Four.masasalah penelitian yang dipilih haruslah masalah yang dikuasai guru secara baik, sehingga memungkinkan untuk dipecahkan dalam kajian penelitian yang
dilakukannya. Five.cara kerja penelitian prosedur harus mengikuti prosedur etika penelitian yang
berlaku. Six.penelitian harus berorientasi harapan masa depan, yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
5. Kendala dalam Penelitian Kelas
Persoalaan yang terjadi dalam kaitan interaksi antara guru, siswa dan materi pelajaran di kelas memang bukan persoalan yang sederhana. Sebab harus diakui
bahwa titik tinjau persoalan-persoalan tersebut bukan hanya dari sisi ilmu pendidikan semata, tetapi juga melibatkan lintas disiplin pengetahuan. Belum lagi jika disadari
bahwa individu yang ada di dalamnya juga memiliki ke-khas-an yang hanya dimililki dirinya sendirni. Pada akhirnya jika bermuara pada satu titik proses pembelajaran,
maka dengan sendirinya harus diurai melalui cara yang berbeda dibanding sekadar menggeneralisasi saja, di samping perlunya ketajaman pisau metodologi.
Kompleksitas persoalan yang terjadi di kelas secara tidak langsung memberi kontribusi pada kesulitan pelaksanaan penelitian kelas. Firman, dkk. 1997
mengidentifikan ada tiga kesukaran dalam metodologi penelitian kelas terkait dengan kompleksitas PBM., yaitu :
1. perlunya suatu model empirik yang dapat memetakan PBM berdasarkan komponen
pelaku, interaksi komponen dan konteks dan proses;
2. norma dan nilai yang berubah-ubah menurut sekolah dan kelas perlu dipisahkan
menurut langsung atau tidak peranannya terhadap PBM. Pemisahan ini membantu dalam mendokumentasikan hasil penelitian;
3. fungsi evaluatif dan penelitian, karena kehidupan kelas menyangkut nilai dan
norma yang diaktualisasikan sebagai budaya kelas perlu dilihat sebagai isu terpisah.
Persoalan pertama tampaknya memang menjadi persoalan yang sulit terpecahkan, mengingat kesulitan untuk membuat satu pemetaan empiris interaksi
antar komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Jika selama ini dikenal model masukan, proses dan keluaran, maka tampaknya model ini tidak menjelaskan secara
baik tentang situasi yang terjadi secara nyata di lapangan. Dengan begitu pemetaan situasi interaksi hingga kini tampaknya masih dalam tataran konsep.
Di antara ketiga persoalan yang diajukan Firman, masalah tentang nilai dan norma tampaknya menjadi satu titik tekan tersendiri dalam proses penelitian. Seperti
disadari bahwa proses pembelajaran pada dasarnya sarat dengan kajian nilai dan norma, dengan begitu rasanya tidak mungkin bagi seorang peneliti yang hendak
meneliti kelas menghindari persoalan ini. Keberhasilan untuk mengidentifikasi persoalan tentang nilai dan norma
terutama terkait dengan nilai yang tetap dan yang mungkin berubah, serta yang memiliki peran langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembelajaran akan
lebih memudahkan peneliti untuk memfokuskan tema kajian penelitiannya. Kejelian mengidentifikasi nilai dan norma rasanya hanya mungkin dilakukan jika peneliti
secara sungguh-sungguh terlibat dalam situasi pendidikan di kelas, dan bagi teoritikus pendidikan perhatian atas situasi belajar mengajar harus diakui tidak sepenuh mereka
yang secara langsung terlibat dalam proses tersebut. Meski demikian, tidak berarti
peniliti yang menguasi konstruk teoritik akan menghasilkan temuan yang lebih rendah dibanding mereka yang terlibat secara langsung. Beberapa faktor yang ditengarai
berkontribusi atas itu adalah pengalaman, pendidikan, serta kepekaan atas persoalan yang terjadi dalam konteks yang sedang dihadapi.
Persoalan tentang nilai dan norma secara langsung akan terkait dengan desain penelitian yang akan digunakan peneliti. Harus disadari oleh peneliti bahwa dalam
beberapa desain penelitian ada yang mempersyaratkan objek kajiannya dalam jangkau observasi observable. Jika desain ini diterapkan dalam penelitian kelas, maka
tampaknya akan sangat sulit bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara mendalam. Untuk itu tampaknya yang mudah adalah dengan menggunakan kajian
metodologi yang bukan hanya mengobservasi fenomena nyata saja, tetapi apa di balik fenomena itu beyond the phenomenon. Meski demikian, jika diasumsikan bahwa
seluruh atribut nilai, dan norma merupakan atribut psikologis, dan pelbagai atribut psikologis tersebut memiliki peluang direfleksikan tidak hanya dari satu sumber saja,
maka kesulitan ini akan terhindarkan. Artinya, untuk desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kelas tidak hanya monometodologi saja, tetapi juga
memiliki variasi.
6. Menemukan Masalah Penelitian Kelas