Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

(1)

MINAT MENONTON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAPANULI SELATAN TERHADAP BERITA POLITIK DI METRO TV ( Studi Korelasi tentang tayangan berita politik dan minat menonton Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana ( S-1 ) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

020904004

FIRDAUS HUSIN DAULAY

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

ABSTRAKSI

Minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik di Metro TV

( Studi korelasi tayangan berita politik dan minat menonton

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV) Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berita politik dan minat menonton anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008. terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan menggunakan model Agenda Setting. Model ini menekankan keaktifan media massa, dalam hal ini Metro TV memberikan pengetahuan dan informasi (peristiwa atau kejadian), sehingga media adalah pihak yang berperan dalam mempengaruhi pola pikir atau pandangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. berita politik yang diberitakan berbagai media massa bersaing untuk memberitakan berita yang lebih baik. Keaktifan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan menonton berita politik di Metro TV, dalam hal ini berita politik telah membentuk pola menonton mereka. Pola tersebut merupakan tindakan rutin, yang berulang-ulang yang mencakup informasi berita politik menjadi persoalan yang sangat urjen dan perlu di beritakan dan kaji. Berita politik yang di maksud dalam penelitian ini ialah berita politik yang di siarkan atau di bahas di Metro TV.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Peneliti memilih populasi ini karena anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih banyak yang belum mengetahui tentang politik dan administrasi pemerintahan, sehingga memungkinkan penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan realitas sesungguhnya.. Jumlah sampel adalah keseluruhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan berjumlah 45 orang dengan teknik penarikan sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang ” setiap penelitian yang di bawah 100 orang maka keseluruhan populasinya di gunakn sebagai sampel (Arikunto). Metode analisis yang di gunakan yaitu metode korelasional. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan mencari sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini dan pengumpulan data di lapangan dengan penyebaran kuisioner. Dalam menganalisa data peneliti, di gunakan 2 cara yaitu: secara deskriptif, dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dihubungkan sedemikian rupa menjadi tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan memakai rumus Spearman’s Rho dan tes signifikan dengan menggunakan test.

Hasil ini terbukti bahwa minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik di Metro TV, yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif adalah Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antara minat menonton berita politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap MetroTV, rs = -13,53 tingkat signifikan hasil hipotesis dilakukan dengan menghitung nilai tabel hitung /rumus test. Nilai tabel = 1,67 nilai tabel hitung = - 6,56 pernyataan korelasi tabel tebel > terhitung di terima baik, keduanya adalah terdapat hubungan antara minat menonton berita politik di Metro TV dengan pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.


(3)

KATA PENGANTAR

Suatau tahap bagi mahasiswa yang berada di punjak akhir masa studinya, untuk menyelesaikan suatu karya ilmiah (skripsi). Karya ilmiah (skripsi) ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan seseorang dari lembaga pendidikan, tempat mahasiswa tersebut menuntut ilmu. Tidak seorang pun mahasiswa yang lulus, sebelum dia menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) dan hal itulah yang terjadi pada saat ini, bagi penulis. Untuk bisa lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, penulis harus memenuhi persyaratan ini.

Penulis menyadari bahwa, untuk masuk pada tahap yang seperti ini, bukanlah ditempuh dengan mudah dan bukan pula hanya mengandalkan kemampuan penulis saja. Tahap demi tahap yang penuh warna. Penulis lewati sehingga sampai pada saat ini. Saat bisa terjadi semua karena ada pihak-pihak yang perperan penting membantu penulis. Syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat bimbingan, semangat, serta kekuatan, yang senantiasa mengiringi langkah penulis setiap hari adalah berasal dari-Nya. Tanpa-Nya penulis sadar tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan karena Allah SWT juga lah, penulis bersyukur untuk orang-orang yang dia berikan untuk hadir mewarnai kehidupan ini. Orang-orang yang sangat teristimewa dan berharga bagi penulis, yang tidak akan mungkin penulis lupakan budi dan hadiratnya. Terimakasih banyak penulis ucapkan kepada Ayahanda Toguan.Daulay dan Ibunda Kalsum Hasibua yang telah membesarkan saya dan memberikan motivasi atau semangat baik dari segi moral dan material. Kepada saudara-saudara penulis: Bou Sayang, Bou Pamorgo, Bou Goyur, terima kasih banyak atas dorongan dan perhatiannya kepada penulis dari kecil sampe sekarang Kak Irma Suryanami Daulay, Nur Ainin Daulay, Warida Minta Putra Daulay, MHD. Roni Tua Daulay, Maskur Rizki Halomoan Daulay, terimakasih banyak untuk bantuan moril dan material yang diberikan selama ini. Tanpa sokongan mereka, tidak akan mungkin bisa sampai pada saat ini. Dan untuk Bere penulis, Indah Amani Lubis, Bakri Nur Lubis, Mutiara Siregar, Irham Hasibuan. Untuk keluarga-keluarga penulis, Bang Mahnud Lubis,Taufik Hasibuan,Dede Siregar,Syawal Hasibuan,Ahmad Hasibuan,Loppo Hasibuan,Darman Hasibuan,dan Uda Hendri dan Keluarga Nanguda Erna dan Keluarga. Dan keluarga yang lainnya, tidak dapat di sebut


(4)

satu persatu, terimakasih untuk doa dan hubungan kekeluargaan yang terjalin baik selama ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A, selaku dekan FISIP USU 2. Bapak Drs. Amir Purba, selaku kepala Departemen Ilmu Komunikasi

3. Ibu Rusni,M.A, selaku Dosen Pembimbing penulis, yang telah membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan Karya Ilmiah (skripsi)

4. Semua dosen Ilmu Komunikasi maupun Dosen-Dosen lain yang telah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah

5. Bapak Drs. Bahrum Harahap selaku Ketua DPRD Tapanuli Selatan periode 2004-2008, atas kesempatan yang di berikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di gedung DPRD Tapanuli Selatan

6. Abanganda Panguhum Nst, Riyadi Hrp, Marwan C, Abd. Rahman Dly, Irsan Lbs, yang rela membantu penulis dalam membantu mengumpulkan data selama penelitian.

7. Angota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-208, yang telah tulus membantu penulis dalm memberikan informasih dan pengisian kuesionernya.

8.

9. Kak Cut, kak Ros, terimakasi banyak atas segala bantuannya

10.Kak Anim,(terimakasi banyak atas bantuan pengolahan datanya dan ilmu SPSSnya

11.Arif Bl Lbs, Carlo, Dani, Pam-pam, Puan, Andi, Nando, Nora, Eva, Ade Co, Ade Ce, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat di sebut satu persatu. Semua teman-teman angkatan 2002, jurusan Ilmu Komunikasi, tarimakasi untuk persahabatannya. Dan begitu juga kepada teman-teman, senior dan junior di kampus USU, terimakasih buat perkenalannya, dan persahabatannya dan pihak-pihak lain, yang tidak dapat di sebut satu perstu, yang telah membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.


(5)

12.Ma Dombat, Pak Tarigan, Kak Dida, Kak Ika, Anwar, Jhon, Adek-adekku tercinta Efrin,Tamimi,Putra,Fahmin,Zakiah Isnaini,Rona, Sofia, Fera, Mahyarni, Anni, Gusnelita, Fitri, Rina, Mena, Halimah,Jurriah,Lia,Helmina dan kawan-kawan Warga Pamen 24 yang tidak bisa disebut satu persatu, begitu juga dengan rekan-rekan seperjuangan baik di lembaga Internal dan Eksternal kampus (Gema P.lawas USU, Gema Bara, Lipembas, HIMPPAS, PMII, Gemasu)

13.Buat yang tercinta, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skiripsi ini, baik dalam bentuk Moral dan Material.

Seperti yang sering dikatakan orang , ”Tak ada seorang pun yang sempurna”, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kreitikan yang sifatnya membangun, dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Karya Ilmiah ini, dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Penulis,


(6)

BIO DATA

Nama : Firdaus Husin Daulay

Tempat /Tanggal Lahir : Tanjung Botung 08 Nopember 1983

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Toguan Daulay Ibu : Kalsum Hasibuan

Alamat : Jl. Djamin Ginting Komplek Pamen No 24 P.Bulan Medan Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD Negeri 1403394 Tanjung Botung Tahun 1996

2. Lulus Madrasah Tsanawiyah Darul Arafah, Lau Bakeri Tahun 1999 3. Lulus Madrasah Aliyah Darul Arafah, Lau Bakeri Tahun 2002


(7)

DAFTAR ISI Abstraksi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran

Bab I. PENDAHULUAN,

I..1 Latar Belakang Masalah I..2 Perumusan Masalah I..3 Pembatasan Masalah

I..4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian I.4.2 Manfaat Penelitian I..5 Kerangka Teori

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa I.5.2 Berita

I.5.3 Berita Politik I.5.4 Minat

I.5.5 Teori Agenda Setting I..6 Kerangka Konsep

I..7 Model Teoritis 1.8 Operasional Variabel 1.9 Defenisi Operasional I.10 Hipotesa

I.11 Metodologi Penelitian I.12 Sistematika Penulisan.

Bab II. LANDASAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.2 Televisi sebagai Media Massa II.3 Berita

II.4 Minat menonton Berita II.5 Teori Agenda Setting

II.5.1 Implementasi Teori Agenda Setting.

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi b. Sampel

III.3 Teknik penarikan sampel III.4 Metode Penelitian

III.5 Teknik Pengumpulan Data III.5 Teknik Analisis Data


(8)

Bab IV. PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data IV.1.1 Tahap Awal

IV.1.2 Pengumpulan Data IV.2 Proses Pengolahan Data

IV.2.1 Penomoran Kuesioner IV.2.2 Editing

IV.2.3 Coding

IV.2.4 Inventarisasi Variabel IV.2.5 Tabulasi Data

IV.3 Analisa Tabel Tunggal

IV.3.1 Krakteristik Responden IV.3.2 Berita Politik di Metro TV

IV.3.3 Minat Menonton Berita Politik di Metro TV IV.4 Analisa Tabel Silang

IV.5 Uji Hipotesis

Bab V. KESIMPULAN DAN DATA

V.1 Kesimpulan V.2 Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRAKSI

Minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik di Metro TV

( Studi korelasi tayangan berita politik dan minat menonton

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV) Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berita politik dan minat menonton anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008. terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan menggunakan model Agenda Setting. Model ini menekankan keaktifan media massa, dalam hal ini Metro TV memberikan pengetahuan dan informasi (peristiwa atau kejadian), sehingga media adalah pihak yang berperan dalam mempengaruhi pola pikir atau pandangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. berita politik yang diberitakan berbagai media massa bersaing untuk memberitakan berita yang lebih baik. Keaktifan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan menonton berita politik di Metro TV, dalam hal ini berita politik telah membentuk pola menonton mereka. Pola tersebut merupakan tindakan rutin, yang berulang-ulang yang mencakup informasi berita politik menjadi persoalan yang sangat urjen dan perlu di beritakan dan kaji. Berita politik yang di maksud dalam penelitian ini ialah berita politik yang di siarkan atau di bahas di Metro TV.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Peneliti memilih populasi ini karena anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih banyak yang belum mengetahui tentang politik dan administrasi pemerintahan, sehingga memungkinkan penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan realitas sesungguhnya.. Jumlah sampel adalah keseluruhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan berjumlah 45 orang dengan teknik penarikan sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang ” setiap penelitian yang di bawah 100 orang maka keseluruhan populasinya di gunakn sebagai sampel (Arikunto). Metode analisis yang di gunakan yaitu metode korelasional. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan mencari sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini dan pengumpulan data di lapangan dengan penyebaran kuisioner. Dalam menganalisa data peneliti, di gunakan 2 cara yaitu: secara deskriptif, dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dihubungkan sedemikian rupa menjadi tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan memakai rumus Spearman’s Rho dan tes signifikan dengan menggunakan test.

Hasil ini terbukti bahwa minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik di Metro TV, yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif adalah Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antara minat menonton berita politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap MetroTV,

r

s = -13,53 tingkat signifikan hasil

hipotesis dilakukan dengan menghitung nilai tabel hitung /rumus test. Nilai tabel = 1,67

nilai tabel hitung = - 6,56 pernyataan korelasi tabel tebel > terhitung di terima baik,

keduanya adalah terdapat hubungan antara minat menonton berita politik di Metro TV dengan pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Media massa sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan perkembangan zaman. Media massa itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat. Seperti di siaran-siaran yang di tampilkan menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, karena media massa memiliki sifat medium, yaitu pesan-pesan yang di sampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi.

Media massa merupakan mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasive,motivative, yang mudah dan dapat di pahami (Wahyudi,JB,1986:207). Ketiga fungsi yang diemban tadi dibentuk dalam berita yang enak untuk didengar dan di terima oleh khalayak.

Pesan-pesan yang disalurkan media massa masuk ditengah-tengah keluarga, kelompok masyarakat dan dapat dinikmati oleh anak-anak, remaja, orang tua, pria maupun wanita, dan cendikiawan, orang yang tidak berpendidikan ataupun rakyat kecil sampai peminpin negara dan orang-orang perkotaan maupun pedesaan. Semua orang berhak menikmati berita-berita yang di proses oleh media massa dimanapun itu di beritakan atau disiarkan karena kemajuan teknologi mendukung untuk semuanya.

Hal ini juga dikatakan oleh Wahyudi, JB, 1986:207, bahwa televisi sebagai media massa sangat memungkinkan dapat memuaskan semua orang, tanpa melihat latar belakang, usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham golongan yang berbeda-beda. media massa dapat membuat orang puas, senang, sedih, marah, gembira yang


(11)

semuanya merupakan hal yang wajar karena sifat-sifat manusia yang berbeda-beda. (Wahyudi, J.B 1986:215).

Berita politik dalam negeri dan luar negeri, akhir-akhir ini televisi banyak mewarnai berbagai fenomena berita politik di media televisi swasta yaitu Metro TV, RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, Anteve, TV7, Lativi, Trans TV, Global TV, Deli TV, khususnya Metro TV yang pada saat ini banyak mengkupas masalah politik seperti

Otonomi Daearah (OTDA) Pemekaran Kabupaten, dan masalah APBD. Serta

perlengkapan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dll. pandangan para tokoh politik dan masyarakat banyak, bahwa Otonomi Daerah dan pemekaran Kabupaten adalah permainan para elit dan pejabat yang haus dengan kekuasaan tanpa memikirkan sejarah dan resikonya.

Pada umumnya ilmu politik dapat di katakan, politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan–tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan–tujuan itu sendiri. Seperti pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistim politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Unsur-unsur pokok untuk konsep pengertian politik yang di atas adalah :

1. Negara ( state ) 2. Kekuasaan ( power )

3. Pengambilan keputusan ( decision making ) 4. Kebijaksanaan ( policy, beleid )

5. Pembagian ( distribution ) atau alokasi ( allocation )

Maka jelaslah bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan sangat perlu menambah pengetahuan mereka tentang masalah politik khususnya


(12)

dan mampu menjalankan kekuasaan (power), mampu mengambil keputusan (decisionmaking) dengan baik dan benar, dan bijaksana (policy,belleid ), dan mampu menjalankan pembangunan di daerah tersebut dengan pembagian atau alokasi (allocation) dengan adil dan benar tepat pada tujuan atau sasaran yang di maksud dalam memajukan daerah Tapanuli Selatan di masa jabatan atau masa periodenya.

Untuk bulan terakhir ini berbagai peristiwa politik dalam negeri, banyak di bicarakan orang banyak dan elit politik di negara kita ini, sehingga media televisi Swasta seperti Metro TV membuat suatu acara Khusus yang membahas masalah politik seperti Acara“ Editorial Media Indonesia, yang membahas mengenai Sistem Pembangaunan di Daerah, Pemekaran Kabupaten atau Otonomi Daerah, Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Undang-undang, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme. Taday’s Dialoque, yang membahas mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme, Tunjangan Kepada Anggota DPR-RI dan DPRD periode 2004-2008, kenaikan dana anggaran anggota DPR-RI dan DPRD. Suara Anda, membahas mengenai kinerja anggota DPR-RI dan DPRD, Tunjangan kelengkapan anggota DPR-RI dan DPRD periode 2004-2009, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN) pembahasan APBD dan PAD, Undang-Undang Perburuhan., rancangan undang-undang pencalonan kepala Daerah dengan secara Independen ( tanpa utusan dari partai politik). Metro Realitas yang membahas mengenai Kericuhan yang terjadi di DPR-RI dan DPRD dan Metro Realitas juga pernah meliput atau menyiarkan kericuhan yang terjadi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan pada saat pembahasan pemekaran kabupaten Tapanuli Selatan, dan kericuhan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Utara pada saat pembahasan Propinsi Tapanuli, kericuhan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) seputara


(13)

mengenai rancangan Undang-undang pencalonan presiden untuk periode 2009-2013 harus bertitel S1 (sarjana).

Dan suatu gambaran tingkat kedewasaan berpolitik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. seperti yang di muat Harian Proklamasi Nomor 190, 6-19 September 2004, kedewasaan berpolitik agaknya masih minim di lembaga

legislatif DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan. Pemaksaan kehendak bermotif

keserakahan mendominasi ambisi segelintir Anggota DPRD Tap-Sel dan aksi gaya premanisme mencuat di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. awalnya mereka memaksakan kehendak sendiri dan tidak mau menerima aspirasi atau suara anggota DPRD Tapanuli Selatan lainnya.

Dalam hal pembentukan Fraksi untuk pemilihan pimpinan ketua DPRD Tap-Sel periode 2004-2008. ketua sementara dan wakil sementara hanya menyetujui cukup tiga Fraksi ( Fraksi Golkar, Fraksi PPP, Fraksi Bersatu ) anggota DPRD lainnya sangat menentang keras Ketua DPRD dan Wakil ketua DPRD (sementara) atas ambisi dan kekerasan yang terjadi di dalam sidang tersebut. Drs. Bachrum Harahap sempat mengeluarkan kata-kata ancaman, seperti yang tirukan oleh anggota DPRD Pada saat itu “saya ini preman, bawa klewangmu, biar kita main! kita lihat siapa yang jago”. Tantang Drs. Bachrum Harahap. di depan anggota DPRD Tap-Sel, Drs. Bachrum Harahap berdiri tegak di depan anggota DPRD lainnya sambil mengayunkan kepala tinjunya. dimana banyak orang menilai pembentukan Fraksi di bagi atas tiga, dan PREMANISME di DPRD Tap-Sel adalah ulah Drs. Bachrum Harahap yang pada saat itu Ketua DPRD Tap-Sel (sementara) dan Khoiruddin Siregar S.Ag Wakil Ketua (sementara) dan juga sama-sama pimpinan Partai terbesar di Tapanuli selatan, Golongan karya dan Partai Persatuan Pembangunan.


(14)

Dari pemaparan di atas jelas bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih kurang pengetahuannya tentang masalah Politik serta instansi Pemerintahan. peneliti tertarik untuk mengetahui peningkatan pengetahuan khususnya politik anggota DPRD Tap-Sel dari Setahun Yang lalu dengan sekarang dan media yang mereka gunakan untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

Jenjang pendidikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008 adalah: SD (Sekolah Dasar) tidak ada, SMP (Sekolah Menengah Pertama) tidak ada, SMA (Sekolah Menengah Atas) 17 orang (37,8%) Akademi (Diploma II/III) 1 orang (2,2%) Perguruan Tinggi 27 orang (60,0%).

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana tayangan berita politik dan minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV “.

I.3 PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan peneliti, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. adapun pembatasan masalah yang akan di teliti adaalah :

1. Penelitian hanya terbatas pada minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita Politik.

2. Penelitian hanya terbatas pada pengetahuan dan pemikiran politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daearah Tapanuli Selatan.


(15)

3. Untuk mengetahui korelasi tentang minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008 menonton berita politik di Metro TV. 4. Penelitian dilakukan terbatas kepada acara di Metro TV, Yang membahas

mengenai berita Politik.

5. Objek penelitian adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2009.

6. Penelitian di lakukan selama seminggu dari tanggal 9 s/d 21 Juli 2007

I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan untuk menonton berita politik di Metro TV.

3. Untuk mengetahui pemikiran Politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapnuli Selatan.

4. Untuk mengetahui korelasi minat menonton berita politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan di Metro TV.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara praktisi, penelitian ini di harapkan dapat ,melengkapi penelitian ilmu sosial dan ilmu politik khususnya dalam meneliti hubungan antara dua variabel


(16)

mengenai acara-acara televisi terhadap pengetahuan politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

I.5 KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu di susun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti (Nawawi,1993:39-40)

Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan dibahas adalah komunikasi dan komunikasi massa, berita, berita politik, minat, dan teori Agenda Setting.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Menurut Astrid S.Susanto, Komunikasi adalah kegiatan pengoperan kegiatan lambang yang mengandung arti atau makna (Arifin,1988:25).

Menurut Harold Lasswell, Komuniaksi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni:

a. Pesan (messege)

b. Komunikator (comunicator, source,sender) c. Media (channel,media)

d. Komunikan (comunicant, comunicate,receiver,recipient) e. Efek (effect, impact,influence) (Effendy, 1992:10)


(17)

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yakni, Pertama, Komunikasi oleh media, dan Kedua, Komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti, komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya memilih-memilih media. (Rivers, 2003:18).

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi massa, yakni (Effendi, 1993: 81-83).

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang di sampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikasi bersifat heterogen

Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standart hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Yang di maksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berbeda dalam keadaan terpisah.


(18)

d. Hubungan Komunikator-komunikan bersifat non pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikasi yang anonim dicapai oleh orang-orang yang di kenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

1.5.2 Berita

Menurut Simbolon (1997:88-89), secara tekhnis berita muncul hanya setelah dilaporkan. segala hal yang diperoleh dilapangan dan masih akan dilaporakan, belum meruapakan berita. hasil lapangan itu masih merupakan peristiwa itu sendiri, peristiwa yang disaksikan oleh reporter atau wartawan. berita tidak lain adalah peristiwa yang dilaporakan.

Terjadinya suatu peristiwa tidak dengan sendirinya menjamin tersedianya fakta yang di perlukan untuk berita yang akan di tulis wartawan. apalagi wartawan tidak menyaksikan sendiri atau berada di tempat kejadian peristiwa (TKP).Dalam pemahaman berita politik, dengan demikian tidak hanya merupakan sekumpulan pesan dalam satu format tertentu, tetapi telah menjadi sebuah drama kemanusiaan, membentuk lakon-lakon sosial, membangun satu fenomena politik sehingga kegiatan politik bukan lagi sekadar mekanisme abstrak yang mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output), tetapi telah menjadi kisah pertarungan manusia dalam memberikan pemahaman tertentu pada publik.

Berita yang baik dan benar (dipercaya dan obyektif) hanya dapat di tulis apabila di dukung fakta dan data yang akurat. Adapun keberhasilan mengumpulkan data dan data yang akurat sangat tergantung pada bagaimana fakta dikumpulkan secara benar.


(19)

Berbicara mengenai politik, demikian lazimnya anggapan orang, adalah berbicara mengenai naluri kekuasaan yang dibenarkan secara sosial. Politik dalam arti yang seluas-luasnya adalah dimensi kekuasaan yang mengatur dan mengarahkan kehidupan sosial secara keseluruhan. Seperti ungkapan Hardiman (1990), persoalan yang terus muncul mengenai kehidupan sosial itu adalah siapa yang berhak mengatur dan mengarahkannya serta bagaimana pengaturan dan pengarahan itu dapat dilaksanakan. Secara lebih sederhana persoalannya adalah manakah "figur" politik yang dapat diterima semua pihak. ini adalah soal legitimasi.

Sebuah kekuasaan (kuasa-eksistensi) harus dilegitimasikan agar efektif pada semua pihak. kekuasaan itu sekurang-kurangnya harus tampak benar di hadapan khalayak. dalam konteks inilah media massa dengan kuasa beritanya menemukan perannya. Ini karena, seperti asumsi teori agenda setting media, jika media dengan kuasa beritanya memberikan penekanan tertentu pada sebuah peristiwa, khalayak juga cenderung akan menganggapnya penting. berita (media) dengan demikian memiliki arti yang sangat penting bagi para capres untuk kepentingan konstruksi legitimasi dengan memancarkan satu preferensi citra atau bahkan ideologi tertentu.

Sejumlah perangkat citra dan ideologi diangkat dan diperkukuh oleh sebuah berita, diberikan legitimasi oleh para narasumbernya untuk kemudian diedarkan secara persuasif, yang sering kali dengan cara yang sangat mencolok kepada publik. dalam proses ini konstelasi-konstelasi citra atau gambaran tertentu memperoleh arti penting dan terus-menerus meningkat.

Dalam komunikasi pemasaran, hal itu disebut strategi citra multi-level image dengan strategi total segment. Sebab, menjual capres memang berbeda dengan menjual


(20)

barang, seperti yang dilakukan Amien Rais, demikian juga halnya yang ingin dilakukan capres-capres lain.

Kekuatan dan kelemahan berita untuk mendistribusikan preferensi-preferensi citra tertentu sang capres demi mendapatkan legitimasi-legitimasi tertentu pula, dalam bahasa Rakhmat (1997), hal itu disebut sebagai sebuah "video-politik". Sebuah drama, di mana seorang capres harus lihai betul, kapan ia harus menjadi Ronaldo, kapan menjadi Ki Narto Sabdo, kapan menjadi Brad Pitt, kapan pula menjadi Gandhi.

1.5.3 Berita Politik

Kehidupan politik dan kenegaraan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan rakyat, karena itu setiap orang akan tertarik akan dengan berita-berita politik. Pengertian politik disini adalah dalam arti yang luas, yakni sebagai ilmu pemerintahan negara, jadi tidak hanya terbatas kepada pengertian partai dan kegiatannya. Jadi politik dalam arti yang luas yang dimaksudkan itu akan mencakupi tidak saja masalah-masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum dan kerisis-kerisis kabinet, akan tetapi juga sampai kepada masalah-masalah politik yang timbul didaerah-daerah.

Kalau kita memperhatikan harian-harian yang terbit di ibu kota sepintas lalu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halaman satu harian-harian tersebut boleh dikatakan dipenuhi oleh berta-berita politik.

Pada masa sebelum orde baru pemberitaan politik yang seru yang tercermin diharian-harian ibukota disebabkan karena hampir semua harian-harian yang ada sikuasai atau dikontrol oleh partai-partai politik, sehingga harian-harian itu lalu menjadi


(21)

terompet partai, yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan partai politik yang menguasainya. Demikianlah misalnya, sering terlihat pada masa itu terjadinya polemik-polimik antara berbagai harian mengenai masalah-masalah politik, yang kadang-kadang demikian berlarut-larut sehingga membahayakan kesatuan dan ketentraman umum, sehingga pihak pemerintah terpaksa mengambil tindakan untuk menertipkannya. Polemik yang hangat pada bagian kedua tahun 1964 terjadi antara Harian Rakyat, Bintang Timur Cs melawan harian Merdeka dan Berita Indonesia cs, tentang soal-soal politik seperti misalnya tentang aksi sepihak, aksi pemboikotan film, pidato D.N Aidit tentang pancasila dan lain sebagainya.

Pemberitaan politik ini mengalami pasang,naiknya pada saat-saat akan terjadinya reshuffle kabinet, sidang-sidang MPR, DPR-RI, Kongres-Kongres Partai, dan pada waktu menghadapi Pemilihan Umum.

Dalam alam liberal, dimana pemerintah ada dalam stelsel demokrasi parlementer, pasang naiknya pemberitaan politik adalah pada saat-saat terjadinya kerisis kabinet, pemilihan umum baik untuk DPR-RI atau badan-badan legislatif lainnya, maupun pemilihan presiden.

Berita-berita politik selalu menarik perhatian pembaca, karen politik pada abad ke-20 dan abad demokrasi dalam berbgai manifestasinya sekarang, akan sangat mempengaruhi kepentingan pribadi-pribadinya didalam suatu negara. Dalam hubungan ini tidak hanya berita-berita politik internasional menarik perhatian pembaca. Kemenangan partai buruh (labour party) di Inggris pada tahun 1964 dan meninggalnya Breshnev dijatuhkan Nikita Chruschov dari pimpinan kenegaraan Soviet Uni, akan mempengaruhi situasi politik internasional dibagian negara lainnya. Jadi teranglah


(22)

berita-berita politik memegang atau memainkan peranan yang penting dalam peberitaan surat-surat kabar.

Sebagaimana telah dikemukakan mengenai harian-harian di ibukota yang banyak disponsori atau dikuasai oleh partai-partai politik, kita dapat melihat cara atau kecondongan politik sesuatu surat kabar, sebagaimana dikatakan oleh Warren, dalam buku modern news reporting:

“Politik surat kabar nampak dengan tegas dan nyata didalam pemerintahan politik dari pada pemberitaan-pemberitaan lainnya, karena alasan-alasan yang nyata bahwa politik tidak dapat dipisahakan dengan masalah-masalah umum (publik).”

Pemikiran isi media pada dasarnya suatu proses konstruksi realitas secara subjektif oleh pengolahan media. Isi berita politik tidak sepenuhnya menggunakan apa sesungguhnya yang terjadi melainkan cendrung subjektif dalam penulisannya. Berita politik yang di sampaikan adalah hasil dari konstruksi dari realitas itu sendiri. Oleh karena itu berita politik merupakan dalam posisi orentasi bisnis atau kekuatan politik kekuasaan tertentu. Maka biasanya takkan terelakkan sehingga realitas berita politik adalah konstruksi yang syarat dengan kepentingan.

Shoemaker dan Reese ( 1996:34) membagi peran media dalam berita politik kedalam suatu katagori, media dan berita politik bisa secara aktif dan pasif. Berita politik dalam media adalah, media yang berperan aktif dalam memberitakan berita politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan mengskonstrusikannya. Secara sadar dan memiliki tujun tertentu untuk mengarahkan pendugaan dalam hal ini sifat media dalam memberitakan politik tidak netral dan berpihak konsep media pasif. Sebaliknya, menanggapi media hanyalah menyampaikan pesan politik atau sebuah peristiwa apaadanya. Menurutnya, berita politik yang di


(23)

sampaikannya, yaitu berita yang di sampaikan media tidak sengaja untuk mempengaruhi khalayak. Sehingga jika terjadi efek pengaruh tergantung dari konstruksi khalayak, bukan pada medianya.

Tidaklah muda menentukan apakah tayangan media televisi itu mempunyai realitas sosial atau telah direkayasa oleh televisi. sebab teknologi telah mendekatkan kondisi yang sebenarnya. Dramatisasi tayangan-tayangan baik berita politik maupun iklan politik begitu alami sehingga bagi masyarakat akan hal ini di anggap sebagai kebenaran. Karena itu kepentingan politik yang sanggup membayar untuk sport tayangan. Bias ekonomi politik media dalam hal ini tidak bisa di hindari.

1.5.4 Minat

Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Minat terbentuk melalui empat tahapan, yaitu melalui proses memperhatikan, ketertarikan, memahami, dan mengingat. Minat dapat di katakana sebagai sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang akibat adanya objek tertentu.

I.5.5 Teori Agenda Setting

Pendekatam teori Agenda Setting sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru dalam penelitian Komunikasi. hal yang bertahan dan berkembang dewasa ini menganggap bahwa media massa memberikan perhatian pada issu tertentu. Maka beberapa penelitian telah memberi perhatian untuk mengkaji “mengapa” orang terlibat


(24)

dalam perilaku Komunikasi. ( Hermando Gonzales diterjamahkan oleh Amri Jahi, 1990:17 ).

Para pakar telah lama mengenal bahwa media mempunyai potensi untuk menyusun isu-isu bagi publik. Walter Lippman, berpandangan bahwa publik menanggapi sesuatu tidak dari peristiwa-peristiwa aktual di lingkungannya. Melainkan pada suatu pseudoenvironment atau, sebagaimana digambarkannya, “gambaran di kepala “ ( Lippman, dalam Littlejohn, 1992:360 ).

Teori Agenda Setting telah banyak digambarkan oleh Donald Shaw, Maxwell

McCombs, dan kolega-kolega mereka (Shaw dan McCombs, 1971). Dalam karya

mereka mengenai hal ini, Shaw dan McCombs menulis tentang fungsi agenda setting “Bukti yang dipertimbangkan telah terkumpul bahwa para editor dan penyiar memainkan bagian penting dalam membentuk realitas sosial kita sebagaimana mereka mengerjakan tugas sehari-hari mereka dalam pemilihan dan penayangan berita.Dampak media massa ini (kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif di antara individu-individu, untuk menyusun pemikiran mereka). Telah di beri label dari agenda setting dari komunikasi massa. Disini mungkin terletak sebagian besar pengaruh yang penting dari komunikasi massa. Kemampuannya untuk secara mental menata dan mengorganisasikan dunia kita untuk kita. Ringkasnya, media massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan secara mendalam (Shaw dan McCombs, 1977:5)”. Dengan kata lain, agenda setting mengembangkan isu-isu atau citra-citra yang mencolok dalam pikiran publik.


(25)

Agenda setting terjadi karena pers harus selektif dalam melaporka berita. Saluran berita, sebagai penjaga garbang informasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu apa yang diketahui publik mengenai keadaan pokok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas merupakan produk dari penjagaan gerbang media.

Fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian (Rogers dan Dearing dalam Anderson, 1988:555-593). Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun. Proses ini memunculkan isu-isu mengenai bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berintraksi dengan agenda publik, atau naluri publik terhadap pentingnya isu. Proses ini memunculkan pertanyaan bagaimana kekuasaan dimana media mempengaruhi agenda publik,dan bagaimana media melakukannya.Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuatan kebijakan publik dan privat penting. Dalam versinya yang paling sederhana dan paling langsung, teori agenda setting meramalkan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik dan pada gilirannya,agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan . agenda setting di sini, bermaksud bahwa apa yang diberitakan oleh media massa tertentu, misalnya surat kabar adalah media, dimana agenda media tersebut yang mampu mempengaruhi khalayak pembaca berita tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dan akhirnya membentuk tindakan baik dari khalayaknya secara langsung maupun tidak langsung.

Meskipun sejumlah studi menunjukkan bahwa media dapat mempengaruhi secara kuat agenda media itu sendiri. Hubungan itu mungkinkan menjadi salah satu penyebab yang saling mempengaruhi atau penyebab yang linear saja.


(26)

Opini yang berlaku kini di antara para peneliti tampaknya adalah bahwa media dapat mempunyai pengaruhi yang kuat terhadap agenda publik, tetapi tidak selalu. Kekuasaan media bergantung pada faktor-faktor seperti kredibilitas media terhadap isu-isu tertentu pada saat tertentu, tingkat konfling fakta seperti yang diterima oleh anggota publik secara individual, tingkat nilai-nilai media yang dimiliki bersama secara individual pada saat tertentu, dan kebutuhan publik terhadap bimbingan . bila kredibilitas media tinggi, konflik fakta rendah, nilai-nilai media yang dimiliki bersam, dan mereka mempunyai kebutuhan terhadap bimbingan tinggi, maka mungkin media kuat dalam membentuk agenda publik (Heru Puji Winarso, 2005: 101-103). Misalnya berita politik yang sangat hangat mencuat kepermukaan yaitu mengenai calon Independen untuk kandidat Gubernur dan Bupati. Bagi khalayak pengguna media massa yang belum mengetahui jelas bagaimana sebenarnya perkembangan politik di negara kita ini mengenai tata cara pencalonan untuk menjabat sebagai Bupati dan Gubernur di indonesia, dan bila masyarakat menonton televisi atau membaca media massa maka khalayak akan mengetahui perkembangannya. Media massa dalam hal ini sering memberikan berita secara intens. Maka masyarakat yang sebelumnya belum mengetahui Daerah Tapanuli Selatan yang sudah menjadi otonomi daearah yaitu menjadi tiga Kabupaten pada bulan juli 2007 yang lalu, Akhirnya mengetahui setelah menonton dan membaca media massa dan khalayk bisa untuk merencanakan tindakan atau rencana kedepan dan menambah pengetahuan politik dari reaksi berita yang di konsumsinya menjadi yang sangat berharga. Begitu besar pengaruh media terhadap publik, sehingga mampu mempengaruhi kehidupan publik itu sendiri. Publik tidak akan memberikan perhatian kepada berita-berita yang disajikan media, bila berita yang disajikan tersebut


(27)

tidak menarik dan tidak pula mempengaruhi hidup publik sebagai khalayak penerima berita.

Untuk lebih memperjelas tentang tiga agenda (Agenda media, Agenda khalayak, dan Agenda kebijakan ) dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin da Tankard, 1992), sebagai berikut :

1. Untuk Agenda Media, dimensi-dimensi :

a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjol berita. Misalnya, seberapa sering berita politik di siarkan di Metro TV.

b.Audence Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. Artinya, kita bisa mengetahui sejauh mana berita politik mampu memenuhi kebutuhan kognitif (informasi/pengetahuan) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik. Apakah masyarakat sudah puas akan informasi yang di dapatnya atau tidak.

c.Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. Artinya, berita politik tentu akan menyenangkan bagi pihak-pihak tertentu ( misalnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang sebelumnya tidak tahu, pemerintahan yang hari-harinya berhubungan dengan orang banyak maka segala sesuatunya ilmu pengetahuan dan perkembangan politik khususnya di lingkungannya dan umumya di Indonesia harus diketahuinya, maka mereka akan merasa senang atau puas akan kebutuhan informasinya telah terpenuhi ) dan bila pula merugikan bagi pihak-pihak tertentu (misalnya, anggota Dewan


(28)

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan merasa rugi jika khalayak mengetahui keburukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, khususnya mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ), yang sering terjadi di instansi pemerintahan kita sekarang ini, dan sebagainya ).

2. Untuk agenda Khalayak, dimensi-dimensi :

a. Familiarity (keakraban), yakni derajat kesadaran anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan topik tertentu. Contohnya, apakah dengan mengetahui berita politik di Metro TV, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan bekerja dengan baik sesuai dengan amanah rakyat dan UUD 1945? Semua kembali kepada keputusan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi. Misalnya, dengan berita politik ada pihak yang memberi tanggapan mengenai kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, misalnya dari LSM, Organisasi Kemahasiswaan, dan lain sebagainya.

c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Adanya pihak yang menerima atau menolak pemberitaan berita yang disajikan media massa tertentu. Misalnya dalam hal biaya Anggran Pendapan Belanja Daerah (APBD) dan biaya-biaya lainnya. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan ada yang setuju di beritakan dan ada juga yang tidak setuju dengan pemberitaan mengenai Anggran Pendapan Belanja Daerah dan anggaran lainnya.


(29)

3. Untuk agenda kebijakan, dimensi-dimensi :

a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi sesuatu berita tertentu. misalnya, dengan maraknya berita Korupsi, Kolusi Nepotisme (KKN) di media massa, banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang bersiap-siapa dan mencari payung hukum serta ada yang mendekat dengan tiba-tiba kepada masyarakat dikarenakan banyaknya tuntutan atau adanya dari pihak masyarakat dan mahasiswa yang berunjuk rasa menuntuk transparansi anggaran-anggaran di daearah Tapanuli Selatan, demi terwujutnya daearah tersebut bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. Misalnya, memberikan pengarahan atau penjelasan kepada masyarakat dan mahasiswa tentang anggaran-anggaran yang masuk ke kas daerah dan anggaran-anggaran yang dikeluarkan dari kas daerah, agar terlaksananya transparansi di daerah Tapanuli Selatan.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Misalnya, sangsi atau hukuman yang di berikan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan jika melakukan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Walaupun dia masih tersangka atau belum terbukti.

Orang akan cendrung mengetahui hal-hal yang di beritakan media massa dan menerima susunan perioditas yang di berikan oleh media massa terhadap isu-isu yang berbeda. pada penelitian komunikai massa yang menganggap bahwa media massa


(30)

memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi yang berkaitan dengan proses belajar dan perubahan sikap dan pendapat. studi empiris terhadap komunikasi massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cendrung terjadi adalah dalam informasi.

Teori Agenda Setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang di tawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa. orang belajar dari isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingan.

Teoritisi utama Agenda Setting adalah Maxwell Mc Combs dan Donal Shaw, mereka menuliskan bahwa audensi atau khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa arti penting diberikannya suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih kurang pengetahuan politik dan masih kurang untuk memahami kondisi suatu Rapat atau Forum dan belum bisa menghormati pendapat orang lain, dimana mereka hanya menonjolkan Ego maising-masing. Maka oleh sebab itu jika seorang anggota DPRD Tidak dapat bertindak seperti seorang pemimpin maka segala sesuatu agenda pemerintahan dan aspirasi masyarakat tidak akan tercapai.

Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Bahayanya jika seorang pemerintah tidak bisa menghormati pendapat orang lain dan keputusan suatu sidang maka akan terjadi anarkis dan ego masing-masing, hal ini mengasumsikan jika seorang pemimpin tidak peduli dengan pendapat orang lain dan keputusan suatu forum maka agenda atau kinerja pemerintah tidak akan terwujut dan akan mandek. Maka hal ini sangat penting untuk di angkat sebagai isu atau permasalahan besar.


(31)

Asumsi Agenda Setting memiliki kelebihan karena mudah di pahami dan relatif mudah untuk di uji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang di muat di media massa. Topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya karena di anggap penting dalam suatu periode tertentu atau waktu tertentu.

Masyarakat yang memiliki berita-berita lokal sebagai fokus perhatian mereka cenderung menjadi pemimpin opini (opinion leaders) dalam masyarakatnya. Hal ini di sebabkan masyarakat akan mencari pembenaran kepada orang-orang yang di anggap lebih mengetahui tentang permasalahan di lingkungannya. Sedangkan masyarakat yang memusatkan perhatian pada peristiwa-peristiwa di luar masyarakat pada umumnya menjadi tokoh komplit (cosmopolitan influentals). Yang berarti mereka akan lebih mengetahui masalah yang lebih global dan akan di terima dari seluruh lapisan masyarakat (Wright, 1986). untuk memposisikan diri sebagai opinion leaders ataupun cosmopolitan influentals maka masyarakat berusaha tetap tertutup kemungkinan untuk mencari sumber-sumber berita yang di gemari melalui berbagai media yang di anggap mampu memenuhi kebutuhannya.

I.6 KERANGKA KONSEP

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. inilah yang di sebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang di gunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, penelitian diharapakan akan dapat menyederhanakan pemikirannya


(32)

dengan menggunkana istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan dengan satu dengan yang lain (Singarimbun, 1989:32).

Menurut Krlinger (1971) konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneresasikan hal-hal khusus (Rakhmat 2001:12) sedangkan Nawawi (1999:45) merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

Dalam penelitian ini di tetapkan kerangka konsep metodologi penelitian dalam bentuk kelompok variabel, sebagai berikut :

1.7 MODEL TEORITIS

variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi satu model teoritis, seperti berikut .

Variable Bebas ( X )

Berita Politik di Metro TV

Keterangan :

X : Variabel Bebas Y : Variabel Terikat

Variable Terikat ( Y )

Minat menonton Anggota DPRD Tapanuli Selatan


(33)

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut

Tabel. 1

Operasional Variabel

Variavel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas

- Berita Politik Di Metro TV

a. Berita b. Faktor isi

- Daya Tarik Berita - Kejelasan Berita c. Penggunaan Media - Waktu Menonton Berita

- Frekuensi Menonton Metro TV

- Frekuensi Menonton Berita Politik di Metro TV

Variabel Terikat

Minat Menonton Berita Politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan

a. Pengetahuan politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan

b. Minat Menonton Anggota DPRD Tapanuli Selatan di Metro TV c. Minat unuk mengetahui sumber

Informasi berita politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan.

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah di kelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variable yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut:

- Variabel Bebas ( Indevendent Variable ) Berita Politik di Metro TV


(34)

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan berita poltik adalah berita yang di tayangkan oleh media yaitu kegiatan-kegitan pemerintahan dan dan kejadian-kejadian di lembaga pemerintahan. Dan tidak terlepas dari unsur Negara, Kekuasaan, Pengambilan Keputusan, Kebijaksanaan, pembagian atau alokasi. Shoemakerc Reese ( 1996:34 ) Berita politik dalam suatu katagori media yaitu berita bias secara aktif dan pasif, berita politik dalam media adalah, Media yang berperan aktif dalam memberitakan berita politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan mengkonstruksikannya, berita politik yang di sampaikan media tidak sengaja untuk mempengaruhi khalayak.

Komponen-komponen didalamnya meliputi :

a. Berita, yaitu memperhatikan berita-berita yang di yangakan oleh Metro TV. Melihat dasar-dasar berita dan pengertian berita politik dengan menyesuaikannya kepada berita politik yang disiarkan oleh Metro TV. Apakah berita tersebut sangat berguna dan dapat di terima oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai lembaga pemerintahan atau lembaga perwakilan rakyat daearah Tapanuli Selatan. Acara-Acara yang di konsep Oleh Metro TV seperti Editorial Media Indonesia yaitu mencakup pembahasan (Sistem pembangunan Daerah,Undang–Undanga Pemekaran Kabupaten atau Otonomi Daerah ) acara Metro Realitas yang mencakup pembahsan ( Kinerja Anggota DPRD, Pembahasan APBD dan PAD, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme ) Today’s Dialoque yang membahas (Tunjangan kepada anggoa DPR RI dan DPRD, Rancangan Undang-Undang untuk pencalonan Presiden periode 2009-2013 wajib Sarjana 1 ). Suara Anda yang membahas mengenai


(35)

(tanggapan masyarakat banyak tentang Rancangan Undanga-Undang calon kepala Daerah berdasarkan Independen kericuhan yang sering terjadi pada saat rapat anggota DPR RI dan DPRD.

b. Faktor isi, yaitu daya tarik dan kejelasan pesan

Apakah pesan yang di sampaikan dalam berita tersebut memiliki daya tarik tersendiri dan memberikan kemudahan bagi responden untuk memahami isi pesan atau berita tersebut. Berita politik yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan pemerintahan yang di beritakan oleh Metro TV.

c. Penggunaan media, yaitu waktu penayangan berita, media yang di gunakan dan frekuensi menontonnya.

Untuk melihat pada waktu kapan responden menonton berita politik selain itu juga melihat stasiun Televisi Swasta yang sering menayangan berita politik tersebut.

- Variabel terikat ( Devendent Variable )

Minat menonton berita politik anggota DPRD Tapanuli Selatan di Metro TV. Pada penelitian ini, minat menonton di sini merupakan keinginan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, sebagai tujuan menambah pengetahuan tentang pemerintahan, Politik dan menambah wawasan kenegaraan. a. Untuk mengetahui minat Politik anggota DPRD Tapanuli Selatan.

Seberapa luas pengetahuan politik anggota DPRD Tapanuli Selatan dalam menjalankan tugas sebagai perwakilan rakyat Tapanuli Selatan

b. Minat menonton anggota DPRD Tapanuli Selatan terhadap Metro TV. Dengan melihat Frekuensi menonton anggota DPRD Tapanuli Selatan, maka dapat memberikan gambaran tentang minat menonton terhadap media Metro


(36)

TV selama ini. Apabila semakin tinggi frekuensinya minat menonton anggota DPRD Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, maka berita-berita yang di tayangkan di Metro TV dapat mereka konsumsi untuk melaksanakan tugas yang sudah diamanahkan oleh rakyat Tapanuli Selatan kepada mereka selama lima tahun ini

c. Sumber Informasi berita politik

Untuk mengetahui dari mana saja responden mengetahui informasi berita politik, khususnya informasi berita politik tentang, Kenegaraan, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, Pembagian atau alokasi. kemudian dari variable ini dapat dilihat apakah berita politik yang di tayangkan di media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi atau tidak.

I.10 HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban-jawaban yang tentatif terhadap tujuan-tujuan studi (Lubis,1998:114). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat hubungan antara penggunaan media televisi untuk pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Ho : Tidak terdapat hubungan antara penggunaan media televisi untuk pemuasan

kebutuhan kognitif dan afektif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.


(37)

I.11 METODOLOGI PENELITIAN

I.11.1 Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, metode korelasional adalah metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. I.11.2 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang di memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2001:141).

Populasi terdiri dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, Sampel adalah seluruh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2009 berjumlah sebanyak 45 orang dari berbagai Fraksi. Maka peneliti memutuskan untuk mengambil seluruh jumlah populasi sama dengan sampel penelitian, sesuai dengan rumus n = N diman, n adalah jumlah sampel dan N adalah jumlah populasi.

I.11.3 Teknik Penarikan Sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang “ setiap penelitian yang di bawah 100 orang maka seluruh populasinya di gunakan sebagai sampel ( Arikunto ).

I.11.4 Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Ke kepustakaan (To Library)

Yaitu penelitian berdasarkan literatur serta sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini.


(38)

Yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data di lapangan dan meliput kegiatan penyebaran kuisioner.

I.11.5 Teknik Pengolahan Data

Data yang di peroleh dari hasil penelitian dan di analisis dalam tiga tahap analisa yaitu :

a. Analisa Tabel Tungggal

Yaitu yang di lakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang di lakukan atas dasar frekwensi.Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekwensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun,1995:273).

b. Analisa Tabel Silang

Merupakan salah satu teknik yang di gunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Sehingga dapat di ketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif (Singarimbun 1995;271).

c. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesa yang di ajukan dapat di terima atau di tolak. Untuk mengukur tingkat hubungan di antara dua variabel maka peneliti menggunakan rank spearmen atau “SpearmanRho Koeffisien. “Spearman “ Rho menunjukkan hubungan antara variabel x dan y yang tidak di ketahui sebaran datanya. Koefisien korelasi non parametik ini di gunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat dalam rangking.


(39)

I.12 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistimatika penulisan terdiri dari 5 bab, yang mana tiap-tiap bab memiliki keterkaitan dan saling mendukung.

Bab I. PENDAHULUAN,

I..1 Latar Belakang Masalah I..2 Perumusan Masalah I..3 Pembatasan Masalah

I..4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I..5 Kerangka Teori

I..6 Kerangka Konsep I..7 Model Teoritis 1.8 Operasional Variabel 1.9 Defenisi Operasional I.10 Hipotesa

I.11 Metodologi Penelitian I.12 Sistematika Penulisan.

Bab II. URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.2 Televisi sebagai Media Massa II.3 Berita

II.4 Teori Agenda Setting


(40)

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.2 Metodologi Penelitian III.3 Populasi dan Sampel III.4 Teknik Pengumpulan Data III.5 Teknik Pengolahan Data

Bab IV. PEMBAHASAN IV.1 Analisa Tabel Tunggal IV.2 Analisa Tabel Silang IV.3 Uji Hipotesis

Bab V. KESIMPULAN DAN DATA V.1 Kesimpulan


(41)

II.2 TELEVISI SEBAGAI MEDIA MASSA

Perspektif komunikasi terhadap Televisi, seperti apa yang diungkap Deddy Miing Gumelar (Bagito Group) menyebutkan "kalau ingin pintar ya nonton Televisi". Artinya Televisi memberikan alternatif lebih memperbanyak aspek pendidikan, dibanding aspek hiburan. Bila berbicara tentang teori dan model komunikasi, bahwasannya Televisi swasta lebih banyak menggunakan model agenda setting dalam berbagai tayangannya. Sehingga Televisi swasta lebih banyak mengagendakan programnya, dan diharapkan publik sebagai komunikan mengikuti apa yang ditayangkan Televisi swasta sebagai komunikator.

Lahirnya Televisi swasta bisa juga menjadi media penyadaran dan pencerdasan sehingga diharapkan tidak ada lagi konflik antar etnik atau hukum rimba, membakar sampai gosong seorang pencuri recehan yang nyolong tape mobil atau barang kecil lainnya, padahal belum dibuktikan di pengadilan.

Kecaman terhadap media televisi yang dianggap memuat teks-teks kebodohan telah lama dikumandangkan banyak orang. Program-program seperti kuis, sinetron, gosip, mistik, kekerasan, dan sebagainya, dilabeli dengan berbagai cap: anti-logika, anti-kecerdasan, atau selera primitif. Dan seperti biasa, tombak-tombak intelektual ini ditangkis dengan tameng yang diproduksi paham positivisme dengan merk 'selera masyarakat. Dari sekian banyak teori tentang hubungan media dan khalayak, kiranya ada tiga yang bisa dikemukakan disini.

Pertama, Teori Jorum Hipodermik. Teori ini mengemukakan kekuatan media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak* yang pasif tak berdaya. Kekuatan media yang mempengaruhi khalayak ini beroperasi seperti jarum suntik, tidak kelihatan narnun berefek.


(42)

Kedua, Teori Agenda Setting. Dengan napas yang nyaris serupa, teori ini mengatakan jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka ia akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Pada teori ini, media tidak menentukan what to think, tetapi what to think about. Dari sekian peristiwa dan kenyataan sosial yang terjadi, media massa memilih dan memilahnya berdasarkan kategori tertentu, dan menyampaikan kepada khalayak dan khalayak menerima bahwa peristiwa x adalah penting.

Dan yang ketiga adalah Teori Kegunaan dan Kepuasan (uses and gratification theory). Teori ini secara radikal menandai pergeseran fokus pandangan dari apa yang media lakukan untuk khalayak menjadi apa yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan (Lull, 1998). Dan karenanya terpaan media belum tentu diterima dan ditiru oleh khalayak.

Setelah kita menjernihkan mengapa pendekatan kuantitatif masih saja mendominasi ilmu komunikasi di Indonesia, dan mengetahui betapa teks-teks kultural yang dihasilkan sejumlah program televisi banyak menuai kecaman, maka perdebatan selanjutnya, menurut hemat saya, adalah dasar dari semua ini, yakni apa yang disebut pendekatan behaviorisme radikal, yang juga masih merupakan anak dari Positivisme.

Selama ini cara mengetahui apakah seseorang sedang menonton sebuah program acara adalah melalui alat yang disebut peoplemeter, dimana alat ini dipasang di televisi responden terpilih. Diharapkan setiap anggota rumah tangga yang menonton televisi akan memencet tombol di handset dan memencet lagi seusai menonton.


(43)

Penelitian yang dilakukan berdasarkan perilaku permukaan ini sesuai dengan kaidah behaviorisme radikal. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya cara sah secara ilmiah untuk memahami semua hewan, termasuk manusia, adalah dengan mengamati perilaku mereka secara langsung dan seksama. Lebih jauh behaviorisme radikal menolak gagasan bahwa manusia memiliki kesadaran, bahwa terjadi suatu proses mental tersembunyi yang berlangsung pada diri individu diantara datangnya stimulus dan bangkitnya perilaku.

Pendekatan ini segera mendapat respon dari sejumlah aliran filsafat, seperti interaksionisme simbolik. Para penganutnya memandang bahwa pendekatan behaviorisme radikal tidak memungkinkan seorang peneliti untuk mendapatkan latar alamiah dari apa yang sedang diteliti. Menempatkan manusia dalam lingkungan buatan akan membuat subjek berperilaku tidak alamiah karena tahu sedang diteliti, sebagaimana hewan juga akan berperlakukan dengan lain ketika mereka berada dalam lingkungan buatan seperti kebun binatang, apalagi laboratorium (Mulyana, 2001).

kata kaum interaksionis simbolik, tidak akan mampu membedakan manusia dengan hewan. Padahal aktivitas tersembunyi (kesadaran) inilah yang justru membedakan perilaku manusia dengan perilaku hewan. Mereka membuang kehendak bebas manusia untuk menyalakan televisi sebagai sekedar mengalihkan perhatian sambil menunggu temannya datang, sekedar membaca riming text yang terus bergerak di layar bawah televisi, atau sekedar tidak terlalu sunyi.

Djati Koesoemo yang dikutip Garin Nugroho (1995) mengatakan, "orang yang menonton televisi belum tentu suka akan tontonan itu. Seringkali mereka menonton sambil ngedumel". Dan dalam kasus-kasus seperti ini, sebagaimana diungkapkan James Lull (1998),


(44)

"penggunaan media oleh khalayak tak dapat dianggap benar-benar merupakan respon terhadap kebutuhan biologis atau psikologis. Kalaupun dinyatakan begitu, jelas berlebihan".

Kaum behavioris ini seperti tidak sadar bahwa mereka sedang mengkonstruksikan pemirsa yang mereka inginkan melalui alat (tool). Mereka bagaimanapun bisa dipandang telah mereduksi perilaku manusia kepada mekanisme yang sama dengan yang ditemukan pada hewan lebih rendah! Dan ini adalah sebuah penghinaan.

Di tengah kekacauan Sistem Sosial-Kultur Indonesia, kita memerlukan suatu keterbukaan untuk melampaui batas-batas metodologis yang disediakan para provider asing. Dan keterbukaan itu, seperti kata Agus Nggerwanto (2001), memerlukan seperangkat institusi yang reflektif agar mampu mengalami lompatan imajinatif untuk melampaui yang partikular menuju pemahaman yang menyeluruh, yakni media massa tidak saja berfungsi untuk melayani selera-budaya, tetapi juga mendidik kecerdasan

selera-budaya.

II.3 BERITA

Dalam arti teknik jurnalistik, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa,yang dipilih oleh staf redaksi atau harian untuk dimuat dalam surat kabar,yang menarik perhatian pembaca. baik karena alasan berita yang dimuat dianggap luar biasa,penting,atau karena akibat,dan karena mencakup segi-segi human interest.emosi dan ketegangan (Assegaff, 1983 :24).

Menurut Simbolon (1997:88-89), secara tekhnis berita muncul hanya setelah dilaporkan. segala hal yang diperoleh dilapangan dan masih akan dilaporakan,belum meruapakan berita. basil


(45)

lapangan itu masih merupakan peristiwa itu sendiri, peristiwa yang disaksikan oleh reporter atau wartawan. Berita tidak lain adalah peristiwa yang dilaporakan.

Berita politik adalah hasil dari konstruksi dari realitas itu sendiri. Oleh karena itu berita politik merupakan dalam posisi orentasi bisnis atau kekuatan politik kekuasaan tertentu. Maka biasanya takkan terelakkan sehingga realitas berita politik adalah konstruksi yang syarat dengan kepentingan.

Berita-berita politik selalu menarik perhatian pembaca, karen politik pada abad ke-20 dan abad demokrasi dalam berbgai manifestasinya sekarang, akan sangat mempengaruhi kepentingan pribadi-pribadinya didalam suatu negara. berita-berita politik memegang atau memainkan peranan yang penting dalam peberitaan surat-surat kabar.

Shoemaker dan Reese ( 1996:34) membagi peran media dalam berita politik kedalam suatu katagori, media dan berita politik bisa secara aktif dan pasif. Berita politik dalam media adalah, media yang berperan aktif dalam memberitakan berita politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan mengskonstrusikannya. Secara sadar dan memiliki tujun tertentu untuk mengarahkan pendugaan dalam hal ini sifat media dalam memberitakan politik tidak netral dan berpihak konsep media pasif. Sebaliknya, menanggapi media hanyalah menyampaikan pesan politik atau sebuah peristiwa apaadanya. Menurutnya, berita politik yang di sampaikannya, yaitu berita yang di sampaikan media tidak sengaja untuk mempengaruhi khalayak. Sehingga jika terjadi efek pengaruh tergantung dari konstruksi khalayak, bukan pada medianya.

Sangat boleh jadi istilah "news", istilah Inggris untuk maksud "berita", berasal dan "news" (baru) dengan maksud konotasi kepada hal-hal yang baru. dalam hal ini segala yang baru


(46)

merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru bahan imformasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news), oleh karena Hornby (1961:278), menjelaskan "news" sebagai laporan yang terjadi paling mutakhir,baik peristiwa maupun faktanya,

Departemen pendidikan RI (1981:108,dan 331),membakukan istilah "berita" dengan pengertian sebagai laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Juga "berita" disamakan maknanya dengan "kabar" dan "informasi (resmi)",yang berarti penerangan,keterangan,atau pemberitahuan.

Ada beberapa bentuk berita: 1. Berita Lugas

Sutau kejadian yang baru saja pecah yang akan menarik perhatian sebagian besar publik harus disampaikan secepat mungkin. Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari dan yang paling penting ini disebut berita lugas,hard news.Jadi dari awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detailnya kemudian. gaya ini disebut bottom line. Berita lugas ini bisa menarik perhatian pembaca terlebih bila ada kaitannya dengan elemen nilai berita, seperti bahaya formalin bagi manusia. tetapi ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintah, politik, ekeonomi, pengadilan, dan lain sebagainya yang bagi sebagaian besar khalayak membosankan.

Berita-berita rutin yang bila dilihat sepintas tidak menarik ini terkadang ada yang penting,atau setidaknya bisa dikembangkan menjadi cerita menaraik. hal ini tergantung dari ketajaman atau penciuman berita seorang wartawan atau editor, misalnya, kejadian yang sering kita lihat atau dengar yaitu upaya pemerintah memberantas KKN. Kejadian ini sering kita lihat ataupun dengar dari berbagai media massa, tetapi bagi wartawan yang kreatif dan skeptis, dia bisa


(47)

melihat, misalnya bahwa dibelakang kejadian ada berbagai permasalahan yang datang. Dia akan menggali hal-hal menarik yang bisa disajikan kepada pembacanya. Berita itu lalu tidak ditulis secara lugas tetapi sudah diperhalus dengan memberikan sentuhan feature.

2. Berita Halus

Ada peristiwa atau cerita yang memang tidak bisa atau sulit disampaikan sebagai berita lugas selain sebagai berita halus, soft news, misalnya cerita serat unsure kemanusiaan. Seorang penulis profeisonal ,Daniel R.Williamson, merumuskan bahwa repotase dalam bentuk berita halus, seperti feature,sebagai penulisan cerita yang kereatif,subyektif,yang dirancang untuk menyampaikan informasi,dan hiburan, adalah untuk memebedakan dengan berita yang disampaikan secara langsung pada berita lugas.

Menulis berita halus atau feature menuntut kemampuan memaparkan dari sekadar membicarakn tentang suatu kejadian. feature yang baik adalah karya seni yang kreatif, namun faktual. fearture bukab fiksi. la menggali suatu peristiwa atau siatuasi dan menata informasi kedalm sutau cerita yang menarik dan logis. feature akan membuat pembacanya tertawa atau terharu, geram, atau menarik napas panjang. dalam berita feature, penulis harus mengontrol fakta dengan cara seleksi, struktur, dan interpretasi, daripada fakta yang mengontrol penulis. Mengontrol fakta bukan berarti mengekspresikan opini. dan pasti bukan memfiksikannya. bukan pula memanipulasi fakta demi keuntungan suatu pandangan. tertapi berusaha memberikan pandangan yang lebih jelas menganai realitas dilihat seorang pengamat yang terampil dan tidak memihak (Luwi Ishwara,2005:58-60).

Suatu berita layak dimuat oleh media massa, karena telah memenuhi beberapa unsur,antara lain:


(48)

1. Berita harus akurat

Untuk melaporkan atau membuat berita agar disebarkan kepada masyarakat,wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaan mengingat dampak yang luas yang ditimbulkan berita yang dibuatnya. Kehati-hatian dimulai misalnya, terhadap ejaan nama, angka, tanggal, usia,s erta disiplin diri untuk senantiasa melakukan pemeriksaan ulang atas keterangan dan fakta yang ditemuinya. tidak itu saja, akurat juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemeberitaan yang dicapai oleh penyajian detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada fakta-faktanya. pemirsa biasanya sangat memperhatikan soal akurasi ini. bahkan kredibilitas sebuah media, apakah cetak maupun elektronik,sangat ditentukan oleh akurasi beritanya sebagai konsekuaensi dari kehati-hatian para wartawannya dalam membuat berita.

2. Berita harus lengkap,adil dan berimbang

Keakuratan suatu fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti. Fakta-fakta yang akurat yang dipilih atau disusun secara longgar atau tidak adil sama menyesatkan dengan kesalahan yang sama sekali palsu. Dengan terlalu banyak memberi tekanan,dengan menyisipkan fakta-fakta yang tidak relevan atau dengan menghilangkan fakta-fakta yang seharusnya ada, pembaca mungkin mendapat kesan yang palsu. bagi seorang wartawan sebuah laporan atau tulisan yang adil dan berimbang tidaklah sulit memelihara objectivitas. Yang dimaksudkan dengan sikap adil dan berimbang adalah seorang wartawan hams melaporkan apa sesungguhnya yang terjadi. misalnya pemberitaan tentang KKN atau penyelewengan dana APBD pada instansi pemerintahan. hal tersebut haruslah ditulis apa adanya. unsur adil dan berimabang dalam berita mungkin sama sulitnya untuk dicapai seperti juga keakuratan dalam menyajikan fakta. oleh karena itulah selaku wakil dari pembaca atau pendengar berita, seorang


(49)

wartawan harus senatiasa berusaha untuk menempatkan setiap fakta atau kumpulan fakta-fakta menurut froporsi yang wajar,untuk mengaitkan secara berarti dengan unsur-unsur lain,dan untuk membangun segi pentingnya berita secara keseluruhan.

3. Berita harus objektif

Selain harus memiliki ketetapan (akurasi) dan kecepatan dalam bekerja, seorang wartawan dituntut harus bersifat objektif dalam menulis. dengan sikap objektimya, berita yang dibuat pun akan objektif, artinya berita yang akan dimuat itu akan selaras dengan kenyataan tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. objektif juga dimaksudkan bahwa berita yang dimuat harus ditulis dalam konteks keseluruhan tidak dipotong-potong.

4. Berita harus ringkas dan jelas

Berita yang disajikan haruslah dapat mudah dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan harus ringkasjelas,dan sederhana. berita harus tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung,dan padu. berita yang efektif memberikan efek mengalir, ia memliki warna alami tanpa berelok-eleok atau tanpa kepandaian yang bertutur yang berlebihan. berita ringkas, terarah, tepat, menggugah.

5. Berita harus hangat

Berita adalah padanan kata news dalam bahasa inggris. kata news itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu-apa yang new, apa yang baru, yaitu lawan dari lama, berita memang selalu baru, selalu hangat .Penekanan pada konteks waktu dalam berita kini dinaggap hal biasa. Konsumen berita jarang mempertanyakan hal itu. dunia bergerak dengan cepat, dan penghuninya tahu belaka bahwa mereka harus berlari, bukan berjalan, untuk mengikuti kecepatan geraknya. peristiwa-peristiwa bersifat tidak kekal,dan apa yang nampak benar hari


(50)

ini belum tentu benar esok hari. karena konsumen berita menginginkan informasi segar, informasi hangat,kebanyakan berita berisi laporan peristiwa-peristiwa "hari ini" (dalam harian pagi). media berita sangat spesifik tentang faktor-faktor waktu ini untuk menunjukkan bahwa berita-berita mereka bukan hanya "hangat", tetapi juga paling sedikitnya paling terakhir. kematian terhadap keakuratan atas nama kecepatan menampilkan diri secara dramatis.

Adapun cara melaporkan atau memberitakan sesuatu, supaya menarik perhatian orang banyak, lazim dilakukan oleh orang dengan gaya "to do point" atau "diplomatis". Demikian juga dengan meyanyikan suatu berita secara jumalistik. Kita mengenal berita yang langsung, mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya. Dan inilah yang sering kita temukan di media televisi, khususnya di media televisi swasta.

Jadi dapat di katakan bahwa berita yang di siarkan di media televisi swasta harus mampu mempengaruhi atau mengguguh orang yang menontonnya atau melihatnya. Contoh, pada tanggal 21 April 2007 RCTI meyoroti kejadian anarkis di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, di mana pada saat itu DPRD Selatan dan Bupati Tapanuli-Selatan mengadakan rapat tentang pembahasan mengenai pemekaran di Tapanuli Tapanuli-Selatan, akan tetapi pada saat itu anggota DPRD Tapanuli-Selatan dari partai Golkar tidak senang terhadap keputusan rapat tersebut, maka terjadi perdebatan yang memanas sehingga timbul emosional. Dan kader dari partai terbesar di Tapanuli-Selatan memukul salah seorang dari kader PKS yang mendung sepenuhnya hasil dari keputusan rapat tersebut Maka media televisi maupun media cetak menyoroti permasalahan yang terjadi sehingga timbul pemahaman di kalangan masyarakat Tapanuli-Selatan bahwa gedung Dewan Tapanuli Selatan akan di jadikan gedung preman dan ring tinju. Akan tetapi semua alasan konsumsi berita tergantung pada masyarakat yang menerima berita tersebut, bisa berbeda orang yang satu dengan lainnya.


(51)

II. 4 Minat Menonton Berita Politik di Metro TV

Keperluan akan informasi bagi setiap orang dan golongan masyarakat tidaklah sama. Hal itu memang jelas, kalau orang membuat perbandingan antara apa yang ingin di ketahui oleh anak-anak dan apa yang ingin di ketahui oleh orang dewasa. agar lebih jelas jika di bandingan antara seorang yang buta hurup dengan seorang yang berpendidikan. Tingkat ingin tahu seseorang akan tumbuh dengan sejalan tingkat perkembangannya. Tingkat perkembangan itu di pengaruhi oleh pendidikan, lingkungan masyarakat, pekerjaan dan pergaulan.

Berdasarkan katagori berita politik di telivisi swasta merupakan salah satu asumsi untuk menunjang atau mendorong kegiatan-kegiatan pemerintahan (partai). para anggota DPRD untuk menambah pengetahuan politik dan pemerintahan demi memajukan daerah yang di pimpinannya maka setidaknya mereka harus mengkonsumsi berita-berita yang berbaur dengan:

a. Politik

b. Kegiatan-Kegiatan Pemerintahan

c. Pembangunan-pembangunan yang bersifat kenegaraan atau kemajuan dan ketertinggalan Negara atau daerah.

d. Starategi untuk memajukan Negara dan Daerah

Hasil pantau peneliti di lapangan pada bulan agustus 2006, bahwa Minat atau kemauan anggota DPRD Tap-Sel untuk mengkonsumsi berita-berita politik sangat tinggi karena dapat menambah pengetahuan mereka tentang ilmu politik, instansi pemerintahan, kegiatan-kegiatan Pemerintah, pembangunan yang bersifat ke daerahan khususnya dan umumnya tingkat nasional, dan tata cara untuk memajuan Daerah.


(52)

Berita politik dan pemerintahan dalam katagori ini adalah setiap persoalan yang berhubungan dengan kegiatan badan pemerintahan. Apakah tingkat daerah ataupun tingakat Nasional, contohnya, pembahasan atau pandangan yang di siarkan dalam Acara berita terkini, dialog interaktif di Metro TV, termasuk dalam katagori ini sebab masih mencakup dalam kajian Politik secara Makro. Ada tiga katagori mengenai politik dalam pembahasan ini yaitu;

1. Politikus sebagai komunikator Politik

Politikus mencari pengaruh melalui komunikasi dan politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik ialah pejabat pemerintahan. (eksekutif, Presiden,Legislator,Senator),dan pejabat yudikatif (Hakim Mahkama Agung) Banyak jenis politikus yang bertindak sebagai komunikator politik.

2. Propisional sebagai komunikator politik

Komunikator propisional adalah peran sosial yang relatip baru, suatu hasil dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempuny ai dua dimensi utama.

Komunikator propisional berhungannya erat dengan golongan elit dalam organisasi atau komunitas dan dengan khalayak umum. 3. Aktivis sebagai komunikator politik

Aktivis bisa juga di sebut sebagai juru bicara dan pemuka pendapat. Dalam masing-masing katagori ada komunikator politik yang melaksanakan tugas-tugas perwakilan dan persuasif. Yang menekankan tugas perwakilan diantara sumber dan khalayak seperti Ketua Partai Politik.

Pemenuhan kebutuhan terdiri atas indikator, Kepuasan yang di berikan oleh media televisi swasta tentang berita Politik, mampu membantu Anggota Dewan


(1)

Instrumen Penyaringan Data

”Minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan dalam Menonton berita politik di Metro TV“

Petunjuk Pengisian :

1. Bahwa kuesiner ini semata-mata untuk keperluan atau penelitian. Mohon dijawab dengan jujur dan kerasiaan jawaban akan di jaga.

2. Baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti tanpa ada yang terlewati, karena pertanyaan yang pertama kali anda isi akan terus berhubungan dengan pertanyaan selanjutnya.

3. Bacalah setiap pertanyaan terlebih dahulu dan pahami dengan seksama.

4. Beri tanda silang (x) atau checklist ( ) untuk jawaban yang saudara anggap paling benar. 5. kotak kode bernomor di sisi kanan pertanyaan mohon jangan diisi.

I. IDENTITAS RESPONDEN

1.Nomor Responden : ……….

2. Usia :

1. 35-40 Tahun 1

2. 41-45 Tahun 3. 46-50 Tahun 4. 51-55 Tahun 5. 56-60 Tahun 3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

2

4. Pendidikan Terakhir : 1. SMA 5. S1 2. D II 5. S2

3. D III 6. S3 3

4. D IV

5. Asal Partai : 1. Buruh Sosial Demokrat 8. PKB

2. Merdeka 9. PKS 4

3. PPP 10. PDIP

4. PNDK 11. Golkar

5. PKPI 12. Patriot Pancasila 6. N.U 13. Serikat Indonesia 7. PAN

6. Lama menjadi anggota DPRD :

1. 1 Periode 2. 2 Periode


(2)

II. BERITA POLITIK DI METRO TV.

7. Berapa kali dalam sehari Bapak/Ibu menonton berita politik di Metro TV : 1. Sangat sering

2. Sering

3. Jarang 6

4. Tidak pernah

8. Berapa lama dalam sehari Bapak/Ibu menonton Televisi : 1. 0-1 Jam

2. 2-3 jam

3. 4-5 jam 7

4. 6 Jam Keatas

9. Apakah Bapak/Ibu suka/ tidak suka menonton berita dari Metro TV? 1. Sangat Suka

2. Suka

3. Kurang Suka 8

4. Tidak Suka

10. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan/tidak membutuhkan Informasi (berita politik) dari Metro TV? 1. Sangat Membutuhkan

2. Membutuhkan

3. Kurang Membutuhkan 9

4. Tidak Membutuhkan

11. Bagaimana penilaian bapak/ibu kejelasan berita politik yang di beritakan di Metro TV?. 1. Sangat jelas

2. Jelas

3. Kurang jelas 10

4. Tidak jelas

12. Bagaimana menurut bapak/ibu daya tarik berita politik yang di beritakan di Metro TV ?. 1. Sangat Menarik

2. Menarik

3. Kurang Menarik 11

4. Tidak Menarik

13. Selain media cetak media elektronik mana yang Bapak / Ibu butuhkan dalam menambah pengetahuan politik?

No. Media Elektronik Ya

(1)

Tidak (2) 1 Televisi

2 Radio 3 Internet

14 13 12


(3)

14. Selain Metro TV stasiun televisi swasta mana yang Bapak / Ibu butuhkan dalam menambah pengetahuan politik?.

No TV Swasta

1 RCTI

2 TPI

3 SCTP

4 Indosiar

5 Anteve

6 TV7

7 Lativi

8 Metro TV

9 Trans TV

10 Global TV

11 Deli TV

15. Apakah berita politik di Metro TV mendukung tugas Bapak/ Ibu sebagai angota DPRD Tapanuli Selatan?.

No Jenis Pengetahuan Politik Sangat

Mendukung (1)

Mendukung (2)

Tidak Mendukung

(3) 1 Otonomi Daerah/ Pemekaran

2 Pemahaman Undang-undang 3 Korupsi,Kolusi,Nepotisme 4 Pembagian kekuasaan

5 Pengambilan keputusan / kebijakan 15

16

21

22

24 20 19 18 17

23

25

26

27

28

30 29


(4)

16. Apakah setelah menonton berita dari Metro TV, pengetahuan Bapak/Ibu dapat bertambah mengenai politik dan dapat mendukung sebagai anggota DPRD Tapanuli Selatan?.

No Jenis Pengetahuan Politik Menambah

(1)

Biasa saja (2)

Tidak sama sekali (3) 1 Otonomi Daerah/ Pemekaran

2 Pemahaman Undang-undang 3 Korupsi,Kolusi,Nepotisme 4 Pembagian kekuasaan

5 Pengambilan keputusan / kebijakan

III. MINAT MENONTON BERITA POLITIK DI METRO TV 17. Media cetak yang Bapak / Ibu baca :

No. Media cetak Ya

(1)

Tidak (2) 1 Surat Kabar

2 Tabloid 3 Majalah

18.Siaran Televisi swasta apa yang Bapak/Ibu tonton:

No. Televisi Swasta Selalu

(1)

Sekali-sekali (2)

Tidak Pernah (3)

1 RCTI

2 TPI

3 SCTV

4 Indosiar 5 Anteve

6 TV7

7 Lativi

8 Metro TV

9 Trans TV 10 Global TV 11 Deli TV

36

37

38

31

32

33

34

35

39

49 48 47 46 45 44 43 42 41 40


(5)

19. Dari sumber manakah Bapak/ibu memperoleh berita Politik? No Sumber Berita Politik Ya

(1)

Tidak (2) 1 Televisi

2 Radio

3 Surat Kabar

4 Majalah

5 Internet 6 Orang Lain 7 Dll (Sebutkan)

20. Acara-acara apa saja yang Bapak/Ibu minati dari Metro TV?. No Jenis Acara Selalu

(1)

Sekali-sekali (2)

Tidak Pernah (3)

1 Berita

2 Talkshow

3 Diskusi Publik

4 Kuis

5 Sinetron 6 Flim

7 Muisk

8 Lain-lain (sebutkan)

21. Apakah Bapak/Ibu tertarik/tidak tidak tertarik untuk mengikuti perkembangan berita politik lewat Metro TV?.

1. Sangat Tertarik 2. Tertarik

3. Kurang Tertarik 65

4. Tidak tertarik

22. Bagaimana perhatian bapak/ibu terhadap berita politik yang di beritakan di Metro TV?. 1. Sangat Bagus

2. Bagus

3.Kurang Bagus 66

4.Tidak Bagus

61 60

62 57

58

59

63

64 55 53 52 51

54 50


(6)

23.Menurut Bapak / Ibu, berita apa saja yang ada di bawah ini yang membahas masalah politik ?.

No Jenis Acara Selalu

(1)

Sekali-sekali (2) 1 Editorial Media Indonesia

2 Metro This Morning

3 Metro Siang

4 Metro Realitas

5 Taday’s Dialoque

6 Word News

7 Metro Hari ini

8 Suara Anda

9 Editorial Malam

10 Top Nine News

11 Metro Malam

12 Save to National 13 This Morning

24.Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang berita politik

No Jenis Pengetahuan Politik Bagus

(1)

Sangat Bagus

(2)

Kurang Bagus

(3)

Tidak Bagus (3)

1 Otonomi Daerah/ Pemekaran

2 Pemahaman Undang-undang

3 Korupsi,Kolusi,Nepotisme

4 Pembagian kekuasaan

5 Pengambilan keputusan / kebijakan

25. Saran Bapak/Ibu terhadap Metro TV dalam rangka meningkatkan pengetahuan politik?. ………...

………

……….. ………..

Terima kasih

70 67

68

69

71

72

73

74

78 77

79 75

76

57

83 82 81 80