KASUS ABORSI PADA PERKEMBANGAN REMAJA O
“KASUS ABORSI PADA PERKEMBANGAN
REMAJA”
OLEH :
1.Dewi Irianti
2.Dini Sukmalara
3.Koniasari
4. Miea Nursyifa
5. Yusefa
PROGRAM PASCA SARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (SEMESTER II/ KELAS A)
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Kespro Remaja”. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kespro Remaja di program
studi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Zarfiel, MPH selaku dosen pembimbing
mata kuliah Kespro Remaja dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan dalam penulisan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Agustus 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu massa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa.
Pada masa ini, libido atau energi seksual menjadi hidup yang tadinya laten pada masa
pra remaja. Akibat dari perubahan ini maka dorongan pada remaja untuk berprilaku
seksual bertambah besar. Akibat dari perubahan ini maka adanya dorongan pada masa
remaja untuk berprilaku seksual bertambah. Seksual merupakan bagain dari kehidupan
manusia, baik pria maupun perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang,
seksualitas juga berkembang sejak masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa.
Seksualitas diekpresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang dialaminya mencakup
fungsi seksual.
Pada umumnya masa remaja merupakan perilaku yang selalu ingin
mencoba-coba, hal yang baru ini membawa remaja masuk pada hubungan seks
pranikah (premarital seksual) dengan segala akibatnya. Kurangnya pengetahuan
tentang agama juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, karena
ketidaktahuannya tentang norma-norma agama dapat menjerumuskan seseorang
kedalam kemaksiatan. Dari faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi perilaku seksual
seseorang tidak sedikit para remaja yang merelakan ke virginitasannya hanya merasa
kurangnya ekonomi, yang menjerumuskan mereka untuk menjual diri. Dari
lingkungan dan pergaulan remaja juga dapat berpengaruh.
Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal,
yaitu disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di
sisi lain mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus
globalisasi itu sendiri. Oleh karena itu peran serta berbagai pihak sangat diperlukan
untuk menjadikan remaja generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik.
Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan salah langkah dalam bertindak, khususnya
dalam berprilaku seksual. Beberapa survei yang bisa membuat banyak orang
tercengang, terutama orang tua. survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota
besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus,
27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah
pelajar. Selain kehamilan yang tidak diinginkan perlu mendapat penanganan secara
serius, juga menyangkut penderita HIV/AIDS, mengingat lebih dari 50 persen
menimpa kelompok usia 19-25 tahun dengan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan sekitar 28,5 persen para remaja telah
melakukan hubungan seksual sebelum nikah dan 10 persen di antaranya akhirnya
menikah dan memiliki anak. Kejadian Aborsi di Indonesia juga tinggi, menurut ahli
demografi kesehatan masyarakat, lebih dari 1 juta bahkan ada yang mengatakan
hingga 2 juta per tahun (Sawab, 2009).
Mitra Citra Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (MCR
PKBI) Jabar, mendapati 4 kasus aborsi di kalangan pelajar di Bandung. Sementara dari
survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), setiap
tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.
Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan
aborsi. Tak hanya itu berdasarkan survey dari lembaga yang sama, di 5 kota, yaitu
Cirebon, Tasikmalaya, Palembang, Singkawang, dan Kupang. Dari 1.388 responden
remaja, diketahui 16,35 persen diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Dari
jumlah tersebut, 40,1 persen menggunakan kontrasepsi dan 23,79 persen menyatakan
siap melakukan aborsi jika terjadi kehamilan (Haryanto, 2009).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Aborsi
1.
Pengertian aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus
merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran
dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya
telur
(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai
20 minggu.
Di
Indonesia belum ada batasan
resmi mengenai pengguguran
kandungan (aborsi). Aborsi didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin,
melakukan
aborsi
sebagai
melakukan
pengguguran
(dengan sengaja
karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan
Sultan Mohamad Zair,1996).
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara
alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang
direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau
tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus).
(Fauzi, et.al., 2002)
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk
lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli
tentang aborsi (Rustam Mochtar, 1998)
a.
Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 –
1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b.
Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law
c.
Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16
dimana plasentasi belum selesai.
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi
provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam aborsi,
yang terdiri dari:
a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured
Abortion/ Aborsi
Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari
rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi
hidup di luar kandungan (viabilty).
c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan
dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau
tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa
hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain
therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit
ginetis.
Eugenisme
adalah
ideologi
yang
diterapkan
untuk
mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
f.
Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis)
yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada
dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu
tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun
aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam
tindakan itu.
g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi in
banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis”
yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan
mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat
perkembanganya.
i.
Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam
istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini
pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada
wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.
Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter
memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu adalah
kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar
kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di
dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.
Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru
disedot keluar
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan
(Taber Ben-zion, 1994) :
a.
Aborsi Spontanus atau ilmiah
Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar
baik factor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma
atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada kelalaian
bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya
penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi
pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena
sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang beratberat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim
karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua.
Aborsi spontan dibagi atas:
1) Aborsi komplitus
Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
2) Aborsi habitualis
Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut.
Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang
wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan
oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya
terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda,
naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi
pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi
habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu
kelima sampai kelimabelas.
3) Aborsi inkomplitus
Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
4) Aborsi diinduksi
Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat
terapi atau non terapi.
5) Aborsi insipiens
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan
dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran
hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
6) Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.
7)
Missed Abortion
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam
uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil
konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
8) Aborsi septik
Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme
dari produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.
b.
Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan
pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat
karena kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus terdiri dari
(Ediwarman, 1996) :
1) Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis
Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat
terjadi baik karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena
wanita yang hamil menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus
dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si
ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di
luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang
parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher
rahim.
Indikasi
untuk
melakukan
aborsi
provokatus
therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang
dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi
dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung
2) Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu
maupun oleh orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini
dilakukan dengan
alasan-alasan
tertentu,
misalnya
malu
mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya
dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang
mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan
aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun
beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi saja.
B. Perilaku
1.
Pengertian
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab
itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas
manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2007).
Teori dari WHO mengatakan bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok
Pemikiran dan perasaan (Throughts and feeling), yakni dalam
bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan – kepercayaan, dan
penilaian – penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah
objek kesehatan).
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap
subjek.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang yang
menurut dia penting.
e. Sumber – sumber daya (Resource)
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya.
f. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai – nilai, dan penggunaan sumber –
sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way
of life).
2.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
b.
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
3.
Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon
dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a.
Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b.
Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
(Notoatmodjo, 2007)
4.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003,
faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:
a.
Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap perilaku kesehatan.
b.
Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia
bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.
c.
Faktor Penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama. Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku kesehatan
C. Perilaku Aborsi
1.
Pengertian
Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani dan Setiawan, 2005),
aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron, abortus atau
keguguran
adalah
pengguguran
atau
pengenyahan
dengan
paksa janin
(embrio) dari rahim (uterus) selama tiga bulan. Secara umum istilah aborsi
diistilahkan sebagai pengguguran kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum
waktunya, baik itu secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih
berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).
Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita
yang melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari
lingkungan keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat
penggugur kandungan, memakai pakaian yang lebih longgar,
loncat-loncat,
minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas muda, minum
jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/ cytotec.
2.
Faktor pendorong melakukan aborsi
Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi
adalah:
a.
Faktor ekonomi, jika tidak aborsi
b.
Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya
(khususnya ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi).
c.
PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh. d.
Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)
3.
4.
Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:
a.
Putus sekolah atau kuliah
b.
Malu pada keluarga dan tetangga
c.
Siapa yang akan mengasuh bayi
d.
Terputus atau terganggu karir atau masa depan
Kondisi Pra Aborsi
Sarlito (2000), menyatakan bahwa kondisi psikologis perempuan pra
aborsi diantaranya adalah takut atau cemas, kebingungan sehingga menundanunda persoalan, membutuhkan perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada
umumnya tidak mau dan tidak mampu bertanggungjawab, membutuhkan
informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat
mentabukan seks, apalagi aborsi
dari semua
yang belum menikah,
khususnya perempuan). Pada saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari
bantuan yang paling terjangkau (dekat, murah dan mudah). Tindakan nekat
ini tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup bisa sangat berbahaya,
dukun atau para medik atau dokter yang tidak
bertanggungjawab, komplikasi yang tidak segera ditolong, infeksi karena
tidak diperiksa ulang.
5.
Akibat Melakukan Aborsi
Kondisi psikologis pasca aborsi diantaranya adalah munculnya
penyangkalan, perempuan tak mau memikirkan atau membicarakan hal itu
lagi, menjadikan rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut didekati, munculnya
perasan tertekan.
Wanita yang melakukan aborsi diam-diam, setelah proses aborsi
biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau sering
juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering muncul
adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami
gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan,
perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan,
bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka
menangis
berkepanjangan,
sulit
tidur,
juga
perasaan
sering
sering bermimpi buruk, sulit
konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk
beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian.
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam
buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan
leher
rahim
(Cervical
Lacerations)
yang
akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya
f.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
g.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer) i.
Kanker hati (Liver Cancer)
j.
Kelainan pada placenta / ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi
dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska - Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post - Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali - kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat - obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
D. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun”.
2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu
kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
E.
Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak
memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran
kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab
XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan pada pasal 15ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan
medis tertentu dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim
ahli
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga
Lalu dalam UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, UU no. 7 thn. 1984 dan UU
no 3 thn.1992 aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi tertentu.
F. Solusi Mengurangi Kejadian Aborsi pada Remaja
Yang harus di perhatikan untuk mengatasi maraknya kasus aborsi di masa sekarang ini
yaitu :
1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam
suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para
siswa mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang
menyebabkan hamil di luar nikah.
3. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktek
untuk melakukan aborsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal, yaitu
disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di sisi lain
mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus globalisasi itu
sendiri. survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI),
setiap tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.
Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan
aborsi.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain
yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu
proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang
melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan
keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan,
memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau
jamu telat bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat
ginekosid/ cytotec.
3. Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 mengatur tentang sanksi pidana bagi
yang melakukan tindakan aborsi. Namun, tindakan aborsi dapat dikatakan legal
jika pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
REMAJA”
OLEH :
1.Dewi Irianti
2.Dini Sukmalara
3.Koniasari
4. Miea Nursyifa
5. Yusefa
PROGRAM PASCA SARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (SEMESTER II/ KELAS A)
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Kespro Remaja”. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kespro Remaja di program
studi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Zarfiel, MPH selaku dosen pembimbing
mata kuliah Kespro Remaja dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan dalam penulisan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Agustus 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu massa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa.
Pada masa ini, libido atau energi seksual menjadi hidup yang tadinya laten pada masa
pra remaja. Akibat dari perubahan ini maka dorongan pada remaja untuk berprilaku
seksual bertambah besar. Akibat dari perubahan ini maka adanya dorongan pada masa
remaja untuk berprilaku seksual bertambah. Seksual merupakan bagain dari kehidupan
manusia, baik pria maupun perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang,
seksualitas juga berkembang sejak masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa.
Seksualitas diekpresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang dialaminya mencakup
fungsi seksual.
Pada umumnya masa remaja merupakan perilaku yang selalu ingin
mencoba-coba, hal yang baru ini membawa remaja masuk pada hubungan seks
pranikah (premarital seksual) dengan segala akibatnya. Kurangnya pengetahuan
tentang agama juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, karena
ketidaktahuannya tentang norma-norma agama dapat menjerumuskan seseorang
kedalam kemaksiatan. Dari faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi perilaku seksual
seseorang tidak sedikit para remaja yang merelakan ke virginitasannya hanya merasa
kurangnya ekonomi, yang menjerumuskan mereka untuk menjual diri. Dari
lingkungan dan pergaulan remaja juga dapat berpengaruh.
Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal,
yaitu disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di
sisi lain mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus
globalisasi itu sendiri. Oleh karena itu peran serta berbagai pihak sangat diperlukan
untuk menjadikan remaja generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik.
Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan salah langkah dalam bertindak, khususnya
dalam berprilaku seksual. Beberapa survei yang bisa membuat banyak orang
tercengang, terutama orang tua. survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota
besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus,
27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah
pelajar. Selain kehamilan yang tidak diinginkan perlu mendapat penanganan secara
serius, juga menyangkut penderita HIV/AIDS, mengingat lebih dari 50 persen
menimpa kelompok usia 19-25 tahun dengan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan sekitar 28,5 persen para remaja telah
melakukan hubungan seksual sebelum nikah dan 10 persen di antaranya akhirnya
menikah dan memiliki anak. Kejadian Aborsi di Indonesia juga tinggi, menurut ahli
demografi kesehatan masyarakat, lebih dari 1 juta bahkan ada yang mengatakan
hingga 2 juta per tahun (Sawab, 2009).
Mitra Citra Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (MCR
PKBI) Jabar, mendapati 4 kasus aborsi di kalangan pelajar di Bandung. Sementara dari
survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), setiap
tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.
Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan
aborsi. Tak hanya itu berdasarkan survey dari lembaga yang sama, di 5 kota, yaitu
Cirebon, Tasikmalaya, Palembang, Singkawang, dan Kupang. Dari 1.388 responden
remaja, diketahui 16,35 persen diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Dari
jumlah tersebut, 40,1 persen menggunakan kontrasepsi dan 23,79 persen menyatakan
siap melakukan aborsi jika terjadi kehamilan (Haryanto, 2009).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Aborsi
1.
Pengertian aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus
merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran
dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya
telur
(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai
20 minggu.
Di
Indonesia belum ada batasan
resmi mengenai pengguguran
kandungan (aborsi). Aborsi didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin,
melakukan
aborsi
sebagai
melakukan
pengguguran
(dengan sengaja
karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan
Sultan Mohamad Zair,1996).
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara
alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang
direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau
tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus).
(Fauzi, et.al., 2002)
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk
lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli
tentang aborsi (Rustam Mochtar, 1998)
a.
Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 –
1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b.
Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law
c.
Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16
dimana plasentasi belum selesai.
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi
provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam aborsi,
yang terdiri dari:
a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured
Abortion/ Aborsi
Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari
rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi
hidup di luar kandungan (viabilty).
c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan
dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau
tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa
hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain
therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit
ginetis.
Eugenisme
adalah
ideologi
yang
diterapkan
untuk
mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
f.
Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis)
yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada
dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu
tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun
aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam
tindakan itu.
g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi in
banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis”
yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan
mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat
perkembanganya.
i.
Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam
istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini
pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada
wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.
Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter
memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu adalah
kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar
kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di
dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.
Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru
disedot keluar
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan
(Taber Ben-zion, 1994) :
a.
Aborsi Spontanus atau ilmiah
Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar
baik factor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma
atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada kelalaian
bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya
penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi
pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena
sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang beratberat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim
karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua.
Aborsi spontan dibagi atas:
1) Aborsi komplitus
Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
2) Aborsi habitualis
Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut.
Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang
wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan
oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya
terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda,
naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi
pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi
habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu
kelima sampai kelimabelas.
3) Aborsi inkomplitus
Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
4) Aborsi diinduksi
Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat
terapi atau non terapi.
5) Aborsi insipiens
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan
dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran
hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
6) Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.
7)
Missed Abortion
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam
uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil
konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
8) Aborsi septik
Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme
dari produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.
b.
Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan
pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat
karena kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus terdiri dari
(Ediwarman, 1996) :
1) Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis
Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat
terjadi baik karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena
wanita yang hamil menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus
dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si
ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di
luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang
parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher
rahim.
Indikasi
untuk
melakukan
aborsi
provokatus
therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang
dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi
dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung
2) Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu
maupun oleh orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini
dilakukan dengan
alasan-alasan
tertentu,
misalnya
malu
mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya
dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang
mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan
aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun
beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi saja.
B. Perilaku
1.
Pengertian
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab
itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas
manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2007).
Teori dari WHO mengatakan bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok
Pemikiran dan perasaan (Throughts and feeling), yakni dalam
bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan – kepercayaan, dan
penilaian – penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah
objek kesehatan).
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap
subjek.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang yang
menurut dia penting.
e. Sumber – sumber daya (Resource)
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya.
f. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai – nilai, dan penggunaan sumber –
sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way
of life).
2.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
b.
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
3.
Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon
dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a.
Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b.
Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
(Notoatmodjo, 2007)
4.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003,
faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:
a.
Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap perilaku kesehatan.
b.
Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia
bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.
c.
Faktor Penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama. Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku kesehatan
C. Perilaku Aborsi
1.
Pengertian
Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani dan Setiawan, 2005),
aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron, abortus atau
keguguran
adalah
pengguguran
atau
pengenyahan
dengan
paksa janin
(embrio) dari rahim (uterus) selama tiga bulan. Secara umum istilah aborsi
diistilahkan sebagai pengguguran kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum
waktunya, baik itu secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih
berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).
Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita
yang melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari
lingkungan keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat
penggugur kandungan, memakai pakaian yang lebih longgar,
loncat-loncat,
minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas muda, minum
jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/ cytotec.
2.
Faktor pendorong melakukan aborsi
Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi
adalah:
a.
Faktor ekonomi, jika tidak aborsi
b.
Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya
(khususnya ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi).
c.
PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh. d.
Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)
3.
4.
Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:
a.
Putus sekolah atau kuliah
b.
Malu pada keluarga dan tetangga
c.
Siapa yang akan mengasuh bayi
d.
Terputus atau terganggu karir atau masa depan
Kondisi Pra Aborsi
Sarlito (2000), menyatakan bahwa kondisi psikologis perempuan pra
aborsi diantaranya adalah takut atau cemas, kebingungan sehingga menundanunda persoalan, membutuhkan perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada
umumnya tidak mau dan tidak mampu bertanggungjawab, membutuhkan
informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat
mentabukan seks, apalagi aborsi
dari semua
yang belum menikah,
khususnya perempuan). Pada saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari
bantuan yang paling terjangkau (dekat, murah dan mudah). Tindakan nekat
ini tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup bisa sangat berbahaya,
dukun atau para medik atau dokter yang tidak
bertanggungjawab, komplikasi yang tidak segera ditolong, infeksi karena
tidak diperiksa ulang.
5.
Akibat Melakukan Aborsi
Kondisi psikologis pasca aborsi diantaranya adalah munculnya
penyangkalan, perempuan tak mau memikirkan atau membicarakan hal itu
lagi, menjadikan rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut didekati, munculnya
perasan tertekan.
Wanita yang melakukan aborsi diam-diam, setelah proses aborsi
biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau sering
juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering muncul
adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami
gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan,
perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan,
bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka
menangis
berkepanjangan,
sulit
tidur,
juga
perasaan
sering
sering bermimpi buruk, sulit
konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk
beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian.
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam
buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan
leher
rahim
(Cervical
Lacerations)
yang
akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya
f.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
g.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer) i.
Kanker hati (Liver Cancer)
j.
Kelainan pada placenta / ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi
dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska - Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post - Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali - kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat - obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
D. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun”.
2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu
kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
E.
Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak
memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran
kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab
XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan pada pasal 15ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan
medis tertentu dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim
ahli
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga
Lalu dalam UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, UU no. 7 thn. 1984 dan UU
no 3 thn.1992 aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi tertentu.
F. Solusi Mengurangi Kejadian Aborsi pada Remaja
Yang harus di perhatikan untuk mengatasi maraknya kasus aborsi di masa sekarang ini
yaitu :
1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam
suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para
siswa mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang
menyebabkan hamil di luar nikah.
3. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktek
untuk melakukan aborsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal, yaitu
disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di sisi lain
mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus globalisasi itu
sendiri. survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI),
setiap tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.
Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan
aborsi.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain
yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu
proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang
melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan
keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan,
memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau
jamu telat bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat
ginekosid/ cytotec.
3. Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 mengatur tentang sanksi pidana bagi
yang melakukan tindakan aborsi. Namun, tindakan aborsi dapat dikatakan legal
jika pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.