Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

(1)

KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (SUATU STUDI TERHADAP KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN

PERIODE 2009-2014)

OLEH: DONY A A LUBIS

070906026

Dosen Pembimbing :Drs. P. Anthonius Sitepu., M.Si Dosen Pembaca :Husnul Isa Harahap S.Sos., M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

DAFTAR ISI BAB I

I.1 Latar Belakang Masalah ……….1

I.2 Permasalahan………..2

I.3 Perumusan Masalah ………..5

I.4 Pembatasan Masalah ………..5

I.5 Tujuan Penelitian ……….……….6

I.6 Manfaat Penelitian ………….………..6

I.7 Kerangka Teori ….………..7

I.7.1 Teori Perwakilan Politik ..……..……….7

I.7.2 Kinerja ……... ………..15

I.8 Metodologi Penelitian ………..18

I.8.1 Metode Penelitian ………..18

I.8.2 Jenis Penelitian ……... ………..20

I.8.3 Lokasi Penelitian ………...21

I.8.4 Teknik Pengumpulan Data.………..22

I.8.5 Teknik Analisis Data ……….……..24

I.9 Sistematika Penulisan ……….………..24

BAB II KONDISI POLITIK DI KABUPATEN SIMALUNGUN II.1 Deskripsi Kabupaten Simalungun.………..26


(3)

II.2 Sistem Pemerinta……….30 II.3 Lembaga Pemerintahan………..35 II.4 Partai Politik……….………..40

BAB III PENYEBAB RENDAHNYA KUALITAS KINERJA ANGGOTA

DPRD

III.1 Bidang Legislasi………...45 III.2 Bidang Budgeting (Anggaran)……….53 III.3 Bidang Controlling (Pengawasan)………58 III.4 Komunikasi Politik DPRD Simalungun….…………..62

BAB IV PENUTUP

IV.1 Kesimpulan…….………..65 IV.2 Saran……….………67


(4)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala limpahan kasih dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Penulis sadar ini bukan karena kekuatan penulis sendiri, namun karena kasih-Nya lah maka semua ini bisa terselesaikan.

Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah banyak memberi masukan dan bantuan, baik berupa bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu M.Si, selaku dosen pembimbing dan Bang

Husnul Isa Harahap S.Sos., M.Si selaku dosen pembaca. Terima kasih buat bimbingan dan masukan selama pengerjaan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan FISIP USU, dan semua staf

pegawai di Fakultas FISIP USU yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi dikampus ini.

3. Ibu Dra. T. Irmayani M.Si, selaku kepala jurusan Ilmu Politik yang juga

banyak memberi banyak masukan, dan seluruh staf di Jurusan Ilmu Politik.

4. Secara khusu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Alm. E.K


(5)

tidak bisa menemani sampai ke garis Finish. Buat Ibunda tercinta (K.Siagian), bersyukur punya Ibu yang luar biasa yang Tuhan telah kirimkan menjadi Ibu penulis. Dukungan Doa yang sangat luar biasa dan juga dukungan dana.

5. Buat kakak dan adik penulis ( Dina, Rizky, Yurika, dan Dedi) terima kasih

buat semua dukungan selama ini.

6. Buat semua Sahabat dan Rekan di Pelayanan UKM KMK FISIP USU,

Kolumni FISIP USU, TPP KMK FISIP USU periode 2010.

7. Buat KTB Rogate dan Adonai Tzevaot (Bang Abed, Kak Rita, Rascel,

Rika, dan Herbin). Bersyukur bisa ada di sini, dan semoga kita bisa semakin bertumbuh.

8. Rekan-rekan Ilmu Politik angkatan 2007.

9. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak

bisa disebutkan satu persatu namanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Medan, 30 Juli 2012


(6)

ABSTRAKSI

DPR termasuk juga DPRD memiliki fungsi, yakni; (1) Legislasi; (2) Budgeting, dan; (3) Controlling. Inilah yang menjadi indikator mengenai pembahasan kinerja anggota DPRD. Kinerja DPRD yang dibahas disini adalah mengenai kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014. Melihat masih banyaknya persoalan di Kabupaten Simalungun yang belum terselesaikan dan aspirasi masyarakat yang cenderung tidak didengarkan, menjadi tanda tanya besar. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat dan anggota DPRD sebagi wakil rakyat untuk meyalurkan aspirasi kepada pemerintah ternyata belum bisa melaksanakan kinerjanya dengan baik.

Didalam penulisan skripsi ini, digunakan 2 teori untuk menjelaskan tentang kinerja anggota DPRD, yakni Teori Perwakilan Politik dan Teori Kinerja. Sebenarnya ada juga teori lain yang dipakai yaitu Teori Partai Politik, karna anggota DPRD bisa maju dalam pemeilihan anggota Legislatif karna melalui Partai Politik. Namun pembahasan tentang partai politik tidak terlalu banyak, karna yang dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Kinerja.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa DPRD Simalungun harus bisa meningkatkan kinerjanya, karena yang didapati dari hasil penelitian, kinerja anggota dewan belum bisa dikatakan baik.


(7)

ABSTRACTION

Including Parliament House also has a function, namely: (1) Legislation, (2) Budgeting, and, (3) Controlling. This is the discussion of indicators on the performance of members of parliament. Performance Parliament discussed here is the performance of legislators Simalungun 2009-2014. Seeing still many problems in the District Simalungun unresolved and aspirations of the people who tend not to be heard, a big question mark. Parliament as a representative body of the people and members of Parliament as a representative of the people to meyalurkan aspirations to the government was not able to properly carry out its performance.

In the writing of this thesis, used two theories to explain the performance of members of Parliament, namely the Theory of Political Representation and Performance Theory. Actually there is also another theory that is used Theory of Political Parties, because legislators can advance in the Legislature because pemeilihan members through political parties. But the discussion of political parties is not too much, because the research discussed in this paper is about performance.

From the research that has been done, it can be concluded that Parliament should be able to improve its performance Simalungun, because that was found from the results of the study, the performance of board members can not be said to be good.


(8)

BAB I

I.1 Latar Belakang Masalah

Trias politica yang disampaikan oleh Montesqiue, yakni pembagian kekuasaan yang dibagi atas 3 kekuasaan yaitu: Legislatif (membuat undang-undang), Eksekutif (melaksanakan undang-undang-undang), dan Yudikatif (mengawasi). Inilah yang menjadi landasan awal pembagian kekuasaan dibidang politik. Hal ini dimaksudkan agar tidak adanya saling rebut kekuasaan dan agar para elite politik mengerti tugasnya masing-masing.

Di Indonesia sendiri, Legislatif/parlemen disebut dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang kemudian dibagi lagi menjadi DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota. Dimana anggotanya sekarang ini dipilih langsung oleh rakyat. Sebenarnya ada satu lagi parlemen di Indonesia, yaitu DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dimana anggotanya juga dipilih langsung oleh rakyat namun bedanya dengan anggota DPR ialah DPD bukan berasal dari partai politik, melainkan melalui jalur independent. Selain itu, DPD juga tidak ada di tingkat provinsi dan Kab/kota. Namun yang akan kita bahas disini adalah mengenai DPR khususnya kinerja DPRD Kab/Kota.

Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga legislatif ((DPR/DPRD) memiliki 3 fungsi (fungsi ini juga berlaku buat DPR Daerah) yakni: (1) Legislasi, yaitu membuat undang-undang dalam hal ini peraturan daerah ;(2) Controlling/pengawasan, yaitu mengawasi eksekutif (dalam hal ini adalah Bupati)


(9)

ABSTRAKSI

DPR termasuk juga DPRD memiliki fungsi, yakni; (1) Legislasi; (2) Budgeting, dan; (3) Controlling. Inilah yang menjadi indikator mengenai pembahasan kinerja anggota DPRD. Kinerja DPRD yang dibahas disini adalah mengenai kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014. Melihat masih banyaknya persoalan di Kabupaten Simalungun yang belum terselesaikan dan aspirasi masyarakat yang cenderung tidak didengarkan, menjadi tanda tanya besar. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat dan anggota DPRD sebagi wakil rakyat untuk meyalurkan aspirasi kepada pemerintah ternyata belum bisa melaksanakan kinerjanya dengan baik.

Didalam penulisan skripsi ini, digunakan 2 teori untuk menjelaskan tentang kinerja anggota DPRD, yakni Teori Perwakilan Politik dan Teori Kinerja. Sebenarnya ada juga teori lain yang dipakai yaitu Teori Partai Politik, karna anggota DPRD bisa maju dalam pemeilihan anggota Legislatif karna melalui Partai Politik. Namun pembahasan tentang partai politik tidak terlalu banyak, karna yang dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Kinerja.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa DPRD Simalungun harus bisa meningkatkan kinerjanya, karena yang didapati dari hasil penelitian, kinerja anggota dewan belum bisa dikatakan baik.


(10)

ABSTRACTION

Including Parliament House also has a function, namely: (1) Legislation, (2) Budgeting, and, (3) Controlling. This is the discussion of indicators on the performance of members of parliament. Performance Parliament discussed here is the performance of legislators Simalungun 2009-2014. Seeing still many problems in the District Simalungun unresolved and aspirations of the people who tend not to be heard, a big question mark. Parliament as a representative body of the people and members of Parliament as a representative of the people to meyalurkan aspirations to the government was not able to properly carry out its performance.

In the writing of this thesis, used two theories to explain the performance of members of Parliament, namely the Theory of Political Representation and Performance Theory. Actually there is also another theory that is used Theory of Political Parties, because legislators can advance in the Legislature because pemeilihan members through political parties. But the discussion of political parties is not too much, because the research discussed in this paper is about performance.

From the research that has been done, it can be concluded that Parliament should be able to improve its performance Simalungun, because that was found from the results of the study, the performance of board members can not be said to be good.


(11)

BAB I

I.1 Latar Belakang Masalah

Trias politica yang disampaikan oleh Montesqiue, yakni pembagian kekuasaan yang dibagi atas 3 kekuasaan yaitu: Legislatif (membuat undang-undang), Eksekutif (melaksanakan undang-undang-undang), dan Yudikatif (mengawasi). Inilah yang menjadi landasan awal pembagian kekuasaan dibidang politik. Hal ini dimaksudkan agar tidak adanya saling rebut kekuasaan dan agar para elite politik mengerti tugasnya masing-masing.

Di Indonesia sendiri, Legislatif/parlemen disebut dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang kemudian dibagi lagi menjadi DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota. Dimana anggotanya sekarang ini dipilih langsung oleh rakyat. Sebenarnya ada satu lagi parlemen di Indonesia, yaitu DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dimana anggotanya juga dipilih langsung oleh rakyat namun bedanya dengan anggota DPR ialah DPD bukan berasal dari partai politik, melainkan melalui jalur independent. Selain itu, DPD juga tidak ada di tingkat provinsi dan Kab/kota. Namun yang akan kita bahas disini adalah mengenai DPR khususnya kinerja DPRD Kab/Kota.

Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga legislatif ((DPR/DPRD) memiliki 3 fungsi (fungsi ini juga berlaku buat DPR Daerah) yakni: (1) Legislasi, yaitu membuat undang-undang dalam hal ini peraturan daerah ;(2) Controlling/pengawasan, yaitu mengawasi eksekutif (dalam hal ini adalah Bupati)


(12)

dan peraturan daerah yang telah dibuat; (3) Budgeting/Anggaran, yakni

bersama-sama dengan Kepala Daerah menyusun dan menetapkan APBD.1

Ada 4 komisi yang ada di DPRD Simalungun. Masing-masing komisi memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidangnya. Berikut adalah pembagian komisi di DPRD Simalungun periode 2009-2014: (1) Komisi I, Bidang Pemerintahan; (2) Komisi II, Bidang Perekonomian; (3) Komisi

III, Bidang Keuangan; (4) Komisi IV, Bidang Pembangunan.2

Simalungun sebagai kabupaten terbesar saat ini di Sumatera Utara, memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang jika dikembangkan dengan baik akan dapat menjadikan Simalungun sebagai salah satu Kab/Kota dengan PAD tertinggi. Namun buruknya pengelolaan administrasi, sarana yang kurang memadai, bahkan tingginya politik uang didaerah ini, menjadikan daerah ini sulit berkembang melebihi espektasi publik. Kinerja dari anggota dewan pun menjadi sorotan. Anggota dewan yang semula diharapkan bisa menyalurkan aspirasi

Komisi-komisi yang ada memiliki peran serta tanggung jawab masing-masing. Pembagian komisi ini juga sebagai suatu cara agar tidak terjadinya saling serobot dalam hal menjalankan tugas. Selain itu, anggota dewan juga diwajibkan turun ke daerah pemilihannya sewaktu massa reses. Hal ini dimaksudkan agar anggota dewan bisa lebih peka melihat, dan mendengarkan keluhan masyarakat untuk kemudian ditindak lanjuti.

I.2. Permasalahan

1

. B.N Marbun, DPR Daerah &Pelaksanaannya, Jakarta :Radjawali Press, 1988, hal 8. 2


(13)

masyarakat Simalungun ternyata belum bisa memberikan pengaruh apa-apa. Dalam hal administrasi misalnya, susahnya mengurus surat-surat penting di Kabupaten Simalungun dan buruknya pelayanan terhadap publik ketika mengurus surat-surat penting tersebut.

Misalnya dalam hal Budgeting (anggaran), untuk hal anggaran yang disini mencakup hal penetapan RAPBD (Rancanangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) bersama-sama dengan Bupati Simalungun menjadi APBD, sudah berjalan dengan baik. Dalam menetapkan APBD ini, DPRD Simalungun benar-benar menaruh perhatian yang serius terhadap masalah yang terjadi dimasyarakat. Sehingga nantinya APBD ini bisa tepat sasaran dan bermanfaat untuk

kesejahteraan masyarakat.3

Pada bidang controlling, terdapat hal yang sebaliknya. Biarpun ada masa reses bagi anggota dewan, masa dimana anggota dewan turun kedaerahnya masing-masing untuk melihat sudah sejauh mana kemajuan dan apa yang menjadi permasalahan didaerah pemilihannya, namun kebanyakan hal itu tidak dilakukan. Fokus pembangunan yang diarahkan ke Pamatang Raya sebagai ibu kota Kabupaten Simalungun, ternyata membawa damapak yang tidak baik bagi daerah lain. Contoh, jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Bosar Maligas dengan Kecamatan Bandar tepatnya dinagori Boluk kondisi jalannya sangat tidak baik. Padahal jalan itu adalah satu-satunya jalan bagi warga yang ingin ke Nagori Perdagangan. Nagori Perdagangan adalah tempat dimana masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari.

3

. Wawancara dengan Bapak M.Sinaga (Kabag Persidangan dan Risalah DPRD Simalungun) Pada Tanggal 21 Februari 2012 di DPRD Simalungun.


(14)

Contoh lainnya adalah kondisi pasar tradisional yang baru dibangun dan diresmikan Pemkab Simalungun. Baru beberapa bulan diresmikan, listrik dipasar tersebut diputus oleh pihak PLN. Alasannya adalah, pihak Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki tunggakan utang ke pihak PLN yang belum dilunasi. Lagi-lagi pedagang yang sudah membayar uang sewa yang menjadi korban. Kunjungan jajaran Pemkab Simalungun dan anggota DPRD ternyata tidak membawa perubahan apapun. Lagi-lagi kinerja anggota dewan dipertanyakan.

DPRD adalah pengawas eksekutif. Dalam menjalankan fungsinya ini, Pemerintah Kabupaten Simalungun nampak kurang sekali. Beberapa PNS Pemerintah kabupaten Simalungun mengatakan bahwa Bupati Simalungun terlalu mendominasi dalam segala hal. Bahkan Legislatif pun seolah-olah takut kepada dia. Senada dengan pegawai pemerintahan di Pemkab, beberapa warga juga mengatakan DPRD sekarang tidak “bergigi”, alasan warga mengatakan demikian adalah faktor Bupati yang terlalu mendominasi, sehingga apapun aspirasi yang masuk ke dewan hampir tidak pernah didengarkan.

Hal yang menarik ternyata, Kabupaten Simalungun menempati posisi 7 daftar kabupaten/kota paling korup di Sumatera Utara. Hal ini menandakan pengelolaan keuangan dikabupaten ini sangat tidak baik. Birokrasi yang serba uang itulah yang terjadi didaerah ini. Bahkan untuk mengurus KTP warga harus

membayar sejumlah uang.4 Hal ini bertolak belakang dengan harapan pelayanan

terhadap masyarakat yang murah dan berkualitas.

4


(15)

I.3. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang permasalahan kinerja anggota DPRD Kabupaten Simalungun, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014 dalam bidang legislasi, anggaran, dan pengawasan?”.

I.4. Pembatasan Masalah

Adanya pembatasan masalah guna memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, serta untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: “Penulisan ini akan terbatas pada kinerja anggota DPRD kabupaten Simalungun periode 2010-2015. dan kinerja disini adalah berpusat kepada fungsi DPRD itu sendiri yaitu, fungsi pengawasan, fungsi legislasi, dan fungsi anggaran. Adapun kinerja yang dimaksudkan adalah kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014 dalam 3 tahun ini.

I.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat bagaimana sebenarnya kinerja dari anggota DPRD

Simalungun.

2. Untuk mengamati, apakah kinerja anggota DPRD Simalungun sudah

berjalan dengan semestinya atau tidak.

3. Menjelaskan bagaimana sebenarnya fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat


(16)

I.6. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis maupun metodologis, studi ini diharapkan mampu

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi perwakilan politik di Indonesia.

2. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan kemampuan berpikir penulis

melalui penelitian ini.

3. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan acuan maupun referensi dalam

konteks ilmu politik di Indonesia.

4. Menambah pengetahuan masyarakat, yang dalam hal ini lebih di

prioritaskan kepada kinerja anggota dewan.

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada setiap orang

yang ingin maju sebagai anggota legislatif agar lebih mampu menguasai dan memahami kinerja sebagai anggota dewan.

I.7 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian ataupun tulisan tersebut bisa dianggap tidak sah, bila dilihat dari syarat tulisan. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka


(17)

teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti

menyoroti masalah yang telah dipilih.5

Selanjutnya, Singarimbun menyebutkan bahwa: “Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, definisi, dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan suatu konsep dengan

konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu”.6

Dalam perwakilan politik, kita mengetahui ada 2 jenis perwakilan. Yakni perwakilan langsung dan perwakilan tidak langsung. Sejarah perwakilan telah mulai diperbincangkan dalam kehidupan non-politik sejak Yunani kuno, namun pembahasan dalam bentuk konsep telah dimulai pada awal abad ke 14. Thomas Hobbes pada tahun 1965 menerbitkan Leviathan untuk membahas masalah perwakilan politik secara filisofis dan pada abad ke 18 studi yang berpengaruh sampai dewasa ini diantaranya antara lain karena teori kemandirian wakil yang dikemukakan oleh Edmun Burke tahun 1779. Karya Burke (dimana wakil bebas bertindak dan menentukan sikapnya terhadap wakil) dianggap sebagai permulaan studi klasik terhadap perwakilan politik, disusul oleh sejumlah peneliti mulai dari John Stuart Mill sampai dengan Karl Loewenstein.

I.7.1 Teori Perwakilan Politik

7

5

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987, hal 40.

6

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta:LP3ES, 1989, hal 37. 7

http://acbahrulrivai.blogspot.com/2010/04/teori-perwakilan-politik.html diakses tanggal 29 oktober 2011 pukul 20:42


(18)

Studi yang lebih mendalam dilakukan oleh Alfred de Grazia dan Pitkin sudah lebih mendalam dari perwakilan politik. Perwakilan politik sebagai sebuah praktek telah lama berlangsung dalam kehidupan bernegara jauh sebelum teori-teori perwakilan itu lahir, perwakilan politik telah lahir dan dilaksanakan oleh beberapa negara dan bangsa sejak zaman dahulu mulai dari zaman Yunani kuno dan Romawi. Pada zaman Yunani kuno masyarakat hidup dalam suatu negara yang di sebut dengan polis, dimana konsep perwakilan pada saat itu dilaksanakan secara langsung, karena jumlah masyarakat yang relatif sedikit dan wilayah yang tidak terlalu luas. Begitu juga pada zaman romawi kuno. Konsep perwakilan pada saat itu ialah konsep perwakilan langsung. Fungsi perwakilan pun pada saat dulu masih terbatas mengingat kekuasaan raja yang besar dan belum kompleknya

permasalahan negara seperti saat ini.8

Pandangan Rousseau yang berkeinginan untuk berlangsungnya demokrasi langsung sebagaimana pelaksanaannya pada zaman Yunani kuno. Kenyataanya sulit untuk dipertahankan lagi. Faktor-Faktor seperti luasnya suatu wilayah negara, populasi penduduk yang sangat cepat, makin sulit dan rumitnya masalah politik dan kenegaraan, serta kemajuan ilmu dan teknologi merupakan persoalan yang menjadi kendala untuk melaksanakan demokrasi langsung pada era sekarang. Sebagai ganti dari gagasan Rousseau maka lahirlah demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yang disalurkan melalui lembaga perwakilan atau yang dikenal dengan parlemen. Kelahiran parlemen ini pada dasarnya bukan karena gagasan dan cita-cita demokrasi tapi karena kelicikan feodal. Pada abad pertengahan yang berkuasa di Inggris adalah raja-raja/bangsawan yang sangat

8


(19)

feodalistis (monarchi feodal). Dalam kerajaan yang berbentuk feodal, kekuatan berada pada kaum feodal yang berprofesi sebagai tuan tanah yang kaya (pengusaha). Mereka tidak hanya kaya, mempunyai tanah yang luas tapi mereka juga menguasai orang-orang yang ada dalam lingkaran kekuasaan (kerajaan). Apabila pada suatu saat menginginkan raja menginginkan penambahan tentara dan pajak maka para raja akan mengirimkan utusan untuk menyampaikan keinginannya dan maksud pada tuan tanah (Lord). Lama kelamaan praktek semacam ini menurut raja tidak layak sehingga timbul pemikiran untuk memanggil mereka ke pusat pemerintahan sehingga kalau raja menginginkan sesuatu, maka raja tinggal memanggil mereka.

Sebagai konsekuensinya raja harus membentuk suatu badan/lembaga yang terdiri dari pada lord, dan kemudian ditambah dengan para pendeta. Tempat ini menjadi tempat meminta nasehat raja dalam rangka masalah-malasalah kenegaraan terutama yang berhubungan dengan pajak. Secara pelan tapi pasti lembaga ini menjadi permanen yang kemudian disebut ‘’Curia Regis’’ dan

kemudian menjadi House of Lords seperti sekarang.9

Kelahiran House of Lords adalah merupakan pertanda kelahiran lembaga perwakilan pertama di era modern. House of lord dalam perjalannya mempunyai kekuasaan yang sangat besar, maka raja berkehendak untuk mengurangi kekuasaan dan hak-hak mereka, akibatnya timbul pertikaian antara raja dan kaum ningrat (lords), dengan bantuan rakyat dan kaum borjuis kepada kaum ningrat maka raja mengalah, akibatnya hak-hak raja dibatasi. Karena rakyat dan kaum

9


(20)

menengah yang menjadi korban manakala raja membuat kebijakan, maka rakyat minta agar rakyat mempunyai wakil dan diminta pendapat dan keterangannya sebelum sebuah kebijakan dibuat. Karena yang pada awalnya kalangan yang duduk dalam house of lord didukung oleh para rakyat dan kaum menengah yang akhirnya kaum ningrat mendapatkan kemenangan, maka sejak saat itu pula kedudukan rakyat dan kaum menengah menjadi kuat. Sebagai bagian dari perwujudan agar terbentuk perwakilan rakyat maka lahirlah apa yang disebut Magnum Consilium , yang terdiri dari para wakil rakyat yang perkembangan selajutnya adalah bahwa house of commons mempunyai kekuatan yang semakin bertambah. Mereka dapat membebaskan para menteri (perdana menteri) yang mereka tidak sukai walaupun tidak berbuat kejahatan untuk turun dari kekuasaan, kekuasaan yang demikian dilakukan dengan mengajukan ’’mosi tidak percaya’’ yang dapat mengakibatkan jatuh dan mundurnya sebuah kabinet dan itu berlangsung sampai sekarang. Dalam konstitusi Inggris yang lebih berkuasa adalah house of lord yang dipilih melalui pemilihan umum sedangkan house of lord adalah kumpulan para lord yang terdiri dari para orang-orang yang dipilih

secara turun-temurun.10

Menurut Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan” Kehidupan manusia tidak terlepas dari suatu keterikatan sosial, karena kehidupan manusia senantiasa berlandaskan kepada kepentingan. Perjanjian (keterikatan) sosial itu mengakibatkan manusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenap kekuatan dan kekuasaannya masing-masing kepada sebuah majelis, agar kepentingannya tersalurkan bagai sebuah kanal. Terbentuknya majelis (dewan perwakilan) juga

10


(21)

merupakan bentuk sejati dari penyerahan hak dan kekuasaan manusia untuk memerintah dirinya sendiri dalam sebuah komunitas bersama (politik). Namun demikian, majelis pun harus dikenakan syarat yaitu ia harus menyerakan hak kekuasaannya pada manusia-manusia yang telah memandatkannya apabila terjadi perusakan moral majelis. Kekuasaan majelis bersifat ’’absolut’’ karena keterikatan (perjanjian) sosial yang dibangun didasarkan atas penyerahan hak yang dominan dari manusia-manusia kepada majelis dan bukan sebaliknya. Karenanya, majelis (dan juga penguasa politik yang dimandatkan oleh perjanjian) dapat menggunakan segala cara, termasuk kekerasan untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban. Penguasa harus menjadi “Leviathan” (binatang buas). Idealnya, kekuasaan oleh satu majelis lebih baik dijalankan oleh satu orang (center of power), karena jalan satu-satunya untuk mendirikan kekuasaan ialah dengan menyerahkan kekuasaan dan kekuasaan seluruhnya pada satu orang. Sejatinya dewan rakyat/majelis (perwakilan) dipegang oleh penguasa negara, sehingga aspirasi kepentingan rakyat akan cepat terselesaikan daripada menunggu kerja majelis yang penuh dengan perbantahan. Fokusnya majelis berada dalam heredity

power.11

Menurut Montesqiue Kekuasaan yang menampung, membicarakan dan memperjuangkan keterwakilan kepentingan rakyat banyak serta merumuskan peraturan adalah “legislatif”. Mutlak perlu dibentuk legisltif sebagai perwakilan rakyat agar pembicaraan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak akan bisa dipenuhi, tanpa perwakilan, maka yang terjadi adalah ’’suara minoritas (minority sounds) hal yang mudah ditaklukkan oleh mayoritas kekuasaan. Dewan

11


(22)

rakyat (legislatif) merupakan mediator antara rakyat dan penguasa, menjadi komunikator dan agregator aspirasi dan kepentingan rakyat banyak. Realitanya, masyarakat terdiri atas kelas utama yaitu rakyat pada umumnya dan kaum bangsawan. Karenanya dalam lembaga perwakilan harus dibagi dalam dua kamar (chamber) yaitu rakyat umum dan kaum bangsawan. Masing-masing mempunyai hak veto yang dibuat tiap kamar. Prinsipnya, masing-masing kekuasaan politik haruslah dibuat terpisah (trias politica) dan masing-masing memiliki wewenang

untuk saling mengawasi.12

Menurut mandat Imperatif, bahwa seorang wakil yang bertindak di lembaga perwakilan harus sesuai dengan perintah (intruksi) yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak boleh bertindak di luar perintah, sedangkan kalau ada hal-hal atau masalah/persoalan baru yang tidak terdapat dalam perintah tersebut maka sang wakil harus mendapat perintah baru dari yang diwakilinya. Dengan demikian berarti akan menghambat tugas perwakilan tersebut, akibatnya lahir teori mandat baru yang disebut mandat bebas.

Salah satu teori yang menjelaskan tentang lembaga perwakilan adalah Teori Mandat. Dalam Teori Mandat ini dibagi lagi ke dalam 3 bagian. Teori yang pertama ialah teori mandat bebas, teori mandat imperatif, dan teori mandat yang ketiga ialah teori mandat representative. Teori mandat menjelaskan bahwa seorang wakil dianggap duduk di lembaga Perwakilan karena mendapat mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Yang memberikan teori ini dipelopori oleh Rousseau dan diperkuat oleh Petion.

12


(23)

Teori mandat bebas berpendapat bahwa sang wakil dapat bertindak tanpa tergantung pada perintah (intruksi) dari yang diwakilinya. Menurut teori ini sang wakil adalah merupakan orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum dari masyarakat yang diwakilinya sehingga sang wakil dimungkinkan dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya. Ajaran ini dipelopori oleh Abbe Sieyes di Perancis dan Block Stone di Inggris. Dalam perkembangan selanjutnya teori ini berkembang menjadi teori mandat representatif.

Teori mandat representatif mengatakan bahwa sang wakil dianggap bergabung dalam lembaga perwakilan, dimana yang diwakili memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga sang wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi untuk meminta pertanggungjawabannya. Yang bertanggung jawab justru adalah lembaga

perwakilan terhadap rakyat pemilihnya.13

Dalam teori perwakilan, biasanya ada 2 kategori yang dibedakan. Kategori

pertama ialah Perwakilan Politik (Polotical representation) dan Perwakilan

Fungsional (Fungsional Representation). Kategori kedua menyangkut peran

anggota parlemen sebagai pengemban “mandat” perwakilan (representation) adalah konsep bahwa seseorang atau suatu kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Dewasa ini, anggota badan legislatif pada umumnya mewakili rakyat

13


(24)

melalui partai politik. Hal ini yang disebut dengan perwakilan politik (political

representation).14

Dari uraian tentang perwakilan politik dapat kita ambil kesimpulan, bahwa dewasa ini perwakilan politik merupakan sistem perwakilan yang dianggap paling

wajar. Disamping itu, beberapa negara merasa bahwa asas functional or

occupational representation perlu diperhatikan dan sedapat mungkin diakui

kepentingannya disamping sistem perwakilan politik.

Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, tetapi ada beberapa kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang berdasarkan kesatuan-kesatuan politik semata-mata, mengabaikan berbagai kepentingan dan kekuatan lain yang ada didalam masyarakat terutama dibidang ekonomi. Beberapa negara telah mencoba untuk mengatasi persoalan ini dengan mengikutsertakan wakil dari berbagai-bagai golongan yang dianggap memerlukan perlindungan khusus. Misalnya, India mengangkat beberapa wakil dari golongan Anglo-Indian sebagai anggota majelis rendah, sedangkan beberapa wakil dari golongan kebudayaan, kesusastraan, dan pekerjaan sosial diangkat sebagai majelis tinggi.

15

14Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal

317.

15


(25)

I.7.2 Kinerja

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan/ instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.16

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu; (1) Kemampuan mereka; (2) Motivasi; (3)Dukungan yang diterima; (4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan; (5) Hubungan mereka dengan organisasi.

Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

16Ibid , hal 67


(26)

Menurut Gibson ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu; (1) Faktor Individu; (2) Faktor Psikologis; (3) Faktor Organisasi. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kunci guna mengembangkan organisasi.

Menurut Henry Simamora “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.

Pernah mendengar istilah “the right man in the right place”?. Itulah dasar yang menjadikan penulis menghubungkan antara perwakilan politik dengan kinerja. Apa lagi melihat fenomena saat ini, dimana orang-orang seperti latah ikut-ikutuan terjun ke dunia politik. Tidak perduli dia tidak memiliki dasar pemahaman politik yang kuat atau tidak. Hal inilah “mungkin” yang membuat kinerja anggota dewan menjadi tidak karuan. Ketika orang-orang yang duduk di lembaga perwakilan itu tidak tau apa yang akan mereka kerjakan maka, kinerja mereka bisa dipastikan akan menurun bahkan cenderung tidak ada.

Perwakilan politik menggambarkan hubungan perwakilan yang tersusun dalam suatu lembaga atau badan perwakilan di mana si wakil bertindak sebagai wakil bagi rakyat yang diwakilinya. Hubungan ini menggambarkan derajat keterikatan antara siwakil dengan yang diwakilinya. Yang erat kaitannya dengan cara rekrutmen si wakil dan pelaksana tugas siwakil dalam rangka melaksanakan fungsi lembaga atau badan perwakilan. Karena hubungan seperti itu, beberapa pakar sering mencari tipe atau model representasi.

Jadi ketika orang yang tepat yang duduk dikursi lembaga legislatif, maka ada harapan kalau kinerja Lembaga perwakilan kita akan mengalami peningkatan. Apalagi perwakilan menyangkut tentang dua hal, yakni diwakili dan mewakili.


(27)

I.8. Metodologi Penelitian

Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial suda tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metode atau tata cara kerja, maka metodologi ialahpengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrumen penelitian. Konstruksi teknik dan instrumen yang baik dan benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa utntuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, menjelaskan apa

yang diyakini dapat diketahui dari masalah penelitian yang akan dilakukan17

1. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi

terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu. Hasilnya kemudian dicantumkan kedalam tabel-tabel frekuensi.

I.8.1 Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan metodologis, yaitu deskriptif. Penelitian deskriptif ialah langkah-langkah melakukan reinterpretasi objektif tentang fenomena-fenomena sosial yang terdapat dalam masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif biasanya memiliki 2 tujuan, yaitu:

2. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu, seperti

interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain.

Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan

17


(28)

sosial. Karenanya, pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan peengujian hipotesa (seperti yang dilakukan pada penelitiaan eksplanatif) berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan

perbendaharaan teori.18

1. Memusatkan perhatian pada masalah yang ada pada saat penelitisn

dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat faktual.

Penelitian seperti ini juga biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang dirumuskan terlalu ketat. Dengan kata lain, penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan, membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai keadaan saat ini. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran maupun peristiwa pada masa sekarang.

Metode ini merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang diteliti. Ciri-ciri pokok penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif adalah:

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana

adanya,di iringi dengan interpretasinasional yang memadai.

Menurut nasir, gambaran penelitian deskriptif adalah sebagai studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena individu atau kelompok, menentukan frekuensi terjadinya suatu keberadaan untuk meminimalkan bias dan memaksimalkan

18

Sanafiah Faisal, Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 20.


(29)

reabilitas. Analisisnya dikerjakan berdasarkan “exposy facto” yang artinya data

dikumpulkan, setelah semua kejadian berlangsung.19

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode deskrptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

I.8.2 Jenis Penelitian

20

Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi satu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. Masalah yang akan diungkapkan dapat disiapkan sebelum mengumpulkan data atau informasi, akan tetapi mungkin saja berkembang dan berubah selama kegiatan penelitian dilakukan. Dengan demikian data/informasi yang dikumpulkan data terarah pada kalimat yang diucapkan, kalimat yang tertulis dan tingkah laku kegiatan. Informasi dapat dipelajari dan Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kagiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Dari pengertian diatas jelaslah bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif, karena tidak dimulai dari hipotesa sebagai generalisasi, untuk diuji kebenarannya melalui pengumpulan data yang bersifat khusus.

19

Mohammad Nasir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesi, 1983 hal. 105. 20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, hal. 3.


(30)

ditafsirkan sebagai usaha untuk memahami maknanya sesuai dengan sudut pandang sumber datanya. Maka informasi yang bersifat khusus itu, dalam bentuk teoritis melalui proses penelitian kualitatif tidak mustahil akan menghasilkan teori-teori baru, tidak sekedar untuk kepentingan praktis saja.

Secara khusus, penelitian yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta atau data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa. Pada penelitian deskriptif, penulis memusatkan perhatian pada penemun fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya ditemukan. Karena itu dalam penelitian ini, penulis mengembangkan konsep dan menghimpun berbagai data, tetapi tidak

melakukan pengujian hipotesa.21

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada DPRD Simalungun di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun. Adapun alasan dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian adalah:

I.8.3 Lokasi Penelitian

1. Melihat potensi daerah ini, baik SDA dan SDM yang bagus namun belum dimaksimalkan dengan baik.

2. Karena tertarik melihat fenomena politik di Simalungun terkhusus sewaktu pemilihan legislatif didaerah ini.

21


(31)

3. Melihat kinerja anggota dewan didaerah ini yang dilihat belum dirasakan masyarakat Simalungun.

4. Melihat komposisi latar belakang sosial dan pendidikan dari wakil rakyat didaerah ini.

I.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melahirkan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Tatang M. Arifin mengatakan, bahwa ada “data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian”. Dengan demikian tidak semua informasi atau keterangan merupakan data, hanyalah sebagian dari informasi, yakni berkaitan dengan penelitian.

Dalam suatu penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpul data ini sangat berpengaruh terhadap obyeksifitas hasil penelitian. Mempertimbangkan hal tersebut, dan keharusan untuk memenuhi validitas dan realibilitas dalam teknik pengumpulan datanya. Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan,


(32)

maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan

data dengan terjun langsung ke lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan teknik tanya jawab langsung dengan beberapa orang yang memiliki pengaruh pada lokasi penelitian atau daerah yang akan diteliti.

2. Data Sekunder, yaitu penelitian kepustakaan (Library research) yaitu

dengan mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berkaitan dengan penelitian.

I.8.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dengan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema permasalahan. Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, dianalisa, dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.


(33)

I.9. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci, dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam 4 bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian ini, dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di Kabupaten Simalungun. Antara lain, sejarah singakat tentang daerah tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain

BAB III : HASIL DAN ANALISA DATA

Pada bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisa secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.


(34)

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi mupun bagi lembaga-lembaga yang terkait secara umum.


(35)

BAB II

KONDISI POLITIK DI KABUPATEN SIMALUNGUN

II.1 Deskripsi Kabupaten Simalungun

Simalungun dalam bahasa asli Simalungun memiliki kata dasar “Lungun”

yang berarti sunyi, sepi.22 Nama itu diberikan oleh orang luar karena

penduduknya sangat jarang dan letaknya yang berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya dengan istilah “Sibalungu” yang berasal dari legenda hantu yang menyebarkan wabah penyakit didaerah itu. Sedangkan orang Batak Karo menyebutnya dengan panggilan “Batak Timur”

karena terletak disebelah Timur daerah mereka.23

Simalungun adalah salah satu suku asli yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat beberapa asal-usul mengenai nenek moyang suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari luar Indonesia. Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang, yakni; (1) Gelombang Pertama (Proto Simalungun), diperkirakan berasal dari Nagore (India) dan pegunungan Assam (India) menyusuri daerah Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan; (2) Gelombang Kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku disekitar Simalungun yang

bertetangga dengan suku asli Simalungun.24

22

.Pemerintah kabupaten Simalungun, SINALSAL (Panduan Berbahasa Simalungun) tahun 2006, hal 4 .

23

. Ibid, hal 5. 24


(36)

Pada kerajaan Nagur diatas terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yang masing-masing bermarga, Saragih, Purba, dan Sinaga. Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur yang kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan,

yakni: (1) Silou (Purba Tambak); (2)Tanaoh Djawa (Sinaga); (3) Raya (Saragih)25

Selama abad ke 13 sampai abad ke 15, kerajaan-kerajaan kecil ini diserang oleh kerajaan-kerajaan mulai dari kerajaan Singosari, Majapahit, kerajaan dari India dan Aceh, Kerajaan Melayu hingga Belanda. Selama periode ini, tersebutlah cerita “Hattu ni sapar” yang menceritakan tentang kengerian pada saat itu, tentang kekacaun, dan mewabahnya penyakit Kolera hinggan kemudian mereka menyebrangi “Laut Tawar” (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi

kepulau yang dianamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir

(sekali pergi). Saat pengungsi ini kembali ke kampung asalnya (Huta Hasusuran) mereka menemukan sebuah daerah/Nagur yang sepi. Sehingga disebutlah daerah Kerajaan Nagur ini dengan nama Sima-Sima ni Lungun (daerah yang sepi) yang

kemudian menjadi Simalungun.26

Kabupaten Simalungun terletak antar 98,320 – 99,350 BT dan 2,360 – 3,180 LU dengan ketinggian antara 20 – 1400 M diatas permukaan laut yang berbatasan dengan; (1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai; (2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Asahan; (3) Sebelah

25

Ibid, hal 7. 26

Pemerintah Kabupaten Simalungun, P.Siantar SINALSAL (Panduan Berbahasa Simalungun untuk sekolah dasar kelas V) tahun 1999 hal 8.


(37)

Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Samosir; (4) Sebelah Barat, berbatasan

dengan Kabupaten Karo.27

Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 438.660 Ha ( 4,486,60 KM2 )

merupakan 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara sekaligus menjadi

kabupaten terluas yang sebelumnya adalah Kabupaten Deli Serdang.28

 Suhu di Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang. Dan suhu tertinggi

terjadi dibulan Maret – Mei dengan suhu 28

Untuk iklimnya sendiri yaitu:

0

 Kelembapan udara rata-rata 84%, dengan kelembapan udara tertinggi

terjadi di bulan Oktober dengan tingkat kelembapan udara 87% dengan penguapan rata-rata 0,05 MM/hari.

C.

Dalam Satu tahun terdapat rata-rata 14 hari hujan, dengan curah hujan tertinggi terjadi di bulan November. Jumlah penduduk di Kabupaten Simalungun

saat ini dari sensus terakhir tahun 2011 adalah 823.109 jiwa.29

27

. www.simalungun.kab.go.id diakses tanggal 28 oktober 2011 pukul 19.27 wib 28

. Hasil wawancara dengan Bapak M.Sianaga (Kabag Persidangan DPRD Simalungun) 18 Januari 2012

29

.BPS kabupaten Simalungun tanggal 22 Januari 2012.

Potensi ekonomi didaerah ini terutama berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Tahun 2003 Simalungun adalah kabupaten penghasil beras kedua terbesar di Sumatera utara, dan untuk sektor perkebunan banyak di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Banyaknya perkebunan sawit mulai dari BUMN, swasta (contohnya PT.LONSUM, dan Good Year), bahkan dari punya pribadi terdapat di daerah ini. Bahkan pabrik Kelapa Sawit di desa Sei Mangkei akan dijadikan pusat


(38)

industri perkebunan yang bernama Kawasan Industri Sei Mangkei layaknya KIM dikota Medan.

Selain sektor pertanian, sektor pariwisata juga memberikan sumbangan penting pendapatan daerah ini. Yang paling terkenal tentu saja Parapat dengan keindahan Danau Tobanya. Objek wisata yang satu ini menjadi primadona yang sudah terkenal sampai dunia internasional. Selain Parapat, ada juga Sidamanik dengan perkebunan tehnya, Keramat Kubah (tempat berziarah etnis Tionghoa yang dihuni banyak monyet), Museum Simalungun, dan Tugu Letda. Sudjono yang merupakan bukti masuknya PKI ke Sumatera Utara yang terletak di Bandar Betsi.

Dengan potensi yang sedemikian rupa dan juga jumlah penduduk yang banyak seharusnya bisa menjadikan daerah ini menjadi salah satu kabupaten terbaik. Namun untuk memiliki SDM yang berkualitas, maka dibutuhkan juga faktor pendukung. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Dikabupaten ini terdapat satu universitas yaitu, Universitas Simalungun dan satu SMA Plus yang terkenal yakni SMA Plus Raya. Seharusnya dengan sejumlah potensi dan keunggulan yang terdapat didaerah ini, bisa membuat Simalungun menjadi maju. Namun rentetan masalah dikabupaten ini membuat pembangunan hanya jalan ditempat. Pembangunan bandara di Raya juga tidak membawa dampak signifikan bagi daerah ini.


(39)

II.2 Sistem Pemerintahan

Dasar hukum pembentukan kabupaten Simalungun ialah UU Drt. No 7

tahun 195630 dengan ibukota awalnya ialah di Pematang Siantar. Kemudian

ibukota kabupaten ini resmi berpindah ke Pamatang Raya pada tanggal 28 Juni

2008 setelah tertunda beberapa saat.31

Kabupaten Simalungun saat ini terdiri dari 31 kecamatan, yakni (1) Kecamatan Siantar; (2) Kecamatan Dolok Pardamean; (3) Kecamatan Panei; (4)Kecamatan Tanah Jawa; (5) Kecamatan Hutabayu Raja; (6) Kecamatan Jorlang Hataran; (7) Kecamatan Dolok Panribuan); (8) Kecamatan Girsang Sipangan Bolon; (9) Kecamatan Purba; (10) Kecamatan Raya; (11) Kecamatan Silimakuta; (12) Kecamatan Dolok Silau; (13) Kecamatan Raya Kahean; (14) Kecamatan Silau Kahean; (15) Kecamatan Bandar; (16) Kecamatan Pematang Bandar; (17) Kecamatan Bosar Maligas; (18) Kecamatan Ujung Padang; (19) Kecamatan Dolok Batunanggar; (20) Kecamatan Tapian Dolok; (21) Kecamatan Sidamanik; (22) Kecamatan Gunung Malela; (23) Kecamatan Gunung Maligas; (24) Kecamatan Bandar Masilam; (25) Kecamatan Bandar Huluan; (26) Kecamatan Jawa Maraja; (27) Kecamatan Hatonduhon; (28) Kecamatan Pematang Sidamanik; (29) Kecamatan Panombeian Pane; (30) Kecamatan Haranggaol Horisan; (31) Kecamatan Pematng Silimakuta

Saat ini kabupaten Simalungun dipimpin oleh Jopinus Ramli Saragih (J.R Saragih) sebagai Bupati dan Hj. Nuriaty Damanik sebagai Wakil Bupati Simalungun untuk periode 2010-2015 menggantikan Zulkarnaen Damanik – Pardamean Siregar diperiode sebelumnya.

30

. www.simalungunkab.go.id diakses tanggal 26 oktober 2011 pukul 21.08 wib. 31


(40)

Selain 31 kecamatan tersebut, terdapat juga 23 Kelurahan dan 338

Desa/Nagori didaerah ini.32 Di Kabupaten ini Desa disebut dengan Nagori, yang

dipimpin oleh seorang Pangulu Nagori. Untuk struktur pemerintahan kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:

Gambar I

Bagan Struktur Pemerintahan

Sumber: Kantor Kelurahan Perdagangan Kecamatan Bandar

Dari gambar 1 dapat kita dapat lihat bagaimana hubungan antar lembaga/dinas di kabupaten Simalungun. Garis vertikal menggambarkan hubungan antara atasan dan bawahan, sedangkan garis horizontal menggambarkan posisi yang sejajar. Bisa dilihat antara Bupati/Wakil Bupati memiliki hubungan yg sejajar dengan DPRD yang artinya antara 2 lembaga ini tidak ada yang boleh mendominasi dan mengintervensi satu sama lain. Kedua lembaga ini seharusnya

32


(41)

saling bekerjasama sesuai dengan fungsinya. Bupati sebagai Eksekutif dan DPRD sebagai Legislatif.

Dibawah Bupati Simalungun ada Sekretaris daerah yang memiliki pertanggung jawaban tugas langsung ke Bupati Simalungun, dan memiliki hubungan yang sejajar dengan Sekretariat DPRD. Dan dibawah Sekda ada dinas yang juga memiliki pertanggung jawaban langsung kepada Bupati. Dinas-dinas ini memiliki posisi yang sama. Dimana sesama Dinas-dinas tidak dibenarkan untuk mengambil tugas dari dinas lain, kecuali atas perintah atasa, dalam hal ini adalah Bupati Simalungun. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Kadis).

Kemudian dibawah Dinas ada Bagian, dimana tugas dari bagaian ini adalah bagian dari spesifikasi tugas dinas. Hal ini agar tidak terjadi tumpang tindih tugas. Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag). Dan dibawah nya berturut-turut adalah kantoryang dipimpin oleh seorang Kepala kantor (Kakan) dan dibawahnya ada Kecamatan dan Kelurahan.

Kabupaten Simalungun memiliki Lambang Daerah sebagai identitas daerah ini. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No.5 Tahun 1960 menetapkan Lambang Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:


(42)

Gambar 2

Lambang Kabupaten Simalungun

Sumber: simalungunkab.go.id

Arti lambang Kabupaten Simalungun Lambang berbentuk perisai terbagi lima petak dengan dasar lambang hijau lahan. Bagian dari atas lambang digambarkan hiou Suri-suri dengan warna hitam yang bersuat ( bersifat ) putih pada hiou Suri-suri bagian atas tertulis nama Daerah Simalungun dengan tulisan warna putih. Petak kiri atas dan bawah kanan dengan warna merah darah Petak kiri bawah dan kanan atas dengan warna putih Petak di tengah-tengah dengan warna kuning emas Gambar pada petak kiri bawah setangkai padi dengan 17 butir, warna kuning emas. Gambar pada petak kiri atas daun the dengan jumlah 8 helai dengan warna hijau.Gambar pada letak kanan atas Bukit Barisan berpuncak dan dua buah puncak di tengah lebih tinggi dari yang disampingnya dengan warna biru dan sebelah bawah gelombang danau empat baris warna biru muda

Gambar petak kanan bawah, bunga kapas 5 kuntum dengan warna putih dan kelopak bunga warna hijau. Gambar pada petak tengah rumah balai adat dengan susunan galang 10,7 anak tangga, jerjak 8 sebelah, tiang 4, sudut atap lima dan pada rabung atas sedang gambar kepala kerbau dengan warna atap hitam dan


(43)

galang warna putih. Garis batas-batas petak dengan warna hitam dan sebelah luar perisai tepi hiou Suri-suri ditambah dengan garis putih. Pita sebelah bawah perisai dengan warna putih tepinya warna hitam tempat menuliskan semboyan lambang. Semboyan lambang HABONARON DO BONA dalam bahasa Daerah Simalungun yang artinya kebenaran itu adalah pokok.

Untuk makna Lambang sendiri ialah lambang berbentuk perisai adalah menggambarkan kekuatan dan pertahanan membela kepentingan daerah dan negara. Bilangan-bilangan pada bagian-bagian lambang adalah simbolik yang menggambarkan kesetiaan kepada Negara RI. Padi dan Kapas kebutuhan pokok untuk mencapai kemakmuran dan keadilan

Daun teh adalah penghasilan yang utama dari Daerah Simalungun. Gunung dan danau adalah menggambarkan keindahan alamnya. Gelombang danau menggambarkan dinamika masyarakat. Rumah Balai adalah spesifik daerah

yang menggambarkan adat kebudayaan dan kesenian daerah.33

Menurut Pasal 334 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 ,DPRD mempunyai tugas dan wewenang; (1) Membentuk peraturan daerah Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota; (2) Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh Bupati/walikota; (3) Melaksanakan pengawasan terhadap peraturan daerah dan anggaran pendapatan II.3 Lembaga DPRD

33


(44)

dan belanja daerah kabupaten/kota; (4) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/walikota dan atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan dan pengangkatan ; (5) Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota; (6) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah provinsi terhadap rencana perjanjian international di daerah; (7) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama international yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota; (8) Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota; (9) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; (10) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (11) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

DPRD Simalungun resmi berpindah kantor bersamaan dengan berpindahnya ibu kota pemerintahan Kabupaten Simalungun dari semula berada dijalan Asahan P.Siantar, menjadi ke P.Raya yang sekaligus menjadi ibu kota pemerintahan yang baru dari Kabupaten Simalungun. DPRD Simalungun dibagi kedalam 4 (empat) komisi, yaitu; (1) Komisi I bidang Pemerintahan; (2) Komisi II bidang Perekonomian; (3) Komisi III bidang Keuangan; (4) Komisi IV bidang

Pembangunan.34 Anggota DPRD Simalungun saat ini sebanyak 45 orang35

34

. www.simalungunkab.go.id diakses tanggal 26 oktober 2011 pukul 21.43 wib


(45)

berasal dari 5 daerah pemilihan (dapil) di Kabupaten simalungun. Berikut adalah nama-nama anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014 berdasarkan daerah pemilihannya.

Tabel I

Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 1 Kabupaten Simalungun

No NAMA DAPIL PARTAI

1 Burhanuddin Sinaga Simalungun 1 PAN

2 Herlina Gusti Nasution Simalungun 1 PKS

3 Julius Silalahi Simalungun 1 PD

4 Mondanuddin Purba Simalungun 1 PKB

5 Nuriaty Damanik Simalungun 1 Golkar

6 Ojak Naibaho Simalungun 1 PDIP

7 Rajisten Sitorus Simalungun 1 PKPI

8 Suhadi Simalungun 1 PPP

9 Sulaiman Sinaga Simalungun 1 PD

10 Suriawan Simalungun 1 PNBK

11 Umar Yani Simalungun 1 Golkar

Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun

Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Simalungun terdiri dari Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Gunung Malela, Gunung Maligas, Pematang Bandar, Siantar, dan Tapian Dolok. Didaerah Pemilihan Simalungun 1 ini, Partai Golkar

35

. Hasil wawancara dengan bapak M.Sinaga Kabag Persidangan DPRD Simalungun tanggal 18 januari


(46)

dan PD mendominasi dengan masing-masing 2 kursi, sedangkan 7 kursi lainnya dibagi rata untuk 7 partai yang lainnya.

Tabel 2

Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 2 Kabupaten Simalungun

No NAMA DAPIL PARTAI

1 Abu Sofyan Siregar Simalungun 2 PDIP

2 Binton Tindaon Simalungun 2 Golkar

3 Bonar Jetsel Ambarita Simalungun 2 PD

4 Budi Hendrarto Lukman Simalungun 2 PD

5 Evra Sassky Damanik Simalungun 2 PAN

6 Khairul Anwar Simalungun 2 PPP

7 Mariono Simalungun 2 PKS

8 Sri Handriati Simalungun 2 Golkar

9 Suyono Simalungun 2 Golkar

10 Tumpak Siregar Simalungun 2 PPRN

Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun

Untuk daerah pemilihan 2 terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan, Bandar Masilam, Bosar Maligas dan Ujung Padang. Untuk daerah Pemilihan 2 ini, dari 10 kursi yang diperebutkan 3 kursi menjadi milik Golkar, dan PD 2 kursi. Dan sisa 5 kursi lagi dibagi rata untuk 5 partai.

Tabel 3


(47)

No NAMA DAPIL PARTAI

1 Barita Dolok Saribu Simalungun 3 PK

2 Manandus Sitanggang Simalungun 3 PNIM

3 Mukkin Nainggolan Simalungun 3 PD

4 Sahat silitonga Simalungun 3 PKPB

5 Sugiarto Simalungun 3 Golkar

6 Truly Anto Sinaga Simalungun 3 PDIP

Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun

Untuk dapil 3 Kabupaten Simalungun, terdiri dari 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, dan Tanah Jawa. Untuk Daerah Pemilihan 3 ada 6 kursi yang diperebutkan dan semuanya dibagi rata untuk 6 partai politik.

Tabel 4

Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 4 Kabupaten Simalungun

No NAMA DAPIL PARTAI

1 Bernhard Damanik Simalungun 4 PPIB

2 Laris Parapat Simalungun 4 PPPI

3 Mansur Purba Simalungun 4 PD

4 Rospita Sitorus Simalungun 4 PDIP

5 Sarudin Gultom Simalungun 4 PBN

6 Timbul Jaya Sibarani Simalungun 4 Golkar


(48)

Untuk Dapil 4 Simalungun dibagi atas 6 Kecamatan, yakni Kecamatan Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Girsang Sipangan Bolon, Jorlang Hataran, Pamatang Sidamanik, dan Sidamanik. Sama seperti Dapil 3, di Dapil 4 ini juga memperebutkan 6 kursi yang dibagi rata untuk 6 partai politik.

Tabel 5

Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 5 Kabupaten Simalungun

No NAMA DAPIL PARTAI

1 Ae Nainggolan Simalungun 5 Hanura

2 Agus Salim Simalungun 5 Hanura

3 Balker haloho Simalungun 5 PD

4 Edi Irianto Sipayung Simalungun 5 Golkar

5 Jan Rismen Purba Simalungun 5 PPRN

6 Johalim Purba Simalungun 5 PDP

7 Juliani Sinaga Simalungun 5 PAN

8 Luhut Sitinjak Simalungun 5 PKP

9 Mangapul Purba Simalungun 5 PDIP

10 Maren Girsang Simalungun 5 Pelopor

11 Pantas Sitanggang Simalungun 5 Golkar

12 Walpiden Tampubolon Simalungun 5 PD

Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun

Untuk Dapil 5 Simalungun terdiri dari 10 Kecamatan, yakni; Kecamatan Dolok Silau, Haranggaol Horisan, Pamatang Silimakuta, Pane, Panombeian Pane, Purba, Raya, Raya Kahean, Silau Kahean dan Silimakuta. Untuk Dapil 5 ini, dari


(49)

12 kursi Golkar, PD, dan Hanura mendapat 2 kursi dan sisa 6 kursi dibagi rata untuk 6 partai politik.

II.4 Partai Politik

Pasal 28 UUD 1945: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang, inilah yang menjadi salah satu faktor berdirinya partai politik selain itu, berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di beberapa negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.

Partai politik yaitu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Partai Politik adalah adalah suatu organisasi politik yang didirikan dengan dengan tujuan yang sama serta memiliki pemahaman yang sama tentang suatu nilai-nilai dan ideologi. Partai politik juga merupakan kendaran politik bagi orang-orang yang ingin duduk di legislatif, DPR/DPRD khususnya. Partai politik memiliki 4 (empat) fungsi yakni; (1) Pendidikan Politik; (2) Komunikasi Politik; (3) Sosialisasi Politik; dan (4) Kaderisasi Politik (Rekrutmen). Indonesia sendiri adalah menganut sistem Multi Partai dalam sistem kepartaiannya.


(50)

Tujuan dari pembentukan partai politik menurut Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang partai politik, yaitu; (1) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945; (2) Menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia; (3) Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik Indonesia; (4) Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.; (5) Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan; (6) Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (6) Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Di Kabupaten Simalungun sendiri, partai politik sangat diminati dari berbagai kalangan. Strategi partai yang baru berdiri menghimpun massa dari lapisan bawah, sangat mempengaruhi kehidupan politik masyarakat Simalungun. Politik bukan lagi menjadi milik politikus, tapi sudah menjadi konsumsi segala lapisan, termasuk lapisan bawah. Tak perduli apa motivasi mereka menjadi kader suatu partai politik.

Di Simalungun, Partai yang berkuasa adalah Partai Golkar. Hal ini dapat terlihat dari 9 kursi yang berhasil mereka dapatkan, sementara Demokrat dengan 8 kursi. Ditengah hegemoni partai Demokrat, ternyata belum mampu menggeser partai Golkar. Bahkan pamor Demokrat masih kalah dibandingkan dengan PDIP, PPRN, dan Juga PNBK. Hal ini tidak terlepas dari orang-orang yang berada di


(51)

partai tersebut. Figur partai Golkar, PDIP, PPRN, dan PNBK adalah orang yang memiliki pengaruh luar biasa di Kabupaten ini.

Walaupun Demokrat meraih 8 kursi di DPRD Simalungun, hal itu dikarenakan faktor Hegemoni Demokrat, yang kemudian berimbas juga dengan perolehan suara di daerah. Namun terdapatnya nama PPRN, PNBK, bahkan PKPI sangat diluar dugaan. Meskipun hanya mendudukkan 1 orang wakilnya di Legislatif, namun hal ini saya anggap suatu hal yang luar biasa. Bahkan partai seperti PPRN, dan PNBK sanggup mengimbangi partai sekelas PKS, PPP,dan PKB. Pendekatan etnik/kultural yang mengutamakan suku/marga nampaknya berhasil diterapkan partai-partai tadi. Partai-partai baru tadi memilih orang yang “bermarga” dan juga memiliki popularitas didaerah ini. Dan hal inilah yang menjadi kunci sukses naiknya suara partai baru ini.

Pendekatan personal dari masing-masing kader partai juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk mendongkrak suara partai yang baru berdiri. Umumnya para kader, yang juga merupakan caleg dari partai tersebut akan rajin datang ke warung/warung tuak dan melakukan dialog dengan pengunjung kedai tuak tersebut sambil mempromosikan dirinya dan partainya. Cara ini terbukti sukses mendongkrak jumlah suara partai tersebut. Walaupun masih kalah jauh dengan partai-partai seperti Golkar dan PDIP, paling tidak berhasil meloloskan 1 wakilnya di parlemen adalah suatu keberhasilan yang luar biasa.

Selain startegi pendekatan secara personal, satu srategi yang sangat penting adalah pendekatan secara materi. Salah satu faktor penting gagalnya


(52)

partai-partai baru di Kabupaten Simalungun menembus dominasi partai semacam Golkar dan PDIP adalah terletak di faktor yang satu ini. Kekuatan uang sanggup mengubah pendirian seseorang. Apa lagi jika berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang menjadi keunggulan partai seperti Golkar, dimana kekuatan finansial partai mereka lebih kuat dari partai-partai seperti PPRN dan PNBK.


(53)

BAB III

PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DPRD SIMALUNGUN

DPRD adalah lembaga yang berisi wakil rakyat. Maksudnya, di lembaga inilah duduk orang-orang terpilih yang menjadi wakil rakyat, yang menjadi perwakilan rakyat dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Ketika kinerja dari anggota DPRD belum sesuai dengan yang diharapkan, maka aspirasi masyarakat akan semakin jauh untuk didengarkan oleh anggota DPRD.

Sesuai dengan rumusan masalah dari skripsi ini adalah “apa yang menjadi penyebab rendahnya kualitas anggota DPRD Kab. Simalungun periode 2009-2014”. Yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah kinerja dalam hal Legislasi (Pembuatan Undang-undang/Perda), Budgeting (Anggaran), dan Controlling (Pengawasan).

III.1 Bidang Legislasi

DPRD adalah pemegang kekuasaan untuk membentuk peraturan daerah, rancangan peraturan daerah dapat berasal dari DPRD atau Bupati, Ranperda yang berasal dari bupati disampaikan bupati kepada DPRD sedang raperda yang berasal dari DPRD disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati. Kemudian Ranperda tersebut dibahas kedalam rapat paripurna, pembahasan Ranpaerda dilakukan oleh DPRD bersama dengan bupati. Adapun tahap pembicaraan dalam pembahasan Ranperda, sebagai berikut :


(54)

Penjelasan Eksekutif dalam rapat paripurna tentang penyampaian Rnaperda. Dan penjelasan pimpinan komisi/gabungan komisi atau panitia khusus terhadap Ranperda atau perubahan Perda atas prakarsa DPRD.

2. Tahap Kedua

Ranperda yang berasal dari bupati dilakukan pemandangan umum dari fraksi-fraksi, kemudian jawaban bupati terhadap pemandangan umum Fraksi-fraksi-fraksi, lalu kemudian Pendapat Bupati atas usul Raperda oleh DPRD, yang terakhir jawaban fraksi-fraksi terhadap pendapat bupati.

3. Tahap Ketiga

Rapat gabungan komisi atau rapat panitia khusus dilakukan bersama-sama bupati atau pejabat yang di tunjuk.

4. Tahap Ke Empat

Pengambilan keputusan dalam rapat Paripurna yang didahului laporan pembicaraan tahap ke-tiga, pendapat akhir fraksi dan pengambilan

keputusan.36

Legislasi disini adalah proses pembuatan undang-Undang/Peraturan Daerah (Perda). Di DPRD Simalungun sendiri, komisi yang membidangi ini adalah Komisi I yang mengurusi Pemerintahan. namun di DPRD Simalungun,

badan yang khusus mengurusi Legislasi ini baru dibentuk.37

36

Peraturan DPRD Simalungun No 13 tahun 2010 tentang tata tertib DPRD Simalungun, hal 2. 37

Peraturan DPRD Simalungun No 13 tahun 2010 tentang tata tertib DPRD Simalungun, hal 8. Dalam perkembangannya, kinerja bidang legislasi belum bisa dikatakan baik.


(55)

Menurut Bapak M.Sinaga (Kabag. Persidangan dan Risalah DPRD Simalungun) sebagai orang yang diberikan tugas untuk memfasilitasi skripsi saya ini mengatakan, memang kinerja anggota dewan belum bisa dikatakan baik untuk saat ini. Beliau mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja anggota DPRD belum maksimal, diantaranya; (1) Latar belakang Pendidikan, dilihat dari gelar atau titel akademik dari anggota dewan sama sekali tidak ada yang bersinggungan dengan politik. Contohnya adalah gelar dari ketua DPRD Simalungun yakni S.Pd (Sarjana Pendidikan) yang harusnya menjadi seorang akademisi. Kebanyakan anggota dewan maju karena faktor materi biarpun tidak memiliki dasar ilmu politik yang kuat; (2) Lokasi kantor yang jauh jarak antara kantor DPRD dengan kediaman anggota dewan yang cukup jauh yang rata-rata memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota Pematang Siantar; (3) Sarana di kantor DPRD yang belum lengkap, maksudnya disini adalah sarana seperti kondisi jalan menuju kantor DPRD Simalungun yang berlubang, dan akses transportasi yang menghubungkan antara satu kantor dengan kantor lainnya dikompleks perkantoran Pemerintah Kab.Simalungun juga susah karena angkot sebagai sarana transportasi lewat 30 menit sekali. fasilitas dikantor dewan selama 2 minggu penelitian ini dilakukan juga belum bisa dikatakan baik. Contohnya adalah air digedung dewan yang tidak lancer mengalir. Hanya pagi saja yang mengalir, selebihnya tidak. Kondisi kantor yang gersang dan kotor yang mengakibatkan ketidaknyamanan. sehingga mengakibatkan kerja anggota dewan belum bisa maksimal. Berdasarkan teori kinerja yang Dalam hal legislasi, tahun 2010 ada 18 Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui untuk dijadikan Peraturan Daerah (Perda). Ke-18 Perda itu yakni:


(56)

1. Ranperda tentang pencabutan peraturan daerah Kabupaten Simalungun Nomor 7 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet.

2. Ranperda tentang pencabutan Perda Kab. Simalungun No 4 Tahun 2002

tentang retribusi izin peruntukan penggunaan tanah.

3. Ranperda tentang pencabutan Perda Kab.Simalungun No 8 Tahun 2002

tentang retribusi pemakaman, pengabuan mayat, serta penataan dan pembangunan tambak, tugu/monumen di Kab.Simalungun.

4. Pencabutan Perda Kab.Simalungun No 7 Tahun 2004 tentang rettribusi

izin pertambangan daerah.

5. Raperda tentang retribusi pemeriksaan kesehatan hewandan penggunaan

rumah potong hewan Kab.Simalungun.

6. Ranperda tentang retribusi izin usaha kepariwisataan Kab.Simalungun.

7. Ranperda tentang retribusi izin trayekdan tidak dalam trayek

Kab.Simalungun.

8. Ranperda tentang retribusi usaha penggilingan padi Huller dan

penyosohan beras Kab.Simalungun.

9. Ranperda tentang retribusi izin dan pengelolaan pengusahaan sarang

burung walet Kab.Simalungun.

10.Ranperda tentang retribusi izin pelayanan di perairan Danau Toba


(57)

11.Ranperda tentang tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi dilingkungan pemerintahan Kab.Simalungun.

12.Ranperda tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kab.Simalungun.

13.Ranperda tentang perubahan Perda No 17 Tahun 2008 tentang organisasi

dan tata kerja perangkat daerah Kab.Simalungun.

14.Ranperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran

2010.

15.Ranperda tentang perubahan APBD tahun anggaran 2010.

16.Ranperda tentang APBD T.A. 2011.

17.Ranperda Kab.Simalungun tentang Bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan.

18.Ranperda tentang perubahan kedua atas Perda No 17 tahun 2008 tentang

organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kab.Simalungun.

Sedangkan untuk tahun 2011 sampai Februari 2012, ada 14 Ranperda yang telah disetujui untuk menjadi Perda, yaitu:

1. Ranperda tentang perubahan APBD Kab.Simalungun T.A. 2011

2. Ranperda tentang pembentukan Kelurahan Baringin Raya Kecamatan

Raya, pembentukan Kelurahan Aman Sari Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan penetapan batas Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba.


(58)

3. Ranperda tentang perubahan status Nagori Sondi Raya, Nagori Merek Raya, dan Nagori Dalig Raya menjadi Kelurahan Sondi Raya, Kelurahan Merek Raya, dan Kelurahan Dalig Raya diwilayah Kab.Simalungun.

4. Ranperda tentang pemekaran Nagori Kab.Simalungun.

5. Ranperda tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah di Pamatang

Raya.

6. Ranperda tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah

Kab.Simalungun tahun 2011-2015.

7. Ranperda tentang pembentukan Kecamatan Dolok Masagal.

8. Ranperda tentang pembentukan Nagori Nagori Tongah dan Nagori Urung

Pane Kecamatan Purba Kab.Simalungun.

9. Ranperda tentang Pajak Daerah.

10.Ranperda tentang Jasa Umum.

11.Ranperda tentang Jasa Usaha.

12.Ranperda tentang Perizinan tertentu.

13.Ranperda tentang pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD T.A. 2010.

14.Ranperda tentang APBD T.A. 2012.

Jadi total Ranperda yang telah disetujui untuk menjadi Perda terhitung dari 2010 sampai Februari 2012 adalah 32 Perda.


(59)

Dilihat dari jumlah Renperda yang sudah disetujui, menurut Bapak M.Sinaga masih jauh dari harapan. Seharusnya, DPRD bisa menerbitkan lebih banyak lagi Perda. Diawal menjabat, DPRD Simalungun sebenrnya memiliki target menyelesaikan sekitar 50 Perda selama 2 tahun mereka duduk di Legislatif, termasuk mengusahakan Pemekaran Kabupaten Simalungun. Tapi dilihat dari jumlah Perda yang sudah diterbitkan dan pemekaran Kab.Simalungun juga masih belum jelas padahal sudah sejak lama diimpikan masyarakat Simalungun, menurut Bapak M.Sinaga, kinerja anggota dewan belum bisa dikatakan baik.

Senada dengan bapak M.Sinaga, ketua LSM Habonaron Do Bona, Bapak T.Sagala,yang biasa disebut Pak Tahi menuturkan bahwa kinerja anggota DPRD Simalungun Periode 2009-2014 belum bisa dikatakan baik. Salah satu hal yang menjadi sorotan penyebab belum maksimalnya kinerja anggota Dewan ialah masalah latar belakang pendidikan dan motivasi yang salah dari angota dewan. Pak Tahi mengatakan bahwa, motivasi anggota dewan yang salah ketika mereka mencalonkan diri menjadi Calon Legislatif sewaktu pemilihan kemarin sangat mempengaruhi kinerja anggota dewan. Ditambahkannya, anggota dewan sekarang berlomba-lomba mencari proyek demi kepentingan pribadinya. Itu yang menjadi salah satu kesalahan vitalnya, sehingga tidak memikirkan kepentingan rakyat. Kalau masalah latar belakang pendidikan menurut Pak Tahi, semuanya adalah proses belajar. Ada waktu 5 tahun bagi anggota dewan untuk memperbaiki masalah di Kabupaten Simalungun. Tapi kalau selama 5 tahun dipakai untuk belajar, itu juga sudah terlalu lama.

Satu lagi kegagalan DPRD Simalungun dalam hal legislasi ialah memperjuangkan pemekaran Simalungun yang sudah tertunda beberapa lama.


(60)

Kabar terakhir yang saya baca dari surat kabar lokal ialah tidak dimasukannnya

usulan pemekaran Kabupaten Simalungun dalam rapat di DPR RI.38

Fungsi yang kedua adalah Budgeting (Anggaran), dimana DPRD bertugas untuk mensahkan APBD. Disini bukan hanya mensahkan saja, tapi juga berhak mengetahui kemana alokasi anggaran tersebut dan pemakaiannya. Jika tidak sesuai, maka DPRD Simalungun berhak untuk menolaknya.

Hal ini menjadi pukulan telak bagi DPRD Simalungun. Padahal pemekaran Simalungun sudah lama diidam-idamkan masyarakat Simalungun.

III.2 Bidang Budgeting (Anggaran)

39

DPRD Simalungun melalui sidang paripurna yang digelar, Kamis (22/12), dipimpin ketuanya Binton Tindaon, mensahkan atau menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) menjadi APBD Kabupaten Simalungun Tahun

Anggaran (TA) 2012 sebesar Rp 1.463 triliun.40

Selain dihadiri anggota dan pimpinan dewan, sidang paripurna tersebut juga diikuti Bupati Simalungun, JR Saragih, unsur muspida, sekda serta para pejabat di lingkungan Pemkab Simalungun. Sebelumnya, lima fraksi DPRD Simalungun antara lain Fraksi Golkar Bersatu, Demokrat, PDIP, Amanat Habonaron dan Bersatu melalui juru bicara masing-masing fraksi menyampaikan saran dan pendapat atas R-APBD 2012. Kelimajuru bicara fraksi, masing-masing dari fraksi Golkar Bersatu disampaikan Mariono, disusul Fraksi Demokrat

38

Pos Metro Simalungun edisi Jumat 4 Februari 2012. 39

Peraturan DPRD Simalungun No 13 tahun 2010 tentang tata tertib DPRD Simalungun, hal 15. 40

Hasil wawancara dengan Bapak M.Sinaga (Kabag Persidangan dan Risalah DPRD Simalungun) 12 februari 2012 di DPRD Simalungun.


(61)

disampaikan Walpiden Tampubolon, diikuti fraksi PDI Perjuangan disampaikan Trulianto Sinaga, fraksi Amanat Habonaron disampaikan Luhut Sitinjak dan

diakhiri fraksi Bersatu disampaikan Manandus Sitanggang.41

Sedangkan rincian belanja daerah langsung Rp 502 miliar dan belanja tidak langsung Rp 895 miliar. Sementara itu, selisih antara pendapatan daerah dengan belanja daerah mengalami defisit sebesar Rp 8,986 miliar dengan perincian pendapatan daerah sebesar Rp1,389 triliun dan belanja daerah Rp1.398 triliun. Untuk pembiayaan daerah penerimaan sebesar hampir Rp 45 miliar, sementara pengeluaran hampir Rp 36 miliar, sehingga pembiayaan netto Rp 9 miliar.

Seluruh fraksi dalam pendapat akhirnya menyetujui R-APBD 2012 menjadi APBD Simalungun 2012. Disebutkan Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp113 miliar, dana perimbangan Rp 1,022 triliun, lain – lain pendapatan yang sah Rp 253 miliar.

42

Untuk prosesnya sendiri R-APBD menjadi APBD ialah pertama sekali dibuat rencana kerja. Rencana kerja ini diajukan oleh Bupati Simalungun. Kemudian rencana kerja disusun menjadi PPAS ( Prioritas Plafom Anggaran Sementara ). PPAS ini disusun berdasarkan rencana kerja tadi. R-APBD ketika ingin disahkan menjadi APBD lamanya terbentur di tingkat PPAS ini. setelah PPAS disetujui maka akan diajukan ke Tim Anggaran Pendapatan Daerah ( TPAD ). TPAD inilah yang nantinya bertugas membuat berita acara yang kemudian akan dibuat sidang paripurna untuk menetapkan APBD Kab.

Simalungun.43

41

Berita Acara Sidang Pengesahan APBD Simalungun Tahun 2012 di DPRD Simalungun P.Raya. 42

Hasil wawancara dengan Bapak M.Sinaga (Kabag Persidangan DPRD) 12 februari 2012. 43

. Hasil wawancara dengan Bapak M.Sinaga (Kabag Persidangan DPRD) 12 februari 2012. Itulah sekilas tentang R-APBD menjadi APBD.


(1)

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014”, dengan batasan sampai 2,5 tahun masa kerja anggota dewan. Sedangkan yang menjadi indikator penilaiannya adalah dalam hal Legislasi, Budgeting (Anggaran), dan juga Controlling (Pengawasan) sesuai dengan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat. Setelah melakukan penelitian tentang kinerja dari anggota DPRD Kab.Simalungun periode 2009-2014 maka kesimpulannya adalah secara umum kinerja dari anggota DPRD Simalungun belum bisa dikatakan baik. Bahkan kalau dikhususkan dalam bidang Legislasi, Budgeting, dan Anggaran juga belum bisa dikatakan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan data yang diperoleh langsung dari sekretariat DPRD Simalungun di P.Raya.

Dari penelitian yang telah dilakukan juga ditarik kesimpulan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014, diantaranya:

1. Motivasi awal dari anggota dewan ketika mencalonkan diri menjadi anggota Legislatif, hal ini yang menjadi persoalan paling utama yang membuat kualitas kinerja anggota dewan menjadi berkurang. Dari awal mencalonkan diri, para caleg tadi melihat bahwa menjadi caleg dapat mempermudah segala sesuatunya, dan pastinya bisa menghasilkan banyak


(2)

materi. Bagi caleg yang latar belakang mereka adalah pengusaha, bisa memperlancar usaha mereka.

2. Latar belakang pendidikan, semua anggota dewan memiliki titel tidak perduli asal dari gelar tersebut dari mana dan bagaimana cara bisa mendapatkannya, namun latar belakang pendidikan mereka yang jauh dari politik ternyata cukup berpengaruh. Ketika mereka dihadapakan dengan persoalan birokrasi dan politik, mereka seperti kebingungan. Apalagi, mereka kebanyakan maju menjadi anggota dewan karena faktor materi, karena mempunyai dana yang cukup untuk maju dalam pertarungan memperebutkan kursi di parlemen.

3. Lokasi dan fasilitas. Sejak berpindahnya ibukota kabupaten Simalungun dari P.Siantar ke P.Raya pada tanggal 23 Juli 2008 ternyata cukup mempengaruhi kinerja para birokrat dan juga anggota legislatif. Memang masih bisa dijangkau dengan kendaraan umum, namun jarak yang cukup jauh terutama bagi anggota dewan yang berdomisili didaerah Simalungun bawah sulit tepat waktu untuk datang, sehingga jelas mempengaruhi kinerjanya. Ditambah lagi dengan masalah fasilitas yang belum maksimal tersedia. Bahkan di kompleks perkantoran Kab.Simalungun sangat susah mencari angkutan umum.

4. Pemanfaatan website Kab.Simalungun kurang bisa dimaksimalkan. Padahal, hal itu bisa membantu kerja anggota dewan terkhusus dalam hal sosialisasi setiap kegiatan dan Perda yang telah di terbitkan oleh DPRD Simalungun.


(3)

IV.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung yang telah dilakukan ditempat penelitian secara langsung, maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk perbaikan kinerja anggota DPRD Simalungun kedepannya:

1. Anggota DPRD Simalungun sebaiknya benar-benar mengisi dirinya ketika dia sudah dipercayakan untuk duduk sebagai wakil rakyat. Hal ini termasuk juga tentang motivasi, sehingga tidak hanya materi saja yang dipikirkan walaupun dasar dia tentang politik masih kurang.

2. Anggota DPRD Simalungun seharusnya serius dalam mengerjakan setiap program yang sudah disusun, dan juga serius dalam menanggapi setiap aspirasi dan keluhan dari masyarakat tentang birokrasi.

3. Anggota DPRD Simalungun hendaknya jangan terlalu lama datang ke kantor, tapi juga jangan terlalu cepat pulang dari kantor. Hal ini mempengaruhi kinerja anggota dewan dalam hal memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya.

4. Anggota DPRD Simalungun hendaknya menyamakan perlakuan bagi setiap orang. Jangan masyarakat yang ekonomi keatas yang lebih diutamakan dari pada yang miskin. Seharusnya kebalikan dari pada itu, utamakan masyarakat miskin dari pada yang kaya. Karena sadar atau tidak dari masyarakat ekonomi bawah itulah suara anda lebih banyak.


(4)

5. Anggota DPRD Simalungun harus memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang yang ada untuk meningkatkan kinerja mereka, contohnya lebih dimanfaatkan lagi penggunaan website Kab.Simalungun.

6. Anggota DPRD Simalungun harus bisa lepas dari intervensi dari pihak manapun, termasuk intervensi dari Bupati Simalungun. Supaya jangan ragu menegur Bupati dan jajarannya jika ada kesalahan.

7. DPRD Simalungun supaya lebih membenahi fasilitas di DPRD Simalungun, termasuk akses kekantor DPRD sehingga memudahkan kinerja anggota dewan dan stafnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Birowo, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.

Budihardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Faisal, Sanafiah, Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Moleong, Lexy J, metodologi Penelitian kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994.

Marbun, B.N, DPR Daerah dan Pelkasanaannya, Jakarta: Radjawali Press, 1988.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987.

Nasir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.

Noer, Deliar, Pemikiran Politik di negeri Barat, Cetakan IV, Mizan, Bandung, 1999.

Pemerintah Kabupaten Simalungun, SINALSAL: Pandai Berbahasa Simalungun, P.Siantar, 1998.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survei, Semarang: Pustaka Pelajar, 2005.


(6)

Peraturan DPRD Kabupaten Simalungun No.13 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib DPRD Simalungun.

Sumber lain:

Berita Acara Sidang Paripurna DPRD Simalungun tentang Pembahasan APBD Kab.Simalungun tahun 2012 tanggal 22 Desember 2011.

www.dprd-sumutprov.go.id/ diakses tanggal 28 oktober 2011

www.simalungunkab.go.id/ diakses tanggal 28 oktober 2011 pukul 22.04

http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja. diakses pada tanggal 28 oktober 2011

http://eksposnews.com/view/4/8423/Pimpinan-DPRD-Simalungun-Periode-2019-2014-Dilantik.html, diakses 28 oktober 2011

http://acbahrulrivai.blogspot.com/2010/04/teori-perwakilan-politik.html diakses 29 oktober 2011.


Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 0 18

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 0 24

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 0 18

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 0 24