Rekomendasi Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Perairan

Tabel 26 Proyeksi peningkatan potensi manfaat non-moneter No. DMU IO Score Data Projection Difference 1 Pulau Nain 1 Tali 15 15 0,00 Tenaga Kerja 12 12 0,00 Luas 358,4 358,4 0,00 Benih 4000 4000 0,00 Produksi 63573 63573 0,00 2 Perairan Arakan 1 Tali 100 100 0,00 Tenaga Kerja 12 12 0,00 Luas 19,2 19,2 0,00 Benih 4000 4000 0,00 Produksi 29797,33 29797,33 0,00 3 Totok-Buyat 0,889446 Tali 50 50 0,00 Tenaga Kerja 12 9,121512 -2,87849 -23,99 Luas 118,4 118,4 0,00 Benih 4000 3040,504 -959,496 -23,99 Produksi 29339,36 32986,12 3646,756 12,43 4 Bentenan-Tumbak 0,587036 Tali 100 81,01784 -18,9822 -18,98 Tenaga Kerja 12 12 0,00 Luas 94,95 94,95 0,00 Benih 4000 4000 0,00 Produksi 21920 37340,1 15420,1 70,35

5.4 Rekomendasi Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Perairan

Gugus Pulau Nain Kebijakan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya; pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Undang-undang Republik Indonesia No. 27 tahun 2007 mendefinisikan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2007 mendefinisikan pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Penelitian ini memperlihatkan bahwa secara umum kegiatan budidaya rumput laut di perairan gugus Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara sudah baik walaupun ada indikasi untuk pencapaian keberlanjutannya belum memadai. Sebagai arahan pengambilan keputusan dalam kegiatan ini maka dibuat suatu rangkuman dalam tabel berikut ini: Tabel 27 Rekomendasi pengelolaan budidaya rumput laut di perairan Gugus Pulau Nain berdasarkan aspek ekologi, biologi dan sosial ekonomi. Aspek Kondisi aktual Rekomendasi Kebijakan Ekologi 1. Kondisi arus lemah 2. Jarak areal budidaya dengan permukiman penduduk belum diatur 3. Informasi ektensifikasi dan intensifikasi usaha belum tersedia 1. Penataan areal budidaya dapat mengoptimalkan fungsi arus terhadap rumput laut yakni dengan cara penggunaan 7 unit wadah ukuran 20 x 60 m 2 ha. 2. Areal budidaya berjarak 200 m dari garis surut terendah 3. Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal sekitar batas karang, juga secara vertikal sampai kedalaman 1 meter Biologi 1. Pola tanam belum teratur 2. Prevalensi ice-ice 3. Budidaya dengan 2 jenis rumput laut 1. Penanggulangan seperti Tabel 15. 2. Dilakukan penghentian penanaman setiap bulan Februari dan Maret agar serangan penyakit bisa terhenti. 3. a. Diversifikasi jenis rumput laut yang bermutu dan tahan penyakit. b. Penanaman sebaiknya dimulai pada bulan Agustus. Sosial Ekonomi 1. Permukiman penduduk di atas air 2. Ketersediaan dan penyerapan tenaga kerja pada usaha budidaya rumput laut belum seimbang. 3. Usaha meningkatkan produksi dengan mempertahankan input biaya. 1. Himbauan pembatasan pembangunan rumah di atas air. 2 3 Budidaya intensif ke arah usaha agar tenaga kerja bisa diserap sejalan peningkatan produksi. Pada aspek ekologi untuk kondisi arus lemah, dimana hanya pada stasiun VIII yang memenuhi syarat, dibutuhkan penataan areal agar arus dapat berjalan dengan baik tanpa lebih dihambat oleh padatnya wadah budidaya. Penataan dapat dilakukan dengan membatasi jumlah wadah sesuai kapasitas perairan, yakni 7 wadah berukuran 20 x 60 m 2 per hektar. Jarak areal budidaya disarankan 200 m dari garis surut terendah sebagai antisipasi apabila limbah domestik sudah melewati ambang batas baku mutu air untuk pencemaran maupun syarat hidup biota air laut, selain itu untuk menghindari konflik dengan peruntukkan lain dari perairan Gugus Pulau Nain. Pengembangan usaha dapat dilakukan di bagian lain perairan yang selama ini belum dimanfaatkan yakni di sekitar batas karang. Pemanfaatan badan air yakni sampai kedalaman 1 meter untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim. Pada aspek biologi, pola tanam yang belum ada akan berpengaruhi pada produksi, terutama terganggunya rumput laut oleh penyakit ice-ice, sehingga disarankan dihentikan penanaman rumput laut pada bulan Maret. Penghentian penanaman pada bulan Maret karena pada waktu itu pertumbuhan rendah. Penghentian penanaman dilakukan dengan tujuan memutus secara biologis siklus hidup epifit yang merupakan salah satu penyebab penyakit. Pengembangan jenis rumput laut untuk mendapatkan jenis yang bermutu dan tahan penyakit agar dapat meningkatkan produksi. Penanaman sebaiknya mulai bulan Agustus karena pertumbuhan terbaik terjadi mulai bulan Agustus. Pada aspek sosial, agar tidak terjadi konflik sosial terutama budaya masyarakat maka yang dibutuhkan hanya himbauan tentang pembatasan pembangunan rumah di atas air. Aspek ekonomi berhubungan dengan keuntungan usaha maka rekomendasi yang diberikan adalah meningkatkan status usaha dari tradisional ke semi intensif bahkan sampai ke usaha intensif. Usaha intensif yakni berupa usaha profesional agar semua potensi dapat dimanfaatkan, dalam hal ini potensi tenaga kerja. Peningkatanan usaha juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir bahkan masyarakat pada umumnya. 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan pengelolaan perikanan budidaya rumput laut yang berkelanjutan dapat diputuskan berdasarkan pemecahan masalah dari aspek ekologi, biologi dan sosial ekonomi. Fakta penelitian dan saran kebijakan dari penelitian ini adalah:

6.1 Kesimpulan