Komputasi Acoustic Backscattering Strength SV dan SS Lifeform Karang

terhadap sinyal akustik yang mengenai dasar perairan. Bentuk dan kekuatan sinyal yang kembali dapat berubah secara signifikan dengan kedalaman, meskipun jenis dasar tetap sama. Pengembalian untuk tipe dasar tertentu pada dasar perairan yang lebih dalam akan melebar pada sumbu waktu, dan sebaliknya akan menyempit pada dasar perairan yang lebih dangkal, sehingga pengembalian sinyal akustik dari jenis sedimen dasar yang sama pada kedalaman yang berbeda akan memiliki bentuk yang tidak sama. Berdasarkan uraian tersebut maka lamanya waktu penjalaran sinyal yang diperlihatkan oleh substrat pasir, CF, dan ACB dalam memberikan respon dapat dijelaskan karena berada pada kedalaman yang lebih dalam Tabel 5.

4.4 Komputasi Acoustic Backscattering Strength SV dan SS Lifeform Karang

Kuantifikasi nilai volume backscattering strength SV dari beberapa bentuk pertumbuhan karang dan dasar perairan lainnya yang terekam dalam echogram dilakukan dengan mengintegrasikan gema echo yang dihasilkan dari setiap bentuk pertumbuhan karang. Hasil integrasi kemudian dirata-ratakan sehingga menghasilkan suatu data yang dianggap sebagai nilai hambur balik dari lifeform karang. Tabel 7 menunjukkan hasil komputasi yang diperoleh dari 6 jenis lifeform karang dan 2 tipe substrat dasar pecahan karang dan pasir, yang selanjutnya diilustrasikan dalam Gambar 26 untuk melihat grafik sebaran nilai SV. Tabel 7 Nilai volume backscattering strength SV lifeform karang dan tipe dasar perairan selain karang Lifeform karang Volume backscattering strength SV dB E1 E2 Max Min Mean STD Max Min Mean STD Coral massive -5,54 -31,57 -12,38 5,24 -17,79 -60,80 -31,81 5,10 Acropora tabulate -9,40 -27,18 -15,82 3,68 -45,36 -56,46 -49,42 2,05 Acropora branching -10,98 -35,11 -18,10 4,08 -37,36 -54,79 -43,91 3,62 Coral submassive -7,74 -25,17 -14,94 3,61 -39,34 -58,52 -48,75 3,44 Coral mushroom -5,46 -20,89 -10,09 2,50 -27,74 -41,96 -34,03 2,10 Coral foliose -9,72 -29,62 -18,06 3,75 -37,23 -57,63 -46,68 4,42 Rubble -4,63 -30,27 -12,03 4,32 -35,87 -56,39 -43,14 3,21 Pasir -5,46 -18,34 -10,25 2,34 -40,79 -55,05 -46,46 2,61 a b Gambar 26 Grafik sebaran nilai SV dB; a. E1, b. E2. Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pantulan pertama E1 nilai SV yang diperoleh dari bentuk pertumbuhan lifeform karang bervariasi antara -18,10 dB sampai -10,09 dB, dengan nilai tertinggi diberikan oleh CMR dan CM, sedangkan nilai terendah didapatkan pada ACB dan CF, sedangkan pada pantulan kedua E2, nilai SV yang diperoleh berkisar antara -49,42 dB sampai -31,81 dB, dengan nilai tertinggi diberikan oleh CM yang diikuti oleh CMR, sedangkan nilai terendah diberikan oleh ACT dan CS. Hal ini mengindikasikan bahwa CM dan CMR merupakan bentuk pertumbuhan karang yang lebih keras dibandingkan dengan bentuk pertumbuhan lainnya. Kuatnya respon akustik yang diberikan oleh CM dan CMR yang ditunjukan dengan tingginya nilai hambur balik yang -40.00 -35.00 -30.00 -25.00 -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 CM ACT ACB CS CMR CF Rubble Pasir V o lu m e b a ck sc a tt e ri n g S v d B Max Min Mean -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 CM ACT ACB CS CMR CF Rubble Pasir V o lu m e b a ck sc a tt e ri n g S v d B Max Min Mean diperoleh dapat dijelaskan sejalan dengan uraian English et al. 1994 bahwa CM dan CMR memiliki bentuk dan komposisi yang lebih padat dan keras dari bentuk pertumbuhan lainnya. Kedua substrat dasar lainnya, pasir memiliki nilai SV yang memiliki kemiripan dengan CMR, sedangkan substrat pecahan karang Rb memiliki nilai yang hampir sama dengan CM pada pantulan pertama E1. Meskipun demikian, pada pantulan kedua E2 substrat pasir dan pecahan karang menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah dengan CM dan CMR. Hasil kuantifikasi nilai volume backscattering strength SV yang diperoleh melalui integrasi echo dengan menggunakan perangkat lunak Echoview menunjukkan kecenderungan nilai trend yang sama dengan pengolahan post processing dengan perangkat lunak Matlab, dimana nilai E1 terbesar diperoleh pada bentuk pertumbuhan CMR dan E2 terbesar diperoleh pada CM. Meskipun demikian, besaran nilai yang diperoleh cenderung berbeda. Adanya perbedaan nilai yang diperoleh ini diduga disebabkan karena masing-masing program ini memiliki algoritma yang berbeda sehingga akan memberikan nilai yang berbeda pula. Selain nilai SV, dalam penelitian ini juga menghitung nilai surface backscattering strength dari bentuk pertumbuhan karang Tabel 8. Nilai SV yang diperoleh dikomputasikan lebih lanjut untuk memperoleh nilai SS dengan menggunakan persamaan yang menghubungkan bottom volume backscattering strength SV dan surface backscattering strength SS Manik et al. 2006. Tabel 8 Nilai surface backscattering strength SS lifeform karang dan tipe dasar perairan selain karang Lifeform Surface backscattering strength SS, dB Max Min Mean STD Coral massive -15,61 -41,63 -22,44 ±5,24 Acropora tabulate -19,47 -37,24 -25,88 ±3,68 Acropora branching -21,05 -45,18 -28,17 ±4,08 Coral submassive -17,80 -35,24 -25,01 ±3,61 Coral mushroom -15,53 -30,96 -20,16 ±2,50 Coral foliose -19,79 -39,69 -28,13 ±3,75 Rubble -14,70 -40,34 -22,10 ±4,32 Pasir -15,53 -28,41 -20,32 ±2,34 Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai SS tertinggi ditemukan pada lifeform CMR dengan nilai -20,16 dB, dengan nilai yang tidak berbeda jauh dengan nilai SS dari substrat pasir -20,32 dB. Nilai SS terendah diberikan oleh lifeform CF dan ACB dengan nilai masing-masing -28,14 dB dan -28,17 dB. CM memiliki nilai SS yang mirip dengan pecahan karang dengan nilai -22,44 dB dan -22,10 dB sedangkan CS memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan ACT -25,01 dB dan -25,88 dB. Nilai SS yang diperoleh cenderung mengikuti nilai SV sebagaimana ditunjukan pada Gambar 16 yang menggambarkan pola puncak perambatan pulsa akustik yang diukur dalam SS dan SV.

4.5 Analisis Pengelompokan Clustering Analysis