Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(1)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT adalah benar karya tulis saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2006

Fini Murfiani P.015014021


(3)

RINGKASAN

FINI MURFIAN I. Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh: AMRI JAHI dan BAYU KRISNAMURTHI.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertania n yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik. Kompetensi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh ya itu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) macam institusi pendidikan formal, (4) bidang keahlian, (5) pendidikan non formal, (6) pengalaman menyuluh, (7) pengalaman usaha, (8) konsumsi media, (9) kekosmopolitan, (10) pendapatan, (11) motivasi dan (12) dukungan organisasi.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan distribusi penyuluh pada sejumlah karakteristik yang diamati, (2) mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (3) me nentukan derajat hubungan antara karakteristik para penyuluh dengan kompetensi mereka dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang penyuluh ditentukan dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan dari akhir bulan Februari sanpai dengan awal bulan April 2006. Data dianalisis untuk menentukan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan korelasi rank Kendall tau_b dan konkordansi Kendall W.

Hasil penelitian menunjukkan penyuluh rata-rata berumur 47 tahun, pendidikan formal SLTA dan D3, pendidikan dari instansi negeri, bidang keahlian pertanian tanaman pangan, mengikuti pendidikan nonformal 74 hari, pengalaman menyuluh 21 tahun, banyak pengalaman usaha, banyak mengkonsumsi media, kosmopolit tinggi, pendapatan Rp. 2.719.638 per bulan, bermotivasi tinggi, dan menyatakan mendapat dukungan organisasi cukup tinggi. Kompetensi penyuluh terdiri dari kompetensi umum yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis jabatan fungsional penyuluh pertanian, yaitu: (1) merencanakan program penyuluhan pertanian, (2) melaksanakan program penyuluhan pertanian, (3) mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, (4) mengevaluasi program penyuluhan pertanian dan (5) menge mbangkan profesi penyuluh pertanian. Kompetansi khusus yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu pengelolaan dan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian, yaitu: (1) membantu merencanakan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian, (2) membantu mengakses dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian, (3) membantu memantau pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (4) membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa. Kompetensi penyuluh dalam bidang pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian masih terbatas. Hal tersebut ditunjukkan dengan bentuk kesepakatan dalam penjenjang bidang kompetensi, kompetensi khusus berada pada jenjang yang lebih rendah dari pada kompetensi umum. Penyuluh menganggap bidang kompetensi khusus bukan merupakan hal yang penting. Karakteristik penyuluh berhubungan nyata dalam hal urutan penjenjangan kompetensi yang harus dimiliki, kecuali pada karakteristik konsumsi media pada unsur pengetahuan.


(4)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Magister Sains

Pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Tesis : Kompetensi Penyuluh Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil Di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama mahasiswa : Fini Murfiani

Nomor Pokok. : P. 015014021

Program Studi : Ilmu P enyuluhan Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Bayu Krisnamurthi

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1961 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhad dan Ibu Maria TB. Boerhan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Kebon Manggis II, Jakarta dan lulus pada tahun 1973, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri III Jakarta , lulus pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta , lulus pada tahun 1980. Selanjutnya penulis mengikuti pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor dan memilih Fakultas Peternakan, melalui jalur Proyek Perintis II (PP II) yang merupakan jalur penelusuran minat dan bakat pada masa itu dan lulus pada tahun 1984.

Penulis pertama kali bekerja di Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian (DitJenNak-DepTan) pada tahun 1985-1987. Selanjutnya penulis bekerja di Dinas Peternakan Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1992. Selama kurun waktu 1992-1994 penulis tidak aktif bekerja karena mengikuti suami yang melanjutkan sekolah ke Colorado, Amerika Serikat. Setelah itu penulis kembali bekerja di DitJen Peternakan, Jakarta mulai tahun 1997 sampai dengan saat ini. Pada tahun 2002 penulis mengikuti Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB dan memilih Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

Satu kenangan indah selama penulis mengikuti pendidikan formal, adalah penulis pernah terpilih sebagi lulusan terbaik dari Fakultas Peternakan-IPB pada acara wisuda bulan Juli tahun 1984.


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena Rakhmat dan HidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Kompetensi Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam mempersiapkan penulisan ini, begitu banyak piha k yang telah membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan utama kepada Bapak DR. Ir. Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak DR. Ir. Bayu Krisnamurthi selaku anggota komisi yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu serta memberikan pengetahuan dalam membimbing penulis yang selanjutnya penulis gunakan sebagai pedoman dalam penulisan tesis ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada semua pihak atas dorongan, doa dan berbagai sumbang saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini, khususnya kepada:

1. Suamiku tercinta Nurcahyo Adi dan anakku tersayang Kukuh Adi Danisworo yang selalu berdoa untuk penulis dan merelakan waktu kebersamaan yang seharusnya kita lewati bersama demi memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersiapkan dan menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

2. Ibuku tersayang Hj. Maria TB Boerhan dan Hj. Siti Wahyoedi Soeriodidjojo serta semua saudara ku.


(8)

ii

3. Adikku tercinta Fina dan Drs. Helmi serta keponakanku Dea, Ajeng dan Abang Daffa yang selalu berdoa, memberi semangat dan menemani penulis selama penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Teman-temanku terbaik , Ir.Triastuti Andajani, Ms., Ir. Mursyid Ma’sum, MAgr., DR.Pitoyo Budiono, Ms. , Ir. Syafrudin, Ms., Ir. Herawati, Ms., DR. Zaim Uchrowi, MSc., Drs. Bagus Ponco, Msi., Ir. Arum yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini, tanpa kalian semua rasanya tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu di Direktorat Perbibitan-Direktorat Jenderal Peternakan, khususnya Bapak Direktur Perbibitan, Bapak Prof. DR. Kusumo Diwyanto dan Bapak Kasubdit Ternak Bibit Ruminansia, Bapak DR. Riwantoro yang telah memberi kesempatan dan berbagai fasilitasi selama penulis mempersiapkan dan menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Ir. Hj. Ijan, MM. , Ir. Wawan Haryono, MM., Ir. Herlina , MM., dan

Bapak-Ibu di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan yang telah memberikan berbagai fasilitas kepada penulis mulai dari mempersiapkan rencana penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dilapangan

7. Bapak dan Ibu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Penyuluhan, UPTD Penyuluhan dan Kesehatan Hewan, Bapak dan Ibu Penyuluh Pertanian, Bapak dan Ibu Kontak Tani, Pengurus Kelompok dan anggota kelompok tani se kabupaten Bogor yang telah membantu penulis dalam


(9)

iii

mela kukan pengumpulan data di lapangan dan telah menyediakan waktunya yang berharga bagi penulis untuk berdiskusi dan memberikan informasi yang sangat berharga kepada penulis

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada kesempatan ini, atas semua bantuan yang telah diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik kearah perbaikan sangat diharapkan dalam rangka memberikan masukan perbaikan pada tesis ini.

Bogor, Juli 2006


(10)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI . ……… iv

DATAR TABEL... xi

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang... ………. 1

Rumusan Masalah………... 10

Tujuan Penelitian……… 12

Kegunaan Penelitian……….. 13

Definisi Istilah………. 14

TINJAUAN PUSTAKA ………... 19

Penyuluhan dan Penyuluh ……….. 19

Karakteristik Penyuluh…..……….. 25

Umur ……… 25

Pendidikan Formal ………..………. 26

Macam Institusi Pendidikan Formal ………...……….. 26

Bidang Keahlian ... 27

Pendidikan Non-Formal……… 27

Pengalaman Menyuluh ……… 28

Pengalaman Usaha …….……… 29

Konsumsi Media ……… 30

Kekosmopolitan ……… 31

Pendapatan ……….……… 32

Motivasi ……… 32

Dukungan Organisasi ... ……… 33

Kompetensi ……… 34

PengertianKompetensi ………. 34

Unsur-Unsur Kompetensi ……..……….. 38


(11)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT adalah benar karya tulis saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2006

Fini Murfiani P.015014021


(13)

RINGKASAN

FINI MURFIAN I. Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh: AMRI JAHI dan BAYU KRISNAMURTHI.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertania n yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik. Kompetensi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh ya itu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) macam institusi pendidikan formal, (4) bidang keahlian, (5) pendidikan non formal, (6) pengalaman menyuluh, (7) pengalaman usaha, (8) konsumsi media, (9) kekosmopolitan, (10) pendapatan, (11) motivasi dan (12) dukungan organisasi.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan distribusi penyuluh pada sejumlah karakteristik yang diamati, (2) mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (3) me nentukan derajat hubungan antara karakteristik para penyuluh dengan kompetensi mereka dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang penyuluh ditentukan dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan dari akhir bulan Februari sanpai dengan awal bulan April 2006. Data dianalisis untuk menentukan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan korelasi rank Kendall tau_b dan konkordansi Kendall W.

Hasil penelitian menunjukkan penyuluh rata-rata berumur 47 tahun, pendidikan formal SLTA dan D3, pendidikan dari instansi negeri, bidang keahlian pertanian tanaman pangan, mengikuti pendidikan nonformal 74 hari, pengalaman menyuluh 21 tahun, banyak pengalaman usaha, banyak mengkonsumsi media, kosmopolit tinggi, pendapatan Rp. 2.719.638 per bulan, bermotivasi tinggi, dan menyatakan mendapat dukungan organisasi cukup tinggi. Kompetensi penyuluh terdiri dari kompetensi umum yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis jabatan fungsional penyuluh pertanian, yaitu: (1) merencanakan program penyuluhan pertanian, (2) melaksanakan program penyuluhan pertanian, (3) mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, (4) mengevaluasi program penyuluhan pertanian dan (5) menge mbangkan profesi penyuluh pertanian. Kompetansi khusus yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu pengelolaan dan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian, yaitu: (1) membantu merencanakan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian, (2) membantu mengakses dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian, (3) membantu memantau pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan (4) membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa. Kompetensi penyuluh dalam bidang pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian masih terbatas. Hal tersebut ditunjukkan dengan bentuk kesepakatan dalam penjenjang bidang kompetensi, kompetensi khusus berada pada jenjang yang lebih rendah dari pada kompetensi umum. Penyuluh menganggap bidang kompetensi khusus bukan merupakan hal yang penting. Karakteristik penyuluh berhubungan nyata dalam hal urutan penjenjangan kompetensi yang harus dimiliki, kecuali pada karakteristik konsumsi media pada unsur pengetahuan.


(14)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN

MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN

DI KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT

Fini Murfiani

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Magister Sains

Pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Judul Tesis : Kompetensi Penyuluh Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil Di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama mahasiswa : Fini Murfiani

Nomor Pokok. : P. 015014021

Program Studi : Ilmu P enyuluhan Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Bayu Krisnamurthi

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

DR. Ir. Amri Jahi, MSc. DR. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1961 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhad dan Ibu Maria TB. Boerhan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Kebon Manggis II, Jakarta dan lulus pada tahun 1973, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri III Jakarta , lulus pada tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta , lulus pada tahun 1980. Selanjutnya penulis mengikuti pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor dan memilih Fakultas Peternakan, melalui jalur Proyek Perintis II (PP II) yang merupakan jalur penelusuran minat dan bakat pada masa itu dan lulus pada tahun 1984.

Penulis pertama kali bekerja di Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian (DitJenNak-DepTan) pada tahun 1985-1987. Selanjutnya penulis bekerja di Dinas Peternakan Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1992. Selama kurun waktu 1992-1994 penulis tidak aktif bekerja karena mengikuti suami yang melanjutkan sekolah ke Colorado, Amerika Serikat. Setelah itu penulis kembali bekerja di DitJen Peternakan, Jakarta mulai tahun 1997 sampai dengan saat ini. Pada tahun 2002 penulis mengikuti Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB dan memilih Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

Satu kenangan indah selama penulis mengikuti pendidikan formal, adalah penulis pernah terpilih sebagi lulusan terbaik dari Fakultas Peternakan-IPB pada acara wisuda bulan Juli tahun 1984.


(17)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena Rakhmat dan HidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Kompetensi Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam mempersiapkan penulisan ini, begitu banyak piha k yang telah membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan utama kepada Bapak DR. Ir. Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak DR. Ir. Bayu Krisnamurthi selaku anggota komisi yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu serta memberikan pengetahuan dalam membimbing penulis yang selanjutnya penulis gunakan sebagai pedoman dalam penulisan tesis ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada semua pihak atas dorongan, doa dan berbagai sumbang saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini, khususnya kepada:

1. Suamiku tercinta Nurcahyo Adi dan anakku tersayang Kukuh Adi Danisworo yang selalu berdoa untuk penulis dan merelakan waktu kebersamaan yang seharusnya kita lewati bersama demi memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersiapkan dan menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

2. Ibuku tersayang Hj. Maria TB Boerhan dan Hj. Siti Wahyoedi Soeriodidjojo serta semua saudara ku.


(18)

ii

3. Adikku tercinta Fina dan Drs. Helmi serta keponakanku Dea, Ajeng dan Abang Daffa yang selalu berdoa, memberi semangat dan menemani penulis selama penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Teman-temanku terbaik , Ir.Triastuti Andajani, Ms., Ir. Mursyid Ma’sum, MAgr., DR.Pitoyo Budiono, Ms. , Ir. Syafrudin, Ms., Ir. Herawati, Ms., DR. Zaim Uchrowi, MSc., Drs. Bagus Ponco, Msi., Ir. Arum yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini, tanpa kalian semua rasanya tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu di Direktorat Perbibitan-Direktorat Jenderal Peternakan, khususnya Bapak Direktur Perbibitan, Bapak Prof. DR. Kusumo Diwyanto dan Bapak Kasubdit Ternak Bibit Ruminansia, Bapak DR. Riwantoro yang telah memberi kesempatan dan berbagai fasilitasi selama penulis mempersiapkan dan menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Ir. Hj. Ijan, MM. , Ir. Wawan Haryono, MM., Ir. Herlina , MM., dan

Bapak-Ibu di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan yang telah memberikan berbagai fasilitas kepada penulis mulai dari mempersiapkan rencana penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dilapangan

7. Bapak dan Ibu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Penyuluhan, UPTD Penyuluhan dan Kesehatan Hewan, Bapak dan Ibu Penyuluh Pertanian, Bapak dan Ibu Kontak Tani, Pengurus Kelompok dan anggota kelompok tani se kabupaten Bogor yang telah membantu penulis dalam


(19)

iii

mela kukan pengumpulan data di lapangan dan telah menyediakan waktunya yang berharga bagi penulis untuk berdiskusi dan memberikan informasi yang sangat berharga kepada penulis

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada kesempatan ini, atas semua bantuan yang telah diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik kearah perbaikan sangat diharapkan dalam rangka memberikan masukan perbaikan pada tesis ini.

Bogor, Juli 2006


(20)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI . ……… iv

DATAR TABEL... xi

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang... ………. 1

Rumusan Masalah………... 10

Tujuan Penelitian……… 12

Kegunaan Penelitian……….. 13

Definisi Istilah………. 14

TINJAUAN PUSTAKA ………... 19

Penyuluhan dan Penyuluh ……….. 19

Karakteristik Penyuluh…..……….. 25

Umur ……… 25

Pendidikan Formal ………..………. 26

Macam Institusi Pendidikan Formal ………...……….. 26

Bidang Keahlian ... 27

Pendidikan Non-Formal……… 27

Pengalaman Menyuluh ……… 28

Pengalaman Usaha …….……… 29

Konsumsi Media ……… 30

Kekosmopolitan ……… 31

Pendapatan ……….……… 32

Motivasi ……… 32

Dukungan Organisasi ... ……… 33

Kompetensi ……… 34

PengertianKompetensi ………. 34

Unsur-Unsur Kompetensi ……..……….. 38


(21)

v

Kompetensi yang Perlu Dikuasai Penyuluh Pertanian Dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil Di Bidang Pertanian ………….. 48

Kom petensi Umum………... 53

Merencanakan Program Penyuluhan Pertanian ………. 53

Melaksanakan Program Penyuluhan Pertanian ……… 55

Mengembangkan Swadaya dan Swakarsa Petani ………….. 57

Mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian ……… 60

Mengembangkan Profesi Penyuluh Pertanian ……… 61

Kompetensi Khusus ………. 62

Membantu Merencanakan Pengembangan Modal ………… 62

Membantu Mengakses dan Mengembangkan Modal ……... 64

Membantu Memantau Pengembangan Modal ……….. 66

Membantu Memfasilitasi Pembentukan Lembaga Keuangan Tingkat Desa ..……… 68

Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensi Penyuluh … 70 Hubungan Umur dengan Kompetensi ……… 70

Hubungan Pendidikan For mal dengan Kompetensi ………. 70

Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan Kompetensi... 70

Hubungan Bidang Keahlian dengan Kompetensi... 71

Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Kompetensi ………. 71

Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Kompete nsi ……….. 71

Hubungan Pengalaman Usaha dengan Kompetensi... .……… 72

Hubungan Konsumsi Media dengan Kompetensi... 73

Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi ……… 73

Hubungan Pendapatan dengan Kompetensi……….. 74

Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ……… 74

Hubungan Dukungan Organisasi dengan Kompetensi... 75

METODOLOGI PENELITIAN ……… 77

Populasi dan Sampel ……… 77

Populasi ……… 77


(22)

vi

Rancangan Penelitian ……… 78

Data dan Instrumentasi ……… 79

Data ……… 79

Instrumentasi ……… 79

Validitas Instrumen ……… 81 Realibilitas Instrumen ……… 82

Pengumpulan data ……… 83

Analisis Data ……… 83

HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 84

Pendahuluan……… 84

Distribusi pada Sejumlah Karakteristik Penyuluh yang diamati... 84 Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur... 85 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal... 86 Distribusi Penyuluh berdasarkan Macam Institusi Pendidikan

Formal... 86 Distribusi Penyuluh berdasarkan Bidang Keahlian... 87 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Non-Formal... 88 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pengalaman Menyuluh... 89 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pengalaman Usaha... 90 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kosumsi Media... 91 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan... 92 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendapatan... 93 Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi... 94 Distribusi Penyuluh berdasarkan Dukungan Organisasi... 95 Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di

Bidang Pertanian... 96 Pengetahuan Penyuluh tentang Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 98 Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 100 Sikap Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di


(23)

vii

Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 105 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 106 Hubungan Pendidikan Formal dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 108 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 110 Hubungan Bidang Keahlian dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 112 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 114 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 117 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 119 Hubungan Kosumsi Media dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 122 Hubungan Kekosmopolitan dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 124 Hubungan Pendapatan dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 127 Hubungan Motivasi dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 129 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Pengetahuan Penyuluh


(24)

viii

Hubungan Karakteristik dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 134 Hubungan Umur dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 134 Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 137 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 139 Hubungan Bidang Keahlian dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 141 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 143 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 146 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 148 Hubungan Kosumsi Media dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 151 Hubungan Kekosmopolitan dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 153 Hubungan Pendapatan dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 156 Hubungan Motivasi dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 158 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian...

160

Hubungan Karakteristik dengan Sikap Penyuluh dalam


(25)

ix

Hubunga n Umur dengan Sikap Penyuluh dalam Pengembangan

Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 163 Hubungan Pendidikan Formal dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 166 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan Sikap

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 168 Hubungan Bidang Keahlian dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 170 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 172 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Sikap Penyuluh

da lam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 174 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 177 Hubungan Kosumsi Media dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Moda l Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 179 Hubungan Kekosmopolitan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 182 Hubungan Pendapatan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 184 Hubungan Motivasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 187 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Perta nian... 189 Pembahasan... 192 Karakteristik Penyuluh... 192 Kompetensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 202 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh dalam


(26)

x

KESIMPULAN DAN SARAN... 216 Kesimpulan... 216 Saran... 218

DAFTAR PUSTAKA ………... 220

LAMPIRAN 227

Lampiran I. Kuesioner 228

Lampiran II. Peta Lokasi Penelitian 270


(27)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Hal

1. Rincian Pengambilan Sampel... 78 2. Variabel, Indikator dan Pengukuran Penelitian... 80 3. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Umur... 85 4. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendidikan Formal... 86 5. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Macam Institusi Pendidikan

Formal... 87 6. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Bidang Keahlian... 88 7. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendidikan Non-Formal... 89 8. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pengalaman Menyuluh... 90 9. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pengalaman Usaha... 91 10. Distribusi Penyuluh Berdasarkan Konsumsi Media... 92 11 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Kekosmopolitan... 93 12 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Pendapatan... 94 13 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Motivasi... 95 14 Distribusi Penyuluh Berdasarkan Dukungan Organisasi... 96 15 Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 99 16 Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 102 17 Sikap Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di

Bidang Pertanian... 104 18 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 106 19 Hubungan Pendidikan Formal dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 109 20 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Pengetahuan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha


(28)

xii

21 Hubungan Bidang Keahlian dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 113 22 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 115 23 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Pengetahuan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 118 24 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian.... 120 25 Hubungan Konsumsi Media dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian.... 123 26 Hubungan Kekosmopolitan dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 125 27 Hubungan Pendapatan dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 128 28 Hubungan Motivasi dengan Pengetahuan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 130 29 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Pengetahuan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 133 30 Hubungan Umur dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 135 31 Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 137 32 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan

Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha

Kecil di Bidang Pertanian... 139 33 Hubungan Bidang Keahlian dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 141 34 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang


(29)

xiii

35 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Keterampilan Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 146 36 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 149 37 Hubungan Konsumsi Media dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 152 38 Hubungan Kekosmopolitan dengan Keterampilan Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 154 39 Hubungan Pendapatan dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 156 40 Hubungan Motivasi dengan Keterampilan Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 159 41 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Keterampilan

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 162 42 Hubungan Umur dengan Sikap Penyuluh dalam Pengembangan

Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 163 43 Hubungan Pendidikan Formal dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 167 44 Hubungan Macam Institusi Pendidikan Formal dengan S ikap

Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang

Pertanian... 169 45 Hubungan Bidang Keahlian dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 171 46 Hubungan Pendidikan Non-Formal dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 173 47 Hubungan Pengalaman Menyuluh dengan Sikap Penyuluh

dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 176 48 Hubungan Pengalaman Usaha dengan Sikap Penyuluh dalam


(30)

xiv

49 Hubungan Konsumsi Media dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 180 50 Hubungan Kekosmopolitan dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 183 51 Hubungan Pendapatan dengan Sikap P enyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 185 52 Hubungan Motivasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 188 53 Hubungan Dukungan Organisasi dengan Sikap Penyuluh dalam

Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian... 190


(31)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) Indonesia 2005 adalah kesadaran, pemahaman sekaligus kebijakan untuk menempatkan kembali arti penting pertanian, perikanan dan kehutanan secara proporsional dan kontekstual. Proporsional dalam kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, sedangkan kontekstual adalah sesuai dengan kondisi masyarakat, globalisasi, modernisasi dan antisipasi perkembangan masa depan. RPPK dapat menjadi acuan untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan masyarakat pada umumnya mengenai arah pengembangan pertanian, perikanan dan kehutanan. (Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Kehutanan, 2005).

Berkaitan dengan revitalisasi di bidang pertanian, Departemen Pertanian telah menyusun strategi dan kebijakan. Dari beberapa kebijakan yang langsung terkait dengan sektor pertanian dan dalam kewenangan atau memerlukan masukan dari Departemen Pertanian salah satunya adalah kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan sumberdaya manusia pertanian. Arah dari kebijakan tersebut adalah untuk: (a) menyusun kebijakan revitalisasi penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan pertanian, (b) peningkatan peran serta masyarakat, (c) peningkatan kompetensi dan moral aparatur pertanian, (d) penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan (e) pengembangan kelembagaan petani. Kebijakan revitalisasi penyuluhan penekanannya adalah pada koordinasi pengembangan penyuluhan, melalui identifikasi status dan kebutuhan kelembagaan penyuluhan pertanian dan koordinasi pengembangan


(32)

2

penyuluhan tingkat pusat dan daerah. Memperhatikan kebijakan revitalisasi penyuluhan tersebut dan sesuai dengan makna revitalisasi dalam RPPK, revitalisasi penyuluhan adalah kesadaran, pemahaman sekaligus kebijakan untuk menempatkan kembali arti penting penyuluhan pertanian secara proporsional dan kontekstual.

Menurut Padmowihardjo (2004:iii dan 2-7) penyuluhan pertanian adalah salah satu bentuk pengembangan sumberdaya manusia pertanian guna mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Adanya perubahan context dan content

pembangunan pertanian akan membawa konsekuensi penataan kembali penyuluhan pertanian. Perubahan context pembangunan pertanian meliputi (1) perubahan pengelolaan pembangunan, (2) kebebasan petani, (3) tuntutan pentingnya kelestarian lingkungan hidup, (4) keputusan Indonesia meratifikasi perjanjian WTO. Sedangkan perubahan content pembangunan pertanian dari yang semula bertujuan untuk meningkatkan produksi, saat ini lebih kearah peningkatan pendapatan sehingga diperlu peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dibangun sistem agribisnis, meliputi sub sistem hulu, on farm, hilir dan jasa penunjang. Lebih lanjut menurut Padmowihardjo (2004:27-35), dengan adanya kedua perubahan tersebut, mengakibatkan sasaran penyuluhan juga berubah, dari yang semula hanya petani, sekarang adalah pelaku agribisnis. Tujuan penyuluhan yang semula mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan bermasyarakat lebih baik, sekarang tujuannya adalah menghasilkan manusia pembelajar, penemu ilmu dan teknologi, pengusaha agribisnis, pemimpin di masya rakatnya dan bersifat mandiri. Kemandirian yang


(33)

3

meliputi kemandirian material, intelektual dan pembinaan. Citra penyuluhan pertanian yang sebelumnya sebagai proses transfer teknologi menjadi proses pemberdayaan dan pembelajaran. Sedangkan prinsip paling menonjol dalam pelaksanaan penyuluhan agribisnis adalah prinsip egaliter.

Sesuai dengan makna otonomi daerah, yang pada intinya mengatur kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam upaya mendekatkan pelayanan pemerintah pada masyarakat, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilimpahkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan surat keputusan Menteri Dala m Negeri Nomor 130 Tahun 2002. Menurut Padmowihardjo (2004:45-55) saat ini 94% pemerintah kabupaten/kota memiliki kelembagaan penyuluhan pertanian dalam bentuk Badan/Kantor/Balai/Sub-Dinas/Seksi/UPTD(Unit Pelaksana Teknis Daerah)/ Kelompok Penyuluh Pertanian. Sedangkan sisanya (6%) bentuk kelembagaannya tidak jelas. Beragamnya bentuk kelembagaan penyuluhan pertanian di daerah mencerminkan beragamnya persepsi pemerintah daerah tentang penyuluhan pertanian, yang akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas penyuluhan pertanian untuk mendukung keberhasilan program pembangunan, khususnya sektor pertanian di daerah tersebut. Data sampai dengan Juli 2003, jumlah penyuluh pertanian yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 33.659 orang ditambah 1.700 orang yang berstatus honorer. Mereka tersebar secara tidak merata pada lembaga penyuluhan pertanian di daerah. Dibeberapa kabupaten/kota keberadaan jabatan fungsional penyuluh pertanian tidak diakui, tunjangan jabatan tidak dibayarkan seperti yang seharusnya, pola kariernya tidak jelas, kenaikan pangkat sering terlambat, kesempatan mengikuti pelatihan sangat kurang karena pemerintah


(34)

4

daerah tidak menyediakan biaya pelatihan, penyusunan program dan programa penyuluhan pertanian tidak dilakukan sehingga operasional penyelenggaraan penyuluha n pertanian menjadi tidak jelas. Kegiatan masih dilakukan secara sektoral dan dalam nuansa keproyekan, sehingga sulit menjamin keterpaduan dan keberlanjutan. Penyediaan sarana penyuluhan sangat terbatas, bahkan tidak ada sama sekali. Selain masalah tersebut, masalah inovasi yang berasal dari hasil penelitian juga belum mampu memecahkan masalah petani dalam mengembangkan sistem dan usaha agribisnis. Masalah lain adalah belum ada kerjasama yang baik antara peneliti dan penyuluh, peneliti masih menganggap penyuluh adalah inferior mereka. Kondisi tersebut menyebabkan para penyuluh pertanian frustasi dan berpenga ruh terhadap kinerja mereka.

Saragih (2004:2-4) menyatakan bahwa ada empat perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) globalisasi dan dampaknya, antara lain perkembangan teknologi yang menjadi lebih mudah diakses dan liberalisasi perdagangan yang menawarkan peluang ekonomi, (2) otonomi daerah, yang intinya mengatur kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah daerah, terutama kabupaten/kota diharapkan dapat lebih cermat dan tajam dalam mengidentifikasi harapan, asprasi, masalah, kebutuhan dan potensi masyarakat setempat, dalam kasus ini adalah petani, agar pemerintah dapat merumuskan dan melaksanakan dengan baik pelayanan yang harus diberikan, (3) kebijakan pembangunan pertanian yang menekankan pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, berimplikasi bila sebelumnya fokus hanya pada o n-farm agribisnis, saat ini harus lebih cermat melihat interdependensi


(35)

5

antara agribisnis hulu, o n-farm, agr ibisnis hilir dan penyedia jasa, (4) kondisi petani yang berbeda dengan kondisi sebelumnya, mereka saat ini sudah menguasai teknologi budidaya yang menguntungkan, sebagian dari mereka sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya, sudah lebih mengetahui hak politik dan ekonomi. Implikasi dari keempat perubahan lingkungan strategis tersebut penyuluh pertanian: (1) harus dapat menyerap teknologi dan informasi yang dibutuhkan sebagai materi penyuluhan yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh petani, (2) harus dapat memfasilitasi proses belajar petani untuk dapat memberdayakan petani untuk mampu berbisnis dengan efisien. Penyuluh harus menguasai kompetensi yang menyangkut aspek ekonomi usaha petani, (3) sebagai aparat pemerintah daerah, dituntut untuk memiliki kompetensi dalam melakukan identifikasi masalah, melakukan analisis masalah dan potensi serta menyusun kegiatan pelayanan yang prima dan efisien, (4) dituntut untuk dapat membangun kerjasama antara pelaku agribisnis dengan prinsip keterbukaan, saling ketergantungan dan saling menguntungkan.

Apapun paradigma yang melatar belakangi penyuluhan pertanian, unsur-unsur yang membangun kegiatan penyuluhan relatif sama. Unsur-unsur-unsur tersebut merupakan komponen yang selalu ada dalam proses penyuluhan, antara lain: (1) manusia, yang terdiri dari petugas penyuluh dan petani serta keluarganya; (2) materi dan metoda penyuluhan; (3) sarana dan prasarana; (4) kelembagaan penyuluhan dan (5) pembiayaan. Pada umumnya penyuluh pertanian yang ada saat ini berasal dari dari penyuluh yang dipersiapkan untuk melaksanakan pembangunan pertanian di bidang produksi, terutama produksi pangan sebagai


(36)

6

realisasi dari revolusi hijau di Indonesia, sehingga mereka hanya memiliki kompetensi di bidang budidaya pertanian atau usaha tani on farm (Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2001:3-4).

Dengan adanya perubahan contex dan content, termasuk perubahan lingkungan strategis yang terjadi di bidang pertanian, saat ini kegiatan bertani juga mengalami perubahan dari yang semula sebagai cara hidup menjadi suatu kegiatan usaha/bisnis. Usaha atau bisnis yang dilakukan oleh petani merupakan kegiatan ekonomi rakyat. Sesuai dengan pernyataan Krisnamurthi (2002:2) bahwa yang dimaksud dengan ekonomi rakyat adalah adalah kegiatan ekonomi rakyat banyak, yang jika dikaitkan dengan kegiatan pertanian adalah kegiatan ekonomi petani, peternak atau nelayan kecil, petani gurem , petani tanpa tanah dan sejenisnya . Bukan perkebunan atau peternak besar dan sejenisnya. Menurut Suparta (2004:29) sekecil apapun usaha petani, petani adalah adalah pengusaha, untuk itu petani harus memiliki kemampuan bisnis untuk mampu merencanakan dan mengelola usahanya. Berkaitan dengan hal tersebut, penyuluh pertanian saat ini dihadapkan pada petani pengusaha yang sebagian besar sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya, dilain pihak diduga penyuluh pertanian yang ada saat ini belum memiliki kompetensi yang memadai dalam aspek tersebut.

Pengembangan usaha kecil, termasuk usaha kecil di bidang pertanian, erat kaitannya dengan penyediaan modal usaha yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usaha. Tanpa modal yang memadai akan sulit untuk mempertahankan atau mengembangkan suatu usaha. Menurut Primahendra (2001:1-2), Marbun (2002:8-14), Ismawan (2000:130-131), Soentoro dan Syukur (2002:1), salah satu


(37)

7

ciri dari usaha kecil, yang dilakukan oleh masyarakat miskin dipedesaan adalah lemahnya permodalan. Persoalan kebutuhan tambahan modal dan akses terhadap kredit seba gai sumber modal dari luar pada usaha kecil menjadi salah satu kendala saat ini. Kendala ini disebabkan oleh tidak sinkronnya pandangan dari sisi pelaku usaha kecil dengan lembaga keuanga n formal. Bagi pelaku usaha kecil, lembaga keuangan formal memiliki persyaratan dan prosedur yang hampir tidak mungkin dipenuhi. Sementara bagi lembaga keuangan formal, usaha kecil masih dianggap sebagai usaha yang penuh resiko. Hal ini membatasi ruang ge rak usaha kecil. Keterbatasan modal dan belum ekonomisnya skala usaha kecil, menyebabkan banyak usaha kecil sulit untuk mengakumulasi modal, sehingga sulit untuk meningkatkan atau mengembangkan usahanya. Untuk itu harus ada pihak yang mampu menjembatani kesenjangan ini, penyuluh sebagai fasilitator atau pendamping petani diharapkan mampu berperan dalam membantu mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber permodalan alternatif selain lembaga keuangan formal atau bank, dan memandu petani untuk dapat mengakses sumber modal tersebut. Lebih jauh lagi penyuluh diharapkan mampu berperan dalam membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa yang paling sederhana, misalnya dalam bentuk usaha simpan pinjam kelompok dan koperasi untuk dapat memenuhi kebutuhan modal para petani.

Penyuluh pertanian mempunyai peran memfasilitasi petani dalam mengembangkan perilaku, tindakan serta mengupayakan berjalannya proses perencanaan, pengelolaan dan pengembangan usaha petani (Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2001:15). Menurut Leagans (dalam Puspadi, 2003:115) penyuluh pertanian berperan dalam memfasilitasi petani


(38)

8

dalam kegiatatan belajar, yag tidak saja dalam kegiatan pendidikan dan menjamin adopsi inovasi baru, tetapi juga mengubah pandangan petani dan mendorong inisiatif mereka untuk memperbaiki usaha taninya. Untuk itulah penyuluh sebagai pendamping petani selain perlu menguasai aspek teknis pertanian juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam pengembangan modal usaha tani, karena setiap usaha, apapun skalanya, selalu memerlukan modal.

Menurut Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian (2001:4) kompetensi seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaan dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Ketiga faktor tersebut melekat dalam diri seseorang dan merupakan peubah yang dapat mempengaruhi kompetensinya dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengetahuan yang harus dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugasnya adalah pengetahuan yang mutlak harus dikuasai agar dapat melaksanakan pekerjaan dan pengetahuan yang erat hubungannya dengan pekerjaan tetapi tidak langsung digunakan. Penyuluh pertanian sebagai fasilitator/pemandu idealnya harus memiliki kompetensi yang memadai baik pada aspek teknis pertanian maupun aspek ekonomi usaha petani dalam memberikan pelayanan pendampingan kepada petani sebagai klien mereka. Kompetensi seseorang merupakan hasil dari proses belajar yang dialaminya, menurut Padmowihardjo (1999:22dan30) proses belajar dipengaruhi oleh faktor -faktor psikologis individu dan lingkungan. Faktor psikologis tersebut perlu diketahui agar dapat dipergunakan untuk menimbulkan situasi belajar yang efektif.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dijabarkan dala m (1) kompetensi umum, yang merupakan kemampuan


(39)

9

yang harus dimiliki oleh penyuluh yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada petani, (2) kompetensi khusus yaitu kemampuan teknis manajerial yang harus dimiliki penyuluh yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh yang merupakan faktor psikologisnya. Karakteristik penyuluh yang diduga berpengaruh adalah umur, pendidikan formal, macam institusi pendidikan formal, bidang keahlian, pendidikan non formal, pengalaman menyuluh, pengalaman usaha, konsumsi media, kekosmopolitan, pendapatan, motivasi dan dukungan organisasi. Sesuai dengan bidang ilmu peneliti yaitu penyuluhan pembangunan, penelitian ini akan dibatasi pada aspek penyuluhan atau pendampingan pada masyarka t tani, lebih khusus lagi mencoba menelaah kompetensi penyuluh dalam mengembangkan modal usaha kecil dan hubungannya dengan karakteristik mereka.


(40)

10

Rumusan Masalah

Tantangan terhadap RPPK perlu ditindak lanjuti dengan kebijakan strategis di bidang pertanian, termasuk kebijakan revitalisasi penyuluhan yang pada intinya adalah kebutuhan akan kesesuaian penyuluhan dengan perkembangan petani sebagai kliennya. Perubahan kondisi petani yang berbeda dengan kondisi sebelumnya, mereka saat ini sudah menguasai teknologi budidaya yang menguntungkan dan sudah menyadari pentingnya menguasai aspek ekonomi untuk pengembangan usahanya.

Pengembangan usaha kecil, termasuk usaha kecil di bidang pertanian telah diakui banyak pihak erat kaitannya dengan penyediaan dana sebagai modal usaha. Ismawan (2000:130-131) menyatakan salah satu ciri umum yang melekat pada perekonomian rakyat adalah lemahnya permodalan, sehingga ruang gerak perekonomian rakyat terbatas, sementara sumber dana dari luar yang diharapkan dapat mengatasi kekurangan modal tersebut tidak mudah diperoleh. Penyaluran kredit perbankan kepada rakyat kecil sering mengalami kendala, baik dari pihak perbankan maupun nasabah sendiri. Untuk menjawab kendala tersebut, saat ini baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat sudah mulai mengembangkan berbagai program penguatan usaha ekonomi masyarkat, melalui penyaluran pinjaman bantuan modal baik langsung maupun bekerjasama dengan lembaga keuangan atau perbankan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan di lapangan, peran penyuluh sebagai tenaga pendamping masyarakat, khususnya masyarakat petani sangat diperlukan.


(41)

11

Penyuluh pertanian yang ada saat ini sebagian besar berasal dari dari penyuluh yang dipersiapkan untuk melaksanakan pembangunan pertanian di bidang produksi, khususnya pangan sebagai realisasi dari revolusi hijau di Indonesia. Kompetensi mereka terbatas hanya di bidang budidaya pertanian. Berdasarkan berbagai kemajuan serta perkembangan di bidang pertanian dan membandingkan kondisi penyuluh pertanian yang ada pada saat ini, perlu ada kesesuaian, penyuluh dituntut untuk lebih progresif/berpikiran sangat maju sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan menjawab tuntutan kebutuhan petani sebagai kliennya. Penyuluh dituntut memiliki kompetensi yang memadai di bidang teknis dan non teknis pertanian, termasuk dalam hal pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian.

Kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penyuluh, seperti umur, pendidikan formal, macam institusi pendidikan formal, bidang keahlian, pendidikan non formal, pengalaman menyuluh, pengalaman usaha, konsumsi media, kekosmopolitan, pendapatan, motivasi dan dukungan organisasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dijawab pada penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana distribusi karakteristik penyuluh pada sejumlah karakteristik terpilih yang diamati?

2. Apa persepsi penyuluh tentang kompetensi yang perlu mereka kuasai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian?

3. Seberapa jauh hubungan antara karakteristik penyuluh dengan kompetensinya dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian?


(42)

12

Tujuan Penelitian

Belum adanya standar atau acuan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian dan mengacu pada uraian masalah penelitian, bahwa kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian berhubungan dengan karakteristik penyuluh itu sendiri, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan distribusi karakteristik penyuluh pada sejumlah karakteristik terpilih yang diamati

2. Mengidentifikasi persepsi penyuluh tentang kompetensi yang perlu mereka kuasai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

3. Menentukan derajat hubungan antara karakteristik penyuluh dengan kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian


(43)

13

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mempersiapkan penyuluh yang memiliki kompetensi memadai dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian.

Berbagai pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini adalah :

1. Pemerintah atau Penentu Kebijakan baik di Pusat maupun Daerah : sebagai masukan bahwa perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi penyuluh baik yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian, maupun yang berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/fasilitator dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian. Untuk itu perlu adanya kebijakan tentang arah pengembangan penyuluhan pertanian, termasuk pengembangan kelembagaan penyuluhan yang memadai sebagai wadah organisasi yang dapat mengakomodir kepentingan para penyuluh

2. Lembaga Pendidikan Penyuluhan di Bidang Pertanian: sebagai gambaran dan masukan dalam mengembangkan kur ikulum pembelajaran bagi para penyuluh, sebaiknya berorientasi pada Competency Based Training (CBT), dimana tidak hanya menekankan pada aspek teknis pertanian saja, tetapi juga pada aspek ekonomi usaha pertanian.


(44)

14

Definisi Istilah

Penelitian ini diarahkan untuk menentukan derajat hubungan antara kompetensi penyuluh pertanian yang diidentifikasi se bagai variabel terikat dengan karakteristik penyuluh pertanian yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas. Definisi istilah diperlukan untuk memberikan batasan konsep terhadap lingkup variabel yang diteliti.

I. Karakteristik terpilih penyuluh pertanian adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada pada diri penyuluh dan organisasi tempat penyuluh bekerja, masing-masing karakteristik didefinisikansebagai berikut:

1. Umur yaitu umur penyuluh yang dihitung dalam satuan tahun sejak lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut umur dibagi dalam tiga katagori yaitu kelompok umur muda, sedang dan tua. 2. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal terakhir penyuluh

yang telah diselesaikan dengan memperoleh ijazah pada saat penelitian dilaksanakan. Berdasarkan hal itu pendidikan formal dibagi berdasarkan jenjang sekolah lanjutan tingkat atas sampai dengan diploma dan sarjana sampai dengan pasca sarjana .

3. Macam institusi pendidikan formal adalah macam institusi tempat penyuluh memperoleh kelulusan dari pendidikan formal terakhirnya. Dikatagorikan dalam institusi milik pemerintah/negeri dan swasta .

4. Bidang keahlian adalah keahlian yang dimiliki oleh penyuluh di bidang pertanian dalam arti luas. Dikata gorikan dalam bidang keahlian pertanian tanaman pangan dan bidang keahlian lainnya, yaitu peternakan, perikanan dan perkebunan.


(45)

15

5. Pendidik an non-formal adalah lamanya penyuluh mengikuti berbagai pelatihan atau kursus baik yang berkaitan dengan pelatihan penjenjangan, pelatihan teknis pertanian, penyuluhan, manajemen usaha tani dan pelatihan pengembangan modal/keuangan usaha tani. Lamanya mengikuti pelatihan dibagi dalam tiga katagori yaitu jarang, cukup dan sering.

6. Pengalaman menyuluh adalah lamanya penyuluh menjadi penyuluh pertanian dalam tahun, dihitung sejak mulai diangkat sebagai tenaga fungsional penyuluh pertanian sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut pengalaman menyuluh dibagi dalam tiga kata gori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

7. Pengalaman usaha adalah keterlibatan penyuluh dalam melakukan kegiatan atau mengelola usaha, baik dibidang pertanian maupun non-pertanian sampai dengan penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut pengalaman berusaha dibagi dalam tiga kata gori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

8. Konsumsi Media adalah upaya penyuluh dalam mencari dan mendapatkan informasi dari berbagai berbagai media komunikasi. Berdasarkan hal tersebut konsumsi media dibagi dalam tiga katagori yaitu sedikit, cukup dan banyak.

9. Kekosmopolitan adalah keluasan wawasan dan keterbukaan penyuluh terhadap berbagai informasi dari luar dirinya, dihitung dari frekuensi dalam melakukan perjalanan ke luar wilayah kerja, kontak dengan individu/instutusi lain serta konsumsi terhadap sumber informasi


(46)

16

dan jejaring yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut kekosmopolitan dibagi dalam tiga katagori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

10. Pendapatan adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang diperoleh penyuluh dari berbagai sumber seperti gaji bulanan, hasil usaha sampingan atau jumlah uang (dalam rupiah) yang dikeluarkan/dibelanjakan dalam satu bulan. Berdasarkan hal tersebut penda patan dibagi dalam tiga kata gori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

11.Motivasi adalah motivasi dari penyuluh yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri penyuluh pertanian untuk meningkatkan kompetensinya dalam melakukan penyuluhan dan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian. Dalam hal ini dibagi atas tiga kata gori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

12.Dukungan organisasi adalah penilaian dari penyuluh terhadap dukungan dalam bentuk ketersediaan dan kondisi program dan fasilitas kerja, fasiltas pendukung dan fasilitas informasi yang diberikan oleh organisasi tempat para penyuluh bekerja untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut dukungan organisasi dibagi dalam tiga katagori yaitu rendah, cukup dan tinggi.

II. Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha kecil di bidang pertanian adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik, Kompetensi tersebut adalah:

1. Kompetensi umum, berkaitan dengan jabatannya sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian. Dirumuskan berdasarkan Keputusan


(47)

17

Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/KEP/MK.WASPAN/5/1999 tentang jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan angka Kreditnya. Kompetansi umum terdiri dari:

a. Kompetensi dalam merencanakan program penyuluhan pertanian b. Kompetensi dalam melaksanakan program penyuluhan pertanian c. Kompetensi da lam mengembangan swadaya dan swakarsa petani d. Kompetensi dalam mengevaluasi program penyuluhan pertanian e. Kompetensi dalam mengembangkan profesi penyuluh pertanian

2. Kompotensi khusus, berkaitan dengan perannya sebagai pendamping/pemandu dalam membantu mengelola dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian. Dirumuskan berdasarkan refleksi dari berbagai literatur dan dikelompokkan sesuai dengan teori manajemen dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Kompetensi khusus terdiri dari :

a. Kompetensi dalam membantu merencanakan pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

b. Kompetensi dalam memba ntu mengakses dan mengembangkan modal usaha kecil di bidang pertanian

c. Kompetensi dalam memba ntu memantau pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian

d. Kompetensi dalam membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa.


(48)

18

III. Penyuluh Pertanian adalah penyuluh pertanian yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenag dan haksecara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi yang menangani bidang penyuluhan pertanian pada pemerintahan daerah kabupaten Bogor untuk melakukan penyuluhan pertanian.

IV. Usaha Kecil di bidang pertanian adalah usaha tani/usaha agribisnis berskala kecil yang dilakukan oleh petani dan keluarganya dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1000.000.000,00 (satu milyar rupiah).


(49)

19

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan dan Penyuluh

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat diperoleh pembuatan keputusan yang benar (Van den Ban dan Hawkin, 1999:25). Pendapat tersebut sejalan dengan Mardikanto (1993:11-17) yang menyatakan bahwa penyuluhan pertanian pada hakekakatnya adalah suatu proses penyebaran informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud mencakup informasi tentang ilmu dan teknologi inovasi yang bermanfaat, analisis ekonomi dan upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta peraturan atau kebijakan pendukung. Lebih lanjut dikatakan bahwa, penyuluhan juga berorientasi pada perubahan perilaku melalui suatu proses pe ndidikan, karena penyuluhan tidak sekedar menyampaikan hal-hal yang baru, tetapi lebih dari itu, didalam penyuluhan terkandung adanya perubahan sikap dan keterampilan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha taninya, demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat. Pendidikan dalam penyuluhan adalah pendidikan non formal yang penekanan utamanya adalah prinsip pendidikan orang dewasa karena kliennya adalah petani yang sebagian besar adalah orang dewasa.


(50)

20

Bahwa penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan, oleh karenanya yang menjadi dasar dari penyuluhan pertanian adalah teori-teori ilmu pendidikan, khususnya teori dan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Selanjutnya karena penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya, haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para petani, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kelemahannya dan dapat memenuhi sendiri kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus se lalu tergantung pada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya, sesuai dengan yang diinginkan oleh penyuluh, yang akan menyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Penyuluh pertanian yang efektif adalah yang dapat menimbulkan perubahan informasi atau perolehan informasi baru kepada petani, memperbaiki kemampuan atau memberi kemampuan dan kebiasaan baru petani dalam upaya memeperoleh sesuatu yang mereka kehendaki (Slamet:2003:19-21).

Mengenai penyuluhan yang dikaitkan dengan pendidikan, menurut Asngari (2001:7-11), landasan penyuluhan adalah prinsip proses mendidik, dalam prosesnya sebagaimana yang disebutkan oleh Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantoro : hing ngarsa sung tulada, hing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Proses pendidikan dimulai dengan memberi teladan, kemudian meningkat menumbuhkan sikap dan keterampilan anak didik untuk proaktif berprakarsa atau mencoba dan akhirnya penyuluh sebagai pendidik berusaha agar anak didik menguasai hal-hal yang dipelajari. Berangkat dari landasan penyuluhan dan prinsip pendidikan dari Ki Hajar Dewantoro, fokus utama yang akan dibahas


(51)

21

lebih lanjut adalah pada prinsip tut wuri handayani, salah satu fungsi dari penyuluhan adalah melakukan pendampingan pada masyarakat yang menjadi kliennya, penyuluh diharapkan dapat lebih berperan sebagai fasilitator atau pendamping masyarakat dalam mengelola modal usaha kecil di bidang pertanian. Proses pendampingan ini sangat penting karena masyarakat yang didampinginya adalah orang-orang dewasa yang telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam berusaha di bidangnya.

Menurut Rogers (dalam Deliveri dan Bina Swadaya, 2000:16), konsep pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang tidak diarahkan, dengan menggunakan prinsip-prinsip penentuan diri sendiri dan penentuan arah sendiri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan therapy yang berpusat pada klien, sebagaimana dilakukan oleh dokter dan psikologi, sehingga mengerahkan kemampuan klien untuk berani menghadapi keadaan hidup secara konstruktif.

Menurut Slamet (2003:60-67) mengingat begitu banyaknya perubahan yang telah dan sedang terjadi di lingkungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, lokalitas, tingkat daerah, regional, nasional dan juga internasional, maka perlu adanya paradigma baru penyuluhan pertanian, paradigma baru tersebut bukan untuk merubah prinsip-prinsip penyuluhan, tetapi diperlukan untuk mampu merespon tantangan yang muncul dari situasi baru tersebut. Konsekuensinya terhadap penyuluh adalah: (1) jasa informasi, penyuluh harus mampu menyiapkan dan menyajikan semua informasi (baik informasi tentang berbagai komoditas pertanian maupun informasi lainnya yang menyangkut pengolahan dan pemasaran) yang dibutuhkan oleh petani dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani, (2) lokalitas, penyuluh dan peneliti pada lembaga


(52)

22

penyuluhan harus mampu meneliti dan menyiapkan materi penyuluhan yang berdasarkan masalah nyata yang sedang dihadapi petani dan mencari pemecahan masalahnya, (3) berorientasi agribisnis, penyuluh harus berorientasi diri kearah agribisnis. Artinya tidak terbatas hanya pada aspek teknologi produksi saja, tetapi jauh lebih luas meliputi aspek ekonomi, teknologi pasca panen, pengolahan, pengemasan, pengawetan, pengangkutan dan pemasaran, (4) pendekatan kelompok, penyuluh harus mampu membina kelompok dan mengembangkan kepemimpinan kelompok agar kelompok tani tumbuh menjadi kelompok yang dinamis, yang merupakan kader dan pimpinan untuk mendukung pembangunan yang bottom up,(5) fokus pada kepentingan petani,penyuluh (baik yang ada di lapangan, maupun di kantoran) harus lebih mendekatkan diri dan menghayati kepentingan petani. Peyuluh pada tingkat lapangan harus diberi otonomi untuk menentukan sendiri bersama kelompok tani program-program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kepentingan petani, (6) pendekatan humanistic-egaliter, penyuluh perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang

berkaitan dengan komunikasi, psikologi dan stratafikasi sosial, (7) profesionalisme, perlu dipersiapkan generasi penyuluh yang professional dan

sub-profesional dan dibangun lembaga pelatihan bagi penyuluh yang tersebar disetiap kabupaten/kota. Materi pelatihan yang harus disiapkan tidak hanya yang mengenai teknologi budidaya pertanian, tetapi mengenai semua aspek agribisnis, analisa dan perencanaan usaha tani, metoda dan teknik penyuluhan, kepemimpinan, pembinaan kelompok dan lain -lain, (8) akuntabilitas, harus diciptakan sistem evaluasi dan akuntabilitas yang dapat dioperasionalkan secara tepat dan akurat, harus ada mekanisme pertanggung jawaban dari setiap jenis


(53)

23

kegiatan penyuluhan. Walaupun hasil penyuluhan tidak selalu terjadi secara langsung, sebab penyuluhan merupakan investasi berjangka yang hasilnya baru akan terlihat beberapa waktu kemudian, namun tetap perlu adanya indikator keberhasilan dalam jangka pendek yang akan digunakan sebaga i pertanggung jawaban kegiatan, (9) memuaskan petani, penyuluh harus disiapkan untuk dapat memberikan yang terbaik kepada petani dengan bekal pendidikan, pelatihan dan keteladanan dan juga fasilitas pendukung yang memadai.

Menurut Padmowihardjo (2004:34) berkaitan denga per ubahan context dan

content pembangunan pertanian, peran penyuluh pertanian juga berubah, dari yang semula dianggap sebagai guru yang mengajarkan ilmu dan teknologi kepada muridnya, yaitu petani, saat ini penyuluh pertanian adalah pemandu yang memandu klienya untuk menemukan ilmu dan teknologi yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri, dalam proses pemanduan ini petani bukan lagi sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar yang melakukan proses belajar. Dalam beberapa literatur, penyuluh juga diidentifikasikan sebagai pendamping dan fasilitator dalam mengembangkan kemampuan masyarakat sebagai kliennya. Mubyarto (1997:v) dalam pendapatnya tentang program peningkatan penanggulangan kemiskinan, dikenal dengan program IDT, selain pemberian modal usaha dan penyelenggaraan kegiatan secara berkelompok, salah satu upaya penting dalam program semacam itu adalah dalam hal pendampingan. Para pendamping diharapkan dapat bertugas membantu kelompok-kelompok masyarakat dalam menyelenggarakan usaha dan pengorganisasian kelompok. Adalah lebih baik bila para pendamping berasal dari masyarakat setempat,


(54)

24

misalnya para anggota masyarakat yang telah lebih maju kehidupannya, atau aparat pemerintah yang ada di daerah tersebut.

Ismawan (2000:19-20) menyatakan dalam mengembangkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat, khususnya bidang keuangan, faktor pendampingan sangat penting dalam upaya memandirikan kelompok yang didampingi. Pendampingan diperlukan karena anggota KSM seringkali terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan terbatas di bidang manajemen, pemasaran, teknologi. Pendamping yang mampu memandirikan KSM adalah pendamping yang memiliki wawasan luas artinya pendamping harus peka terhadap kebutuhan kelompok sehingga kegiatan pendampingan didasarkan pada pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain itu organisasi pendamping sebaiknya didesain sesederhana mungkin dan seharusnya berjalan mengikuti perkembangan kelompok.

Menurut Auvine et al (1977:2-5) penggunaan istilah fasilitator sudah dipakai dalam berbagai cara yang berlainan oleh orang yang berbeda, sementara yang Auvine et al maksudkan dengan istilah fasilitator diartikan sebagai suatu peranan tertentu dalam sebuah kelompok, yang diasosiasikan denga n nilai-nilai tertentu pula. Fasilitator bekerja dengan sangat baik bilamana nilai-nilai tertentu diterima dan dipraktekkan tidak hanya oleh fasilitator, tetapi oleh seluruh kelompok yang difasilitasi. Sebagai fasilitator, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menunjukkan nilai-nilai baik yang dianutnya dalam perilakunya sendiri selain juga membantu perkembangan kelompok yang difasilitasi. Peran penyuluh sebagai fasilitator juga dikemukakan oleh Scarborough et al (1997:3-6) dengan istilah farmer-led extension, tujuan dari konsep ini adalah pemberdayaan petani.


(55)

25

Penyuluh memfasilitasi petani dalam menganalisis mengenai kebutuhan dan prioritasnya, sedangkan peneliti menyediakan berbagai pilihan hasil penelitian yang dapat dilakukan oleh petani. Jadi penyuluhan dan penelitian didasarkan pada kebutuhan petani.

Karakteristik Penyuluh

Karakteristik penyuluh mendasari perilakunya dalam melakukan kegiatan penyuluhan dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian yang akan membantu para petani dalam mengembangkan usaha tani mereka.

Karakteristik penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan formal, macam institusi pendidikan formal, bidang keahlian,

pendidikan non formal, pengalaman menyuluh, pengalaman usaha, konsumsi media, kekosmopolitan, pendapatan, motivasi dan dukungan organisasi.

Umur

Salkind (1985:31-32) menyatakan bahwa secara kronologis umur dapat menjadi petunjuk dalam mengestimasi tingkat perkembangan seseorang. Umur merupakan kriteria yang sering diguna kan dalam pengukuran penampilan/kemampuan seseorang pada suatu level tertentu berdasarkan standard komparatif atau normatif, disampaing kriteria lainnya, seperti jenis kelamin, kelas sosial dan intelegensia. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1999:37) terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan umur, yaitu: (1) mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu dan (2) akumulasi pengalaman dan bentuk proses belajar


(56)

26

yang lain. Jadi walaupun umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

Pendidikan Formal

Inkeles dan Smith (dalam Asngari, 2001:2) menyatakan bahwa pendidikan mengantarkan orang selalu menjadi modern. Salah satu ciri orang modern adalah menempatkan pendidikan formal yang ditunjang pendidikan non formal sebagai suatu yang sangat tinggi nilainya. Sejalan dengan itu Rachbini dalam Iwantono (2002:xvii) mengatakan bahwa pendidikan dengan dukungan teknologi dapat memperce pat proses modernisasi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Saat ini pengetahuan, keterampilan, teknologi dan inovasi dapat diserap dan disebarkan dengan cepat dan mudah melalui pendidikan modern.

Macam Institusi Pendidikan Formal

Menurut Unndang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, keagamaan dan pendidikan khusus. Jenis pendidikan tersebut dapat diselenggarakan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah dan pihak swasta. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Cakupannya adalah program pendidikan diploma, sarjana, magister spesialis dan doktor. Penyelenggara program adalah perguruan tinggi baik negeri atau swasta, pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga non departemen, yang berfungsi meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bagi


(57)

27

pegawai dan calon pegawai negeri dari suatu departemen atau lembaga non departemen dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

Bidang Keahlian

Menurut Singh dan Vijayaragavan (1997:128) penilaian terhadap pendidikan penyulu h sangat penting karena berpengaruh terhadap kemungkinan timbulnya masalah serius dalam melakukan penyuluhan, hal ini terjadi terutama pada Negara-negara bekembang.

Selanjutnya Zakaria (2004:67) menyatakan bahwa, untuk menyusun kurikulum bagi sekolah yang memiliki program studi penyuluhan, sebaiknya menggunakan acuan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Inti dari kedua undang-undang tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan kompetensi (competency based education, competency based training, competency based curriculum) yang memungkinkan para lulusan dapat dengan cepat melakukan pekerjaannya dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Pendidikan Non Formal

Menurut Manullang (1981:82-83) latihan dan pendidikan sesungguhnya tidak sama, tetapi pada intinya keduanya berhubungan dengan pemberian bantuan kepada pegawai, agar mereka dapat berkembang ke tingkat kecerdasan, pengetahua n dan kemampuan yang lebih tinggi. Pendidikan yang biasanya dikaitkan dengan pendidikan formal, bersifat lebih teoritis daripada praktis, sedangkan latihan yang biasanya dikaitkan dengan pendidikan non formal, lebih


(58)

28

bersifat penerapan segera daripada pengetahuan dan keahlian, sehingga latihan bersifat praktis. Para pegawai akan berkembang lebih cepat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien, bila mereka sebelum bekerja menerima latihan terlebih dahulu dibawah pengawasan seorang instruktur ahli. Mardikanto(1993:51) menyatakan bahwa selaras dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan inovasi yang akan disebarluaskan kepada masyarakat sasarannya, penyuluh harus mempersiapkan diri untuk selalu mau belajar secara terus menerus dan berkelanjutan.

Berkaitan dengan penyusunan materi pelatihan, Rose (dalam Departemen Pertanian, 2001:20) menyatakan dalam perencanaan evaluasi suatu pelatihan diperlukan adanya uraian kompetensi kerja yang akan diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di tempat kerjanya. Uraian pekerjaan tersebut sebaiknya dapat (1) mengidentifikasikan jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat ini dan pada waktu mendatang, (2) menunjukkan kaitan yang jelas antara pengetahuan yang diperlukan untuk membentuk performansi yang baik. Sehingga materi pelatihan cukup rinci dalam menyediakan bimbingan dan dapat dirancang sedemikian rupa agar mudah menyediakan perubahan yang seharusnya dilaksanakan apabila terjadi perubahan tugas.

Pengalaman Menyuluh

Menurut Spencer dan Spencer (1993:286-287) pendidikan dengan menggunakan pendekatan pengalaman orang dewasa menyebabkan orang dewasa belajar secara optimal bila mereka dapat menunjukkan pengalamannya dalam setiap tahapan. Tahapan dalam pendekatan pendidikan tersebut digambarkan dalam bentuk suatu siklus belajar yang terdiri dari (1) konseptual secara abstrak


(59)

29

(teori atau ide baru, bacaan, materi pelajaran), (2) pengalaman aktif ( mencoba secara nyata konseptual abstrak dalam bentuk simulasi atau latihan), (3) pengalaman nyata (umpan balik dan perasaan dari setiap peserta berdasarkan pengalaman mereka), (4) pengamatan dari hasil refleksi (berfikir apa yang telah terjadi saat ini dan dengan menggunakan teori atau ide yang telah dibahas sebelumnya untuk menentukan apa yang harus dilakukan kedepan).

Sesuai dengan hal tersebut diatas, Deliveri dan Bina Swadaya (2000:18-19) menyatakan dalam suatu program pendidikan untuk orang dewasa, model yang dianggap tepat adalah menggunakan pendekatan silklus daur belajar berdasarkan pengalaman dimana setiap orang dewasa berbuat dan bertindak berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengalaman tersebut dalam proses interaksi belajar mengajar dipertukarkan dengan peserta lain yang juga memiliki pengalaman. Selanjutnya peserta saling menggali pengalaman dari peserta lain melalui diskusi dan mengevaluasi pengalaman tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam proses ini peserta akan mengembangkan prinsip-prinsip yang selanjutkan akan diterapkan sebagai pengalaman baru. Siklus tersebut terdiri dari: (1) mengalami, (2) mengungkap, (3) menganalisis, (4) menemukan prinsip baru dan (5) menerapkan.

Pengalaman Usaha

Berkaitan dengan strategi berwirausaha, menurut Setyawan (1996:19) sikap adalah pradisposisi mental (kesiapan mental untuk memberi respon) yang telah dibentuk oleh pengalaman untuk menentukan lebih dahulu, apakah akan menerima atau menolak suatu rangsangan tertentu.


(60)

30

Konsumsi Media

Menurut Jahi (1988:131) media siaran yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan pedesaan di Dunia ketiga adalah radio dan televisi karena kedua media tersebut dapat dengan mudah massa khalayak yang berada ditempat terpencil. Dalam pendidikan formal, media siaran telah digunakan untuk membantu para guru dan mengajar langs ung murid-murid sekolah. Misalnya Taiwan, menyiarkan program pendidikan melalui radio secara luas untuk mensuplemen pengajaran di sekolah dan juga sejumlah program pendidikan non formal, ”Sekolah di Udara” menawarkan program pendidikan kejuruan yang lengkap dalam perdagangan. Media audiovisual dapat menyampaikan pengajaran dalam frekuensi dan jangkauan sasaran yang lebih baik dari pada yang dapat dicapai oleh guru. Media siaran telah terbukti sangat efektif untuk menarik orang dewasa pada pendidikan, dengan bantuan media cetak, media audiovisual dapat juga melatih orang dewasa yang tidak punya banyak waktu untuk hadir di kelas.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999:150-151) penggunaan media massa dalam penyuluhan yang patut dipertimbangkan adalah peranannya dalam program penyuluhan dan penggunaannya secara efektif. Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku, karena pengirim dan penerima pesan cenderung menggunakan proses selektif saat menggunakan media massa, sehingga pesan pengirim mengalami distorsi. Sangat disadari bahwa tidak seorangpun dapat membaca semua penerbitan, penelitian menunjukkan bahwa dasar pemilihan media terletak


(61)

31

pada kegunaan yang diharapkan, misalnya keperluan untuk memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling, atau untuk sekedar santai dan juga bisa untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal.

Kekosmopolitan

Menurut Rogers (1995:255-256) ciri dari orang yang kosmopolitan antara lain adalah: (1) sering melakukan perjalanan keluar kota, (2) mau mempelajari ide-ide baru dari berbagai media massa, (3) menggunakan sumber informasi dari luar lingkungannya dan (4) memiliki lebih banyak jejaring hubungan (network)

komunikasi interpersonal dengan banyak pihak ataupun lembaga lain diluar komunitasnya. Lebih lanjut Rogers (1995:27-28) menggambarkan kekosmopolitan seseorang dengan membandingkan opinion leaders dengan

followers dalam hal difusi suatu inovasi. Seorang opinion leaders: (1) lebih

terbuka dalam segala hal, (2) memiliki status sosial yang lebih tinggi, (3) merupakan pembaharu dalam komunitasnya, (4) Biasanya memiliki karakter

yang unik, (4) memiliki pengaruh dalam sistem komunikasi dengan komunitasnya karena mereka memiliki jejaring hubungan komunikasi interpersonal dengan banyak pihak, baik di dalam maupun di luar komunitasnya.

Menurut Rogers, opinion leaders merupakan “orang dalam” yang berpengaruh dalam sistem sosial pada komunitasnya dan karena pengaruhnya tersebut mereka dapat memperkenalkan penyuluh sebagai chang agent yang berasal dari luar sistem sosial dalam suatu komunitas. Melalui mereka para penyuluh dapat memperkenalkan ide -ide pembaharuan dalam rangka mempengaruhi masyarakat sebagai kliennya agar mau menerapkan suatu inovasi.


(62)

32

Pendapatan

Menurut Ibrahim (2001:193) konsep penyuluhan yang berorientasi kebutuhan petani tidak akan berarti bila mutu penyuluh pertanian yang merupakan inti pelaksana semua proses penyuluhan pertanian tidak mendapat perhatian. Mutu penyuluh pertanian antara lain dipengaruhi oleh jenjang karir, penggajian dan peluang pendidikan/pelatihan.

Motivasi

Motivasi menjelaskan mengapa orang berperilaku tertentu untuk mencapai serangkaian tujuan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan seseorang, teori motivasi berupaya menjawab berbagai pertanyaan, diantaranya adalah rencana pengaturan kerja yang bagaimana yang akan menghasilkan tingkat terbaik (Cushway dan Lodge, 1993). Padmowihardjo (1999:135) menyatakan setiap tindakan manusia pasti memiliki motif atau dorongan, motif ada dibelakang setiap tindakan manusia. Motif adanya didalam tubuh manusia, yang terlihat dari luar adalah tindakan. Timbulnya motif bisa dilakukan dari luar diri manusia (ekstrinsik) atau dari dalam diri manusia (intrinsik).

Lebih mendalam tentang motivasi dan kegiatan agribisnis, Krisnamurthi dan Fausia (2003:8) menyatakan bahwa motivasi seseorang dapat berasal dari dalam dirinya sendiri ataupun dorongan dari luar. Kombinasi dari keduanya merupakan energi yang cukup baik untuk melangkah. Cara mewujudkan motivasi dalam aktivitas konkrit yang paling sederhana adalah keberanian untuk mencoba. Dalam kitan dengan implementasi kegiatan agribisnis, motivasi untuk selalu melangkah lebih baik dalam menjalankan agribisnis mengakibatkan dunia agribisnis selalu


(1)

No. Jenis Pengeluaran Jumlah (satuan) Harga (Rp/satuan) 3. Uang sekolah/transport/uang jajan

4 Pakaian 1) bapak 2) ibu 3) anak 4) pembantu 5. Kesehatan

1) biaya ke dokter 2) biaya obat-obatan 6 Kegiatan sosial

1) keagamaan 2) lingkungan 7. Lain-lain

1) rekreasi


(2)

267 Pendidikan Non Formal/Pelatihan

31. Apa saja pelatihan/kursus yang pernah Bapak/Ibu ikuti yang berhubungan dengan bidang penjenjangan karir,

penyuluhan pertanian, pengembangan usaha tani/agribisnis dan pengembangan modal usaha tani/agribisnis ? (mohon diuraikan pada kolom yang tersedia)

NO Jenis Pelatihan/Kursus

Materi Pelatihan Tempat Pelatihan

Tahun Pelaksa naan Pelatihan (Tahun…) Lama Pelatihan (hari) Institusi yang mengeluarkan Sertifikat Pelatihan

1 2 3 4 5 6 7

Penjenjangan Karir

a. ADUM Materi standard ADUM

I.

b. SPAMA Materi standard SPAMA

Teknis Pertanian a. ... 2.

b. ... c. ...


(3)

1 2 3 4 5 6 7

Penyuluhan a. ...

b. ... 3.

c. ...

d. ...

Manajemen Usaha Tani

a. ...

b. ... 4.


(4)

269

1 2 3 4 5 6 7

5. Pengembangan

Modal/Keuangan Usaha Tani a. ...

b. ...

6. Lain-Lain a. ...

b. ...


(5)

LAMPIRAN II Peta Lokasi Penelitian


(6)