4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Lifeform Karang Secara Visual
Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan hasil identifikasi melalui penyelaman di
lokasi penelitian ditemukan 11 bentuk pertumbuhan karang coral lifeform dengan ukuran yang bervariasi, yang meliputi bentuk pertumbuhan karang non-
acropora dan karang acropora. Bentuk pertumbuhan karang non-acropora terdiri dari coral branching CB, coral massive CM, coral encrusting CE, coral
foliose CF, coral mushroom CMR, coral submassive CS, dan karang api CML, sedangkan karang acropora meliputi acropora tabulate ACT, acropora
branching ACB, acropora submassive ACS, dan acropora digitate ACD Lampiran 4.
Berdasarkan hasil pengamatan, dari keseluruhan jenis bentuk pertumbuhan karang yang ditemukan, hanya 6 jenis yang dijadikan objek kajian untuk
dikuantifikasi nilai akustiknya karena bentuk pertumbuhan karang tersebut memiliki luasan tutupan permukaan yang berkisar 1 – 2 m Tabel 3. Enam 6
bentuk pertumbuhan tersebut meliputi coral massive CM, acropora tabulate ACT, acropora branching ACB, coral submassive CS, coral foliose CF,
dan coral mushroom CMR, serta 2 substrat dasar selain karang yang meliputi pecahan karang rubble dan substrat pasir Gambar 15.
Tabel 3 Hasil pengukuran dimensi bentuk pertumbuhan karang yang diamati
No Lifeform karang
Dimensi karang m Tinggi
Panjang Lebar Keliling
1 Coral massive
1,45 1,48
1,22 5,21
2 Acropora tabulate
0,20 3,71
2,20 10,05
3 Acropora branching
0,55 2,16
1,91 6,84
4 Coral submassive
0,24 0,58
0,23 0,81
5 Coral mushroom
0,11 0,80
0,75 2,51
6 Coral foliose
1,00 2,00
1,55 5,30
Gambar
4.2 Data Akustik dan
Hasil rekaman yang mengandung
terdeteksi. Dalam s hasil rekaman jejak-
dimana sumbu x m perjalanan pulsa yang
dari tiap variabel dinot scale menunjukkan
terkandung dalam echog instrumen akustik. K
substrat dasar yang di Rubble
Pasir
bar 15 Bentuk pertumbuhan karang yang diama
dan Penentuan Kedalaman Lifeform Karang
n data akustik umumnya ditampilkan dalam be informasi mengenai karakteristik dari obj
sistem akustik echogram merupakan penam -jejak dari target yang terdeteksi dengan
merupakan jumlah ping dan sumbu y me ng dikonversi menjadi kedalaman m Gamba
dinotasikan sebagai warna pada tiap pixel. Skal ukkan sebaran nilai acoustic backscattering
echogram yang diperoleh dari raw data yang Keseluruhan echogram dari bentuk pertumbuha
diamati diperlihatkan pada Lampiran 5. mati.
ang
bentuk echogram objektarget yang
mpang melintang sistem akustik,
merupakan waktu bar 16. Intensitas
ala warna colour strength yang
g terekam dengan buhan karang dan
Gambar 16 Tampilan echogram lifeform karang. Setiap pulsa akustik yang kembali echo mengandung berbagai informasi
mengenai proses-proses fisik yang terjadi saat pulsa tersebut dirambatkan pada suatu medium. Pola yang didapatkan dari tiap ping dapat memberikan ruang
analisa yang lebih baik, dimana dapat memberikan informasi menyangkut bentuk puncak dari gema echo pertama dan kedua yang merupakan penjabaran dari nilai
SS dan SV dan kedalaman dari objek. Gambar 17 menunjukkan pola perambatan pulsa akustik dalam SV dan SS
yang diolah dengan megikuti listing program dari Rick Towler, NOAA-Alaska menggunakan perangkat lunak Matlab. Pola perambatan tersebut menunjukkan
adanya dua lapisan dari echo dasar perairan yang menggambarkan nilai backscattering strength dari masing-masing peak echo, dimana peak pertama
merupakan echo yang berasal dari noise permukaan yang disebabkan proses transmisi sinyal akustik, dengung dari transduser dan gangguan lainnya seperti
angin ataupun gelembung bubble. Peak kedua merupakan gema yang berasal dari dasar perairan yang langsung diterima transducer, sedangkan peak ketiga dan
seterusnya merupakan gema yang berasal dari dasar perairan kemudian kembali ke transducer tetapi dipantulkan oleh permukaan perairan atau kapal dan kembali
ke dasar perairan dan kemudian kembali lagi ke transducer Penrose et al. 2005.
Gambar 17 Pola SS dan SV bentuk pertumbuhan karang; a. CM; b. ACT; c.ACB; d. CS; e. CMR; f. CF; g. Rubble; h. Pasir.
a b
c d
e f
g h
Tabel 4 menunjukkan nilai intensitas SV dan SS yang dihasilkan oleh beberapa lifeform karang dan substrat pecahan karang serta substrat pasir. Pada
pantulan pertama E1, nilai SV tertinggi diberikan oleh Coral Mushroom CMR dan terendah dari Coral Foliose CF. Untuk E2 nilai tertinggi diberikan oleh
Coral Massive CM dan terendah berasal dari Acropora Tabulate ACT. Nilai intensitas surface backscttering strength SS cenderung mengikuti pola dari nilai
SV, dimana nilai tertinggi juga ditunjukan oleh CMR sedangkan terendah diberikan pada CF. Hal ini mengindikasikan bahwa CMR tergolong lebih kasar
sedangkan CM tergolong bentuk pertumbuhan karang yang lebih keras dari beberapa jenis lainnya.
Tabel 4 Nilai Intensitas rata-rata SV dan SS dari beberapa lifeform karang yang diolah berdasarkan listing program Rick Towler
No
Lifeform karang Intensitas SV dB
Intensitas SS dB
E1 E2
1
Coral Massive -13,97
-37,53 -24,04
2
Acropora Tabulate -15,58
-50,32 -25,65
3
Acropora Branching -16,96
-44,68 -27,03
4
Coral Submassive -16,90
-47,47 -26,96
5
Coral Mushroom -12,17
-40,46 -22,24
6
Coral Foliose -17,32
-47,83 -27,39
7
Rubble -13,10
-39,75 -23,17
8
Pasir -12,61
-41,06 -22,67
Keterangan : Nilai tertinggi
Gambar 17 juga dapat memberikan informasi menyangkut kedalaman dari objektarget yang terdeteksi oleh instrumen akustik. Berdasarkan gambar tersebut
dapat diketahui bahwa kedalaman dari setiap bentuk pertumbuhan yang diamati dimana berada pada kedalaman antara 2 – 4 m Tabel 5. Nilai kedalaman ini
diperoleh dengan mengrata-ratakan nilai kedalaman pada puncak tertinggi dari pola perambatan pulsa akustik yang terukur oleh transduser dibawah transduser.
Nilai kedalaman yang terukur saat perekaman data akustik dilakukan ditambahkan dengan kedalaman transduser 0,5 m.
Tabel 5 Posisi dan kedalaman dari bentuk pertumbuhan karang yang diamati
No Posisi
Kategori Lifeform Kode
Depth m
Lintang S Bujur T
1 5°43’27,60”
106°36’46,98” Coral massive CM
2,24 2
5°43’27,54” 106°36’46,92” Acropora tabulate
ACT 2,79
3 5°43’37,26”
106°36’26,64” Acropora Branching ACB 2,21
4 5°43’48,18”
106°34’20,16” Coral submassive CS
2,20 5
5°44’23,28” 106°35’57,24” Coral mushroom
CMR 2,56
6 5°44’51,54”
106°35’44,64” Coral Foliose CF
4,20 7
5°44’44,76” 106°35’44,76” Rubble
Rb 2,30
8 5°44’23,34”
106°35’57,18” Substrat pasir SP
2,77
4.3 Normalisasi Energi dan Bentuk Echo Lifeform Karang