Vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih jagung hibrida (Zea mays L.)

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.)

ATIKA MAYANG SARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Vigor Daya Simpan
dan Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Jagung Hibrida (Zea mays L.) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Atika Mayang Sari
NIM A24100041

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus berdasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
ATIKA MAYANG SARI. Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh
Benih Jagung Hibrida (Zea mays L.). Dibimbing oleh FAIZA CHAIRANI
SUWARNO dan ANGGI NINDITA.
Kebutuhan jagung yang tinggi di Indonesia mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan benih jagung hibrida. Penelitian ini bertujuan untuk menguji vigor
daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih jagung hibrida. Penelitian
dilakukan dalam dua percobaan yaitu pengusangan cepat kimia dengan etanol
96% dan pengujian cekaman kekeringan dengan Polyethylene glycol 6000.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap
teracak (RKLT) dua faktor, yaitu 15 varietas jagung hibrida (Pertiwi 3, Bima
Super, NK 33, DK 85, Bionix 09, BISI 18, P 21, BISI 2, BISI 816, DK 95, DK 77,

Pertiwi 2, DK 979, NK 6326 dan BISI 222) dan perlakuan benih. Perlakuan untuk
vigor daya simpan yaitu lamanya waktu pengusangan (0, 15, 30 dan 45 menit)
sedangkan perlakuan untuk vigor kekuatan tumbuh yaitu perbedaan tekanan
osmotik larutan PEG 6000 (0, -1, -1.25, -1.5 bar). Berdasarkan persentase DB,
KCT, IV, BKKN dan panjang akar, benih dengan vigor daya simpan tertinggi yaitu
Pertiwi 2 dan BISI 816. Sedangkan benih dengan vigor kekuatan tumbuh tertinggi
yaitu Pertiwi 3, BISI 18, DK 77, DK 85, DK 979 dan DK 95.
Kata kunci: cekaman kekeringan, etanol 96%, Polyethylene glycol 6000

ABSTRACT
ATIKA MAYANG SARI. Seed Storability and Vigor on Hybrid Corn (Zea mays
L.) Seeds. Supervised by FAIZA CHAIRANI SUWARNO dan ANGGI
NINDITA.
The high demand for corn in Indonesia resulted to increasing of corn seed
needed. The research was aimed to study the storability period and vigor of
hybrid corn seeds. The study was conducted in two experiment i.e accelarated
aging experiment using chemical method with etanol 96% and drought stress
experiments on corn seeds vigor using Polyethylene glycol 6000. This experiment
was arranged in randomize complete block design (RCBD) in two factors that
is15 hybrid corn varieties (Pertiwi-3, Bima Super, NK 33, DK 85, Bionix 09, BISI

18, P 21, BISI 2, BISI 816, DK 95, DK 77, Pertiwi 2, DK 979, NK 6326 dan BISI
222) and level of seed treatment. Four level of etanol 96% soak period i.e. 0,15,30
and 45 minutes was arranged as first experiment for seed storability treatment.
Four level of osmotic potential i.e. 0, -1, -1.25 and -1.5 bar was arranged as
treatment in seed vigor experiment. Based on germination percentage (DB),
velocity of growth (KCT), vigor index (IV), and dry weight of normal seedlings
(BKKN) the variety which has high storability period (VDS) are Pertiwi 2 and
BISI 816 seed. Through seed vigor experiment, Pertiwi 3, BISI 18, DK 77, DK
85, DK 979 and DK 95 variety elucidated highest result in germination percentage
(DB), speed of germination (KCT), vigor index (IV), dry weight of normal
seedlings (BKKN) and length of radicles.
Keywords: drought stress, etanol 96%, Polyethylene glycol 6000

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.)

ATIKA MAYANG SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah
vigor benih jagung hibrida, dengan judul Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan
Tumbuh Benih Jagung Hibrida (Zea mays L.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Faiza C Suwarno, MS dan
Ibu Anggi Nindita, SP MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Winarso
D Widodo, MS selaku pemimbing akademik penulis selama kuliah di Departemen

Agronomi dan Hortikultura dan Bapak Dr Willy B Suwarno, SP MSi yang telah
memberikan izin penulis untuk menggunakan 15 varietas jagung hibrida sebagai
bahan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, Edelweiss 47, teman-teman Pondok Assalamah BEM KM
Berani Beda dan Biji Sawi atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Atika Mayang Sari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Vigor Benih

2

Metode Pengusangan Cepat

2

Cekaman Kekeringan Benih Jagung

3

METODE PENELITIAN

3

Tempat dan Waktu


3

Bahan dan Alat

4

Metode Pelaksanaan

4

Pengamatan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum


7

Percobaan 1: Vigor Daya Simpan Benih dengan Perlakuan Perendaman
dalam Larutan Etanol 96%

8

Percobaan 2: Vigor Kekuatan Tumbuh Benih terhadap Cekaman
Kekeringan Menggunakan Polyethylene glycol 6000
SIMPULAN DAN SARAN

13
18

Simpulan

18

Saran


19

DAFTAR PUSTAKA

19

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL

1

Viabilitas awal benih jagung hibrida sebelum diberi perlakuan

7

2


Hasil rekapitulasi sidik ragam 15 varietas jagung hibrida pada
pengusangan cepat kimia menggunakan etanol 96%

8

3

Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan
lamanya pengusangan benih secara kimia pada peubah daya
berkecambah

9

4

Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan
lamanya waktu pengusangan benih secara kimia pada peubah
kecepatan tumbuh

10

5

Nilai tengah indeks vigor dan bobot kering kecambah normal
pada percobaan vigor daya simpan benih jagung hibrida

11

6

Hasil rekapitulasi percobaan vigor daya simpan benih dengan
perlakuan perendaman dalam larutan etanol 96% pada peubah
DB, KCT, IV, BKKN

12

7

Hasil rekapitulasi sidik ragam 15 varietas jagung hibrida pada uji
cekaman kekeringan menggunakan PEG 6000

13

8

Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan
tekanan osmotik Polyethylene glycol 6000 pada peubah daya
berkecambah

14

9

Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan
tekanan osmotik Polyethylene glycol 6000 pada peubah indeks
vigor

15

10

Nilai tengah kecepatan tumbuh, panjang akar dan laju
pertumbuhan kecambah pada percobaan vigor kekuatan tumbuh
benih jagung hibrida

17

11

Hasil rekapitulasi percobaan vigor kekuatan tumbuh benih
terhadap cekaman kekeringan menggunakan Polyethylene glycol
6000 pada peubah DB, IV, KCT, PA, dan BKKN

18

DAFTAR GAMBAR
1

Perendaman benih jagung dalam larutan etanol 96%

4

2

Serangan cendawan yang menyerang benih pada saat
pengecambahan (a) benih yang rusak akibat serangan kumbang
(b) kumbang yang menyerang benih di ruang penyimpanan (c)

8

DAFTAR LAMPIRAN
1

Deskripsi varietas Pertiwi-3

22

2

Deskripsi varietas NK 33

23

3

Deskripsi varietas BISI 18

24

4

Deskripsi varietas P 21

25

5

Deskripsi varietas BISI 2

26

6

Deskripsi varietas BISI 816

27

7

Deskripsi varietas Pertiwi 2

28

8

Deskripsi varietas DK 979

29

9

Deskripsi varietas BISI 222

30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung adalah salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia.
Kebutuhan jagung sebagai bahan industri dua kali lebih banyak dibandingkan
fungsinya sebagai bahan pangan (Kasryno et al. 2007). Tingginya permintaan
membuat produksi jagung terus ditingkatkan. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2012 terjadi peningkatan produksi jagung menjadi 19.37 juta
ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1.73 juta ton dari tahun
sebelumnya. Peningkatan produksi ini terjadi karena adanya peningkatan luas
panen jagung seluas 95.22 ribu hektar ke arah lahan marjinal dan peningkatan
produktivitas jagung sebesar 3.28 ton hektar-1.
Produksi jagung yang tinggi dapat dicapai dengan pengadaan varietas
jagung yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai kondisi lahan. Sifat
ketahanan terhadap kekeringan salah satunya bisa diperoleh dari varietas jagung
hibrida yang produksinya juga lebih tinggi dari varietas jagung bersari bebas
(Damardjati et al. 2005). Varietas hibrida secara umum sudah dikenal oleh
masyarakat luas, namum tidak semua petani yang melakukan budidayanya
(Warisno 2007). Faktor harga benih jagung hibrida yang lebih mahal
dibandingkan jagung bersari bebas serta terbatasnya penyediaan benih karena
penggunaan benih hibrida maksimal hanya dua kali turunan menjadi kendala
dalam budidaya jagung hibrida (Arief 2010). Hal ini membuat permintaan akan
benih jagung hibrida terus meningkat dan diperkirakan tahun 2015 mencapai 60%
dan tahun 2025 mencapai 75% dari benih yang digunakan petani (Deptan 2005).
Kebutuhan jagung hibrida yang tinggi membuat ketersediaan benih hibrida
penting untuk diperhatikan. Menurut Koes dan Arief (2010) salah satu masalah
yang dialami oleh para produsen benih yaitu rendahnya produk benih jagung
hibrida (F1) yang dihasilkan, angkanya hanya berkisar 1.0 sampai 1.5 ton hektar-1
sedangkan kebutuhan benih jagung hibrida untuk satu hektar lahan mencapai 2030 kg. Langkah-langkah ke arah peningkatan produktivitas hasil jagung hibrida
perlu dilakukan dengan menjaga viabilitas benih ketika di penyimpanan.
Penggunaan benih yang terjaga kemurnian dan viabilitasnya ketika berada
di penyimpanan akan menjaga daya tumbuh benih tetap tinggi yaitu diatas 80%
serta menghindarkan tanaman dari penyakit bulai yang terbawa oleh benih (Andri
dan Endrizal 2012). Hasil penelitian Koes dan Arief (2010) tentang pengujian
ketahanan simpan benih jagung hibrida varietas Bima 5 dengan menggunakan
Accelerated Aging Test (AAT) menunjukkan bahwa benih jagung hibrida masih
dapat bertahan hingga 6 bulan dengan perlakuan pengusangan fisik pada kadar air
12%. Pengujian lain yang setara dengan itu adalah penderaan benih secara kimia
mengikuti teori Sadjad (1981) dimana terdapat korelasi positif antara hasil
pengusangan kimia dan pengusangan fisik. Selain pengujian vigor daya simpan
benih jagung hibrida, pengujian kekuatan tumbuh benih jagung pada kondisi
cekaman kekeringan juga telah dilakukan oleh Khayatnezat et al. pada tahun 2010
menggunakan varietas lokal yang menunjukkan korelasi penurunan vigor benih

2
dengan peningkatan tekanan osmotik Polyethylene glycol 6000 sebagai simulasi
cekaman kekeringan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menguji vigor daya simpan benih jagung hibrida melalui pengusangan
cepat kimia.
2. Menguji vigor kekuatan tumbuh benih jagung hibrida pada kondisi
suboptimum cekaman kekeringan.

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Terdapat varietas jagung hibrida yang memiliki vigor daya simpan paling
tinggi.
2. Terdapat varietas jagung hibrida yang memiliki vigor tertinggi dalam
kondisi suboptimum cekaman kekeringan.

TINJAUAN PUSTAKA
Vigor Benih
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman
normal pada kondisi suboptimum baik di lapangan maupun di tempat
penyimpanan (Sadjad 1994). Sebagai parameter viabilitas absolut, vigor dibagi
menjadi dua yaitu Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh (Sadjad
1993). Vigor benih yang tinggi menurut Sutopo (2004) dicirikan oleh : (1) tahan
disimpan lama (2) tahan terhadap hama dan penyakit (3) pertumbuhan yang cepat
dan merata (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan suboptimum.
Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa proses penuaan atau
mundurnya vigor secara fisiologi ditandai dengan penurunan daya berkecambah,
peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di
lapangan, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan
produksi tanaman.

Metode Pengusangan Cepat
Salah satu cara mengetahui percepatan penurunan kualitas benih seperti
vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih adalah melalui pengusangan
cepat, misalnya dengan simulasi percepatan dengan kombinasi efek antara suhu

3
dan RH seperti yang diperkenalkan oleh Deluche (1971) atau menggunakan etanol
yang pertama kali ditemukan oleh Sadjad (1981). Perlakuan ini merupakan salah
satu upaya devigorasi atau upaya menurunkan vigor benih dengan meletakkannya
pada lingkungan tidak menguntungkan sehingga benih mengalami kemunduran
(Mungnisjah et al. 1994). Kondisi suboptimum bisa dihasilkan dengan penderaan
menggunakan pengaruh kelembaban dan suhu atau secara kimia menggunakan
zat-zat simulator seperti etanol. Setelah jangka waktu tertentu, benih-benih yang
menunjukkan vigor yang tinggi diduga masih memperlihatkan daya berkecambah
yang tinggi, sementara benih dengan vigor yang rendah akan memperlihatkan
daya perkecambahan yang rendah pula (Saleh 2008). Berdasarkan percobaan Belo
dan Suwarno (2012) pada benih padi, metode pengusangan cepat dengan
perendaman dalam etanol cair 96% adalah metode mudah dan cepat untuk
mendapatkan berbagai tingkat viabilitas.

Cekaman Kekeringan Benih Jagung
Cekaman abiotik seperti cekaman kekeringan, cekaman salinitas, cekaman
suhu dan sebagainya, banyak ditemui di lahan-lahan pertanian yang membuat
produksi tanaman tidak optimal. Cekaman kekeringan misalnya, dapat
menurunkan produksi hingga 50% (Boyer 1982). Polyethylene glycol (PEG)
merupakan senyawa yang biasa digunakan sebagai simulasi kondisi cekaman
kekeringan dalam pengujian laboratorium selain melibiose dan mannitol
(Kulkarni dan Deshpande 2007). Menurut Asay dan Johnson (1983) PEG mampu
menstimulasi tanaman untuk memberikan respon terhadap cekaman kekeringan
tanpa meracuni tanaman tersebut. Hal ini dimungkinkan karena Polyethylene
glycol tidak diserap oleh tanaman (Verslues et al. 2006). Polyethylene glycol
menyebabkan penurunan potensial air secara homogen sehingga dapat digunakan
untuk meniru besarnya potensial air tanah (Michel dan Kaufmann 1973).
Keunggulan ini memungkinkan PEG dapat digunakan sebagai alternatif dalam
seleksi genotip jagung pada fase vegetatif dan jagung kondisi kekeringan pada
fase perkecambahan (Ogawa dan Yamauchi 2006).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih jagung
hibrida (Zea mays L.) dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Departemen, Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dimulai dari bulan Agustus sampai Desember 2014.

4
Bahan dan Alat
Bahan percobaan yang digunakan adalah 15 varietas benih jagung dengan
deskripsi terlampir pada Lampiran 1 sampai 9 yaitu Bima Super, Bionix 09, BISI
2, BISI 18, BISI 222, BISI 816, DK 77, DK 85, DK 95, DK 979, NK 33, NK
6326, P 21, Pertiwi 2 dan Pertiwi 3. Bahan lain yang digunakan adalah larutan
Polyethylene glycol 6000 (PEG 6000), larutan etanol 96%, kertas koran putih,
kertas label dan selotip. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pengecambah benih
(APB) tipe IPB 72-1, magnetic stirer, gelas piala, toples plastik, kain kasa, plastik
klip, timbangan analitik, bak rendam, dan wadah penyimpanan.

Metode Pelaksanaan
Percobaan 1: Vigor Daya Simpan Benih dengan Perlakuan Perendaman
dalam Larutan Etanol 96%
Percobaan ini dilakukan untuk melihat vigor daya simpan benih jagung
hibrida dengan metode pengusangan cepat kimia menggunakan larutan etanol
96%. Metode ini merujuk pada penelitian Sadjad (1981) yang menunjukkan
bahwa vigor daya simpan benih dapat diuji dengan metode pengusangan cepat
kimia. Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor, yaitu lima belas varietas
jagung hibrida dan lama perendaman menggunakan larutan etanol 96%. Waktu
perendaman yang digunakan yaitu 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Setiap
perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 180 satuan percobaan.
Satu satuan percobaan terdiri dari 25 butir benih jagung hibrida.
Percobaan diawali dengan membungkus 25 butir benih menggunakan kain
kasa. Selanjutnya kantong kain kasa dimasukkan ke dalam toples plastik yang
berisi larutan etanol 96% sehingga benih terendam dengan sempurna selama 15
menit, 30 menit dan 45 menit. Setelah direndam, benih dikeringanginkan hingga
larutan etanol 96% pada benih menguap. Pengujian dilakukan dengan metode Uji
Kertas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Peubah yang diamati yaitu
daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), bobot kering kecambah normal
(BKKN), dan kecepatan tumbuh (KCT).

Gambar 1 Perendaman benih jagung dalam larutan etanol 96%

5
Percobaan 2 : Vigor Kekuatan Tumbuh Benih terhadap Cekaman
Kekeringan Menggunakan Polyethylene glycol 6000
Percobaan ini dilakukan untuk mengukur vigor kekuatan tumbuh benih
jagung hibrida dengan simulasi cekaman kekeringan menggunakan Polyethylene
glycol 6000. Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor, yaitu lima belas varietas
jagung hibrida dan tekanan osmotik larutan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
kali. Metode pengecambahan benih yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung
didirikan didalam plastik (UKDdp). Kertas koran putih sebagai media
pengecambahan benih dibasahi dengan larutan Polyethylene glycol 6000 dengan
tekanan osmotik -1 bar, -1.25 bar dan -1.5 bar. Penentuan tekanan osmotik
Polyethylene glycol 6000 diperoleh dari rumus Michel dan Kaufmann (1973):
ψs = - ( 1.18 x 10-2) C - (1.18 x 10-4) C2 + (2.67 x 10-4)CT + (8.39 x 10-7)
C2 T
Keterangan :
ψs
= tekanan osmotik larutan (Bar)
C
= konsentrasi PEG 6000 dalam g PEG /kg H2O
T
= suhu ruangan dalam 0C
Selanjutnya dilakukan pengamatan untuk peubah daya berkecambah (DB),
indeks vigor (IV), bobot kering kecambah normal (BKKN), kecepatan tumbuh
(KCT) dan panjang akar (PA).
Kedua percobaan menggunakan model linear sebagai berikut:
Yijk = μ + αi +βj + ɣk + (α, ɣ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk
μ
αi
βj
ɣk
(α, ɣ)ik
εijk

= nilai peubah yang diamati pada varietas ke-i, ulangan ke-j dan
perlakuan ke-k
= nilai tengah umum
= pengaruh varietas ke-i (i = 1, 2, …15)
= pengaruh ulangan ke-j (j = 1, 2, 3)
= pengaruh perlakuan ke-k (k = 0, 15, 30, 45)
= pengaruh interaksi varietas ke-i dan perlakuan ke-k
=pengaruh galat jenis varietas ke-i, ulangan ke-j dan perlakuan ke-k

Data dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang
digunakan adalah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada selang
kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez 1995).

Pengamatan
1. Daya Berkecambah (DB).
Benih jagung hibrida yang telah diberi perlakuan dikecambahkan
dengan metode UKDdp. Selanjutnya dihitung jumlah kecambah normal
setelah 3 hari dan 5 hari. Pada hari terakhir dihitung juga jumlah benih
mati dan benih abnormal. Rumus yang digunakan yaitu:

6

DB % =

Ʃ Kecambah Normal I+Ʃ Kecambah Normal II
x 100%
Total benih yang dikecambahkan

2. Indeks Vigor (IV)
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada
hitungan pertama (hari ke- 3). Indeks Vigor dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
IV % =

ƩKecambah Normal hitungan I
x 100%
Total benih yang dikecambahkan

3. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan persentase kecambah normal
harian yang tumbuh per etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam
kondisi optimum. Kecambah normal dihitung sejak hari pertama hingga
hari kelima setelah tanam. Rumus kecepatan tumbuh adalah sebagai
berikut :
5
−1

Kecepatan Tumbuh (% etmal ) =
i=1

Ni
ti

Keterangan:
t = waktu pengamatan ke-i (etmal)
N = persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan ke-i
i = lama waktu pengamatan
4. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang diperoleh pada uji daya tumbuh benih dikeringkan
dalam inkubator pada suhu 60 0C selama 3 x 24 jam, setelah itu
dimasukkan ke dalam desikator dan setelah dingin ditimbang. Berat kering
kecambah normal dihitung dari total bobot kering kecambah pada hari ke5.
5. Panjang Akar (PA)
Panjang akar kecambah diukur pada pengujian vigor kekuatan
tumbuh benih pada kondisi cekaman. Pengukuran dilakukan pada
pengamatan hari ke-3 dan ke-5 dengan mengukur panjang akar kecambah
jagung menggunakan penggaris dengan satuan centimeter.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Benih yang digunakan dalam percobaan ini mempunyai viabilitas yang
berbeda-beda. Kondisi awal benih pada bulan September 2013 masih dalam
keadaan baik dengan viabilitas tinggi dilihat dari daya berkecambah benih yang
berkisar antara 86%-100% (Tabel 1). Bulan Agustus 2014 viabilitas benih dari
beberapa varietas mengalami penurunan menjadi 70% sampai 98%. Varietas yang
mengalami penurunan secara signifikan yaitu varietas jagung DK77, P 21 dan
Pertiwi 2 secara berurutan mengalami penurunan daya berkecambah dari 90%,
86%, 100% menjadi 77.33%, 70.67% dan 78.67%. Penurunan viabilitas paling
tinggi yaitu benih Pertiwi 2. Penurunan viabilitas ini mungkin disebabkan kadar
air benih yang cukup tinggi dibandingkan dengan varietas lain yaitu 9.2%.
Menurut Koes dan Arief (2008) kadar air benih yang tinggi dapat menurunkan
viabilitas benih secara signifikan ketika di penyimpanan. Namun, hal ini juga
tidak sejalan dengan pendapat Koes dan Rahmawati (2009) yang menyatakan
kadar air terbaik untuk menyimpan benih berkisar 10%-12%.
Tabel 1 Viabilitas awal benih jagung hibrida sebelum diberi perlakuan.
Parameter
Varietas
DB 1
DB 2
(%)
(%)
Bima Super
96
92.00
Bionix 09
92
84.00
BISI 2
90
84.00
BISI 18
92
88.00
BISI 222
96
98.67
BISI 816
98
93.33
DK 77
90
77.33
DK 85
94
86.67
DK 95
88
90.67
DK 979
94
90.67
NK 33
98
85.33
NK 6326
92
89.33
P 21
86
70.67
Pertiwi 2
100
78.67
Pertiwi 3
98
93.33

KA
(%)
7.03
8.10
7.05
7.38
7.49
7.12
8.04
7.82
7.37
8.56
7.63
8.23
8.71
9.20
7.82

DB1: daya berkecambah benih bulan September 2013; DB 2: daya berkecambah benih bulan
Agustus 2014; KA: kadar air diukur bulan September 2013

Kemungkinan lain penyebab penurunan viabilitas benih jagung hibrida
karena adanya serangan kumbang Sitophilus zeamays atau disebut juga kumbang
bubuk (Gambar 2c) di tempat penyimpanan benih. Hal ini didukung oleh
pernyataan Bergvinson (2002) bahwa di daerah tropis, serangan kumbang bubuk

8
atau Sitophilus zeamays dapat menimbulkan kehilangan mencapai 30% dalam
waktu simpan 6 bulan. Kumbang ini, merusak bagian-bagian penting dari benih
seperti kotiledon, endosperm dan sering juga merusak bagian plumula dan
radikula (Gambar 2b). Selain itu, dalam proses pengecambahan benih, ditemukan
juga serangan cendawan Fusarium sp. pada benih (Gambar 2a). Serangan
cendawan ini menghambat perkecambahan dan perkembangan pertumbuhan benih
sehingga menurunkan viabilitas benih

a

b

c

Gambar 2 (a) Serangan cendawan yang menyerang benih pada saat
perkecambahan (b) benih yang rusak akibat serangan kumbang (c)
kumbang yang menyerang benih di ruang penyimpanan
Percobaan 1: Vigor Daya Simpan Benih dengan Perlakuan Perendaman
dalam Larutan Etanol 96%
Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 2) untuk analisis pengusangan cepat
benih secara kimia menggunakan etanol 96% menunjukkan pengaruh nyata
varietas dan perlakuan waktu rendam benih terhadap daya berkecambah, indeks
vigor, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal benih yang diuji.
Pengaruh sangat nyata oleh varietas menunjukkan adanya perbedaan viabilitas
benih sehingga respon yang diberikan pada percobaan juga berbeda. Pengaruh
lamanya waktu perendaman benih menunjukkan adanya perbedaan kekuatan
benih bertahan dari deraan etanol 96%.
Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam 15 varietas jagung hibrida pada
pengusangan cepat kimia menggunakan etanol 96%.
Varietas
Waktu pengusangan
Interaksi
Peubah
KT
Fhit
KT
Fhit
KT
Fhit
+
DB (%)
9.08 5.65**
363.54 226.08**
102.51 1.52*
IV+ (%)
10.13 3.29**
459.76 149.43**
4.14 1.35 tn
-1
KCT(%etmal ) 97.10 7.68**
5432.41 429.85**
32.71 2.59**
BKKN (mg)
2.22 4.26**
93.15 178.27**
0.43 0.84 tn
DB: daya berkecambah; IV: indeks vigor; KCT: kecepatan tumbuh; BKKN: bobot kering
kecambah normal; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai Fhitung sidik ragam; **: berpengaruh sangat
nyata pada α = 1%; *: berpengaruh nyata pada α = 5%; tn: tidak berpengaruh nyata; +: data
ditransformasi ke √x+0.5 sebelum dianalisis.

9
Tabel 2 memperlihatkan interaksi antara varietas dan lamanya waktu
rendam benih dengan etanol 96%, pengaruh sangat nyata dapat dilihat pada
peubah kecepatan tumbuh benih. Pengaruh nyata pada interaksi antara keduanya
terlihat pada daya berkecambah. Interaksi antara varietas benih dan lamanya
waktu perlakuan tidak berpengaruh nyata pada indeks vigor dan bobot kering
kecambah normal.
Daya Berkecambah
Tabel 3 menunjukkan penurunan daya berkecambah pada setiap
peningkatan lama waktu pengusangan benih terjadi pada semua varietas jagung
hibrida. Varietas yang memiliki daya berkecambah benih tertinggi sebelum diberi
perlakuan adalah benih BISI 222 (98.66%) kemudian Pertiwi 3 dan BISI 816
dengan nilai tengah DB 93.33 %. Benih dengan daya berkecambah terendah
adalah DK 77 (77.33%), P 21 (70.67%) dan Pertiwi 2 (78.67%). Daya
berkecambah benih ini tidak mencapai batas minimum daya berkecambah benih
bervigor baik yaitu 80 %. Benih BISI 816 memperoleh nilai tengah DB tertinggi
dan benih NK 33 memperoleh daya berkecambah benih terendah yaitu sebesar
18.67% pada pengusangan 15 menit. Daya berkecambah yang paling tinggi
setelah benih didera selama 30 menit yaitu Bionix 09 dengan nilai tengah 48%
dan yang terendah yaitu NK 33 (8%) dan DK 95 (9.33%). Pada penderaan 45
menit, daya berkecambah tertinggi diperoleh benih Pertiwi 2 dan NK 6326 dengan
nilai tengah 18.67% dan yang terendah NK 33 dan DK 95 dengan nilai tengah 0%.
Tabel 3 Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan lamanya
pengusangan benih secara kimia pada peubah daya berkecambah.
Waktu pengusangan
Varietas
0 menit
15 menit
30 menit
45 menit
Bima Super
92.00 ab
70.67 a-f
28.00 i-n
4.00 s-t
Bionix 09
84.00 a-d
53.33 b-j
48.00 c-k
13.33 m-s
BISI 2
84.00 a-d
68.00 a-f
14.67 l-s
4.00 s-t
BISI 18
88.00 abc
45.33 d-k
21.33 k-p
10.67 o-t
BISI 222
98.66 a
65.33 a-g
29.33 h-m
9.33 p-t
BISI 816
93.33 ab
74.67 a-e
26.67 j-o
10.67 o-t
DK 77
77.33 a-d
52.00 b-m
18.67 l-s
4.00 q-t
DK 85
86.66 abc
40.00 e-l
16.00 m-s
4.00 s-t
DK 95
90.66 ab
57.33 a-i
9.33 p-t
0.00 t
DK 979
90.67 ab
28.00 i-m
20.00 k-q
5.33 q-t
NK 33
85.33 a-d
18.67 l-r
8.00 o-t
0.00 t
NK 6326
89.33 ab
61.33 a-h
37.33 f-l
18.67 m-s
P 21
70.67 a-f
30.67 h-m
17.33 l-s
2.67 s-t
Pertiwi 2
78.67 a-d
66.67 a-g
40.00 e-l
18.67 m-s
Pertiwi 3
93.33 ab
70.67 a-f
34.67 g-m
12.00 n-t
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%.

10
Perlakuan pengusangan 15 menit menurunkan DB secara nyata pada benih
BISI 18, DK 979, DK 85, NK 33 dan P 21 (45.33%, 28%, 40%, 18.67% dan
30.67%). Pengusangan benih selama 30 menit menurunkan DB secara nyata pada
benih BISI 222, BISI 2, Bima Super, BISI 816, Pertiwi 3, DK 77, NK 6326,
Pertiwi 2 dan DK 95 (29.33%, 14.67%, 28%, 26.67%, 34.67%, 18.67%, 37. 33%,
40% dan 9.33%). Benih yang mampu bertahan dari penderaan hingga 45 menit
yaitu Bionix 09 dengan nilai tengah 13.33%. Menurut Pian (1981) penurunan
daya berkecambah ini terjadi karena etanol yang digunakan sebagai bahan
pengusangan pada konsentrasi tertentu dapat merusak dinding sel benih. Etanol
menyebabkan terjadinya disintegrasi membran sel dan mendenaturasi protein
sehingga bagian sel menjadi rusak dan aktivitas enzimatis menurun. Penurunan
aktivitas enzim berkorelasi positif dengan daya berkecambah benih (Handayani
2013).

Kecepatan Tumbuh
Nilai tengah interaksi antara varietas dan perlakuan memperlihatkan
penurunan persentase kecepatan tumbuh dari setiap varietas yang diuji. Pada
penderaan 15 menit, 12 varietas jagung hibrida mengalami penurunan kecepatan
tumbuh yang nyata. Tiga varietas lainnya, NK 6326, BISI 816, dan Pertiwi 2
mengalami penurunan kecepatan tumbuh secara nyata pada penderaan 30 menit
yaitu menjadi 10.40% etmal-1, 8.26% etmal-1, dan 11.37% etmal-1.
Tabel 4 Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan lamanya
waktu pengusangan benih secara kimia pada peubah kecepatan tumbuh.
Varietas
Bimasuper
Bionix 09
BISI 2
BISI 18
BISI 222
BISI 816
DK 77
DK 85
DK 95
DK 979
NK 6326
NK 33
P 21
Pertiwi 2
Pertiwi 3

Waktu perendaman

0 menit
30.77 abc
22.48 e-i
28.62 a-e
26.48 b-g
33.33 a
29.71 a-d
24.71 c-h
27.08 a-f
32.80 ab
28.62 a-e
24.70 c-h
24.17 c-h
19.77 g-l
23.69 d-i
33.26 a

15 menit
21.35 f-j
15.20 j-p
20.22 f-l
14.37 k-q
19.37 h-l
23.82 d-i
17.00 i-o
11.82 m-r
18.22 h-m
8.267 q-v
17.73 h-n
4.68 s-w
8.91 p-u
21.08 f-k
23.53 d-1

30 menit
7.97 q-v
13.68 l-q
3.82 t-w
6.48 r-w
8.64 p-u
8.26 q-v
5.71 r-w
5.11 r-w
2.71 uvw
5.86 r-w
10.40 o-t
1.97 uvw
4.68 s-w
11.37 n-s
11.02 o-s

45 menit
1.11 vw
3.64 t-w
1.33 vw
3.33 t-w
3.00 uvw
3.15 uvw
1.15 vw
1.33 vw
0.00 w
1.37 vw
4.68 s-w
0.00 w
0.60 w
5.35 r-w
4.66 s-w

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%.

11
Kecepatan tumbuh benih pada Tabel 4 memperlihatkan nilai tengah benih
tertinggi pada perlakuan 0 menit yaitu BISI 222 (33.33% etmal-1) dan Pertiwi 3
(33.26% etmal-1) sedangkan yang terendah yaitu P 21 (19.77% etmal-1). Setelah
diusangkan selama 15 menit, KCT tertinggi diperoleh Pertiwi 3 dan BISI 816
dengan nilai tengah lebih dari 23% etmal-1 dan yang terendah NK 33 dengan nilai
tengah 4.68% etmal-1. Hasil pengusangan benih selama 30 menit menunjukkan
nilai tengah KCT tertinggi diperoleh Bionix 09 (13.68% etmal-1 ) dan nilai terendah
masih NK 33 dengan nilai 1.97% etmal-1. Nilai tengah benih yang paling tinggi
pada penderaan 45 menit yaitu Pertiwi 2 (5.35% etmal-1) sedangkan yang paling
rendah yaitu DK 95 dan NK 33 dengan nilai 0% etmal-1.

Indeks Vigor dan Bobot Kering Kecambah Normal
Tabel 5 menunjukkan varietas yang memiliki indeks vigor diatas rata-rata
dengan nilai yang paling tinggi adalah Pertiwi 3 (44.33%) dan tidak berbeda nyata
dengan benih BISI 222, Bima Super, BISI 816, dan Pertiwi 2 (37.33%, 35%
41.33%, dan 37.66%). Namun menurut Koes dan Arief (2010) indeks vigor dapat
dikatakan tinggi apabila nilainya diatas 75%. Varietas benih yang memiliki nilai
tengah indeks vigor dibawah rata-rata adalah BISI 18, DK 979, DK 95, DK 85,
DK 77, P 21 dan NK 33 yang merupakan varietas benih jagung dengan nilai
tengah indeks vigor terendah yaitu sebesar 13.66%.
Tabel 5 Nilai tengah indeks vigor dan bobot kering kecambah normal pada
percobaan vigor daya simpan benih jagung hibrida.
IV
BKKN
Varietas
(%)
(mg)
35.07 abcd
Bima Super
35.00 a-e
36.49 abc
Bionix 09
22.00 fgh
32.39 cd
BISI 2
30.00 c-f
33.86 abcd
BISI 18
32.66 b-e
37.29 abc
BISI 222
37.33 abcd
35.59 abc
BISI 816
41.33 ab
31.99 cd
DK 77
33.00 b-e
33.59 bcd
DK 85
26.66 def
33.59 bcd
DK 95
33.33 b-e
34.24 abcd
DK 979
27.00 c-f
25.77 e
NK 33
13.66 h
35.47 abc
NK 6326
24.36 efg
29.39 de
P 21
16.33 gh
39.27 ab
Pertiwi 2
37.66 abc
39.81 a
Pertiwi 3
44.33 a
Rata-rata
30.31
34.25
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5%; IV: indeks vigor; BKKN: bobot kering kecambah normal.

12
Kisaran bobot kering kecambah normal benih yang diuji yaitu 25.77 mg
hingga 39.81 mg dengan rata-rata sebesar 34.25 mg. Varietas jagung hibrida yang
memiliki bobot kering kecambah normal tertinggi yaitu Pertiwi 3 (39.81 mg).
Nilai tengah varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan varietas BISI 222, DK
979, Bima Super, BISI 816, Bionix 09, NK 6326, BISI 18 dan Pertiwi 2.
Sedangkan varietas P 21 dan NK 33 merupakan varietas dengan nilai tengah
BKKN terendah yaitu 29.39 mg dan 25.77 mg. Berdasarkan penelitian Koes dan
Arief (2010), bobot kering kecambah memiliki korelasi negatif dengan lamanya
daya simpan benih jagung. Penyimpanan benih selama 6 bulan dapat
menyebabkan penurunan berat kering kecambah sebesar 0.03 g kecambah-1.
Rekapitulasi Peubah
Kesimpulan percobaan vigor daya simpan benih dengan perlakuan
perendaman dalam larutan etanol 96% diperoleh dari penilaian terhadap masingmasing peubah. Varietas terbaik untuk peubah daya berkecambah dan kecepatan
tumbuh dilihat dari lamanya benih mampu bertahan terhadap pengusangan dengan
etanol 96%. Varietas terbaik untuk peubah daya berkecambah benih yaitu Bionix
09 yang mampu bertahan hingga penderaan 30 menit sedangkan varietas terbaik
untuk peubah kecepatan tumbuh yaitu Bisi 816, NK 6326 dan Pertiwi 2 yang
mampu bertahan hingga penderaan 15 menit.
Tabel 6 Hasil rekapitulasi percobaan vigor daya simpan benih dengan perlakuan
perendaman dalam larutan etanol 96% pada peubah DB, KCT, IV, dan
BKKN
Varietas
Bima Super
Bionix 09
BISI 2
BISI 18
BISI 222
BISI 816
DK 77
DK 85
DK 95
DK 979
NK 33
NK 6326
P 21
Pertiwi 2
Pertiwi 3

Peubah
DB

-

KCT



-

IV






BKKN










Jumlah
2
2
0
1
2
3
0
0
0
1
0
2
0
3
2

√: varietas yang mampu bertahan hingga penderaan 30 menit pada peubah DB, varietas yang
mampu bertahan hingga penderaaan 15 menit pada peubah KCT, varietas yang memiliki nilai
tengah tertinggi pada peubah IV dan BKKN; -: varietas yang mengalami penurunan < 30 menit
pada peubah DB atau varietas yang mengalami penurunan < 15 menit pada peubah K CT, atau
varietas yang berbeda nyata dengan nilai tertinggi pada peubah IV dan BKKN.

13
Varietas terbaik untuk peubah indeks vigor dan bobot kering kecambah
normal dilihat dari nilai tengah tertinggi varietas. Varietas terbaik untuk indeks
vigor yaitu Bima Super, BISI 222, BISI 816, Pertiwi 2 dan Pertiwi 3 sedangkan
untuk peubah bobot kering kecambah normal yaitu Bima Super, Bionix 09, BISI
222, BISI 816, DK 979, Pertiwi 2, dan Pertiwi 3. Rekapitulasi peubah
memperlihatkan Pertiwi 2 dan BISI 816 memperoleh peringkat tertinggi untuk
vigor daya simpan benih jagung hibrida.

Percobaan

2:

Vigor Kekuatan Tumbuh Benih terhadap Cekaman
Kekeringan Menggunakan Polyethylene glycol 6000

Percobaan ini bertujuan untuk melihat kekuatan tumbuh benih dalam
kondisi cekaman kekeringan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa varietas benih
yang digunakan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap semua peubah yang
diuji seperti daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering
kecambah normal dan panjang akar. Selain varietas, perbedaan tekanan osmotik
dari PEG 6000 yang diberikan juga memperlihatkan pengaruh yang berbeda
sangat nyata. Menurut Michel dan Kaufmann (1973), pengaruh ini karena adanya
cekaman kekeringan pada tanaman yang disebabkan terhambatnya penyerapan air
oleh akar kecambah. Semakin tinggi konsentrasi PEG 6000 yang diberikan dalam
perlakuan, akan semakin kuat subetilen larutan ini mengikat air sehingga tidak
bisa diserap oleh benih untuk perkecambahan.
Tabel 7

Hasil rekapitulasi sidik ragam 15 varietas jagung hibrida pada uji
cekaman kekeringan menggunakan PEG 6000.
Varietas
Tekanan osmotik
Interaksi
Peubah
KT
Fhit
KT
Fhit
KT
Fhit
DB (%)
741.67 11.09** 1968.18
29.43** 114.24 1.71*
IV (%)+
7.71 10.53**
499.19 681.63**
1.63 2.23**
KCT (%etmal-1)
75.77 7.84** 1305.35 135.06** 13.77 1.43 tn
BKKN (mg)
4.07 15.40**
39.68 149.84**
0.36 1.37 tn
PA(cm)
13.39 2.75**
167.15
34.31**
6.50 1.34 tn

DB: daya berkecambah; IV: indeks vigor; KCT: kecepatan tumbuh; BKKN: bobot kering kecambah
normal; PA: panjang akar; KT: kuadrat tengah; Fhit: nilai Fhitung sidik ragam; **: berpengaruh
sangat nyata pada α = 1%; *: berpengaruh nyata pada α = 5%; tn: tidak berpengaruh nyata; +: data
ditransformasi ke √x+0.5 sebelum dianalisis.

Analisis interaksi antara varietas dan tekanan osmotik larutan
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Interaksi yang sangat nyata diperlihatkan
oleh peubah indeks vigor benih. Interaksi yang nyata ditunjukkan oleh peubah
daya berkecambah benih. Peubah kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah
normal dan panjang akar menunjukkan tidak ada interaksi yang nyata antara
varietas jagung yang digunakan dengan tekanan osmotik larutan yang diberikan.
Uji lanjut hanya dilakukan pada peubah yang berpengaruh nyata dan sangat nyata.

14
Daya Berkecambah
Berdasarkan data pada Tabel 8, benih yang mengalami penurunan daya
berkecambah secara nyata pada tekanan osmotik -1 bar yaitu BISI 816 (74.66%).
Benih Bionix 09, dan P 21 mengalami penurunan daya berkecambah secara nyata
pada tekanan osmotik -1.25 bar. Tekanan osmotik -1.5 bar menurunkan DB secara
nyata pada benih Bima Super, BISI 222, DK 95 dan NK 6326. Benih lainnya
yaitu BISI 2, BISI 18, DK 77, DK 85, DK 979, NK 33, Pertiwi 2 dan Pertiwi 3
belum mengalami penurunan DB secara nyata meskipun sudah didera dengan
tekanan osmotik -1.5 bar. Data menyimpang terjadi pada varietas DK 979, DK 85
dan DK 77 di tekanan osmotik -1.25 bar karena daya berkecambahnya lebih
rendah dibandingkan tekanan osmotik -1.5 bar. DB tertinggi pada tekanan
osmotik 0, -1, dan -1.25 bar adalah BISI 222 dengan nilai tengah secara berurutan
98.66%, 88%, 89.33% dan yang terendah adalah P 21 dengan nilai tengah 70.66%,
56%, 49.33%. DB tertinggi pada tekanan osmotik -1.5 bar yaitu Pertiwi 3
(94.66%) dan yang terendah tetap P 21 (46.67%).
Tabel 8 Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan tekanan
osmotik Polyethylene glycol 6000 pada peubah daya berkecambah
Tekanan osmotik larutan PEG 6000
Varietas
0 bar
-1 bar
-1.25 bar
-1.5 bar
Bima Super
92.00 a-d
84.00 a-j
88.00 a-g
68.00 j-n
Bionix 09
84.00 a-j
74.66 e-m
65.33 l-n
64.00 m-o
BISI 2
84.00 a-j
74.67 e-m
76.00 d-m
74.66 e-m
BISI 18
88.00 a-g
82.66 a-k
77.33 c-m
72.00 g-n
BISI 222
98.66 a
88.00 a-g
89.33 a-f
66.66 k-n
BISI 816
93.33 abc
74.66 e-m
80.00 b-m
69.33 i-n
DK 77
77.33 c-m
72.00 g-n
56.00 n-p
80.00 b-m
DK 85
86.66 a-h
70.66 h-n
66.66 k-n
70.66 h-n
DK 95
90.66 a-e
86.66 a-h
88.00 a-g
70.66 h-n
DK 979
90.66 a-e
82.66 a-k
72.00 g-n
84.00 a-j
NK 33
85.33 a-i
77.33 c-m
80.00 b-m
73.33 f-m
NK 6326
92.00 a-d
81.33 b-l
76.00 d-m
70.66 h-n
P 21
70.66 h-n
56.00 n-p
49.33 op
46.67 p
Pertiwi 2
78.66 b-m
77.33 c-m
76.00 d-m
64.00 m-o
Pertiwi 3
93.33 abc
80.00 b-m
85.33 a-i
94.66 ab
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%.

Varietas jagung yang mempunyai daya berkecambah yang tinggi meskipun
sudah diberi perlakuan, bisa dikatakan toleran terhadap cekaman kekeringan.
Benih ini memiliki kemampuan yang baik untuk tumbuh dalam kondisi
suboptimum. BISI 18, BISI 2, Pertiwi 3, Pertiwi 2, dan NK 33 merupakan varietas
yang tahan cekaman kekeringan hingga -1.5 bar larutan PEG 6000. Perlakuan
dengan tekanan osmotik larutan PEG 6000 yang lebih tinggi perlu dilakukan
untuk melihat batas toleransi varietas tersebut terhadap cekaman kekeringan.

15
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-masing varietas tidak ada
perbedaan nyata daya berkecambah benih seiring dengan peningkatan tekanan
osmotik larutan PEG 6000, akan tetapi terlihat penurunan angka persentase daya
berkecambah pada setiap peningkatan tekanan osmotik larutan PEG 6000. Hal ini
sejalan dengan penelitian Farsiani dan Ghobadi (2009) yang memperlihatkan
penurunan persentase daya berkecambah benih jagung tongkol dan jagung manis
seiring meningkatnya cekaman kekeringan yang diberikan. Menurut Van der Berg
dan Zeng (2006), defisit air mempengaruhi perkecambahan benih dan
mengakibatkan benih tumbuh abnormal. Perkecambahan benih akan mengalami
gagal berkecambah dan daya berkecambah menurun apabila terjadi cekaman
kekeringan karena air tidak cukup untuk melunakkan kulit. Hal ini dikarenakan air
merupakan komponen penting dalam pertumbuhan benih terutama dalam aktivasi
enzim (Agustrina 2008).

Indeks Vigor
Dilihat dari penurunan nilai tengah indeks vigor, ke-15 varietas benih
jagung hibrida mengalami penurunan indeks vigor secara nyata pada tekanan
osmotik -1 bar.
Tabel 9 Nilai tengah dari interaksi antara varietas jagung hibrida dengan tekanan
osmotik Polyethylene glycol 6000 pada peubah indeks vigor
Varietas
Bima super
Bionix 09
BISI 2
BISI 18
BISI 222
BISI 816
DK 77
DK 85
DK 95
DK 979
NK 33
NK 6326
P 21
Pertiwi 2
Pertiwi 3

Tekanan osmotik larutan PEG 6000
0 bar
-1 bar
-1.25 bar
-1.5 bar
78.67 a
4.00 ijk
1.33 jk
0.00 k
37.33 de
0.00 k
1.33 jk
0.00 k
70.67 ab
9.33 hij
0.00 k
0.00 k
70.67 ab
0.00 k
0.00 k
1.33 jk
82.67 a
6.67 hijk
4.00 ijk
2.67 ijk
76.00 a
4.00 ijk
0.00 k
0.00 k
68.00 ab
20.00 ijk
0.00 k
1.33 jk
66.67 ab
6.67 hijk
5.33 ijk
0.00 k
81.33 a
25.33 ef
13.33 fgh
1.33 jk
78.67 a
5.33 hijk
2.67 ijk
0.00 k
50.67 bcd
1.33 jk
0.00 k
0.00 k
45.33 cd
1.33 jk
0.00 k
0.00 k
41.33 de
4.00 ijk
0.00 k
0.00 k
64.00 abc
1.33 jk
4.00 ijk
1.33 jk
84.00 a
21.33 f
9.33 ghi
6.67 hij

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%.

Indeks vigor yang terlihat pada Tabel 9 menunjukkan benih yang tidak
diberi PEG 6000, nilai tengah tertinggi diperoleh Pertiwi 3 dengan nilai 84% dan

16
tidak berbeda nyata dengan benih BISI 222 (82.67%), DK 979 (78.67%), Bima
Super (78.67%), BISI 816 (76%), dan DK 95 (81.33%). Sedangkan nilai tengah
terendahnya yaitu P 21 (41.33%) dan Bionix 09 (37.33%). Pemberian cekaman
kekeringan sebesar -1 bar dan -1.25 bar, indeks vigor tertinggi diperlihatkan oleh
benih DK 95 dengan nilai 25.33% dan 13.33%. Indeks vigor paling rendah pada
tekanan osmotik -1 bar yaitu BISI 18 dan Bionix 09 dengan nilai 0%. Sedangkan
pada tekanan osmotik -1.25 bar, indeks vigor benih yang terendah bernilai 0%
yaitu NK 6326, BISI 18, BISI 2, DK 77, BISI 816, P 21, dan NK 33. Cekaman
kekeringan -1.5 bar menunjukkan indeks vigor tertinggi benih yaitu Pertiwi 3
dengan nilai 6.67% disusul benih BISI 222 (2.76%), BISI 18, DK 77, DK 95, dan
Pertiwi 2 dengan nilai 1.33%. Selain benih tersebut, benih NK 6326, BISI 2, DK
979, DK 85, Bima Super, BISI 816, P 21, Bionix 09, dan NK 33 merupakan benih
dengan nilai tengah terkecil sebesar 0%.

Kecepatan Tumbuh, Panjang Akar, dan Bobot Kering Kecambah Normal
Selain daya berkecambah dan indeks vigor, kecepatan tumbuh benih juga
menjadi indikasi tinggi atau rendahnya vigor suatu lot benih. Lebih spesifik,
kecepatan tumbuh menghitung kemampuan berkecambah benih per hari tanam.
Varietas benih yang menghasilkan lebih banyak kecambah normal diawal-awal
tanam menunjukkan tingginya vigor benih tersebut. Dari data yang diperoleh pada
Tabel 10 dapat diketahui bahwa benih yang memiliki kecepatan tumbuh tertinggi
yaitu varietas Pertiwi 3 (24.45% etmal-1) dan tidak berbeda nyata dengan benih
DK 95 (23.91% etmal-1). Tingginya tekanan osmotik cekaman kekeringan yang
diberikan tidak begitu berpengaruh terhadap perkecambahan normal benih dari
kedua varietas tersebut. Hal ini berbeda dengan respon yang diperlihatkan oleh
varietas P 21 (13.88% etmal-1). Varietas ini bisa dikatakan memiliki vigor yang
rendah sehingga sangat peka terhadap cekaman kekeringan.
Parameter lain yang tidak kalah penting dalam pengukuran vigor kekuatan
tumbuh benih jagung hibrida dari cekaman kekeringan adalah kondisi akar yang
dalam hal ini direpresentasikan oleh panjang akar. Akar merupakan bagian yang
bersentuhan langsung dengan media tanam benih. Menurut Dubrovsky and
Go´mezlomeli (2003) dalam menghadapi cekaman kekeringan, tanaman
melakukan berberapa strategi bertahan hidup yang dimulai dari fase
perkecambahan yaitu dengan membentuk formasi akar yang panjang dan memiliki
percabangan yang banyak serta mempertahankan turgor sel tanaman dengan
mengakumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sel
(Sopandie 2006).
Pertiwi 3 (15.95 cm) merupakan varietas yang memiliki akar cukup panjang
dibandingkan dengan varietas jagung yang lain untuk memperluas cakupan dalam
mengasorbsi air sehingga dapat berkecambah dengan baik dalam cekaman
kekeringan. Nilai tengah Pertiwi 3 tidak berbeda nyata dengan benih BISI 222
(14.22 cm), BISI 18 (15.19 cm), DK 77 (14.89 cm), DK 85 (14.13 cm), DK 979
(14.31 cm), NK 6326 (14.46 cm), dan DK 95 (15.01 cm). Benih yang
berkecambah dengan baik memiliki bobot kering kecambah normal yang lebih
tinggi dibandingkan benih yang peka (Efendi 2009). Kecambah yang dihasilkan
memiliki daun, hipokotil, dan akar yang tumbuh dengan optimum. Cadangan

17
makanan pada kotiledon dan endosperm diubah secara maksimal untuk
pertumbuhan dan menambah bobot kecambah.
Tabel 10 Nilai tengah kecepatan tumbuh, panjang akar dan bobot kering
kecambah normal pada percobaan vigor kekuatan tumbuh benih
jagung hibrida.
KCT
PA
BKKN
Varietas
-1
(%etmal )
(cm)
(mg)
Bima Super
20.29 cd
13.38 bcd
53.08 de
Bionix 09
17.92 d
13.32 bcd
48.65 ef
BISI 2
19.09 cd
13.37 bcd
36.58 g
BISI 18
20.01 cd
15.19 ab
52.00 de
BISI 222
21.44 bc
14.22 abc
61.83 bcd
BISI 816
19.42 cd
12.69 cd
39.33 fg
DK 77
17.68 d
14.89 ab
61.04 bcd
DK 85
18.35 d
14.13 abcd
66.16 bc
DK 95
23.91 ab
15.01 ab
71.58 b
DK 979
20.24 cd
14.31 abc
68.58 bc
NK 33
20.01 cd
12.11 d
40.25 fg
NK 6326
19.39 cd
14.46 abc
60.75 bcd
P 21
13.88 e
12.69 cd
34.04 g
Pertiwi 2
19.39 cd
13.85 bcd
57.50 cde
Pertiwi 3
24.45 a
15.95 a
86.75 a
Rata-rata
19.69
13.97
55.87
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5%; KCT: kecepatan tumbuh; BKKN: bobot kering kecambah normal; PA: panjang akar

Varietas yang memiliki nilai tengah bobot kering kecambah normal paling
tinggi setelah diberi cekaman kekeringan yaitu Pertiwi 3 (86.75 mg). Sedangkan
yang paling rendah adalah benih P 21 (34.04 mg) dan BISI 2 (36.58 mg). Dilihat
dari daya berkecambah benih BISI 2 yang cukup tinggi, rendahnya bobot kering
kecambah normal dimungkinkan karena benih memiliki ukuran kecambah yang
kecil dan tidak berkembang karena adanya hambatan pertumbuhan oleh PEG
6000.
Rekapitulasi Peubah
Kesimpulan percobaan vigor kekuatan tumbuh benih terhadap cekaman
kekeringan menggunakan Polyethylene glycol 6000 diperoleh dari penilaian
terhadap masing-masing peubah. Varietas terbaik pada peubah daya berkecambah
yaitu BISI 2, BISI 18, NK 33, DK 77, DK 85, DK 979, Pertiwi 2, dan Pertiwi 3.
Varietas tersebut mampu bertahan dari cekaman kekeringan hingga -1.5 bar
tekanan osmotik larutan PEG 6000. Pada peubah indeks vigor semua varietas
jagung hibrida mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tekanan
osmotik -1 bar.

18
Tabel 11 Hasil rekapitulasi percobaan vigor kekuatan tumbuh benih terhadap
cekaman kekeringan menggunakan Polyethylene glycol 6000 pada
peubah DB, IV, KCT, PA, dan BKKN.
Varietas
Bima Super
Bionix 09
BISI 2
BISI 18
BISI 222
BISI 816
DK 77
DK 85
DK 95
DK 979
NK 33
NK 6326
P 21
Pertiwi 2
Pertiwi 3

Peubah
DB









KCT



PA









BKKN


Jumlah
0
0
1
2
1
0
2
2
2
2
1
1
0
1
4

√: varietas yang mampu bertahan hingga penderaan -1.5 bar tekanan osmotik larutan PEG 6000
pada peubah DB, varietas yang memiliki nilai tengah tertinggi pada peubah KCT, PA dan BKKN; -:
varietas yang mengalami penurunan < -1.5 bar tekanan osmotik larutan PEG 6000 pada peubah
DB atau varietas yang berbeda nyata dengan nilai tertinggi pada peubah K CT, PA dan BKKN.

Varietas terbaik pada peubah kecepatan tumbuh, panjang akar, dan bobot
kering kecambah normal dilihat dari nilai tengah tertinggi setiap varietas. Pada
peubah kecepatan tumbuh varietas terbaiknya yaitu DK 95 dan Pertiwi 3. Pada
peubah panjang akar varietas terbaiknya yaitu BISI 18, BISI 222, DK 77, DK 85,
DK 95, DK 979, NK 6326, dan Pertiwi 3. Sedangkan pada peubah bobot kering
kecambah normal varietas terbaik yaitu Pertiwi 3. Rekapitulasi peubah
memperlihatkan Pertiwi 3 memperoleh peringkat tertinggi untuk vigor kekuatan
tumbuh benih jagung hibrida pada cekaman kekeringan disusul pada posisi kedua
yaitu DK 95, BISI 18, DK 77, DK 85, dan DK 979. Vigor kekuatan tumbuh yang
tinggi pada varietas DK 979 sesuai dengan deskripsi varietas yang menunjukkan
ketahanan terhadap kekeringan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Percobaan vigor daya simpan benih dengan perlakuan perendaman dalam
larutan etanol 96% menunjukkan penurunan DB secara nyata terjadi pada
pengusangan 45 menit dan KCT pada pengusangan 30 menit. Berdasarkan hasil
rekapitulasi peubah DB, KCT, IV dan BKKN, Pertiwi 2 dan BISI 816 adalah benih

19
dengan vigor daya simpan tertinggi. Percobaan vigor kekuatan tumbuh benih
terhadap cekaman kekeringan menggunakan Polyethylene glycol 6000
menunjukkan penurunan DB secara nyata terjadi pada tekanan osmotik -1.5 bar
kecuali untuk benih BISI 2, BISI 18, DK 77, DK 85, DK 979, NK 33, Pertiwi 2,
dan Pertiwi 3. Vigor kekuatan tumbuh tertinggi berdasarkan hasil rekapitulasi
peubah DB, IV, KCT, PA, dan BKKN adalah Pertiwi 3 dan posisi kedua adalah
DK 95, BISI 18, DK 77, DK 85, dan DK 979.
Saran
Perlu dilakukan pengujian yang sama untuk varietas jagung hibrida yang
lain sebagai pedoman penyimpanan benih. Pengujian benih bisa menjadi
gambaran kondisi benih dan bahan pertimbangan untuk pengembangan jagung
hibrida selanjutnya. Selain itu, perlu dilakukan pengujian cekaman kekeringan
dengan tekanan osmotik yang lebih dari -1.5 bar untuk benih BISI 2, BISI 18, DK
77, DK 85, DK 979, NK 33, Pertiwi 2, dan Pertiwi 3.

DAFTAR PUSTAKA
Agustrina R. 2008. Perkecambahan dan pertumbuhan kecambah leguminoceae di
bawah pengaruh medan magnet. Lampung (ID). Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung. Hal: 342-347.
Andri, Endrizal. 2012. Akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas jagung
melalui sl-ptt jagung hibrida di Jambi. Jambi (ID). Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi.
Arief. 2010.