religius. Pengalaman positif negatif mns memuat 1 petunjuk akan adanya arti mutlak yg ditemukan
dlm realitas mutlak. Realitas mutlak ini memberi arti thd smw yg qt alami. Realitas mutlak itu harus
memiliki watak personal, krn qt a hakekat personal. Realitas mutlak yg bersifat personal itu a
Allah.
2. Mns di hadapan tuntutan moral.
1. Manifestasi kesadaran moral dlm penilaian moral. Perbuatan mns tdk luput dr tuntutan penilaian moral. Ada
perbuatan yg scr spontan mendatangkan penilaian moral “bx” “buruk”. Ada perbuatan yg scr moral tdk bisa
dinilai, mis; org yg sakit jiwa. Penilaian moral qt hanya tertuju kpd perbuatan seseorg yg ditentukannya scr
bebas yg mjd tanggung jawabnya. Penilaian moral jg bisa dijatuhkan ke atas perbuatan qt sendiri. Keadaan2:
suara hati. Instansi ini memuji atau mengecam perbuatan bx perbuatan org lain maupun perbuatan qt sendiri.
2. Persyaratan penilaian moral.
Dua titik tolak penilaian moral: 1. Perbuatan seseorg dijalankan tnp paksaan.
Keputusan bebas org yg bersangkutan mrpk syarat mutlak penilaian moral. Dia sendiri bertanggung
jawab thd perbuatannya. 2. Perbuatan mns yg mengandung nilai itu sendiri a
pribadi mns. Nilai moral itu bkn 1 nilai tersendiri yg terlepas dr nilai2 lain yg bersifat manusiawi.
Nilai moral itu a nilai mutlak yg bersifat kategoris: wajib, hrs. Prinsip umum: Lakukanlah yg bx
jauhkanlah yg jahat.”
3. Hakekat Kewajiban Moral.
Kewajiban moral: 1 tuntutan atau panggilan yg “harus” diikuti scr mutlak bebas. Itu menunjuk kpd adanya 1
8
tpi tnp kebebasan, kewajiban mjd tak berarti. Dua posisi ekstrim: sikap legalisme kebebasan tnp batas. Di sini
pentingnya pendidikan moral. 4. Kewajiban moral menunjuk kpd 1 realitas absolut yg
bersifat pribadi.
Penerimaan adanya hukum kodrat rasional o pribadi2 konkrit. Hukum kodrat rasional ini identik
dgn kodrat rasional mns tpi serempak berbeda dr kodrat rasional mns.
Kewajiban moral mns tdk melenyapkan otonomi
mns. Dia tinggal sbg 1 tuntutan mutlak, 1 instansi yg menunjuk kpd 1 kuasa mutlak yg mengatur mns.
Kuasa ini terdpt dlm lubuk hati yg paling dlm. Realitas ini hrslah bersifat pribadi, krn mns sbg
pribadi tdk bisa bertanggung jawab scr moral thd 1 realitas yg tdk bersifat pribadi. Realitas pribadi ini
bersifat imanen sekaligus transenden.
Suara hati itu: panggilan dr 1 pribadi ke pribadi yg lain. Pribadi yg memanggil itu ada dlm suara hati qt.
Dia a dasar mutlak kewajiban qt Dia menjamin kebebasan qt. Dia dsbt Allah.
4. 3. Mencari Dasar Terakhir