20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub bab berikut.
A. DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST KST
Sebelum melakukan pengukuran denyut jantung pada KST, perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data karakteristik fisik subjek, yaitu tinggi badan dan berat badan. Data
tersebut digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh subjek agar dapat diketahui nilai BME dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME
ekivalen VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh tabel 3 Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME yang diwakili oleh subjek S1:
Tabel 5. Data dimensi tubuh subjek
Subjek Tinggi
badan cm
Berat badan
kg Umur
tahun A m2
BME ml BME
kkalmenit s1
163 50
30 1.535
189 0.945
s2 178
60 30
1.768 218
1.09 s3
159 42
25 1.400
173 0.865
s4 169
56 27
1.653 204
1.02
Contoh perhitungan BME: Subjek 1
A = h
0.725
x W
0.425
x 0.007246 = 163
0.725
x 50
0.425
x 0.007246 = 1.535 m
2
VO
2
= 189 tabel 3 BME
= 189 x 51000 = 0.945 kkalmenit
Subjek 2 A
= h
0.725
x W
0.425
x 0.007246 = 178
0.725
x 60
0.425
x 0.007246 = 1.768 m
2
VO
2
= 218 tabel 3 BME
= 218 x 51000 = 1.09 kkalmenit
Subjek 3 A
= h
0.725
x W
0.425
x 0.007246 = 159
0.725
x 42
0.425
x 0.007246 = 1.4 m
2
VO
2
= 173 tabel 3 BME
= 198 x 51000 = 0.865 kkalmenit
21 Subjek 4
A = h
0.725
x W
0.425
x 0.007246 = 169
0.725
x 56
0.425
x 0.007246 = 1.653 m
2
VO
2
= 204 tabel 3 BME
= 204 x 51000 = 1.02 kkalmenit
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa luas permukaan tubuh sebanding dengan VO
2
dan BME. Semakin besar luas tubuh seseorang maka semakin banyak laju konsumsi energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi minimal organ tubuh BME. BME setara terhadap VO
2
. Semakin besar BME seseorang maka semakin besar pula konsumsi oksigennya. Luasan tubuh
seseorang dipengaruhi oleh tinggi dan berat badannya. Semakin besar berat badan dan semakin tinggi tubuh seseorang maka luasan permukaan tubuh pun semakin besar.
Setelah dilakukan perhitungan BME untuk tiap subjek maka dilanjutkan dengan pengambilan data denyut jantung step test kalibrasi. Tinggi bangku yang digunakan pada saat step
test kalibrasi adalah 25 cm. Terdapat empat nilai frekuensi yang digunakan yakni 15 siklusmenit, 20 siklusmenit, 25 siklusmenit, dan 30 siklusmenit. Tiap siklus terdiri dari empat langkah kaki
ketika naik-turun bangku. Untuk mengatur langkah agar sesuai dengan nilai frekuensi yang diinginkan, digunakan alat bantu metronom yang dapat mengeluarkan bunyi dengan ritme tertentu.
Gambar 13. Proses step test
Saat melakukan kalibrasi, secara otomatis denyut jantung akan terekam didalam HRM. Setelah kalibrasi selesai dilakukan, data yang tersimpan dalam HRM dipindahkan ke komputer.
Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung rata-rata
adalah sebagai berikut :
22 a
. Pada saat istirahat, data yang diambil adalah data denyut jantung terendah yang berada pada menit-menit pertengahan tidak boleh pada menit awal dan menit akhir karena dimungkinkan
pada menit awal denyut jantung masih bisa turun dan pada menit akhir denyut jantung sudah mulai naik. Deretan data yang diambil diusahakan stabil selama minimal setengah menit atau
enam menit. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah data denyut jantung tertinggi pada menit-menit akhir.
Deretan data yang diambil diusahakan stabil selama minimal setengah menit atau enam data. Berikut ini merupakan grafik pengukuran denyut jantung KST yang diwakili oleh subjek S2
grafik untuk subjek lainnya dapat dilihat pada Lampiran
Gambar 14. Grafik hubungan antara HR terhadap waktu pada saat step test oleh S1 Keterangan : R = Istirahat
ST1 = steptest 15 siklus menit ST2 = steptest 20 siklus menit
ST3 = steptest 25 siklus menit Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa denyut jantung subjek saat istirahat lebih
rendah dari steptest. Denyut jantung steptest semakin meningkat ketika frekuensi steptest bertambah. Dengan menggunakan ketentuan dalam menentukan denyut jantung rata-rata dan grafik
hubungan HR terhadap waktu maka dapat diperoleh nilai HR rata-rata pada kondisi istirahat dan step test , sehingga dapat diperoleh nilai-nilai yang tertera pada Tabel 5.
Tabel 6. Data denyut jantung saat kalibrasi steptest
HR kalibrasi steptest denyutmenit
subjek HR Rest
HR ST1 HR ST2
HR ST3 s1
68.16 101
114 127.5
s2 79
118.66 130.83
147.33 s3
56.66 85.33
92.16 99.5
s4 59
88.33 94.66
102.5
R1 ST1
R2 ST2
R3 ST3
R4
23 Nilai denyut jantung yang akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya merupakan data
pemetaan dari hasil rata-rata denyut jantung selama min 30 detik min 6 data yang dianggap stabil pada setiap aktivitas. Untuk denyut jantung pada keadaan istirahatrest akan diambil data
denyut jantung selama min 30 detik min 6 data yang dianggap rendah dan stabil dari keseluruhan rest yang dilakukan. Data ini biasanya terdapat pada rest pertama, namun tidak menutup
kemungkinan nilai terendah ada pada rest selanjutnya, hal ini bisa saja dikarenakan ketika rest awal subjek belum merasa nyaman atau memiliki beban psikologis. Nilai denyut jantung istirahat
terendah asumsinya merupakan nilai denyut jantung yang diperoleh ketika subjek sama sekali tidak melakukan kerja.Untuk data denyut jantung pada saat steptest data yang diambil sebaiknya
data yang lebih dari 2 – 3 menit awal, hal ini dikarenakan pada menit 2 – 3 pada tubuh terjadi
respirasi anaerob sehingga data denyut jantung belum stabil. Untuk denyut jantung pada keadaan steptest akan diambil data denyut jantung selama min 30 detik min 6 data yang dianggap tinggi
dan stabil dari tiap steptest yang dilakukan. Dari nilai HR rata-rata yang telah diperoleh maka dapat dihitung nilai IRHR dari masing-
masing step test. Proses penghitungan IRHR step test adalah dengan membagi nilai HR step test dengan HR istirahat terendah. Hasil dari pembagian tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Berikut
merupakan contoh perhitungan nilai IRHR Subjek 1
Perhitungan IRHR steptest ST IRHR ST1
= HR ST1HR rest = 10168,16
= 1.482 denyutmenit IRHR ST2
= HR ST2HR rest = 11468,16
= 1.673 denyutmenit IRHR ST3
= HR ST3HR rest = 127,568,16
= 1.871 denyutmenit Tabel 7. IRHR Steptest
IRHR w
ST0 ST1
ST2 ST3
s1 1
1.482 1.673
1.871 s2
1 1.502
1,.656 1.865
s3 1
1.506 1.627
1.756 s4
1 1.497
1.604 1.737
Selain nilai IRHR, nilai WEC ketika step test WEC
ST
juga perlu dihitung. Nilai WEC
ST
merupakan laju konsumsi energi ketika subjek melakukan step test. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WECST adalah berat badan, gravitasi, tinggi bangku step test, dan
frekuensi step test. Pada dasarnya, perhitungan WEC step test WECst mengikuti kaidah usaha
24 kerja dimana diasumsikan pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menaiki tangga
dengan membawa beban yaitu tubuhnya sendiri. WEC dihitung dengan mengalikan berat badan dengan gaya gravitasi dan frekuensi step test kemudian dibagi 0.42 untuk mengonversi menjadi
satuan kkal. Dari perhitungan ini dapat dilihat hasilnya pada Tabel 8. Berikut adalah contoh perhitungan WEC pada Subjek 1.
Perhitungan WECst frekuensi 15 siklusmenit WEC ST1
= W x g x 2f x h 4.2 x 10
3
= 50 x 9.81 x 2 x 15 x 0.25 4.2 x 10
3
= 0.876 kkalmenit Perhitungan WECst frekuensi 20 siklusmenit
WEC ST2 = W x g x 2f x h 4.2 x 10
3
= 50 x 9.81 x 2 x 20 x 0.25 4.2 x 10
3
= 1.168 kkal menit Perhitungan WECst frekuensi 25 siklusmenit
WEC ST3 = W x g x 2f x h 4.2 x 10
3
= 50 x 9.81 x 2 x 20 x 0.25 4.2 x 10
3
= 1.460 kkalmenit . Tabel 8. Nilai WEC
subjek wec st0
wec st1 wec st2
wec st3
s1 0.876
1.168 1.460
s2 1.051
1.401 1.752
s3 0.736
0.981 1.226
s4 0.981
1.308 1.635
Pada subjek lain, cara perhitungan yang sama dapat diterapkan. Nilai WEC untuk subjek lain dapat dilihat pada Lampiran. Hubungan antara WEC dan IRHR kemudian diplot dalam grafik.
Grafik hubungan antara WEC dan IRHR masing-masing subjek dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Setiap subjek memiliki kemiringan grafik tersendiri yang merepresentasikan kenaikan
IRHR terhadap kenaikan nilai WEC. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa semkin curam kemiringan garisnya, maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat beban
kerja, dan berlaku sebaliknya.
25 Gambar 15. Grafik hubungan antara WEC dan IRHR
26 Gambar 16. Grafik hubungan antara WEC dan IRHR
Nilai y pada persamaan y = ax + b, merupakan fungsi dari X, artinya bahwa nilai Y akan ditentukan oleh nilai X. Dua variabel tersebut memiliki hubungan dan hubungan tersebut dapat
digambarkan dengan persamaan garis lurus. Nilai y dapat dicari setelah nilai-nilai x nya diketahui dan ditentukan terlebih dahulu, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini, nilai y yang akan
disubtitusikan ke persamaan tersebut merupakan nilai IRHR pada saat bekerja IRHR
WORK
. Hubungan antara IRHR dengan WECst yang dipetakan dalam grafik akan membentuk garis
linier, sehingga menghasilkan suatu persamaan daya. Dari grafik di atas dapat dilihat jika semakin curam kemiringan slopenya maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat
beban kerja WEC, begitu pula sebaliknya. Nilai b yang dihasilkan umumnya akan mendekati angka 1. Hal ini menunjukkan nilai laju denyut jantung subjek saat tidak bekerja sama dengan atau
mendekati laju denyut jantung saat dalam kondisi istirahat. Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y. Nilai R
2
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 maka semakin kuatnya pengaruh X terhadap Y. Persamaan grafik dari
masing-masing subjek dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persamaan Grafik
Subjek Persamaan Kalibrasi
y = IRHR ; x = WEC
R2 Subjek 1
y = 0.5905x + 0.989 0.9973
Subjek 2 y = 0.4864x + 0.9945
0.9981 Subjek 3
y = 0.6229x + 1.0139 0.9945
Subjek 4 y = 0.4541x + 1.0142
0.9936 Selanjutnya persamaan korelasi IRHR dan WEC tersebut akan digunakan untuk mengetahui
WEC saat melakukan aktivitas kerja dengan cara memplotkan nilai IRHR saat kerja kedalam persamaan grafik tersebut.
27
B. PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA DAN BEBAN KERJA