Respon Padi Terhadap Campuran Dolomit Dibakar 550 oC-Trass Dibandingakan dengan Trass, Terak Baja, dan Dolomit serta Kombinasinya pada Delta Berbak, Jambi

RESPON PADI TERHADAP CAMPURAN DOLOMIT DIBAKAR
550 ℃-TRASS DIBANDINGKAN DENGAN TRASS, TERAK
BAJA, DAN DOLOMIT SERTA KOMBINASINYA PADA
TANAH GAMBUT DELTA BERBAK, JAMBI

NIA LIANI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Padi terhadap
Campuran Dolomit Dibakar 550 ℃-Trass Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja,
dan Dolomit serta Kombinasinya pada Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nia Liani
NIM A14100102

ii

ABSTRAK
NIA LIANI. Respon Padi terhadap Campuran Dolomit Dibakar 550 ℃-Trass
Dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan Dolomit serta Kombinasinya pada
Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan
BUDI NUGROHO.
Pengembangan pertanian di lahan gambut menghadapi kendala diantaranya
tingginya asam-asam organik. Pemberian amelioran diperlukan dalam usaha
pertanian di tanah gambut untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki
ketersediaan hara bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
respon tanaman padi dengan pemberian campuran dolomit yang dibakar

550 ℃-trass dengan pemberian trass, terak baja, dan dolomit serta kombinasinya.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), 13 perlakuan dengan
3 ulangan yang terdiri atas kontrol, NPK 50% dari dosis rekomendasi, 5% terak
baja, 5% trass, dolomit (2.5%, 1.9%, dan 1.3%), 5% dolomit 550 ℃-trass
(0.5:1, 0.75:1, dan 1:1), dan 5% kombinasi terak baja dan dolomit dibakar
550 oC-trass 1:1 (25%:75%, 50%:50%, dan 75%:25%). Penelitian ini menunjukkan
bahwa aplikasi trass atau dolomit saja tidak efektif sebagai bahan amelioran tanah
gambut untuk padi sawah, aplikasi trass dikombinasikan dengan dolomit dibakar
550 oC efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah. Aplikasi
campuran dolomit dibakar 550 oC-trass lebih baik dibandingkan dengan aplikasi
trass, dolomit dan terak baja saja sebagai amelioran untuk padi sawah. Aplikasi
campuran dolomit dibakar 550 oC-trass yang dikombinasikan dengan terak baja
lebih baik dibandingkan dengan aplikasi campuran dolomit dibakar 550 oC-trass
tanpa terak baja sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah. Kombinasi
dolomit dibakar 550 oC-trass dengan terak baja (75%:25%) paling baik
diaplikasikan sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah.
Kata kunci: dolomit, gambut, tanaman padi, terak baja, trass

ABSTRACT
NIA LIANI. Response of Paddy Rice on Application of 550 ℃ Dolomite-Trass

Mixture Compared with Trass, Steel Slag, Dolomite and Its combinations on
Berbak Delta Peat Soil, Jambi. Supervised by ATANG SUTANDI and BUDI
NUGROHO.
One of the obstacles to agriculture development in peatlands is high organic
acids. Ameliorant is required for peatland farm to increase soil pH and improve
nutrient availability for plants. The purpose of this research is to investigate
responses of paddy on peat soil with application of 550 ℃ burned dolomite and
trass compare trass, steel slag, dolomite, and its combinations. This research used
random complete design, 13 treatments with three replications consisting of control,
NPK 50% of the dose recommendation, 5% steel slag, 5% trass, dolomite (2.5%,
1.9%, and 1.3%), 5% dolomite 550 ℃-trass (0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5%
combination of steel slag and burnt dolomite 550 oC-trass 1:1 (25%:75%,
50%:50%, and 75%:25%). The results of this research showed that trass or dolomite
was a single application not effective as a peat soil ameliorant for paddy. However
when trass was combined with burned dolomite 550 oC it is effective as ameliorant
peat for paddy. Applications of burned dolomite 550 oC-trass mixture was better
than trass, dolomite and steel slag only as ameliorant peat for paddy. Applications
of burned dolomite 550 oC-trass combined with steel slag was better than the
application of burned dolomite 550 oC-trass mixture without steel slag as ameliorant
deep peat for paddy. The combination of trass-burned dolomite 550 oC with steel

slag (75%: 25%) was the best ameliorant on the deep peat for paddy.
Keywords: dolomite, peat, paddy, steel slag, trass

ii

RESPON PADI TERHADAP CAMPURAN DOLOMIT DIBAKAR
550 ℃ - TRASS DIBANDINGKAN DENGAN TRASS, TERAK
BAJA, DAN DOLOMIT SERTA KOMBINASINYA PADA
TANAH GAMBUT DELTA BERBAK, JAMBI

NIA LIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan,
penelitian, dan penulisan skripsi ini. Skripsi yang dilaksanakan sejak Oktober 2014
ini berjudul Respon Padi terhadap Campuran Dolomit dibakar 550 ℃-Trass
dibandingkan dengan Trass, Terak Baja, dan Dolomit serta Kombinasinya pada
Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi Dibimbing oleh Dr. Ir. Atang Sutandi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Atang Sutandi, MSi selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan
motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir
Budi Nogroho, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan
berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Suwarno, MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran, dan masukan
dalam perbaikan skripsi ini.

2. Seluruh staff Laboratorium dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3. Ayahanda Bustomi dan Ibunda Nurhawati tercinta yang telah tulus
memberikan kasih sayang, mengajarkan banyak hal, selalu memberikan
dukungan moril dan materil, selalu mendo’akan dan menjadi penyemangat
bagi penulis.
4. Ayunda Eka Apni Sherly, Ayunda Linda Yunistika, ananda Zafira Eka Putri
beserta keluarga besar Bustomi dan Nurhawati atas doa, kasih sayang,
dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
S1.
5. Sahabat yang menemani dikala senang dan sedih, Hevi Metalika Aprilia dan
Peni Fitria Raharjanti.
6. Pemerintah Kabupaten Lahat yang telah memberikan kepercayaan kepada
penulis untuk menerima beasiswa utusan daerah (BUD) selama masa
perkuliahan sampai semester 9.
7. Teman seperjuangan (Nur Farita dan Lohot Jon Piter Sidabutar) atas
kerjasama, semangat, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama
menjalani penelitian sampai penyusunan skripsi.
8. Rekan-rekan MSL 47 khususnya Rizqa Mardhiyyah, Masruroh, Acul,
Yolla, Tri atas kebersamaan dan dukungannya selama masa perkuliahan.

9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.
Bogor, Mei 2015
Nia Liani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2


Rancangan Percobaan

2

Persiapan Percobaan

3

Percobaan Rumah Kaca

5

Metode Penilaian Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi

6

6

Pengaruh Perlakuan Dolomit dibakar 550 oC-Trass, Dolomit, Terak Baja dan
Kombinasinya terhadap pH Tanah
8
Pengaruh Perlakuan Dolomit dibakar 550 oC-Trass, Dolomit, Terak Baja dan
Kombinasinya terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan Biomassa
9
Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan N, P, K, Ca, dan Mg Padi

11

Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan Fe, Cu, dan Zn Padi

13

Relative Agronomic Effectiveness

13


SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

25

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 1. Dosis pupuk dan bahan amelioran
4
Tabel 2. Komposisi hara EF slag dan trass
5
Tabel 3. Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman
6
Tabel 4. Sifat kimia tanah gambut delta berbak, jambi
7
Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah
8
Tabel 6. Pertumbuhan 8 MST, jumlah anakan, dan biomassa kering
tanaman
10
Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap serapan N, P, K, Ca, dan Mg
tanaman
12
Tabel 8. Serapan hara Fe, Cu, Zn padi pada masing- masing perlakuan
13
Tabel 9. Nilai relative agronomic effectiveness perlakuan yang
dicobakan
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Lampiran 1. Deskripsi varietas padi Inpara 6 (balai besar penelitian
tanaman padi
17
Lampiran 2. Kriteria penilaian sifat kimia gambut
18
Lampiran 3. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pH tanah 18
Lampiran 4. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap tanah tinggi
tanaman, jumlah anakan dan biomassa kering padi
19
Lampiran 5. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap serapan N,
P, K, Ca, dan Mg padi
19
Lampiran 6. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe,
Cu, dan Zn padi
20
Lampiran 7. Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah
20
Lampiran 8. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi padi
21
Lampiran 9. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan
21
Lampiran 10. Pengaruh perlakuan terhadap biomassa kering padi 22
Lampiran 11. Serapan N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn padi
23
Lampiran 12. Dokumentasi tanaman pada saat tanam
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan gambut sangat rentan terhadap kerusakan lahan, yaitu kerusakan fisik
(subsiden dan irriversible drying) serta kerusakan kimia (defisiensi hara dan unsur
beracun). Pengembangan pertanian di lahan gambut menghadapi kendala antara
lain tingginya asam-asam organik (Ratmini 2012). Pemberian amelioran diperlukan
dalam usaha pertanian di tanah gambut untuk meningkatkan pH tanah dan
memperbaiki ketersediaan hara bagi tanaman.
Gambut Indonesia umumnya memiliki kandungan asam fenolat tinggi yang
beracun bagi tanaman. Kation-kation polivalen dapat menetralkan asam-asam
tersebut secara efektif, sehingga penambahan dalam dosis tepat dapat
meningkatkan produktivitas lahan gambut secara berkelanjutan (Ratmini 2012).
Adanya fenomena ikatan antara logam dan senyawa organik memungkinkan
beberapa kation dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan reaktivitas asam-asam
fenolat, sehingga tidak meracuni tanaman. Bahan-bahan yang kaya kation polivalen
dapat digunakan untuk mengatasi keracunan asam-asam organik (Hartatik 2004).
Terak baja, trass dan dolomit merupakan bahan amelioran yang bisa digunakan
sebagai amelioran tanah gambut karena memiliki kandungan kation polivalen
diantaranya Fe dan Ca yang dapat mengurangi asam-asam organik meracun serta
Mg, silika, unsur mikro dan unsur lainnya yang dapat memperbaiki sifat kimia
tanah gambut.
Aplikasi trass, dolomit dan terak baja sebagai amelioran tanah gambut
dilakukan berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, pemberian terak baja nyata
meningkatkan nilai pH tanah, Ca dan Mg dapat ditukar, P-tersedia, SiO2-tersedia,
serta unsur mikro (Fe, Mn, dan Zn) tersedia tanah. Perlakuan dolomit nyata
meningkatkan nilai pH tanah serta Ca dan Mg dapat ditukar (Utami 2012),
sedangkan aplikasi trass tunggal dibawah 6% sebagai amelioran untuk tanah
gambut kurang efektif meningkatkan tinggi dan bobot kering padi umur 11 minggu
(Pamungkas 2013). Pencampuran dolomit dibakar 550 oC dengan trass diharapkan
dapat membentuk kalsium silika dan magnesium silika dari kandungan CaO dan
MgO dolomit dengan silika yang dapat dilarutkan pada trass.
Trass terbentuk dari abu vulkanik yang memiliki kandungan unsur kalsium
dan silika. Kandungan unsur kalsium dan silika pada trass berpotensi untuk
pengapuran serta sebagai bahan pupuk silika (Utomo 2011). Silika bukan unsur
hara esensial, namun merupakan unsur yang dapat menguntungkan bagi tanaman.
Sebagai tanaman akumulator Si, padi membutuhkan dan menyerap Si dalam jumlah
besar. Silika (Si) pada tanah gambut dalam tergolong rendah karena pada gambut
dalam miskin hara, termasuk Si. Silika penting untuk memperkokoh batang
tanaman agar tidak mudah diserang hama dan penyakit.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon padi terhadap
pemberian campuran dolomityang dibakar 550 ℃-trass dengan pemberian trass,
terak baja, dan dolomit serta kombinasinya.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015.
Percobaan pot dilakukan di rumah kaca, Kebun Percobaan Cikabayan, Institut
Pertanian Bogor (IPB). Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB.

Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih padi
varietas inbrida padi rawa 6 (INPARA 6), tanah gambut Delta Berbak, Jambi
sebagai media tanam, bahan amelioran yang terdiri atas (1) terak baja (EF slag)
diperoleh dari PT Krakatau Steel, Cilegon, (2) trass diperoleh dari pembuat batako
tradisional di Cigombong, Bogor, (3) dolomit diperoleh dari PT Indo Bumi Agung,
Gresik (MgO 18-22%, CaO ±30%, DN 98.57-108.57%). Bahan-bahan kimia
meliputi HNO3, NH4OAc pH 7, H3BO3, H2SO4, KCl, 0.05 N HCl, HClO4, Bray-1,
NaOH 50%, Indikator PP, HCl 0.1 N, Lantan, dan aquades. Pupuk dasar yang
diberikan meliputi pupuk makro yaitu urea, SP-36, KCl dan pupuk mikro CuSO4
dan ZnSO4.
Alat-alat yang digunakan yaitu ember sebagai pot, cangkul, sprayer,
timbangan digital, penggaris serta alat-alat untuk analisis tanah, tanaman dan bahan
amelioran meliputi tanur, peralatan gelas (gelas piala, gelas ukur, pipet Mohr, pipet
volumetrik, tabung erlenmeyer, buret, dan labu destilasi) dan peralatan pengukuran
seperti spectrophotometer, flamephotometer, timbangan neraca, atomic absorption
spectrophotometer (AAS), dan peralatan lainnya.

Rancangan Percobaan
Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 13
perlakuan dan 3 ulangan. Dari data yang diperoleh dilakukan analisis statistika
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf α=1% dan α=5%, apabila
berpengaruh nyata dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
menggunakan software SAS for windows 9.1.3 portable. Model matematika
rancangan percobaan yang digunakan adalah:

3

Yij = µ + ɑ� + ɛij

di mana:
Yij
= Pengamatan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ
= rataan umum (µi = µ)
ɑ
= pengaruh perlakuan ke-i
ɛij
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Persiapan Percobaan
Langkah awal persiapan percobaan yaitu mengambil contoh tanah gambut
dan menetapan kadar air dengan metode gravimetri. Hasil perhitungan kadar air
gambut yaitu 218%. Tanah gambut yang dibutuhkan untuk percobaan tanam adalah
3 kg bobot kering mutlak, sehingga tanah gambut yang dibutuhkan untuk percobaan
tanam sebesar 9.5 kg bobot kering udara. Setelah itu, tanah dicampur dengan
masing-masing dosis perlakuan, lalu dimasukkan ke dalam pot dan diinkubasi
selama dua minggu.
Bahan amelioran terak baja, trass, dan dolomit dihaluskan sampai berukuran
2 mm. Selanjutnya, dolomit dibakar 550 ℃ menggunakan tanur selama 2 jam
kemudian dicampur dengan trass (0.5:1, 0.75:1, 1:1). Menurut Munawar (2011),
kemampuan bahan kapur menetralisir tanah disebut ekivalen kalsium karbonat
(KKE) yaitu kapasitas menetralisasi bahan kapur pertanian dibandingkan dengan
kalsium karbonat, yang dinyatakan sebagai persen bobot CaCO3. Berdasarkan hal
ini pembakaran dolomit dimaksudkan untuk meningkatkan CaO dan MgO sehingga
memiliki nilai KKE yang lebih tinggi dari nilai dolomit tanpa dibakar. Kandungan
CaO dan MgO dalam dolomit sebelum dibakar yaitu 29.85% dan 18.76%, setelah
dibakar 550 oC kandungan CaO dan MgO yaitu sebesar 31% dan 20%. Reaksi
pembakaran dolomit diharapkan dapat menguraikan dolomit menjadi bentuk CaO
dan MgO, diilustrasikan sebagai berikut:
2CaMg(CO3)2

2CaO + 2MgO + 4CO2

Penelitian ini terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan terdiri atas:
1. Kontrol
2. NPK50% : Urea + SP-36 + KCl
3. B3
: NPK 50% + 5% terak baja
4. B4
: NPK 50% + 5% trass
5. B5
: NPK 50% + 5% (dolomit 550 ℃ + trass (0.5:1))
6. B6
: NPK 50% + 5% (dolomit 550 ℃ + trass (0.75:1))
7. B7
: NPK 50% + 5% (dolomit 550 ℃ + trass (1:1))
8. B8
: NPK 50% + 2.5% dolomit
9. B9
: NPK 50% + 1.9% dolomit
10. B10
: NPK 50% + 1.3% dolomit
11. B11
: NPK 50% + 5% (25% terak baja + 75% dari B7)
12. B12
: NPK 50% + 5% (50% terak baja + 50% dari B7)
13. B13
: NPK 50% + 5% (75% terak baja + 25% dari B7)

4

Tabel 1. Dosis pupuk dan bahan amelioran
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13

Urea
0.00
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25

KCl
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14

SP-36
0.00
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14
1.14

Slag

Trass
g pot-1
0.00
0.00
0.00
0.00
150.00
0.00
0.00 150.00
0.00
72.87
0.00
59.49
0.00
49.53
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37.50
37.14
75.00
24.78
112.50
12.39

Dolomit
0.00
0.00
0.00
0.00
75.54
90.51
100.47
75.00
57.00
39.00
75.36
50.22
25.11

CuSO4 ZnSO4
0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Menurut Munawar (2011), kapur pertanian adalah bahan yang senyawa Ca
dan Mg-nya dapat menetralisir kemasaman tanah atau menurunkan aktivitas ion H
di dalam larutan tanah. Bahan kapur yang digunakan yaitu kalsit (CaCO), dolomit
(CaMg(CO3)2), kapur bakar (CaO), kapur hidroksida atau kapur tembok, kalsium
silikat atau metasilikat (CaSiO3). Dolomit (CaMg(CO3)2) merupakan salah satu
jenis kapur yang digunakan untuk menyuplai Ca dan Mg serta mengurangi
kemasaman tanah (Hardjowigeno 1986).
Trass terbentuk dari pelapukan abu vulkanik yang kaya akan feldspar dan
silika seperti breksi andesit, breksi tuf, granit, riolit. Sifat yang penting dari trass
adalah bila dicampur dengan kapur tohor dan air akan membentuk bahan seperti
semen. Hal ini menunjukkan adanya kelarutan silikat pada trass. Kandungan yang
terdapat di dalamnya berupa silika yang dapat dilarutkan, biasanya dikombinasikan
dengan CaO sebagai kalsium silika (Bemmelem 1949).
Terak baja merupakan limbah padat dari proses pembakaran besi dalam
pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan batu kapur
yang ditambahkan. Penambahan batu kapur bertujuan untuk mengikat bahan-bahan
pengotor dari biji besi, agar diperoleh besi murni atau sudah terpisah dari teraknya.
Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca, Mg, Si, dan unsur-unsur lainnya
(Hadisaputra 2011 dalam Utami 2012). Menurut Pohan (2012), produk sampingan
industri pengolahan logam sangat banyak ditemukan saat ini, beberapa di antaranya
dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran tanah. Produk sampingan seperti steel
slag terdiri atas iron-making slag atau blastfurnace slag (BFS) dan steel-making
slag (converter furnace slag dan electricfurnace slag). Komposisi trass dan EF slag
disajikan pada Tabel 2.

5

Tabel 2. Komposisi hara EF slag dan trass
Parameter
pH (H2O)
EC
P2O5-tersedia
SiO2-tersedia
B-tersedia
P2O5
K2O
CaO
MgO
SiO2
Fe2O3
Al2O3
MnO2
Na2O
Cu
Zn
B
Mn
Daya Netralisasi

Satuan
dS m-1
%
%
ppm
%
%
%
%
%
%
%
%
%
ppm
ppm
ppm
ppm
%

EF Slag*
11.1
0.38
0.21
5.09
38.7
0.37
0.18
21.6
11.6
14.6
42.6
7.21
1.55
0.33
146.2
242.7
66.3
67.6

Trass**
0.048
1.33
4.75
1.90
64.7
4.19
16.97
20
90
1100
-

Sumber : * Suwarno dan Goto (1997)
** ESDM dalam Putra (2013)

Percobaan Rumah Kaca
Percobaan rumah kaca dilakukan dalam pot dengan menggunakan tanah
gambut dengan berat 9.5 kg/pot (3 kg BKM tanah gambut). Sebelum dilaksanakan
percobaan rumah kaca dilakukan pengambilan sampel tanah untuk analisis awal
dilakukan dengan mengambil tanah yang sudah diaduk secara homogen.
Varietas yang digunakan adalah INPARA (inbrida padi rawa) 6
(Lampiran 1) yang disemaikan pada media tanam gambut dengan penjagaan
kelembaban. Pada umur 14 hari bibit padi dipindah ke pot yang sudah diberi
perlakuan dan digenangi kemudian diinkubasi selama 15 hari. Tinggi air genangan
dipertahankan 5 cm dari permukaan tanah dengan melakukan penyiraman 2 hari
sekali.
Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman dan jumlah
anakan pada 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam (MST). Panen dilakukan pada 10 MST,
dengan memotong bagian tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun,
sehingga yang tertinggal hanya bagian pangkal dan akar tanaman. Langkah
selanjutnya dilakukan penimbangan bobot biomassa, lalu dilakukan pengeringan
menggunakan oven suhu 65 ℃ selama tiga hari.

6

Pengambilan sampel tanah untuk analisis kimia setelah percobaan
dilakukan dengan mengambil sampel tanah beserta air genangan dengan
perbandingan 1:1 menggunakan botol plastik. Selanjutnya, dilakukan proses
analisis terhadap tanah dan tanaman dengan metode pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode analisis tanah dan tanaman
Parameter
Tanah
pH
N-total
C-organik
P tersedia
Ca, Mg, K, Na, KTK
Fe, Cu, dan Zn
Tanaman
N, P, K, Ca, Mg, Fe,
Cu, dan Zn

Metode

Alat

H2O 1:1 dan KCl 1:1
Kjehldal
Walkley & Black
Bray 1
NH4OAC pH 7
0.05 N HCl

pH meter

Pengabuan basah ekstrak
HNO3 (65%) dan HClO4 (7072%) (2:1)

Spectrofhotometer, AAS
dan flamefhotometer

Spectrophotometer
AAS dan Flamefhotometer
AAS

Metode Penilaian Relative Agronomic Effectiveness (RAE)
Perhitungan relative agronomic effectiveness (RAE) dilakukan atas dasar
selisih serapan hara perlakuan dengan serapan hara standar dibagi dengan selisih
serapan hara standar dengan serapan hara kontrol dan digunakan untuk menilai
sampai sejauh mana padi pada perlakuan tertentu dapat menyerap hara
dibandingkan dengan padi pada perlakuan standar. Rumus perhitungan RAE adalah
sebagai berikut:
RAE % =

Serapan Hara Perlakuan − Serapan Hara Kontrol

���� � ���� ��� 5 % − ���� � ���� � �� �

%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Gambut Delta Berbak, Jambi
Tanah gambut yang digunakan sebagai media tanam yaitu tanah gambut
dalam (ketebalan 2 meter) dengan kematangan saprik. Tingkat kesuburan tanah
gambut berkaitan erat dengan keadaan lingkungan fisiknya. Gambut dalam (tebal
2-3 meter) yang berada disekitar kubah gambut relatif kurang subur dibandingkan
dengan gambut tipis yang berada dipinggiran. Hal ini disebabkan oleh adanya
kandungan hara lapisan atas dari gambut dalam lebih miskin akibat akar vegetasi
yang tumbuh diatasnya tidak mencapai lapisan tanah mineral dibawahnya (Noor
2001). Menurut Barchia (2006), gambut di Indonesia umumnya dikategorikan pada
tingkat kesuburan oligotropik, yaitu gambut dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Kesuburan gambut oligotropik tersebut dijumpai pada gambut ombrogen, yaitu

7

gambut pedalaman dengan ketebalan gambut yang tebal dan miskin unsur hara.
Hasil analisis awal tanah gambut yang diambil dari Delta Berbak, Jambi disajikan
pada Tabel 4. Penentuan kelas sifat kimia tanah gambut ini mempertimbangkan
(konversi) bobot isi (BI) tanah gambut dengan asumsi sebesar 0.1 g cm-3,
kriterianya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4. Sifat kimia tanah gambut delta Berbak, Jambi
Sifat Kimia Tanah
pH H2O (1:1)
pH KCl (1:1)
C-org (%)
N-Total (%)
P2O5 Bray 1 (ppm)
Basa-basa dipertukarkan
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
Kejenuhan Basa (%)
Unsur mikro
Fe (ppm)
Cu (ppm)
Zn (ppm)

Nilai
3.40
2.70
51.67
1.71
34.49

Metode
pH Meter
pH Meter
Walkey & Black
Kjeldhal
Bray 1

Kelas
Sangat Masam

14.08
4.75
0.41
0.98
133.47
15.15

N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0
N NH4OAc pH 7.0

Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang

11.28
tr
10.83

0.05 N HCl
0.05 N HCl
0.05 N HCl

Rendah
Rendah
Rendah

Sangat Tinggi
Sedang
Sedang

Keterangan: tr = tidak terdeteksi

Data analisis awal tanah gambut menunjukkan bahwa pH H2O tergolong
sangat masam dibawah 4.5 yakni 3.4. Menurut Noor (2001), sumber keasaman pada
tanah gambut salah satunya adalah asam-asam organik.
Kandungan C-organik dan N-total gambut diperoleh sebesar 51.67% dan
1.71%, sedangkan kandungan P sekitar 34.49 ppm. Kandungan N-total dan P tanah
gambut tergolong sedang, meskipun demikian bukan berarti ketersediaanya
mencukupi kebutuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat dari nisbah C/N, yaitu sebesar
30.22 sedangkan nisbah C/P 34311.68. Menurut (Tisdale dan Nelson 1975), jika
nisbah C/N lebih dari 30 dan nisbah C/P lebih dari 300, maka akan terjadi
imobilisasi N dan P oleh mikroorganisme untuk kebutuhan hidupnya, sehingga
tidak tersedia bagi tanaman.
Basa-basa tanah gambut Delta Berbak, tergolong rendah untuk Mg, Na, dan
K, sedangkan Ca tergolong sedang. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong sedang
sehingga KB tanah tergolong rendah.
Kadar Cu dan Zn pada data analisis awal tanah gambut Delta Berbak, Jambi
tergolong rendah. Tanah organik memiliki ketersediaan Cu sangat rendah akibat
terikat kuat pada bahan organik. Unsur Cu terikat lebih kuat oleh bahan organik
dari pada unsur logam lain, kecuali Fe dan Al (Munawar 2011). Kahat hara mikro
sering terjadi pada tanaman padi dan tanaman budidaya lainnya, khusunya Cu dan
Zn terutama pada lahan gambut. Kahat Cu dan Zn pada padi akan mengakibatkan
gabah hampa (Subagyono et al. 2007).

8

Pengaruh Perlakuan Dolomit dibakar 550 oC-Trass, Dolomit, Terak Baja
dan Kombinasinya terhadap pH Tanah
Permasalahan tanah gambut diantaranya yaitu pH tanah yang rendah,
sehingga dibutuhkan pemberian amelioran untuk meningkatkan pH tanah. Hasil
analisis ragam (Lampiran 3), pemberian terak baja (B3), trass (B4), kombinasi
dolomit dibakar 550 oC dan trass (B5, B6, B7), dolomit (B8, B9, B10), kombinasi
terak baja dan dolomit yang dibakar 550 oC-trass (B11, B12, dan B13) berpengaruh
sangat nyata pada pH tanah.
Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%Standar
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13

pH tanah
4.47i
4.72h
5.35e
4.80h
5.47cde
5.51bcd
5.73a
5.39de
5.16f
4.99g
5.65ab
5.56bc
5.54bcd

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=1% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)

Hasil uji Duncan (DMRT) pada taraf α=1% yang disajikan pada Tabel 5
secara umum menunjukkan Perlakuan B3, B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, B12, B13
nyata menaikkan pH tanah, sedangkan perlakuan trass tunggal (B4) tidak berbeda
nyata dengan NPK 50% standar. pH tanah tertinggi yaitu pada perlakuan B7 sebesar
5.73, sedangkan pH tanah terendah yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 4.48.
Dolomit memiliki peran lebih tinggi menaikkan pH tanah jika dibandingkan terak
baja dan trass karena memiliki DN 100.35 lebih tinggi dibandingkan terak baja dan
trass dengan DN 67.57 dan 13.23. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pH tanah
perlakuan B8 (dolomit 2.5%). Walaupun dolomit diberikan dengan dosis yang lebih
rendah dibandingkan pemberian terak baja dan trass, namun peningkatan pH tanah
yang terjadi lebih tinggi jika dibandingkan pada peningkatan pH pada perlakuan
terak baja dan tras (B3 dan B4). Adapun reaksi peningkatan pH oleh dolomit
diuraikan sebagai berikut:
CaMg(CO3)2+ H2O

Ca2++ Mg2++ 2 HCO3-+ 2 OH-

9

Peningkatan pH pada campuran dolomit dibakar 550 oC disebabkan
terbentuknya kasium silika (Ca2SiO4) dan magnesium silika (Mg2SiO4) dari silika
yang terlarut dari trass dengan CaO dan MgO dari dolomit. Reaksi yang terjadi pada
kalsium silika dan magnesium silika dalam larutan tanah sehingga mampu
meningkatkan pH tanah sebagai berikut:
Ca2SiO4 + 4 H2O
Mg2SiO4 + 4 H2O

2 Ca2+ + H4SiO4 + 4 OH2 Mg2+ + H4SiO4 + 4 OH-

Pada kondisi ini, anion OH- akan menetralkan ion H+ dalam larutan tanah,
sehingga pH tanah akan meningkat. Selanjutnya, kation Ca2+ dan Mg2+ akan
menggantikan posisi ion H+ dalam kompleks jerapan.
Kandungan CaO dan MgO dalam dolomit sebelum dibakar yaitu, 29.85%
dan 18.76%, setelah dibakar 550 oC kandungan CaO dan MgO yaitu, sebesar 31%
dan 20%. Pembakaran dolomit dengan suhu 550 oC selama 2 jam meningkatkan
kadar CaO dan MgO dolomit sebesar 1.15% dan 1.24%, sehingga DN meningkat
dari 100.20 menjadi 105.36.
Peningkatan dosis dolomit dibakar 550 oC terhadap trass diikuti dengan
peningkatan pH tanah, begitu juga pada perlakuan kombinasi terak baja dengan
campuran dolomit dibakar 550 oC-trass (B11, B12, B13) peningkatan dosis dolomit
dibakar 550 oC-trass terhadap terak baja dapat meningkatkan pH tanah. Pemberian
campuran dolomit dibakar 550 oC-trass (1:1) mempunyai nilai pH nyata lebih tinggi
dibandingkan pemberian trass, dolomit dan terak baja serta kombinasi terak baja
dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass tetapi tidak berbeda nyata dengan
kombinasi terak baja dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass (25%:75%).
Pengaruh Perlakuan Dolomit dibakar 550 oC-Trass, Dolomit, Terak Baja
dan Kombinasinya terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan
Biomassa
Berdasarkan analisis ragam pada Lampiran 4, pemberian terak baja (B3),
trass (B4), kombinasi dolomit dibakar 550 oC dan trass (B5, B6, B7), dolomit (B8,
B9, B10), kombinasi terak baja dan dolomit yang dibakar 550 oC-trass (B11, B12,
dan B13) berpengaruh sangat nyata pada variabel pertumbuhan padi yang meliputi
tinggi tanaman, anakan maksimum, dan biomassa tanaman berumur 8 MST.

10

Tabel 6. Pertumbuhan 8 MST, jumlah anakan 8 MST, dan bobot biomassa
kering tanaman.
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13

Tinggi tanaman 8 MST
(cm)
78.3d
98.3bc
104.7abc
96.3c
102.7abc
107.0ab
105.3abc
107.7ab
104.0abc
100.0bc
112.0a
111.7a
110.7a

Jumlah anakan 8 MST
(batang pot-1)
1.3h
7.0efg
10.0cde
4.3gh
10.7bcd
13.0abc
14.0ab
8.3def
7.7defg
6.0fg
16.3a
15.7a
14.3a

Bobot kering
(g pot-1)
1.47f
15.60e
23.20d
5.00f
26.33d
28.23cd
29.00bcd
14.60e
11.90e
12.10e
36.20a
34.97ab
33.80bcd

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=1% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)

Hasil uji Duncan pada taraf α=1% pada Tabel 6 secara umum menunjukkan
tinggi tanaman perlakuan B6, B11, B12, B13 nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol dan NPK 50% standar, sedangkan perlakuan B3, B5, B7, B8, B9,
B10 nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol, namun tidak nyata dibandingkan
dengan NPK 50% standar. Perlakuan B4 tidak nyata lebih tinggi dibanding kontrol
dan NPK 50% standar. Tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan B11, hal
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan dosis dolomit dibakar 550 oC-trass
terhadap slag dapat meningkatkan tinggi tanaman. Perlakuan dolomit (B8, B9, B10)
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis dolomit, maka tinggi tanaman juga
semakin tinggi, begitu juga pada perlakuan kombinasi dolomit dibakar 550 oC-trass
(B5, B6, B7), peningkatan dosis dolomit terhadap trass dapat meningkatkan tinggi
tanaman.
Tabel 6 juga menunjukkan hasil uji Duncan (DMRT) terhadap variabel
jumlah anakan. Perlakuan kombinasi terak baja dan dolomit yang dibakar 550 oCtrass (B11, B12, dan B13), dan perlakuan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass
(B5, B6, B7) mempunyai jumlah anakan yang nyata lebih tinggi dibanding kontrol
dan NPK 50% standar, sedangkan perlakuan terak baja (B3), dolomit (B8, B9, B10)
nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol tapi tidak nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan NPK 50% standar. Perlakuan trass (B4) tidak nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol dan NPK 50% standar. Jumlah anakan tertinggi
dijumpai pada perlakuan B11, sedangkan jumlah anakan paling sedikit dijumpai
pada kontrol. Perlakuan kombinasi terak baja dan dolomit yang dibakar 550oC-trass
(B11, B12, dan B13) mempunyai jumlah anakan nyata lebih tinggi dibandingkan
perlakuan B5, trass (B4), dolomit (B8, B9, B10), dan terak baja (B3), tetapi tidak
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B6 dan B7.

11

Variabel bobot kering biomassa yang ditunjukkan Tabel 6 menunjukkan
perlakuan terak baja (B3), kombinasi terak baja dan dolomit yang dibakar 550 oCtrass (B11, B12, dan B13), dan perlakuan kombinasi dolomit dibakar 550 oC-trass
(B5, B6, B7) mempunyai bobot kering biomassa nyata lebih tinggi dibandingkan
kontrol dan NPK 50% standar, sedangkan perlakuan dolomit (B8, B9, B10) nyata
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak nyata dibandingkan dengan
NPK 50% standar. Pada perlakuan trass (B4) tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Biomassa tertinggi dijumpai pada perlakuan B11 dengan rata-rata 36.2 g sedangkan
biomassa terendah yaitu pada kontrol dengan rata-rata 1.47 g. Secara umum, tinggi
tanaman, jumlah anakan dan biomassa tanaman, pertumbuhan terbaik yaitu pada
tanaman yang diberi perlakuan NPK 50% + 5% (25% terak baja + 75% dolomit
550 ℃-trass (1:1)). Biomassa pada perlakuan B11 kombinasi terak baja dan dolomit
yang dibakar 550 oC-trass (25%:75%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass (B5, B6, B7), trass (B4), dolomit
(B8, B9, B10) dan terak baja (B3) serta B13.
Berdasarkan data pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan produksi
bobot kering biomassa terlihat bahwa pemberian trass tunggal tidak berbeda nyata
dengan kontrol dan lebih rendah dibandingkan perlakuan NPK 50% standar.
Namun trass yang dikombinasikan dengan dolomit dibakar 550 oC (B5, B6, B7)
nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi dibandingkan NPK 50% standar,
sedangkan perlakuan dolomit tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK 50%
standar. Kombinasi terak baja dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass
meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi dibandingkan dengan perlakuan
trass, dolomit, terak baja dan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass. Perlakuan
terbaik yaitu perlakuan B11 (kombinasi terak baja dengan campuran dolomit
dibakar 550 oC-trass dengan perbandingan 25% terak baja dan 75% campuran
dolomit dibakar 550 oC-trass), walaupun tidak berbeda nyata dengan B12
(kombinasi 50% terak baja dan 50% campuran dolomit dibakar 550 oC-trass).

Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan N, P, K, Ca, dan Mg Padi
Tanaman membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhannya, yang berasal
dari unsur hara yang ada ditanah atau unsur hara yang ditambahkan melalui
pemupukan. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman, fungsi N
adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada
tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau (Soewandita 2008).

12

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap serapan N, P, K, Ca, dan Mg padi
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13

N
(mg pot-1)
2.81e
84.43de
172.65cde
53.83de
249.68bcd
381.71abc
262.17bcd
240.26bcd
235.81bcd
166.14cde
553.25a
603.71a
435.55ab

P
(mg pot-1)
3.48e
45.29bc
49.22bc
14.36de
68.05ab
65.70ab
72.17ab
53.14bc
45.21bc
35.60cd
87.39a
84.60a
82.63a

K
(mg pot-1)
24.96d
255.84c
389.08b
100.70d
456.93b
566.93a
579.23a
354.00bc
267.44c
269.61c
618.32a
611.18a
579.0a

Ca
(mg pot-1)
9.25h
51.52def
71.16cde
7.12gh
89.80bc
98.65abc
106.23ab
75.83cd
46.88ef
38.35g
125.77a
118.58a
116.04ab

Mg
(mg pot-1)
9.23f
41.25ef
105.63c
19.10ef
111.62c
158.22b
174.82ab
95.10cd
55.57de
41.02ef
217.54a
185.28ab
183.05ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=1% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pemberian
amelioran berpengaruh sangat nyata terhadap serapan N, P, K, Ca, Mg. Hasil uji
Duncan (Tabel 7) menunjukkan bahwa perlakuan terak baja (B3), kombinasi
dolomit-trass (B5, B6, B7), dolomit (B8, B9, B10), ataupun kombinasi terak baja
dan dolomit dibakar 550 oC-trass (B11, B12, B13) nyata mempunyai serapan N, P,
K, Ca, Mg lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, sedangkan pada
perlakuan trass tunggal (B4) mempunyai serapan hara P, K, Ca, Mg tidak nyata
nyata dibandingkan kontrol kecuali serapan N. Hal ini sesuai dengan penelitian
Putra (2013), serapan hara N, P, K, Ca, Mg perlakuan terak baja tunggal lebih baik
dibandingkan pada perlakuan trass tunggal. Peran dolomit dikakar 550 oC-trass
dalam meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman diduga lebih baik
dibandingkan terak baja. Serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg perlakuan kombinasi
terak baja dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass 1:1 nyata lebih tinggi
dibandingkan perlakuan trass, terak baja dan dolomit. Serapan P, K, Ca, dan Mg
tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B11, sedangkan serapan hara N
tertinggi yaitu pada perlakuan B12 sedangkan serapan N, P, K, Ca, Mg terendah
ditemukan pada perlakuan kontrol. Peningkatan dosis dolomit 550 oC-trass
terhadap terak baja pada perlakuan kombinasi terak baja dan dolomit dibakar
550 oC-trass, diikuti peningkatan serapan P, K, Ca, Mg tanaman, sedangkan serapan
N tertinggi pada dosis yang seimbang antar terak baja dengan dolomit dibakar
550 oC-trass. Pada perlakuan dolomit (B8, B9, B10), peningkatan dosis dolomit
diikuti oleh peningkatan serapan hara oleh tanaman. Hal yang sama ditunjukkan
oleh perlakuan dolomit dibakar 550 oC-trass, peningkatan dosis dolomit dolomit
dibakar 550 oC-trass terhadap trass diikuti dengan peningkatan serapan hara P, K,
Ca, Mg tapi tidak pada serapan hara N. Pemberian amelioran trass, dolomit, dan
terak baja untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman diduga lebih baik
dikombinasikan dibandingkan dengan perlakuan tunggal.

13

Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan Fe, Cu, dan Zn Padi
Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan perlakuan berpengaruh
sangat nyata pada variabel serapan hara mikro Fe, Cu, dan Zn padi.
Tabel 8. Serapan Fe, Cu, Zn padi pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan
Kontrol
NPK 50%
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13

Fe*
(mg/pot)
0.29e
3.60bcd
4.53abc
1.31de
6.62ab
4.69abc
4.76abc
3.91bcd
2.84cde
1.96cde
4.91abc
5.10abc
7.39a

Cu**
(mg/pot)
0.01f
0.06def
0.09cd
0.03e
0.14bc
0.15b
0.18ab
0.10cd
0.08de
0.06def
0.20a
0.21a
0.22a

Zn**
(mg/pot)
0.09g
0.91defg
1.54de
0.34fg
1.87cd
2.51bc
2.67bc
1.86cd
1.19def
0.87efg
3.69a
2.91ab
2.84abc

Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). **Angka yang diikuti
oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α=1% dengan
Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil uji Duncan pada Tabel 8 menunjukan bahwa serapan hara mikro Fe
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B13 yaitu dolomit dibakar 550 oC-trass,
serapan Cu tertinggi yaitu pada perlakuan B13, sedangkan serapan hara Zn tertinggi
yaitu pada perlakuan B11. Serapan Fe dan Zn pada perlakuan kombinasi terak baja
dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass nyata lebih tinggi dibandingkan
perlakuan trass tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan dolomit, terak baja dan
campuran dolomit dibakar 550 oC-trass.Serapan Cu pada kombinasi terak baja
dengan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass nyata lebih tinggi dibandingkan
semua perlakuan kecuali perlakuan campuran dolomit dibakar 550 oC-trass 1:1
(B7).

Relative Agronomic Effectiveness
Nilai relative agronomic effectiveness (RAE) menunjukkan serapan hara
efektif perlakuan terhadap standar, nilai RAE>100% menunjukkan serapan hara
perlakuan lebih efektif dibandingkan standar begitu juga sebaliknya RAE