ii Yi1
: Pendapatan sektor i wilayah perencanaan propinsi Jawa
Tengah pada tahun akhir Yi
: Pendapatan sektor i wilayah perencanaan propinsi Jawa
Tengah pada tahun dasar Ruas pertama dari rumus di atas menyatakan komponen pertumbuhan
wilayah pengamatan propinsi, ruas kedua menyatakan komponen pergeseran proporsional dan ruas ketiga menyatakan komponen pertumbuhan daya saing
propinsi Jawa Tengah. Apabila komponen pertumbuhan proporsional suatu sektor 0 maka
sektor yang bersangkutan cepat pertumbuhannya dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian wilayah, dan sebaliknya apabila 0. Suatu
wilayah yang sebagian besar pendapatannya bersumber dari sektor yang lamban pertumbuhannya, maka sektor yang bersangkutan akan tumbuh di
bawah angka pertumbuhannya. Pada tingkat wilayah pengamatan khusus untuk komponen
pertumbuhan daya saing wilayah, jika nilainya untuk suatu sektor 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian
wilayah yang lebih luas dan sebaliknya jika 0.
L. Hasil Penelitian sebelumnya
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu Tri Hartanto 2001 yang menganalisis sektor-sektor prioritas yang
mendukung perekonomian daerah Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah
ii tahun 1993 – 1999 dengan mengunakan metode basis ekonomi serta shift
share analisis. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :
komposisi struktur perekonomian yang paling dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor tersebut memberikan kontribusi
terbesar terhadap PDRB kota Semarang dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun 1993 – 1999 kontribisi sektor ini
sebesar 33, 32 persen. Sementara itu, secara sektoral terdapat enam sektor yang tergolong
dalam sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor listrik, gas dan air bersih;
sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan; dan sektor jasa. Hal ini berarti keenam sektor basis ini tidak
hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri tetapi juga mampu mengekspornya kelua daerah.
Selanjutnya dari penggabungan analisis Location Quotient dan Shift Share, terdapat beberapa prioritas sebagai alternatif pengembangan
perekonomian daerah dengan memperhatikan sumber dana dan sumber daya daerah tersebut. Sektor perdagangan, hotel dan rsetoran merupakan sektor
yang mendapat prioritas pertama untuk segera dikembangkan. Adapun prioritas kedua terdiri dari beberapa sektor, yaitu sektor
industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor
ii jasa. Sedangkan sektor-sektor dengan prioritas ketiga, keempat, dan kelima
berturut-turut adalah sektor bangunan; sektor pertambangan dan penggalian; dan yang terakhir sektor pertanian.
ii
BAB III G A M B A R A N U M U M D A E R AH P E N E L I T I A N
A. KEADAAN WILAYAH
1. Keadaan geografis
Posisi geografis propinsi Jawa tengah terletak antara 540 lintang selatan dan 830
lintang selatan, 108, 30 bujur timur dan
111, 30 bujur timur termasuk pulau Karimunjawa . Jarak dari barat ke
timur adalah 263 Km, sedang jarak dari utara ke selatan adalah 2666 Km tidak termasuk pulau Karimunjawa .
Secara administratif batas-batas wilayah Propinsi Jawa Tengah adalah:
Ø Sebelah Utara : Laut Jawa Ø Sebelah Selatan : Daerah Istimewa Yogyakarta
Ø Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat Ø Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Propinsi Jawa Tengah terbagi ke dalam 35 daerah kabupaten dan kota, yaitu 6 daerah kata dan 29 daerah kabupaten, dengan 353 kecamatan,
yang meliputi 8.530 desa dan 606 kalurahan.
2. Iklim dan Suhu udara
Secara umum iklim di Jawa Tengah termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Musim hujan terjadi pada bulan
November-April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei-