EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA NASKAH PUBLIKASI Empati Perawat Pasien Gangguan Jiwa.

EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA
NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat S-1

Diajukan Oleh :
Imansyah Djati
F. 100 110 111

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i

EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi


Yang Diajukan Oleh :
IMANSYAH DJATI
F. 100 110 111

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii

rdd

L

disbjui

ud dipddohi

ls
.-.\


u

MtiFbkd brhN! d:hn s6Fi hi ,i&k Ei4n hiF yu3 rmd dbjuku
!^hk n nPqdcb sdtr k6!rj!em d s

didbery&@kry$Fpdbdi,ls

ABSTRACT
SOUL INTERFERE PATIENT NURSE EMPATHY

Imansyah Djati
Taufik, M.Si., Ph. D
Imandjati5@gmail.com
Psychology Faculty of Muhammadiyah Surakarta University
This research purpose to identify how the empathy contribution at soul
interfere nursing duty and how empathy forms done by nurse to soul interfere
patient. To reach the purpose it, researcher was using qualitative approach. Their
approach was used at 3 nurses of soul interfere patient. Pursuant to research
result found that empathy have contribution to soul interfere nursing among
others: watering down nurse relate to the patient, finding address of patient

family, obtaining aid from surounding citizen, adapting to patient, becoming more
patient, improving nurse selfregard at patient, x'self.improving understanding. As
for forms of nurse empathy to soul interfere patient by afective, cognate, and
afactive and realized in the form of emphatic concern or attention through
attitude (non verbal) and also communication (verbal). As for forms of nurse
empathy cognately covering:- assuming workplace in the place of house, kept
quiet and bear, considering duty and responsibility as nurse, considering darling
others existence and nurse supporting. While empathy forms done a nurse through
the communications covering:-Communications construct each other trust
relation (BHSP), communications as effort persuade to take medicine,
communications as attention form (emphatic concern), communications
comprehend the patient character, communications as motivation to patient,
communications persuade the patient meritoriously and reward, communications
as therapy converse the patient, communications as effort viewpoint comprehend
(Perspective Taking) mind and patient feeling. In its duty was nurse sometimes
require to x'self conceive (Fantacy) become like patient, feeling natural disability
and accident patient to be continued for impelled an intention to help and give the
best service.

Key word:


empathy, empathy contribution, empathy forms, nurse of interfere
soul patient.

vi

ABSTRAKSI
EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA
Imansyah Djati
Taufik, M.Si., Ph. D
Imandjati5@gmail.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk empati yang
dilakukan perawat kepada pasien gangguan jiwa dan mengapa empati dibutuhkan
dalam keperawatan pasien gangguan jiwa. Untuk mencapai tujuan tersebut
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut digunakan pada
3 perawat pasien gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
empati berkontribusi bagi tugas keperawatan gangguan jiwa diantaranya:

mempermudah perawat berhubungan dengan pasien, menemukan alamat keluarga
pasien, memperoleh bantuan dari warga sekitar, menyesuaikan diri dengan pasien,
menjadi lebih sabar, meningkatkan harga diri perawat pada pasien, meningkatkan
pemahaman diri. Adapun bentuk-bentuk empati perawat kepada pasien gangguan
jiwa adalah secara afektif, kognitif, kognitif dan afektif dan diwujudkan dalam
bentuk emphatic concern atau perhatian melalui sikap(non verbal) maupun
komunikasi(verbal). Adapun bentuk-bentuk empati perawat secara kognitif
meliputi: -menganggap tempat kerja sebagai pengganti rumah, diam dan bersabar,
mengingat tugas dan tanggung jawab sebagai perawat, mengingat keberadaan
orang lain yang sayang dan menyupport perawat. Sedangkan bentuk-bentuk
empati yang dilakukan perawat melalui komunikasi meliputi: -Komunikasi bina
hubungan saling percaya(BHSP), komunikasi sebagai upaya membujuk minum
obat, komunikasi sebagai sebagai wujud perhatian(emphatic concern), komunikasi
memahami karakter pasien, komunikasi sebagai motivasi kepada pasien,
komunikasi membujuk pasien dengan pujian dan reward, komunikasi sebagai
terapi berbicara pasien, komunikasi sebagai upaya memahami sudut pandang
(Perspektive taking) pikiran dan perasaan pasien. Dan dalam tugasnya perawat
terkadang perlu membayangkan diri(Fantacy) menjadi seperti pasien, merasakan
kemalangan dan ketidakmampuan yang dialami pasien agar terus terdorong tekad
untuk menolong dan memberikan pelayanan terbaik.

Kata kunci: empati, kontribusi empati, bentuk-bentuk empati, perawat pasien
gangguan jiwa.
vii

orang lain dan perlu memperhatikan

PENDAHULUAN

hubungan–hubungan
Keperawatan

merupakan

yaitu

pengabdian atau pekerjaan sosial yang
dilakukan

untuk


kesejahteraan

hubungan

individu,

dan

dalam

timbal

hubungan

perawatan
balik

dengan

antar

pasien,

perawatan individu secara keseluruhan dan

kesembuhan orang lain. Maka haruslah

hubungan dengan keluarga pasien. Dilain

tergerak motif-motif dimana perawat harus

sisi Johnson, dkk mengatakan perawat

tidak mementingkan diri sendiri, tidak

juga harus bisa mengerti kondisi dan

egois, tanggung jawab pada perawatan,

emosi orang yang dirawatnya biasanya


mementingkan kesejahteraan orang yang

melukiskan diri sendiri menjadi orang

dirawatnya dan harus dibimbing oleh

yang lebih toleran, mampu mengendalikan

keseluruhan tanggung jawab keperawatan.

diri, ramah, mempunyai pengaruh serta

terlebih lagi perawat yang bekerja merawat

bersifat humanistik.

pasien gangguan jiwa harus menghadapi
Faktanya ada beberapa kasus yang

orang-orang dengan ganguan psikologis

dan membantu psikiater dalam proses

mengabarkan

penyembuhan.

disini

gangguan jiwa sering diperlakukan tidak

sangatlah besar, karena sembuh dan

manusiawi seperti kasus yang terjadi di

tidaknya

kabupaten

Jombang


ketelatenan perawat dalam memberikan

artikel(Ibad,

2013)

perhatian

terapi

gangguan jiwa mengamuk dan melempar–

harus

lempar

Peran

pasien

dalam

perawat

juga

didukung

setiap

penyembuhannya.

step

Perawat

oleh

bahwa

batu

pada

orang

dengan

dikutip

seseorang

siapa

hingga

dari
dengan

saja

akhirnya

yang

memperhatikan dan mengontrol kesehatan

mendekatinya,

ia

dari setiap pasien yang dirawatnya secara

ditangkap dan diikat oleh warga sekitar.

mendetail, baik dari sisi medis maupun

Tidak hanya mengikat saja penduduk

terapi mental, karena perkembangan yang

sekitar juga memukuli. Setelah dipukuli

terjadi pada setiap pasien harus dilaporkan

penduduk sekitar mengembalikanya pada

pada psikiater sehingga dapat dengan cepat

keluarga dan meminta pihak keluarga

diperoleh kesembuhan.

untuk mengurungnya.

Gunarsa (2008) juga menyebutkan,

Kasus lain terjadi di Surakarta

seorang perawat yang berdedikasi tinggi

seorang anak yang menderita autisme

yakni seorang perawat yang mempunyai

berusia ± 14 tahun berjenis kelamin laki–

tujuan pengabdian diri demi kesejahteraan

laki, ia sering mendapatkan perlakuan
1

tidak layak dari keluarganya. Anak

Dari

fakta

kasus-kasus

diatas

tersebut selalu di marahi dan dipukul oleh

menunjukkan

kakeknya karena ia tidak mau mandi.

memahami kondisi-kondisi pasien dirumah

Kakeknya juga sering mengucapkan kata-

sakit jiwa. Bagaimana perawat dapat

kata

memerlakukan

“bodoh”

melakukan

ketika

hal–hal

anak
yang

tersebut
dianggap

betapa

menderita

pentingnya

orang-orang

gangguan

yang

jiwa

secara

mengganggu seperti membawa benda–

manusiawi. Perawat harus bisa mengatasi

benda dari sampah kedalam rumahnya.

pasien

Dalam pergaulan dengan usia sebaya anak

pendekatan humanistik, bukan memukuli,

tersebut

mengikat dan memasung. Perawat harus

juga

dikucilkan

dan

selalu

yang

mengamuk

menjadi target bullying oleh teman–

lebih

temanya ia dianggap merugikan dan

pasienya

mengganggu. Dan berdasarkan data yang

dengan penuh kesabaran.

diperoleh dari jurnal penelitian Lestari

memahami
dan

Dalam

(2014) terdapat 20.000 hingga 30.000

perawat

penderita gangguan jiwa di Indonesia yang

kondisi

dengan

emosional

memperlakukan

memberikan

hendaklah

pasien

pelayanan

menggunakan

keahlian–keahlian tersebut. Hal tersebut

mendapatkan perlakuan tidak mausiawi

dapat

dengan cara dipasung. Data Riskesdas

dicapai

memperlihatkan

2013 dalam jurnal penelitian (Lestari,

apabila
sikap

carring

perawat
kepada

pasien dengan memperlihatkan kata–kata

2014) juga disebutkan terdapat 14,3 persen

yang lemah lembut, sentuhan, memberikan

anggota rumah tangga di indonesia yang

harapan, selalu berada disamping pasien

pernah dipasung dan terdapat 1665 rumah

dan berkemampuan untuk memberikan

tangga yang memiliki keluarga dengan

rasa aman yang disebut dengan empati.

gangguan jiwa berat. Pemasungan yang
dilakukan tidak terbatas pada pemasungan

Chaplin (2008), mengemukakan

secara tradisional dengan kayu atau rantai,

bahwa empati adalah pemahaman pikiran–

tetapi juga tindakan pengekangan yang

pikiran dan perasaan–perasaan orang lain

membatasi gerak, pengisolasian, termasuk

dengan cara menempatkan diri kedalam

mengurung

kerangka

pedoman

menyertai salah satu metode pemasungan

tersebut

tanpa

(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

mengalami apa yang dirasakan oleh orang

dan

penelantaran,

yang

psikologis

orang

sungguh–sungguh

yang bersangkutan. Empati juga diartikan
merasakan apa yang dirasakan oleh orang
2

perspektif

Empati sangat erat kaitanya dengan

mereka, menumbuhkan hubungan saling

kehidupan sehari–hari. Bedasarkan istilah

percaya dan menyelaraskan diri dengan

“empati” diambil dari kata Einfuhlung

bermacam–macam

seperti yang digunakan psikolog Jerman,

lain,

mampu

memahami

orang

(Nurhidayah,

yang artinya “merasa terlibat”(Pramuaji,

2006).

2013). Menurut kamus besar bahasa

Empati dibutuhkan agar perawat

Indonesia (KBBI dalam http.KBBI.com),

dapat memahami apa keinginan melalui

empati merupakan keadaan mental yang

perspektif pasien dan menjalin hubungan

membuat

yang baik pada pasien sehingga dapat

dalam

pemberian obat

proses

orang

pada

juga

membutuhkan

peran

atau

kelompok

lain.

Empati

merupakan kemampuan seseorang untuk

pasien. Karena Pasien dengan gangguan
jiwa

atau

perasaan atau pikiran yang sama dengan

penyembuhan,

maupun terapi

merasa

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan

terjalin kerjasama diantara perawat dan
pasien

seseorang

ikut merasakan perasaan atau pengalaman

serta

orang lain (Wasana,2008). Sedangkan

dukungan dari orang–orang disekitarnya

menurut Hidayah(2006), empati adalah

bukan dengan mengucilkan, mengasingkan

kemampuan merasakan apa yang dirasakan

dan memasung. Karena mengucilkan,

orang lain, mampu memahami perspektif

mengasingkan bahkan memasung tidak

orang lain, menumbuhkan hubungan saling

akan mengatasi masalah dari penderita

percaya dan menyelaraskan diri dengan

gangguan jiwa bahkan menambah parah

bermacam–macam orang.

penyakitnya(Primadila, 2011).

seseorang

dapat

Salah satu

berhasil

dalam

Oleh karena itu perawat harus

berhubungan dengan orang lain adalah

memahami kondisi emosi, pikiran dan

empati. Wasana(2008) mengatakan bahwa

berbagai perspektif orang yang dirawatnya

tanpa kemampuan empati orang dapat

dan merasakan apa yang diraskan oleh

menjadi

pasien yang dirawatnya. Dari keahlian-

perasaan

keahlian yang harus dimiliki tersebut,

tumpulnya perasaan yang berakibat pada

menjadi hal yang menarik bagaimana

rusaknya hubungan.

perawat mengimplementasikan keahlian
tersebut

pada

pasien

yang

terasing,
sehingga

salah
mati

menafsirkan
rasa

atau

Sedangkan menurut Eisenberg dan

notabene

Strayer(Pramuaji, 2013) empati adalah

mengalami gangguan kejiwaan.

usaha seseorang menyadari diri untuk
3

memahami pengalaman positif dan negatif

merupakan media berkreasi dan

orang lain. Empati

menyatakan identitas diri.

merupakan respon

emosional yang berasal dari kondisi emosi

d. Meningkatkan

orang lain. Oleh sebab itu cara merespon

pemahaman

diri,

seseorang akan mudah memahami

dari empati yang dirasakan seseorang

dirinya apabila ia memiliki empati

berbeda–beda antara satu orang dengan

yang

orang yang lain.

baik.

empati

Seseorang

yang

baik

dengan
akan

Alfred Adler juga mengatakan

mendengarkan bagaimana orang

“empathy is to feel in”, yang maksudnya

lain menilai dirinya. Lalu akan

adalah

terwujud kesadaran tentang dirinya.

penerimaan

terhadap

perasaan

orang lain dan meletakkan diri pada tempat
Metode penelitian

orang itu (Nurhidayah, 2006).
Eisenberg

(2002)

Dalam

mengatakan

perawat

empati penting bagi setiap individu.

dengan
diri,

pasien

ini,

gangguan

jiwa

empati
akan

diungkap menggunakan metode kualitatif

Karena dengan empati seseorang dapat:
a. Menyesuaikan

penelitian

empati

wawancara

atau

memberikan

pertanyaan langsung dan menggunakan

mempermudah seseorang dalam

metode

beradaptasi

langsung kepada subjek penelitian yaitu

kesadaran

karena
bahwa

adanya

setiap

orang

perawat

berbeda–beda.
b. Mempercepat

observasi

laki-laki

atau

maupun

pengamatan

perempuan

dengan kisaran usia 20-50 tahun yang akan
hubungan

menjadi

dengan

subjek

utama

dengan

orang lain, jika setiap individu

menggunakan aspek-aspek kognitif, afektif

mempunyai sikap empati maka

dan

akan mudah untuk merasa diterima

penelitian ini dipilih secara purposive

dan dipahami oleh orang lain.

sampling yaitu pemilihan informan dengan

komunikatif.

Informan

dalam

menggunakan kriteria ataupun ciri-ciri
c. Meningkatkan harga diri, empati

yang telah ditentukan sebelumnya yaitu:

meningkatkan harga diri seseorang,
dimulai

dari

empati

1. Bekerja sebagai perawat pasien

dalam

gangguan jiwa.

hubungan sosial. Hubungan sosial

4

2. Memiliki

pengalaman

kerja

lainya.

minimal 2 tahun kerja.

wawancara dari bentuk rekaman
menjadi

masa dewasa muda, karena pada
dewasa

muda

telah di dapatkan.

menjelaskan

seseorang

mengalami
kognitif
Pada

hingga
masa

2. Pengelompokan

akan

perubahan

berdasarkan

Kategori, Tema dan pola jawaban

fisik,

Pada tahap ini dibutuhkan

psikososial.

pengertiaan yang mendalam terhadap

dewasa

muda,

data, perhatiaan yang penuh dan

individu sudah mulai bergerak

keterbukaan terhadap hal-hal yang

dari sekolah ke bekerja, artinya

muncul di luar apa yang ingin digali.

mereka

Berdasarkan

sudah

mulai

bertanggung jawab.

penelitian

kualitatif.

Dalam

menganalisa

penelitian

kualitatif

beberapa

dan

yang

relevan

1. Mengorganisasikan Data

(indepth

dengan

pokok

diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian

melalui

mekukan

pembicaraan. Data yang relevan

diantaranya:

subjek

dalam

coding, melakukan pemilihan data

Rossman dalam Kabalmay, 2002),

mendalam

pedoman

transkip wawancara dan melakukan

yang perlu dilakukan (Marshall dan

didapatkan

dan

coding. Kemudian kembali membaca

tahapan-tahapan

Data

teori

kerangka awal analisis sebagai acuan

digunakan adalah berdasarkan analisis

terdapat

kerangka

pedoman wawancara disusun sebuah

Metode analisis data yang

dari

secara

mengerti benar data atau hasil yang

bahwa ketika memasuki dewasa
muda,

tertulis

dibaca berulang-ulang agar penulis

setelah melewati masa remaja.
(2009)

bentuk

verbatim. Data yang telah didapat

adalah

tahapan yang dilalui seseorang

Papalia

dibuatkan

transkipnya dengan mengubah hasil

3. Berusia kisaran 20-40 tahun atau

masa

Kemudian

dikelompokan

atau

dikategorikan berdasarkan kerangka
langsung

analisis yang telah dibuat.

wawancara

Pada penelitian ini, analisis

inteviwer ),

dilakukan terhadap sebuah kasus

dimana data tersebut direkam dengan

yang

tape recorder dibantu alat tulis

diteliti
5

diteliti.

Hasil

berdasarkan

wawancara
pemahaman

terhadap hal-hal diungkapkan oleh

terwujud, peneliti masuk ke dalam

responden.

sudah

tahap penejelasan. Dan berdasarkan

dikelompokkan kemudian dipahami

kesimpulan yang telah didapat dari

secara utuh dan ditemukan tema-

kaitanya

tersebut,

tema penting serta kata kuncinya.

alternatif

penjelasan

Sehingga

kesimpulan

Data

dapat

penagalaman,

menangkap

permasalahan,

dan

asumsi

memang

hal-hal

selalu

yang

asumsi

Setelah kategori pola data

telah

didapat.

ada

alternatif

menyimpang

atau

tidak

dari

terfikir

sebelumnya. Pada tahap ini akan

tergambar dengan jelas, data tersebut
asumsi

tentag

analisis, ada kemungkinan terdapat

Data

terhadap

lain

penjelasan yang lain. Dari hasil

atau

permasalahan yang ada terhadap

diuji

suatu

Sebab dalam penelitian kualitatif

dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji

yang

dicari

dijelaskan dengan alternatif lain

yang

melalui referensi atau teori-teori lain.

dikembangkan dalam penelitian ini.
Pada tahap ini kategori yang telah

5. Menulis Hasil Penelitian

didapat melalui analisis ditinjau

Penulisan data subjek yang

kembali berdasarkan landasan teori

telah

yang telah dijabarkan dalam bab II,

merupakan suatu hal yang membantu

sehingga dapat dicocokan apakah

untuk memeriksa kembali apakah

ada

landasan

kesimpulan yang dibuat telah selesai.

teoritis dengan hasil yang dicapai.

Dalam penelitian ini, penulisan yang

Walaupun

tidak

dipakai adalah presentase data yang

memiliki hipotesis tertentu, namun

didapat yaitu, penulisan data-data

dari landasan teori dapat dibuat

hasil

asumsi-asumsi mengenai hubungan

wawancara mendalam dan observasi

antara konsep-konsep dan faktor-

dengan subjek dan significant other .

faktor yang ada.

Proses dimulai dari data-data yang

kesamaan

4. Mencari

antara

penelitian

Alternatif

ini

other ,

data

dengan

penelitian

dibaca

sehinggga

Setelah kaitan antara kategori
pola

dikumpulkan

berdasarkan

diperoleh dari subjek dan significant

Penjelasan

bagi Data

dan

berhasil

benar-benar

permasalahanya,

asumsi
6

berulang

kali

diketahui
kemudian

dianalisis,

sehingga

gambaran

mengenai

didapat

maka akan mudah untuk merasa

penghayatan

diterima dan dipahami oleh orang

pengalaman dari subjek. Selanjutnya
dilakukan

interprestasi

lain.

secara

Dalam penelitian ini informan

keseluruhan, dimana di dalamnya

mengungkapkan

mencakup keseluruhan kesimpulan

empati

dari hasil penelitian.

mudah

untuk

pasien dan menjalin hubungan
saling

Berdasarkan analisis yang telah

karena

informan

pasien
sebagai

orang yang dipercaya lebih seperti

pernyataan mengenai kontribusi empati

keluarga sendiri ataupun orang

dalam tugas keperawatan serta bentuk-

terdekat.

bentuk empati perawat kepada pasien
Berikut

percaya,

menganggap

dilakukan terhadap 3 informan ditemukan

jiwa.

dengan

merasa diterima, dipahami oleh

Hasil dan pembahasan

gangguan

mereka

bahwa

Sehingga

semua

hal

termasuk perintah ataupun larangan

adalah

yang

penjelasanya:

dikatakan

oleh

informan

kepada pasien akan didengar dan
1. Kontribusi
tugas

empati

terhadap

keperawatan

gangguan

dilaksanakan.
b. Menemukan

jiwa

alamat

keluarga

pasien

a. Mempermudah

perawat

Informan juga mengungkapkan

berhubungan dengan pasien

dengan empati mereka merasa

Mengapa empati dibutuhkan

berhasil menggali riwayat pasien

dalam tugas keperawatan yang

yang notabene tidak diketahui asal-

pertama

usul

memudahkan

informan

keluarganya.

Informan

berhubungan dengan orang lain

melakukan pendekatan hubungan

termasuk pasien gangguan jiwa.

dengan pasien secara terus menerus

Eisenberg

melalui komunikasi. Taufik(2012)

(2002)

mengatakan

bahwa empati bermanfaat bagi

mengatakan

seseorang mempercepat hubungan

merupakan bentuk ekspresi dari

dengan orang lain, jika setiap

empati,

individu mempunyai sikap empati

menunjukkan empatinya melalui
7

bahwa

dimana

komunikasi

seseorang

kata-kata

dan

komunikasi

c.

ucapan.

akhirnya

Dengan

bekerja

informan

merawat

orang-orang

dengan gangguan jiwa sebagai

berhasil membuat pasien tersebut

bentuk

mengungkapkan

kasihan

kalimat-kalimat

perhatian,
dan

kepedulian,

simpati

atas

yang menceritakan tentang diri dan

kemalangan

keluarganya.

menegakkan hak asasi orang-orang
dengan

Memperoleh bantuan dari warga

dan

berupaya

gangguan

jiwa

yang

terlantar dijalanan.

sekitar

d. Mudah menyesuaikan diri.

Hal lain diungkapkan informan
bahwa dengan empati mudah bagi

Eisenberg(2002) mengatakan

informan dalam berhubungan dan

bahwa

memperoleh bantuan dari warga

mempermudah seseorang dalam

sekitar seperti bantuan informasi

beradaptasi

pasien gangguan jiwa yang masih

kesadaran

berkeliaran

berbeda–beda. Adanya kesadaran

dijalanan

sampai

dengan

empati

karena
bahwa

perawat

yang tidak diketahui asal-usulnya,

berbeda-beda merupakan salah satu

karena pekerjaan yang dilakukan

faktor yang membuatnya berempati

informan

pada

sebagai

pasien

setiap

orang

pencarian informasi alamat pasien

dianggap

bahwa

setiap

adanya

dalam

pasien

bentuk

pekerjaan yang bersifat membantu

penyesuaian diri dengan beragam

ataupun menolong. Hal tersebut

karakter pasien yang dirawatnya.

merupakan manfaat dari komponen

Dalam penelitian ini perawat

empati yaitu emphatic concern.

mengungkapkan bahwa menangani

Menurut Spiro dan Weitz emphatic

pasien harus dengan kasih sayang

concern adalah orientasi seseorang

dan

individu terhadap orang lain berupa

kesabaran.

merupakan

perasaan kasihan, peduli, simpati

Hal

tersebut

ungkapan

dimana

empati bermanfaat bagi informan

atas kemalangan yang menimpa

mengetahui

orang lain. Dalam hal ini emphatic

bagaimana

dirinya

harus bersikap dan menyesuaikan

concern tercermin pada pekerjaan

diri

yang dilakukan informan di Griya

dengan

pasien

yang

dirawatnya. Informan tahu akan

PMI Mojosongo, dimana mereka
8

perlakukan yang harus dilakukan

bekerja sebagai perawat informan

pada pasien adalah dengan kasih

terbiasa merespon perasaan pasien

sayang dan kesabaran. Hal tersebut

dan menempatkan diri pada kondisi

terlihat

pasien tersebut yang secara tidak

pula

tentang

dari

ungkapanya

kesadarannya

dalam

langsung terlihat kesadaran penuh

bekerja ketika dirinya mengalami

dari informan bisa menempatkan

permasalahan keluarga, informan

dirinya

menyesuaikan diri dengan cara

orang lain yang artinya segala

berdiam sejenak didalam kantor

sesuatu tidak harus berjalan sesuai

dan tidak mendekat pada pasien.

dengan kondisi dirinya. Seperti

Diungkapkan

pula

in”,

paham

diri

pasien

kasar.

diperlakukan
Sehingga

ia

mengungkapkan

itu

bahwa

dengan

empati akan meningkatkan harga
diri seseorang. Empati menjadi
salah satu cara perawat dalam

diungkapkan

membangun harga diri pada pasien

bahwa selama 3 tahun bekerja

gangguan jiwa yang dirawatnya.

sebagai perawat pasien gangguan
menerapkan

Seperti diungkapkan oleh informan

empati,

bahwa dengan menerapkan empati

informan merasa menjadi pribadi

melalui komunikasi yang baik,

yang lebih sabar dan tidak suka
marah-marah

orang

Eisenberg(2002)

e. Menjadi lebih sabar

dan

tempat

pada pasien gangguan jiwa.

harus

dan penuh kesabaran.

jiwa

pada

f. Meningkatkan harga diri perawat

dengan

dengan pasien harus dengan ramah

lain

menerima

lain).

menyesuaikan diri bahwa berbicara

Manfaat

mampu

adalah

(menyesuaikan diri dengan orang

menangani

pasien yang tidak bisa dibentak
ataupun

maksudnya

perasaan orang lain dan meletakkan

Karena komunikasi yang dilakukan

membuatnya

yang

seseorang

karakter pasien yang dirawatnya.

dengan

kondisi

Adler bahwa “empathy is to feel

komunikasi informan menjadi tahu

hari

dengan

yang diungkapkan oleh Alfred

bahwa

dengan penerapan empati melalui

setiap

sesuai

karena

pasien menjadi sungkan. Yang

selama

dimaksud sungkan dalam hal ini
9

pasien menjadi tidak ada yang

bagaimana

berani jahil pada perawat seperti

dirinya,

mencolek

kesadaran tentang dirinya. Dalam

ataupun

mengejek

orang
lalu

lain

akan

menilai
terwujud

perawat. Mereka menjadi bersikap

penelitian

manis bahkan patuh. Obatpun bisa

pernyataan bahwa informan bisa

dengan teratur diberikan. Rutinitas

menilai dirinya karena ada orang

seperti mandipun juga dilakukan

lain yang menilai tentang dirinya.

dengan baik oleh pasien. Bahkan

Informan

ada

melakukan

watak yang dimilikinya seperti

kewajiban mandinya tanpa disuruh

contohnya, ada yang penyabar,

dan melaporkannya pada informan.

tegas, pemarah dan sebagainya

pasien

yang

sungkan

dan

penuh

pelayanan

kesabaran.

akan

berbagai

orang disekitarnya.

menghargai

pasien pada perawat atas upayanya
memberikan

sadar

ditemukan

karena mendengar penilainan dari

Hal tersebut terjadi karena
rasa

ini

Yang paling penting adalah

dengan

dengan menerapkan empati pada

Seperti

tugas

keperawatan,

informan

diungkapkan oleh informan bahwa

menjadi tahu menghadapi pasien

pasien gangguan jiwa akan merasa

yang berbeda-beda karakternya dan

sungkan dengan sendirinya jika

menemukan

mereka diperlakukan dengan penuh

dirinya

kesabaran.

tersebut. Seperti contoh bagaimana

g. Meningkatkan

pemahaman

cara-cara

menghadapi

dalam
pasien

informan menghadapi pasien yang

diri

suka

perawat pasien gangguan jiwa.

marah-marah,

menangis

ataupun jahil. Informanpun juga

Eisenberg(2002)

tau

akan

kapasitas

dirinya

mengatakan bahwa dengan empati

memanajemen emosi mereka saat

akan meningkatkan pemahaman

bertugas menjadi perawat. Seperti

diri,

contoh, menjauh dari pasien saat

seseorang

memahami

akan

ia

sedang berada kondisi emosi tidak

baik.

stabil agar tidak salah memberikan

Seseorang dengan empati yang

perlakukan dan ketika ada pasien

baik

yang

memiliki

dirinya

mudah

empati

akan

apabila
yang

mendengarkan
10

berbicara

menyakitkan

hatinya, ia telah yakin dan mengerti

sedih(afektif) dari perasaan sedih

bahwa dirinya adalah perawat yang

tersebut muncul keinginan(afektif)

harus

dari hatinya untuk memberikan

bertugas

melayani

dan

perlakuan atau tindakan sebaik

mengayomi pasien.

mungkin dalam tugas keperawatan

2. Bentuk-bentuk empati perawat

yang

kepada pasien gangguan jiwa

keinginan(afektif)

a. Afektif

alamat

Dalam

berempati

melibatkan
perasaan
Karena

aspek
dari

pada

akan

afektif

dirinya.

dasarnya

empati

prosesnya,

aspek

menimpa
sekelompok

Seseorang

kejadian

seseorang
orang

tragis

seseorang

dalam
berempati

kognitif

dalam

empati

difokuskan

pada

kemampuan

intelektual,

yaitu

kemampuan

pandang orang lain secara tepat dan

membuatnya

menerima

pandangan

mereka.

Sehingga dengan adanya proses

sudah bisa dikatakan orang tersebut

kognitif(pikiran)

sudah berempati secara afektif.
penelitian

afektif

memahami perspektif dan sudut

ataupun

merasa kasihan, sedih maupun iba

Dalam

pasien

pikiran. Menurut Eisenberg(2002),

perasaan atau pengalaman orang

melihat

dari

tahu

melibatkan aspek kognitif atau

untuk ikut merasakan (afektif)

yang

keluarga

Selain

merupakan kemampuan seseorang

(Wasana,2008).

mencari

b. Kognitif

atau

dalam

dan

tersebut.

penerapanya

seseorang

lain

dijalananinya

mengetahui,
ini

mengenali

perawat

membedakan
kondisi

dapat
dan

emosional

dipaparkan bahwa perawat pasien

pasien yang berbeda-beda. Kognitif

gangguan jiwa berempati secara

berperan membaca yang sedang

afektif saat mendengar pasien yang

dialami dan dirasakan pasien saat

mengatakan

dengan

kecewa, sedih, marah dari cara

keluarganya namun ketika ditanya

pandang, raut wajah dan cara

alamat keluarganya pasien tersebut

berbicara.

“rindu”

mengatakan tidak tahu. Dalam hati
perawat tersebut timbul perasaan
11

Dalam

penelitian

ditemukan
ungkapan

beragam
yang

secara tepat pikiran-pikiran dan

ini

atau perasaan orang itu.

bentuk

menunjukkan

2) Diam dan bersabar

empati melibatkan proses kognitif

Empati

perawat pasien gangguan jiwa.
1) Menganggap

tempat

sebagai

tempat

ungkapan yang disampaikan
perawat bahwa ia pernah kesal
dengan salah satu pasien yang

kerja

pengganti

kondisinya

rumah

hampir

normal,
bekerja

adalah cara perawat dalam

menuduhnya

tidak

berempati.

dengan

karena

Dan

dari

proses

kognitif juga ditemukan pada

kerja

sebagai pengganti rumah
Menganggap

melibatkan

hal

baik

sering

tersebut perawat menemukan

meninggalkan kantor padahal

karakter

saat

pasien

yang

itu

perawat

sedang

tugas

yang

dirawatnya. Perawat dalam hal

melakukan

ini

mengharuskannya

memiliki

mengubah

kemampuan

sudut

pandang

berfikirnya(kognitif)

kantor.

Namun

keluar
ia

tidak

bahwa

meluapkan kekesalanya atau

Griya PMI adalah pengganti

marah dan memilih untuk diam

rumah dan dari hal tersebut

dan bersabar karena menyadari

perawat

memahami

(berfikir) bahwa pasien yang

pikiran-pikiran dan perasaan

dihadapi tidak sadar dengan apa

pasien yang dirawatnya hingga

yang

hafal

Taufik(2012),

dapat

karakter

pasiennya.

diperbuat.

Menurut
hal

ini

Menurut Taufik(2012), proses

merupakan komponen kognitif

ini

komponen

pada tahap Differentiation of

kognitif empati pada tahap

the self from others Yaitu

terakhir yaitu Cognitif role

kemampuan

taking ability dimana sesorang

membedakan diri dan orang

mampu

lain (pasien). Disini perawat

merupakan

menempatkan

diri

sendiri dalam situasi orang lain

memiliki

dalam

membedakan

rangka

mengetahui

dalam

kemampuan
posisi

dirinya

sebagai perawat yang bertugas
12

melayani

dan

mengayomi

Perawat

pasien.

memiliki

kesadaran

akan keberadaan orang lain
(keluarga) yang sayang dan

3) Mengingat tugas dan tanggung

menyupport dirinya saat ia

jawab sebagai perawat

jatuh. Ia ingat bahwa ada orang

Suatu kala informan sedang

dibelakangnya yang selalu ada

cuti kerja karena hamil, namun

dikala

waktu

membutuhkan

cutinya

membuatnya
melupakan

tidak

benar-benar
pekerjaanya

sering

menyempatkan

untuk

menengok

pasienya

di

tersebut

merupakan

diri

kognitif empati pada tingkatan
Social

PMI

meaning

yang

pengalaman

akan

Perawat

kondisi

aspek

and

emotional

tanggung

hal

referencing

akan

jawabnya.

bantuan.

dan

artinya

dan

dan

Taufik(2012),

Mojososongo karena teringat
tugas

jatuh

Menurut

pasien-

Griya

ia

pengalamansosial

yang

teringat

diterima seseorang dari kecil

yang

hingga saat ini dan ekspresi-

dan

ekspresi emosional orang tua

pasien

dirawatnya

mengingatkanya akan reward

yang

atau

berfikirnya dalam beberempati

hadiah

yang

belum

menjadi

penuntun

diberikan kepada pasien karena

pada

sudah berhasil melakukan suatu

Perawat juga mengungkapkan

hal.

merupakan

bahwa ia selalu ingat akan

kemampuan kognitif mengingat

pesan orang tua bahwa hidup

hal-hal yang menjadi tugas dan

itu harus mau menolong dan

tanggung jawab perawat untuk

menghargai sesamannya (social

tidak

referencing

Hal

lupa

ini

memberikan

perhatian pada pasienya.

yang

sayang

lain(pasien).

and

meaning).

Pengalaman-pengalaman sosial
tersebut akan menjadi penuntun

4) Mengingat keberadaan orang
lain

orang

berfikir

dan

perawat

bertindak pada pasien.

menyupport perawat.

c. Kognitif dan afektif
13

dalam

kondisi

Proses kognitif dan afektif
adalah

dua

komponen

diungkapkan

di

RSJ

yang

dilihatnya.

dalam

empati yang saling berhubungan.
Seperti

pasien

d. Emphatic concern

oleh

Salah satu perwujudan empati

Taufik(2012), bahwa kognitif dan
afektif adalah dua komponen yang

adalah

saling berhubungan sebagai konsep

perhatian.

multidimensional yang tidak dapat

Weitz emphatic concern adalah

dipisahkan. Dari penelitian ini hal

orientasi

tersebut juga diungkap. Yaitu saat

terhadap

perawat melihat informasi atau

perasaan kasihan, peduli, simpati

realita kondisi pasien gangguan

atas kemalangan yang menimpa

jiwa di suatu RSJ, tidak berdaya

orang lain. Aspek ini merupakan

secara mental dan tidak dapat

cerminan kehangatan simpati dan

melakukan

kepekaan

aktivitas

sehari-hari

emphatic

atau

concern

Menurut

Spiro

seseorang
orang

individu

lain

terhadap

dan

berupa

orang

lain.

dengan normal. Dari hal yang

Dalam hal ini empati tidak hanya

dilihat terproses dalam kognitifnya

sebatas perasaan kasihan ataupun

menyimpulkan

dirinya

pemahaman pikiran tentang suatu

masih beruntung tidak mengalami

kemalanngan yang terjadi pada

keadaan

orang lain melainkan terwujud

bahwa

seperti

itu.

Dari

dalam sikap perhatian.

kesimpulan yang dibuat tersebut
menimbulkan

perasaan

Berdasarkan

kasihan(afektif) atau iba kemudian

perhatian

sebagai perawat karena bertekad
menolong

perawat tidak hanya sebatas tahu
kondisi perasaan pasienya, namun

perawat untuk menolong tersebut

ia juga ikut merasakan kasihan atas

tidak akan muncul tanpa adanya

menyimpulkan(kognitif)

menyikapi

“rindu” dengan keluarganya. Disini

kasihan(afektif) yang mendorong

dan

perawat

pasien yang nyeletuk mengatakan

melalui

pekerjaanya. Perasaan iba atau

informasi

ini

emphatic concern ditunjukkan dari

mendorongnya untuk terus bekerja

ingin

penelitian

kemalangannya

proses

dan

berupaya

menemukan alamat keluarga pasien

tentang

tersebut sampai pada akhirnya
14

perawat

tersebut

berhasil

menunjukkan empatinya melalui

menemukan alamatnya.
Perhatian

lain

kata-kata dan ucapan.

bentuk-bentuk komunikasi yang

ditunjukkan

dilakukan perawat kepada pasien

dari respon perawat menyikapi

gangguan

pasien yang berteriak-teriak dan

menunjukkan perhatianya dengan
mendatangi

pasien

mengutamakan

afektif

kognitif

dilakukan

dan

dengan

untuk

membina

biasa disebut (BHSP) dalam

karena lapar, melihat penampungan

keperawatan

air membludak sampai pasien yang

jiwa

dilakukan

perawat pertama kali adalah

nyeletuk kangen dengan keluarga.

berkenalan

e. Komunikasi

dan

memperkenalkan diri dengan,

Komunikasi

kedua selalu perhatian menyapa

merupakan

dan mengingatkan nama pada

bentuk perwujudan empati dari
afektif(perasaan)

kognitif(pikiran).

Seperti

oleh

komponen

pasien

dan

tidak

hari

dan

terjalin

dengan

dilakukan
dengan

ngobrol

sederhana

pasien

seperti

cara
dengan

perhatian

menanyakan sudah makan atau

komunikasi

sudah mandi, minimal selama

merupakan bentuk ekspresi dari
dimana

harus

pendekatan

komunikasi. Dan dari pendapat
ahli,

lupa

pendekatan juga, ketiga setiap

Taufik(2012),
afektif

yang

namanya sendiri sebagai bentuk

yang

kognitif akan tetap terpisah bila

empati,

aspek

yang

hubungan saling percaya atau

termasuk pasien yang menangis

beberapa

empati

meliputi

ditujukan

hal yang terjadi pada pasiennya

keduanya

hubungan

komunikasi. Komunikasi yang

kepekaan dan perhatian pada setiap

bahwa

bina

Perwujudan

tugasnya, perawat di Griya PMI

dikatakan

sebagai

saling percaya (BHSP)

di inginkan pasien tersebut. Dalam

aspek

adalah

1) Komunikasi

tersebut dan menanyakan apa yang

Mojosongo

jiwa

berikut:

menangis karena hal kecil. Perawat

langsung

Adapun

10

seseorang

menit.

komunikasi
15

Komunikasiperawat

pada

pasien

tersebut

dengan

nada

diucapkan
rendah

Dalam tugas keperawatan

dan

di

Griya

PMI

Mojosongo

berkesan ramah, agar pasien

perawat harus dapat membujuk

merasa

dan

pasien-pasien yang tidak mau

menimbulkan kesan bersahabat

minum obat tadi. Kadang ada

yang ditujukan untuk BHSP

keluarga

atau

anggota

nyaman

bina

hubungan

saling

percaya pasien kepada perawat.
2) Komunikasi

sebagai

perawatan

obat
pasien

mau

upaya

dalam
gangguan

pasien

empati

dalam

untuk

yang
membujuk

Dilakukan

dengan cara mendekati pasien

yang

dan menanyakan dengan ramah
apakah pasien tersebut sudah
minum obat. Kalau misalnya ia

Ada yang karena dari keluarga

tapi tidak mau “ya sudah nanti

pasien tidak memperlakukan

ya, 5 menit lagi ya”. Jika 5

pasien dengan baik sehingga

menit sudah berlalu namun

pasien langsung menolak untuk

pasien masih tidak mau minum

minum obat ada juga karena

obat perawat mengatakan pada

pasien tersebut merasa obat itu
tidak

ekspresinya

media

berulang-ulang.

karana sebab-sebab tertentu.

sehingga

sebagai

hanya sekali, namun harus

obat.

memang tidak mau minum obat

pahit

komunikasi

minum obat tidak dilakukan

Dalam proses pemberian obat
beberapa

Perawat

menggunakan

dilakukan

ada anjuran dari psikiater atau

ada

obat.

Komunikasi

secara fisik ataupun memang

minum

minum

pasienya.

yang memang sakit

untuk

yang

membujuk dan memberi obat

wajib dilakukan bagi pasien-

dokter

keluarganya

menerapkan

jiwa adalah suatu hal yang

pasien

membawa

menderita gangguan jiwa untuk

membujuk minum obat
Minum

juga

pasien “kan tadi perjanjiannya

mau

5 menit?” dan dijawab oleh

minum.

pasien

tersebut

“nggak

ah,

besuk aja” kemudian perawat
16

memperpanjang
menunggunya
besuk

4

waktu
“oh,

jam

Perjanjian

4

sebelumnya

yasudah

lagi

jam

setelah itu pelan-pelan pasien

itu

dapat

digunakan hanya sebagai cara
perawat

membuat

harus

menerima pandangan pasien,

ya.”

lagi

perawat

menerima

pandangan

perawat (mau minum obat).

pasien

3) Komunikasi sebagai sebagai

akhirnya mau minum. Setelah

wujud

waktu menunjukkan kira-kira

perhatian

(emphatic

concern).

30 menit perawat mengatakan
“eh sudah 4 jam lho, mari

Komunikasi juga sebagai

minum obat” yang padahal baru

wujud

30

(emphatic concern), kepekaan

menit.

Namun

pasien

kondisi

Hal ini juga menunjukkan

pasiennya
perawat

diwujudkan

dengan

komunikasi

individu

terhadap

yang

lain.

menimpa

Aspek

ini

cerminan

kehangatan

simpati

dan

kepekaan terhadap orang lain.

memahami perspektif dan sudut

Terlihat dari perhatian

pandang orang lain secara tepat

perawat menyikapi pasien yang

pandangan

sehingga

seseorang

merupakan

empati adalah ketika seseorang

mereka,

orientasi

orang

Eisenberg

tentang aspek kognitif pada

menerima

adalah

kemalangan

minum obat dan menunggunya.

dan

Concern

kasihan, peduli, simpati atas

pada posisi pasien tidak mau

dikatakan

pada

orang lain berupa perasaan

Dimana ia memposisikan diri

Seperti

terjadi

oleh Spiro dan Weitz Emphatic

berfikir

yang

yang

pasiennya. Seperti dikatakan

adanya proses kognitif melihat
pandang

perhatian

dan kepedulian perawat pada

akhirnya mau minum obat.

sudut

ekspresi

menangis.

dapat

Perawat

merasakan apa yang dirasakan

langsung

orang

berkomunikasi

dengan

menanyai

tersebut

perawat

lain.

Jadi

meminta

sebelum
suatu

datang

biasanya

pasien

dan

dengan ramah, diawali dengan

hal(minum obat) pada pasien
17

bertanya nama, kabar, apa yang

itu dilakukan setiap hari oleh

diinginkan dan diakhiri dengan

perawat

memberikan motivasi bahwa

memahami

Griya PMI adalah tempat yang

Dan

nyaman.

bahwa tanpa komunikasi kita

4) Komunikasi

kognitif

dan

beranggapan

kepada pasien

aspek

afektif

perawat

pasien.

5) Komunikasi sebagai motivasi

dikatakan
bahwa

karakter

pasien kita.

karakter pasien

sebelumnya

upayanya

tidak akan tau bagaimana watak

memahami

Seperti

sebagai

saling

Beradasarkan wawancara

berhubungan dan tidak bisa

dengan

dipisahkan. Namun hal tersebut

bahwa komunikasi juga sebagai

tidak akan berlangsung tanpa

motivasi kepada pasien yang

adanya

terlihat murung, sedih dan tidak

komunikasi.

Komunikasi
upaya

adalah

perawat

sebagai

perawat

ditemukan

ada semangat dalam melakukan

berbicara

aktivitas

sehari-hari.

dengan pasien memahami sudut

Komunikasi yang baik menurut

pandang berfikir dan perasaan

perawat adalah mau memulai

pasien.

sapa terlebih dahulu, dengan

dapat

Dengan

komunikasi

ditemukan

ataupun
sehingga

kebiasaan

karakter

pasien

perawat

memberikan

dapat
perlakuan

memanggil

namanya

dan

menanyakan

kabarnya

dan

ketika

tahu

kita

wajahnya

terlihat murung atau sedih tetap

tindakan yang tepat kepada

ditanyakan

pasien tersebut.

senang atau sedih karena kata

Dalam

penelitian

apakah

sedang

senang merupakan kata positif.

ini

ditemukan bahwa memahami

Kata-kata positif seperti

karakter pasien bisa dilakukan

senang pinter, bahagia dan

hanya dengan menyapa setiap

pujian-pujian baik diucapkan

hari, menanyakan kabar dan

setiap

mengingatkan nama. Rutinitas

gangguan jiwa sebagai upaya
18

hari

pada

pasien

pembangunan
motivasi

semangat,

reward yang diberikan kepada

dan

pasien yang pada akhirnya

hidup

kesembuhan.

membuat

tersebut

memenuhi keinginan perawat

6) Komunikasi membujuk pasien

tanpa perawat menyuruhnya.

dengan pujian dan reward.
Perawat

pasien

Hal ini dilakukan pada pasien
juga

yang

kiranya

masih

bisa

menggunakan reward permen

berkomunikasi dan mengerti

dan memuji pasien sebagai cara

apa yang diucapkan perawat.

dalam berkomunikasi dengan

7) Komunikasi

pasien agar mau mandi. Karena

sebagai

terapi

berbicara pasien.

menurutnya perlakukan kasar
dan membentak tidak akan

Komunikasi

yang

membuat pasien mau menurut

dilakukan secara terus menerus

dengannya. Perawat melakukan

juga dapat menjadi terapi bagi

komunikasi

dengan

pasien gangguan jiwa yang

mengatakan “tadi saya dengar

tidak mau bicara. Dilakukan

dari teman kamu sudah mandi

dengan

ya” yang padahal tidak ada

secara terus menerus setiap hari

yang

dalam rutinitas apapun saat

mengatakan

pasien

mengajak

ngobrol

tersebut sudah mandi, setelah

memandikan,

mengatakan

berpakaian, buang air kecil dan

hal

tersebut

saat

makan,

perawat memuji dengan kata

sebagainya.

positif

dan

terbukti dapat membuat pasien

berupa

akhirnya bicara setelah ±1,5

“pintar”

memberikan

reward

permen. Ternyata hal tersebut

8) Komunikasi

sendirinya mandi tanpa diminta
atau dibujuk.
Hal ini merupakan wujud

sebagai

memahami

sudut

(Perspektive

taking)

upaya
pandang
pikiran

dan perasaan pasien.

perhatian (emphatic concern)
pujian-pujian

tersebut

tahun dirawat.

dapat membuat pasien dengan

melalui

Hal

Memahami

dan

orang

lain

dari apa yang dirasakan(afektif)
19

dan

apa

dipikirkan(kognitif)

yang

penyebabnya

untuk

komunikasi,

dengan
pelan-pelan

mengetahui

apa

yang

membujuk

diinginkan

dibutuhkan

cara

dengan ramah akhirnya pasien

tersendiri.

Terkhusus

pada

tersebut curhat. Pasien tersebut

orang-orang dengan gangguan

tidak mau pulang kerumahnya

jiwa. Komunikasi merupakan

lantaran pasien tersebut merasa

cara

dalam

pekewuh atau sungkan akan

memahami orang-orang dengan

merepotkan ibunya bila dirinya

gangguan

kambuh.

yang

tepat

jiwa.

Seperti

dikatakan dalam Taufik(2012),

f. Membayangkan

komponen afektif dan kognitif
akan

tetap

keduanya

terpisah
tidak

seperti

memberikan

pandang

pada

bisa

pada

komunikasi

arah.
yang

tidak

baru

dilakukan

mau

PMI.

membayangkan

bisa

menjadi

merasakan

Kemudian

membayangkan

sudah mendekati normal dan

dirinya

mampu melakukan aktivitas

Perawat

untuk

(proses

saat sebelum ia ditampung di Griya

pulang

dengan

mengungkapkan

afektif) apa yang dirasakan pasien

kerumah padahal kondisinya

sehari-hari

jiwa.

(proses kognitif) dan kemudian

Seperti

pada pasien bernana Wardhani
yang

gangguan

riwayat pasien sebelum dirawat

normal dan bisa diajak bicara
dua

terbaik

pasien harus dengan mengetahui

pasien yang sudah mendekati

secara

terkadang

perlakuan

pasien

Perawat

gangguan jiwa bisa dilakukan
komunikasi

pasien

untuk terus bertekad menolong dan

bahwa

pikiran dan perasaan pasien

dengan

menjadi

diperlukan, sebagai motivasi diri

Dalam hal ini perawat

sudut

diri

Membayangkan diri menjadi

komunikasi.

memahami

menanyai

pasien (Fantacy)

bila
terjalin

mengungkapkan

dan

menjadi

rasanya
seperti

baru
ketika
yang

dialami pasien. Dari hal tersebut

baik.

perawat mengaku merasa kasihan

menggali

dan termotivasi untuk meneruskan
20

memberikan

bersabar, mengingat tugas dan

perlakukan atau tindakan terbaik

tanggung jawab sebagai perawat,

dalam tugas keperawatannya.

mengingat keberadaan orang lain

pekerjaan

dan

yang

Simpulan
Berdasarkan

sayang

dan

menyupport

perawat. Sedangkan bentuk-bentuk
dan

empati yang dilakukan perawat

pembahasan tentang empati pada perawat

melalui komunikasi meliputi: -

pasien gangguan jiwa dapat disimpulkan

Komunikasi bina hubungan saling

sebagai berikut:

percaya

1. Empati

analisis

data

bermanfaat

bagi

obat, komunikasi sebagai sebagai
wujud

perawat

berhubungan

dengan

menemukan

alamat

karakter

keluarga

dengan

komunikasi

berbicara

meningkatkan

membujuk

pujian

komunikasi

meningkatkan harga diri perawat

pasien

dan

reward,

sebagai

terapi

pasien,

komunikasi

sebagai upaya memahami sudut

pemahaman diri.

pandang
kepada

pasien,

komunikasi

dengan pasien, menjadi lebih sabar,

2. Bentuk-bentuk

(emphatic

sebagai motivasi kepada pasien,

warga sekitar, menyesuaikan diri

pasien,

perhatian

concern), komunikasi memahami

pasien,

pasien, memperoleh bantuan dari

pada

komunikasi

sebagai upaya membujuk minum

tugas

keperawatan gangguan jiwa untuk:
Mempermudah

(BHSP),

empati

pasien

perawat

gangguan

(Perspektive

taking)

pikiran dan perasaan pasien. Dan

jiwa

dalam tugasnya perawat terkadang

adalah secara afektif, kognitif,

perlu

kognitif

(Fantacy) menjadi seperti pasien,

dan

afektif

dan

membayangkan

diwujudkan dalam bentuk emphatic

merasakan

concern atau perhatian melalui

ketidakmampuan

sikap

(non

komunikasi
bentuk-bentuk
secara

kemalangan
yang

dan
dialami

verbal)

maupun

pasien agar terus terdorong tekad

(verbal).

Adapun

untuk menolong dan memberikan

empati

perawat

pelayanan terbaik dalam tugas

kognitif

meliputi:

-

keperawatan gangguan jiwa.

menganggap tempat kerja sebagai
pengganti

diri

rumah,

diam

Saran

dan
21

Berdasarkan

hasil

penelitian

Juliani, E. (2014). Intervensi Psien
Gangguan Jiwa Oleh Pekerja Sosial
Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Yogyakarta. 9-25.

dan

kesimpulan, maka peneliti memberi saran
sebagai berikut:
1. Perawat
Diharapkan

penelitian

ini

Lestari, W. (2014). Stigma dan
Penanganan Gangguan Jiwa Berat
Yang Dipasung. 159.

bisa

menjadi referensi perawat tentang

Moleong, L. 2000. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT . Remaja

pentingnya empati diaplikasikan
dalam tugas keperawatan jiwa. Dan

Nurhidayah, R. E. (2006). Pentingnya
Kecerdasan Emosi Bagi Perawat.
Jurnal
Keperawatan
Rufaidah
Sumatera Utara , 41.

akan lebih baik lagi jika menjadi
budaya dalam diri bersikap pada
siapa saja tak terkecuali orangorang dengan gangguan jiwa.

Pramuaji, K. A. (2013). Penggunaan
Metode Bermain Peran(Role Play)
Dalam Meningkatkan Empati Teman
Sebaya Siswa Kelas XII.D Jurusan
Administrasi Perkantoran Di SMK
PGRI 02 Salatiga. 10 - 21.

2. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa digunakan
sebagai acuan penelitian sejenis.
Mungkin
psikologis

dengan
yang

variabel

berbeda

Primadila. (2011, 04 12). Pasien Gangguan
Jiwa, Jangan Jauhi Mereka.

dari

empati.

Taufik, D. (2012). Empati Pendekatan
Psikologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo.

DAFTAR PUSTAKA
Wasana, M. O. (2008). Perilaku Prososial
Perawat Ditinjau Dari Empati Pada
Pasien. 1-7.

Hidayah, R. E. (2006). Pentingnya
Kecerdasan Emosi Bagi Perawat.
Jurnal Keperawatan , 39 - 42.
Ibad.

(2013, 12 6). Filsafat Ilmu
Keperawatan Pada Kasus Pasung
oleh Keluarga Pasien Gangguan Jiwa
Perilaku Kekerasan Dibandingkan
Dengan Pendekatan Keperawatan
Secara Profesional.

22