Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

KHAZANAH

Penghimpunan Al-Qur’an
pada Masa Abu Bakar
PROF. DRS. SA’AD ABDUL WAHID

fsp

pd

w.

htt
p:/
/w
w

De
mo
(


24

20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H

yang berakal cemerlang, saya tidak menyangsikan pekerjaanmu, lagi pula kamu
pernah menjadi penulis wahyu pada masa
Rasulullah saw. Maka telitilah Al-Qur’an itu
lalu himpunlah menjadi satu naskah. Zaid
berkata: Demi Allah seandainya mereka
menugasi saya memindahkan sebuah
gunung, tugas itu bagi saya tidaklah lebih
berat daripada diberi tugas untuk menghimpun Al-Qur’an. Zaid berkata: Mengapa
engkau melakukan sesuatu yang tidak
pernah dilakukan oleh Rasul Allah saw?
Abu Bakar menjawab: Demi Allah, itu
adalah pekerjaan yang mulia. Seterusnya
Zaid berkata: Abu Bakar berulang kali
memerintahkan agar saya menghimpun
Al-Qur’an hingga terbukalah hati saya
sebagaimana terbukanya hati Abu Bakar

dan ‘Umar. Kemudian mulailah saya
meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an
yang ditulis di atas kepingan-kepingan
pelepah kurma, batu tipis dan alat tulis
lainnya, dan juga yang dihafal oleh para
sahabat, sehingga berhasil menemukan
ayat terakhir dari surat At-Taubah yang tidak
saya temukan pada seorang pun selain
Abu Khuzaimah al-Ansari, yaitu:

litm
erg
er.
co
m)

cermat, disesuaikan dengan penulisan
yang disimpan di rumah Rasul yang masih
berserakan. Kemudian, dihimpunnya dan
diikat dengan benang, sehingga tidak ada

satu pun yang hilang.
Penghimpunan Al-Qur’an oleh Abu
Bakar, dilakukan sesudah peristiwa perang
antara kaum Muslimin dan kaum murtaddin, pengikut Musailimah al-Kazzab di Yamamah, pada tahun 12 H. Dalam peristiwa
itu tujuh puluh huffaz Al-Qur’an terbunuh.
Hal itulah yang menimbulkan kekhawatiran
pada diri Umar bin Khattab, dan mendorongnya untuk mengusulkan kepada Abu
Bakar agar menghimpun Al-Qur’an
menjadi satu naskah.
Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dalam
kitab Sahihnya bahwa Zaid bin Tsabit berkata: saya diberi tahu oleh Abu Bakar
tentang korban perang Yamamah. Ketika
aku menghadapnya, ‘Umar sudah berada
di tempat Abu Bakr, beliau berkata: Hai Zaid,
‘Umar datang kepadaku menyampaikan
berita tentang perang Yamamah yang sangat dahsyat dan mengorbankan banyak
qari’ Al-Qur’an, sehingga dia khawatir peperangan itu akan memusnahkan para
qari’ yang berada di daerah-daerah, yang
berarti pula menghilangkan sebagian besar
Al-Qur’an. ‘Umar mengusulkan agar aku

mengeluarkan perintah untuk menghimpun
Al-Qur’an. Selanjutnya Abu Bakar berkata:
Bagaimana saya harus melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw? Lalu ‘Umar berkata: Demi
Allah, ini adalah suatu pekerjaan yang baik.
‘Umar berulang kali mendesak saya agar
menghimpun Al-Qur’an hingga akhirnya
Allah membuka hati saya dan menyatukan
pendapat dengan saudara Umar dalam
upaya menghimpun Al-Qur’an itu. Selanjutnya Zaid menjelaskan; Lalu Abu Bakar
berkata: kamu adalah seorang pemuda

Vi
sit

D

i atas telah dijelaskan bahwa AlQur’an telah ditulis seluruhnya
pada masa Rasulullah saw, hanya
saja ayat-ayat dan surat-suratnya masih
terpisah-pisah, karena penulisannya

masih sangat sederhana, yaitu ditulis di atas
tulang-tulang, pelepah kurma, kulit binatang
dan kepingan batu.
Abu ‘Abd Allah al-Muhasibi dalam kitabnya, Fahmus-Sunan, mengatakan bahwa penulisan Al-Qur’an bukanlah barang
baru, sebab Nabi Muhammad saw dahulu
sudah memerintahkan kepada para penulisnya supaya menulis wahyu yang diturunkan kepadanya. (Subhiy as-Salih, 1972:
74).
Sebelum wafat, Rasulullah saw telah
mencocokkan Al-Qur’an yang diturunkan
kepada beliau dengan Al-Qur’an yang dihafal oleh para huffaz, surat demi surat,
ayat demi ayat. Maka Al-Qur’an yang dihafal oleh para huffaz itu merupakan duplikat
Al-Qur’an yang dihafal Rasulullah.
Al-Qur’an yang ditulis pada kulit binatang dan alat tulis lainnya harus cocok dengan Al-Qur’an yang dihafal, agar Kitab
Allah yang mulia itu lahir dari Al-Qur’an
yang ditulis dan dihafal, sehingga semua
manusia dapat mengambil manfaat dari
Kitab Suci itu sepanjang zaman. Kulit binatang dan alat tulis lainnya yang sangat sederhana itu tidak mampu menjaga AlQur’an, sebab alat tulis itu kemudian menjadi fana, sedang orang-orang yang menukil
dari mereka tidak mempunyai catatan lengkap pada waktu itu. (Ibrahim al-Ibyariy,
1965: 86).
Maka, Allah membangkitkan kaum

Muslimin untuk menjaga Al-Qur’an dari kefanaan. Disalinlah Al-Qur’an itu dari satu
tempat ke tempat lainnya, atas perintah
Abu Bakar, dan dihimpun menjadi satu.
Penyalinan itu dilakukan dengan sangat

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari bangsamu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah ba-

KHAZANAH
hafal Al-Qur’an sepenuhnya dan menguasai baca tulis. Umar pun telah menetapkan
bahwa masalah khilafah sesudah beliau
harus ditetapkan berdasarkan musyawarah. Maka bagaimana mungkin menyerahkannya kepada ‘Usman, padahal beliau
belum ditetapkan sebagai khalifah.
Penamaan Al-Qur’an dengan mushaf
itu, muncul pada masa Abu Bakar. Ibnu
Asytah meriwayatkan dalam kitabnya, alMasahif, dari Musa bin Uqbah dari Ibnu
Syihab, dia berkata: setelah Al-Qur’an itu
selesai dihimpun menjadi satu himpunan
yang teratur, berkatalah Abu Bakar: carilah

nama untuk Al-Qur’an itu! Lalu sebagian
sahabat mengusulkan agar diberi nama
“as-Sifir”, kemudian berkatalah Abu Bakar:
nama itu ciptaan orang Yahudi.
Mereka pun tidak menyukai nama tersebut, lalu sebagian sahabat mengusulkan
agar diberi nama “al-Mushaf”. Akhirnya para sahabat bersepakat memberikan nama
“al-Mushaf”. (Subhiy as-Salih, 1972: 78).
Demikianlah penulisan Al-Qur’an pada
masa Abu Bakar, mereka telah mencurahkan segala perhatian, tenaga dan hartanya,
untuk menyelesaikan tugas yang suci dan
berat itu, mereka hanya mengharapkan
keridlaan dari Allah SwT.l

htt
p:/
/w
w

w.


pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

lib pernah berkata: Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abi Bakar, dialah
orang yang pertama kali mengumpulkan
Al-Qur’an antara dua sampul. (az-Zarkasyiy, 1960: 239).
Abu Bakar telah tercatat dalam sejarah
sebagai orang yang pertama kali menghimpun Al-Qur’an, Umar bin Khattab sebagai orang yang mempunyai inisiatif untuk
menghimpun Al-Qur’an dan Zaid tercatat
sebagai pelaksananya.
Di atas telah dijelaskan dalam Hadits
yang ditakhrijkan oleh al-Bukhariy bahwa
setelah selesai pengumpulan Al-Qur’an dalam satu suhuf (himpunan lembaranlembaran), maka disimpanlah suhuf itu oleh

Abu Bakar hingga wafatnya, selanjutnya
disimpan oleh Umar bin Khattab, hingga
wafatnya, dan akhirnya disimpan oleh
Hafsah binti Umar. Hal inilah yang sering
dipertanyakan, mengapa suhuf itu tidak
diserahkan kepada Usman? Apakah dia
tidak lebih berhak menyimpannya?
Subhiy as-Salih dalam kitabnya, Mabahis, mengatakan bahwa Hafsah-lah
yang lebih utama dan lebih berhak menyimpannya, sebab Umar telah berwasiat agar
suhuf itu diserahkan kepada Hafsah. la
adalah istri Rasul, Umm al-Mu’minin juga

De
mo
(

Vi
sit

giku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya

kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Allah yang memiliki Arsy yang Agung.”
(At-Taubah [9]: 128-129).
Suhuf-suhuf yang telah saya himpun
itu disimpan oleh Abu Bakar hingga wafatnya, kemudian disimpan oleh Umar, dan
selanjutnya disimpan oleh Hafsah. (alBukhariy, III: 145).
Dimaksudkan dengan pernyataan
Zaid: Ayat terakhir dari surat At-Taubah itu
tidak ditemukan selain pada Khuzaimah,
ialah: Ayat itu tidak ditulis oleh seorang pun,
kecuali oleh Khuzaimah. Sebab sebagian
besar sahabat, hafal Al-Qur’an termasuk
Zaid bin Tsabit. Dia sengaja meneliti dan
mengumpulkan Al-Qur’an yang ditulis,
dengan tujuan untuk membantu dan
menguatkan hafalan, karena Abu Bakar
telah menekankan agar penerimaan ayat
itu harus dikuatkan dengan dua syahid
(pendukung), hafalan dan tulisan. Sistem
penerimaan ayat itu diperlakukan terhadap
semua ayat Al-Qur’an. Pengumpulan AlQur’an itu dapat diselesaikan dengan sempurna dalam waktu kurang lebih satu tahun,

antara peristiwa perang Yamamah dan
waktu wafatnya Abu Bakar.
Menurut suatu riwayat, Aliy bin Abi Ta-

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010

25