Analisis Pengaruh Anggaran Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

i

ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDIDIKAN
TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI INDONESIA

SYAHRIL ILHAMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pengaruh
Anggaran Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Syahril Ilhami
NIM H151100074

iv

RINGKASAN
SYAHRIL ILHAMI. Analisis Pengaruh Anggaran Pendidikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia. Dibimbing oleh NUNUNG
NURYARTONO dan NOER AZAM ACHSANI.
Pendidikan merupakan sektor yang fundamental bagi sebuah negara
karena pendidikan mampu memberikan manfaat positif bagi pembangunan

walaupun manfaat tersebut baru dapat dirasakan beberapa tahun ke depan.
Pendidikan memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan
kehidupan sosial ekonomi melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,
kecakapan, sikap dan produktivitas, sehingga pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran kondisi
sumber daya manusia pada suatu negara. IPM dipengaruhi oleh tiga variabel,
yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Anggaran pendidikan yang besar jika
dikelola dengan baik dan dialokasikan secara tepat diharapkan mampu
meningkatkan tingkat melek huruf dan tingkat lama sekolah sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan IPM.
Data BPS menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah (APS) di setiap
kategori sejak tahun 1994 sampai 2011 mengalami peningkatan, demikian pula
halnya dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang juga mengalami
peningkatan dalam kurun waktu yang sama. Walaupun angka IPM Indonesia
meningkat secara nominal tetapi dari sisi peringkat Indonesia memburuk. Pada
tahun 2010 Indonesia tercatat menduduki peringkat 108 tetapi tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat 124 dan pada tahun 2012 Indonesia menempati
peringkat ke 121. Ini merupakan indikasi bahwa pengeluaran negara untuk
pendidikan belum mampu secara maksimal mendongkrak IPM.

Dari segi teori ekonomi pendidikan, khususnya pendekatan human capital, aspek
pembiayaan dipandang sebagai bagian dari investasi pendidikan yang menentukan
taraf produktivitas individu maupun kelompok. Pada gilirannya taraf produktivitas
ini mempengaruhi taraf pendapatan (earning) seseorang atau kelompok yang pada
akhirnya berkontribusi terhadap kecepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh anggaran pendidikan
terhadap angka melek huruf rata-rata lama sekolah, pengaruh angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah terhadap tingkat pendapatan dan pengaruh angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah, tingkat pendapatan dan angka harapan hidup
terhadap indeks pembangunan manusia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dan Badan Pusat Statistik
dari tahun 2009-2012 yang mencakup seluruh provinsi di Indonesia.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis jalur (path
analysis). Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan dan mempermudah
penafsiran melalui sajian tabel dan grafik, sedangkan analisis jalur digunakan
untuk mengetahui apakah data mendukung teori, yang secara a-priori
dihipotesiskan, yang mencakup kaitan struktural antar variabel terukur.

v


Hasil studi ini menunjukkan bahwa provinsi yang memiliki anggaran
pendidikan per kapita usia sekolah terbesar adalah Kalimantan Timur dan Papua
Barat. Ini menandakan bahwa penduduk usia sekolah di dua provinsi tersebut
menikmati anggaran pendidikan lebih banyak dari pada penduduk usia sekolah di
provinsi lainnya. Sedangkan provinsi yang memiliki anggaran pendidikan per
kapita penduduk usia sekolah yang relatif kecil adalah provinsi Jawa Barat,
Banten dan Jawa Timur. Selain itu studi ini juga memperlihatkan terjadinya
peningkatan anggaran pendidikan per kapita dari tahun ke tahun. Pada tahun
2012, terjadi peningkatan anggaran pendidikan perkapita penduduk usia sekolah
yang bervariasi antara 7 % (Riau) hingga 67% (Jawa Timur), bahkan untuk DKI
Jakarta terjadi peningkatan hampir 2,5 kali lipat dari anggaran 2009.
Dalam hal Indeks Pembangunan Manusia terlihat bahwa semenjak tahun
2004 sampai 2012, IPM Indonesia mengalami kenaikan dengan rata-rata kenaikan
sebesar 0,57 per tahun. Tidak ada kenaikan IPM yang cukup signifikan, kenaikan
IPM berkisar antara 0,50 sampai 0,88 per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada
tahun 2004 ke 2005 sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2010 ke
2011. Provinsi yang mengalami peningkatan IPM yang cukup tinggi adalah
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Bali, sedangkan yang mengalami stagnansi
adalah provinsi DKI Jakarta dan Kalimantan Tengah. Pada 2012, terjadi

peningkatan IPM 1–2 poin (kecuali Jakarta 0,97 poin dan NTB 2,23 poin dari
IPM 2009). Selain itu terdapat hubungan linear positif antara persentase kenaikan
anggaran pendidikan dan persentase kenaikan IPM. Walaupun demikian, masih
ada daerah dimana persentase kenaikan anggaran pendidikan tidak sebanding
dengan persentase kenaikan IPM.
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa anggaran pendidikan berpengaruh
langsung terhadap IPM pada lag 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun. Di antara ke tiga
lag tersebut, pengaruh pada lag 2 tahun lebih besar daripada pengaruh pada lag 1
tahun dan 3 tahun, artinya pengaruh anggaran pendidikan per kapita terhadap IPM
baru terlihat setelah dua tahun kemudian. Pengaruh anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah terhadap rata-rata lama sekolah cukup tinggi, demikian pula
terhadap angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah berpengaruh cukup tinggi
terhadap PDRB per kapita, demikian pula pengaruh PDRB per kapita terhadap
angka harapan hidup. Selanjutnya rata-rata lama sekolah, angka melek huruf,
PDRB per kapita dan angka harapan hidup berpengaruh cukup tinggi terhadap
indeks pembangunan manusia.
Untuk meningkatkan IPM suatu daerah maka diperlukan peningkatan
Anggaran Pendidikan yang digunakan pada program-program yang dapat
meningkatkan Rata-Rata Lama Sekolah. Rata-Rata Lama Sekolah memiliki
perngaruh yang cukup besar terhadap PDRB. Di sisi lain PDRB berpengaruh

besar terhadap Angka Harapan Hidup. Dari ketiga komponen IPM, komponen
indeks kesehatan yang diukur menggunakan Angka Harapan Hidup memiliki
perngaruh lebih besar daripada 2 (dua) komponen lainnya.
Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Rata-rata Lama Sekolah, Angka
Melek Huruf, Pendapatan Domestik Regional Bruto, Angka Harapan
Hidup

vi

SUMMARY
SYAHRIL ILHAMI. The Effects of Government Budget in Education on Human
Development Index of Indonesia. Under supervision of NUNUNG
NURYARTONO and NOER AZAM ACHSANI.
Education sector is important for a country since it is beneficial for the
country’s development although the benefit of education investment is not
instantly perceived. The contribution of education to the development of society
life is substantial through the improvement of knowledge, skill, attitude and
productivity.
Human Development Index (HDI) is a measure of quality of human
resource in a country. HDI is dependent on three variables, namely education,

health, and economic variables. The education budget can be effectively geared to
improve literacy as well as school duration of children if it is managed and
allocated in efficient and effective manner. This, in turn, will increase the HDI of
the country.
Statistical data published by Central Statistic of Indonesia (known as BPS)
showed that school participation of each category increased from 1994 to 2011
and the same pattern was also observed for HDI. However, although the HDI for
Indonesia has increased but in fact the rank has decreased. The rank of HDI for
Indonesia in 2010 was 108 and it became 124 in 2011, then in 2012 the position
became 121. This indicated that the education expenditure has not been able to
effectively improve the HDI of Indonesia.
From view point of economic theory, especially the human capital theory,
the education investment is important to improve productivity of individual as
well as society. This, in turn, will contribute significantly to the speed of
economic growth and development.
This study is aimed to analyze the effects of education budget on number
of literacy and average duration of school. It is also analyzing the effects of
number of literacy and school duration on level of income. Moreover, the effects
of literacy number, school duration as well as level of income on the HDI are also
evaluated. The data used in this research has been collected from publications of

Ministry of Finance as well as from BPS during 2009 to 2012 and includes all
provinces of Indonesia.
Descriptive and path analyses were used in this study. Descriptive analysis
facilitated the description and interpretation of the results through tables and
graphs, whereas path analysis was used to investigate whether the data has
supported the hypothesis which includes the structural relationship of the
measured variables.
The results showed that provinces with the highest school age per capita
education budgets were East Kalimantan and West Papua whereas the smallest
education budget was experienced by three provinces namely West Java, East
Java and Banten. It is also observed that there has been steady increase of per
capita education budget during the last four years. In 2012 the increases were 7%
for Riau, 67% for East Java, even for Jakarta the increase was nearly 2.5 times the
2009 education budget.

vii

The HDI of Indonesia has increased since 2004 to 2012 with average
increment of 0.57 across the country. The range of increment was from 0.50 to
0.88. The highest increase was in West Nusa Tenggara and Bali provinces

whereas in Jakarta and Middle Kalimantan the increase was stagnant. It was also
observed that there was positive relationship between the education budget and
the magnitude of HDI. However, we noticed that there were several provinces in
which the increase of HDI was not proportional to the increase of education
budget.
The results of path analysis also showed that the education budget directly
affected the HDI with one, two, and three year time lags. Among the three lags, it
was found that the effect of lag two years was the biggest which meant that the
effects of education could be expected after two years implementation of the
budget. The effects of education budget on school duration and literacy number
were high. The effect of school duration on per capita Gross Regional Domestic
Product (GRDP) was also high. Moreover, it was found that the literacy number,
school duration and GRDP simultaneously affected HDI.
To increase the HDI in a particular province this study confirmed that the
education budget should be allocated for programs which enable the improvement
of school duration since the school duration of children substantially affected the
GRDP. The increase of GRDP will, in turn, boast the life expectancy through
better economic development. This study also showed that the health component
index measured by life expectancy produced the highest effect when compared to
education and economic components of the HDI.

Keywords: Human Development Index, School Duration, Literacy Number, Gross
Regional Domestic Product, Life Expectancy.

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ix

ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDIDIKAN TERHADAP
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA


SYAHRIL ILHAMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

x

Penguji pada Ujian Tesis: Sahara, PhD

xi

xii

xiii

PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Pengaruh Anggaran Pendidikan Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryartono,
MSi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku pembimbing yang
telah banyak memberi bimbingan, kritikan dan saran sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dan memenuhi persyaratan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS dan Ibunda Hj.
Sy. Lily Arlina. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada temanteman seperjuangan di Program Studi Ilmu Ekonomi dan rekan-rekan lain yang
tidak bisa saya sebutkan namanya satu-persatu.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Syahril Ilhami

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 



DAFTAR TABEL 

ii 

DAFTAR GAMBAR 

ii 

DAFTAR LAMPIRAN 

iii 

1  PENDAHULUAN 
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


1
4
6
6

2  TINJAUAN PUSTAKA 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan
Kemiskinan
Pendidikan
Ekonomi Kesehatan
Investasi Modal Manusia
Pembangunan Manusia
Komponen-komponen IPM
Analisis Jalur (Path Analysis)
Kerangka Pemikiran


6
8
9
11
15
18
19
21
21
25

3  METODE PENELITIAN 
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Model yang Digunakan
Hipotesis

26 
26
26
27
28

4  HASIL DAN PEMBAHASAN 
28 
Profil Anggaran Pendidikan pada APBD
28
Profil Indeks Pembangunan Manusia
30
Hubungan antara Anggaran Pendidikan dan Indeks Pembangunan Manusia 33
Hubungan antara Anggaran Pendidikan dan Indeks Pendidikan
36
Hasil Analisis Jalur
40
5  SIMPULAN DAN SARAN 
Simpulan
Saran

45 
45
46

DAFTAR PUSTAKA 

46 

LAMPIRAN 
 

49 

ii

DAFTAR TABEL
 
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6

Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9

Kondisi pendidikan, perekonomian dan IPM di negara Asean (2012) 4
Tabel variabel penghitungan IPM
21
Sumber data
26
Jumlah anggaran pendidikan dan proporsi anggaran menurut Provinsi
29
Anggaran pendidikan per kapita usia sekolah (7-18 tahun) menurut
Provinsi
30
Indeks pembangunan manusia menurut Provinsi (2009-2012)
32
Tabel IPM tiap Provinsi di Indonesia tahun 2012
33
Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan IPM 2009-2012
34
Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan indeks pendidikan
2009-2012
37
Hasil analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita terhadap
IPM 3 tahun
42
Hasil analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita terhadap
IPM lag 2 tahun
44
Hasil analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita terhadap
IPM lag 1 tahun
45

 

DAFTAR GAMBAR
 
Gambar 1.1 Korea Selatan versus Chili 

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 
25 
Gambar 3.1 Analisis jalur model hubungan antara anggaran pendidikan dan
indeks pembangunan manusia 
27 
Gambar 4.1 Pertumbuhan IPM di Indonesia (2004-2012) 
31 
Gambar 4.2 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan IPM 2009-2012  35 
Gambar 4.3 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan IPM 2009-2012
(tanpa Provinsi DKI Jakarta dan NTB) 
36 
Gambar 4.4 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan peningkatan rata-rata lama sekolah 20092012 
38 
Gambar 4.5 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan peningkatan rata-rata lama sekolah 20092012 (tanpa DKI Jakarta, NTB dan Bali) 
38 
Gambar 4.6 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan angka melek huruf
2009-2012 
39 
Gambar 4.7 Hubungan antara persentase peningkatan anggaran pendidikan per
kapita usia sekolah dan persentase peningkatan angka melek huruf
2009-2012 (tanpa DKI Jakarta, NTB dan Bali) 
40 

iii

Gambar 4.8 Analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita usia sekolah
terhadap IPM lag 3 tahun 
41 
Gambar 4.9 Analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita usia sekolah
terhadap IPM lag 2 tahun 
43 
Gambar 4.10 Analisis jalur pengaruh anggaran pendidikan per kapita usia
sekolah terhadap IPM lag 1 tahun 
44 
 

DAFTAR LAMPIRAN
 
Lampiran 1 Hasil analisis jalur untuk lag 2 tahun ........................................................... 50 
Lampiran 2 Hasil analisis jalur untuk lag 1 tahun ........................................................... 50 
Lampiran 3 Hasil output minitab analisis jalur ................................................................. 52 

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor yang fundamental bagi sebuah Negara
karena pendidikan diharapkan mampu memberikan manfaat positif bagi
pembangunan. Fakta menyebutkan bahwa negara yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi cenderung memiliki basis yang kuat dalam ekonomi dan
kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang diamandemen pada
tahun 2009 yang lalu, besarnya anggaran di sektor pendidikan telah mencapai 20
persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia.
Dengan rasio yang cukup besar tersebut, seharusnya sektor pendidikan mampu
memberikan manfaat yang signifikan bagi sektor-sektor lainnya seperti sektor
ekonomi dan kesehatan.
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang karena manfaat dari
investasi pendidikan tahun ini baru dapat dirasakan beberapa tahun ke depan.
Pendidikan menjadi landasan yang kokoh bagi suatu negara. Negara dengan
tingkat pendidikan yang tinggi, akan semakin kokoh dan stabil. Pendidikan dapat
menjadikan sumber daya manusia lebih berkualitas dan siap dalam menghadapi
perubahan-perubahan dalam kehidupan.
Pendidikan memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan
kehidupan sosial ekonomi melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,
kecakapan, sikap dan produktivitas, sehingga pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Tenaga kerja yang berkualitas akan
mampu mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi sehingga pendidikan
dapat menjadi faktor positif bagi pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan yang
tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika masyarakat sejahtera,
maka masyarakat bisa mengakses pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga
berimplikasi pada semakin tingginya angka harapan hidup.
Menurut World Bank (2002), pendidikan merupakan salah satu instrumen
paling kuat yang dimiliki masyarakat untuk mengurangi kemiskinan dan
kerentanan. Pendidikan dapat membantu meningkatkan pendapatan potensial,
memperluas mobilitas tenaga kerja, meningkatkan kesehatan orang tua dan anakanak, mengurangi kesuburan dan kematian anak, dan mengupayakan suara rakyat
yang kurang beruntung dalam masyarakat dan sistem politik. Todaro dan Smith
(2006) mengemukakan bahwa pendidikan dipercaya mempunyai peran penting
dalam membentuk kemampuan manusia dan suatu negara untuk menyerap
maupun menciptakan teknologi modern serta mengembangkan kapasitas agar
tercipta pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Secara langsung
pendidikan memberikan pengetahuan dan keterampilan, sehingga meningkatkan
produktivitas dan menciptakan akses ke lapangan kerja (Weiss 1995, Oxaal
1997). Dengan demikian, akan mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan
dalam membantu mengurangi kemiskinan, serta kelaparan. Secara tidak langsung,
peran pendidikan dapat mencakup banyak bidang kehidupan, termasuk kegiatan
ekonomi, kesetaraan gender, kesehatan ibu, dan pengembangan keterampilan.
Pendidikan memberdayakan orang dan membantu mereka untuk menjadi lebih
proaktif, mendapatkan kontrol atas hidup mereka, dan untuk memperluas berbagai
pilihan yang tersedia (UNESCO 1997). Pendidikan diakui sebagai hak asasi

2

manusia dan berhubungan erat dengan hampir semua dimensi pembangunan, baik
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, maupun pembangunan manusia.
Penelitian mengenai peran penting pendidikan diprakarsai oleh Schultz
(1960, 1961) dan Becker (1962, 1975). Schultz merintis pembahasan tentang
investasi sumber daya manusia dan menetapkan bahwa pendidikan sebagai
kegiatan konsumsi dan investasi, -mengarah pada pembentukan modal manusia
yang sebanding dengan modal fisik- akan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang
signifikan. Penelitian Becker meyakinkan banyak orang untuk membuat pilihan
investasi dalam modal manusia dengan menimbang biaya dan manfaat rasional
yang mencakup pengembalian investasi dalam pendidikan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikenal sebagai suatu ukuran dalam
melihat kondisi sumber daya manusia pada suatu negara. Tinggi dan rendahnya
IPM dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Ketiga variabel tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, baik langsung
maupun tidak langsung. Keterkaitan ketiga variabel tersebut ditunjukkan pada  
gambar berikut.
Anggaran pendidikan yang besar jika dikelola dengan baik dan
dialokasikan secara tepat diharapkan mampu meningkatkan tingkat melek huruf
dan tingkat lama sekolah. Dengan bertambahnya kapasitas seseorang akibat dari
mengenyam pendidikan, maka diharapkan mampu mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik sehingga mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Selanjutnya dengan tingkat pendapatan yang lebih baik, diharapkan bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga dengan demikian
akan meningkatkan angka harapan hidup.
Tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan dasar
masih sangat besar, lebih dari 90 persen sekolah dasar (SD) berstatus sebagai
milik pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang
No. 20, 2003 tentang Sisdiknas, dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 20 persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan daerah (APBN dan APBD).
Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan
bagi seluruh rakyat terlihat cukup besar. Pasal 31 Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
bahkan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan untuk itu
pemerintah bertanggung jawab membiayainya. Melalui perubahan Pasal 31 UUD
1945, tekad tersebut makin diperkuat dengan adanya ketetapan bahwa negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Merujuk pada data BPS, Angka partisipasi sekolah (APS) di setiap
kategori sejak tahun 1994 sampai 2011 mengalami peningkatan, demikian pula
halnya dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang juga mengalami
peningkatan dalam kurun waktu yang sama. Walaupun angka IPM Indonesia
meningkat secara nominal tetapi dari sisi peringkat Indonesia memburuk, pada
tahun 2010 Indonesia tercatat menduduki peringkat 108 tetapi tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat 124 dari 187 negara di dunia. Pada tahun 2012
Indonesia menempati peringkat ke 121, naik 3 peringkat dari tahun sebelumnya.
Ini merupakan indikasi bahwa pengeluaran negara untuk pendidikan belum
mampu secara maksimal mendongkrak IPM.

3

Pendidikan diyakini mampu memutus rantai kemiskinan. Masyarakat
dengan kemampuan ekonomi yang rendah jika dapat bersekolah dan lulus dalam
jenjang pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
mendapatkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu pemberantasan
kemiskinan dapat secara efektif dilakukan melalui pendidikan.
Namun kenyataannya, pendidikan di Indonesia (khususnya pendidikan
tinggi) tidak dapat dinikmati dengan bebas oleh setiap warga negara, beberapa
sekolah khususnya sekolah menengah atas dan perguruan tinggi membebankan
biaya yang cukup berat bagi anak didik, sehingga warga negara yang kurang
mampu tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas. Mahalnya biaya
pendidikan membuat kesempatan rakyat kecil untuk berkuliah di perguruan tinggi
dengan kualitas baik menjadi lebih kecil.
Dengan alokasi anggaran yang besar seperti saat ini, semestinya
permasalahan di atas dapat teratasi dengan baik, misal dengan lebih
memprioritaskan alokasi anggaran kepada operasional siswa atau mahasiswa,
bukan kepada biaya personal pegawai seperti gaji, sertifikasi maupun tunjangan.
Perhatian khusus pemerintah di bidang pendidikan dapat membuat
Indonesia terhindar dari middle income trap, yaitu kondisi di mana suatu negara
berpendapatan menengah yang memiliki pertumbuhan stagnan dan penduduk
miskin bertambah. Jika tidak ada perubahan, kelas menengah Indonesia yang saat
ini sekitar 50 juta tidak akan bertambah. Sebaliknya, penduduk miskin yang saat
ini sudah tinggal 27 juta akan meningkat. Bahkan, prediksi bahwa kelas
menengah Indonesia yang akan menembus 120 juta tahun 2020 tak akan tercapai
karena Indonesia terperosok ke dalam jebakan negara berpendapatan menengah.
Berdasarkan preposisi yang disampaikan sebelumnya maka salah satu titik
penting dalam siklus pembangunan adalah persoalan anggaran. Peningkatan
anggaran pendidikan dengan pengelolaan anggaran yang efektif dan tepat sasaran
diharapkan akan meningkatkan IPM. Oleh karena itu menarik untuk diteliti secara
lebih mendalam bagaimana keterkaitan antara anggaran pendidikan dan IPM di
Indonesia.
Dalam hubungannya dengan biaya dan manfaat, pendidikan dapat
dipandang sebagai salah satu investasi (human investment) dalam hal ini, proses
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk
konsumsi semata, akan tetapi merupakan suatu investasi. Hal yang sama
diungkapakan pula oleh Blaug (1971).
“... A good case can now be made for the view that educational
expenditure does partake to a surprising degree of the nature of investment in
enhanced future output. To that extent, the consequences of education in the sense
of skills embodied in people may be viewed as human capital, which is not to say
that people themselves are being treated capital. In other word, the maintenance
and improvement of skills may be seen as investment in human beings, but the
resources devoted to maintaining and increasing the stock of human beings
remain consumption by virtue of the abolition of slavery”.
Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu investasi yang berguna
bukan hanya untuk perorangan atau individu saja, tetapi juga merupakan investasi
untuk masyarakat yang dapat memberikan suatu kontribusi yang substansial untuk
hidup yang lebih baik di masa yang akan datang.

4

Bank Dunia dengan program internasionalnya telah menetapkan
kepercayaan terhadap peranan investasi sumber daya manusia bagi pertumbuhan
ekonomi (World Development Report, 1980). Kepercayaan ini didasarkan atas
studi yang dilakukan pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an. Sumbangan
pendidikan untuk menunjang pertumbuhan ini semakin kuat setelah
memperhitungkan efek pendidikan dan bentuk investasi fisik lainnya terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Dari segi teori ekonomi pendidikan, khususnya pendekatan human capital,
aspek pembiayaan dipandang sebagai bagian dari investasi pendidikan yang
menentukan taraf produktivitas individu maupun kelompok. Pada gilirannya taraf
produktivitas ini mempengaruhi taraf pendapatan (earning) seseorang atau
kelompok yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kecepatan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan Cohn (1979)
Perumusan Masalah
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik tidak hanya menjadi
ukuran keberhasilan suatu negara, akan tetapi menjadi cerminan keunggulan
terhadap bangsa lainnya. Pengembangan kualitas SDM, bukan saja pada aspek
kemampuan dan ketrampilan, tetapi juga aspek moral dan mentalnya. SDM yang
berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivitas
dan daya saing bangsa pada percaturan global. Tenaga kerja terampil sebagai
salah satu faktor produksi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan memengaruhi tingkat pendapatan nasional
Jika melihat dari data tingkat SDM untuk zona ASEAN, Indonesia berada
pada peringkat 4, masih kalah dibanding negara Singapura, Brunei Darussalam
dan Malaysia. Ini disebabkan karena rendahnya GDP per Kapita, dan Angka
Melek Huruf. Pemerintah dalam hal ini diharapkan untuk melakukan intervensi
kebijakan dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Tabel 1.1 menyajikan
data kondisi pendidikan, perekonomian dan IPM di negara ASEAN.
Tabel 1.1 Kondisi pendidikan, perekonomian dan IPM di negara Asean (2012)
No Negara
AMH (persen) AP (persen) GDP per Kapita (US$)
IPM
1 Singapura
96
18,1
55.182
90,1
2 Brunei
95
9,70
38.563
85,2
3 Malaysia
93
20,9
10.514
77,3
4 Indonesia
93
18,1
3.475
73,8
5 Thailand
96
31,5
5.779
72,2
6 Filipina
92
13,2
2.765
66,0
7 Vietnam
94
20,9
1.911
63,8
8 Timor Leste
58
7,70
1.371
62,0
9 Kamboja
74
13,1
1.008
58,4
10 Laos
69
13,2
1.646
56,9
11 Myanmar
93
4,40
1.144
52,4
Sumber: World Developement Indicators (2012)

5

Pentingnya pemerintah agar mengintervensi kebijakan dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM dapat mencontoh kisah sukses dari negara lain. Pada
tahun 1970, Korea Selatan memiliki IPM yang lebih rendah daripada Chili.
Namun saat itu pemerintah Korea Selatan mengintervensi kebijakan yaitu
meningkatkan anggaran pendidikan yang cukup signifikan. Hasil dari intervensi
kebijakan tersebut dapat dirasakan dampaknya pada saat ini, dimana tingkat
pendidikan masyarakat Korea Selatan jauh di atas masyarakat Chili. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi tersebut, saat ini tingkat perekonomian di Korea
Selatan sudah jauh meninggalkan Chili dan tentu saja IPM Korea Selatan saat ini
berada di atas Chili (UNDP 2010). Gambar 1.1 dapat dilihat bagaimana kemajuan
Korea Selatan di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan dibandingkan
dengan negara Chili.

Gambar 1.1 Korea Selatan versus Chili
Sumber: UNDP (2010)
Peningkatan kualitas SDM harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga
manfaatnya dapat dirasakan oleh negara Indonesia. Dengan demikian, perhatian
pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM adalah  suatu  keharusan  dan 
perlu terus ditingkatkan agar Indonesia dapat menjadi negara dengan Indeks 
Pembangunan Manusia yang tinggi sehingga Indonesia dapat menjadi negara 
maju. 

6

Berdasarkan uraian di atas, studi ini dilakukan untuk menjawab beberapa
pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pengaruh anggaran pendidikan terhadap angka melek
huruf?
b. Bagaimana pengaruh anggaran pendidikan terhadap rata-rata lama
sekolah?
c. Bagaimana pengaruh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
terhadap tingkat pendapatan?
d. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap angka harapan
hidup?
e. Bagaimana pengaruh angka melek huruf, rata-rata lama sekolah,
tingkat pendapatan dan angka harapan hidup terhadap indeks
pembangunan manusia?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka studi ini bertujuan untuk:
a. Menganalis pengaruh anggaran pendidikan terhadap angka melek
huruf.
b. Menganalis pengaruh anggaran pendidikan terhadap tingkat ratarata lama sekolah.
c. Menganalis pengaruh angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah terhadap tingkat pendapatan.
d. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap angka harapan
hidup.
e. Menganalis pengaruh angka melek huruf, tingkat rata-rata lama
sekolah, tingkat pendapatan dan angka harapan hidup terhadap
indeks pembangunan manusia.
Manfaat Penelitian
Studi tentang pengaruh anggaran pendidikan terhadap IPM ini diharapkan
mempu memberikan manfaat antara lain:
a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di Indonesia, terutama
terkait dengan studi ekonomi pendidikan
b. menjelaskan dan menginformasikan kepada masyarakat umum
mengenai profil anggaran pendidikan dan pengaruh anggaran
pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia di indonesia
c. Menjadi salah satu acuan bagi para pengambil kebijakan dalam
merumuskan kebijakan dan menyelesaikan permasalahan terkait
dengan masalah-masalah yang terjadi dalam pemanfaatan anggaran
pendidikan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dalam menganalisis perkembangan pembangunan ekonomi, tidak dapat
dilepaskan dengan adanya perkembangan dari teori pertumbuhan ekonomi. Teori

7

pertumbuhan ekonomi yang berkembang, dan dijadikan sebagai pedoman dalam
menganalisis pembangunan bidang ekonomi, mengalami perkembangan sejak
jaman kaum Klasik sampai dengan sekarang, dan dibutuhkan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang
saat ini meliputi teori pertumbuhan ekonomi klasik, teori Hrrod-Domar dan teori
pertumbuhan ekonomi neoklasik.
Dalam kelompok teori pertumbuhan ekonomi klasik, para ahli
ekonominya secara umum menjelaskan tentang sebab-sebab dari persoalan yang
muncul dalam proses pembangunan. Ahli ekonomi yang termasuk dalam
kelompok ini adalah Smith, Richardo, Malthus, Mill, Menger, Marshal, Walras,
dan Wicksel. Seperti yang dijelaskan dalam Sukirno (2006) sebagai berikut:
“Ahli-ahli ekonomi Klasik, di dalam menganalisis masalah-masalah
pembangunan, terutama ingin mengetahui tentang sebab-sebab
perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan corak proses
pertumbuhannya"
Uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa para ahli dari kelompok
neoklasik melakukan analisis faktor penyebab dari berbagai permasalahan dalam
pembangunan.
Teori ini dikemukakan oleh dua orang ahli ekonomi, yang sebetulnya
berasal dari masa yang berbeda, yaitu R. F. Harrod yang tulisannya dengan judul
“An Essay in Dynamic Theory” pada tahun 1936, dan Evsey Domar dengan judul
tulisannya adalah “Expansion and Employment” pada tahun 1947, dan “Capital
Expansion: Rate of Growth and Employment” pada tahun 1949. Tetapi karena inti
dari teori tersebut sangat sama, maka dewasa ini dikenal sebagai teori HarrodDomar. Seperti yang dijelaskan dalam Sukirno (2006) sebagai berikut:
“Dalam teori Harrod-Domar pembentukan modal dipandang sebagai
pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian
untuk menghasilkan suatu barang, maupun sebagai pengeluaranyang
akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat"
Konsep pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan oleh Harrod-Domar,
menekankan pada pentingnya kegiatan investasi untuk menunjang pertumbuhan
setiap sektor ekonomi yang berkembang. Investasi dapat meningkatkan kapasitas
produksi ataupun meningkatkan permintaan efektif dalam masyarakat.
Ahli ekonomi yang termasuk dalam kelompok ini adalah Sollow, Phelps,
Johnson, dan Meade. Konsep yang dijelaskan dalam teori ini adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat meningkat bila terdapat pertambahan
faktor-faktor produksi (seperti sumberdaya alam dan sumberdaya manusia),
namun yang tidak kurang pentingnya adalah peningkatan dalam hal kemajuan
teknologi yang digunakan dalam proses prooduksi. Seperti yang dijelaskan dalam
Sukirno (2006) berikut ini:
“Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran
faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi"
Uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa, menurut kelompok neoklasik,
pertumbuhan ekonomi yang merupakan hal penting dalam suatu perekonomian
memiliki keterkaitan erat (bahkan ketergantungan) terhadap kegiatan penawaran
atas faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam proses produksi dan kemajuan

8

teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi
Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan
Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik
dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan pelayanan publik
yang harus diberikan kepada masyarakat diklasifikasikan dalam dua kategori
utama yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan kebutuhan pokok.
Pelayanan kebutuhan dasar yang harus diberikan oleh pemerintah meliputi
kesehatan, pendidikan dasar, dan bahan kebutuhan pokok masyarakat. Kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu kesehatan
adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi Undang-Undang Dasar.
Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber
daya manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera (welfare society).
Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki keterkaitan yang
erat dengan kemiskinan. Sementara itu, tingkat kemiskinan akan terkait dengan
tingkat kesejahteraan. Oleh karena kesehatan merupakan faktor utama
kesejahteraan masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan
harus menjadi perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan
publik. Pemerintah harus dapat menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for
health) dengan memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai,
terjangkau, dan berkualitas.
Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu bentuk
investasi sumber daya manusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu komponen utama
dalam lingkaran setan kemiskinan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan pendidikan masyarakat yang
paling elementer adalah pendidikan dasar, yang oleh pemerintah diterjemahkan
dalam program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pemerintah hendak menjamin
bahwa semua anak dapat bersekolah, sehingga diperlukan alokasi anggaran
pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan anggaran tersebut amanat amandemen
UUD 1945 telah mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20
persen dari total anggaran.
Berikutnya adalah kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pokok
masyarakat meliputi beras, minyak goreng, minyak tanah, gula pasir, telur,
daging, dan sebagainya. Dalam hal penyediaan bahan kebutuhan pokok,
pemerintah perlu menjamin stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat dan
menjaga ketersediaannya di pasar maupun gudang dalam bentuk cadangan atau
persediaan. Ketidakstabilan harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali bisa
menimbulkan inflasi yang tinggi (hiperinflasi) dan dapat menimbulkan
ketidakstabilan politik. Selain menjaga stabilitas harga-harga umum, pemerintah
juga perlu menjamin bahwa cadangan persediaan di gudang pemerintah cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai jangka waktu tertentu untuk
menghindari terjadinya kepanikan masyarakat terhadap kelangkaan bahan
kebutuhan pokok tersebut.

9

Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi penyedia
pelayanan publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada masyarakat
yang meliputi pelayanan administratif (yaitu pelayanan berupa penyediaan
berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan publik), pelayanan barang (yaitu
pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi
kebutuhan publik), dan pelayanan jasa (yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik.
Terbatasnya akses-akses bagi kaum miskin menyebabkan mereka tak
mampu untuk mengakumulasi kapital/modal yang diperlukan untuk keluar dari
jebakan kemiskinan (poverty trap). Akibat minimnya akumulasi kapital kaum
miskin, kaum miskin tak mampu berperan aktif dalam kegiatan ekonomi dan
merasakan berkah dari adanya pembangunan. Hal tersebutlah yang mendasari
betapa pentingnya pembangunan manusia, dimana dalam pembangunan manusia
tersebut tidak hanya meliputi dimensi kesejahteraan saja melainkan terkait juga
dengan peningkatan kapasitas dasar manusia melalui akses terhadap pendidikan
dan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin.
Pemerintah wajib menyediakan barang publik. Teori public finance
(Musgrave, et al 1989) mengungkapkan bahwa tidak seluruhnya semua masalah
ekonomi diselesaikan oleh mekanisme pasar seperti halnya dengan social goods.
Social goods yang dimaksud terkait dengan eksternalitas, distribusi pendapatan,
masalah-masalah ekonomi lainnya (pengangguran, kemiskinan, inflasi, dan lainlain). Dalam hal tersebut mekanisme pasar gagal menyelesaikannya (market
failure). Pasar pada hakekatnya adalah wahana untuk mengekspresikan kebebasan
individu, untuk mencari keuntungan individual. Oleh karena itu, aktivitasaktivitas perekonomian yang bersifat kolektif publik dan atau aktivitas tidak
bermotif keuntungan tidak bisa diselenggarakan oleh pasar. Karena adanya
kegagalan pasar dan dalam kaitannya dengan ketiga peran pemerintah sebagai
peran alokasi, peran distribusi, dan peran stabilitasi, maka kewajiban publik di
bidang pendidikan dan kesehatan yang tidak disentuh oleh pasar, menjadi
kewajiban pemerintah untuk menyediakannya (Mahmudi, 2007).
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks karena banyak faktor
yang mempengaruhi. Variasi konsep mengungkapkan sifat multidimensi
kemiskinan. Kemiskinan dapat dipahami sebagai kemiskinan absolut atau relatif,
sebagai kurangnya pendapatan atau kegagalan untuk mencapai kemampuan.
Kemiskinan dapat kronis atau sementara, kadang-kadang terkait erat dengan
ketidakadilan, dan sering berhubungan dengan kerentanan dan pengucilan sosial.
Konsep yang digunakan untuk mendefinisikan kemiskinan menentukan metode
yang digunakan untuk mengukurnya dan kebijakan paket program berikutnya
untuk mengatasinya.
Kemiskinan yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasar dalam kebutuhan pokok, seperti makanan,
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan keamanan untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sen (1999) memandang
kemiskinan melalui pendekatan kemampuan (capability approach), dimana
kemiskinan tidak hanya sebatas kekurangan pendapatan dan standar hidup

10

minimal, akan tetapi juga sebagai konsekuensi dari kurangnya kemampuan dan
keberfungsian (lack of capability and functionings).
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.
Kemiskinan absolut: Kemiskinan ini dikaitkan dengan perkiraan tingkat
pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok
atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk
hidup secara layak. Kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni
makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan
hidupnya.
2.
Kemiskinan relatif: Kemiskinan ini dilihat dari aspek ketimpangan sosial,
karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat
sekitarnya. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan
golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah
penduduk yang dikategorikan miskin. Kemiskinan relatif erat kaitannya
dengan masalah distribusi pendapatan.
Masalah kemiskinan yang identik dengan jumlah pendapatan masyarakat
yang tidak memadai, harus selalu menjadi prioritas dalam pembangunan suatu
negara. Meskipun masalah kemiskinan akan selalu muncul karena sifat dasar dari
kemiskinan adalah relatif, namun ketika dari sebuah negara mengalami
peningkatan taraf hidup, maka standar hidup akan berubah. Agenda mengatasi
kemiskinan bagi suatu negara berkaitan dengan banyaknya faktor yang berhubungan dengan apa yang diakibatkan oleh kemiskinan itu sendiri, karena
dampak dari kemiskinan itu akan berhubungan dengan kondisi fundamental yang
menjadi syarat berlangsungnya pembangunan suatu negara yang berkelanjutan.
Menurut Wibowo (2003), esensi utama dari masalah kemiskinan adalah
masalah aksesibilitas. Aksesibilitas dalam hal ini berarti kemampuan seseorang
atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk dapat mencapai atau
mendapatkan sesuatu yang sebenarnya merupakan kebutuhan dasarnya dan
seharusnya menjadi haknya sebagai manusia dan sebagai warga negara.
Seseorang atau sekelompok orang yang miskin, akan mempunyai
aksesibilitas yang rendah dan terbatas terhadap berbagai kebutuhan dan layanan
diband- ingkan mereka yang termasuk golongan menengah maupun golongan
kaya. Akses-akses yang tidak bisa didapat oleh masyarakat miskin yaitu:
1. Akses untuk mendapatkan makanan yang layak
2. Akses untuk mendapatkan sandang yang layak
3. Akses untuk mendapatkan rumah yang layak
4. Akses untuk mendapatkan layanan kesehatan baik dan layak
5. Akses untuk mendapatkan layanan pendidikan
6. Akses kepada leisure dan entertainment
7. Akses untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik dengan terpenuhinya semua
basic need dan supporting needs.
Permasalahan aksesibilitas ini menjadi penting karena kemiskinan akan
menjadi lingkaran setan karenanya, di mana golongan miskin tidak akan terangkat
atau terlepas dari kemiskinan ketika mereka tidak dapat meningkatkan
intelektualitas dan sumber daya mereka. Namun karena adanya masalah

11

aksesibilitas tersebut, peningkatan ini akan menjadi suatu yang tidak mungkin
dilakukan. Pada akhirnya, sebagai akumulasi dari beban fisik dan psikologis akan
menimbulkan berbagai ekses negatif seperti keresahan sosial.
Menurut Mahmudi (2007), dalam suatu lingkaran setan kemiskinan
terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu 1)
rendahnya tingkat kesehatan, 2) rendahnya pendapatan, dan 3) rendahnya tingkat
pendidikan. Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya
kemiskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan menyebabkan
tingkat produktivitas menjadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih
lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan yang rendah
menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan
seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta membayar
biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut maka salah satu hal yang bisa dilakukan
pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan adalah upaya untuk
mening- katkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas
pembangunan manusia. Dalam hal ini, pembangunan manusia didekati dengan
IPM atau Human Development Index (HDI) yang merupakan suatu indeks
komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk
dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan,
maupun aspek ekonomi. Di mana IPM merupakan indeks pengembangan manusia
yang dilihat dari sisi perluasan, pemerataan, dan keadilan baik dalam bidang
kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan masyarakat.
Peranan pemerintah disini adalah sebagai penyedia pelayanan publik di
bidang pendidikan dan kesehatan yang tidak disentuh oleh pasar karena adanya
kegagalan pasar dan dalam kaitannya dengan peranan pemerintah sebagai peranan
alokasi, peranan distribusi, dan peranan stabilisasi. Menurut Center for the Study
of Living Standars (2001) dalam Toyamah, et al (2004) menyatakan bahwa
pendidikan adalah elemen penting untuk memerangi kemiskinan, memberdayakan
perempuan, serta menyelamatkan anak-anak dari upaya eksploitasi. Demikian
juga pernyataan dari UNICEF yang mengatakan bahwa pendidikan adalah
investasi yang penting untuk memperoleh pekerjaan yang layak dengan upah yang
tinggi.
Investasi publik di bidang pendidikan dan kesehatan akan memberikan
kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih merata kepada
masyarakat sehingga sumber daya manusia (SDM) handal yang sehat menjadi
semakin bertambah. Meningkatnya kesehatan dan pendidikan akan mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan produktivitas tenaga
kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan
demikian di- harapkan kondisi ini akan memajukan perekonomian masyarakat
dengan bertambahnya kesempatan kerja serta berkurangnya kemiskinan.
Pendidikan
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi berkembang secara pesat dan
semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan
merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan pembangunan sektor lainnya.
Pendidikan telah diidentifikasi sebagai faktor kunci dalam pembangunan ekonomi
dan sosial, dan kesetaraan akses terhadap pendidikan yang berkualitas telah

12

menjadi tujuan penting dari kebijakan pembangunan. Negara dengan tingkat
ketimpangan pendidikan tinggi secara konsisten menunjukkan tingkat inovasi
yang lebih rendah, rendahnya tingkat efisiensi produksi, dan kecenderungan untuk
mentransmisi kemiskinan lintas generasi (World Bank 2006).
Dalam memahami hubungan antara pendidikan dan kemiskinan, dapat
menggunakan kerangka modal manusia, kerangka hak asasi manusia, kerangka
kemampuan manusia maupun kerangka pengucilan sosial (Maile 2008). Melalui
pendekatan modal manusia, menegaskan bahwa investasi dalam pendidikan
mengarah pada pembentukan modal manusia sebagai faktor kunci dalam
pertumbuhan ekonomi. Melalui pendidikan, orang mengembangkan keterampilan
dan menghasilkan pengetahuan yang berubah menjadi peningkatan produktivitas,
sehingga pendapatan meningkat dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
Selanjutnya, peningkatan pendapatan dan pertumbuhan diharapkan dapat
mengurangi kemiskinan.
Inti dari pendekatan hak asasi manusia menegaskan pentingnya
pendidikan sebagai