Evaluasi Sistem Agroforestri Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen) Dengan Padi Gogo (Oryza Sativa L)

EVALUASI SISTEM AGROFORESTRI SENGON
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DENGAN PADI GOGO
(Oryza sativa L.)

NOFIKA SENJAYA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Sistem
Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dengan Padi Gogo
(Oryza sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Nofika Senjaya
NIM E451150216

RINGKASAN
NOFIKA SENJAYA. Evaluasi Sistem Agroforestri Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) dengan Padi Gogo (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh
NURHENI WIJAYANTO, DESTA WIRNAS dan ACHMAD.
Sengon merupakan salah satu tanaman kehutanan cepat tumbuh yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Pohon sengon memiliki tajuk yang ringan dan daun
kecil, sehingga berpotensi untuk dikembangkan secara agroforestri. Salah satu
tanaman pertanian yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman sengon adalah
padi gogo. Pengembangan padi gogo secara agroforestri dengan sengon dapat
meningkatkan suplai padi nasional. Sistem agroforestri sengon dengan padi gogo
juga dapat memunculkan beberapa kendala, salah satunya adalah serangan
cendawan Rhizoctonia sp. Cendawan tersebut dapat menyerang padi gogo dan
sengon pada kondisi lingkungan yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis interaksi yang ada pada sistem agroforestri, khususnya terhadap hasil
panen padi gogo dan pertumbuhan sengon. Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui serangan cendawan Rhizoctonia sp. terhadap padi gogo.
Penelitian dilakukan pada dua lokasi yang berbeda. Pemilihan lokasi tersebut
didasarkan pada umur tegakan sengon yang digunakan. Lokasi penelitian pertama
adalah lahan milik Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI),
Ciherang, Bogor. Sengon pada lokasi tersebut masih berumur 3 bulan yang ditanam
bersamaan dengan padi gogo. Lokasi penelitian kedua adalah hutan rakyat
Cikarawang yang didominasi sengon berumur 2 tahun. Setiap penelitian yang
dilakukan dapat dibagi menjadi tiga sub percobaan, diantaranya adalah hasil panen
padi gogo, pertumbuhan dimensi sengon dan serangan cendawan Rhizoctonia sp.
Masing-masing sub percobaan memiliki rancangan penelitian yang berbedabeda. Percobaan pengujian hasil panen padi gogo menggunakan rancangan split
split plot dengan 3 faktor dan 3 ulangan. Rancangan yang digunakan untuk
percobaan pengujian pertumbuhan dimensi sengon yaitu rancangan acak lengkap
satu faktor dan 9 ulangan. Percobaan pengujian serangan cendawan Rhizoctonia sp.
dilakukan dengan menggunakan rancangan split plot 2 faktor dan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil panen padi gogo pola tanam
agroforestri sengon 3 bulan dengan padi gogo tidak berbeda nyata jika
dibandingkan dengan pola tanam monokultur padi gogo. Pola tanam agroforestri
juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sengon umur 3 bulan. Pola
tanam agroforestri sengon 3 bulan dan padi gogo juga tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap serangan cendawan Rhizoctonia sp. Cendawan tersebut masih dapat

menyerang pada kedua pola tanam dengan besaran dan intensitas yang sama.
Agroforestri sengon 2 tahun dan padi gogo yang diterapkan pada lahan
Cikarawang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil panen padi gogo, namun
tidak berdampak pada pertumbuhan dimensi sengon. Pola tanam agroforestri juga
memberikan pengaruh nyata terhadap serangan cendawan Rhizoctonia sp.
Cendawan tersebut lebih besar serangan dan intensitasnya pada lahan agroforestri
dibandingkan pada lahan monokultur padi gogo.

Kata kunci: dimensi, panen, Rhizoctonia sp., serangan

SUMMARY
NOFIKA SENJAYA. Evaluation Agroforestry System between Sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) with Upland Rice (Oryza sativa L).
Supervised by NURHENI WIJAYANTO, DESTA WIRNAS and ACHMAD.
Sengon is one of the fast growing species which is commonly cultivated in
Indonesia. Sengon has light crown and small leaves, so it is potential to be
integrated in agroforestry system. One of the agricultural crops that can be
integrated with sengon is upland rice. The development of agroforestry between the
two plants is expected to support the national rice supply. Agroforestry system of
sengon and upland rice also has some contrains, one of them is fungi attack of

Rhizoctonia sp. The fungi can attack both upland rice and sengon in a suitable
environmental condition. This research aimed to analyze the interaction in
agroferstry of sengon and upland rice, especially to the productivity of upland rice
and growth of sengon and to identify the attack of Rhizoctonia sp. to upland rice.
This study was done in two different locations. The location used was based
on the age of sengon stand. The first study was conducted in agricultural land of
Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI), Ciherang, Bogor.
Sengon in the location was 3 months old which was planted at the same time with
the upland rice. The second location was community forest in Cikarawang which
was dominated by 2 years old sengon stand. In every location, the research was
divided into three sub experiment, namely the upland rice productivity, sengon
growth, and Rhizoctonia sp. attack.
Each of sub experiment has different experimental design. Experiment of the
productivity of upland rice used split split plot design with 3 factors and 3
repetitions. The design used for sengon growth experiment was complete
randomized design with one factor and 9 repetitions while for Rhizoctonia sp. attack
used split plot design with 2 factors and 3 repetitions.
The result showed that the upland rice productivity in 3 months old sengon
agroforestry was not significantly different with the ones in monoculture system.
Agroforestry system also did not show significant effect to the growth of 3 months

old sengon. The agroforestry system of 3 months old sengon and upland rice also
did not give significant effect to the Rhizoctonia sp. attack as the fungi was still able
to attack on both cropping patterns with the same intensity.
Agroforestry of 2 years old sengon and upland rice in Cikarawang affected
significantly to the rice productivity, but it was not significantly different to the
growth of sengon. Agroforestry also affected significantly to the Rhizoctonia sp.
attack in which the fungi had bigger attack intensity in agroforestry system than the
ones in monoculture system.
Keywords: attacks, dimension, productivity, Rhizoctonia sp.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI SISTEM AGROFORESTRI SENGON

(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DENGAN PADI GOGO
(Oryza sativa L.)

NOFIKA SENJAYA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Elis Nina Herliana, MS

Judul Tesis : Evaluasi Sistem Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria
(L.) Nielsen) dengan Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Nama
: Nofika Senjaya
NIM
: E451150216

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua

Dr Desta Wirnas, SP MSi
Anggota

Prof Dr Ir Achmad, MS
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 9 Februari 2017

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilakukan penulis pada bulan Maret sampai Agustus 2016 ini bertema agroforestri
dengan judul Evaluasi Sistem Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen) dengan Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto,

MS, Ibu Dr Desta Wirnas, SP MSi dan Bapak Prof Dr Ir Achmad, MS selaku
pembimbing. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr Ir Elis Nina Herliana,
MS selaku dosen penguji luar komisi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Bapak Muhammad Alam Firmansyah, S.Hut M.Si selaku dosen yang sering
memberikan arahan dan masukan dalam penelitian dan proses penyelesaian karya
ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang telah memberikan beasiswa tesis tahun
2016/2017. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Amin Kajora,
ibu Suparti, mas Asep Kurniawan, mbak Lely Martina, mbak Rini Hidayati, Fredy
Arief Senjaya, Aditya Wardani serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman satu bimbingan
(Nilasari Dewi, Arifa Mulyesthi R, Andhira Trianingtyas, dan Aditya Wardani),
Abdullah, Lukman Setiadi, Saifurrohman Wahid, Anggi Pangestu, Muhammad
Iqbal Maulana, teman-teman Silvikultur 48, teman-teman fast track Silvikultur
2014, dan teman-teman Silvikultur Tropika angkatan 2014 yang telah memberikan
bantuan, semangat, dan dukungan selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2017

Nofika Senjaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Hipotesis Penelitian

Error! Bookmark not defined.1
1
2
4
4
4

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Rancangan dan Prosedur Penelitian
Analisis Data
Pengukuran Aspek Biofisik

4
4
5
5
12
12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Panen Padi Gogo
Pertumbuhan Dimensi Sengon
Serangan Cendawan Rhizoctonia sp.

13
13
20
24

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

34
34
35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Skor intensitas serangan dan nilai numerik penyakit
Perbandingan hasil panen padi gogo pada pola tanam monokultur dan
agroforestri di lahan Ciherang
Perbandingan hasil panen padi gogo pada perlakuan inokulasi dan tanpa
inokulasi cendawan Rhizoctonia sp. di lahan Ciherang
Perbandingan hasil panen padi gogo varietas Situ Patenggang dan IR64 di
lahan Ciherang
Perbandingan hasil panen padi gogo pada pola tanam monokultur dan
agroforestri di lahan Cikarawang
Perbandingan hasil panen padi gogo pada perlakuan inokulasi dan tanpa
inokulasi cendawan Rhizoctonia sp. di lahan Cikarawang
Perbandingan hasil panen padi gogo varietas Situ Patenggang dan IR64 di
lahan Cikarawang
Perbandingan pertumbuhan dimensi sengon pada pola tanam monokultur
dan agroforestri di lahan Ciherang
Perbandingan pertumbuhan dimensi sengon pada pola tanam monokultur
dan agroforestri di lahan Cikarawang
Perbandingan intensitas serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada pola tanam
monokultur dan agroforestri di lahan Ciherang
Perbandingan intensitas serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada varietas
Situ Patenggang dan IR64 di lahan Ciherang
Perbandingan intensitas serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada pola tanam
monokultur dan agroforestri di lahan Cikarawang
Perbandingan intensitas serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada varietas
Situ Patenggang dan IR64 di lahan Cikarawang

12
13
15
16
17
19
20
21
23
26
27
31
32

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Diagram kerangka pemikiran
Persentase kejadian penyakit Rhizoctonia sp. pada pola tanam monokultur dan
agroforestri di lahan Ciherang
Serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada padi gogo di lahan Ciherang
Persentase kejadian penyakit Rhizoctonia sp. pada pola tanam monokultur dan
agroforestri di lahan Cikarawang
Serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada padi gogo di lahan Cikarawang

3
25
28
30
33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Desain plot sub penelitian pertama (lahan Ciherang)
Desain plot sub penelitian kedua (lahan Cikarawang)
Ukuran guludan
Kondisi lahan dan pengukuran perakaran sengon
Pengamatan aspek biofisik, dimensi sengon, dan peubah tanaman padi gogo
Deskripsi varietas Situ Patenggang
Deskripsi varietas IR64
Data curah hujan harian, suhu dan kelembaban daerah Dramaga Bogor pada
bulan Maret−Juni 2016
Data curah hujan harian, suhu dan kelembaban daerah Dramaga Bogor pada
bulan Juli−Agustus 2016

41
42
43
44
45
46
47
48
49

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) merupakan jenis tanaman
kehutanan cepat tumbuh (fast growing species) yang banyak dibudidayakan di
Indonesia (Siregar dan Saimima 2011). Sengon menjadi tanaman unggulan yang
dibudidayakan oleh petani dan masyarakat pada beberapa lahan hutan rakyat.
Karakter lain tanaman sengon adalah tajuknya yang ringan dan terbuka, sehingga
sangat potensial untuk dibudidayakan secara agroforestri bersama tanaman pangan
(Wijayanto dan Pratiwi 2011). Hutan sengon juga merupakan tegakan yang dapat
dikelola secara agroforestri dengan beberapa tanaman pertanian (Indrajaya 2013).
Agroforestri adalah suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan
kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan (Hairiah
et al. 2003). Penerapan agroforestri dapat dilakukan dengan kombinasi tanaman
pertanian dan pohon kehutanan muda atau dewasa. Penggunaan pohon muda
biasanya dilakukan pada awal praktik agroforestri. Tanaman pertanian ditanam
bersamaan dengan pohon muda pada lahan yang sama.
Agroforestri juga dapat dilakukan dengan menggunakan pohon dewasa.
Lahan hutan sengon dewasa yang memiliki ruang di bawah tegakannya dapat
dimanfaatkan sebagai media pengembangan tanaman pertanian, salah satunya padi
gogo. Pengembangan dan budidaya padi gogo dapat menambah suplai beras
nasional meskipun kontribusinya masih kecil. Kebutuhan beras yang tinggi tidak
sebanding dengan jumlah produksinya. Produksi beras Indonesia tahun 2015
mencapai 75.36 juta ton gabah kering giling (GKG) per tahun (BPS 2015). Produksi
beras tersebut umumnya berasal dari padi sawah, sedangkan padi gogo masih belum
memiliki kontribusi yang tinggi. Pengembangan padi gogo dapat dilakukan pada
lahan secara agroforestri. Potensi luas lahan padi gogo sebagai tanaman tumpang
sari dapat mencapai 2 juta ha (Toha dan Hasanuddin 1997).
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agroforestri
adalah persaingan tanaman dan serangan penyakit. Persaingan tanaman pada
agroforestri dapat berupa penyerapan unsur hara, air, dan sinar matahari. Besarnya
persaingan pada lahan akan berpengaruh pada pertumbuhan dan produktivitas akhir
tanaman. Persaingan juga dipengaruhi oleh umur tanaman. Pohon sengon pada
umur lebih dari satu tahun memiliki tajuk dan naungan yang lebih rapat. Naungan
yang terlalu rapat akan meningkatkan tinggi tanaman padi gogo toleran sampai
batas tertentu (Supriyono 1999).
Faktor lain yang juga penting dan perlu diperhatikan adalah serangan penyakit
tanaman. Husaini dan Haneda (2010) menyatakaan bahwa penanaman sengon, baik
monokultur maupun campuran, tidak pernah lepas dari serangan hama maupun
penyakit. Penyakit pada tanaman agroforestri dapat menghambat pertumbuhan
tanaman dan mengurangi produktivitas hasil akhir. Penyakit dengan inang yang
sama yaitu tanaman kehutanan dan pertanian juga dapat menyebar pada sistem
agroforestri. Penyebaran tersebut dapat terjadi dari tanaman kehutanan ke tanaman
pertanian atau sebaliknya.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang padi gogo dan sengon adalah
Rhizoctonia sp. Kasus serangan Rhizoctonia sp. telah ditemukan di berbagai daerah

2
di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur (Sumartini 2011). Cendawan ini dapat menyerang bagian
ujung daun (Mulyati 2009). Rhizoctonia sp. merupakan salah satu patogen yang
dapat menyerang padi di wilayah Pakistan (Ashfaq et al. 2015). Serangan cendawan
tersebut cukup cepat. Rhizoctonia sp. mampu menimbulkan kematian pada jagung
35 hari setelah serangan (Soleimani dan Kashi 2005). Rhizoctonia sp. juga
merupakan cendawan yang dapat menyerang tanaman kehutanan, salah satunya
sengon.
Pola tanam agroforestri dimungkinkan dapat mempengaruhi serangan
cendawan Rhizoctonia sp. pada padi gogo, oleh karena itu dibutuhkan penelitian
terkait pola tanam agroforestri pada beberapa varietas padi gogo. Penelitian tersebut
dapat memberikan informasi terkait efektivitas agroforestri sengon dan padi gogo
serta intensitas serangan penyakit Rhizoctonia sp.

Perumusan Masalah
Lahan merupakan syarat utama dalam pengembangan tanaman padi, namun
pada saat ini ketersediaan lahan untuk padi sangatlah terbatas. Pembangunan lahan
selain sektor pertanian menjadi penyebab utama, seperti perumahan, pabrik, dan
sarana industri. Alternatif solusi perlu dicari dan dilakukan untuk meningkatkan
produksi padi nasional, diantaranya adalah pengembangan padi gogo yang dapat
tumbuh di lahan kering. Padi gogo juga dapat dijadikan tanaman tumpang sari pada
sistem agroforestri.
Pola agroforestri yang diterapkan pada suatu lahan diharapkan mampu
meningkatkan produktivitas hasil dan mengurangi potensi keberadaan penyakit.
Pengembangan sistem agroforestri padi gogo pada tegakan sengon membutuhkan
berbagai aspek pengamatan, diantaranya adalah pengaruhnya terhadap
pertumbuhan cendawan Rhizoctonia sp. Cendawan tersebut dapat menyerang
tanaman padi gogo sehingga menyebabkan terganggunya produktivitas hasil panen.
Rhizoctonia sp. juga dapat menyerang sengon mencapai 66% hingga bulan ke tiga
setelah semai (Anggraeni 2002).
Umur tegakan sengon juga dapat memberikan pengaruh terhadap optimalisasi
hasil padi gogo. Keberagaman umur sengon akan berakibat pada perbedaan
naungan sengon dan intensitas cahaya yang dapat diserap tanaman padi gogo. Oleh
karena itu, perlu diketahui pengaruh naungan pohon sengon terhadap hasil panen
padi gogo. Faktor lain yang menentukan hasil panen padi gogo adalah varietasnya.
Varietas padi gogo yang berbeda memiliki karakter yang berbeda dan berpengaruh
pada produktivitas hasilnya (Sopandie et al. 2003a). Gambaran penelitian yang
dilakukan serta luaran yang didapatkan dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
hasil panen padi gogo?
2. Bagaimana pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
pertumbuhan dimensi sengon?
3. Bagaimana pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
perkembangan serangan cendawan Rhizoctonia sp.?

3
Pemenuhan kebutuhan kayu

Luasan lahan pertanian
dan kehutanan
berkurang

Pemenuhan kebutuhan pangan
Budidaya tanaman pangan

Pengembangan hutan tanaman
(HT)
Penerapan sistem agroforestri

Aspek ekonomi

Aspek sosial

Aspek ekologi

Pemilihan
tanaman

Persaingan antar
tanaman

Umur tanaman

Cahaya

Hama

Unsur hara

Penyakit

Jenis tanaman

Antisipasi serangan
hama dan penyakit

Air
Tegakan sengon 3 bln
Inokulasi Rhizoctonia sp.

Sengon dan padi gogo
Tegakan sengon 2 th

Data pengamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Intensitas cahaya,
Suhu,
Kelembaban,
Ketinggian,
Latitude,
Curah hujan,
Sifat fisik dan kimia
tanah

Aspek biofisik

1.
2.
3.
4.

Diameter sengon
Tinggi sengon
Diameter tajuk
Perakaran sengon

Tanaman sengon

Komponen hasil padi gogo
(tinggi tanaman, panjang
malai, jumlah anakan,
jumlah anakan produktif,
bobot 1 000 butir, bobot
gabah kering, jumlah
gabah benras, bobot total)

Tanaman padi
gogo

1.
2.

Intensitas serangan
Kejadian penyakit

Serangan Rhizoctonia sp.

Analisis respon pertumbuhan, produktivitas hasil tanaman dan intensitas serangan Rhizoctonia sp.
berbasiskan agroforestri

Upaya peningkatan produktivitas hasil pada sistem agoforestri

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran

4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
hasil panen padi gogo
2. Menganalisis pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
pertumbuhan dimensi sengon
3. Menganalisis pengaruh sistem agroforestri sengon dengan padi gogo terhadap
perkembangan serangan cendawan Rhizoctonia sp.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi terkait dampak positif
dan negatif sistem agroforestri sengon dengan padi gogo. Dampak tersebut dapat
dijadikan referensi bagi petani atau masyarakat yang akan mengembangkan
agroforestri antara sengon dan padi gogo. Selain itu, dapat pula diketahui
perkembangan seragan cendawan Rhizoctonia sp. pada tanaman sengon dan padi
gogo. Manfaat lebih lanjut penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap aplikasi sistem agroforestri sengon dan padi gogo.
Hipotesis Penelitian
1. Sistem agroforestri sengon dan padi gogo mempengaruhi hasil panen padi
gogo.
2. Sistem agroforestri sengon dan padi gogo mempengaruhi pertumbuhan
dimensi sengon.
3. Sistem agroforestri sengon dan padi gogo mempengaruhi serangan cendawan
Rhizoctonia sp.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan April sampai Agustus 2016 dan
dilaksanakan pada dua lokasi yang berbeda. Lokasi pertama adalah lahan seluas 20
m x 15 m yang berada di kebun percobaan Yayasan Pengembangan Insan Pertanian
Indonesia (YAPIPI), Ciherang, Bogor. Koordinat lokasi penelitian adalah
106°44.949’ BT dan 06°35.66’ LS. Tanaman sengon dan padi gogo ditanam secara
bersamaan pada kebun percobaan tersebut. Sengon ditanam pada lahan dengan
jarak tanam 1.5 m x 1.5 m.
Lokasi kedua adalah lahan dengan dominasi sengon berumur 2 tahun dengan
jarak tanam 2.5 m x 2.5 m yang berada di areal hutan masyarakat di Cikarawang,
Bogor. Koordinat lokasinya adalah 106°43.987’ BT dan 06°33.061’ LS. Luas lahan
penelitian Cikarawang adalah 300 m2. Padi gogo ditanam di antara tegakan sengon
yang sudah tumbuh dewasa sehingga naungan akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan padi gogo. Gambaran desain lahan penelitian Cikarawang dapat
dilihat pada Lampiran 2.

5
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah object glass, kapas, kertas saring, kuas, label,
plastic wrap, tissue, LAFC (Laminar Air Flow Cabinet), mikroskop dan optilab,
kamera, plastik ukur 2 kg dan 1 kg, labu Erlenmeyer, cawan Petri, botol selai,
meteran, kompas, timbangan, lux meter, kaliper, haga hypsometer,
termohygrometer.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo
varietas Situ Patenggang dan IR64. Kedua benih tersebut didapatkan dari
Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB. Deskripsi kedua varietas dapat dilihat pada Lampiran 6
dan 7. Bahan lain yang digunakan adalah: aquades, alkohol 70%, spritus, media
PDA (Potato Dextrose Agar), pupuk NPK dan insektisida (bahan aktif karbofuran:
3%), isolat cendawan Rhizoctonia sp. Isolat cendawan tersebut didapatkan dari
Laboratorium Patologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Rancangan dan Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua sub penelitian yang
menggambarkan kondisi sistem agroforestri antara sengon dan padi gogo pada
strata umur sengon yang berbeda. Perbedaan umur tersebut dapat berpengaruh pada
tajuk dan perakaran sehingga berdampak terhadap kondisi biofisik. Fokus utama
dalam penelitian ini adalah hasil panen padi gogo, pertumbuhan dimensi sengon
dan serangan cendawan Rhizoctonia sp. pada padi gogo.
Bagian 1. Hasil panen padi gogo
Rancangan pengujian hasil panen padi gogo adalah split split plot design yang
terdiri atas 3 faktor dan 3 ulangan. Rancangan tersebut berlaku untuk kedua
penelitian yaitu pada lahan Ciherang maupun Cikarawang. Faktor yang pertama
adalah pola tanam dengan 2 taraf, faktor kedua adalah perlakuan inokulasi
cendawan Rhizoctonia sp. pada tanaman padi gogo yang terdiri atas 2 taraf dan
faktor ketiga yaitu perbedaan varietas padi gogo dengan 2 taraf.
Faktor pertama terdiri atas 2 taraf yaitu:
N = Agroforestri
M = Monokultur
Faktor kedua terdiri atas 2 taraf yaitu:
1 = Dilakukan inokulasi Rhizoctonia sp. pada padi gogo
2 = Tidak dilakukan inokulasi Rhizoctonia sp. pada padi gogo
Faktor ketiga terdiri atas 2 taraf yaitu:
A = Varietas padi Situ Patenggang (SP)
B = Varietas padi IR64
Percobaan ini memiliki 12 kombinasi yang diulang sebanyak 3 kali sehingga
terdapat 36 satuan percobaan. Berdasarkan gambaran plot penelitian yang
digunakan, maka model linier yang tepat adalah (Mattjik dan Sumertajaya 2013):
Yijk = µ + Ai +�il + Bj + (AB)ij +

ijl

+ Ck + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk +

ijkl

6
Keterangan :
= nilai rataan umum
µ
Ai

�il

Bj
(AB)ij
ijl

Ck
(AC)ik
(BC)jk
(ABC)ijk
ijkl

= pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A (pola tanam)
= pengaruh pengacakan faktor A
= pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B (inokulasi)
= pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
= pengaruh pengacakan faktor A dan B
=
=
=
=

pengaruh aditif taraf ke-k dari faktor C (varietas)
pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-k dari faktor C
pengaruh interaksi taraf ke-j dari faktor B dan taraf ke-k dari faktor C
pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
dan taraf ke-k dari faktor C
= pengaruh galat gabungan dari faktor A, faktor B, faktor C, dan
interaksinya

Penyediaan benih padi gogo
Benih padi gogo yang digunakan pada penelitian adalah Situ Patenggang dan
IR64. Kedua varietas tersebut merupakan varietas unggul dan banyak dikonsumsi
oleh masyarakat (Putra 2011). Kedua varietas tersebut ditanam pada lahan
percobaan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Benih padi gogo direndam
terlebih dahulu selama 2−3 menit sebelum ditanam untuk mengetahui bernas padi.
Padi yang bernas akan tenggelam dalam air ketika direndam (Siregar et al. 2013).
Padi yang ditanam hanya padi bernas, sedangkan padi yang terapung akan dibuang.
Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan 1 minggu sebelum penanaman. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk membersihkan lantai hutan dan mempersiapkannya sebelum
penanaman padi gogo. Pengolahan lahan dimulai dengan membersihkan lahan dari
sisa-sisa akar tanaman dan semak belukar. Pengolahan tanah dilakukan dengan
menggunakan cangkul hingga tanahnya gembur dan rata. Kegiatan berikutnya yaitu
membuat petak padi. Total luas lahan Ciherang yang siap tanam untuk padi gogo
dan sengon adalah 324 m2 (Lampiran 1) dengan jarak tanam sengon 1.5 m x 1.5 m.
Lahan penelitian di Cikarawang adalah 300 m2 dengan jarak tanam sengon 2.5 m x
2.5 m (Lampiran 3).
Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan setelah guludan selesai dibuat. Jarak tanam
padi gogo pada setiap penelitian sama yaitu 30 cm x 20 cm (Hafsyah 2000). Setiap
lubang tanam ditanam 2 benih padi gogo. Penanaman padi gogo dilakukan dengan
metode tabela (tanam benih langsung) dan sistem tugal. Kedalaman benih yang
ditanam juga harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada waktu munculnya
kecambah padi dan gangguan serangga seperti semut (Siregar et al. 2013). Lubang
tanam yang dibuat ± 4 cm. Penambahan insektisida bahan aktif (karbofuran: 3%)
dilakukan pada setiap lubang.

7
Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah penanaman padi gogo dengan menggunakan
pupuk kimia. Pupuk kimia NPK yang diberikan yaitu 100 kg urea/ha, 150 kg
SP36/ha dan 150 kg KCl/ha (Sopandie et al. 2003a). Pemupukan dilakukan dengan
penaburan pada alur sisi kiri atau kanan sejauh ± 10 cm, kemudian ditutup dengan
tanah. Pemberian SP36 dan KCl dilakukan seminggu setelah tanam, sedangkan urea
diberikan pada saat tanam dan primordia bunga terbentuk (Sopandie et al. 2003a).
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman diperlukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman dari
awal penanaman sampai pemanenan. Pemeliharaan tanaman padi gogo meliputi
penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama. Tanaman
padi gogo disiram sebanyak 3 hari sekali jika turun hujan (Siregar et al. 2013).
Kegiatan penyulaman juga dilakukan untuk mengantisipasi tanaman padi gogo
yang mati atau tumbuh abnormal. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 10 hari setelah tanam (HST) (Siregar et al. 2013). Cara penyulaman adalah
dengan menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman yang hidup dari petakan
khusus untuk tanaman sulaman.
Kegiatan pemeliharaan berikutnya adalah penyiangan. Kegiatan tersebut
dilakukan 2 minggu setelah tanam dan seterusnya secara berkelanjutan sesuai
dengan kondisi lapangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau
menggunakan cangkul. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu pengendalian hama
pada padi gogo. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida
(bahan aktif deltametrin) (Kastanja 2011).
Panen
Pemanenan dilakukan saat tanaman padi mulai matang secara fisiologis, yaitu
lebih dari 85% gabah telah menguning. Padi gogo matang pada kisaran usia 105–
115 HST (Hafsyah 2000). Pemanenan dilakukan dengan sistem babat bawah yaitu
pemotongan pangkal tanaman menggunakan sabit atau parang yang tajam. Setelah
itu, dilakukan perontokan pada batang padi yang telah ditebas. Perontokan padi
dilakukan, untuk menghasilkan gabah. Panen dilakukan secara serempak pada pagi
hari dalam kondisi cuaca cerah.
Pengamatan dan pengambilan data padi gogo
Respon yang diamati dan dilihat setelah penanaman padi gogo menurut
Sasmita et al. (2006) adalah:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meter ketika tanaman berumur
45 HST. Tinggi tanaman diukur pada 10 rumpun tanaman contoh.
2. Jumlah anakan per rumpun
Jumlah anakan per rumpun diamati pada 10 rumpun contoh yang berada pada
pertengahan baris tanaman. Pengamatan dilakukan setelah 45 HST dengan
perhitungan secara visual.
3. Jumlah anakan produktif

8

4.

5.

6.

7.

8.

Jumlah anakan produktif diamati pada setiap anakan yang berisikan malai padi.
Jumlah anakan produktif dihitung secara visual pada rumpun tanaman padi gogo.
Jumlah tanaman contoh yang dihitung sebanyak 10 tanaman.
Panjang malai
Pengukuran panjang malai dilakukan dari pangkal ruas sampai ujung malai.
Pengukuran tersebut dilakukan setelah panen padi. Alat yang digunakan untuk
mengukur panjang malai yaitu penggaris dan pita meter. Panjang malai diukur
pada 3 malai per tanaman, sedangkan jumlah tanaman contohnya yaitu 5
tanaman.
Jumlah gabah bernas
Perhitungan jumlah gabah bernas dilakukan setelah panen padi gogo.
Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu rumpun tanaman padi yang akan diamati.
Jumlah gabah bernas dihitung pada 3 malai per tanaman, sedangkan jumlah
tanaman padi yang diamati yaitu 5 tanaman.
Bobot gabah per rumpun
Bobot gabah per rumpun dihitung berdasarkan gabah total dalam satu rumpun
per perlakuan dan ditimbang dengan menggunakan timbangan. Data tersebut
diambil setelah panen padi gogo.
Bobot 1 000 butir gabah
Bobot 1 000 butir gabah diamati setelah panen dengan menimbang 1 000 butir
gabah pada setiap perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
timbangan.
Bobot total
Bobot total padi gogo diketahui setelah dilakukan pemanenan. Total gabah
bernas yang dipanen kemudian dikeringkan dan ditimbang. Bobot total diukur
dari jumlah semua rumpun padi pada lahan penelitian.

Bagian 2. Pengujian pertumbuhan dimensi sengon
Rancangan pengujian pada pertumbuhan sengon menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) satu faktor. Faktor tersebut adalah pola tanam dengan 2 taraf
yaitu agroforestri (N) dan monokultur (M). Berdasarkan gambaran plot penelitian
yang digunakan, maka model linier yang tepat adalah sebagai berikut (Mattjik dan
Sumertajaya 2013):
Yij = µ + τi +

ij

Keterangan :
Yij
= nilai respon dari pengamatan pola tanam ke-i dan ulangan
ke-j
µ
= nilai rataan umum
= pengaruh pola tanam ke-i
τi
ij

i
j

= galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
= N dan M (Pola tanam Agroforestri dan Monokultur)
= ulangan ke 1,2,3,...n

9
Percobaan pada lahan Ciherang memiliki 2 kombinasi yang diulang sebanyak
9 kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Percobaan pada lahan Cikarawang
memiliki 15 pohon contoh dan 2 kombinasi sehingga terdapat 30 satuan percobaan.
Penyediaan bibit sengon
Bibit sengon yang ditanam pada lahan Ciherang didapatkan dari salah satu
persemaian di Dramaga, Bogor. Bibit tersebut berumur 3 bulan setelah semai.
Kondisi bibit tersebut baik dan sehat, sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya hama serta penyakit pada saat penanaman dan pertumbuhannya di
lapang.
Penanaman sengon
Bibit sengon hanya ditanam pada lahan Ciherang. Kegiatan tersebut dimulai
dengan pembuatan lubang tanam yang sesuai dengan luasan polybag (Rusdiana et
al. 2000). Bibit sengon juga ditanam bersamaan dengan penambahan pupuk
kompos pada setiap lubang tanam. Pupuk kompos diberikan untuk menambah
unsur hara dan meningkatkan pertumbuhan sengon. Jarak tanam antar tanaman
sengon adalah 1.5 m x 1.5 m.
Pangamatan dan pengambilan data sengon
Respon yang diamati dan dilihat pada tanaman sengon 3 bulan adalah dimensi
tanaman yang meliputi:
1. Pengukuran tinggi
Pengukuran tinggi dilakukan menggunakan meteran. Sengon diukur mulai dari
pangkal batang sampai titik tumbuh. Pengukuran ini dilakukan pada 9 pohon
sampel per perlakuan setiap 1 minggu sekali sampai akhir panen padi gogo.
2. Pengukuran diameter batang
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan caliper. Diameter
batang sengon diukur pada ketinggian sekitar 30 cm di atas pangkal batang
sengon. Pengukuran diameter dilakukan pada 9 pohon sampel setiap 1 minggu
sekali sampai akhir panen padi gogo.
3. Pengukuran jumlah daun
Pengukuran jumlah daun sengon dilakukan dengan perhitungan secara visual
dan dilakukan sekali dalam 1 minggu. Pengukuran tersebut dilakukan pada 9
tanaman contoh.
4. Pengukuran akar tanaman
Pengukuran akar dilakukan pada awal dan akhir penanaman padi gogo dengan
menggali tanah. Pengukuran akar tidak dapat dilakukan pada waktu pertengahan
penanaman karena akan mengganggu dan merusak tanaman padi gogo.
Penggalian akar dilakukan tegak lurus arah larikan pohon secara bertahap pada
lahan pengamatan (Lampiran 4). Metode penggalian dilakukan dengan menggali
di pertengahan larikan dua pohon dan dihentikan ketika ujung akar ditemukan.
Akar yang sudah ditemukan ujungnya, kemudian dilakukan pengukuran panjang
dan kedalamannya. Pengukuran akar dilakukan pada 9 pohon contoh di masingmasing perlakuan.

10
Respon yang diamati dan dilihat pada tanaman sengon 2 tahun adalah dimensi
tanaman yang meliputi:
1. Pengukuran tinggi
Pengukuran tinggi sengon dilakukan menggunakan haga hypsometer.
Pengukuran ini dilakukan pada 15 pohon sampel per perlakuan setiap 1 bulan
sekali sampai akhir panen padi gogo.
2. Pengukuran diameter batang
Penggukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan pita meter.
Diameter batang sengon diukur setinggi dada yaitu berkisar 130 cm dari pangkal
batang. Pengukuran diameter dilakukan pada 15 pohon sampel setiap 1 bulan
sekali sampai akhir panen padi gogo.
3. Pengukuran tajuk
Pengukuran dilakukan terhadap panjang dan lebar tajuk sengon berumur 2 tahun
dengan menggunakan meteran dan galah ukur pada proyeksi tajuk yang akan
diamati. Pengukuran dilakukan setiap bulan dari penanaman sampai panen padi
gogo. Jumlah pohon sampel dalam pengukuran tajuk adalah 6 pohon.
4. Pengukuran akar tanaman
Pengukuran akar sengon 2 tahun dilakukan pada awal dan akhir penanaman padi
gogo dengan menggali tanah. Penggalian akar dilakukan tegak lurus arah larikan
pohon secara bertahap pada lahan pengamatan (Lampiran 4). Pengukuran akar
dilakukan pada 6 pohon contoh di masing-masing perlakuan.
Bagian 3. Pengujian serangan cendawan Rhizoctonia sp. terhadap padi gogo
Rancangan pengujian yang digunakan untuk pengamatan serangan
Rhizoctonia sp. adalah split plot design dengan dua faktor dan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah pola tanam dengan 2 taraf yaitu monokultur (M) dan agroforestri
(N). Faktor kedua adalah varietas padi dengan 2 taraf yaitu padi gogo Situ
Patenggang (A) dan IR64 (B). Model rancangan yang digunakan adalah sebagai
berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2013):
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij+ ik + jk
Keterangan :
Yijk
= nilai pengamatan pada petak utama ke-i, anak petak taraf
ke-j dan kelompok ke-k
µ
= nilai rata-rata umum
= pengaruh perlakuan pola tanam ke-i
αi
βj
(αβ)ij
ik

jk

= pengaruh perlakuan varietas ke-j
= pengaruh interaksi antara perlakuan pola tanam ke-i
dengan perlakuan varietas ke-j
= pengaruh acak dari pola tanam ke-i, kelompok ke-k yang
menyebar normal
= pengaruh acak dari varietas ke-j, kelompok ke-k yang
menyebar normal

11
Uji pedahuluan serangan cendawan
Uji pendahuluan dilakukan untuk membuktikan isolat cendawan dapat
menyerang inang. Kegiatan ini terdiri atas inokulasi cendawan terhadap tanaman
contoh, reisolasi jaringan tanaman yang bergejala, dan identifikasi isolat hasil
reisolasi (Aisah 2014). Langkah awal yang dilakukan dalam pengujian adalah
pemotongan hifa cendawan menjadi bagian yang lebih kecil sehingga mudah
berkembang pada inang daun tanaman. Pemotongan tersebut dilakukan dengan
pemblenderan isolat. Setelah itu, potongan kecil isolat diinokulasikan ke daun padi
gogo untuk menguji penyerangan cendawan Rhizoctonia sp. Jenis padi yang
digunakan pada uji pendahuluan adalah padi yang ditanam pada lahan. Umur padi
saat diinokulasi adalah 2 bulan. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai terlihat
adanya gejala serangan.
Inokulasi cendawan Rhizoctonia sp.
Inokulasi cendawan merupakan kegiatan pemasukan isolat cendawan ke
bagian tanaman (inang). Kegiatan tersebut dilakukan untuk melihat respon tanaman
setelah inokulasi, menilai pola tanam yang tepat serta varietas padi gogo yang lebih
tahan terhadap serangan. Kegiatan inokulasi cendawan dilakukan 60 HST pada
tanaman padi gogo dan bibit sengon. Tanaman padi pada umur tersebut berada pada
masa vegetatif maksimum.
Langkah awal yang dilakukan sebelum inokulasi adalah persiapan isolat
Rhizoctonia sp. dengan memperbanyak dan memotong hifa cendawan. Langkah
berikutnya adalah inokulasi cendawan pada daun padi gogo sesuai dengan
rancangan dan perlakuan yang telah dibuat (Firmansyah 2005). Isolat dioleskan
merata pada bagian daun padi gogo. Pengolesan isolat cendawan dilakukan dengan
menggunakan kapas atau kuas. Jumlah tanaman sampel yang diinokulasi sebanyak
10 tanaman.
Uji serangan cendawan
Uji serangan cendawan dilakukan terhadap tanaman padi gogo yang
diberikan perlakuan inokulasi dan kontrol. Parameter uji serangan cendawan adalah
kejadian penyakit dan intensitas serangan penyakit pada padi gogo. Kejadian
penyakit dapat menggambarkan luas serangan penyakit, sedangkan intensitas
serangan akan menunjukkan besarnya serangan cendawan pada inang. Kejadian
penyakit ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Achmad et al.
2012b):
Kejadian Penyakit (KP) =







%

Keterangan:
KP
= kejadian penyakit (%)
n
= jumlah tanaman yang menunjukkan gejala penyakit
N
= jumlah tanaman yang diamati
Pengamatan intensitas serangan dihitung menggunakan metode berikut:
IS =

∑ ���
���



%

12
Keterangan:
IS
= intensitas serangan (%)
N
= jumlah daun untuk setiap kategori
v
= nilai numerik kategori serangan
N
= jumlah daun yang diamati
Z
= nilai numerik untuk kategori tertinggi
Intensitas serangan dan nilai numerik penyakit yang digunakan dapat
ditunjukkan pada Tabel 1 (Aisah 2014) sebagai berikut:
Tabel 1 Skor intensitas serangan dan nilai numerik penyakit
Skor
0
1
2
3
4

Keterangan
daun tidak bergejala
daun terlihat layu atau ≤ 25% bagian daun mengalami nekrosis
26-50% bagian daun mengalami nekrosis
> 50% bagian daun mengalami nekrosis
tanaman mati

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada
taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Analisis tersebut dilakukan
setelah data selesai diambil. Uji lanjut Duncan taraf 5% dilakukan apabila terdapat
pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Data diolah menggunakan program
SAS 9.0.
Pengukuran Aspek Biofisik
Pengamatan aspek biofisik, dimensi sengon, dan peubah tanaman padi gogo
secara rinci tersaji pada Lampiran 5. Aspek biofisik lingkungan yang diukur dalam
penelitian ini diantaranya adalah sifat tanah, iklim, intensitas cahaya, suhu, dan
kelembaban. Sifat tanah diketahui setelah dilakukan pengambilan contoh dan
pengujian sifat-sifat tanah di laboratorium. Sifat tanah tersebut akan menentukan
karakteristik lahan dan berpengaruh terhadap pengembangan agroforestri sengon
dan padi gogo.
Data iklim diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor. Data
iklim tersebut berupa curah hujan, suhu, dan kelembaban bulanan. Pengukuran
intensitas cahaya juga dilakukan satu kali dalam seminggu dengan menggunakan
lux meter pada pagi, siang, dan sore hari. Data tersebut akan menentukan kondisi
fisiologi tanaman dan metabolismenya. Pengukuran suhu dan kelembaban pada
tempat pengamatan dilakukan satu kali dalam seminggu pada pagi hari (pukul
07.00−08.00), siang (pukul 12.00−13.00), dan sore (pukul 16.00−17.00) dengan
menggunakan termohygrometer.

13

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Panen Padi Gogo
Penelitian 1. Sistem agroforestri padi gogo pada tegakan sengon 3 bulan
Hasil panen padi gogo sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman
kehutanan pada pola tanam agroforestri akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap lingkungan. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam praktik
agroforestri adalah kondisi tajuk tanaman kehutanan. Sengon yang berumur 3 bulan
pada lahan Ciherang belum memiliki tajuk yang rapat. Kondisi tersebut
menyebabkan cahaya yang masuk pada plot padi gogo di lahan agroforestri masih
cukup banyak. Selain itu, kondisi biofisik pada lahan agroforestri Ciherang juga
tidak berbeda jika dibandingkan dengan lahan monokultur.
Kesamaan tersebut menyebabkan pola tanam pada lahan penelitian Ciherang
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap beberapa peubah hasil panen padi
gogo. Tabel 2 menunjukkan perbandingan hasil panen padi gogo pada pola tanam
monokultur dan agroforestri.
Tabel 2 Perbandingan hasil panen padi gogo pada pola tanam monokultur dan
agroforestri di lahan Ciherang
Peubah
Tinggi total (cm)
Jumlah anakan total
Jumlah anakan produktif
Panjang malai (cm)
Jumlah gabah bernas (butir)
Bobot 1 000 butir (g)
Bobot gabah bernas (g)
Bobot total (g/plot)

Pola Tanam
Monokultur
Agroforestri
89.25
88.29
12.55
12.32
11.81
12.18
19.97
20.08
184.92
163.38
21.38
20.04
3.45
3.30
59.91
63.68

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa pola tanam pada lahan
Ciherang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap hasil panen padi gogo.
Perlakuan agroforestri yang dilakukan dengan penanaman sengon belum
memberikan pengaruh terhadap hasil panen. Padi gogo yang ditumpangsarikan
dengan tanaman sengon masih dapat tumbuh baik dan memiliki hasil yang hampir
sama dengan padi gogo yang ditanam secara monokultur.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil panen padi gogo adalah kondisi
lingkungan dan varietas padi gogo. Faktor lingkungan terdiri atas tanah (edafis) dan
klimatis. Hasil analisis tanah sebelum penelitian menunjukkan bahwa tanah pada
lahan monokultur dan agroforestri memiliki sifat yang sama. Masing-masing lahan
memiliki kandungan C organik yang rendah serta fosfor yang sedang. C organik
merupakan salah satu parameter kondisi kesuburan tanah. Kandungan C organik
yang rendah merupakan indikator rendahnya bahan organik yang ada di dalam
tanah (Hardjowigeno 2007). Sedangkan fosfor merupakan unsur yang berfungsi
untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, buah, bunga, dan biji.

14
Kondisi lingkungan yang juga menentukan pertumbuhan dan hasil panen padi
gogo adalah faktor klimatis. Faktor klimatis terdiri atas suhu, kelembaban, curah
hujan, dan intensitas cahaya. Faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya sengon
pada pola tanam agroforestri. Sengon yang tumbuh dewasa akan memiliki tajuk
yang rapat sehingga mengubah kondisi lingkungan lahan padi gogo. Hartoyo et al.
(2014) menyatakan bahwa naungan sengon pada agroforestri berpengaruh pada
hasil panen. Sengon pada lahan Ciherang masih berumur 3 bulan, sehingga belum
memiliki tajuk yang rapat. Hal tersebut menyebabkan hasil panen padi gogo lahan
agroforestri masih sama dibandingkan dengan padi gogo lahan monokultur.
Dimensi tinggi tanaman sengon hampir sama dengan padi gogo sampai usia
panen padi. Kondisi tajuk sengon juga masih ringan dan tidak lebat sehingga belum
signifikan mengubah intensitas cahaya yang masuk lahan padi gogo. Data
pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya pada lahan monokultur adalah
412.52 lux sedangkan intensitas cahaya pada lahan agroforestri adalah 380.7 lux.
Cahaya merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan
metabolisme yang ada di dalam tanaman. Cahaya matahari adalah salah satu bahan
penting untuk proses fotosintesis dan pembentukan energi. Rendahnya intensitas
cahaya pada padi gogo akan memberikan respon secara morfologis dan fisiologis.
Padi gogo yang mendapat sedikit cahaya akan memiliki hasil yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan padi gogo pada kondisi cahaya penuh (Noverda 2010). Uji
statistik menunjukkan bahwa hasil panen padi gogo pada lahan monokultur dan
agroforestri tidak berbeda nyata. Kondisi tersebut membuktikan bahwa sengon
umur 3 bulan belum memiliki pengaruh yang besar pada intensitas cahaya,
lingkungan, dan hasil padi gogo sebagai tanaman tumpangsarinya.
Besarnya cahaya yang masuk ke lahan juga akan mempengaruhi suhu dan
kelembaban udara. Suhu udara pada lahan monokultur dan agroforestri di Ciherang
masih dalam rentan yang hampir sama. Lahan monokultur padi memiliki suhu
udara 29.67 °C sedangkan suhu pada lahan agroforestri adalah 29.34 °C. Suhu udara
yang optimal untuk pertumbuhan padi gogo adalah 20−35 °C (Damanik 1989).
Tingginya tingkat tutupan tajuk tanaman kehutanan juga akan berpengaruh pada
kelembaban udara. Kelembaban udara pada lahan agroforestri dan monokultur
Ciherang tidak berbeda jauh. Lahan monokultur memiliki kelembaban udara
65.99% sedangkan lahan agroforestri padi memiliki kelembaban udara 65.39%.
Padi gogo merupakan tanaman pertanian yang membutuhkan air sebagai
pengangkut zat hara dan proses metabolisme di dalam tanaman. Salah satu sumber
air yang dapat diserap padi gogo adalah air hujan. Curah hujan pada lahan padi gogo
akan mempengaruhi banyaknya air yang dapat diserap. Curah hujan optimal untuk
pertumbuhan padi gogo adalah 200 mm/bulan (BKP3 2009). Data dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa rata-rata
curah hujan pada daerah Ciherang adalah 390.53 mm/bulan (Lampiran 8 dan 9).
Pertumbuhan dan produktivitas padi gogo dapat dipengaruhi oleh faktor di
luar tanaman. Faktor tersebut diantaranya adalah serangan cendawan penyebab
penyakit. Salah satu cendawan yang dapat menyerang padi gogo adalah Rhizoctonia
sp. Tabel 3 menunjukkan respon peubah hasil panen padi gogo terhadap serangan
cendawan Rhizoctonia sp.

15
Tabel 3 Perbandingan hasil panen padi gogo pada perlakuan inokulasi dan tanpa
inokulasi cendawan Rhizoctonia sp. di lahan Ciherang
Inokulasi
Peubah
Uji F
Inokulasi
Tanpa inokulasi
Tinggi total (cm)
tn
89.18a
88.36a
Jumlah anakan total
*
11.57b
13.30a
b
Jumlah anakan produktif
*
11.07
12.93a
Panjang malai (cm)
tn
20.36a
19.69a
a
Jumlah gabah bernas (butir)
tn
136.38
211.92a
a
Bobot 1 000 butir (g)
tn
20.99
20.43a
Bobot gabah bernas (g)
tn
2.79a
3.96a
a
Bobot total (g/plot)
tn
48.96
74.63a
(tn): tidak berbeda nyata; (*): berbeda nyata pada taraf uji 5%; angka-angka pada
baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Rhizoctonia sp. merupakan fungi penghuni tanah tetap (soil inhabitant) yang
mampu hidup sebagai saprob bila tidak ada inang dan membentuk sklerotia, yaitu
modifikasi dari miselia, sebagai bentuk bertahan (Achmad et al. 2012b).
Rhizoctonia sp. melakukan penyerangan ketika terdapat inang di lahan habitatnya
(Mulyati 2009). Serangan Rhizoctonia sp. akan mengganggu proses-proses biologis
yang ada di dalam tanaman padi gogo. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap potensi serangan patogen diantaranya adalah lingkungan yang mendukung,
tanaman inang yang rentan, dan patogen yang ganas. Cendawan Rhizoctonia sp.
merupakan patogen yang ganas dengan serangan yang cepat. Uji pendahuluan yang
dilakukan pada laboratorium menunjukkan bahwa cendawan tersebut mampu
mematikan padi gogo umur 2 minggu hanya dalam waktu 3 hari.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangan cendawan pada lahan
Ciherang belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen padi
gogo. Sumartini (2011) menyatakan bahwa Rhizoctonia sp. merupakan cendawan
yang memulai serangannya pada bagian akar dan batang yang berbatasan dengan
tanah. Infeksi pada batang tersebut akan menyumbat transportasi hara dan air
sehingga tanaman layu. Dampak serangan pada akar dan batang lebih besar jika
dibandingkan dengan serangan pada bagian daun tanaman. Namun, selama kurun
waktu penyerangan semua bagian tanaman juga dapat terserang. Setelah menyerang
batang dan akar, patogen Rhizoctonia sp. akan menyebar ke seluruh bagian tanaman
dan menyebabkan pembusukan.
Padi gogo yang diinokulasi cendawan Rhizoctonia sp. masih memiliki malai
dan produksi yang normal. Kerusakan hanya terdapat pada bagian daun dan batang
tanaman. Kadar inokulasi buatan yang dilakukan juga dapat menjadi faktor
serangan cendawan Rhizoctonia sp. dalam penelitian. Pengolesan cendawan hanya
dilakukan sekali pada bagian daun tanaman dengan 3 daun di setiap rumpunnya.
Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa inokulasi cendawan Rhizoctonia
sp