18
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik yang dilakukan sendiri maupun lembaga.
2
Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2008, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;
d. Ttransaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Berdasarkan tujuan penggunaannya, pembiayaan dibedakan dalam 3
jenis yaitu :
3
2
Veithzal Rivai, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT .Bumi Aksara , 2010, h. 681.
19
1. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditunjukan untuk memberikan modal modal usaha.
2. Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan yang ditunjukkan untuk modal usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian
barang modal berupa aktiva tetap inventaris 3. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang ditunjukkan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan pribadi.
Berdasarkan kualitasnya, pembiayaan digolongkan kedalam 5 kategori yaitu :
1. Pembiayaan Lancar Pass Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria
berikut : a. Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat pada
waktunya. b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral
2. Perhatian Khusus Special Mention
3
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalan Teori dan Praktik, Yogyakarta : Deepublish, 2014, h.143.
20
Pembiayaan digolongkan menjadi pembiayaan dalam perhatian khusus jika :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 hari.
b. Kadang-kadang terjadi cerukan. c. Mutasi rekening relative aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang dperjanjikan. e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar Substandard Pembiayaan digolongkan menjadi pembiayaan kurang lancar apabila :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari.
b. Sering terjadi cerukan. c. Frekuensi mutasi reening relative rendah.
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Diragukan Doubtful Pembiayaan digolongan menjadi pembiayaan diragukan apabila :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari.
21
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d. Terjadi kapitalisasi bunga. e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjajian
pembiayaan maupun pengikatan jaminan. 5. Macet Loss
Pembiayaan digolongkan menjadi pembiayaan macet apabila : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang
telah melampaui 270 hari. b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada saat wajar.
2. Risiko Pembiayaan
Dalam kaitannya dengan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dalam bentuk pembiayaan, maka bank harus siap menanggung risiko kredit
atau pembiayaan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 37 ayat 1 UU Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan
prinsip syariah oleh bank syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan
22
atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah dan UUS.
4
Risiko pembiayaan terjadi ketika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok, danatau bagi hasilmarginpendapatan sewa dari pembiayaan
yang diberikan atau investasi yang dilakukannya.
5
Secara garis besar, risiko kredit dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Risiko default b. Risiko exposure
c. Risiko recovery Risiko pembiayaan bagi bank syariah timbul apabila kualitas
pembiayaan dari lancar menjadi kurang lancar, diragukan dan macet, atau dalam praktik perbankan syariah dikenal dengan non performing financing.
Risiko pembiayaan merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial.
Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh bank sejalan dengan besarnya risiko yang akan dihadapi oleh bank sesuai dengan prinsip high risk
high return. Yakni semakin tinggi risiko yang di tanggung maka akan semakin besar pendapatan yang akan di dapatkannya. Namun bank dapat
mengompensasikan dirinya dengan mengatur, di mana ketika suatu pembiayaan dinilai memiliki risiko yang tinggi maka harus diimbangi dengan
4
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 89.
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 220.
23
pendapatan yang tinggi dan nisbah bagi hasil yang juga disesuaikan dan harus adanya agunan yang sesuai.
Untuk meminimalisir terjadinya risko pembiayaan, bank perlu melakukan manajemen terhadap risiko kredit yang melekat pada seluruh
portofolio, yaitu dengan mengidentifikasi , mengukur, memonitor, mengontrol risiko kredit, serta memastikan modal yang tersedia cukup, dan
dapat diperoleh kompensasi yang sesuai atas risiko yang timbul.
6
C. NON PERFORMING FINANCING NPF
1. Pengertian Non Performing Financing
NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Pembiayan bermasalah
terjadi apabila adanya ketidaktepatan waktu dalam pengembalian pembiayaan oleh nasabah. Yang termasuk dalam pembiayaan bermasalah
adalah pembiayaan yang kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.
NPF dirumuskan sebagai berikut : NPF= pembiayaan non lancar x 100
Total pembiayaan
6
Veitzhal Rivai, Rifki Ismail, “ Islamic Risk Management For Islamic Bank”, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, h. 244.
24
Batas aman dari besarnya NPF adalah sebesar 5, jika bank memiliki rasio NPF lebih dari 5 maka akan mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank yang bersangkutan. Dengan adanya pembiayaan bermasalah, maka bank harus menyediakan biaya pencadangan, yaitu Penyisihan
Penghapusan Aktiva PPA. Pembentukan cadangan umum PPA untuk Aktiva Produktif ditetapkan paling rendah sebesar 1 dari seluruh Aktiva
Produktif yang digologkan lancar. Pembentukan cadangan khusus PPA ditetapkan paling rendah sebesar :
7
a. 5 lima persen dari Aktiva Produktif yang digolongkan dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan;
b. 15 lima belas persen dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi nilai
agunan; c. 50 lima puluh persen dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non
Produktif yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi agunan; atau d. 100 seratus persen dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non
Produktif yang digolongkan Macet setelah dikurangi agunan.
7
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 90.
25
2. Signal Pembiayaan Bermasalah
8
Pembiayaan bermaslah tidak datang tiba-tiba. Datangnya perlahan- lahan. Oleh karena itu, monitoring menjadi semakin penting. Beberapa
indikatorsinyalwarning sign
terjadinya pembiayaan
bermasalah diantaranya :
a. Finansial Statement 1 ROAROE cenderung menurun;
2 ITO Inventory Turn Over makin kecil; 3 DTO Direct Turn Over makin lama;
4 ITO makin besar; b. Sikap Bisnis Nasabah
1 Hubungan dengan mitra renggang; 2 Melakukan usaha secara spekulatif;
3 Kunci distribusi lepas; 4 Customer biasa lepas;
5 Jalur distribusi yang menguntungkan lepas. c. Sikap Debitur
1 Masalah keluarga dirinya, keluarganya, direksi; 2 Sulit dihubungi petugaspejabat bank menjauh;
3 Ekspansi keluar dari core bisnisnya;
8
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalan Teori dan Praktik, Yogyakarta : Deepublish, 2014. h.152.
26
d. Ekonomi Makro 1 Fluktuasi nilai tukar valas;
2 Inflasi cenderung membesar 3 DepresiasiDevaluasiApresiasi nilai Rupiah.
3. Dampak Non Performing Financing
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank mengandalkan pembiayaan atau kredit sebagai sumber pemasukan utama dalam
membiayai operasionalnya. Dana yang digunakan untuk pembiayaan merupakan dana yang berasal dari nasabah surflus dana, sehingga ada
tanggung jawab bagi bank untuk mengembalikan dana tersebut kembali. Namun jika tingkat Non Performing financing pada bank tinggi maka akan
berdampak pada menurunnya bagi hasil yang dibagikan pada pemilik dana dan akan menimbulkan kegelisahan pada nasabah yang pada akhirnya
menyebabkan hilangnya kepercayaan nasabah pada bank. Adapun dampak lain bagi bank sebagai akibat dari timbulnya
pembiayaan bermasalah adalah :
9
a. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income dari pembiayaan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
profitabilitas bank.
9
Siti Maryam, “pengaruh to deposite ratio FDR dan tingkat inflasi terhadap Non Performing Financing
NPF Bank Syariah di Indonesia”, skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif hidayatullah Jakarta, 2009,h. 25.
27
b. Rasio kualitas produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR Bad Debt Ratio menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya
situasi yang memburuk. c. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif.
Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan berpengaruh terhadap CAR.
d. Return on asset ROA mengalami penurunan
Kredit macet yang cukup besar dalam industri perbankan membawa dampak yang cukup luas yaitu secara :
10
a. Makro, kemampuan bank dalam memebrikan kredit baru menjadi berkurang sehingga menutup kemungkinan calon debitur baru
untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank. Dampak lainnya bank cenderung lebih selektif dan berhati-hati sehingga ekspansi
pembrian kredit menjadi menurun. b. Mikro, merugikan perkembangan usaha dan kesehatan bank,
keadaan ini mempengaruhi likuiditas bank sehingga kemungkinan terjadinya bank tidak dapat memenuhi kewajiban segeran, serta
akan berpengaruh juga pada keadaan permodalan.
10
Hermawan Soebagio, Analisis Fakrot-Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan NPL Pada Bank Umum Komersial studi empiris pada sector perbankan di
Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang, 2005, h.37.
28
4. Upaya Penanganan Non Performing Financing
Dalam rangka untuk mengurangi terjadinya Non performing financing bank bisa melakukan penyelamatan pembiayaan bermasalah
melalui restrukturisasi pembiayaan. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapt
menyelesaikan kewajibannya antara lain melalui penjadwalan kembali rescheduling, persyaratan kembali reconditioning, dan penataan
kembali restructuring.
11
Penjadwalan kembali rescheduling yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau memperpanjang jangka waktu jatuh
tempo pembiayaan. Persyaratan kembali reconditioning merupakan perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah
sisa pokok kewajiban nasabah kepada bank. Dan penataan kembali restructuring adalah perubahan persyaratan pembiayaan dengan
melakukan konversi pembiayaan. Selain rescheduling, reconditioning dan restructuring, menurut Kasmir 104 : 2006 pembiayaan bermasalah juga
dapat diselamatkan dengan metode kombinasi dan penyitaan jaminan. Metode kombinasi yaitu kombinasi dari rescheduling, reconditioning dan
restructuring. Dan penyitaan jaminan dilakukan apabila nasabah sudah
11
A.Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 447.
29
tidak memiliki itiqad baik atau memang benar-benar sudah tidak sanggup untuk membayar.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NPF DARI SISI
MAKRO EKONOMI 1.
Inflasi
Inflasi telah menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari dalam perekonomian suatu Negara. Tidak ada suatu Negara pun saaat ini yang tidak
mengalami fenomena inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
12
Berdasarkan teori jumlah uang quantity theory of money, jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian
menentukan nilai uang dan pertumbuhan jumlah uang adalah penyebab utama inflasi.
Inflasi akan mempengaruhi kegiatan ekonomi baik secara makro maupun mikro termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga menyebabkan
penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan.
Penurunan return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran kredit. Pembayaran angsuran yang semakin tidak
tepat menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet
12
Pratama Rahardja, Mandala Manurung, “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Makro”, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008, h.359.
30
Taswan, 2006 sehingga akan meningkatkan nilai Non Performing Finance.
13
a. Faktor Penyebab Inflasi Adapun faktor penyebab terjadinya inflasi dapat dilihat dari dua
analisis, yaitu : 1 Analisis Permintaan Agregat
Perubahan permintaan agregat disebabkan oleh adanya perubahan penawaran uang. Ketika pemerintah mengambil
kebijakan moneter ekspansif, akan menyebabkan bertambahnya jumlah uang yang beredar di masyarkat. Dengan banyaknya uang
yang beredar di masyarakat, maka kemampuan daya beli masyarakat pun akan meningkat sehingga berdampak pada
meningkatnya permintaan barang dan jasa. Namun, apabila kemampuan perekonomian untuk menyediakan barang dan jasa
tidak berubah kenaikan harga barang dan jasa pun tidak bisa dihindarkan, sehingga terjadilah inflasi.
2 Analisis Penawaran Agregat Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan
penawaran agregat bersumber dari kenaikan biaya produksi yang menyeluruh diberbagai jenis industry dalam perekonomian, atau
13
Irman Firmansyah, “Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank In Indonesia
”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2 Oktober 2014: h.246.
31
disebut juga dengan inflasi desakan-biaya cost-push inflation. Kenaikan biaya produksi dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Adapaun faktor internal yaitu : kenaikan upah tenaga kerja, kecenderungan meningkatkan keuntungan dan harga
bahan mentah yang semakin meningkat. Sedangkan faktor ekstenalnya yaitu : kenaikan harga barang dari luar negeri atau
masalah ketidak seimbangan dalam neraca pembayaran. b. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak yang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus akan
berdampak pada menurunnya kemampuan daya beli masyarakat. Adapun batasan aman untuk inflasi adalah 5 pertahun dan paling maksimal 10
pertahun. Inflasi yang lebih dari 10 hyper-inflation akan menimbulkan beberapa masalah social seperti : menurunnya tingkat kesejahteraan
rakyat, memburuknya distribusi pendapatan dan terganggunya stabilitas ekonomi.
Kesejahteraan masyarakat menurun karena, dengan terjadinya inflasi maka pendapatan riil orang-orang yang berpenghasilan tetap akan
menurun hal ini dikarenakan kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga- harga. Selain itu, inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk
uang, di mana pada saat terjadinya inflasi maka nilai riil uang akan berkurang.
32
Kondisi ekonomi pun tidak akan berkembang ketika inflasi terjadi, biaya yang terus naik berakibat pada kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Dengan kondisi seperti ini maka lebih banyak pemilik modal yang menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi, seperti
membeli asset tetap. Dengan demikian investasi produktif akan menurun dan tingkat kegiatan ekonomi menurun.
2. Suku Bunga BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap
Rapat Dewan
Gubernur bulanan
dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia
melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Hal mendasar yang menjadi pembeda antara Bank Syariah dan Bank Konvensiaonal adalah tidak digunakannya system bunga pada Bank
syariah. Bank syariah tidak menggunakan system bunga, tapi menggunakan prinsip bagi hasil, sehingga bank syariah tidak menghadapi
risiko bunga. Bank Islam tidak berhadapan dengan risiko suku bunga, tetapi
berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor
33
Market Rate DCMR dan juga Indirect Competitor Market Rate ICMR.
14
Direct Competitor Market Rate DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata bank syariah, atau tingkat margin keuntungan rata-
rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok competitor langsung, atau tingkat margin keuntungn bank
syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai competitor terdekat. Sedangkan yang dimaksud Indirect Competitor Market Rate
ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang ditetapkan
dalam rapat ALCO sebagai kelompok competitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat
ALCO ditetapkan sebagai competitor tidak langsung yang terdekat. Namun, dalam kenyataannya bank Islam juga secara tidak langsung
menghadapi risiko tingkat suku bunga melalui mark-up price dari murabahah dan ijarah. Bank Islam menggunakan suku bunga pasar seperti
LIBOR, SIBOR ata Jibor maupun nilai tukar sebagai benchmark dalam operasional pembiayaannya.
15
14
Veitzhal Rivai, Rifki Ismail, “ Islamic Risk Management For Islamic Bank”, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, h. 248.
15
ibid, h. 258.
34
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NPF DARI SISI
INTERNAL BANK 1.
Finance to Deposite Ratio FDR
Financing to Deposite Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan
oleh bank.
16
FDR dirumuskan sebagai berikut : Finance to Deposite Ratio = Pembiayaanpinjaman yang diberikan X 100
Dana Pihak Ketiga Rasio FDR merupakan indikator dari likuiditas bank, semakin tinggi
nilai FDR berarti likuiditas bank tersebut semakin berkurang. Bank Indonesia menetapkan besarnya Financing to Deposite Ratio tidak boleh melebihi
110. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi
110. Rasio FDR yang tinggi menunjukkan bahwa BPRS meminjamkan
seluruh dananya loan-up atau relatif tidak likuid illiquid. Artinya, semakin banyak dana yang dikeluarkan dalam pembiayaan, maka semakin tinggi FDR,
dan kemungkinan terjadi resiko pembiayaan bermasalahmacet semakin tinggi pula.
17
16
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, “ Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi”, Jakarta : Bumi Aksara , 2010, h.784.
17
Irman Firmansyah, “Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank In Indonesia
”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2 Oktober 2014: h.247.
35
2. Kualitas Aktiva Produktif KAP
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
berharga syari’ah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontingensi pada transaksi rekening administratif
serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.
18
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk aktiva produktif yang memiliki porsi besar dalam bank syariah. Sehingga apabila bank syariah tidak
berhati-hati dalam
menyalurkan pembiayaan
dapat menyebabkan
menurunnya kualitas aktiva produktif dan dapat menyebabkan semakin tingginya pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing. Hal ini
juga diungkapkan oleh Soebagio, komposisi pinjaman memainkan peran penting sebagai indikator gambaran risiko bank. Di mana semakin baik
komposisi atau kualitas dari portofolio kredit maka semakin mengurangi terjadinya NPL.
19
Menurut Dahlan Siamat dalam Diah Aristya 2010, penilaian kualitas aktiva produktif bank dilakukan berdasarkan pada :
18
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 107.
19
Hermawan Soebagio, Analisis Fakrot-Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan NPL Pada Bank Umum Komersial studi empiris pada sector perbankan di
Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang, 2005, h.37.
36
a. Ketepatan pembayaran kembali pokok bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan untuk
kredit yang diberikan. b. Tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan,
untuk surat berharga. Penilaian kualitas aktiva produktif dimaksudkan untuk menilai
kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan credit risk yang akan muncul. Dalam hubungannya dengan
NPF yaitu semakin baik komposisi atau kualitas dari portofolio pembiayaan maka semakin mengurangi terjadinya NPF, dan sebaliknya.
Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas aktiva Produktif yaitu dengan menggunakan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif terhadap Aktiva Produktif, yang dirumuskan sebagai berikut : KAP = PPAP yang diberikan x 100
Total Aktiva Produktif Semakin tinggi persentase rasio ini, maka semakin rendah kualitas
aktiva Produktif yang dimiliki oleh bank. Sehingga kemungkinan untuk terjadinya non performing financing akan bertambah besar.
37
F. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu NO
Nama penulis Judul skripsi,
jurnal Tahun Substansi
Perbedaan dengan Penulis
1 Yunis
Rahmawulan Perbandingan
Faktor Penyebab Timbulnya NPL
dan NPF Pada Perbankan
Konvensional dan Syariah di
Indonesia Tesis Program
Pascasarjana Universitas
Indonesia 2008 Tesis ini menjelaskan tentang
faktor-faktor penyebab terjadinya NPL pada bak
konvensional dan NPF pada bank syariah periode tahun
2001-2007. Objek penelitian : Bank
Konvensional dan Bank syariah
Variabel penelitian : Y = NPL dan NPF
X = GDP, Inflasi, SBI, SWBI, LDR, FDR
Metode analisis yang digunakan adalah impulse
Response Funcion dan regresi analisis majemuk.
Hasil penelitian ini : Hasil dari penelitian ini adalah
GDP, Inflasi, LDR dan Perbedaan dengan
skripsi penulis yaitu, objek penelitian penulis
adalah BPRS sedangkan objek dari tesis ini
adalah BUK dan BUS. Variabel yang digunakan
juga berbeda, adapun variabel yang sama
daintaranya inflasi dan FDR.
38
perubahan SBI secara bersama-sama signifikan
mempengaruhi NPL. Sedangkan pada bank syariah
inflasi dan GDP berpengaruh signifikan terhadap NPF, tetapi
SBI dan FDR tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. 2
Zakiyah Dwi Poetry dan Yuliar
D Sanrego Pengaruh
Variabel Makro Dan Mikro
Terhadap NPL Perbankan
Konvensional Dan NPF
Perbankan Syariah TAZKIA
Islamic Finance Business
Review vol.6 no.2 2011
Jurnal ini menjelaskan tetang pengaruh varibel makro dan
variabel mikro terhadap NPL bank konvensional dan NPF
syariah pada maret 2004 sampai juni 2010
Objek penelitian : Bank Konvensional dan Bank
syariah
Variabel penelitian : Y = NPL dan NPF
X = Kurs, IPI, Inflasi, SBISBIS, LDRFDR, CAR
Metode analisis yang digunakan adalah VAR
Vector Auto Regression Perbedaan antara skripsi
penulis dan jurnal ini terletak pada objek yang
diteliti. Peneliti
menjadikan BPRS
sebagai objek penelitian sedangkan
jurnal ini
menggunakan Bank
Syariah secara
keseluruhan. Selain itu ada 2 variabel yang
berbeda di mana penulis menggunakan BI Rate
dan kualitas
aktiva produktif.
39
Hasil Penelitian : Penelitian
ini menemukan
bahwa dalam jangka pendek , tidak
ada variabel
yang signifikan mempengaruhi NPL
dan NPF . Variabel yang signifikan
dalam jangka
panjang mempengaruhi NPL adalah nilai tukar , IPI , inflasi
, SBI , LDR , dan CAR dan variabel
yang signifikan
mempengaruhi NPF adalah LNER , lnIPI , inflasi , SBIS ,
FDR_BS , dan CAR . Berdasarkan variabel FEVD
NPL bank konvensional dipengaruhi oleh inflasi dan
SBI sedangkan NPF bank syariah dipengaruhi oleh FDR
3 Mutamimah dan
Siti Zaidah Chasanah 2012
Analisis Eksternal Dan Internal
Dalam Menentukan Non
Performing Jurnal ini menjelaskan tentang
faktor internal dan eksternal dalam menenukan NPF bank
umum syariah selama periode 2005-2011.
Objek penelitian : Bank Umum Syariah BUS
Perbedaan skripsi penulis dengan jurnal ini
yaitu terletak pada objek yang digunakan. Di
mana penulis menggunakan BPRS
sebagai objek penelitian sedangkan jurnal ini
40
Financing Bank Umum Syariah Di
Indonesia. e- jurnal Jurnal
Bisnis dan Ekonomi JBE,
Vol.19, No.1 Maret 2012:
h.49-64. Variabel penelitian :
Y = NPF X = GDP, Inflasi, Nilai Tukar,
rasio return profit loss sharing terhadap return total
pembiayaan RR, rasio alokasi pembiayaan
murabahah
Metode penelitian : Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan GDP riil dan kurs mempunyai pengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap NPF. Inflasi
mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap NPF,
variabel RR memuyai pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap NPF dan variabel RF berpengaruh
negatif signifikan. menggunakan BUS. Dan
beberapa variabel yang kami gunakan juga
berbeda
4 Irman
Jurnal ini membahas tentang Perbedaan skripsi
41
Firmansyah Determinant Of
Non Performing Loan : The Case
Of Islamic Bank In Indonesia
Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Volume 17,
Nomor 2, Oktober 2014
penyebab terjadinya Non Performing Financing pada
bank syariah pada tahun 2010- 2012.
Objek penelitian : Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPRS
Variabel penelitian : Y = NPF
X = Bank size, BOPO, GDP, Inflasi, FDR
Metode penelitian : Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian : Penelitian ini menemukan
GDP dan Inflasi berpengaruh negatif terhdap pembiyaan
bermasalah, likuiditas BPRS berpengaruh terhadap
pembiayaan bermasalah sedangkan BOPO dan Bank
size tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
bermasalah pada BPRS. penulis dengan jurnal ini
diantaranya penulis menggunakan variabel
Inflasi, Kurs, BI Rate , FDR, dan KAP,
sedangkan variabel yang digunakan dalam jurnal
ini diantaranya Bank size, BOPO, GDP,
Inflasi, FDR. Periode yang digunakan juga
berbeda penulis menggunakan periode
penelitian dari januari 2010 - 2015 sedangkan
periode waktu yang digunakan jurnal ini
adalah 2010-2012.
42
5 Ahmad Tabrizi
Analisis Pengaruh Variabel Makro
Terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode Tahun 2005-
2013 Program S1 UIN Syarif
Hidayatullah FEB 2014
Skripsi ini membahas tentang pengaruh variabel makro
terhdapa NPF pada bank umum syariah pada tahun
2005-2013.
Objek penelitian : Bank Umum Syariah BUS
Variabel penelitian : Y = NPF
X = PDB, Inflasi, dan nilai tukar Kurs
Metode penelitian : Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini
menunjukkan PDB, inflasi dan Nilai tukar secara simultan
berpengaruh terhadap NPF Bank Umum Syariah., dan
secara parsial juga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan niali NPF.. Perbedaan
dengan penulis
yaitu terletak pada objek penelitian,
objek penelitian yang digunakan
Ahmad Tabrizi
adalah BUS
sedangkan penulis
menggunakan BPRS.
Skripsi ini juga hanya menggunakan
variabel makroekonomi
sedangkan penulis selain menggunakan
variabel makro
ekonomi juga
mengguakan rasio
keuangan bank.
43
G. Kerangka Pemikiran
Atas dasar pemikiran teoritis dan berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Non Performing Financing pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS dapat digambarkan dengan pengembangan model sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
X
1
: FDR X
2
:KAP X
3
: Inflasi X
4
: BI Rate Y : Non Performing Financing
44
H. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, review studi terdahulu dan kerangka pemikiran diatas dapat ditarik hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 : H
: Tidak terdapat pengaruh antara FDR, KAP, Inflasi dan BI Rate terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara
simultan. H
1
: Terdapat Pengaruh antara FDR, KAP, Inflasi, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara
simultan. 2. Hipotesis 2 :
H : Tidak terdapat pengaruh antara FDR terhadap Non Performing
Financing pada BPRS secara parsial. H
1
: Terdapat Pengaruh antara FDR terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
3. Hipotesis 3 : H
: Tidak terdapat pengaruh antara KAP terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
H
1
: Terdapat Pengaruh antara KAP terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
45
4. Hipotesis 4 : H
: Tidak terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
H
1
: Terdapat Pengaruh antara Inflasi terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
5. Hipotesis 5 : H
: Tidak terdapat pengaruh antara BI Rate terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
H
1
: Terdapat Pengaruh antara BI Rate terhadap Non Performing Financing pada BPRS secara parsial.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuntitatif. Kuantitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukakn analisis data dengan prosedur statistik. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah verikatif kausalitas. Yakni bertujuan untuk mengetahui pengaruh antar variabel serta untuk mengetahui hubungan
sebab akibat diantara variabel.
B. Populasi
Menurut R. Gunawan Sudarmanto 2013, populasi merupakan suatu keseluruhan dari objek atau individu yang merupakan sasaran penelitian.
Sedangkan menurut Sugiyono 1999, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjekobjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2010 sampai tahun 2015.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersifat time series. Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak
secara langsung melainkan melalui data dokumentasi ataupun arsip-arsip resmi, adapun bersifat time series maksudnya adalah data dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk melihat perkembangan kejadiankegiatan selama periode tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya NPF
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Inflasi, BI Rate, FDR dan KAP. Data tersebut diperoleh dari website Bank Indonesia dan website OJK, dari tahun
2010-2015 dengan data bulanan sebanyak 72 data setiap variabel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Penelitian pustaka library research Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
melalui buku, jurnal, artikel, laporan penelitian, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penlitian ini.
2 Metode Dokumentasi Metode documentasi adalah pengumpulan data melalui catatan-catatan
tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa yang lalu yang berhubungan dengan penelitian.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen Y Variabel dependen Y merupakan variabel yang variasinya
dipengaruhi oleh variasi variabel lain variabel independen. Variabel dependen Y dalam penelitian ini adalah rasio Non Performing Financing
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Rasio NPF merupakan perbandingan dari pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan, atau
jika dirumuskan adalah sebagai berikut : NPF= pembiayaan non lancar x 100
Total pembiayaan
2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi
penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain.
1
Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang
berasal dari internal bank dan juga yang berasal dari eksternal bank, diantaranya :
a. Internal Bank X
1
: Finance to Deposite Ratio X
2
: Kualitas Aktiva Produktif
1
Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori Aplikasi dengan SPSS, Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2011, h. 7.
b. Eksternal Bank X
3
: Inflasi X
4
: BI Rate
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model
regresi linear ganda Multiple Linear Regression sudah memenuhi kriteria estimasi tidak bias garis linear terbaik [Best Linear Unbiased Estimation
BLUE]. Suatu model regresi linear ganda Multiple Linear Regression akan dikatakan sebagai suatu model regresi yang BLUE apabila 1 data
berasal dari populasi yang terdistribusi normal, 2 harus tidak terjadi adanya multikolinearitas, 3 tidak terjadi heterokedasitas, 4 tidak terjadi
adanya autokorelasi, dan 5 terdapat adanya model hubungan yang linear garis lurus.
2
Kriteria BLUE dapat tercapai apabila asumsi-asumsi klasik telah terpenuhi. Adapun asumsi-asumsi klasik adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai
residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya
2
R.Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistics 19, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013, h. 224.