INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB. MALANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sunan Ampel pernah mengatakan “Negeri ini merupakan tenggalan surga,
surga seakan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan
cipratan itu bernama Indonesia Raya”. Sudah banyak yang mengetahui dan
mengerti bahwa Indonesia merupakan negeri yang sangat indah, bergandenggandeng mesra pulau-pulau yang beraneka ragam, serta tetap hijau

jikalau

dipandang dari kejauhan. Dimana setiap pulau memiliki keberagaman keindahan
yang jarang dimiliki oleh negara-negara lain di dunia ini. Ragam keindahan
tersebut berupa ragam kesenian, ragam budaya, dan ragam agama, serta ragamragam tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain.
Seperti yang kita telah ketahui bahwa agama Islam merupakan agama
yang baru di negara Indonesia ini jikalau dilihat dari perspektif sejarah, karena
dahulu kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme
kemudian disusul agama Hindu-Budha, kemudian masuklah agama yang dibawa
para saudagar dari jazirah arab yaitu agama Islam.
Sebelum Islam masuk dan berkembang di nusantara, Indonesia telah diwarnai

oleh budaya India dan budaya lokal. Masuknya budaya India yang bersifat mistik
ke wilayah Nusantara melalui agama Hindu dan Budha. Sedangkan budaya lokal
yang menonjol saat itu adalah budaya agraris. Integrasi budaya tersebut pada
gilirannya membentuk suatu corak budaya baru yang sinkretis, perpaduan antara
unsur agama Hindu, Budha dan ajaran-ajaran nenek moyang. Perilaku-perilaku
budaya mistik cukup mewarnai aspek spiritualitas masyarakat, hampir tidak dapat
dibedakan antara ajaran-ajaran agama dengan budaya mistik tersebut. Budaya
mistik lahir dari kontemplasi tentang hakekat manusia serta alam yang banyak
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran animisme dan dinamisme, termasuk juga
lahir dari pemahaman-pemahaman keagamaan Hindu dan Budha (Syafri, 2010).
Pemahaman-pemahaman yang diyakini agama Hindu dan Budha tersebut
sangat mewarnai hampir setiap aspek kehidupan di dalam masyarakat di
1

2

Indonesia. Salah satu suku bangsa atau masyarakat yang sangat kental dengan
pengaruh unsur budaya Hindu dan Budha adalah suku atau masyarakat Jawa, suku
Jawa hampir sebagian aktifitasnya baik aktifitas budaya maupun aktifitas
keagaman masih terasa kental unsur Hindu-Budhanya.

Tradisi peninggalan kebudayaan agama Hindu dan Budha yang masih tetap
lestari hingga saat ini adalah tradisi kumpul-kumpul pasca hari kematian, yang
mana tradisi tersebut dalam Islam sering disebut dengan istilah Tahlilan. Ritual
Tahlilan merupakan salah satu fenomena sosial dan agama yang sebagian besar
ada di Negara Indonesia, khususnya Jawa walaupun tradisi ini juga dilakukan oleh
sebagian rakyat di Negara Malaysia.
Ritual Tahlilan merupakan tradisi yang berakar dari kebudayaan Hindu, hal
ini dibuktikan dengan ungkapan syukur seorang pendeta Hindu dalam sebuah
acara pada tahun 2006 sebagai berikut :
“Tahun 2006 silam bertempat di Lumajang, Jawa Timur
diselengggarakan kongres Asia para penganut agama Hindu. Salah satu point
penting yang diangkat adalah ungkapan syukur mereka terhadap Tuhan mereka,
karena bermanfaatnya salah satu ajaran agama mereka yakni peringatan
kematian pada hari 1,2,3,4,5,6,7,40,100,1000 dan hari matinya tiap tahun yang
disebut geblake dalam istilah jawa, untuk kemaslahatan manusia yang terbukti
dengan diamalkannya ajaran tersebut oleh sebagian umat manusia (Ali, 2007).”
Ritual Tahlilan atau orang Jawa biasa menyebut “Tahlilan”, merupakan
produk agama Hindu dan Budha untuk memperingati hari kematian tersebut
setelah Islam masuk dan berkembang di Nusantara, khususnya di tanah Jawa
akhirnya diakulturasikan ke dalam ajaran Islam oleh para Wali songo. Sesaji

diganti dengan nasi dan lauk pauk untuk sedekah atau biasa disebut “selametan”,
mantera-mantera digantikan dengan dzikir, doa dan bacaan-bacaan al-Quran.
Tahlilan dari kata Tahlil yang artinya mengumandangkan kalimat “la ilaha
illallah”, bila diartikan secara bahasa Indonesia artinya tidak ada Tuhan selain
Allah. Sementara Tahlilan adalah melakukan Tahlil khusus untuk acara tertentu,
dengan acara tertentu secara berjama’ah kemudian pahalanya dihadiahkan untuk
orang tertentu. Jika kita tinjau secara sejarah bagaimana acara Tahlilan masuk ke
Indonesia, menurut penyelidikan para ahli, upacara Tahlilan diadopsi oleh para

3

da’i terdahulu dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Hal
semacam itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam ketiga,
ketujuh, ke – 100, satu tahun, dua tahun dan malam ke-1000. Setelah orang-orang
yang mempunyai kepercayaan tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan
upacara-upacara tersebut. Sebagai langkah awal, para dai terdahulu tidak
memberantasnya, tetapi mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha
itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam (Ali, 2007).
Hingga saat ini, banyak dijumpai penelitian-penelitian mengenai Tahlilan.
Namun, penelitian-penelitian tersebut secara umum lebih banyak membahas akan

permasalahan Tahlil hanya dari perspektif hukum, kajian sosisologis dan
Antropologi. Sedangkan yang membahas tradisi ritual Tahlilan dari segi
psikologis, menurut sepengetahuan peneliti hanya ada satu, itupun hanya dilihat
dari perspektif belief atau kepercayaan saja.
Salah satu penelitian sosisologis yang membahas persoalan Tahlilan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Prihatmy Eko Diantoro “Ritual Dan
Rutinitas Keagamaan Masyarakat Jawa (Studi Makna Slametan Dan Tahlilan)”
menemukan bahwa ritual Tahlilan yang diikuti oleh kaum abangan (Islam yang
masih terpengaruh budaya Jawa) terdapat beberapa makna didalamnya, antara lain
yaitu : solidaritas sosial, solidaritas sosial, perkumpulan yang bermanfaat,
menghindar dari keributan dan sebagai sarana berkirim doa.
Dan penelitian psikologis yang membahas persoalan Tahlilan adalah
penelitian Resti Syafri “Belief Mengenai Tahlilan Dan Motif Mengikuti Tahlilan
Pada Masyarakat Jawa” menemukan bahwa belief mereka mengenai Tahlilan
adalah bahwa mereka mengetahui Tahlilan merupakan kegiatan yang mempunyai
manfaat-manfaat yang positif seperti Tahlilan merupakan ibadah kepada Allah
SWT, doa akan lebih cepat terkabul dengan berdoa secara bersama-sama, arwah
yang ada di dalam alam kubur senang dan senantiasa menunggu-nunggu kiriman
doa, Tahlilan merupakan wujud balas budi dan rasa bakti terhadap orang tua,
Tahlilan merupakan alat kerukunan dan forum untuk bersilaturrahmi bagi warga

masyarakat. Dan menemukan Motif mengenai Tahlilan adalah motif sosial,
teogenis dan obyektif.

4

Banyak pro dan kontra yang terjadi mengenai acara tahlilan. Hal ini
disebabkan karena acara Tahlilan erat kaitannya dengan tradisi budaya, dan tidak
ditemukan dalam tuntunan ajaran agama Islam. H. Mahrus Ali dalam bukunya
yang berjudul Mantan Kiai Nu Menggugat Tahlilan, Istighosahan, Dan Ziarah
Para Wali, menyatakan bahwa Tahlilan adalah bid’ah karena Rasulullah SAW
dan para sahabatnya tidak pernah melakukan acara Tahlilan, serta acara Tahlilan
tidak disyariatkan dalam ajaran Islam. H. Mahrus Ali menceritakan bahwa
Tahlilan itu diadakan untuk mengikuti budaya kumpulan masyarakat Hindu
setelah kematian, hanya saja diisi dengan Tahlilan. Kemudian dikenal luas dengan
sebutan Tahlilan, asal acaranya menjadi tenggelam padahal inilah inti dari acara
tersebut yakni melakukan peringatan atas kematian seseorang. Selain itu, acara
Tahlilan yang dilangsungkan selama tujuh hari berturut-turut, genap 40 harinya,
100 harinya, setahunnya dan genap seribu harinya dan tiap tahun diperingati hari
kematiannya (Khol/Haul) justru akan memberatkan dan merepotkan keluarga
mayat, karena mereka dituntut untuk menyediakan berbagai hidangan bagi orang

yang melakukan Tahlilan.
Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabi’uts tsani 1345 Hijriyah /
21 Oktober 1926 Masehi mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan
menyatakan bahwa selamatan setelah kematian adalah bid’ah yang hina/tercela,
namun tidak sampai diharamkan. (Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual
Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Kombes Nahdlatul Ulama 19262004 M LTN NU Jawa Timur bekerjasama dengan Penerbit Khalista, Surabaya2004. Cetakan ketiga, Februari 2007 Halaman 15 s/d 17). Selaras dalam hal
tersebut, mantan rektor al-Azhar Syaikh Mahmud Syaltut menyatakannya haram.
Syaikh Ahmad al-Syirbashi menyatakan bahwa selamatan setelah kematian adalah
bid’ah. (Ali, 2007).
Walaupun Tahlilan menimbulkan banyak perdebatan pro dan kontra, namun
tradisi Tahlilan tetap lestari hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh adanya niat
untuk melakukan sesuatu (Tahlilan), dan inilah yang dinamakan Intensi.
Pengertian Intensi secara sederhana adalah niat seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu, Dayakisni dan Hudaniah (2007). Dimana Intensi sendiri ada

5

berdasarkan keyakinan-keyakinan, sikap dan persepsi. Hal senada juga
diungkapkan oleh Mann yang menjelaskan bahwa “komponen kognitif berisi
persepsi, kepercayaan, dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu”,

Azwar (2007).
Masyarakat yang menyelenggarakan acara Tahlilan pada umumnya meyakini
bahwa acara Tahlilan diselenggarakan bertujuan untuk mengirimkan doa bagi
arwah leluhur, keluarga, teman bahkan pemuka agama yang telah meninggal
dunia. Bagi masyarakat yang mengikuti Tahlilan pada umumnya, mengirimkan
doa bagi arwah yang telah meninggal dunia merupakan wujud penghormatan dan
sebagai ungkapan terima kasih kepada almarhum, juga sarana berbakti karena
telah mendoakan leluhur dan orang tua yang telah meninggal.
Selain itu, acara Tahlilan juga bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT
karena acara tersebut diisi dengan bacaan ayat-ayat al-Quran, zikir, doa-doa, dan
sedekah melalui pembagian makanan serta ajang untuk bersilaturrahmi serta ajang
untuk menambah tali persaudaraan dan ajang untuk menambah informasi karena
didalam Tahlilan para warga berkumpul dan bercengkerama baik saat sebelum
acara ritual dimulai ataupun sesudahnya. Kemudian adanya beberapa sanksi sosial
yang terpapar secara norma subyektif secara tidak langsung akan diterima jikalau
tidak mengikuti Tahlilan, hal ini seperti yang telah dipaparkan salah satu subyek
yang berinisial (A.K) yang dimintai data dengan metode wawancara mengatakan
“kalau saya tidak mengikuti Tahlilan, ya gak mau saya mas. Ntar saya terisolasi
sama masyarakat dan mendapatkan cap anti sosial ”. Dapat dikatakan sanksi
sosial seperti merupakan hal yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat, karena

menurut Syani (seperti ditulis oleh Ahmadi, 2007); menyatakan bahwa sebagai
suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka
masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya
ada dua orang yang hidup bersama.

6

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpanya kursi,
meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka
akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakapcakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan
untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaannya. Sebagai akibat hidup
bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturanperaturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok
tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. System kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tradisi Tahlilan tetap lestari di
masyarakat adalah karena adanya niat untuk mengikuti sesuatu (Intensi) pada
masyarakat dalam mengenali dan mengikuti Tahlilan, yang didasari oleh
keyakinan-keyakinan dan evaluasi, norma subyektif dan sikap masyarakat.
Terkait acara Tahlilan dengan teori dan dasar fenomena riil yang telah
diuraikan di atas dengan dasar ingin mengetahui keyakinan tentang perilaku,
keyakinan normatif, motivasi yang mendasari, serta keyakinan-keyakinan yang
terdapat pada perilaku tahlilan, maka penulis tertarik untuk meneliti fenomena
tersebut dengan mengajukan judul penelitian : INTENSI TAHLILAN DI
MASYARAKAT RT.01/RW.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI
WETAN KAB. MALANG.

7

B. TUJUAN
Untuk mengetahui intensi melakukan acara Tahlilan pada Rt.01/Rw.01 Dusun
Krajan Desa Gondanglegi Wetan Kabupaten Malang.

C. Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis
Membantu mengembangkan informasi mengenai intensi mengikuti acara
tahlilan pada masyarakat, sehingga dapat menambah referensi ilmiah di
bidang Psikologi sosial dan Psikologi Lintas budaya.

2.

Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi bagi semua pihak tentang
bagaimana intensi masyarakat mengenai Tahlilan.

INTENSI MENGIKUTI TAHLILAN DI MASYARAKAT RT.01/RW.01
DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB. MALANG

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang
Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi


Oleh :
AGUNG ZAINUN SAPUTRO
08810272

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, dengan segala kebesaranNya, karunia, nikmat dan
izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu
tercurah pada junjungan Nabi akhir zaman Muhammad SAW, karena atas beliaulah
kenikmatan cahaya akan Islam masih bisa rasakan sampai saat ini. Skripsi ini
berjudul

“INTENSI

MENGIKUTI

TAHLILAN

DI

MASYARAKAT

RT.01/RT.01 DUSUN KRAJAN DESA GONDANGLEGI WETAN KAB.
MALANG”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sebagai seseorang yang sadar memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa
kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Cahyaning Suryaningrum, Dra, M.Si, Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadyah Malang.
2. Tri Dayakisni, Dra. M.si selaku Dosen Pembimbing I dan Linda Yani D.
M.si selaku Dosen Pembimbing yang telah member I curahan ilmu
pengetahuan yang tak terhingga kepada penulis dan memberi motivasi
kepada penulis tanpa henti.
3. Ibu Hj. Nanik A, A.ma. Pd. Selaku pemimpin dan penggagas Tahlilan di
masyarakat Rt.01/RT.01 Dusun Krajan Desa Gondanglegi Wetan Kab.
Malang, sekaligus juga sebagai ibu saya yang mendukung secara moril dan
materiil.
4. Abah tercinta H. Achmad Siswoyo, yang selalu memotivasi dengan gaya
yang aneh dan sangat menghibur.
5. Alya Rahayu Tresnaning, S. Kom yang selalu memberi dukungan baik moril
juga materiil.
6. Bayu Kalahir Kasumaningtyas, yang selalu tak pernah lelah memotivasi
setiap hari yang tak peduli malam ataupun siang hari.

7. Salis Yuliardi, S.Psi.,M.si selaku Ketua Jurusan Psikologi yang selalu
memberikan motivasi dan hiburan dalam setiap apa yang beliau ucapkan.
8. Zakarija Achmad, S.Psi.,M.si selaku Wali kelas E Psikologi 2008.
9. Seluruh dosen-dosen fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang,
karena beliau-beliaulah saya bisa seperti sekarang ini.
10. Keluarga-keluarga Watudakon Gadang yang selalu mendukung dengan
gaya-gaya guyonan khas daerah Malang yang sangat kasar dan menggelikan.
11. Ari Kurniawan, yang selalu mendampingi secara tidak langsung dalam
pengerjaan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat OMa-Campus A9-04, Ditya Ardi Nugroho, Izul Adda’awi
dan Dimas.
13. Teman-teman 105 ML.
14. Teman-temanku yang telah membantu telah membantu penulis karena
keterbatasan, tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik
kepada kita semua.
Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat
penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah inibermanfaat bagi
kita semua.

Malang, 22 Juli 2012
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................

iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................................

iv

MOTTO ............................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................

vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................

x

ABSTRAKSI ..................................................................................................................

xi

ABSTRACT ................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Intensi ..................................................................................................................

7

1.

Pengertian Intensi ............................................................................................ 7

2.

Antara Pengetahuan, Sikap, Niat dan Perilaku................................................ 8

3.

Teori Fishbein dan Ajzen tentang Pembentukan Intensi ................................. 8

4.

Kekhususaan Intensi ……………………………………………………….… 9

B. Tahlilan ................................................................................................................ 10
1.

Pengertian Tahlilan ........................................................................................ 7

2.

Asal-Usul Tahlilan ......................................................................................... 8

3.

Tahlilan Pada Masyarakat Jawa ..................................................................... 8

4.

Belief Mengenai Tahlilan ………………………………………………….… 9

5.

Belief Mengenai Tahlilan …………………………………………… 9

6.

Kesyirikan dalam Tahlilan……………………………………………12

7.

Dampak Melakukan Tahlilan ……………………………………… 14

C. Masyarakat .................................................................................................... … 15
1.

Pengertian Masyarakat ................................................................................ 15

2.

Ciri-ciri Masyarakat .................................................................................... 16

3.

Syarat-Syarat sebagai Masyarakat………………………………….. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 18
B. Batasan Istilah .................................................................................................... 19
1.

Intensi ........................................................................................................ 15

2.

Tahlilan…………………………………………………………….. 19

3.

Masyarakat Rt.01/Rt.01 Dusun Krajan Desa Gondanglegi Wetan
Kab. Malang………………………………………..……...……….. 17

C. Subyek Penelitian ................................................................................................ 19
D. Konteks Penelitian .............................................................................................. 19
E.

F.

Jenis Data, Instrumen Penelitian dan Metodologi Pengumpulan Data .................. 20
1.

Jenis Data…………………………………………………………... 15

2.

Instrumen Penelitian……………………………………………….. 19

3.

Metodologi Pengumpulan Data……………………………………. 17

Psosedur Penelitian……………………………………………………… 21
1.

Tahap Pra Lapangan………………………………………………... 15

2.

Tahap Pekerjaan Lapangan……………………………………….... 15

G. Analisa Data…………………………………………………………….. 22
H. Uji Keabsahan Data…………………………………………………….. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subyek ................................................................................................. 58
1.

Za…………………………………………………………………... 15

2.

Dit…………………………………………………………………... 15

3.

Add.………………………………………………………………... 15

4.

Rie..………………………………………………………………... 15

5.

Nan.………………………………………………………………... 15

6.

Yu….……………………………………………………………... 15

7.

Ning………………………………………………………………... 15

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................................... 72
1.

Za…………………………………………………………………... 15

2.

Dit…………………………………………………………………... 15

3.

Add.………………………………………………………………... 15

4.

Rie..………………………………………………………………... 15

5.

Nan.………………………………………………………………... 15

6.

Yu….……………………………………………………………... 15

7.

Ning………………………………………………………………... 15

C. Analisa Data Subyek .............................................................................................. 96
1.

Za…………………………………………………………………… 15

2.

Dit…………………………………………………………………... 15

3.

Add.………………………………………………………………... 15

4.

Rie..………………………………………………………………... 15

5.

Nan.………………………………………………………………... 15

6.

Yu….……………………………………………………………... 15

7.

Ning………………………………………………………………..

15

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 114
A. Kesimpulan ............................................................................................... 114
B. Saran ......................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.(2007). Mantan Kiai NU menggugat Tahlilan. Solo : Laa Tasyuki Press
Dayakisni,T dan Hudaniah. (2012). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press
Dayakisni,T dan Yuniardi, S. (2008). Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press
diakses 16 November 2011.
Hoofer. (1975). The Theory of Reasoned Action. Http://wikipedia.org.com. (diakses
pada 31 Desember 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan. Diakses pada 16 November 2011.
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/09/santri-nu-memandang-tahlilan-tahlilandalam-perspektif-agama-dan-budaya/ diakses pada 31 Desember 2011.
Jaiz, Hartono Ahmad. (2007). Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan. Solo :
Wacana Ilmiah Press
Khalid, A dan Wahyudi, A. (1984). Kisah Wali Songo. Surabaya : Karya Ilmu
Satori,D dan Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa
Beta
Sugiyono .(2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sugiyono .(2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta
Syani, Abdul. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Tammi, M.AT. (2003). Kitab Tauhid. Riadh : Al-Nasem
Yuniardi, H. (2009). Santri NU menggugat tahlilan. Bandung : Mujahid Press
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media
Group: Jakarta.
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
B.F. Skinner and radical behaviorism,
http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one

(diakses pada 9 Agustus 2012)
Gerungan. (1986). Psikologi sosial. Bandung : PT. Eresco
Koentjoroningrat. (2002). Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta :
Djambatan
Syafri, Resti. (2010). Belief Mengenai Tahlilan Dan Motif Mengikuti Tahlilan Pada
Masyarakat Jawa (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Malang,
Jawa Timur)