Vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih pada beberapa genotipe cabai (Capsicum annuum L.)

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
BENIH PADA BEBERAPA GENOTIPE CABAI
(Capsicum annuum L.)

SUMARNI KRISMAWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Vigor Daya Simpan
dan Vigor Kekuatan Tumbuh Benih pada Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum
annuum L.) adalah benar karya saya berdasarkan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Sumarni Krismawati
A24100178

ABSTRAK
SUMARNI KRISMAWATI. Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh
Benih pada Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.). Dibimbing oleh
FAIZA C. SUWARNO dan ANGGI NINDITA.
Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu jenis sayuran komersial
yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh terhadap cekaman
salinitas dan kekeringan pada sembilan genotipe benih cabai. Percobaan vigor
daya simpan menggunakan metode pengusangan cepat kimia melalui perendaman
methanol 20% selama 1, 2 dan 3 jam. Genotipe 307 (Bhaskara F1) mempunyai
vigor daya simpan (VDS) paling tinggi berdasarkan tolok ukur berat kering
kecambah normal (BKKN) 3.99 mg, 2.77 mg dan 1.29 mg, daya berkecambah
(DB) 7.45%, 4.67% dan 2.08%, kecepatan tumbuh (KCT) 3.17% etmal-1, 1.93%
etmal-1 dan 1.14% etmal-1 dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) 1.32 mg, 1.54

mg dan 1.20 mg. Percobaan vigor kekuatan tumbuh benih cabai terhadap cekaman
salinitas menggunakan NaCl pada konsentrasi 2500, 3750 dan 5000 ppm.
Genotipe 293 (SKB 27) merupakan genotipe paling toleran terhadap cekaman
salinitas berdasarkan tolok ukur berat kering kecambah normal 5.15 mg, 5.06 mg
dan 4.67 mg, daya berkecambah 68.52%, 57.58% dan 53.94, kecepatan tumbuh
16.60% etmal-1, 14.30% etmal-1 dan 14.00% etmal-1 dan laju pertumbuhan
kecambah 1.48 mg, 1.54 mg dan 1.47 mg. Percobaan vigor kekuatan tumbuh
benih cabai terhadap cekaman kekeringan menggunakan Polyethylene Glykol
(PEG) 6000 pada tekanan -1.0, -1.5 dan -2 bar. Genotipe 307 (Bhaskara F1)
merupakan genotipe yang paling tahan terhadap kekeringan berdasarkan tolok
ukur berat kering kecambah normal 5.07 mg, 5.02 mg dan 4.69 mg, daya
berkecambah 60.84%, 60.81% dan 56.59%, kecepatan tumbuh 16.04% etmal-1,
15.13% etmal-1 dan 13.88% etmal-1, laju pertumbuhan kecambah 1.52 mg, 1.51
mg dan 1.49 mg dan panjang akar (PR) 2.20 cm, 1.46 cm dan 1.81cm.
Kata kunci: cabai, kekeringan, pengusangan, salinitas, vigor

ABSTRACT
SUMARNI KRISMAWATI. Storability period and vigor of seeds on chili pepper
genotypes (Capsicum annuum L.). Supervised by FAIZA C. SUWARNO and
ANGGI NINDITA.

Chili peppers (Capsicum annuum L.) is one of commercial vegetables which
has high economic value in Indonesia. The research was aimed to study the
storability period and vigor of nine genotypes of chili pepper seeds through
salinity stress and drought stress. The experiment of accelarated aging was using
chemical method through methanol (20%) soak period i.e 1, 2 and 3 hour. The
genotype number 307 (Bhaskara F1) has highest storability (VDS) based on dry
weight of normal seedlings (BKKN) 3.99 mg, 2.77 mg and 1.29 mg, germination
percentage (DB) 7.45%, 4.67% and 2.08%, speed of germination (KCT) 3.17%
etmal-1, 1.93% etmal-1 and 1.14% etmal-1, and seedling growth rate (LPK) 1.32

mg, 1.54 mg and 1.20 mg. The experiment of sub optimum condition through
salinity stress was using NaCl concentration treatment that is 2500, 3750 and
5000 ppm. The genotype number 293 (SKB 27) was elucidated as the most
tolerant genotypes to salinity stress through dry weight of normal seedlings 5.15
mg, 5.06 mg and 4.67 mg, germination percentage 68.52%, 57.58% and 53.94%,
speed of germination 16.60% etmal-1, 14.30% etmal-1 and 14.00% etmal-1, and
seedling growth rate 1.48 mg, 1.54 mg and 1.47 mg. Experiments vigor chilli
pepper seeds to drought stress was using PEG 6000 at -1.0, -1.5 and -2.0 bar. The
genotype number 307 (Bhaskara F1) was elucidated as the most resistance
genotypes to drought stress through dry weight of normal seedlings 5.07 mg, 5.02

mg and 4.69 mg, germination percentage 60.84%, 60.81% and 56.59%, speed of
germination 16.04% etmal-1, 15.13% etmal-1 and 13.88% etmal-1, seedling growth
rate 1.52 mg, 1.51 mg and 1.49 mg and the length of radicle (PR) 2.20 cm, 1.46
cm and 1.81 cm.
Keywords: chili, drought, rapid, salinity, vigor

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
BENIH PADA BEBERAPA GENOTIPE CABAI
(Capsicum annuum L.)

SUMARNI KRISMAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT untuk semua
rahmat dan anugerah yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema penelitian yang telah penulis
lakukan pada bulan April hingga bulan September 2014 ini mengambil judul
“Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh Benih pada Beberapa
Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.).”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Faiza Chairani Suwarno,
MS dan Ibu Anggi Nindita, SP MSi yang telah bersedia menjadi pembimbing
penulis dalam melaksanakan penelitian dan dosen-dosen di departemen Agronomi
dan Hortikultura yang senantiasa memberikan pembelajaran bagi penulis. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi dan
Bapak Undang, SP MSi yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan
sembilan genotipe cabai pada penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
untuk orang tua, Beastudi Etos Bogor, dan keluarga penulis yang selalu

memberikan do’a dan dukungan baik moril maupun materil, serta teman-teman
Agronomi dan Hortikultura angkatan 47 yang telah memberikan motivasi selama
menjalani perkuliahan. Semoga penelitian yang telah penulis laksanakan
bermanfaat untuk penelitian benih pada khususnya dan bermanfaat bagi
masyarakat. Amin

Bogor, Maret 2015
Sumarni Krismawati

DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
Benih Cabai .......................................................................................................... 2
Vigor Daya Simpan Benih ................................................................................... 3
Vigor Kekuatan Tumbuh ..................................................................................... 3
Pengujian Vigor Benih ......................................................................................... 4

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4
Lokasi dan waktu Penelitian ................................................................................ 4
Bahan dan alat penelitian ..................................................................................... 5
Rancangan percobaan .......................................................................................... 5
Pelaksanaan penelitian ......................................................................................... 7
Pengamatan .......................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Kondisi Umum ..................................................................................................... 9
Percobaan I. Vigor daya simpan benih cabai ....................................................... 9
Percobaan II. Vigor kekuatan tumbuh benih cabai terhadap cekaman salin ..... 13
Percobaan III. Vigor kekuatan tumbuh benih cabai terhadap cekaman
kekeringan .......................................................................................................... 16
SIMPULAN ........................................................................................................... 20
SARAN.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 23

DAFTAR TABEL
1 Daya berkecambah awal benih cabai sebelum perlakuan ............................ 9
2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan pengusangan

cepat terhadap peubah .................................................................................. 9
3 Pengaruh interaksi genotipe dan pengusangan cepat terhadap
BKKN dan DB ........................................................................................... 10
4 Pengaruh interaksi genotipe dan pengusangan cepat terhadap
KCT dan LPK .............................................................................................. 11
5 Pengaruh genotipe dan pengusangan cepat terhadap DHL ........................ 11
6 Hasil rekapitulasi respon genotipe terhadap vigor daya simpan (VDS) ...... 12
7 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan kondisi
cekaman salinitas terhadap peubah ............................................................ 13
8 Pengaruh interaksi genotipe dan salinitas terhadap BKKN dan DB ......... 14
9 Pengaruh interaksi genotipe dan salinitas terhadap KCT dan LPK ............. 15
10 Hasil rekapitulasi respon genotipe terhadap kondisi cekaman salin .......... 15
11 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan kondisi
cekaman kekeringan terhadap peubah ....................................................... 16
12 Pengaruh interaksi genotipe dan kondisi cekaman kekeringan
terhadap BKKN dan DB............................................................................. 17
13 Pengaruh interaksi genotipe dan kondisi cekaman kekeringan
terhadap LPK dan PR ................................................................................. 18
14 Pengaruh interaksi genotipe dan kondisi cekaman kekeringan
terhadap KCT ............................................................................................... 19

15 Hasil rekapitulasi respon genotipe terhadap kondisi cekaman
kekeringan .................................................................................................. 19

DAFTAR GAMBAR
1

Bagian benih cabai ....................................................................................... 2

DAFTAR LAMPIRAN
1

Genotipe tanaman cabai yang digunakan dalam penelitian ....................... 23

2

Deskripsi cabai varietas Sonar ................................................................... 23

3

Deskripsi cabai varietas Nirmala ................................................................ 23


4

Deskripsi cabai varietas Bhaskara .............................................................. 24

5

Perhitungan kebutuhan bahan larutan PEG-6000 ..................................... 25

6

Gambar buah cabai .................................................................................... 25

PENDAHULUAN
Cabai merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai peranan penting
dalam bidang perekonomian Indonesia. Produktivitas cabai nasional pada tahun
2011 sebesar 6.07 ton ha-1. Menurut Agustin (2010) potensi produktivitas cabai
seharusnya bisa mencapai 20-40 ton ha-1. Faktor yang menyebabkan rendahnya
produktivitas cabai yaitu varietas yang digunakan belum berdaya hasil tinggi,
kurang tersedianya benih bermutu, kurangnya penerapan teknologi budidaya yang

sesuai, penanganan pasca panen yang belum optimal dan serangan hama penyakit
yang belum dapat diatasi (Arif et al. 2012).
Kebutuhan cabai mengalami peningkatan setiap tahun karena pertambahan
jumlah penduduk dan perkembangan industri yang membutuhkan bahan baku
cabai. Data (BPS 2013a) menunjukkan bahwa konsumsi cabai merah mencapai
14.235 kg per kapita per tahun, cabai rawit mencapai 12.723 per kapita per tahun,
menempati urutan kelima terbanyak dibandingkan dengan bahan makanan
lainnya. Luas pertanaman cabai pada tahun 2012 mencapai 242 366 ha,
menempati urutan pertama terbanyak dibandingkan dengan tanaman sayuran
lainnya. Luas pertanaman cabai di Indonesia pada tahun 2013 meningkat dari
tahun 2012 menjadi 249 232 ha, dan produktivitasnya juga meningkat dari 6.84
ton ha-1 menjadi 6.93 ton ha-1 (BPS 2013b).
Petani banyak menggunakan benih varietas unggul, tetapi sebagian benih
yang digunakan adalah benih impor. Benih unggul adalah benih yang memiliki
viabilitas dan vigor yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produksi tanaman
yang optimal dalam berbagai cekaman lingkungan.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman.
Peran benih dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas semakin penting
untuk meningkatkan ekspor dan daya saing suatu komoditas. Upaya untuk
meningkatkan produktivitas cabai dapat dilakukan dengan menanam benih unggul
dan menambah luas areal pertanaman pada lahan marjinal seperti pada lahan salin
dan lahan kering. Oleh karena itu, benih dari varietas cabai yang telah dilepas
perlu diketahui vigor kekuatan tumbuhnya apabila ditanam pada lahan dengan
kondisi suboptimum seperti pada kondisi cekaman salinitas tinggi dan kekeringan.
Persediaan benih bermutu pada musim penanaman tidak selalu tersedia
karena hasil panen yang tidak menentu setiap tahun, sehingga diperlukan
teknologi penyimpanan benih untuk menjamin ketersediaan benih saat musim
penanaman. Selama periode simpan, benih harus dipertahankan mutunya.
Kemampuan benih untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan ditentukan
oleh vigor daya simpan benih. Salah satu metode untuk menguji vigor daya
simpan benih yaitu dengan menggunakan metode pengusangan cepat. Metode
pengusangan cepat dapat dilakukan dengan metode fisik dan kimia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari vigor daya simpan dan vigor
kekuatan tumbuh terhadap salinitas dan kekeringan pada sembilan genotipe benih
cabai (Capsicum annuum L.).

2

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: terdapat genotipe cabai
yang memiliki vigor daya simpan paling tinggi dan terdapat genotipe cabai yang
memiliki vigor kekuatan tumbuh tertinggi pada kondisi cekaman kekeringan dan
salinitas.

TINJAUAN PUSTAKA
Benih Cabai
Proses pemanenan cabai mempengaruhi mutu benih baik viabilitas maupun
vigornya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan cabai adalah
ciri dan umur panen, cara panen, periode panen dan perkiraan produksi.
Pemanenan saat masak fisiologis merupakan kondisi yang terbaik, karena pada
saat itu vigor benihnya maksimum. Cabai dipanen pada saat buah memiliki bobot
maksimal, buahnya padat dan 90% berwarna merah menyala (Kusandriani dan
Permadi 1996).

Gambar 1. Bagian benih cabai
Sumber: (Watkins dan Cantliffe 1983)
Benih cabai terdiri atas enam bagian (Gambar 1) yaitu endosperm, mikrofil,
kotiledon, embrio, testa (seed coat) dan radikula. Endosperm merupakan jaringan
penyimpan cadangan makanan yang genomnya berasal dari maternal. Mikrofil
adalah saluran atau lubang yang menutup kulit benih, pada nuselus melalui tabung
polen yang biasanya dimiliki selama fertilisasi. Pada saat benih matang dan mulai
berkecambah mikrofil berperan sebagai saluran untuk masuknya air. Kotiledon
disebut juga sebagai daun benih. Embrio adalah sporofit muda hasil fertilisasi.
Hipokotil adalah batang yang mirip dengan aksis embrionik yang berada di bawah
kotiledon. Embrio matang tersusun atas kotiledon, hipokotil dan radikula. Testa
adalah lapisan pelindung luar benih yang berasal dari perkembangan integument
pada ovul (Meyr 2005).
Kriteria tipe kecambah normal pada cabai adalah (1) akar primer tumbuh
dan berkembang dengan baik, (2) jaringan pembuluh berkembang dengan baik
dan tidak terdapat kerusakan, (3) plumula telah tumbuh, plumula harus tumbuh

3
utuh serta berwarna hijau, (4) tumbuhnya boleh melengkung asal tidak busuk dan
(5) kecambah kelihatan sehat atau tidak ada kerusakan (ISTA 2014).
Vigor Daya Simpan Benih
Vigor benih adalah kemampuan suatu benih untuk tumbuh menjadi tanaman
normal pada kondisi yang suboptimum di lapangan, atau setelah mengalami
penyimpanan dalam kondisi simpan yang suboptimum (Sadjad 1994). Terdapat
dua klasifikasi benih, yaitu vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan
(VDS). Kedua vigor tersebut dihubungkan pada analisis suatu lot benih merupakan
parameter viabilitas absolut yang tolok ukurnya dapat beragam (Sadjad 1993).
Daya simpan benih menunjukkan perkiraan berapa lama benih mampu
disimpan sampai benih siap untuk ditanam. Daya simpan merupakan parameter lot
benih dalam satuan waktu suatu periode simpan. Periode simpan merupakan
kurun waktu simpan benih, mulai dari benih siap disimpan sampai benih siap
ditanam (Sadjad et al. 1999).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya simpan benih, yaitu
faktor internal dan eksternal. Menurut Copeland dan McDonald (2001) faktor
internal yang mempengaruhi daya simpan benih yaitu ukuran benih, umur simpan
benih dan komposisi kimia benih. Faktor eksternal menurut Sadjad et al. (1999)
adalah faktor yang terdapat di lapangan mulai benih ditanam, pertumbuhan
tanaman, pemasakan, pemanenan, pengolahan sampai benih siap disimpan,
kondisi penyimpanan dan lamanya benih disimpan. Kelembaban nisbi dan suhu
dapat mempengaruhi daya simpan benih. Pada RH mencapai 80% dan suhu 25–
30oC, viabilitas dan vigor pada benih sayuran dapat menurun. Copeland dan
McDonald (2001) menyatakan bahwa benih sayuran mempunyai periode simpan
yang singkat contohnya selada, bawang dan gandum hitam. Benih cabai termasuk
dalam benih yang mempunyai periode simpan yang singkat. Menurut Hernandez
(2002) daya simpan benih cabai sekitar 3–4 tahun dalam kondisi penyimpanan
optimum pada suhu 10°C, kelembaban nisbi (RH) 45% dan terkontrol.
Vigor Kekuatan Tumbuh
Kondisi lapang tidak selalu mendukung pertumbuhan benih untuk menjadi
tanaman normal. Pertanaman yang normal menghasilkan pertumbuhan yang
seragam dan tumbuh cepat. Hanya benih dengan kekuatan tumbuh yang tinggi
yang dapat menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun kondisi
lingkungan tumbuhnya suboptimum (Sadjad et al. 1999). Vigor kekuatan tumbuh
merupakan parameter vigor lot benih yang menunjukkan kemampuan benih
tumbuh normal pada kondisi suboptimum (Sadjad 1994).
Terdapat tiga tolok ukur yang menunjukan vigor kekuatan tumbuh suatu
benih, yaitu kecepatan tumbuh (KCT), keserempakan tumbuh (KST), dan vigor
spesifik (VKT Spesifik ). Tolok ukur KCT lebih mengindikasikan vigor benih
secara individual, meskipun kecepatan tumbuhnya dihitung berdasarkan
persentase kecambah normal terhadap seluruh benih yang dikecambahkan untuk
waktu yang ditentukan secara baku. Tolok ukur KST yaitu tolok ukur yang unitnya
berupa persentase kecambah kuat yang memperlihatkan keserempakan pada
media pengujian. Tolok ukur VKT spesifik diuji validitas dan implementasinya
untuk menstimulasi vigor benih terhadap cekaman yang spesifik (Sadjad et al.

4

1999). Contoh cekaman spesifik yaitu cekaman benih terhadap kekeringan dan
salinitas.
Deteksi vigor benih untuk menghadapi cekaman lingkungan di lapangan
dapat dilakukan dengan simulasi pada metode uji laboratorium yang spesifik pada
masing-masing cekaman. Simulasi yang dapat dilakukan untuk cekaman salinitas
tinggi adalah menggunakan media yang dilembabkan dengan larutan garam NaCl,
sedangkan untuk mensimulasi cekaman kekeringan dapat menggunakan media
yang bertekanan osmotik tinggi dengan menggunakan larutan PEG sebagai
pelembab medianya (Sadjad 1993). Semakin awal suatu metode dapat
mengindikasikan vigor benih dengan akurat, semakin dikehendaki sebagai
informasi awal mengenai keunggulan suatu tanaman (Sadjad et al. 1999).
Pengujian Vigor Benih
Beberapa metode pengujian vigor daya simpan benih cabai yang sudah
divalidasi ISTA (International Seed Testing Association 2014) adalah (1) daya
hantar listrik (Conductivity test) pada benih kacang kapri (Pisum sativum L.),
buncis (Phaseolus vulgaris) dan benih kedelai (Glycine max L.), (2) metode
pengusangan cepat (accelerated aging) pada benih kedelai (Glycine max L.) dan
(3) pengujian munculnya radikula (radicle emergence test/ RE) untuk benih
jagung (Zea mays L.).
Metode pengujian vigor benih memerlukan metode standar sebagai metode
pembanding. Salah satu metode standar pengujian vigor adalah pengujian elektro
konduktivitas untuk kacang kapri (Pisum sativum L.). Pengujian konduktivitas
memberikan penilaian mengenai tingkat kebocoran elektrolit jaringan tanaman.
Benih yang mempunyai tingkat kebocoran elektrolit tinggi berarti mempunyai
konduktivitas tinggi mempunyai vigor rendah, sedangkan benih yang memiliki
kebocoran elektrolit rendah berarti tingkat konduktivitasnya rendah mempunyai
vigor tinggi (ISTA 2014).
Lot benih yang mempunyai vigor tinggi akan mampu bertahan pada kondisi
ekstrim dan proses deteriorasi lebih lambat dibandingkan dengan lot benih dengan
vigor rendah. Sehingga setelah perlakuan pengusangan cepat lot benih yang
mempunyai vigor tinggi akan tetap memiliki daya berkecambah tinggi, sedangkan
lot benih yang mempunyai vigor rendah daya berkecambahnya akan berkurang.
Pengusangan cepat merupakan suatu pengujian vigor yang berhubungan dengan
daya tumbuh dan daya simpan (Sadjad et al. 1999).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh benih pada
beberapa genotipe cabai (Capsicum annuum L.) dilaksanakan di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan April hingga September 2014.

5
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas enam varietas cabai,
deskripsi varietas terlampir (Lampiran 1-4). Varietas tersebut yaitu Bara (145),
Genie (160), Thai hot peppers 5503 (174), Bhaskara F1 (307), Sonar F1 (308) dan
Nirmala (312) serta genotipe PBC 495 (10), SKB 22 (291), dan SKB 27 (293)
yang berasal dari koleksi divisi genetika dan pemuliaan tanaman IPB. Bahan lain
yang digunakan adalah NaCl, Larutan methanol 20%, PEG 6000, aquadestilata,
kertas CD, kain streamine, air bebas ion, dan alumunium foil. Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, gelas ukur, alat pengecambah
benih (APB) tipe IPB 73-2A, electric conductivity meter, oven 103 ± 20C,
desikator, cawan porselen, gelas piala dan timbangan analitik.
Rancangan Percobaan
Percobaan I. Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Cabai
Percobaan disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu genotipe (9 taraf) dan lama
waktu perendaman benih dalam methanol 20% (3 taraf). Faktor genotipe terdiri
atas genotipe 145, 160, 174, 307, 308, 312, 10, 291 dan 293. Faktor lama waktu
perendaman methanol 20% terdiri atas 1, 2 dan 3 jam. Sehingga terdapat 27
kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 ulangan,
sehingga terdapat 81 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 25
butir benih cabai. Model aditif linier yang digunakan pada rancangan ini adalah:
Yijk = μ + αi +βj + (αβ)ij + k + εijk
Keterangan:
Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan genotipe ke –i, lama perendaman
benih pada larutan methanol 20%, dan ulangan ke- k
μ
= Nilai tengah populasi
αi
= Pengaruh perlakuan genotipe ke-i (i = 1, β, γ,…….9)
j
= Pengaruh perlakuan lama waktu perendaman benih pada larutan
methanol 20% ke-j (j =1, 2, 3)
(α, )ij = Pengaruh interaksi genotipe ke-i dan pengaruh perlakuan lama
perendaman benih pada larutan methanol 20% ke-j
k
= Pengaruh ulangan ke-k (k = 1,2,3)
εijk = Pengaruh galat genotipe ke-i, pengaruh perlakuan lama perendaman
benih pada larutan methanol 20% dan ulangan ke-k.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SAS
(Statistical Analysis System). Uji lanjut yang digunakan apabila hasil analisis
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata adalah uji jarak berganda duncan
(DMRT) pada taraf 5 %. (Gomez dan Gomez 1995).
Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Cabai terhadap
Cekaman Salinitas
Pengujian vigor kekuatan tumbuh benih cabai terhadap cekaman salinitas.
disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu genotipe cabai dengan 9 taraf dan konsentrasi

6

NaCl dengan 3 taraf. Faktor genotipe benih cabai terdiri atas 145, 160, 174, 307,
308, 312, 10, 291 dan 293. Faktor konsentrasi NaCl terdiri atas 2500, 3750 dan
5000 ppm. Sehingga terdapat 27 kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan
akan diulang sebanyak 3 ulangan, dengan demikian terdapat 81 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih cabai. Model aditif linier yang
digunakan pada rancangan ini adalah:
Yijk = μ + αi +βj + (αβ)ij + k + εijk
Keterangan:
Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan genotipe ke –i, konsentrasi
NaCl, dan ulangan ke- k
μ
= Nilai tengah populasi
αi
= Pengaruh perlakuan genotipe ke-i (i = 1, β, γ,…….9)
j
= Pengaruh perlakuan konsentrasi NaCl ke-j (j =1, 2, 3)
(α, )ij = Pengaruh interaksi genotipe ke-i dan pengaruh perlakuan
konsentrasi NaCl ke-j
k
= Pengaruh ulangan ke-k (k = 1,2,3)
εijk
= Pengaruh galat genotipe ke-i, pengaruh perlakuan konsentrasi
NaCl dan ulangan ke-k.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SAS
(Statistical Analysis System). Uji lanjut yang digunakan apabila hasil analisis
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata adalah uji jarak berganda duncan
(DMRT) pada taraf 5 %. (Gomez dan Gomez 1995).
Percobaan III. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Cabai terhadap
Cekaman Kekeringan
Pengujian vigor kekuatan tumbuh benih cabai terhadap cekaman kekeringan
disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu genotipe cabai dengan 9 taraf dan konsentrasi
PEG 6000 dengan 3 taraf. Faktor genotipe benih cabai terdiri atas 145, 160, 174,
307, 308, 312, 10, 291 dan 293. Faktor konsentrasi PEG 6000 terdiri atas -1.0,
-1.5 dan -2.0 bar. Sehingga terdapat 27 kombinasi perlakuan. Masing-masing
perlakuan akan diulang sebanyak 3 ulangan, dengan demikian terdapat 81 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 25 butir benih cabai. Model aditif
linier yang digunakan pada rancangan ini adalah:
Yijk = μ + αi +βj + (αβ)ij + k + εijk
Keterangan:
Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan genotipe ke –i, konsentrasi
PEG 6000, dan ulangan ke- k
μ
= Nilai tengah populasi
αi
= Pengaruh perlakuan genotipe ke-i (i = 1, 2, 3,…….9)
j
= Pengaruh perlakuan konsentrasi PEG 6000 ke-j (j =1, 2, 3)
(α, )ij = Pengaruh interaksi genotipe ke-i dan pengaruh perlakuan
konsentrasi PEG 6000 ke-j
k
= Pengaruh ulangan ke-k (k = 1,2,3)
εijk
= Pengaruh galat genotipe ke-i, pengaruh perlakuan konsentrasi PEG
6000 dan ulangan ke-k.

7
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SAS
(Statistical Analysis System). Uji lanjut yang digunakan apabila hasil analisis
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata adalah uji jarak berganda duncan
(DMRT) pada taraf 5 %. (Gomez dan Gomez 1995).
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri atas penelitian pendahuluan dan penelitian
utama. Penelitian pendahuluan terdiri atas persiapan benih cabai, penentuan lama
waktu perendaman methanol 20%, konsentrasi NaCl, dan tekanan kekeringan
(konsentrasi PEG 6000). Persiapan benih cabai terdiri atas pemanenan benih
cabai, ekstraksi benih cabai, pengeringan benih cabai, pemilahan benih cabai dan
pengujian daya berkecambah awal benih cabai.
Percobaan 1. Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Cabai
Tahap awal pada percobaan vigor daya simpan adalah perendaman benih
cabai menggunakan larutan methanol 20% (Ekowahyuni et al. 2012) sebanyak 25
ml untuk 25 butir benih dengan menggunakan kain streamine. Benih yang telah
direndam selama 1, 2 dan 3 jam dikeringkan dan dikecambahkan menggunakan
metode uji di atas kertas (UDK) di dalam alat pengecambah benih (APB) tipe IPB
73-2A selama 14 hari. Pada percobaan ini terdapat tolok ukur tambahan, yaitu
pengamatan daya hantar listrik (DHL). Tahap awal pada pengukuran DHL yaitu
air bebas ion sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam gelas piala (Brillianti 2009),
ditutup menggunakan alumunium foil dan dibiarkan selama 18-24 jam pada suhu
20 ± 2 0C (ISTA 2014). Kemudian diukur nilai daya hantar listriknya, apabila
nilai DHL yang terukur kurang dari 5 µS cm-1g-1, benih cabai sebanyak 25 butir
(Brillianti 2009) yang telah direndam methanol 20% dan dikeringkan selama ± 24
jam dimasukkan ke dalam air bebas ion dan ditutup kembali dengan alumunium
foil selama 18-24 jam pada suhu 20 ± 2 0C (ISTA 2014). Benih disaring dan air
bebas ion hasil perendaman benih diukur daya hantar listriknya menggunakan
electric conductivity meter. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Percobaan 2. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Cabai terhadap
Cekaman Salinitas.
Tahap awal pada percobaan ini adalah persiapan media untuk pengujian
salinitas. Kertas CD direndam oleh larutan NaCl dengan konsentrasi 2500, 3750
dan 5000 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh dengan melarutkan NaCl dalam
aquadestilata, masing-masing sebanyak 0.25 g, 0.375 g dan 0.50 g NaCl ke dalam
100 ml aquadestilata (Zakaria dan Fitriani 2006). Kemudian benih dikecambahkan
menggunakan metode uji di atas kertas (UDK) di dalam alat pengecambah benih
(APB) tipe IPB 73-2A selama 14 hari.
Percobaan 3. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Cabai terhadap
Cekaman Kekeringan.
Persiapan media untuk pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap cekaman
kekeringan dilakukan dengan merendam kertas CD pada larutan PEG 6000
dengan tekanan osmotik -1.0, -1.5 dan -2.0 bar. Tekanan tersebut diperoleh
dengan melarutkan PEG 6000 dalam aquadestilata, masing-masing sebanyak
8.3915 g, 10.673 g dan 12.696 g ke dalam 100 ml aquadestilata. Perhitungan
kebutuhan PEG 6000 (lampiran 5) dapat menggunakan rumus yang sudah

8

ditentukan (Michel dan Kaufmann 1973). Kemudian benih dikecambahkan
menggunakan metode UDK di dalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A
selama 14 hari.
Pengamatan
1. Daya berkecambah (DB)
Penghitungan daya berkecambah berdasarkan persentase kecambah normal
(KN) pada hitungan hari ke-7 dan hari ke-14. Rumus yang digunakan yaitu:

2.

Kecepatan tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan persentase kecambah normal harian
yang tumbuh per etmal pada kurun waktu perkecambahan. Kecambah normal
dihitung sejak hari ke-1 hingga hari ke-14. Rumus kecepatan tumbuh adalah
sebagai berikut:

3.

Bobot kering kecambah normal (BKKN)
Kecambah yang diperoleh pada uji daya berkecambah dikeringkan dalam
oven 103 ± 20C pada suhu 600 C selama 3×24 jam, kemudian dimasukkan ke
dalam desikator selama ± 30 menit dan setelah dingin ditimbang. Berat
kering kecambah normal dihitung dari bobot kering kecambah total
kecambah.

4.

Panjang radikula (PR)
Panjang radikula diukur dari ujung akar hingga pangkal akar dengan satuan
centimeter.

5.

Laju pertumbuhan kecambah (LPK)
Laju pertumbuhan kecambah merupakan rasio antara total berat kering
kecambah normal (BKKN) dan jumlah kecambah normal (KN) dengan
rumus:

6.

Daya hantar listrik (DHL)

Nilai X yaitu nilai daya hantar listrik air rendaman benih yang terbaca pada
electric conductivity meter. Blanko adalah nilai hambatan listrik air bebas ion
tanpa benih cabai. Bobot benih diperoleh dengan menimbang benih pada
timbangan analitik dengan empat digit angka desimal dibelakang koma.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini menggunakan sembilan genotipe cabai yang terdiri atas Bara
(145), Genie (160), Thai hot peppers 5503 (174), Bhaskara F1 (307), Sonar F1
(308), Nirmala (312), genotipe PBC 495 (10), SKB 22 (291) dan SKB 27 (293).
Semua genotipe berasal dari koleksi divisi genetika dan pemuliaan tanaman IPB
yang dipanen pada bulan Maret 2014. Keragaman buah cabai pada penelitian ini
terlampir (Lampiran 6).
Tabel 1 Daya berkecambah awal benih cabai sebelum perlakuan
No
Genotipe
DB (%)
No
Genotipe
DB (%)
1
10
84.00
6
293
89.33
2
145
85.33
7
307
90.67
3
160
93.33
8
308
100.00
4
174
66.67
9
312
73.33
5
291
90.67
Daya berkecambah awal (DB) benih cabai sebelum perlakuan (Tabel 1)
berkisar 66.67-100%. Genotipe yang mempunyai nilai daya berkecambah paling
tinggi yaitu genotipe 308, dan genotipe yang mempunyai nilai DB < 85% yaitu
genotipe 10, 312 dan 174.
Percobaan I. Vigor Daya Simpan Benih Cabai
Pengusangan cepat pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
metode pengusangan cepat kimia melalui perendaman methanol 20% selama 1, 2
dan 3 jam. Peubah yang digunakan dalam percobaan ini adalah peubah bobot
kering kecambah normal (BKKN), daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh
(KCT ) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK). Tabel 2 menunjukkan bahwa
faktor tunggal genotipe dan faktor tunggal pengusangan berpengaruh sangat nyata
terhadap semua peubah. Interaksi antara faktor genotipe dan pengusangan
berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah.
Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan pengusangan cepat
terhadap peubah
Sumber keragaman
Peubah
Genotipe
Pengusangan
Interaksi
KT
F
KT
F
KT
F
KK(%)
x
**
**
**
DB
9.15
9.07
276.04
273.46
3.13
3.10
24.63
KCTx
0.75
16.24**
23.84
514.43**
0.32
6.90**
12.09
y
**
**
**
BKKN
1.53
12.63
34.40
284.56
0.44
3.64
16.66
LPKy
0.05
3.84**
0.63
45.65**
0.02
1.55**
9.57
z
**
**
**
DHL
55.75
2.69
14.27
68.75
23.11
1.11
40.07
**= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, x = data ditransformasi menggunakan transformasi
arcsin
, y = data ditransformasi menggunakan transformasi
, z = data ditransformasi
.
menggunakan transformasi

10

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai DB tertinggi pada lama perendaman 1
jam diperoleh oleh genotipe 160 (82.67%) dan tidak berbeda nyata dengan
genotipe lain kecuali dengan genotipe 174 (6.67%). Genotipe 307 mempunyai
nilai DB tertinggi dalam lama perendaman 2 jam (30.67%) dan tidak berbeda
nyata dengan genotipe lain kecuali dengan genotipe 174 (0%) dan 145 (5.33%).
Lama perendaman 3 jam menunjukkan bahwa genotipe 307 memperoleh nilai DB
tertinggi (4.00%) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe lain.
Tabel 3 Pengaruh interaksi genotipe dan pengusangan cepat terhadap BKKN
dan DB
DB (%)x
BKKN (mg)y
Genotipe
1 Jam
2 Jam
3 Jam
1 Jam
2 Jam
3 Jam
10
76.00a
20.00bc
0f
11.33ab 3.60ef
0j
145
64.00a
5.33def
0f
9.37bc
1.70f-j
0j
160
82.67a
13.33bcd 2.67ef
12.40ab 2.15efg
0.33hij
174
6.67c-f 0f
0f
1.13 f-j
0j
0j
291
53.33a
13.33bcd 1.33ef
9.80bc
3.15de
0.30hij
293
58.67a
8.00b-e
1.33f
11.33ab 1.90e-h
0.17ij
307
81.33a
30.67b
4.00def 14.97a
10.00cd
0.73g-j
308
70.67a
8.00b-f
0f
12.00ab 1.95e-i
0j
312
73.33a
16.00bcd 1.33ef
11.97ab 2.00e
0.33hij
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata uji DMRT 1% pada setiap peubah, x = data ditransformasi menggunakan
transformasi arcsin
, y = data ditransformasi menggunakan transformasi
.

Pengaruh genotipe dan pengusangan terhadap peubah BKKN dan DB
(Tabel 3) menunjukkan bahwa genotipe 307 mempunyai nilai BKKN tertinggi
pada pengusangan 1 jam (14.97 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe lain
kecuali dengan genotipe 174 (1.13 mg), 145 (9.37 mg) dan 291 (9.80 mg).
Pengusangan 2 jam menunjukkan bahwa nilai BKKN tertinggi diperoleh genotipe
307 (10.00 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe 291 (3.15 mg). Genotipe
307 memperoleh nilai BKKN tertinggi pada pengusangan 3 jam (0.73 mg) dan
tidak berbeda nyata dengan genotipe lain.
Metode pengusangan cepat pada benih cabai dengan perendaman methanol
20% selama 0, 2, 4, 6 dan 8 jam merupakan metode yang paling baik
dibandingkan dengan metode pengusangan cepat air panas (60ºC), etanol 20% dan
uji pengusangan cepat pada suhu 40ºC. Pengusangan cepat pada benih cabai
dengan perendaman methanol 20% menunjukkan penurunan yang linier pada
peubah KCT, DB, dan PR serta menyebabkan kerusakan fisiologis pada benih
cabai (Ekowahyuni et al. 2012).
Berdasarkan tabel 4, genotipe 307 memperoleh nilai KCT tertinggi pada lama
perendaman 1 jam (10.20% etmal-1) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe lain
kecuali dengan genotipe 293 (6.96% etmal-1), 174 (0.70% etmal-1) dan 291
(6.19% etmal-1). Lama perendaman 2 jam menunjukkan bahwa genotipe 307
memperoleh nilai KCT tertinggi sebesar 3.34% etmal-1 dan tidak berbeda nyata
dengan genotipe 10 (2.00% etmal-1). Genotipe 307 memperoleh nilai KCT tertinggi
pada lama perendaman methanol selama 3 jam (0.31% etmal-1) dan tidak berbeda
nyata dengan genotipe lainnya.

11
Tabel 4 Pengaruh interaksi genotipe dan pengusangan cepat terhadap KCT dan
LP LPK
Genotipe
10
145
160
174
291
293
307
308
312

KCT (% etmal-1 )x
1 Jam
2 Jam
3 Jam
7.72ab
2.00cd
0g
8.32ab
0.57efg
0g
10.14a
1.28de
0.22fg
0.70efg
0g
0g
6.19b
1.26def
0.10g
6.96b
0.80d-g
0.10g
10.20a
3.34c
0.31efg
8.45ab
0.77d-g
0g
7.95ab
1.49de
0.10g

1 Jam
0.60b-e
0.58b-e
0.60b-e
0.63b-e
0.74bcd
0.76a-d
0.73bcd
0.68b-e
0.65b-e

LPK (mg)y
2 Jam
0.63b-e
0.56cde
0.71bcd
0f
1.19ab
1.03abc
1.50a
0.93abc
1.01abc

3 Jam
0f
0f
0.17ef
0f
0f
0.17ef
0.47c-f
0f
0.33def

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata uji DMRT 1% pada setiap peubah, x = data ditransformasi menggunakan
, y = data ditransformasi menggunakan transformasi
.
transformasi arcsin

Tabel 4 menunjukkan bahwa genotipe 293 memperoleh nilai LPK tertinggi
pada lama perendaman 1 jam (0.76 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe
lain. Lama perendaman 2 jam menunjukkan bahwa genotipe 307 memperoleh
nilai LPK tertinggi (1.50 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe 293 (1.03
mg), 312 (1.01 mg), 308 (0.93 mg) dan genotipe 291 (1.19 mg). Genotipe 307
memperoleh nilai LPK tertinggi pada lama perendaman 3 jam (0.47 mg) dan tidak
berbeda nyata dengan genotipe lain.
Tabel 5 Pengaruh genotipe dan pengusangan cepat terhadap DHL
DHLx
Genotipe
Kontrol
1 Jam
2 Jam
10
489.52bc
86.06ef
59.37ef
145
434.74cd
71.98ef
56.73ef
160
411.40cd
52.09ef
66.60ef
174
857.39ab
161.86def
94.82ef
291
298.96cde
62.42ef
64.96ef
293
1477.206a
85.46ef
54.61ef
307
431.73cd
57.14ef
51.44ef
308
450.50cd
87.44ef
59.39ef
312
296.06cde
76.67ef
58.70ef

3 Jam
32.23f
15.01f
44.35f
138.06ef
50.22ef
45.67ef
41.36f
19.19f
54.58ef

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata uji DMRT 1%, x = data ditransformasi menggunakan transformasi
.

Pengaruh pengusangan terhadap DHL (Tabel 5) menunjukkan bahwa nilai
DHL pada kondisi kontrol lebih tinggi daripada perendaman methanol 1, 2 dan 3
jam. Perendaman methanol 20% selama 3 jam menunjukkan nilai DHL yang
paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peubah DHL tidak dapat dijadikan
peubah dalam percobaan ini. Benih yang telah direndam methanol 20%
seharusnya mempunyai nilai DHL yang tinggi, karena mengalami kebocoran
elektrolit yang tinggi. Hal ini terjadi diduga karena selama perendaman benih
cabai dalam methanol 20%, benih cabai mengalami kebocoran elektrolit yang

12

dikeluarkan pada larutan methanol 20%, sehingga nilai DHL yang terukur pada
air bebas ion hasil perendaman benih menjadi lebih rendah dari kondisi kontrol.
Peubah DHL pada percobaan ini tidak sesuai dengan hasil percobaan
(Ekowahyuni et al. 2012 ) yang menunjukkan bahwa benih cabai mengalami
kebocoran elektrolit tinggi setelah mengalami pengusangan dengan menggunakan
methanol 20%. Benih cabai yang direndam pada methanol 20% mempunyai nilai
DHL 3.44 µS cm-1g-1 pada perendaman methanol 0 jam, 7.63 µS cm-1g-1 pada
perendaman 2 jam, 7.80 µS cm-1g-1 pada perendaman 4 jam, 10.90 µS cm-1g-1
pada perendaman 6 jam dan 9.27 µS cm-1g-1 pada perendaman 8 jam. Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan genotipe cabai yang digunakan dalam penelitian,
suhu dan lama waktu perendaman saat pengukuran DHL, pada penelitian ini benih
cabai direndam selama 18-24 jam pada suhu 20 ± 20C (ISTA 2014), sedangkan
pada penelitian (Ekowahyuni et al. 2012) benih direndam selama 6 jam pada suhu
100C. Menurut (Brillianti 2009) terdapat interaksi antara lama perendaman benih
cabai dan suhu ruang pengujian terhadap nilai daya hantar listrik yang terukur.
Tabel 6 menunjukkan bahwa genotipe 307 memperoleh nilai BKKN dan
nilai KCT tertinggi pada lama perendaman methanol 20% selama 1, 2 dan 3 jam.
Genotipe 307 memperoleh nilai DB dan LPK tertinggi pada perendaman methanol
20% selama 2 dan 3 jam. Perendaman methanol 20% selama 1 jam menunjukkan
bahwa genotipe 160 memperoleh nilai DB tertinggi dan genotipe 293 memperoleh
nilai LPK tertinggi. Peubah BKKN, KCT, DB dan LPK menunjukkan bahwa
genotipe 307 mempunyai vigor daya simpan (VDS) paling lama yang diikuti oleh
genotipe 160 dan 293.
Tabel 6 Hasil rekapitulasi respon genotipe terhadap vigor daya simpan (VDS)
BKKN
Genotipe
10
145
160
174
291
293
307
308
312

1



+



2

+
-

DB
KCT
Lama perendaman methanol 20% (jam)
3
1
2
3
1
2
3
1















+




















+
+

+
+
+
+
+
















LPK
2


+



3






+



+ : nilai tertinggi, √ : nilai yang tidak berbeda nyata terhadap +, - : nilai yang berbeda nyata
terhadap +

Pengusangan cepat pada benih menyebabkan turunnya vigor benih karena
benih mengalami degradasi membran. Degradasi membran menyebabkan (1)
hilangnya kontrol permeabilitas membran, (2) hilangnya energi yang dibutuhkan
pada proses biosintesis dan respirasi, (3) cadangan makanan di embryo menjadi
habis, (4) viabilitas dan vigor benih menurun, (5) kehilangan resistensi pada

13
kondisi stress lingkungan dan (6) mempercepat proses deteriorasi benih (Addai et
al. 2006, Jain et al. 2006, Shiddiqui et al. 2008, Mohamadi et al. 2010).
Percobaan II. Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Cabai terhadap Cekaman
Salinitas
Vigor kekuatan tumbuh adalah parameter vigor lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi sub-optimum (Sadjad,1994).
Cekaman salinitas pada percobaan ini menggunakan NaCl pada konsentrasi 2500,
3750 dan 5000 ppm. Tolok ukur yang digunakan pada parameter vigor kekuatan
tumbuh pada percobaan ini adalah bobot kering kecambah normal (BKKN), daya
berkecambah (DB), kecepatan tumbuh (KCT) dan laju pertumbuhan kecambah
(LPK).
Pengaruh salinitas selama perkecambahan benih mencakup dua hal, yaitu
pengaruh tekanan osmosis yang tinggi dan pengaruh kimia atau keracunan ion-ion
spesifik yang menyusun garam. Tekanan osmosis yang tinggi menyebabkan benih
sulit menyerap air. Sedangkan air sangat diperlukan dalam proses perkecambahan,
karena air dibutuhkan untuk mengaktifkan berbagai enzim yang berperan dalam
proses perkecambahan (Zakaria dan Fitriani 2006).
Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan kondisi cekaman
salinitas terhadap peubah BKKN, DB, KCT dan LPK (Tabel 7) menunjukan bahwa
faktor tunggal genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah. Faktor
tunggal salinitas berpengaruh sangat nyata terhadap peubah BKKN, DB dan KCT
serta tidak berpengaruh nyata terhadap peubah LPK. Interaksi antara faktor
genotipe dan salinitas berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah.
Tabel 7 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh genotipe dan kondisi cekaman
salinitas terhadap peubah
Sumber keragaman
Peubah
Genotipe
Salinitas
Interaksi
KT
F
KT
F
KT
F
KK(%)
y
**
**
**
DB
566.31
10.43
2837.66 52.24
104.55
1.92
14.96
KCTy
BKKNx
LPKx

25.73
3.24
0.02

9.81**
15.17**
11.05**

196.54 74.98**
8.42 39.47**
0.01
3.03tn

7.65
0.33
0.002

2.92**
1.56**
1.34**

12.33
11.89
2.96

**= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *= berpengaruh nyata pada taraf 5%, x = data
ditransformasi menggunakan transformasi
, y = data ditransformasi menggunakan
transformasi arcsin
.

Pengaruh genotipe dan kondisi cekaman salin terhadap BKKN dan DB
(Tabel 8) menunjukan bahwa genotipe 293 memperoleh nilai BKKN tertinggi
pada tingkat salinitas 2500 ppm (25.60 mg) dan tidak berbeda nyata dengan
genotipe lain kecuali dengan genotipe 10 (15.87 mg), 174 (13.37 mg) dan 145
(16.27 mg). Tingkat salinitas 3750 ppm menunjukkan bahwa genotipe 293
memperoleh nilai BKKN tertinggi (12.36 mg) dan berbeda nyata dengan genotipe
lainnya. Genotipe 293 memperoleh nilai BKKN tertinggi pada tingkat salinitas
5000 ppm (20.87 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe 312 (14.43 mg).

14

Tabel 8 Pengaruh interaksi genotipe dan kondisi cekaman salin terhadap BKKN
dan DB
BKKN (mg)x
DB (%)y
Genotipe
Konsentrasi NaCl (ppm)
2500
3750
5000
2500
3750
5000
10
15.87b-g 6.07e-i
7.20i
74.67bc
58.67c-h 37.33g-j
145
16.27b-f 4.69hi
9.73ghi
62.67c-f 44.00e-j 42.67e-j
160
21.93ab
7.51b-h
10.77f-i
92.00a
69.33bcd 44.00e-j
174
13.37c-h 1.42j
6.83i
57.33c-h 12.00k
29.33j
291
21.17ab
7.79b-h
12.73d-h 78.67abc 56.00c-i 46.67d-j
293
25.60a
12.36a
20.87abc 85.33ab
70.67bc
73.33cde
307
25.03a
8.17b-f
10.47f-i
88.00ab
64.00cde 32.00ij
308
17.97a-e 4.72ghi
9.70ghi
60.00c-g 38.67f-j
36.00hij
312
19.63a-d 7.82b-h
14.43b-h 72.00bc
57.33c-h 56.00c-i
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata uji DMRT 1% pada setiap peubah. x = data ditransformasi menggunakan
, y = data ditransformasi menggunakan transformasi arcsin
.
transformasi

Tabel 8 menunjukkan bahwa genotipe 160 memperoleh nilai DB tertinggi
pada tingkat salinitas 2500 ppm (92.00%) dan tidak berbeda nyata dengan
genotipe 307 (88.00%), 293 (85.33%) dan genotipe 291 (78.67%). Nilai DB
tertinggi pada tingkat salinitas 3750 ppm diperoleh oleh genotipe 293 (70.67%)
yang tidak berbeda nyata dengan genotipe 307 (64.00%), 160 (69.33%), 10
(58.67%), 312 (57.33%) dan 291 (56.00%). Pengaruh genotipe dan kondisi
cekaman salinitas terhadap peubah DB menunjukan bahwa nilai DB tertinggi pada
tingkat salinitas 5000 ppm diperoleh genotipe 293 (73.33%) yang tidak berbeda
nyata dengan genotipe 160 (44.00%), 312 (56.00%) 145 (42.67%) dan 291
(46.67%).
Pengaruh salinitas terhadap peubah KCT dan LPK (Tabel 9) menunjukkan
bahwa pada tingkat salinitas 2500 ppm nilai tertinggi KCT diperoleh oleh genotipe
307 sebesar 10.07% etmal-1 dan tidak berbeda nyata dengan genotipe 160 (9.61%
etmal-1), 10 (8.51% etmal-1), 293 (8.86% etmal -1) dan 291 (8.20% etmal-1). Pada
tingkat salinitas 3750 ppm nilai KCT tertinggi diperoleh oleh genotipe 160 (6.81%
etmal-1) yang tidak berbeda nyata dengan genotipe lain kecuali dengan genotipe
174 (1.04% etmal-1), 308 (3.70% etmal-1) dan 145 (3.62% etmal-1). Pada tingkat
salinitas 5000 ppm nilai KCT tertinggi diperoleh oleh genotipe 293 sebesar 6.03 %
etmal-1 dan tidak berbeda nyata dengan genotipe 312 (4.57% etmal-1) dan 291
(3.87% etmal-1).
Pengaruh genotipe dan kondisi cekaman salinitas terhadap LPK (Tabel 9)
menunjukkan bahwa pada tingkat salinitas 2500 ppm, nilai LPK tertinggi
diperoleh oleh genotipe 308 (1.22 mg) dan tidak berbeda nyata dengan genotipe
yang lain kecuali dengan genotipe 160 (0.95 mg), 10 (0.85 mg) dan 174 (0.94
mg). Genotipe 293 memperoleh nilai LPK tertinggi pada tingkat salinitas 3750
ppm (1.40 mg) dan berbeda nyata dengan genotipe lain. Pada tingkat salinitas
5000 ppm, nilai LPK tertinggi diperoleh oleh genotipe 307 (1.26 mg) dan tidak
berbeda nyata dengan genotipe 293 (1.15 mg), 312 (1.04 mg), 308 (1.07 mg) dan
291 (1.10 mg).

15
Tabel 9 Pengaruh interaksi genotipe dan kondisi cekaman salinitas terhadap KCT
dan LPK
KCT (% etmal-1 )x

Genotipe
10
145
160
174
291
293
307
308
312

LPK (mg)y

Konsentrasi NaCl (ppm)
2500
8.51a-d
5.55e-i
9.61ab
6.69c-f
8.20a-e
8.86abc
10.07a
5.90d-h
7.01b-f

3750
5.49f-i
3.62h-k
6.81b-f
1.04l
5.21f-j
6.50c-f
5.83d-h
3.70h-k
5.38f-j

5000
3.02k
3.36ijk
3.63h-k
2.58k
3.87g-k
6.03d-g
2.82k
3.35jk
4.57f-k

2500
0.85g-j
1.04b-h
0.95d-j
0.94d-j
1.08b-h
1.20abc
1.14b-e
1.22ab
1.09b-g

3750
0.83ij
0.85hij
0.86f-j
0.98f-j
1.11b-e
1.40a
1.02b-i
0.98d-j
1.05d-j

5000
0.80j
0.89e-j
0.98c-j
0.95d-j
1.10b-f
1.15bcd
1.26ab
1.07b-h
1.04b-h

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata uji DMRT 1% pada setiap peubah, x = data ditransformasi menggunakan
, y = data ditransformasi menggunakan transformasi
.
transformasi arcsin

Pengaruh genotipe dan kondisi cekaman salinitas terhadap peubah BKKN
dan DB (Tabel 8) serta terhadap KCT dan LPK (Tabel 9) menunjukkan bahwa
semua genotipe mengalami penurunan BKKN, DB, KCT, dan LPK dari
konsentrasi salinitas 2500 ppm sampai dengan konsentrasi salinitas 5000 ppm.
Hasil penelitian (Hassen et al. 2014) menunjukkan bahwa kondisi cekaman
salinitas pada konsentrasi NaCl (0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 g l-1) pada benih cabai
varietas Beldi, Baklouti dan Anaheim dapat menurunkan nilai DB dan BKKN.
Tabel 10 Hasil rekapitulasi respon genotipe terhadap kondisi cekaman salin
Genotipe
10
145
160
174
291
293
312
307
308
312

I


+





BKKN
II
+
-

III
+



I
+



-

DB
II



+




III