6 masing-masing disiplin ilmu tersebut. Disiplin ilmu yang dimaksud antara lain ilmu faal, anatomi,
psikologi faal, fisika dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia atau anggota gerak
untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan gambaran fungsi otak dan sistem persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku,
sementara ekperimental mencoba memahami suatu cara bagaimana mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik membarikan informasi yang sama untuk desain
lingkungan kerja dimana pekerja terlibat. Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi dipergunakan untuk memaksimalkan kerja, efisiensi, dan kepercayaan diri pekerja
sehingga dapat mempermudah pengendalian dan pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan kerja.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi antara lain meningkatkan kesejahteraan fisik
dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. Meningkatkan kesejahteraan sosial
melalui peningkatan kualitas kontak sosolai dan mengkoordinasi kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia prodiktif maupun setelah tidak
produktif. Menciptakan kesembangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi. Tarwaka dkk. 2004. Banyak penerapan ergonomi
yang hanya sekedar “common sense” dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi, dan hal itu benar jika sekiranya suatu keuntungan yang besar bias
didapat hanya dengan sekerdar penerapan prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan
tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik fungsional seperti kemampuan penginderaan, respon tanggapan, daya ingat dan lain-lain adalah merupakan
hal yang perlu dipahami sepenuhnya oleh masyrakat awam. Sangat disayangkan bahwa ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan perancangan kursi atau
dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan
– perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomik. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja,
mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal. Aplikasi konsep ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat
bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Aplikasi konsep ergonomi dapat mendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 serta tujuan utamanya
meningkatkan produktivitas kerja. Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan kerja,
D. Tingkat Beban Kerja dan Kebutuhan Energi Kerja
Beban kerja fisik physical workload merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas
kerja. Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar Demand Capacity sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas
fisik manusia pekerja yang bersangkutan. Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan kebutuhan energi yang semakin besar pula, dengan demikian system
pernafasan bergerak lebih cepat dan dalam, kebutuhan oksigen meningkat, denyut jantung
7 bertambah cepat dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh Singleton, 1972 dalam Lovita
2009 Untuk mengetahui mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik manusia dapat
dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh faal tubuh, meliputi denyut jantung, pernapasan, dll. Sedangkan
biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya. Zander 1972 dalam Lovita 2009 menyatakan bahwa pengukuran
beban kerja fisik dapat dilakukan dengan cara: a.
Konsumsi Energi Perubahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi memerlukan oksigen O
2
dengan demikian konsumsi oksigen dapat dijadikan parameter pengukuran beban kerja. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
C
6
H
12
O
6
+ 6O2 6H
2
O + 6CO
2
+ Energi Dengan mengekuivalenkan antara kebutuhan energi dengan kebutuhan oksigen
diperlukan hubungan nyata antara keduanya. Konsumsi energi bersih per kegiatan dapat diukur dengan mengurangi energi yang dibutuhkan untuk metabolisme basal. Dari proses
tersebut dihasilkan energi sebesar 663 kkal dan dengan demikian untuk 1 liter oksigen dihasilkan 4.93 kkal. Pengukuran VO
2
pada subjek yang sedang melakukan aktivitas relatif tidak nyaman, sehingga pada level tertentu dapat mengganggu subjek. Terdapat hubungan
linier antara VO
2
dengan laju denyut jantung. Oleh karena itu pengukuran denyut jantung dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi O
2
yang kemudian dapat dikonversi ke dalam pengeluaran energi Sanders dan McCormick 1993 dalam Lovita 2009. Jumlah energi
yang dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh secara keseluruhan saat melakukan aktivitas disebut dengan Total Energy Cost TEC. Nilai TEC merupakan penjumlahan dari
Basal Metabolic Energy BME dan Work Energy Cost WEC. Basal Metabolic Energy BME atau laju metabolisme basal adalah laju konsumsi energi
yang diperlukan untuk menjalankan fungsi minimal organ tubuh. BME tergantung dari ukuran tubuh berat badan dan tinggi badan dan jenis kelamin pria atau wanita, namun ada
beberapa peneliti yang mengatakan umur juga mempengaruhi BME Syuaib 2003. Sedangkan WEC merupakan jumlah energi tambahan yang harus dilakukan oleh tubuh ketika
melakukan suatu aktivitas kerja. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan parameter fisiologis dibuat tabel untuk tingkatan beban kerja yang dilakukan, ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat kerja fisik rata-rata untuk orang Indonesia yang diukur berdasarkan tingkat penggunaan energi untuk pria dewasa sehat
Tingkat Kerja
Konsumsi Energi dalam 8 Jam kkal
Konsumsi Energi kkalmenit
Istirahat 750
1.563 Ringan
750-1100 1.563
– 2.292 Sedang
1100-2200 2.292
– 4.583 Berat
2200 4.583
Sumber : Djumadias dan Sumawang, 1970 dalam Al-Faruqy 2011 b.
Laju Paru-paru dan Frekuensi pernapasan Laju paru-paru dan frekuensi pernapasan seimbang dengan konsumsi oksigen. Sehingga
dengan mengetahui laju paru-paru dan frekuensi pernafasan dapat dihitung besarnya
8 konsumsi oksigen O2 dan akhirnya dapat dihitung besarnya beban kerja yang diterima
seseorang. c.
Denyut Jantung Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui
pembuluh-pembuluh darah keseluruh bagian tubuh yang membutuhkannya, dengan jantung sebagai penggeraknya. Setiap peningkatan penggunaan tenaga mekanis akan meningkatan
kerja jantung. Laju denyut jantung yang tinggi akan diikuti oleh konsumsi oksigen yang tinggi pula. Jika laju denyut jantung yang tinggi tetapi diikuti oleh konsumsi oksigen yang
rendah biasanya akan terjadi kelelahan otot, terutama untuk pekerjaan statis. Berat atau tidaknya suatu pekerjaan bagi seseorang dapat dikategorikan secara kualitatif
maupun kuantitatif. Beban kerja kualitatif mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Beban kualitatif dihitung sebagai rasio relatif suatu beban kerja terhadap
kemampuan atau kapasitas kerja seseorang. Dalam penelitian ini, terminologi yang digunakan adalah IRHR Increase Ratio of Heart Rate. IRHR adalah indeks perbandingan denyut jantung
seseorang saat melakukan aktivitas atau kerja terhadap denyut jantungnya saat beristirahat. Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan tingkat beban kerja kaualitatif dari suatu aktivitas Lovita
2009. Sedangkan beban kerja kuantitatif adalah besarnya total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan aktivitas kerja. Dalam beban kerja kuantitatif ini digunakan terminologi nilai
TEC, WEC, dan BME. Kategori kualitatif beban kerja berdasarkan suatu IRHR dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR Kategori
Nilai IRHR Ringan
1.00IRHR1.25 Sedang
1.25IRHR1.50 Berat
1.50IRHR1.75 Sangat Berat
1.75IRHR2.00 Sumber: Syuaib 2003
dalam Fil’aini 2012 Indikator-indikator fisiologis beban kerja dapat menentukan berapa lama seseorang dapat
bekerja, sesuai dengan kapasitas kerjanya. Semakin besar beban kerja maka semakin pendek waktu seseorang dapat bekerja. Kapasitas tenaga manusia dalam melakukan kerja dipengaruhi oleh
usia, jenis kelamin, bagian anggota tubuh yang digunakan, kesehatan dan jenis alat yang digunakan. Suma’mur, 1986 dalam Fil’aini 2012.
E. Metode Step test