
DAFTAR TABEL
1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai
pendekatan
2. Jumlah penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Tahun 2014
3. Jumlah penyuluh pertanian yang menggunakan internet di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor yang Tahun 2014
4. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian
5. Peubah dan kisaran nilai koefisien korelasi validitas penelitian
6. Nilai uji beda peubah karakteristik individu penyuluh yang
menggunakan internet dengan yang tidak menggunakan internet di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
7. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan tingkat
penggunaan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
8. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan situs yang
paling sering diakses di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
9. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan
karakteristik individu di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
10. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan persepsi
terhadap media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
11. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan jenis
informasi yang dibutuhkan di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Tahun 2014
12. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan motivasi
menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
13. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan karakteristik penyuluh pertanian di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
14. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan persepsi penyuluh pertanian terhadap
media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
15. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan kebutuhan informasi penyuluh
pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
16. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan motivasi penyuluh pertanian
menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
12
23
23
25
29
35
37
43
46
48
50
52
54
56
56
57
17. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan pemanfaatan informasi oleh penyuluh
pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
60
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berpikir penelitian penggunaan media internet dan
pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian di Wilayah
Barat Kabupaten Bogor
2. Persentase penyuluh berdasarkan pemanfaatan informasi pertanian
21
59
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menghasilkan
banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk berbagi informasi (sharing
knowledge). Banyaknya media komunikasi yang tersedia memerlukan
pertimbangan dan perencanaan dalam penetapan dan penggunaan media
komunikasi yang tepat untuk membantu mendiseminasikan informasi.
Media komunikasi adalah salah satu unsur komunikasi yang mempunyai
peranan dalam keberhasilan komunikasi. Media komunikasi sering juga disebut
sebagai saluran komunikasi. Berlo (1961) menyatakan bahwa memilih saluran
komunikasi yang tepat bukanlah hal yang mudah, karena saluran komunikasi
menentukan efektivitas komunikasi. Kehati-hatian perlu dilakukan, karena setiap
saluran komunikasi memiliki kualitas tertentu dilihat dari segi teknologi, struktur
maupun fungsinya.
Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan untuk
mendiseminasikan informasi kepada pelaku pembangunan pertanian adalah
komunikasi media maya atau media internet. Media internet didefinisikan sebagai
jaringan luas komputer yang dengan perizinan dapat saling berkoneksi antara satu
dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta
memperpendek jarak antar negara. Media internet memiliki berbagai macam
teknologi, seperti website, transfer file, email, jaringan pertemanan, forum,
mailing list¸ dan sebagainya (Yunus 2011).
Mulyandari (2011), menyatakan begitu banyak hasil penelitian di bidang
pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan, serta akan terus ada penelitianpenelitian pertanian di masa depan, di dalam maupun di luar negeri. Hasil
penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian baik dalam hal teknik
produksi dan pemasaran pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki atau
memecahkan masalah yang ada dalam bidang pertanian. Informasi tersebut bukan
hanya sekedar konsumsi bagi para peneliti lain untuk dijadikan bahan acuan akan
tetapi jauh kedepan adalah untuk para petani, terutama untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk memenuhi kebutuhan
hidup seluruh umat manusia. Demikian halnya hasil penelitian pertanian telah
dihimpun dan dipublikasikan secara umum kepada masyarakat dengan berbagai
media, namun demikian, informasi hasil penelitian pertanian tersebut pada
kenyataannya belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani.
Dampak dari belum adanya mekanisme jaringan informasi pembangunan
pertanian yang efektif adalah sulitnya mengatasi ketertinggalan masyarakat
lapisan bawah khusunya petani, meskipun telah banyak program pembangunan
pertanian dengan biaya yang tidak sedikit telah dilakukan berbagai pihak,
khususnya pemerintah. Hal ini disebabkan oleh belum adanya jaringan
komunikasi yang terprogram secara efektif yang mampu menghubungkan antara
lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi
(penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masingmasing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda
(Mulyandari 2011).
2
Amin et al. (2013), menyatakan bahwa fokus utama dari aplikasi ICT
(Information and Communication Technologies) di bidang pertanian adalah
memenuhi kebutuhan petani untuk informasi. Beberapa informasi penting yang
dibutuhkan oleh petani yang tampaknya penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan pertanian, antara lain informasi pasar, teknik terbaru dan teknologi,
program pembangunan pedesaan dan subsidi, peramalan cuaca, paket praktek
terbaru (terbaik), teknologi pasca panen, berita pertanian umum, informasi tentang
asuransi/klaim pengolahan, harga input dan ketersediaan, peringatan dini dan
manajemen penyakit dan hama, uji tanah dan informasi pengambilan contoh
tanah. Berdasarkan temuan, cyber extension di pertanian menjadi lebih penting
dan dapat diakses, dan berguna untuk petani dan pertanian mereka. Hal ini
terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan makanan dan perkembangan
ICT dan penggunaannya oleh masyarakat, termasuk petani di desa-desa.
Beberapa tahun terakhir, pembangunan pertanian dihadapkan pada
stagnansi dalam informasi dan inovasi pertanian yang kemudian berdampak pada
menurunnya optimalisasi sistem penyuluhan sejalan dengan pesatnya penetrasi
produk-produk pertanian di era globalisasi ini. Model penyuluhan lama dimana
penyuluh sebagai agen transfer teknologi dan informasi sudah tidak cukup.
Informasi sebagai sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih
mudah diakses oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan
akses, dalam hal ini adalah para pemilik modal dalam sektor swasta. Sisi lain,
petani hanya dapat mengandalkan kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani
mengembangkan proses belajar inovasi pertanian. Baik petani maupun penyuluh
sudah diupayakan untuk mendapatkan informasi tentang inovasi yang dihasilkan
oleh para peneliti baik di lembaga penelitian maupun perguruan tinggi namun
belum mendapatkan hasil optimal. Sumardjo (1999) mengungkap fakta bahwa
penyuluh merasakan kekurangan inovasi ketika menjalankan tugasnya sebagai
pendamping petani dalam melakukan kegiatan usahatani, bahkan tidak jarang
menghadapi kesulitan, dan tidak mampu membantu petani dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Sisi lain, banyak hasil penelitian dan teknologi yang
telah dikembangkan dalam bidang pertanian, namun hal tersebut seperti kurang
bermanfaat karena baik petani maupun penyuluh kurang mengetahui informasi
tersebut walaupun telah diusahakan untuk menghimpun dan mempublikasikasikan
hasil-hasil tersebut pada berbagai media. Hal-hal inilah yang menjadi salah sekian
faktor yang mengakibatkan terjadinya stagnansi dan penurunan optimalisasi
sistem penyuluhan. Stagnansi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini
telah terjadi, diharapkan dapat diperbaiki dengan ICT melalui akses terhadap
informasi pasar, input produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelolaan penyakit
dan hama/tanaman ternak, peluang pasar, harga pasar, dan lain sebagainya
(Sumardjo et al. 2009).
Media komunikasi menjadi penting dalam diseminasi informasi-informasi
pembangunan. Dampaknya adalah perlu adanya praktek pemanfaatan teknologi
komunikasi yang dapat mendukung penyebarluasan informasi-informasi
pembangunan. Media internet merupakan salah satu bentuk teknologi informasi
dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan pelaku pembangunan pertanian
termasuk penyuluh sebagai diseminator informasi dan inovasi pertanian.
Pemanfaatan ICT dalam pembangunan pertanian memerlukan kompetensi
dari pengguna teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Informasi sebagai
3
sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih mudah diperoleh oleh
pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk menadapatkan akses, dalam hal ini
adalah para pemilik modal dan swasta. Petani hanya dapat mengandalkan
kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani mengembangkan proses belajar
inovasi pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, semakin menguatkan bahwa
ICT memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology). Kemajuan
ICT memungkinkan berpotensi menjadi peluang yang besar bagi para pelaku
pembangunan pertanian termasuk penyuluh untuk mengakses informasi yang
dibutuhkannya.
Undang-undang No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pasal 31 ayat
1 mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan
dan kinerja penyuluhan, diperlukan sarana dan prasarana memadai agar
penyuluhan dan kinerja penyuluhan dapat diselengarakan secara efektif dan
efisien. Sistem jaringan inovasi merupakan prasarana dan sarana yang harus ada
untuk terselenggaranya sistem penyuluhan pertanian yang efektif dan
berkelanjutan. Tuntutan bahwa penyuluh harus dapat tahu berbagai informasi
cepat dan tepat mengenai bidang pertanian secara tidak langsung mengharuskan
penyuluh untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi global
melalui pemanfaatan ICT. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana
penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh
pertanian.
Perumusan Masalah
Perkembangan ICT seperti yang dijabarkan pada latar belakang diatas
seperti tersedianya internet sebagai salah satu media yang memberikan informasi
yang luas dan merata diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam pengayaan
informasi dan keberlangsungan tugas penyuluh sebagai diseminator inovasi dan
infomasi pertanian. Rivera dan Qamar (2003) menyebutkan komputer dan internet
boleh jadi tidak akan dapat diakses oleh masyarakat pedesaan, tetapi petani akan
terlayani oleh para penyluh pertanian yang menyediakan informasi (dari internet)
kepada masyarakat pedesaaan. Hal senada juga diungkapkan oleh Holbein (2008)
yang memberikan satu catatan penting bahwa dalam mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran
masyarakat diperlukan proses pendampingan.
Amanat UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (SP3K), seperti yang tercantum dalam pasal 4b dimana
fungsi sosial penyuluhan adalah mengupayakan kemudahan akses pelaku utama
dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar
mereka dapat mengembangkan usahanya. Berikutnya, pasal 15 ayat 1c juga
mengamanatkan bahwa Balai Penyuluhan berkewajiban menyediakan dan
menyebarkan informasi tentang teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar.
Pesatnya perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di
bidang pertanian menyebabkan informasi melalui media internet menjadi semakin
meningkat. Bagi penyuluh pertanian, media tersebut hendaknya menjadi sumber
untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pertanian. Namun, tersedianya
sumber informasi belum menjamin digunakannya informasi tersebut oleh
4
penyuluh pertanian. Penggunaan media dan pemanfaatan informasi oleh penyuluh
pertanian bergantung pada kebutuhan informasi penyuluh pertanian tersebut.
Penelitian Nuryanto (2008), menyatakan bahwa kompetensi penyuluh di
Provinsi Jawa Barat tergolong rendah terutama dalam kemampuan penyuluh
memanfaatkan media internet, membangun jejaring kerja, mengakses informasi,
penguasaan inovasi dan menganalisis masalah. Kondisi ini menujukkan bahwa
kompetensi penyuluh secara umum relatif masih akan berdampak pada kurangya
kualitas layanan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.
Peran penyuluh pertanian menjadi begitu penting di era globalisasi
informasi saat ini, sehingga diperlukan suatu penelitian yang komprehensif
mengenai penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian di kalangan
penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pengunaan media internet oleh penyuluh pertanian di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat penggunaan
media internet oleh penyuluh?
3. Bagaimana pemanfaatan informasi yang diperoleh penyuluh pertanian dari
internet dan faktor apa yang berhubungan dengannya ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi
kebutuhan informasi penyuluh pertanian dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi oleh penyuluh pertanian. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan:
1. Deskripsi penggunaan internet oleh penyuluh.
2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet oleh
penyuluh pertanian.
3. Analisis pemanfaatan informasi pertanian yang diperoleh penyuluh dari
internet dan faktor yang berhubungan dengannya.
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :
1. Secara teori penelitian ini mampu memberikan tambahan informasi mengenai
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya penggunaan
media internet. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi
kegiatan penelitian lanjutan yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi.
2. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengkajian Communication Support
Development (Komunikasi Penunjang Pembangunan), dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi komunikasi seperti penggunaan media internet.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Penyuluh
Penyuluh pertanian menurut definisi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dibagi ke dalam
tiga istilah, yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehuanan untuk
melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal
dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang
penyuluhan. Penyuluh swdaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh.
Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang yang
berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakter
tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetik, sistem syaraf serta
sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif
yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (Rakhmat, 2005).
Penyuluh pertanian yang menggunakan dan memanfaatkan media informasi
teknologi pertanian merupakan komunikan informasi pertanian. Karakteristik
komunikan tidak terlepas dari beberapa hal, seperti yang dijelaskan oleh Berlo
(1961) yang mencakup :
a. Mempunyai keterampilan berkomunikasi, yaitu kemampuan dalam mendengar,
membaca, berhubungan dengan pihak lain serta mampu berpikir terhadap
pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media.
b. Sikap, yaitu mempunyai sikap positif dan negatif baik terhadap dirinya sendiri,
terhadap komunikator, maupun terhadap isi pesan yang disampaikan melalui
media tertentu.
c. Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yng disampaikan,
terutama penggunaan bahasa pesan dan kepentingan dari isi pesan.
d. Sistem sosial budaya, yaitu status sosial, keanggotaannya dalam
kelompok/organisasi dan perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan
pesan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat dikembangkan
karakteristik penyuluh pertanian yang menggunakan media informasi teknologi
pertanian meliputi umur, pendidikan formal, tingkat pendapatan dan ketersediaan
alat teknologi komunikasi.
Hasil penelitian Alfred dan Odefadehan (2007) mengungkapkan bahwa
hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki hubungan yang signifikan
dengan kebutuhan informasi mereka. Selain itu juga menemukan bahwa penyuluh
menerima beberapa sumber informasi yaitu pelatihan, penelitian, buku, buletin
teknis, seminar dan supervisor, sementara sumber informasi yang lain yaitu klien
dan rekan dianggap tidak efektif.
Lebih lanjut (Anwas et al. 2009) menyebutkan bahwa intensitas
pemanfaatan media massa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal,
6
kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan
anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien.
Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet
McQuail (2010) mengemukakan karakteristik khalayak yang menggunakan
media informasi sebagai berikut :
a. Persepsi diri sendiri sebagai seorang penerima. Hal ini tidak hanya berkaitan
dengan aturan main yang dianut oleh dirinya terhadap penerimaan pesan oleh
suatu media, tetapi juga aturan main yang dianut karena dia sebagai
komunikator. Persepsi diri sendiri ini meliputi ciri diri sendiri, peranannya,
sikapnya, serta tata nilai yang dianutnya.
b. Struktur kepribadian penerima yang meliputi tingkah laku penerima.
c. Penerima sebagai anggota tim kerja.
d. Penerima sebagai anggota suatu organisasi profesional.
e. Penerima sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat tertentu.
Persepsi menurut Rakhmat (2008) adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperolah dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya DeVito (2011) menerangkan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau
pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika
mereka mencapai kesadaran.
Penafsiran dan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap suatu pesan
atau informasi yang dimulai dengan proses penyaringan stimulus, memberikan
makna serta membentuk interpretasi berdasarkan pertimbangan interpersonal yang
dipengaruhi masa lalu, kebutuhan, keinginan sistem nilai, keyakinan, keadaan
fisik dan emosi (DeVito 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor personal dan
faktor situasional atau yang disebutkan oleh Krech dan Crutchfield yaitu faktor
fungsional dan struktural. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
diantaranya kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor personal
seseorang. Adapun faktor struktural yang mempengaruhi persepsi adalah faktorfaktor yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang timbul pada sistem
syaraf individu. Jadi faktor struktural lebih condong pada sistem fisiologis
manusia yang membentuk persepsi (Rakhmat, 2008).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat didefinisikan bahwa persepsi
adalah proses penafsiran atau pandangan seseorang terhadap suatu objek melalui
pemberian stimulus, memberikan makna kemudian membentuk interpretasi
berdasarkan pertimbangan interpersonal. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan
persepsi penyuluh terhadap media internet yang digunakan untuk mengkases
informasi pertanian.
Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau berbagi informasi
dengan orang lain. Sementara itu, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang
7
diamati dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang. Informasi
merupakan bagian dari proses komunikasi (Yusup 2009).
Kuswandi (1996) mengemukakan bahwa informasi sudah menjadi
kebutuhan manusia yang essensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi
manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas
cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya
dalam masyarakat.
Herzberg cit Thoha (1996) mengidentifikasi dua perangkat kegiatan yang
memuaskan kebutuhan manusia, yaitu : (1) kebutuhan yang berkaitan dengan
kepuasan kerja (prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi), (2) kebutuhan yang
berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.
Nicholas (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi muncul ketika
seseorang berkeinginan memenuhi satu atau lebih dari tiga kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan informasi merupakan hal penting karena seseorang dalam
memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar tersebut dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi terdiri atas tiga macam
yaitu : 1) Kebutuhan informasi yang tidak disadari (domand needs atau
unrecognized needs). Kebutuhan ini dialami oleh seseorang yang seringkali tidak
mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan, tidak menyadari ada
kesenjangan informasi, dan juga tidak mengetahui bahwa informasi baru
memberikan sesuatu tentang apa yang telah mereka ketahui. Seseorang akan
menyadari ada kebutuhan informasi tertentu jika mengalami masalah tertentu. 2)
Kebutuhan informasi yang tidak diekspersikan (unexpressed needs). Kebutuhan
ini dialami oleh mereka yang sadar membutuhkan informasi tertentu, tetapi tidak
mau atau tidak dapat melakukan sesuatu untuk memenuhinya. 3) Kebutuhan
informasi yang diekspresikan (expressed needs), yaitu kebutuhan yang didasari
dan diupayakan dipenuhi oleh mereka yang sadar akan kesenjangan antara
pengetahuan dan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Kaniki (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi bervariasi
tergantung dari pengguna (user), waktu, tujuan, tempat, alternatif yang tersedia
dan sebagainya. Kebutuhan informasi penyuluh yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kebutuhan sekelompok atau komunitas penyuluh untuk
mempermudah informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses
pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai informasi dalam proses
pembangunan pertanian akan mempercepat kemajuan usaha pertanian (Suryantini
2004). Pendapat tersebut dipertegas melalui hasil penelitian Andriaty et al. (2011)
yang menyatakan bahwa ketersediaan informasi teknologi pertanian di suatu
wilayah akan berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi. Hasil
surveinya menyebutkan lokasi khalayak yang jauh dari sumber informasi
mempengaruhi banyaknya informasi yang diterima.
Leeuwis (2004) mengartikan informasi sebagai bahasa sehari-hari yang
sering dihubungkan dengan pengetahuan yang telah ditangkap dan disimpan
dalam bentuk fisik (atau kini elektronis) seperti buku, leaflet, file, koran, gambar,
suara, website. Informasi memberikan interprestasi atau pola terhadap data dan
mengurangi ketidakpastian tentang sesuatu.
8
Suryantini (2001) berpendapat bahwa kebutuhan informasi penyuluh
pertanian adalah pengetahuan atau data dan fakta yang disadari sebagai sesuatu
yang perlu diperoleh dan digunakan oleh penyuluh pertanian dalam mendukung
tugas dan fungsinya sebagai pemangku jabatan fungsional.
Yusup (2009) mengutip pendapat beberapa ahli tentang kebutuhan
informasi, dijelaskan dibawah ini. Timbulnya kebutuhan seseorang tetap
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Lingkungan yang
merangsang timbulnya kebutuhan, khususnya yang berhubungan dengan
seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi, maka ada
banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, antara lain :
a. Kebutuhan kognitif, berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan
menguasai lingkungannya. Kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas
hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
b. Kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat
menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.
c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), dikaitkan dengan
penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga
diri.
d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), dikaitkan dengan
penguatan hubungan seseorang. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang
untuk bergabung dengan orang lain.
e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan
untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari
hiburan atau pengalihan.
Kebutuhan seseorang mengkonsumsi media didasarkan pada dua faktor,
yaitu : (1) relevansi atau keterkaitan informasi itu sendiri dengan ciri individu,
dan (2) tingkat ketidakpastian pesan yang berhubungnan dengan subyek. Semakin
besar hubungan informasi dan semakin besar ketidakpastian dengan diri subyek,
maka semakin besar kebutuhan individu berorientasi pada informasi suatu media
(Severin et al, 2009).
Martaadmijaya (1989) menyatakan penyuluhan berfungsi menyampaikan
teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, maupun
sebaliknya. Penyuluh pertanian harus dapat mencari kemudahan bagi
permasalahan yang dihadapi petani dan keluarganya. Permasalahan yang muncul
di dalam usahatani akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tantangan
yang ada. Penyuluh pertanian merupakan penghubung bagi dunia penelitian
dengan petani. Penyuluh pertanian berfungsi menyampaikan teknologi yang
dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, dan sebaliknya dapat
menyampaikan keutuhan hasil penelitian yang diharapkan oleh petani kepada
lembaga penelitian.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyuluh
pertanian akan menggunakan suatu media untuk mengakses sumber informasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya sebagai penyuluh pertanian. Pemenuhan kebutuhan informasi oleh
9
penyuluh merupakan salah satu peran yang harus dijalankan olehnya dalam
rangka mengakomodasi kebutuhan informasi yang juga dibutuhkan oleh petani.
Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet
Herzberg cit Thoha (1996) mengembangkan teori motivasi pada dua faktor,
yaitu : faktor hygiene (syarat kerja) dan faktor motivator (pendorong). Faktor
hygiene bersifat ekstrinsik yang berada di luar diri, sedangkan faktor motivator
bersifat intrinsik berada di dalam diri. Faktor hygiene, misalnya : upah, kondisi
lingkungan tempat bekerja, dan kebijaksanaan administrasi tempat bekerja. Faktor
motivasi, misalnya : keberhasilan, penghargaan, pekerjaannya sendiri, rasa
tanggung jawab, dan faktor peningkatan.
Motif penggunaan media internet merupakan dorongan yang berasal dari
dalam diri manusia, pada penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang
menggerakkan ke arah tujuan untuk memuaskan kebutuhan melalui penggunaan
media internet. Motif khalayak mengkonsumsi media massa menyebabkan
sesorang aktif, selektif mencari dan menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan akan informasi.
Harold D. Lasswell (1948) cit Morissan (2010) memaparkan mengenai
mengapa khalayak menggunakan media. Tiga fungsi utama media menurutnya
adalah :
a. Media berfungsi untuk memberitahu khalayak mengenai apa yang terjadi
disekitar mereka (surveying the environtment).
b. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi,
maka khalayak dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat
(correlation of environmental parts).
c. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada
generasi khalayak selanjutnya (transmit social norms and actions).
Hasil penelitian Suryantini (2004) menunjukkan bahwa informasi teknis
sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motivasi kognitif
penyuluh pertanian dalam penggunaan sumber informasi adalah untuk
memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber
informasi yang paling banyak digunakan adalah sumber interpersonal (sesama
penyuluh dan kontak tani/petani maju) dan media cetak (surat kabar).
Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini
terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi (Kriyantono 2009). Empat
kategori utama kepuasan yang diajukan McQuail yang sangat khas seperti yang
dikutip Fiske (2012) antara lain :
1. Pengalihan, terdiri atas (a) melarikan diri dari tekanan rutinitas, (b) melarikan
diri dari beban masalah, dan (c) pelepasan emosi.
2. Relasi personal, terdiri atas (a) persahabatan dan (b) kegunaan sosial.
Persahabatan adalah bentuk khusus dari media sebagai kompensasi. Situasi
sosial atau personal tidak mengizinkan audiens untuk memenuhi kebutuhan
mereka terhadap pertemanan di dunia nyata Media menyediakan pengalaman
bersama, percakapan bersama tentang topik tertentu yang membuat interaksi
sosial lebih mudah.
3. Identitas pribadi, terdiri atas (a) rujukan pribadi, (b) eksplorasi realitas, dan (c)
penguatan nilai. Melalui rujukan pribadi, McQuail mengacu pada cara audiens
10
menggunakan program sebagai titik perbandingan dengan kehidupan nyata.
Eksplorasi realitas melibatkan penggunaan langsung dari program untuk
membantu audiens memahami kehidupan mereka sendiri. Penguatan nilai
merupakan eksplanasi diri.
4. Pengawasan. Ini adalah kebutuhan informasi mengenai sebuah dunia
kompleks di mana kita hidup. Audiens menggunakan media sebagai sumber
informasi dalam rangka melihat peran sosial mereka.
Rakhmat (2005) menjelaskan motif sebagai kondisi intern yang mengatur
dan menggalakkan tingkah laku menuju arah tertentu. Katz (1974) dalam
Morissan et al (2010), menyatakan bahwa situasi sosial dimana khalayak berada
turut serta terlibat dalam mendorong atau meningkatkan kebutuhan khalayak
terhadap media melalui lima situasi berikut : (1) Situasi sosial menimbulkan
ketegangan dan pertentangan, orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu. (2)
Situasi sosial menciptakan kesadaran akan adanya masalah yang membutuhkan
perhatian dan informasi, informasi tersebut biar dicari lewat media. (3) Situasi
sosial menawarkan kesempatan-kesempatan peningkatan taraf hidup dalam
memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu yang semuanya bisa dipenuhi melalui
media massa. (4) Situasi sosial memberikan dukungan yang menguatkan pada
nilai-nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras.
Rakhmat (2005) menyebutkan tiga orientasi sebenarnya daftar motif
penggunaan media massa : (1) orientasi kognitif : kebutuhan akan informasi,
surveillance (pengamatan lingkungan), atau eksplorasi realitas (2) diversi :
kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan (3) identitas
personal : menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu
yang penting dalam kehidupan atau situasi sendiri.
Motivasi penyuluh menggunakan media informasi menurut hasil penelitian
Setiabudi (2003) adalah : (1) keinginan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahan penyuluh, (2) keinginan untuk mencari informasi/teknologi baru, (3)
keinginan untuk dapat memecahkan permasalahan di lahan usaha tani, (4)
keinginan untuk lebih meningkatkan profesionalisme penyuluh, (5) keinginan
hanya untuk mencari hiburan atau menjalankan proses administrasi saja.
Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian
Morissan (2010) yang mengutip Blumler (1979), mengemukakan sejumlah
gagasan mengenai jenis-jenis kegiatan yang dilakukan khalayak (audience
activity) ketika menggunakan media, yang mencakup :
a. Kegunaan (utility): media memiliki kegunaan dan orang dapat
memanfaatkan kegunaan media.
b. Kehendak (intentionality): hal ini terjadi ketika motivasi menentukan
konsumsi media.
c. Seleksi (selectivity): penggunaan media oleh khalayak mencerminkan
ketertarikan atau prefensinya.
d. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviounusness to influence):
khalayak menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi
apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif
sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu.
11
Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan
mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi mengenai suatu
peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya
menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif.
Pada era penggunaan teknologi komunikasi banyak penelitan yang
memfokuskan pada penelitian media online dengan perangkat komputer atau
laptop, seperti penelitian yang dilakukan oleh Rafaeli (1986) yang meneliti
bagaimana dan mengapa siswa menggunakan komputer. Rafaeli menemukan
bahwa pengguna jarang melewatkan pesan faktual; atau informatif, yang
menunjukan minat yang kuat dalam pesan jenis ini. Steve (1998) juga
menyarankan bahwa alasan paling penting mengapa orang menggunakan internet
adalah untuk mengumpulkan berbagai macam informasi. Lin (1999) menemukan
hasil yang sama ketika dia meneliti tentang adopsi layanan online bahwa layanan
online terutama dianggap sebagai media yang sarat informasi dan khalayak yang
membutuhkan untuk penerima.
Salah satu kalangan yang turut serta dalam menggunakan media internet
adalah penyuluh pertanian. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi
penyuluh sebagai diseminator inovasi dan informasi pertanian. Pengunaan internet
merupakan salah satu kompetensi penyuluh dalam menfaatkan perkembangan ICT.
Penggunaan media internet oleh penyuluh pertanian berkaitan dengan motif dan
kebutuhan penyuluh terhadap informasi di media internet.
Penggunaan media massa dalam penyuluhan yang patut dipertimbangkan
adalah peranannya dalam program penyuluhan dan penggunaan secara efektif.
Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah
untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat
menyebabkan perubahan dalam perilaku, karena pengirim dan penerima pesan
cenderung menggunakan pesan selektif saat menggunakan media massa sehingga
pesan mengalami distorsi. Sangat disadari bahwa tidak seorangpun dapat
membaca semua penerbitan, penelitian menunjukkan bahwa dasar pemilihan
media terletak pada kegunaan yang diharapkan. Misalnya untuk keperluan
memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling atau untuk
sekedar santai, juga untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau
mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal (Murfiani 2006).
Laquey cit Ardianto et al. (2012), menyatakan internet merupakan jaringan
longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia.
Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data
dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun,
sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat
dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini,
internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat
informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Penggunanya kini mencakup
berbagai kalangan. Alasan penggunaannya pun beraneka ragam, mulai sekedar
untuk berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting.
Ahuja (2011) mengungkapkan ketersediaan informasi melalui internet
membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif. Hal ini dikuatkan
oleh Churi et al. (2012) bahwa internet diidentifikasi sebagai saluran yang penting
untuk berbagi pengetahuan pertanian di saat kegiatan pelatihan teknis diberikan.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Aminah (2013) menyatakan bahwa
penyuluh pertanian memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam berusaha tanaman hias. Pemanfaatan media internet memegang
peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian. Informasi teknik
budidaya meliputi informasi pembibitan, pemupukan, pemeliharaan dan
penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.
Selanjutnya penelitian Veronice (2013) menyebutkan bahwa jangkauan
sumber informasi yang dapat diakses oleh penyuluh melalui internet tergolong
tinggi. Penyuluh dalam mengakses informasi atau berita tidak hanya sebatas lokal
namun sudah tingkat nasional. Hal-hal yang paling sering diakses penyuluh
melalui internet meliputi materi budidaya pertanian, informasi pasar, pengolahan,
dan pasca panen.
Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan sudah banyak dilakukan
dengan berbagai judul. Keberadaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
merupakan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian suatu kajian yang sama
namun dalam aspek yang berbeda. Pada hal ini, dipetakan beberapa penelitian
terdahulu yang tersaji secara ringkas di Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai
pendekatan
Peneliti
Amin et al.
(2013)
Judul
Application of Cyber
Extension as
Communication
Media to Empower
the Dry Land Farmer
Hasil
Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif pada petani sayuran dan
holtikultura yang mengusahakannya di
lahan kering. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk menganalisis efektifitas
penggunaan cyber extension sebagai
media komunikasi pada pertanian lahan
kering, serta menganalisis faktor yang
mempengaruhi perilaku petani dan
pemberdayaan petani dalam menggunakan
cyber
extension
sebagai
media
komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa karakteristik petani, interaksi petani
dan persepsi petani menggunakan cyber
extension berhubungan nyata dengan
efektivitas penggunaan media komunikasi
cyber extension dan perubahan perilaku
petani lahan kering. Hubungan antara
interaksi petani, persepsi petani, efektifitas
penggunaan cyber extension dan perilaku
petani
dalam menggunakan
cyber
extension adalah paralel. Semakin tinggi
level petani interaksi petani, persepsi
petani, efektifitas penggunaan cyber
13
Suryantini
(2003)
Kebutuhan Informasi
dan Motivasi Kognitif
Penyuluh
Pertanian
dan
Hubungannya
dengan Penggunaan
Sumber
Informasi
(Kasus di Kabupaten
Bogor Jawa Barat)
Suryantini
(20
PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH
BARAT KABUPATEN BOGOR
NOVI ELIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Internet dan
Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Novi Elian
NRP I352120071
RINGKASAN
NOVI ELIAN. Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh
Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS dan
PARLAUNGAN A RANGKUTI.
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menghasilkan begitu
banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan
informasi. Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan adalah komunikasi
dunia maya atau media internet. Internet merupakan salah satu bentuk praktek
pemanfaatan teknologi komunikasi dalam penyebarluasan informasi-informasi
pertanian. Penyuluh pertanian sebagai pihak yang berperan sebagai diseminator
informasi pertanian dituntut mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendesksripsikan penggunaan internet oleh penyuluh pertanian,
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet, serta
analisis pemanfaatan informasi dan keterkaitannya dengan tingkat penggunaan
oleh penyuluhan pertanian.
Penelitian ini didesain dengan pendekatan survei yang bersifat deskriptif
korelasional dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Responden penelitian
adalah penyuluh pertanian yang memanfatakan internet dan bertugas di Wilayah
Barat Kabupaten Bogor, diambil secara sensus sebanyak 60 orang. Data
dikumpulkan dengan melakukan observasi, mengajukan kuesioner dan teknik
wawancara. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis uji
korelasi Rank Spearman dengan aplikasi SPSS versi 20.
Tingkat penggunaan internet oleh responden diukur dari frekuensi dan
durasi penggunaan dan masih tergolong rendah. Penyuluh menggunakan internet
kurang dari tiga kali seminggu dan durasi kurang dari tiga jam sehari. Situs yang
paling sering dikunjungi responden adalah situs Kementerian Pertanian. Faktorfaktor yang berhubungan nyata dengan penggunaan internet oleh penyuluh
pertanian adalah karakteristik penyuluh (umur dan ketersediaan alat teknologi)
dan kebutuhan informasi penyuluh (informasi tentang teknologi pengolahan hasil,
pemasaran dan iklim). Pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian berupa
disimpan untuk konsumsi pribadi, dibagikan ke sesama penyuluh untuk bahan
diskusi, dan disebarkan ke petani sebagai materi penyuluh. Lebih dari separuh
penyuluh memanfaatkan informasi untuk didiskusikan ke sesama penyuluh,
berikutnya disebarkan ke petani dan disimpan untuk pribadi.
Kata kunci: penggunaan internet, pemanfaataan informasi pertanian, penyuluh
pertanian.
SUMMARY
NOVI ELIAN. Internet Usage and Agricultural Information Utilization by
Agricultural Extension Agent in Bogor District. Supervised by DJUARA P
LUBIS and PARLAUNGAN A RANGKUTI.
The rapid development of communication technology produces many
communication media to disseminate information. One of the communication
media is cyberspace communication or internet. Internet is one of the
communication technology utilization practices in agricultural information
dissemination. Agricultural extension agents as information disseminator are
expected to be capable to utilize information communication technology in
carrying out their main duties and functions. This study was conducted to describe
the internet utilization by agricultural extension agents, to analyze the factors
affecting the level of internet utilization, and to analyze the information utilization
as well as its relevance to the level of information utilization by the extension
agents.
This study was designed in correlational descriptive approach with
quantitative and qualitative data. Data was collected in May and June 2014.
Respondents in this study were the agricultural extension agents in the west of
Bogor Region who used internet. The total of respondents was 60, taken in census.
Data were collected through observation, questionnaires and interview. Data were
analyzed by descriptive statistic and Spearman rank test with SPSS version 20.
The level of respondents’ internet utilization, measured by seeing the
frequency and duration of the utilization, was low. Respondents used the internet
less than three times a week and the duration was less than three hours a day. The
most frequently visited website by respondent was google.com. Characteristics of
the agents (age and technology availibility) and the needs of information (about
the the technology of processing, marketing, and climate) were the factors that
found significantly related to the internet utilization. The form of information
utilization by the extension agents were keeping for themselves, disseminating to
other agents for discussion, and disseminating to farmers as the extension material.
More then 50% respondents utilized the information as discussion material
with other agents, fewer respondents disseminated it to farmers, and the rest
kept it for themselves.
Key words : internet utilization, agricultural information utilization, agricultural
extension agent
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI
PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH
BARAT KABUPATEN BOGOR
NOVI ELIAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
s
Penguji luar komisi pada ujian sidang Tesis : Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Judul Tesis : Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh
Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Nama
: Novi Elian
NRP
: I352120071
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Ketua
Dr Ir Parlaungan A Rangkuti, MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian:
9 Desember 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014 ini adalah
Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh
Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor.
Penyelesaian tesis ini melibatkan dukungan berbagai pihak, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,
terutama kepada mereka yang penulis kemukakan pada kesempatan ini. Terima
kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang
telah membiayai pendidikan strata dua penulis melalui program Beasiswa
Unggulan (BU) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Terima
kasih yang sebesarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Djuara P Lubis MS dan Dr Ir
Parlaungan A Rangkuti MSi selaku komisi pembimbing atas curahan waktu, ilmu,
motivasi, dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo MS dan Dr Ir Amiruddin Saleh
MS selaku tim penguji yang telah banyak memberi dukungan, saran dan motivasi
bagi penulis. Selanjutnya, kepada seluruh dosen dan staff Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakutas Ekologi Manusia IPB,
penulis mengucapkan terima kasih untuk bantuannya selama penulis menempuh
pendidikan.
Penghargaan penulis sampaikan kepada staff Bidang Penyuluhan Pertanian
Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perkebunan dan
Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor, yang telah membantu penulis selama
pengumpulan data. Berikut kepada segenap penyuluh yang bertugas di Balai
Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Dramaga,
BP3K Cibungbulang, BP3K Leuwiliang, BP3K Cigudeg dan BP3K Parung
Panjang Kabupaten Bogor atas waktu dan kesediaanya menjadi responden dalam
penelitian ini.
Tesis ini penulis dedikasikan untuk orang-orang terkasih, Ayah Andry
Yunis, Ibu Eliza, Adik Ulfah Meilian AMd serta seluruh keluarga penulis. Terima
kasih untuk motivasi, doa dan kasih sayangnya yang tak kan pernah terbalas oleh
penulis. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman diskusi dan belajar dari semester
awal menempuh pendidikan, Asri Sulistiawati, Nurul Mukhlisah, Tika
Tresnawati, Febri Palupi, Khori Suci Maifianti, dan teman sepembimbingan Muh
Zaenal serta rekan-rekan KMP 2012 lainnya, penulis mengucapkan terima kasih
atas diskusi, dukungan dan kebersamaannya selama ini. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan pada sahabat-sahabat penulis atas dukungan moril
maupun materil selama penyelesaian studi.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi pembangunan.
Bogor, Januari 2015
Novi Elian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
3
4
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Penyuluh
Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet
Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media
Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet
Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian
Penelitian Terdahulu
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian
5
5
6
6
9
10
12
18
22
3 METODE
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Defenisi Operasional
Pengumpulan Data
Validitas dan Realibilitas Instrumen
Analisis Data
22
22
22
23
24
24
28
28
29
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Kabupaten Bogor
Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor
Tingkat Penggunaan Media Internet
Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Penggunaan
Internet oleh Penyuluh Pertanian
Analisa Hubungan Tingkat Penggunaan Internet dengan Karakteristik,
Persepsi, Kebutuhan Informasi dan Motivasi Penyuluh Pertanian
Menggunakan Internet
Pemanfaatan Informasi Pertanian dan Hubungannya dengan Tingkat
Penggunaan Internet
30
30
32
35
45
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
61
61
61
DAFTAR PUSTAKA
62
RIWAYAT HIDUP
66
53
58
DAFTAR TABEL
1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai
pendekatan
2. Jumlah penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Tahun 2014
3. Jumlah penyuluh pertanian yang menggunakan internet di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor yang Tahun 2014
4. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian
5. Peubah dan kisaran nilai koefisien korelasi validitas penelitian
6. Nilai uji beda peubah karakteristik individu penyuluh yang
menggunakan internet dengan yang tidak menggunakan internet di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
7. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan tingkat
penggunaan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
8. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan situs yang
paling sering diakses di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
9. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan
karakteristik individu di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
10. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan persepsi
terhadap media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
11. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan jenis
informasi yang dibutuhkan di Wilayah Barat Kabupaten Bogor
Tahun 2014
12. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan motivasi
menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
13. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan karakteristik penyuluh pertanian di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
14. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan persepsi penyuluh pertanian terhadap
media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
15. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan kebutuhan informasi penyuluh
pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
16. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan motivasi penyuluh pertanian
menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun
2014
12
23
23
25
29
35
37
43
46
48
50
52
54
56
56
57
17. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan
penggunaan internet dengan pemanfaatan informasi oleh penyuluh
pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014
60
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berpikir penelitian penggunaan media internet dan
pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian di Wilayah
Barat Kabupaten Bogor
2. Persentase penyuluh berdasarkan pemanfaatan informasi pertanian
21
59
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menghasilkan
banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk berbagi informasi (sharing
knowledge). Banyaknya media komunikasi yang tersedia memerlukan
pertimbangan dan perencanaan dalam penetapan dan penggunaan media
komunikasi yang tepat untuk membantu mendiseminasikan informasi.
Media komunikasi adalah salah satu unsur komunikasi yang mempunyai
peranan dalam keberhasilan komunikasi. Media komunikasi sering juga disebut
sebagai saluran komunikasi. Berlo (1961) menyatakan bahwa memilih saluran
komunikasi yang tepat bukanlah hal yang mudah, karena saluran komunikasi
menentukan efektivitas komunikasi. Kehati-hatian perlu dilakukan, karena setiap
saluran komunikasi memiliki kualitas tertentu dilihat dari segi teknologi, struktur
maupun fungsinya.
Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan untuk
mendiseminasikan informasi kepada pelaku pembangunan pertanian adalah
komunikasi media maya atau media internet. Media internet didefinisikan sebagai
jaringan luas komputer yang dengan perizinan dapat saling berkoneksi antara satu
dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta
memperpendek jarak antar negara. Media internet memiliki berbagai macam
teknologi, seperti website, transfer file, email, jaringan pertemanan, forum,
mailing list¸ dan sebagainya (Yunus 2011).
Mulyandari (2011), menyatakan begitu banyak hasil penelitian di bidang
pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan, serta akan terus ada penelitianpenelitian pertanian di masa depan, di dalam maupun di luar negeri. Hasil
penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian baik dalam hal teknik
produksi dan pemasaran pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki atau
memecahkan masalah yang ada dalam bidang pertanian. Informasi tersebut bukan
hanya sekedar konsumsi bagi para peneliti lain untuk dijadikan bahan acuan akan
tetapi jauh kedepan adalah untuk para petani, terutama untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk memenuhi kebutuhan
hidup seluruh umat manusia. Demikian halnya hasil penelitian pertanian telah
dihimpun dan dipublikasikan secara umum kepada masyarakat dengan berbagai
media, namun demikian, informasi hasil penelitian pertanian tersebut pada
kenyataannya belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani.
Dampak dari belum adanya mekanisme jaringan informasi pembangunan
pertanian yang efektif adalah sulitnya mengatasi ketertinggalan masyarakat
lapisan bawah khusunya petani, meskipun telah banyak program pembangunan
pertanian dengan biaya yang tidak sedikit telah dilakukan berbagai pihak,
khususnya pemerintah. Hal ini disebabkan oleh belum adanya jaringan
komunikasi yang terprogram secara efektif yang mampu menghubungkan antara
lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi
(penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masingmasing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda
(Mulyandari 2011).
2
Amin et al. (2013), menyatakan bahwa fokus utama dari aplikasi ICT
(Information and Communication Technologies) di bidang pertanian adalah
memenuhi kebutuhan petani untuk informasi. Beberapa informasi penting yang
dibutuhkan oleh petani yang tampaknya penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan pertanian, antara lain informasi pasar, teknik terbaru dan teknologi,
program pembangunan pedesaan dan subsidi, peramalan cuaca, paket praktek
terbaru (terbaik), teknologi pasca panen, berita pertanian umum, informasi tentang
asuransi/klaim pengolahan, harga input dan ketersediaan, peringatan dini dan
manajemen penyakit dan hama, uji tanah dan informasi pengambilan contoh
tanah. Berdasarkan temuan, cyber extension di pertanian menjadi lebih penting
dan dapat diakses, dan berguna untuk petani dan pertanian mereka. Hal ini
terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan makanan dan perkembangan
ICT dan penggunaannya oleh masyarakat, termasuk petani di desa-desa.
Beberapa tahun terakhir, pembangunan pertanian dihadapkan pada
stagnansi dalam informasi dan inovasi pertanian yang kemudian berdampak pada
menurunnya optimalisasi sistem penyuluhan sejalan dengan pesatnya penetrasi
produk-produk pertanian di era globalisasi ini. Model penyuluhan lama dimana
penyuluh sebagai agen transfer teknologi dan informasi sudah tidak cukup.
Informasi sebagai sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih
mudah diakses oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan
akses, dalam hal ini adalah para pemilik modal dalam sektor swasta. Sisi lain,
petani hanya dapat mengandalkan kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani
mengembangkan proses belajar inovasi pertanian. Baik petani maupun penyuluh
sudah diupayakan untuk mendapatkan informasi tentang inovasi yang dihasilkan
oleh para peneliti baik di lembaga penelitian maupun perguruan tinggi namun
belum mendapatkan hasil optimal. Sumardjo (1999) mengungkap fakta bahwa
penyuluh merasakan kekurangan inovasi ketika menjalankan tugasnya sebagai
pendamping petani dalam melakukan kegiatan usahatani, bahkan tidak jarang
menghadapi kesulitan, dan tidak mampu membantu petani dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Sisi lain, banyak hasil penelitian dan teknologi yang
telah dikembangkan dalam bidang pertanian, namun hal tersebut seperti kurang
bermanfaat karena baik petani maupun penyuluh kurang mengetahui informasi
tersebut walaupun telah diusahakan untuk menghimpun dan mempublikasikasikan
hasil-hasil tersebut pada berbagai media. Hal-hal inilah yang menjadi salah sekian
faktor yang mengakibatkan terjadinya stagnansi dan penurunan optimalisasi
sistem penyuluhan. Stagnansi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini
telah terjadi, diharapkan dapat diperbaiki dengan ICT melalui akses terhadap
informasi pasar, input produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelolaan penyakit
dan hama/tanaman ternak, peluang pasar, harga pasar, dan lain sebagainya
(Sumardjo et al. 2009).
Media komunikasi menjadi penting dalam diseminasi informasi-informasi
pembangunan. Dampaknya adalah perlu adanya praktek pemanfaatan teknologi
komunikasi yang dapat mendukung penyebarluasan informasi-informasi
pembangunan. Media internet merupakan salah satu bentuk teknologi informasi
dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan pelaku pembangunan pertanian
termasuk penyuluh sebagai diseminator informasi dan inovasi pertanian.
Pemanfaatan ICT dalam pembangunan pertanian memerlukan kompetensi
dari pengguna teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Informasi sebagai
3
sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih mudah diperoleh oleh
pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk menadapatkan akses, dalam hal ini
adalah para pemilik modal dan swasta. Petani hanya dapat mengandalkan
kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani mengembangkan proses belajar
inovasi pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, semakin menguatkan bahwa
ICT memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology). Kemajuan
ICT memungkinkan berpotensi menjadi peluang yang besar bagi para pelaku
pembangunan pertanian termasuk penyuluh untuk mengakses informasi yang
dibutuhkannya.
Undang-undang No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pasal 31 ayat
1 mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan
dan kinerja penyuluhan, diperlukan sarana dan prasarana memadai agar
penyuluhan dan kinerja penyuluhan dapat diselengarakan secara efektif dan
efisien. Sistem jaringan inovasi merupakan prasarana dan sarana yang harus ada
untuk terselenggaranya sistem penyuluhan pertanian yang efektif dan
berkelanjutan. Tuntutan bahwa penyuluh harus dapat tahu berbagai informasi
cepat dan tepat mengenai bidang pertanian secara tidak langsung mengharuskan
penyuluh untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi global
melalui pemanfaatan ICT. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana
penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh
pertanian.
Perumusan Masalah
Perkembangan ICT seperti yang dijabarkan pada latar belakang diatas
seperti tersedianya internet sebagai salah satu media yang memberikan informasi
yang luas dan merata diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam pengayaan
informasi dan keberlangsungan tugas penyuluh sebagai diseminator inovasi dan
infomasi pertanian. Rivera dan Qamar (2003) menyebutkan komputer dan internet
boleh jadi tidak akan dapat diakses oleh masyarakat pedesaan, tetapi petani akan
terlayani oleh para penyluh pertanian yang menyediakan informasi (dari internet)
kepada masyarakat pedesaaan. Hal senada juga diungkapkan oleh Holbein (2008)
yang memberikan satu catatan penting bahwa dalam mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran
masyarakat diperlukan proses pendampingan.
Amanat UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (SP3K), seperti yang tercantum dalam pasal 4b dimana
fungsi sosial penyuluhan adalah mengupayakan kemudahan akses pelaku utama
dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar
mereka dapat mengembangkan usahanya. Berikutnya, pasal 15 ayat 1c juga
mengamanatkan bahwa Balai Penyuluhan berkewajiban menyediakan dan
menyebarkan informasi tentang teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar.
Pesatnya perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di
bidang pertanian menyebabkan informasi melalui media internet menjadi semakin
meningkat. Bagi penyuluh pertanian, media tersebut hendaknya menjadi sumber
untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pertanian. Namun, tersedianya
sumber informasi belum menjamin digunakannya informasi tersebut oleh
4
penyuluh pertanian. Penggunaan media dan pemanfaatan informasi oleh penyuluh
pertanian bergantung pada kebutuhan informasi penyuluh pertanian tersebut.
Penelitian Nuryanto (2008), menyatakan bahwa kompetensi penyuluh di
Provinsi Jawa Barat tergolong rendah terutama dalam kemampuan penyuluh
memanfaatkan media internet, membangun jejaring kerja, mengakses informasi,
penguasaan inovasi dan menganalisis masalah. Kondisi ini menujukkan bahwa
kompetensi penyuluh secara umum relatif masih akan berdampak pada kurangya
kualitas layanan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.
Peran penyuluh pertanian menjadi begitu penting di era globalisasi
informasi saat ini, sehingga diperlukan suatu penelitian yang komprehensif
mengenai penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian di kalangan
penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pengunaan media internet oleh penyuluh pertanian di
Wilayah Barat Kabupaten Bogor?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat penggunaan
media internet oleh penyuluh?
3. Bagaimana pemanfaatan informasi yang diperoleh penyuluh pertanian dari
internet dan faktor apa yang berhubungan dengannya ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi
kebutuhan informasi penyuluh pertanian dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi oleh penyuluh pertanian. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan:
1. Deskripsi penggunaan internet oleh penyuluh.
2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet oleh
penyuluh pertanian.
3. Analisis pemanfaatan informasi pertanian yang diperoleh penyuluh dari
internet dan faktor yang berhubungan dengannya.
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :
1. Secara teori penelitian ini mampu memberikan tambahan informasi mengenai
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya penggunaan
media internet. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi
kegiatan penelitian lanjutan yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi.
2. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengkajian Communication Support
Development (Komunikasi Penunjang Pembangunan), dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi komunikasi seperti penggunaan media internet.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Penyuluh
Penyuluh pertanian menurut definisi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dibagi ke dalam
tiga istilah, yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehuanan untuk
melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal
dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang
penyuluhan. Penyuluh swdaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh.
Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang yang
berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakter
tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetik, sistem syaraf serta
sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif
yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (Rakhmat, 2005).
Penyuluh pertanian yang menggunakan dan memanfaatkan media informasi
teknologi pertanian merupakan komunikan informasi pertanian. Karakteristik
komunikan tidak terlepas dari beberapa hal, seperti yang dijelaskan oleh Berlo
(1961) yang mencakup :
a. Mempunyai keterampilan berkomunikasi, yaitu kemampuan dalam mendengar,
membaca, berhubungan dengan pihak lain serta mampu berpikir terhadap
pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media.
b. Sikap, yaitu mempunyai sikap positif dan negatif baik terhadap dirinya sendiri,
terhadap komunikator, maupun terhadap isi pesan yang disampaikan melalui
media tertentu.
c. Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yng disampaikan,
terutama penggunaan bahasa pesan dan kepentingan dari isi pesan.
d. Sistem sosial budaya, yaitu status sosial, keanggotaannya dalam
kelompok/organisasi dan perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan
pesan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat dikembangkan
karakteristik penyuluh pertanian yang menggunakan media informasi teknologi
pertanian meliputi umur, pendidikan formal, tingkat pendapatan dan ketersediaan
alat teknologi komunikasi.
Hasil penelitian Alfred dan Odefadehan (2007) mengungkapkan bahwa
hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki hubungan yang signifikan
dengan kebutuhan informasi mereka. Selain itu juga menemukan bahwa penyuluh
menerima beberapa sumber informasi yaitu pelatihan, penelitian, buku, buletin
teknis, seminar dan supervisor, sementara sumber informasi yang lain yaitu klien
dan rekan dianggap tidak efektif.
Lebih lanjut (Anwas et al. 2009) menyebutkan bahwa intensitas
pemanfaatan media massa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal,
6
kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan
anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien.
Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet
McQuail (2010) mengemukakan karakteristik khalayak yang menggunakan
media informasi sebagai berikut :
a. Persepsi diri sendiri sebagai seorang penerima. Hal ini tidak hanya berkaitan
dengan aturan main yang dianut oleh dirinya terhadap penerimaan pesan oleh
suatu media, tetapi juga aturan main yang dianut karena dia sebagai
komunikator. Persepsi diri sendiri ini meliputi ciri diri sendiri, peranannya,
sikapnya, serta tata nilai yang dianutnya.
b. Struktur kepribadian penerima yang meliputi tingkah laku penerima.
c. Penerima sebagai anggota tim kerja.
d. Penerima sebagai anggota suatu organisasi profesional.
e. Penerima sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat tertentu.
Persepsi menurut Rakhmat (2008) adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperolah dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya DeVito (2011) menerangkan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau
pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika
mereka mencapai kesadaran.
Penafsiran dan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap suatu pesan
atau informasi yang dimulai dengan proses penyaringan stimulus, memberikan
makna serta membentuk interpretasi berdasarkan pertimbangan interpersonal yang
dipengaruhi masa lalu, kebutuhan, keinginan sistem nilai, keyakinan, keadaan
fisik dan emosi (DeVito 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor personal dan
faktor situasional atau yang disebutkan oleh Krech dan Crutchfield yaitu faktor
fungsional dan struktural. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
diantaranya kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor personal
seseorang. Adapun faktor struktural yang mempengaruhi persepsi adalah faktorfaktor yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang timbul pada sistem
syaraf individu. Jadi faktor struktural lebih condong pada sistem fisiologis
manusia yang membentuk persepsi (Rakhmat, 2008).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat didefinisikan bahwa persepsi
adalah proses penafsiran atau pandangan seseorang terhadap suatu objek melalui
pemberian stimulus, memberikan makna kemudian membentuk interpretasi
berdasarkan pertimbangan interpersonal. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan
persepsi penyuluh terhadap media internet yang digunakan untuk mengkases
informasi pertanian.
Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau berbagi informasi
dengan orang lain. Sementara itu, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang
7
diamati dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang. Informasi
merupakan bagian dari proses komunikasi (Yusup 2009).
Kuswandi (1996) mengemukakan bahwa informasi sudah menjadi
kebutuhan manusia yang essensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi
manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas
cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya
dalam masyarakat.
Herzberg cit Thoha (1996) mengidentifikasi dua perangkat kegiatan yang
memuaskan kebutuhan manusia, yaitu : (1) kebutuhan yang berkaitan dengan
kepuasan kerja (prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi), (2) kebutuhan yang
berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.
Nicholas (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi muncul ketika
seseorang berkeinginan memenuhi satu atau lebih dari tiga kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan informasi merupakan hal penting karena seseorang dalam
memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar tersebut dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi terdiri atas tiga macam
yaitu : 1) Kebutuhan informasi yang tidak disadari (domand needs atau
unrecognized needs). Kebutuhan ini dialami oleh seseorang yang seringkali tidak
mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan, tidak menyadari ada
kesenjangan informasi, dan juga tidak mengetahui bahwa informasi baru
memberikan sesuatu tentang apa yang telah mereka ketahui. Seseorang akan
menyadari ada kebutuhan informasi tertentu jika mengalami masalah tertentu. 2)
Kebutuhan informasi yang tidak diekspersikan (unexpressed needs). Kebutuhan
ini dialami oleh mereka yang sadar membutuhkan informasi tertentu, tetapi tidak
mau atau tidak dapat melakukan sesuatu untuk memenuhinya. 3) Kebutuhan
informasi yang diekspresikan (expressed needs), yaitu kebutuhan yang didasari
dan diupayakan dipenuhi oleh mereka yang sadar akan kesenjangan antara
pengetahuan dan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Kaniki (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi bervariasi
tergantung dari pengguna (user), waktu, tujuan, tempat, alternatif yang tersedia
dan sebagainya. Kebutuhan informasi penyuluh yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kebutuhan sekelompok atau komunitas penyuluh untuk
mempermudah informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses
pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai informasi dalam proses
pembangunan pertanian akan mempercepat kemajuan usaha pertanian (Suryantini
2004). Pendapat tersebut dipertegas melalui hasil penelitian Andriaty et al. (2011)
yang menyatakan bahwa ketersediaan informasi teknologi pertanian di suatu
wilayah akan berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi. Hasil
surveinya menyebutkan lokasi khalayak yang jauh dari sumber informasi
mempengaruhi banyaknya informasi yang diterima.
Leeuwis (2004) mengartikan informasi sebagai bahasa sehari-hari yang
sering dihubungkan dengan pengetahuan yang telah ditangkap dan disimpan
dalam bentuk fisik (atau kini elektronis) seperti buku, leaflet, file, koran, gambar,
suara, website. Informasi memberikan interprestasi atau pola terhadap data dan
mengurangi ketidakpastian tentang sesuatu.
8
Suryantini (2001) berpendapat bahwa kebutuhan informasi penyuluh
pertanian adalah pengetahuan atau data dan fakta yang disadari sebagai sesuatu
yang perlu diperoleh dan digunakan oleh penyuluh pertanian dalam mendukung
tugas dan fungsinya sebagai pemangku jabatan fungsional.
Yusup (2009) mengutip pendapat beberapa ahli tentang kebutuhan
informasi, dijelaskan dibawah ini. Timbulnya kebutuhan seseorang tetap
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Lingkungan yang
merangsang timbulnya kebutuhan, khususnya yang berhubungan dengan
seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi, maka ada
banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, antara lain :
a. Kebutuhan kognitif, berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan
menguasai lingkungannya. Kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas
hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
b. Kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat
menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.
c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), dikaitkan dengan
penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga
diri.
d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), dikaitkan dengan
penguatan hubungan seseorang. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang
untuk bergabung dengan orang lain.
e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan
untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari
hiburan atau pengalihan.
Kebutuhan seseorang mengkonsumsi media didasarkan pada dua faktor,
yaitu : (1) relevansi atau keterkaitan informasi itu sendiri dengan ciri individu,
dan (2) tingkat ketidakpastian pesan yang berhubungnan dengan subyek. Semakin
besar hubungan informasi dan semakin besar ketidakpastian dengan diri subyek,
maka semakin besar kebutuhan individu berorientasi pada informasi suatu media
(Severin et al, 2009).
Martaadmijaya (1989) menyatakan penyuluhan berfungsi menyampaikan
teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, maupun
sebaliknya. Penyuluh pertanian harus dapat mencari kemudahan bagi
permasalahan yang dihadapi petani dan keluarganya. Permasalahan yang muncul
di dalam usahatani akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tantangan
yang ada. Penyuluh pertanian merupakan penghubung bagi dunia penelitian
dengan petani. Penyuluh pertanian berfungsi menyampaikan teknologi yang
dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, dan sebaliknya dapat
menyampaikan keutuhan hasil penelitian yang diharapkan oleh petani kepada
lembaga penelitian.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyuluh
pertanian akan menggunakan suatu media untuk mengakses sumber informasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya sebagai penyuluh pertanian. Pemenuhan kebutuhan informasi oleh
9
penyuluh merupakan salah satu peran yang harus dijalankan olehnya dalam
rangka mengakomodasi kebutuhan informasi yang juga dibutuhkan oleh petani.
Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet
Herzberg cit Thoha (1996) mengembangkan teori motivasi pada dua faktor,
yaitu : faktor hygiene (syarat kerja) dan faktor motivator (pendorong). Faktor
hygiene bersifat ekstrinsik yang berada di luar diri, sedangkan faktor motivator
bersifat intrinsik berada di dalam diri. Faktor hygiene, misalnya : upah, kondisi
lingkungan tempat bekerja, dan kebijaksanaan administrasi tempat bekerja. Faktor
motivasi, misalnya : keberhasilan, penghargaan, pekerjaannya sendiri, rasa
tanggung jawab, dan faktor peningkatan.
Motif penggunaan media internet merupakan dorongan yang berasal dari
dalam diri manusia, pada penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang
menggerakkan ke arah tujuan untuk memuaskan kebutuhan melalui penggunaan
media internet. Motif khalayak mengkonsumsi media massa menyebabkan
sesorang aktif, selektif mencari dan menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan akan informasi.
Harold D. Lasswell (1948) cit Morissan (2010) memaparkan mengenai
mengapa khalayak menggunakan media. Tiga fungsi utama media menurutnya
adalah :
a. Media berfungsi untuk memberitahu khalayak mengenai apa yang terjadi
disekitar mereka (surveying the environtment).
b. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi,
maka khalayak dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat
(correlation of environmental parts).
c. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada
generasi khalayak selanjutnya (transmit social norms and actions).
Hasil penelitian Suryantini (2004) menunjukkan bahwa informasi teknis
sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motivasi kognitif
penyuluh pertanian dalam penggunaan sumber informasi adalah untuk
memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber
informasi yang paling banyak digunakan adalah sumber interpersonal (sesama
penyuluh dan kontak tani/petani maju) dan media cetak (surat kabar).
Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini
terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi (Kriyantono 2009). Empat
kategori utama kepuasan yang diajukan McQuail yang sangat khas seperti yang
dikutip Fiske (2012) antara lain :
1. Pengalihan, terdiri atas (a) melarikan diri dari tekanan rutinitas, (b) melarikan
diri dari beban masalah, dan (c) pelepasan emosi.
2. Relasi personal, terdiri atas (a) persahabatan dan (b) kegunaan sosial.
Persahabatan adalah bentuk khusus dari media sebagai kompensasi. Situasi
sosial atau personal tidak mengizinkan audiens untuk memenuhi kebutuhan
mereka terhadap pertemanan di dunia nyata Media menyediakan pengalaman
bersama, percakapan bersama tentang topik tertentu yang membuat interaksi
sosial lebih mudah.
3. Identitas pribadi, terdiri atas (a) rujukan pribadi, (b) eksplorasi realitas, dan (c)
penguatan nilai. Melalui rujukan pribadi, McQuail mengacu pada cara audiens
10
menggunakan program sebagai titik perbandingan dengan kehidupan nyata.
Eksplorasi realitas melibatkan penggunaan langsung dari program untuk
membantu audiens memahami kehidupan mereka sendiri. Penguatan nilai
merupakan eksplanasi diri.
4. Pengawasan. Ini adalah kebutuhan informasi mengenai sebuah dunia
kompleks di mana kita hidup. Audiens menggunakan media sebagai sumber
informasi dalam rangka melihat peran sosial mereka.
Rakhmat (2005) menjelaskan motif sebagai kondisi intern yang mengatur
dan menggalakkan tingkah laku menuju arah tertentu. Katz (1974) dalam
Morissan et al (2010), menyatakan bahwa situasi sosial dimana khalayak berada
turut serta terlibat dalam mendorong atau meningkatkan kebutuhan khalayak
terhadap media melalui lima situasi berikut : (1) Situasi sosial menimbulkan
ketegangan dan pertentangan, orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu. (2)
Situasi sosial menciptakan kesadaran akan adanya masalah yang membutuhkan
perhatian dan informasi, informasi tersebut biar dicari lewat media. (3) Situasi
sosial menawarkan kesempatan-kesempatan peningkatan taraf hidup dalam
memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu yang semuanya bisa dipenuhi melalui
media massa. (4) Situasi sosial memberikan dukungan yang menguatkan pada
nilai-nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras.
Rakhmat (2005) menyebutkan tiga orientasi sebenarnya daftar motif
penggunaan media massa : (1) orientasi kognitif : kebutuhan akan informasi,
surveillance (pengamatan lingkungan), atau eksplorasi realitas (2) diversi :
kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan (3) identitas
personal : menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu
yang penting dalam kehidupan atau situasi sendiri.
Motivasi penyuluh menggunakan media informasi menurut hasil penelitian
Setiabudi (2003) adalah : (1) keinginan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahan penyuluh, (2) keinginan untuk mencari informasi/teknologi baru, (3)
keinginan untuk dapat memecahkan permasalahan di lahan usaha tani, (4)
keinginan untuk lebih meningkatkan profesionalisme penyuluh, (5) keinginan
hanya untuk mencari hiburan atau menjalankan proses administrasi saja.
Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian
Morissan (2010) yang mengutip Blumler (1979), mengemukakan sejumlah
gagasan mengenai jenis-jenis kegiatan yang dilakukan khalayak (audience
activity) ketika menggunakan media, yang mencakup :
a. Kegunaan (utility): media memiliki kegunaan dan orang dapat
memanfaatkan kegunaan media.
b. Kehendak (intentionality): hal ini terjadi ketika motivasi menentukan
konsumsi media.
c. Seleksi (selectivity): penggunaan media oleh khalayak mencerminkan
ketertarikan atau prefensinya.
d. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviounusness to influence):
khalayak menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi
apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif
sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu.
11
Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan
mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi mengenai suatu
peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya
menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif.
Pada era penggunaan teknologi komunikasi banyak penelitan yang
memfokuskan pada penelitian media online dengan perangkat komputer atau
laptop, seperti penelitian yang dilakukan oleh Rafaeli (1986) yang meneliti
bagaimana dan mengapa siswa menggunakan komputer. Rafaeli menemukan
bahwa pengguna jarang melewatkan pesan faktual; atau informatif, yang
menunjukan minat yang kuat dalam pesan jenis ini. Steve (1998) juga
menyarankan bahwa alasan paling penting mengapa orang menggunakan internet
adalah untuk mengumpulkan berbagai macam informasi. Lin (1999) menemukan
hasil yang sama ketika dia meneliti tentang adopsi layanan online bahwa layanan
online terutama dianggap sebagai media yang sarat informasi dan khalayak yang
membutuhkan untuk penerima.
Salah satu kalangan yang turut serta dalam menggunakan media internet
adalah penyuluh pertanian. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi
penyuluh sebagai diseminator inovasi dan informasi pertanian. Pengunaan internet
merupakan salah satu kompetensi penyuluh dalam menfaatkan perkembangan ICT.
Penggunaan media internet oleh penyuluh pertanian berkaitan dengan motif dan
kebutuhan penyuluh terhadap informasi di media internet.
Penggunaan media massa dalam penyuluhan yang patut dipertimbangkan
adalah peranannya dalam program penyuluhan dan penggunaan secara efektif.
Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah
untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat
menyebabkan perubahan dalam perilaku, karena pengirim dan penerima pesan
cenderung menggunakan pesan selektif saat menggunakan media massa sehingga
pesan mengalami distorsi. Sangat disadari bahwa tidak seorangpun dapat
membaca semua penerbitan, penelitian menunjukkan bahwa dasar pemilihan
media terletak pada kegunaan yang diharapkan. Misalnya untuk keperluan
memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling atau untuk
sekedar santai, juga untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau
mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal (Murfiani 2006).
Laquey cit Ardianto et al. (2012), menyatakan internet merupakan jaringan
longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia.
Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data
dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun,
sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat
dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini,
internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat
informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Penggunanya kini mencakup
berbagai kalangan. Alasan penggunaannya pun beraneka ragam, mulai sekedar
untuk berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting.
Ahuja (2011) mengungkapkan ketersediaan informasi melalui internet
membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif. Hal ini dikuatkan
oleh Churi et al. (2012) bahwa internet diidentifikasi sebagai saluran yang penting
untuk berbagi pengetahuan pertanian di saat kegiatan pelatihan teknis diberikan.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Aminah (2013) menyatakan bahwa
penyuluh pertanian memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam berusaha tanaman hias. Pemanfaatan media internet memegang
peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian. Informasi teknik
budidaya meliputi informasi pembibitan, pemupukan, pemeliharaan dan
penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.
Selanjutnya penelitian Veronice (2013) menyebutkan bahwa jangkauan
sumber informasi yang dapat diakses oleh penyuluh melalui internet tergolong
tinggi. Penyuluh dalam mengakses informasi atau berita tidak hanya sebatas lokal
namun sudah tingkat nasional. Hal-hal yang paling sering diakses penyuluh
melalui internet meliputi materi budidaya pertanian, informasi pasar, pengolahan,
dan pasca panen.
Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan sudah banyak dilakukan
dengan berbagai judul. Keberadaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
merupakan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian suatu kajian yang sama
namun dalam aspek yang berbeda. Pada hal ini, dipetakan beberapa penelitian
terdahulu yang tersaji secara ringkas di Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai
pendekatan
Peneliti
Amin et al.
(2013)
Judul
Application of Cyber
Extension as
Communication
Media to Empower
the Dry Land Farmer
Hasil
Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif pada petani sayuran dan
holtikultura yang mengusahakannya di
lahan kering. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk menganalisis efektifitas
penggunaan cyber extension sebagai
media komunikasi pada pertanian lahan
kering, serta menganalisis faktor yang
mempengaruhi perilaku petani dan
pemberdayaan petani dalam menggunakan
cyber
extension
sebagai
media
komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa karakteristik petani, interaksi petani
dan persepsi petani menggunakan cyber
extension berhubungan nyata dengan
efektivitas penggunaan media komunikasi
cyber extension dan perubahan perilaku
petani lahan kering. Hubungan antara
interaksi petani, persepsi petani, efektifitas
penggunaan cyber extension dan perilaku
petani
dalam menggunakan
cyber
extension adalah paralel. Semakin tinggi
level petani interaksi petani, persepsi
petani, efektifitas penggunaan cyber
13
Suryantini
(2003)
Kebutuhan Informasi
dan Motivasi Kognitif
Penyuluh
Pertanian
dan
Hubungannya
dengan Penggunaan
Sumber
Informasi
(Kasus di Kabupaten
Bogor Jawa Barat)
Suryantini
(20