Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Beberapa Persiapan Tanah dan Jarak Tanam

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata Sturt.) PADA BEBERAPA

PERSIAPAN TANAH DAN JARAK TANAM

SKRIPSI

OLEH:

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA 080301035 / AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata Sturt.) PADA BEBERAPA

PERSIAPAN TANAH DAN JARAK TANAM

SKRIPSI

OLEH:

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA 080301035 / AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada Beberapa Persiapan Tanah dan Jarak Tanam

Nama : Oimolala Lindungan Larosa

NIM : 080301035

Departemen : Agroekoteknologi

Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Toga Simanungkalit, MP.) (Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc. NIP. 1959 0728 198702 1 001 NIP. 1942 1027 196703 1 001

)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Ir. T. Sabrina, M.Sc, Ph.D NIP. 1964 0620 198903 2 001

)


(4)

ABSTRAK

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA : Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)Pada Beberapa Persiapan Tanah dan

Jarak Tanam, dibimbing oleh Ir. Toga Simanungkalit, MP. dan Prof.Dr.Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persiapan tanah yang sesuai dan jarak tanam yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis varietas bonanza. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat yang berlokasi di Tanjung Sari Medan nomor 89 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, mulai bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu persiapan tanah (tanpa olah tanah, 1 x olah tanah, 2 x olah tanah) dan jarak tanam (20x30, 30x30, 40x30, 50x30 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot berangkasan akar, bobot berangkasan batang, bobot berangkasan daun, bobot berangkasan tongkol, bobot kering gulma, laju asimilasi bersih, laju tumbuh pertanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 9 MST dan 12 MST,diameter batang 3 MST, bobot berangkasan akar 3 MST dan 12 MST, bobot berangkasan batang 3 MST dan 12 MST, bobot berangkasan daun 12 MST, bobot kering gulma euphorbia hirta, dan bobot kering cynodon dactylon 12 MST. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan batang 12 MST, bobot berangkasan daun 12 MST dan bobot kering gulma euphorbia hirta 12 MST. Interaksi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST dan bobot berangkasan tongkol 9 MST.


(5)

ABSTRACT

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA : Growth and Production of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt.) on Some Soil Preparation and Plant Spacing, supervised by Ir. Toga Simanungkalit, MP. and Prof.Dr.Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc.

This research aims to know the some soil preparation and plant spacing to increase the growth and production of sweet corn. The research was implemented in the community land located at Tanjung Sari number 89, Tanjung Sari Medan with a high land ± 25 meters above the sea surface start in February 2013 until May 2013 using Randomized Block Design (RBD) factorial with two factors, which are soil preparation (no tillage, minimum tillage, traditional tillage) and plant spacing (20x30, 30x30, 40x30, 50x30 centimeter). The parameters measured were plant height, diameter of stalk, the weight of root brangkasan , the weight of

stalk brangkasan, the weight of leaf brangkasan, the weight of cob brangkasan, the weight of weed dry, net assimilation increase, plant growth increase. The results showed that soil preparation significantly affected plant height at 9 and 12 weeks after planting, diameter of stalk at 3 weeks after planting, the weight of root brangkasan at 3 and 12 weeks after planting, the weight of stalk brangkasan at 3 and 12 weeks after planting, the weight of leaf brangkasan at 12 weeks after planting, the weight of weed dry euphorbia hirta and the weight of weed dry

cynodon dactylon 12 weeks after planting. Plant spacing significantly affected the weight of stalk brangkasan at 12 weeks after planting, the weight of leaf brangkasan at 12 weeks after planting and the weight of weed dry euphorbia hirta at 12 weeks after planting. The interaction significantly affected plant height at 3 weeks after planting and the weight of cob brangkasan at 9 weeks after planting.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Oimolala Lindungan Larosa dilahirkan di Nias pada tanggal 19 Oktober 1989 dari pasangan Bapak Tötöna Larosa (Alm) dan Ibu Herdiana Lombu. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain; Tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 071062 Umbuhumene, Gunungsitoli Idanoi; Tahun 2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Gidö; Tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 3 Gunungsitoli, Nias; Tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian dan sebagai Asisten di Laboratorium Ilmu Gulma.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Gunung Pamela pada bulan Juli - Agustus 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada Beberapa Persiapan Tanah Dan Jarak Tanam ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Ir. Toga Simanungkalit, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi saran berharga, petunjuk, bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang sangat menyayangi, mendidik, dan memberi semangat terbesar kepada penulis. Kepada Ayahanda Tõtõna Larosa (Alm) dan Ibunda Herdiana Lombu, penulis menyampaikan rasa sayang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan dan hanya untuk merekalah penulis persembahkan skripsi ini.

Terima kasih kepada abang dan kakak tercinta A/i Riel Larosa, A/i Giselle Larosa atas dukungan dan kasih sayang yang sangat besar kepada penulis baik materi maupun spritual. Dan juga kepadan Ponaan Erick Samuel Larosa, Giselle Larosa, Tiara Nonifili Larosa yang cakep, cantik dan imut-imut.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat terbaik Nelson Simanjuntak, Koko E Ginting, Kristian A.G, Ashrafida Rahmah, Henni


(8)

telah banyak memberi dukungan dan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuangan Fajar S Mendrofa (Pimpinan), Yaman Hulu, Card Mendrofa, Jonatan Lase, S.Pt, Darlan Ziliwu, Tonisman Harefa, Anton Zeen (Ga’a Sa’a), Joko Baene, Pianus Zega dan seluruh rekan-rekan Gema Nias yang telah mendukung dalam doa dan tenaga dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Gulma Tanaman Jagung ... 9

Jarak Tanam ... 9

Sistem Persiapan Tanah ... 11

Hubungan pertumbuhan Gulma Dengan Jagung ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Percobaan ... 14

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan lahan ... 17


(10)

Penanaman ... 18

Pemeliharaan ... 19

Penyiraman ... 19

Pemupukan ... 19

Penyisipan ... 19

Penjarangan ... 19

Pembubunan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 20

Panen ... 20

Peubah Amatan ... 20

Parameter Pertumbuhan Vegetatif Tanaman ... 21

Tinggi Tanaman (cm) ... 21

Diameter Batang (mm) ... 21

Bobot Berangkasan Akar (g) ... 21

Bobot Berangkasan Batang (g) ... 21

Bobot Berangkasan Daun (g) ... 22

Bobot Berangkasan tongkol (g) ... 22

Total Luas Daun (cm2) ... 22

Laju Asimilasi Bersih (g.m-2.h-1) ... 22

Laju Tumbuh Pertanaman (g.tan. 2.m-1) ... 22

Paramater Pertumbuhan Gulma ... 23

Analisis Pendahuluan Terhadap Vegetasi Gulma ... 23

Bobot Kering Gulma ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Pembahasan ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59

Saran ... 59


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Tinggi tanaman pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam umur 3 – 12 MST ... 24 2. Diameter batang pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam

umur 3 – 12 MST ... 26 3. Total luas daun pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam

umur 3 – 12 MST ... 28 4. Bobot berangkasan akar pada beberapa persiapan tanah dan jarak

tanam umur 3 – 12 MST ... 30 5. Bobot berangkasan batang pada beberapa persiapan tanah dan jarak

tanam umur 3 – 12 MST ... 32 6. Bobot berangkasan daun pada beberapa persiapan tanah dan jarak

tanam umur 3 – 12 MST ... 35 7. Bobot berangkasan tongkol beberapa persiapan tanah dan jarak

tanam umur 9 dan 12 MST ... 38 8. Laju asimilasi bersih beberapa perisapan tanah dan jarak tanam

umur 3-6 MST (LAB1) dan umur 9-12 MST (LAB2)……….. 40 9. Laju tumbuh pertanaman beberapa perisapan tanah dan jarak tanam

umur 3-6 MST (LTP1) dan umur 9-12 MST (LTP2)……….... 41 10. Jumlah populasi gulma golongan berdaun lebar jenis gulma

Emprak (Boerraria latifolia) umur 3 – 12 MST ... 42 11. Jumlah populasi gulma golongan graminae jenis gulma

(Cynodon dactylon) umur 3 – 12 MST ... 43 12. Jumlah populasi gulma golongan graminae jenis gulma paitan

(Axonopus compressus) umur 3 – 12 MST ... 45 13. Jumlah populasi gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma


(12)

14. Jumlah populasi gulma golongan Capparidaceae jenis gulma (Cleome rutidosperma) umur 3 – 12 MST ...

49

15. Jumlah populasi gulma golonganCyperaceae jenis gulma (Scleria) umur 3 – 12 MST ... 51


(13)

No.

DAFTAR GAMBAR

Hal. 1. Hubungan tinggi tanaman jagung dengan persiapan tanah umur

12 MST ... 25 2. Hubungan diameter batang jagung dengan persiapan tanah umur

3 MST ... 27 3. Hubungan total luas daun jagung dengan persiapan tanah umur

12 MST ... 29 4. Hubungan bobot berangkasan akar jagung dengan persiapan tanah

umur 12 MST ... 31 5. Hubungan bobot berangkasan batang jagung dengan persiapan

tanah umur 12 MST ... 33 6. Hubungan bobot berangkasan batang jagung dengan berbagai jarak

tanam tanah umur 12 MST ... 34 7. Hubungan bobot berangkasan daun jagung dengan persiapan tanah

umur 12 MST ... 36 8. Hubungan bobot berangkasan daun jagung dengan berbagai jarak

tanam tanah umur 12 MST ... 37 9. Hubungan bobot berangkasan tongkol dengan beberapa persiapan

tanah dan jarak tanam umur 9 MST ... 39 10. Hubungan bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma

(Cynodon dactylon) dengan beberapa persiapan tanah umur 12 MST ...

44

11. Hubungan bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan (Axonopus compressus) dengan beberapa persiapan tanah umur 12 MST ...

46

12. Hubungan bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) dengan beberapa persiapan tanah umur 12 MST ...

48


(14)

No.

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Deskripsi jagung manis varietas bonanza ... 63

2. Bagan penelitian ... 64

3. Bagan penanaman pada plot ... 65

4. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 67

5. 6. 7. Data analisis tanah ... Foto lahan penelitian... Foto produksi jagung manis... 68 69 70 8. Data tinggi tanaman 3 MST (cm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 72

9. Sidik ragam data tinggi tanaman 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 72

10. Data tinggi tanaman 6 MST (cm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 73

11. Sidik ragam data tinggi tanaman 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 73

12. Data tinggi tanaman 9 MST (cm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 74

13. Sidik ragam data tinggi tanaman 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 74

14. Data tinggi tanaman 12 MST (cm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 75

15. Sidik ragam data tinggi tanaman 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 75

16. Data diameter batang 3 MST (mm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 76 17. Sidik ragam data diameter batang 3 MST pada perlakuan persiapan


(15)

18. Data diameter batang 6 MST (mm) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 77 19. Sidik ragam data diameter batang 6 MST pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 77 20. Data diameter batang 9 MST (mm) pada perlakuan persiapan tanah

dan jarak tanam ... 78 21. Sidik ragam data diameter batang 9 MST pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 78 22. Data diameter batang 12 MST (mm) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 79 23. Sidik ragam data diameter batang 12 MST pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 79 24. Data total luas daun 3 MST (cm2) pada perlakuan persiapan tanah

dan jarak tanam ... 80 25. Data transformasi total luas daun 3 MST X pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 80 26. Sidik ragam data transformasi total luas daun 3 MST X pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 81 27. Data total luas daun 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan

jarak tanam ... 81 28. Data transformasi total luas daun 6 MST X pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 82 29. Sidik ragam data transformasi total luas daun 6 MST X pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 82 30. Data total luas daun 9 MST (cm2) pada perlakuan persiapan tanah

dan jarak tanam ... 83 31. Data transformasi total luas daun 9 MST X pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 83 32. Sidik ragam data transformasi total luas daun 9 MST X pada


(16)

34. Data transformasi total luas daun 12 MST X pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 85 35. Sidik ragam data transformasi total luas daun 12 MST X pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 85 36. Data bobot berangkasan akar 3 MST (gr) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 86 37. Data transformasi bobot berangkasan akar 3 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 86 38. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan akar 3 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 87 39. Data bobot berangkasan akar 6 MST (gr) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 87 40. Data transformasi bobot berangkasan akar 6 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 88 41. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan akar 3 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 88 42. Data bobot berangkasan akar 9 MST (gr) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 89 43. Data transformasi bobot berangkasan akar 9 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 89 44. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan akar 9 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 90 45. Data bobot berangkasan akar 12 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 90 46. Data transformasi bobot berangkasan akar 12 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 91 47. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan akar 12 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 91 48. Data bobot berangkasan batang 3 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 92 49. Data transformasi bobot berangkasan batang 3 MST √X + 0,5 pada


(17)

50. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan batang 3 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 93 51. Data bobot berangkasan batang 6 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 93 52. Data transformasi bobot berangkasan batang 6 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 94 53. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan batang 6 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 94 54. Data bobot berangkasan batang 9 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 95 55. Data transformasi bobot berangkasan batang 9 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 95 56. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan batang 9 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 96 57. Data bobot berangkasan batang 12 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 96 58. Data transformasi bobot berangkasan batang 12 MST √X + 0,5

pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 97 59. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan batang 12 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 97 60. Data bobot berangkasan daun 3 MST (gr) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 98 61. Data transformasi bobot berangkasan daun 3 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 98 62. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan daun 3 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 99 63. Data bobot berangkasan daun 6 MST (gr) pada perlakuan persiapan

tanah dan jarak tanam ... 99 64. Data transformasi bobot berangkasan daun 6 MST √X + 0,5 pada


(18)

66. Data bobot berangkasan daun 9 MST (gr) pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 101 67. Data transformasi bobot berangkasan daun 9 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 101 68. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan daun 9 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 102 69. Data bobot berangkasan daun 12 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 102 70. Data transformasi bobot berangkasan daun 12 MST √X + 0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 103 71. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan daun 12 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 103 72. Data bobot berangkasan tongkol 9 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 104 73. Data transformasi bobot berangkasan tongkol 9 MST √X + 0,5

pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 104 74. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan tongkol 9 MST

√X + 0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 105 75. Data bobot berangkasan tongkol 12 MST (gr) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 105 76. Data transformasi bobot berangkasan tongkol 12 MST √X pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 106 77. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan tongkol 12 MST

√X pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 106 78. Data laju asimilasi bersih 1 (LAB 1) (g.m-2.h-1) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 107 79. Data transformasi laju asimilasi bersih (LAB 1) √X+0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 107 80. Sidik ragam data transformasi laju asimilasi bersih 1 (LAB 1)

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 108 81. Data laju asimilasi bersih 2 (LAB 2) (g.m-2.h-1) pada perlakuan

persiapan tanah dan jarak tanam ... 108


(19)

82. Data transformasi laju asimilasi bersih (LAB 2) √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 109 83. Sidik ragam data transformasi laju asimilasi bersih 2 (LAB 2)

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 109 84. Data laju tumbuh pertanaman 1 (LTP 1) (g.tan. 2.m-1) √X+0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 110 85. Data transformasi laju tumbuh pertanaman 1 (LTP 1) (g.tan. 2.m-1)

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 110 86. Sidik ragam data transformasi laju tumbuh pertanaman 1 (LTP 1)

(g.tan. 2.m-1) √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 111 87. Data laju tumbuh pertanaman 2 (LTP 2) (g.tan. 2.m-1) √X+0,5 pada

perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 111 88. Data transformasi laju tumbuh pertanaman 2 (LTP 2) (g.tan. 2.m-1)

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 112 89. Sidik ragam data transformasi laju tumbuh pertanaman 2 (LTP 2)

(g.tan. 2.m-1) √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 112 90. Data bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma

emprak (Boerraria latifolia) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 113 91. Data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis

gulma emprak (Boerraria latifolia) 3 MST √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 113 92. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

berdaun lebar jenis gulma emprak (Boerraria latifolia) 3 MST

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 114 93. Data bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma

emprak (Boerraria latifolia) 6 MST √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 114 94. Data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis

gulma emprak (Boerraria latifolia) 6 MST √X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 115


(20)

95. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma emprak (Boerraria latifolia) 6 MST

√X+0,5 pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 115 96. Data bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma

emprak (Boerraria latifolia) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 116 97. Data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis

gulma emprak (Boerraria latifolia) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 116 98. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

berdaun lebar jenis gulma emprak (Boerraria latifolia) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 117 99. Data bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma

emprak (Boerraria latifolia) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 117 100. Data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis

gulma emprak (Boerraria latifolia) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ...

118

101. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan berdaun lebar jenis gulma emprak (Boerraria latifolia) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 118 102. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma (Cynodon

dactylon) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 119 103. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma (Cynodon dactylon) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 119 104. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

graminae jenis gulma (Cynodon dactylon) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 120 105. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma (Cynodon

dactylon) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 120 106. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma (Cynodon dactylon) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 121


(21)

107. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma (Cynodon dactylon) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 121 108. Data bobot berangkasan gulma golongan graminae jenis gulma

(Cynodon dactylon) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 122 109. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma (Cynodon dactylon) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 122 110. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

graminae jenis gulma (Cynodon dactylon) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 123 111. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma (Cynodon

dactylon) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam . 123 112. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma (Cynodon dactylon) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 124 113. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

graminae jenis gulma (Cynodon dactylon) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 124 114. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan

(Axonopus compressus) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 125 115. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma paitan (Axonopus compressus) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 125 116. Sidik ragam data transformasi bobot v gulma golongan graminae

jenis gulma paitan (Axonopus compressus) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 126 117. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan

(Axonopus compressus) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 126 118. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis


(22)

119. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan (Axonopus compressus) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 127 120. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan

(Axonopus compressus) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 128 121. Data transformasi bobot berangkasan gulma golongan graminae

jenis gulma paitan (Axonopus compressus) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 128 122. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

graminae jenis gulma paitan (Axonopus compressus) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 129 123. Data bobot kering gulma golongan graminae jenis gulma paitan

(Axonopus compressus) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 129 124. Data transformasi bobot kering gulma golongan graminae jenis

gulma paitan (Axonopus compressus) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 130 125. Sidik ragam data transformasi bobot berangkasan gulma golongan

graminae jenis gulma paitan (Axonopus compressus) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 130 126. Data bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma

(Euphorbia hirta) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 131 127. Data transformasi bobot kering gulma golongan euphorbiaceae

jenis gulma (Euphorbia hirta) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 131 128. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 132 129. Data bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma

(Euphorbia hirta) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 132 130. Data transformasi bobot kering gulma golongan euphorbiaceae

jenis gulma (Euphorbia hirta) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 133


(23)

131. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ...

133

132. Data bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 134 133. Data transformasi bobot kering gulma golongan euphorbiaceae

jenis gulma (Euphorbia hirta) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 134 134. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 135 135. Data bobot kering gulma golongan euphorbiaceae jenis gulma

(Euphorbia hirta) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 135 136. Data transformasi bobot kering gulma golongan euphorbiaceae

jenis gulma (Euphorbia hirta) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 136 137. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

euphorbiaceae jenis gulma (Euphorbia hirta) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 136 138. Data bobot kering gulma golongan Capparidaceae jenis gulma

(Cleome rutidosperma) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 137 139. Data transformasi bobot kering gulma golongan Capparidaceae

jenis gulma (Cleome rutidosperma) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 137 140. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Capparidaceae jenis gulma (Cleome rutidosperma) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 138 141. Data bobot kering gulma golongan Capparidaceae jenis gulma

(Cleome rutidosperma) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 138 142. Data transformasi bobot kering gulma golongan Capparidaceae


(24)

143. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Capparidaceae jenis gulma (Cleome rutidosperma) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 139 144. Data bobot kering gulma golongan Capparidaceae jenis gulma

(Cleome rutidosperma) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 140 145. Data transformasi bobot kering gulma golongan Capparidaceae

jenis gulma (Cleome rutidosperma) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 140 146. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Capparidaceae jenis gulma (Cleome rutidosperma) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 141 147. Data bobot kering gulma golongan Capparidaceae jenis gulma

(Cleome rutidosperma) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 141 148. Data transformasi bobot kering gulma golongan Capparidaceae

jenis gulma (Cleome rutidosperma) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 142 149. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Capparidaceae jenis gulma (Cleome rutidosperma) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 142 150. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma

(Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam .... 143 151. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis

gulma (Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 143 152. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 144 153. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma

(Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam .... 144 154. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis

gulma (Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 145


(25)

155. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 145 156. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma

(Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam .... 146 157. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis

gulma (Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 146 158. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 147 159. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma

(Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam .. 147 160. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis

gulma (Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 148 161. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan

Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam ... 148


(26)

ABSTRAK

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA : Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)Pada Beberapa Persiapan Tanah dan

Jarak Tanam, dibimbing oleh Ir. Toga Simanungkalit, MP. dan Prof.Dr.Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persiapan tanah yang sesuai dan jarak tanam yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis varietas bonanza. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat yang berlokasi di Tanjung Sari Medan nomor 89 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, mulai bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu persiapan tanah (tanpa olah tanah, 1 x olah tanah, 2 x olah tanah) dan jarak tanam (20x30, 30x30, 40x30, 50x30 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot berangkasan akar, bobot berangkasan batang, bobot berangkasan daun, bobot berangkasan tongkol, bobot kering gulma, laju asimilasi bersih, laju tumbuh pertanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 9 MST dan 12 MST,diameter batang 3 MST, bobot berangkasan akar 3 MST dan 12 MST, bobot berangkasan batang 3 MST dan 12 MST, bobot berangkasan daun 12 MST, bobot kering gulma euphorbia hirta, dan bobot kering cynodon dactylon 12 MST. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan batang 12 MST, bobot berangkasan daun 12 MST dan bobot kering gulma euphorbia hirta 12 MST. Interaksi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST dan bobot berangkasan tongkol 9 MST.


(27)

ABSTRACT

OIMOLALA LINDUNGAN LAROSA : Growth and Production of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt.) on Some Soil Preparation and Plant Spacing, supervised by Ir. Toga Simanungkalit, MP. and Prof.Dr.Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc.

This research aims to know the some soil preparation and plant spacing to increase the growth and production of sweet corn. The research was implemented in the community land located at Tanjung Sari number 89, Tanjung Sari Medan with a high land ± 25 meters above the sea surface start in February 2013 until May 2013 using Randomized Block Design (RBD) factorial with two factors, which are soil preparation (no tillage, minimum tillage, traditional tillage) and plant spacing (20x30, 30x30, 40x30, 50x30 centimeter). The parameters measured were plant height, diameter of stalk, the weight of root brangkasan , the weight of

stalk brangkasan, the weight of leaf brangkasan, the weight of cob brangkasan, the weight of weed dry, net assimilation increase, plant growth increase. The results showed that soil preparation significantly affected plant height at 9 and 12 weeks after planting, diameter of stalk at 3 weeks after planting, the weight of root brangkasan at 3 and 12 weeks after planting, the weight of stalk brangkasan at 3 and 12 weeks after planting, the weight of leaf brangkasan at 12 weeks after planting, the weight of weed dry euphorbia hirta and the weight of weed dry

cynodon dactylon 12 weeks after planting. Plant spacing significantly affected the weight of stalk brangkasan at 12 weeks after planting, the weight of leaf brangkasan at 12 weeks after planting and the weight of weed dry euphorbia hirta at 12 weeks after planting. The interaction significantly affected plant height at 3 weeks after planting and the weight of cob brangkasan at 9 weeks after planting.


(28)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jagung merupakan bahan makanan pokok di Indonesia, yang memiliki kedudukan penting setelah beras. Selain itu, jagung sangat penting karena merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam pakan ternak mencapai 50% yang harus diimpor karena produksi dalam negeri tidak cukup sehingga menelan devisa yang tidak sedikit (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).

Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya untuk mendukung perekonomian Sumatera Utara, karena merupakan sumber karbohidrat sebagai bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan. Disamping bijinya, biomassa hijauan jagung juga diperlukan dalam pengembangan ternak sapi (Ditjen Tanaman Pangan, 2006).

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 804.850 ton, naik sebesar 122.808 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2006 dan tahun 2008 mengalami kenaikan produksi 198.013 ton atau 18.01% dengan luas lahan 238 hektar atau rata-rata produksi 4.3 ton/ha/panen (Sidabalok, 2008 dan BPS, 2008). Hasil kajian perkembangan jagung di Sumatera Utara produktivitas jagung tertinggi yaitu 8.0 ton/ha/panen. Dengan demikian terdapat kesenjangan yang cukup besar antara produksi riil dengan produksi potensial (Haloho, 2004).

Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan penggunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman


(29)

produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidak tersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Supriono, 2006).

Pengerjaan olah tanah merupakan persiapan tanam dan sering dikelompokkan menjadi olah tanah pertama yang tujuannya untuk menata ulang bongkahan tanah dan struktur tanah menjadi remah, sehingga memungkinkan peresapan air lebih cepat, pertukaran udara yang cukup serta dapat mengendalikan gulma, sedangkan olah tanah kedua untuk menciptakan kondisi tanah yang lebih halus. Tetapi pengolahan tanah yang intensif dapat menyebabkan tanah menjadi peka terhadap erosi permukaan dan air tanah cepat menguap, karena penurunan bobot isi tanah dan akhirnya mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan. Selanjutnya dengan pengolahan tanah secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, sehingga perlu diupayakan agar tanah tidak terlalu sering diolah atau cukup dengan pengolahan tanah minimum, sehingga gulma akan cepat tumbuh dan subur, oleh karenanya penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma sangat diharapkan (Simatupang, 2006).

Tanpa Olah Tanah (TOT) mulai banyak diterapkan petani di sentra produksi palawija Jawa Tengah dan Jawa Timur setelah panen padi, petani memanfaatkan lahan dengan menanam berbagai palawija. Tanpa olah tanah diawali dengan aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat untuk mematikan gulma. Keunggulan olah tanah konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) lebih mampu memperbaiki dan atau mempertahankan produktivitas lahan dibandingkan dengan olah tanah konvensional, sehingga dengan penerapan sistim


(30)

penyiapan lahan tanpa olah tanah dengan cara yang arif dan tepat akan memberikan hasil yang optimal (Simatupang, 2006).

Peningkatan produksi jagung dapat juga dilakukan dengan cara pengaturan tingkat kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya. Umumnya produksi yang tinggi untuk tiap satuan luas dapat tercapai dengan populasi tanaman yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya akan menurun juga pertumbuhan tanaman, karena terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya dan efeknya mengurangi ukuran pada seluruh bagian-bagian tanaman. Semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman, karena jumlah cahaya akan berkurang mengenai tubuh tanaman dan pada akhirnya mempengaruhi luas daun dan bobot kering tanaman (Budi astuti, 2006)

Peningkatan produksi jagung tidak terbatas hanya pada pengolahan tanah dan kerapatan tanaman saja, tetapi dapat juga dengan menggunakan varietas yang sesuai, karena tanaman jagung ada yang tidak sesuai pada daerah tertentu yang kondisi tanahnya kurang subur. Selain itu mengatakan penggunaan varietas unggul baru merupakan alternatif bagi peningkatan produksi dan diprogramkan perluasan areal mengarah pada lahan-lahan bermasalah dan diupayakan penggunaan varietas yang toleran (Manshuri, 2007).

Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam.


(31)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui persiapan tanah yang sesuai dan jarak tanam yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis varietas bonanza. Hipotesis Penelitian

1. Persiapan tanah berpengaruh nyata terhadap keragaman dan kelimpahan gulma

2. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap keragaman dan kelimpahan gulma

3. Persiapan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung

4. Keragaman dan kelimpahan gulma berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan diharapkan dapat pula berguna sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan.


(32)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman jagung termasuk Class Monocotyledone, ordo Graminae, familia Graminaceae, genus Zea, species Zea mays.L dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman (Subandi, 2008).

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah dan keadaan air tanah (Purwono, 2011).

Tanaman jagung mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).

Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut


(33)

ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Hartono, 2011).

Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau

tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).

Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono, 2011).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jagung sebaiknya mendapat cahaya matahari yang langsung. Suhu yang tinggi dibarengi dengan kekurangan air atau kelembaban rendah sangat berpengaruh terhadap persarian. Pada waktu tanaman mulai tua, terutama menuju masaknya biji dibutuhkan keadaan yang panas dan intensitas sinar matahari yang cukup. Tanaman jagung akan tumbuh normal pada curah hujan berkisar 250-500 mm per tahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka tersebut akan menurunkan produksi (Ginting, dkk, 1995).

Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap ikilim dingin dan ditanam hingga lintang sejauh 500 dari khatulistiwa. Perkecambahan benih optimum terjadi


(34)

tanaman dapat berlangsung pada kisaran suhu 100 hingga 400 C, tetapi terbaik pada suhu antara 210 C dan 300 C. hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan walaupun suhu panas ideal untuk pertumbuhan vegetatif dan tongkol, suhu sedang adalah suhu optimum untuk akumulasi karbohidrat. Jumlah dan sebaran curah hujan merupakan faktor lingkungan yang memberikan pengaruh terbesar terhadap kualitas jagung manis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah

Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanaman ini peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa. Jagung manis responsif terhadap pemupukan taraf tinggi dan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dibutuhkan penambahan unsur hara (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jagung manis tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah yang gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik. Disamping itu drainase dan aerase yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung manis antara 5,5-6,5, tetapi paling baik adalah 6,8 (Ginting, 1995).

Gulma Tanaman Jagung

Gulma yang tumbuh pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis


(35)

gulma, persaingan antara dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly dan Fahdiana, 2009).

Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam erat kaitannya dengan produksi yang akan dicapai. Jarak tanam yang tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari, unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tanaman dan pada prinsipnya pengaturan jarak tanaman untuk memberikan tanaman tumbuh lebih baik tanpa mengalami banyak persaingan. Selanjutnya Gardner, Pearce, dan Michell (1991) menyatakan mengatur jarak tanam bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kompetisi intra-spesies maupun inter-species dan merupakan suatu tindakan manipulasi agar kanopi dan akar tanaman dapat memanfaatkan lingkungan secara optimal.

Kerapatan tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman terlalu rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesa dan menurunnya perkembangan luas daun Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).

Dalam budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan luas. Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi


(36)

tanam harus diperhatikan untuk mendapatkan jumlah populasi yang optimum. Ukuran tajuk tanaman yang semakin besar membutuhkan jarak tanam yang semakin renggang untuk mencegah terjadinya overlapping yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi terhadap cahaya matahari. Dengan demikian, pengaturan jarak tanam untuk memanfatkan radiasi matahari yang optimal sekaligus berperan memperbaiki penutupan kanopi terhadap permukaan tanah diantara barisan tanam, sehingga mengurangi persaingan diantara perakaran gulma dengan perakaran tanaman (Syafruddin dan Saidah, 2006),

Sistem Persiapan Tanah

Pengelolaan sumberdaya lahan untuk mendukung pertanian berkelanjutan perlu diawali dengan kegiatan persiapan lahan melalui teknologi olah tanah dan sistim budidaya pertanian untuk mengurangi pengaruh buruk dari pengolahan tanah biasa dan tetap mempertahankan kondisi tanah agar dapat ditanami dan teknologi olah tanah tersebut merupakan komponen penting dalam pembangunan pertanian (Alfons, 2006).

Olah tanah konservasi merupakan teknologi penyiapan lahan yang menganut kepada prinsip konservasi tanah dan air yang tujuannya untuk mengatasi dan mengendalikan terjadinya degradasi kesuburan tanah terutama pada lahan-lahan marginal, sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan dan berkelanjutan (Simatupang, 2006).

Tanpa pengolahan tanah (No Tillage) merupakan sistem penanaman langsung tanpa didahului pengolahan tanah. Sistem tanpa olah tanah memerlukan herbisida untuk pengendalian gulma sebelumnya. Penggunaan herbisida


(37)

menurunkan biaya produksi dan mempertahankan produktivitas lahan pertanian serta mengendalikan gulma sebelumnya (Gonggo, 2003).

Pengolahan tanah konvensional (Traditional tillage) berupa pencangkulan sedalam 15-20 cm sebanyak dua kali diikuti penggarukan sampai rata memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Pengolahan tanah lebih dari satu kali disertai dengan selang waktu tertentu dapat menekan pertumbuhan gulma, sebab setiap pengulangan pengolahan tanah akan membunuh gulma yang telah tumbuh. Saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah, tetapi jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan. Dengan demikian tujuan pengolahan tanah untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimum bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman, mengendalikan gulma dan memungkinkan infiltrasi air, sehingga air tersedia bagi tanaman.

Hubungan Pertumbuhan Gulma dengan Jagung

Dalam suatu pertanaman terjadi persaingan antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. menyatakan keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada lahan tanaman dapat menurunkan hasil jagung manis antara 20-80% dan salah satu upaya untuk mengatasinya dengan pengaturan jarak tanam. Kehadiran gulma tersebut pada tanaman dapat meningkatkan jumlah individu tumbuhan dalam satu area Mayadewi (2007).


(38)

ruang tumbuh yang diperlukan tanaman. Cahaya matahari diperlukan dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhan dan produksi, sehingga dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dari pada pertumbuhan gulma akan mengakibatkan penaungan terhadap gulma dan mengurangi laju pertumbuhan gulma. Kemampuan kompetisi gulma terhadap cahaya tergantung kepada laju pertumbuhan gulma serta kepadatannya. Jika kepadatan gulma tinggi dengan perkembangannya yang lebih cepat akan menimbulkan kompetisi yang lebih kompleks (Nurjanah, 2002).


(39)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat yang berlokasi di jalan pasar 1 nomor 89, Tanjung Sari Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, mulai bulan Februari 2013 sampai Mei 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih jagung manis varietas Bonanza, pupuk Urea, TSP dan KCL, herbisida Isopropilamine Glifosfat, fungisida Dithane M-45.

Alat yang digunakan antara lain : cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman, garu, babat, tugal, knapsack sprayer, gunting, pisau, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, buku identifikasi gulma, tali plastik, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, kalkulator, timbangan analitik dan timbangan 50 kg untuk menimbang produksi tanaman, amplop coklat, kamera digital dan alat-alat tulis lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor II : Persiapan Tanah (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :

P0 = tanpa olah tanah (No Tillage) menggunakan herbisida

Isopropilamine Glifosfat


(40)

P2 = diolah atau dicangkul 2x kemudian diratakan (Traditional Tillage) Faktor I : Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

J1 = Jarak Tanam 20 x 30 cm J2 = Jarak Tanam 30 x 30 cm J3 = Jarak Tanam 40 x 30 cm J4 = Jarak Tanam 50 x 30 cm

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :

P0J1 P0J2 P0J3 P0J4

P1J1 P1J2 P1J3 P1J4

P2J1 P2J2 P2J3 P2J4

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 200 x 250 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 75 cm

Perlakuan jarak tanam J1 : 20 x 30 cm (160 tanaman) Perlakuan jarak tanam J2 : 30 x 30 cm (112 tanaman) Perlakuan jarak tanam J3 : 40 x 30 cm (80 tanaman) Perlakuan jarak tanam J4 : 50 x 30 cm (64 tanaman) Jumlah tanaman seluruhnya : 3744 tanaman

Jumlah sampel/plot : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman Jumlah sampel dektruktif/plot : 2 tanaman Jumlah sampel dektruktif seluruhya : 72 tanaman


(41)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk ( i = 1,2,3 ; j = 1,2,3,4 ; k = 1,2,3 ) Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i, dengan perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan pengolahan tanah taraf ke-k.

μ = Nilai tengah.

ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek dari perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j.

βk = Efek dari perlakuan pengolahan tanah pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi antara jarak tanam pada taraf ke-j dan pengolahan tanah pada taraf ke-k.

εijk = Pengaruh galat percobaan dari blok taraf ke-i yang mendapat perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan pengolahan tanah pada taraf ke-k. Jika perlakuan yang diperoleh menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% ( Steel dan Torrie, 1995 ).


(42)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan

Lahan seluas 279.24 m2 dibagi menjadi tiga ulangan, diukur areal pertanaman yang akan digunakan, plot dibentuk dengan ukuran 250 cm x 200 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan antar blok 75 cm. Lahan yang telah diukur kemudian terlebih dahulu dilakukan analis vegetasi pendahuluan terhadap vegetasi gulma dari masing-masing plot perlakuan. Setelah dilakukan analisis vegetasi gulma dari masing-masing plot perlakuan, kemudian setiap plot perlakuan di semprot dengan herbisida dan dibabat/dipangkas dengan mesin potong rumput dan hasil potongan gulma dibiarkan selama 2 minggu pada lahan sampai benar-benar kering.

Tanpa Olah Tanah (No Tillage)

Lahan yang telah ditentukan plotnya sesuai dengan perlakuan tanpa olah tanah (P0) dilakukan penyemprotan dengan herbisida sistemik non selektif berbahan aktif Glifosat 480 g/liter. Anjuran herbisida untuk tanaman jagung sesuai dengan yang tertera pada label yaitu 2 ltr/ha. Plot disemprot dengan herbisida dan dibiarkan selama sepuluh (10) hari. Hari ke 11 (sebelas) setelah gulma mengering, kemudian ditentukan jarak tanamnya sesuai perlakuan dan tanah dicongkel dengan skop sedalam 3 – 5 cm untuk tempat benih sesuai perlakuan varietas dan selanjutnya untuk P0 ditanam 12 hari.

Olah Tanah 1 kali (Minimum Tillage)

Lahan yang mendapat perlakuan olah tanah 1 kali (P1) dilaksanakan dan pada perlakuan P1 dilakukan hanya mengikis permukaan tanah, sehingga perakaran gulma masih tertinggal dalam tanah dan gulma yang telah dikikis


(43)

dikeluarkan dari plot perlakuan, satu hari setelah pengikisan atau hari ke sebelas (11) ditentukan jarak tanamnya sesuai dengan perlakuan jarak tanam yaitu 20 x 30 cm, 30 x 30 cm, 40 x 30 cm, 50 x 30 cm dan diantara barisan jarak tanam dikerok dengan sekop sedalam 3-5 cm untuk tempat benih sesuai dan selanjutnya hari ke 12 (dua belas) dilakukan penanaman.

Olah Tanah 2 kali (Full/Traditional Tillage)

Plot yang sudah ditentukan sesuai dengan perlakuan olah tanah sempurna (P2) yaitu tanah diolah dengan interval sebanyak dua kali yaitu tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa gulma potongan rumput yang sudah mengering, kemudian dilakukan pencangkulan pertama dan dibiarkan selama 7 (tujuh) hari. Hari ke 8 (delapan) dilakukan penghalusan sekaligus diratakan dengan garu dan gulma yang masih terdapat pada lahan dibuang dengan cara dicabut dan dibiarkan beberapa hari. Hari ke 11 (sebelas) ditentukan jarak tanam sesuai dengan perlakuan dan sekaligus ditugal untuk tempat benih jagung dan selanjutnya ditanam 12 hari.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 cm sebanyak 2 benih per lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air selama 10 menit, guna mempercepat perkecambahan. Benih jagung ditanam secara bersamaan pada masing perlakuan (P0), (P1), (P2) yang menggunakan jarak tanam yang telah ditentukan pada semua plot perlakuan. Benih jagung ditanam 2 biji per lubang tanam dan ditutup dengan tanah halus, kemudian dilakukan penyiraman sampai permukaan tanah lembab bila keadaan tanah kering.


(44)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dan jika hujan penyiraman tidak dilakukan. Masing-masing plot disiram sebanyak 1 liter air. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan Urea 200 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCL dosis 50 kg/ha. KCl dan TSP diberikan pada saat tugal sedangkan Urea diaplikasikan 3 kali, yaitu pada saat tanam sebanyak 1/3 dosis, 1/3 dosis pada 3 MST dan sisanya 1/3 dosis pada 5 MST. Pupuk diberikan dengan jarak 5 cm dari benih cara tugal diantara barisan tanaman dan langsung ditutup dengan tanah. Penyisipan Tanaman

Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan.

Penjarangan Tanaman

Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tumbuh per lubang tanam dan menyisahkan satu tanaman. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST.

Pembubunan

Pembubunan dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada saat tanaman berumur 3,4,5,6 MST. Hal ini bertujuan untuk menutup akar yang terbuka dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak atau kokoh dengan cara menaikkan/menimbun tanah pada rumpun tanaman.


(45)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian penyakit dilakukan dengan sistem pengendalian kimia menggunakan fungisida Antracol dengan dosis 2 g/l air yang disemprotkan ke tanaman yang terkena penyakit pada saat tanaman berumur 3 dan 5 MST dan pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida organik saat tanaman berumur 8 MST.

Panen

Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 82 hari (sekitar 24-27 hari setelah penyerbukan). Panen dilakukan ketika biji masih belum matang, pada fase susu dan sebelum fase kental awal. Kriteria panen antara lain rambut tongkol berwarna cokelat, tongkol telah berisi biji yang telah berkembang penuh sampai ke ujung tongkol dan mencapai ukuran maksimal dengan kondisi biji lunak, berisi cairan seperti susu, keruh dan kental dan bila ditekan dengan kuku akan mengeluarkan cairan seperti susu. Pemanenan dilakukan dengan mematahkan tongkol jagung tanpa mematahkan batang utama.

Peubah Amatan

Pengamatan dan pengumpulan data diperoleh dari tanaman sampel destruktif dan non destruktif yang telah ditentukan secara acak untuk masing-masing sampel sebanyak 2 tanaman. Sampel yang ditetapkan secara acak dengan tidak mengikutkan tanaman pinggir dan peubah-peubah yang diamati keadaan gulma, pertumbuhan vegetatif, analisis tumbuh tanaman antara lain dan parameter pertumbuhan gulma:


(46)

Parameter Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan meteran, untuk menghindari kekeliruan dibuat pacak sampel. Waktu pengukuran tinggi tanaman ditetapkan pada dilakukan saat tanaman jagung berumur 3, 6, 9, dan 12 MST.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang diukur mulai dari permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong dengan memberi tanda dari patok bambu kecil setinggi 5 cm. Waktu pengukuran diameter batang ditetapkan pada saat tanaman jagung berumur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Bobot Berangkasan Akar (g)

Akar terlebih dahulu dibersihkan, selanjutnya dikeringkan didalam oven temperatur 650 C sampai bobotnya stabil. Pengamatan bobot kering akar dilakukan terhadap tanaman sampel destruktif. Pengamatan bobot kering akar dilakukan pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Bobot Berangkasan Batang (g)

Batang terlebih dahulu dipotong-potong sekecil mungkin dan dimasukkan kedalam amplop coklat, selanjutnya dikeringkan didalam oven temperatur 650 C, sampai bobotnya stabil. Pengamatan bobot kering batang dilakukan terhadap tanaman sampel destruktif umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Bobot Berangkasan Daun (g)

Daun terlebih dahulu dipotong-potong sekecil mungkin dan dimasukkan kedalam amplop coklat, selanjutnya dikeringkan didalam oven temperatur 650 C


(47)

sampai bobotnya stabil. Pengamatan bobot kering daun dilakukan terhadap tanaman sampel destruktif umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Bobot Berangkasan Tongkol (g)

Tongkol terlebih dahulu dipotong-potong sekecil mungkin dan dimasukkan kedalam amplop coklat, selanjutnya dikeringkan didalam oven temperatur 650 C sampai bobotnya stabil. Pengamatan bobot kering daun dilakukan terhadap tanaman sampel destruktif umur 9 dan 12 MST.

Total Luas Daun (cm2)

Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter, dan dilakukan dengan mengukur luas daun total pada 2 tanaman sampel destruktif. Pengukuran total luas daun dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 3 minggu, 6 minggu, 9 minggu dan 12 MST.

Laju Asimilasi Bersih (g.m-2.h-1)

Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 3-6 MST (LAB 1) dan 9-12 MST (LAB 2), dengan persamaan sebagai berikut:

LAB =(�2− �1)

(T2−T1)

(���2− ���1)

(A2−A1)

Dimana: W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2 A1 dan A2 = Luas daun pengamatan ke 1 dan 2

T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke 1 dan 2 Laju Tumbuh Pertanaman (g.tan. 2.m-1)


(48)

dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 3-6 MST (LTP 1) dan 9-12 MST (LTP 2) ,

dengan persamaan sebagai berikut :

LTP =(���2− ���1)

(T2−T1)

Dimana : W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2 T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke 1 dan 2

Parameter Pertumbuhan Gulma

Analisis Pendahuluan Terhadap Vegetasi Gulma

Setelah lahan penelitian ditetapkan, dilakukan analisis terhadap vegetasi gulma yang tumbuh. Analisis vegetasi ini bertujuan untuk mengetahui komposisi vegetasi gulma yang mendominasi lahan sebelum diberi perlakuan dan sebagai pembanding setelah perlakuan dengan cara pengambilan sampel gulma dilakukan dengan metoda kuadran.

Bobot kering gulma (g)

Gulma yang telah di pilah-pilah dan sudah di identifikasi berdasarkan masing-masing jenisnya dibersihkan dari kotoran tanah lalu dipotong-potong sekecil mungkin dan dimasukkan kedalam amplop coklat dan dikering ovenkan pada suhu 650 C selama 24 jam. Data bobot kering gulma per jenisnya diambil sebanyak 4 kali yaitu 3, 6, 9 dan 12 MST.


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 8 – 15, yang menunjukkan perlakuan beberapa persiapan tanah pada umur 9 dan 12 MST berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Data tinggi tanaman pada umur 3 – 12 MST akibat perlakuan beberapa persiapan tanah dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam umur 3 – 12 MST

Persiapan Tanah

Jarak Tanam (cm)

Rataan J1

(20 x 30)

J2 (30 x 30)

J3 (40 x 30)

J4 (50 x 30) 3 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 42,31 39,91 37,54 36,02 38,95

P1 (Diolah 1 kali) 37,47 40,14 37,13 38,84 38,40

P2 (Diolah 2 kali) 35,25 36,49 35,35 42,05 37,29

Rataan 38,34 38,85 36,67 38,97

6 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 126,26 149,63 123,49 124,99 131,09 P1 (Diolah 1 kali) 126,39 129,05 141,49 127,59 131,13 P2 (Diolah 2 kali) 131,92 136,25 142,34 147,35 139,46

Rataan 128,19 138,31 135,78 133,31

9 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 168,82 171,37 168,74 171,43 170,09 b P1 (Diolah 1 kali) 168,69 172,86 169,31 164,51 168,84 b P2 (Diolah 2 kali) 172,77 180,99 179,11 185,43 179,57 a

Rataan 170,09 175,07 172,39 173,79

12 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 166,16 168,69 166,08 168,71 167,41 b P1 (Diolah 1 kali) 166,53 170,36 166,79 163,15 166,71 b P2 (Diolah 2 kali) 170,61 178,13 177,06 182,57 177,09 a

Rataan 167,77 172,39 169,98 171,48

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5%.


(50)

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan beberapa persiapan tanah pada 9 dan 12 MST memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada 12 MST tertinggi terdapat pada persiapan tanah diolah 2 kali (P2) yaitu 177,09 cm, diikuti persiapan tanah diolah 1 kali (P1) yaitu 166,71 cm dan terendah pada tanpa olah tanpa (P0) yaitu 167,41 cm. Perlakuan persiapan tanah diolah 2 kali (P2) berbeda nyata dengan persiapan tanah diolah 1 kali (P1) dan tanpa olah tanah (P0).

Tinggi tanaman jagung 12 MST dengan persiapan tanah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman jagung dengan persiapan tanah umur 12 MST

Diameter Batang (mm)

Data analisis sidik ragam diameter batang jagung pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 16 – 23, yang menunjukkan perlakuan beberapa persiapan tanah pada umur 3 MST berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata.

160 164 168 172 176 180

P0 (Tanpa olah tanah)

P1 (Diolah 1 kali) P2 (Diolah 2 kali)

T

ing

g

i T

ana

m

an

12 M

S

T

(cm

)


(51)

Data diameter batang pada umur 3 – 12 MST akibat perlakuan beberapa persiapan tanah dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam umur 3 – 12 MST

Persiapan Tanah

Jarak Tanam (cm)

Rataan J1

(20 x 30)

J2 (30 x 30)

J3 (40 x 30)

J4 (50 x 30) 3 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 9,68 9,07 8,83 9,09 9,17 a

P1 (Diolah 1 kali) 7,93 9,37 8,53 8,16 8,50 a

P2 (Diolah 2 kali) 7,67 7,44 7,20 7,85 7,54 b

Rataan 8,43 8,63 8,19 8,37

6 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 14,73 15,73 13,66 13,99 14,53

P1 (Diolah 1 kali) 11,56 14,63 14,41 13,66 13,56

P2 (Diolah 2 kali) 11,41 12,99 11,95 13,23 12,40

Rataan 12,56 14,45 13,34 13,63

9 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 15,25 16,08 14,39 14,84 15,14

P1 (Diolah 1 kali) 12,63 15,28 15,09 14,59 14,40

P2 (Diolah 2 kali) 12,75 14,18 13,84 16,27 14,26

Rataan 13,54 15,18 14,44 15,24

12 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 13,66 14,09 13,03 12,98 13,44

P1 (Diolah 1 kali) 11,71 13,22 13,44 13,20 12,89

P2 (Diolah 2 kali) 11,44 12,62 12,68 15,16 12,97

Rataan 12,27 13,31 13,05 13,78

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan beberapa persiapan tanah pada 3 MST memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang. Diameter batang

pada 3 MST tertinggi pada tanpa olah tanpa (P0) yaitu 9,17 mm, diikuti oleh persiapan tanah diolah 1 kali (P1) yaitu 8,50 mm dan terendah pada persiapan tanah diolah 2 kali (P2) yaitu 7,54 mm. Perlakuan tanpa olah tanah (P0) berbeda nyata dengan persiapan tanah diolah 2 kali (P2). Perlakuan tanpa olah tanah (P0) berbeda tidak nyata dengan persiapan tanah diolah 1 kali (P1).


(52)

Diameter batang jagung 3 MST dengan persiapan tanah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan diameter batang jagung dengan persiapan tanah umur 3 MST

Total Luas Daun (cm2)

Data analisis sidik ragam total luas daun pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 24 – 35, yang menunjukkan perlakuan beberapa persiapan tanah pada umur 9 dan 12 MST berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Data total luas daun pada umur 3 – 12 MST akibat perlakuan beberapa persiapan tanah dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

11 12 13 14 15

P0 (Tanpa olah tanah) P1 (Diolah 1 kali) P2 (Diolah 2 kali)

D

iam

et

er

B

at

ang

6 M

S

T

(mm)


(53)

Tabel 3. Total luas daun pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam umur 3 – 12 MST

Persiapan Tanah

Jarak Tanam (cm)

Rataan J1

(20 x 30)

J2 (30 x 30)

J3 (40 x 30)

J4 (50 x 30) 3 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 248,40 233,97 154,99 193,36 207,68 P1 (Diolah 1 kali) 129,61 252,31 235,44 167,05 196,10 P2 (Diolah 2 kali) 95,03 141,25 106,95 147,45 122,67

Rataan 157,68 209,17 165,79 169,29

6 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 1160,58 1069,38 796,39 999,21 1006,39 P1 (Diolah 1 kali) 640,48 668,54 1250,59 1010,87 892,62 P2 (Diolah 2 kali) 708,38 768,39 735,78 1289,52 875,52

Rataan 836,48 835,44 927,59 1099,87

9 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 1760,65 1365,89 1031,07 1248,94 1351,64 a P1 (Diolah 1 kali) 970,77 1143,03 1516,06 1357,15 1246,75 b P2 (Diolah 2 kali) 1596,74 1652,25 1611,42 1784,41 1661,20 a

Rataan 1442,72 1387,06 1386,18 1463,50 12 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 1786,60 1421,37 1054,12 1255,55 1379,41 a P1 (Diolah 1 kali) 987,25 1149,28 1521,72 1360,64 1254,72 b P2 (Diolah 2 kali) 1670,73 1660,12 1617,35 1804,64 1688,21 a

Rataan 1481,52 1410,25 1397,73 1473,61

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5%.

* data ditransformasi √X

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan beberapa persiapan tanah pada 9 dan 12 MST memberikan pengaruh nyata terhadap total luas daun. Total luas daun pada 12 MST tertinggi terdapat pada persiapan tanah diolah 2 kali (P2) yaitu 1688,21 cm2, diikuti tanpa olah tanpa (P0) yaitu 1379,41 cm2 dan terendah pada persiapan tanah diolah 1 kali (P1) yaitu 1254,72 cm2. Perlakuan persiapan tanah diolah 2 kali (P2) berbeda nyata dengan persiapan tanah diolah 1 kali (P1). Perlakuan persiapan tanah diolah 2 kali (P2) berbeda tidak nyata dengan tanpa


(54)

Total luas daun jagung 12 MST dengan persiapan tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan total luas daun jagung dengan persiapan tanah umur 12 MST

Bobot Berangkasan Akar (g)

Data analisis sidik ragam bobot berangkasan akar jagung pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 36 – 47, yang menunjukkan perlakuan beberapa persiapan tanah umur 3 dan 12 MST berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Data bobot berangkasan akar pada umur 3 – 12 MST akibat perlakuan beberapa persiapan tanah dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

0 400 800 1200 1600 2000

P0 (Tanpa olah tanah) P1 (Diolah 1 kali) P2 (Diolah 2 kali)

T

ot

al

L

ua

s

D

aun

12 M

S

T

(

cm

2 )


(55)

Tabel 4. Bobot berangkasan akar pada beberapa persiapan tanah dan jarak tanam umur 3 – 12 MST

Persiapan Tanah

Jarak Tanam (cm)

Rataan J1

(20 x 30)

J2 (30 x 30)

J3 (40 x 30)

J4 (50 x 30) 3 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 0,20 0,23 0,20 0,20 0,21 a

P1 (Diolah 1 kali) 0,18 0,25 0,40 0,23 0,27 a

P2 (Diolah 2 kali) 0,10 0,13 0,10 0,15 0,12 b

Rataan 0,16 0,21 0,23 0,19

6 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 1,70 2,17 1,18 2,07 1,78

P1 (Diolah 1 kali) 0,80 1,05 2,17 1,67 1,42

P2 (Diolah 2 kali) 0,80 1,30 0,98 1,72 1,20

Rataan 1,10 1,51 1,44 1,82

9 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 3,17 2,78 1,77 1,50 2,30

P1 (Diolah 1 kali) 1,68 1,32 2,12 3,77 2,22

P2 (Diolah 2 kali) 2,93 2,75 3,38 3,47 3,13

Rataan 2,59 2,28 2,42 2,91

12 MST

P0 (Tanpa olah tanah) 5,80 5,83 3,53 4,72 4,97 b

P1 (Diolah 1 kali) 3,03 2,20 4,00 6,25 3,87 b

P2 (Diolah 2 kali) 6,22 5,18 4,68 12,42 7,13 a

Rataan 5,02 4,41 4,07 7,79

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5%.

* data ditransformasi √X + 0,5

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan persiapan tanah pada 3 dan 12 MST memberikan pengaruh nyata terhadap bobot berangkasan akar. Bobot

berangkasan akar tertinggi terdapat pada persiapan tanah diolah 2 kali (P2) yaitu 7,13 gram, diikuti oleh tanpa olah tanah (P0) yaitu 4,97 gram dan terendah pada persiapan tanah diolah 1 kali (P1) yaitu 3,87 gram. Pada 12 MST perlakuan persiapan tanah 2 kali (P2) berbeda nyata dengan persiapan tanah 1 kali (P1) dan tanpa olah tanah (P0).


(56)

Bobot berangkasan akar jagung 12 MST dengan persiapan tanah dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan bobot berangkasan akar jagung dengan persiapan tanah umur 12 MST

Bobot berangkasan Batang (g)

Data analisis sidik ragam bobot berangkasan batang pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 48 – 59, yang menunjukkan perlakuan persiapan tanah umur 3 dan 12 MST serta perlakuan berbagai jarak tanam umur 12 MST berpengaruh nyata. Sedangkan interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Data bobot berangkasan batang pada umur 3 – 12 MST akibat perlakuan beberapa persiapan tanah dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

P0 (Tanpa olah tanah)

P1 (Diolah 1 kali) P2 (Diolah 2 kali)

B

obot

be

rang

ka

san

A

ka

r

12 M

S

T

(g

r)


(1)

Lampiran 150. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 1,50 0,00 0,00 1,50 0,50

P0J2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P0J3 0,00 2,80 0,00 2,80 0,93

P0J4 1,00 0,00 0,00 1,00 0,33

P1J1 0,00 0,70 1,60 2,30 0,77

P1J2 0,60 0,00 0,00 0,60 0,20

P1J3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1J4 2,40 1,20 3,70 7,30 2,43

P2J1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P2J2 0,50 0,00 0,00 0,50 0,17

P2J3 0,00 10,40 1,00 11,40 3,80

P2J4 0,90 0,00 1,90 2,80 0,93

Total 6,90 15,10 8,20 30,20

Rataan 0,58 1,26 0,68 0,84

Lampiran 151. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 1,41 0,71 0,71 2,83 0,94

P0J2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

P0J3 0,71 1,82 0,71 3,23 1,08

P0J4 1,22 0,71 0,71 2,64 0,88

P1J1 0,71 1,10 1,45 3,25 1,08

P1J2 1,05 0,71 0,71 2,46 0,82

P1J3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

P1J4 1,70 1,30 2,05 5,06 1,69

P2J1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

P2J2 1,00 0,71 0,71 2,41 0,80

P2J3 0,71 3,30 1,22 5,23 1,74

P2J4 1,18 0,71 1,55 3,44 1,15

Total 11,82 13,17 11,93 36,92


(2)

Lampiran 152. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 3 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Sumber db JK KT F.hit Ket F.05

Blok 2 0,094607 0,0473 0,1719 tn 3,44

Perlakuan 11 4,187503 0,38068 1,38336 tn 2,26

P 2 0,280637 0,14032 0,5099 tn 3,44

Linear 1 0,237786 0,23779 0,86409 tn 4,3

Kuadratik 1 0,042850 0,04285 0,15571 tn 4,3

J 3 1,278034 0,42601 1,54808 tn 3,05

Linear 1 0,852371 0,85237 3,09742 tn 4,3

Kuadratik 1 0,085267 0,08527 0,30985 tn 4,3

Sisa 1 0,340396 0,3404 1,23696 tn 4,3

P X J 6 2,628833 0,43814 1,59215 tn 2,55

Galat 22 6,054117 0,27519

Total 35 10,33623

FK = 37,8638

KK = 51,15%

Lampiran 153. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 0,33 0,15 0,90 1,38 0,46

P0J2 0,50 0,13 0,00 0,63 0,21

P0J3 0,00 0,00 0,30 0,30 0,10

P0J4 0,00 1,20 2,40 3,60 1,20

P1J1 0,44 0,00 0,74 1,18 0,39

P1J2 0,74 0,44 0,00 1,18 0,39

P1J3 0,50 0,00 0,33 0,83 0,28

P1J4 0,66 0,00 1,28 1,94 0,65

P2J1 0,52 0,15 0,00 0,67 0,22

P2J2 0,00 1,90 0,00 1,90 0,63

P2J3 0,15 3,70 0,67 4,52 1,51

P2J4 1,27 0,00 1,20 2,47 0,82

Total 5,11 7,67 7,82 20,60

Rataan 0,43 0,64 0,65 0,57

Lampiran 154. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam


(3)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 0,91 0,81 1,18 2,90 0,97

P0J2 1,00 0,79 0,71 2,50 0,83

P0J3 0,71 0,71 0,89 2,31 0,77

P0J4 0,71 1,30 1,70 3,71 1,24

P1J1 0,97 0,71 1,11 2,79 0,93

P1J2 1,11 0,97 0,71 2,79 0,93

P1J3 1,00 0,71 0,91 2,62 0,87

P1J4 1,08 0,71 1,33 3,12 1,04

P2J1 1,01 0,81 0,71 2,52 0,84

P2J2 0,71 1,55 0,71 2,96 0,99

P2J3 0,81 2,05 1,08 3,94 1,31

P2J4 1,33 0,71 1,30 3,34 1,11

Total 11,34 11,81 12,35 35,51

Rataan 0,94 0,98 1,03 0,99

Lampiran 155. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 6 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Sumber db JK KT F.hit Ket F.05

Blok 2 0,042917 0,02146 0,17889 tn 3,44

Perlakuan 11 0,899270 0,08175 0,68153 tn 2,26

P 2 0,108587 0,05429 0,45262 tn 3,44

Linear 1 0,074983 0,07498 0,6251 tn 4,3

Kuadratik 1 0,033604 0,0336 0,28014 tn 4,3

J 3 0,278713 0,0929 0,7745 tn 3,05

Linear 1 0,233886 0,23389 1,94979 tn 4,3

Kuadratik 1 0,044733 0,04473 0,37292 tn 4,3

Sisa 1 0,000095 9,5E-05 0,00079 tn 4,3

P X J 6 0,511970 0,08533 0,71134 tn 2,55

Galat 22 2,638987 0,11995

Total 35 3,58117

FK = 35,0188


(4)

Lampiran 156. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 0,66 1,27 0,00 1,93 0,64

P0J2 0,62 0,00 0,77 1,39 0,46

P0J3 0,74 0,00 0,00 0,74 0,25

P0J4 0,00 1,20 0,67 1,87 0,62

P1J1 0,62 0,00 1,00 1,62 0,54

P1J2 0,00 1,20 0,62 1,82 0,61

P1J3 0,47 3,10 0,00 3,57 1,19

P1J4 1,28 0,00 0,00 1,28 0,43

P2J1 0,00 0,62 2,30 2,92 0,97

P2J2 0,00 2,00 0,00 2,00 0,67

P2J3 0,33 0,00 0,98 1,31 0,44

P2J4 0,00 1,28 0,00 1,28 0,43

Total 4,72 10,67 6,34 21,73

Rataan 0,39 0,89 0,53 0,60

Lampiran 157. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 1,08 1,33 0,71 3,11 1,04

P0J2 1,06 0,71 1,13 2,89 0,96

P0J3 1,11 0,71 0,71 2,53 0,84

P0J4 0,71 1,30 1,08 3,09 1,03

P1J1 1,06 0,71 1,22 2,99 1,00

P1J2 0,71 1,30 1,06 3,07 1,02

P1J3 0,98 1,90 0,71 3,59 1,20

P1J4 1,33 0,71 0,71 2,75 0,92

P2J1 0,71 1,06 1,67 3,44 1,15

P2J2 0,71 1,58 0,71 3,00 1,00

P2J3 0,91 0,71 1,22 2,83 0,94

P2J4 0,71 1,33 0,71 2,75 0,92

Total 11,07 13,34 11,62 36,04


(5)

Lampiran 158. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 9 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Sumber db JK KT F.hit Ket F.05

Blok 2 0,234025 0,11701 0,83189 tn 3,44

Perlakuan 11 0,318279 0,02893 0,20571 tn 2,26

P 2 0,024696 0,01235 0,08779 tn 3,44

Linear 1 0,006334 0,00633 0,04503 tn 4,3

Kuadratik 1 0,018363 0,01836 0,13055 tn 4,3

J 3 0,051964 0,01732 0,12314 tn 3,05

Linear 1 0,045675 0,04567 0,32472 tn 4,3

Kuadratik 1 0,001394 0,00139 0,00991 tn 4,3

Sisa 1 0,004895 0,0049 0,0348 tn 4,3

P X J 6 0,241619 0,04027 0,2863 tn 2,55

Galat 22 3,094481 0,14066

Total 35 3,64678

FK = 36,0832

KK = 37,46%

Lampiran 159. Data bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 5,29 1,99 0,00 7,28 2,43

P0J2 0,00 1,98 3,30 5,28 1,76

P0J3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P0J4 4,66 2,00 0,67 7,33 2,44

P1J1 1,27 0,00 1,20 2,47 0,82

P1J2 0,00 3,99 3,32 7,31 2,44

P1J3 1,28 1,33 0,00 2,61 0,87

P1J4 1,98 0,00 0,00 1,98 0,66

P2J1 0,00 1,27 1,33 2,60 0,87

P2J2 0,00 0,74 0,00 0,74 0,25

P2J3 0,33 0,00 0,00 0,33 0,11

P2J4 0,00 1,98 0,50 2,48 0,83

Total 14,81 15,28 10,32 40,41


(6)

Lampiran 160. Data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0J1 2,41 1,58 0,71 4,69 1,56

P0J2 0,71 1,57 1,95 4,23 1,41

P0J3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

P0J4 2,27 1,58 1,08 4,93 1,64

P1J1 1,33 0,71 1,30 3,34 1,11

P1J2 0,71 2,12 1,95 4,78 1,59

P1J3 1,33 1,35 0,71 3,39 1,13

P1J4 1,57 0,71 0,71 2,99 1,00

P2J1 0,71 1,33 1,35 3,39 1,13

P2J2 0,71 1,11 0,71 2,53 0,84

P2J3 0,91 0,71 0,71 2,33 0,78

P2J4 0,71 1,57 1,00 3,28 1,09

Total 14,07 15,05 12,88 42,01

Rataan 1,17 1,25 1,07 1,17

Lampiran 161. Sidik ragam data transformasi bobot kering gulma golongan Cyperaceae jenis gulma (Scleria) 12 MST pada perlakuan persiapan tanah dan jarak tanam

Sumber db JK KT F.hit Ket F.05

Blok 2 0,196436 0,09822 0,37369 tn 3,44

Perlakuan 11 3,411443 0,31013 1,17995 tn 2,26

P 2 0,857755 0,42888 1,63175 tn 3,44

Linear 1 0,826236 0,82624 3,14357 tn 4,3

Kuadratik 1 0,031519 0,03152 0,11992 tn 4,3

J 3 1,055813 0,35194 1,33901 tn 3,05

Linear 1 0,105223 0,10522 0,40034 tn 4,3

Kuadratik 1 0,293052 0,29305 1,11497 tn 4,3

Sisa 1 0,657538 0,65754 2,50173 tn 4,3

P X J 6 1,497875 0,24965 0,94983 tn 2,55

Galat 22 5,782335 0,26283

Total 35 9,39021

FK = 49,0198