Menurut Soewarno
Handayaningrat 2004:  19,
kinerja  adalah  cara menjalankan  tugas  dan  hasil  yang  diperoleh. Kinerja merupakan setiap
gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sadar yang diarahkan untuk rnencapai suatu tujuan atau target tertentu.
Berdasarkan beberapa  pendapat  di  atas maka  yang  dimaksud  dengan  kinerja dalam  penelitian  ini  adalah hasil  kerja  yang  dicapai  oleh  suatu  organisasi
sesuai  dengan  wewenang  dan  tanggung  jawabnya  atau  sebagai  gambaran mengenai  tentang  besar  kecilnya  hasil  yang  dicapai  dari  suatu  kegiatan  baik
dilihat  secara  kualitas  maupun  kuantitas  sesuai  dengan  visi,  misi  suatu organisasi yang bersangkutan.
2. Ruang Lingkup Kinerja
Menurut Soewarno Handayaningrat 2004:  21,  ruang  lingkup  kinerja  dapat adalah sebagai berikut :
a. Kinerja merupakan aktivitas dasar, dan dijadikan bagian essensial dari kehidupan manusia.
b. Kinerja itu  memberikan  status,  dan  mengikat  pada  individu  lain dan masyarakat.
c. Pada  umumnya  baik  wanita  maupun  pria  menyukai  pekerjaan,  jadi mereka  suka bekerja.  Jika  ada  orang  yang  tidak  menyukainya  maka
kesalahannya  terletak  pada  kondisi  psikologis  dan  kondisi  sosial  dari pekerjaan itu dan tidak pada kondisi individu yang bersangkutan.
d. Insentif kerja itu banyak sekali bentuknya; diantaranya ialah uang. e. Moral  pekerja  dan  pegarvai  itu  tidak  mernpunyai  kaitan  langsung
dengan  kondisi  fisik  dan  materiil  dari  pekerjaan.  Pekerjaan  yang betapapun  berat,  kotor,  dan  berbahayanya,  akan  dilaksanakan  dengan
senang  hati  oleh  satu  tim  kerja  yang,  memiliki  solidaritas  kelompok yang kokoh dan moral tinggi.
Sementara itu menurut A.S. Moenir 2000:4, ruang lingkup kinerja adalah: a. Pekerjaan yang diorganisir, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang:
1 Tunduk terhadap aturan organisasi yang bersangkutan 2 Ada analisa, uraian metode, dan hubungan antara pekerjaan itu
3 Satu dengan yang lain saling tergantung dan terikat 4 Terbagi pada beberapa orang atau kelompok orang
5 Pada  umumnya  basil  akhir  merupakan  gabungan  kesatuan  dari
berbagai jenis pekerjaan 6 Hasil  pekerjaan  atau  jerih  payah  tidak  secara  langsung  dapat
dinikmati oleh pekerja yang besangkutan. 7 Menimbulkan  dampak  terhadap  pemberian  gaji,  upah,  dan
sejenisnya  yang  merupakan  penghasilan  untuk  pemangku pekerjaan yang bersangkutan
b. Pekerjaan bebas, tidak terorf;anisir mempunyai sifat-sifat pokok: 1 Tidak terikat oleh aturan tertentu kecuali norma sosial yang umum.
2 Biasanya  berbentuk  tunggal  tidak  tergantung  pada  hasil  pekerjaan lain.
3 Hasil pekerjaan atau jerih payah dupat langsung dinikmati sendiri
3. Penilaian Kinerja
Menurut Siagian 2004: 67: Penilaian  kinerja  adalah  salah  satu  tugas  penting  untuk  dilakukan  oleh
seorang pimpinan, walaupun demikian pelaksanaan kinerja  yang obyektif bukanlah  tugas  yang  sederhana. Penilaian  harus  dihindarkan  adanya
kesukaan dan ketidaksukaan dari penilai, agar obyektifitas penilaian dapat terjaga.  Kegiatan  penilaian  ini  penting,  karena  dapat  digunakan  untuk
memperbaiki  keputusan-keputusan  personalia  dan  memberikan  umpan balik kepada para pegawai tentang kinerja mereka.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan  wewenang  dan  tanggung  jawab  masing-masing  dalam  rangka  upaya mencapai  tujuan  organisasi  yang  bersangkutan  secara  legal,  tidak  melanggar
hukum  dan  sesuai  dengan  moral  maupun  etika. Kinerja berhubungan  dengan bagaimana  melakukan  suatu  pekerjaan  dan  menyempurnakan  hasil  pekerjaan
berdasarkan tanggungjawab namun tetap mentaati segala peraturan-peraturan, moral maupun etika.
Menurut Siagian 2004: 68: Penilaian kinerja pegawai dalam organisasi memiliki dua kegunaan, yaitu:
a Kegunaan
untuk mengukur  kinerja  untuk  tujuan  memberikan
penghargaan  atau  dengan  kata  lain  untuk  membuat keputusan administratif mengenai si pegawai. Promosi atau punishment pegawai
bisa  tergantung  pada  hasil  penilaian  kinerja,  yang  sering  membuat penilaian kinerja menjadi sulit untuk dilakukan oleh para manajer.
b Kegunaan  pengembangan  potensi  individu yang  dilakukan  dengan melakukan  survey,  test,  atau  evaluasi  sehingga  pengukuran  tersebut
dapat menghasilkan nilai yang menjadi gambaran potensi individu.
Selanjutnya  menurut  Siagian  2004:  67,  komponen-komponen  penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
a. Komponen input,  mengukur  sumber  daya  yang  diinvestasikan  dalam suatu  proses, program,  maupun  aktivitas  untuk  menghasilkan  keluaran
output maupun
outcome.  Komponen  ini  mengukur  jumlah sumberdaya  seperti  anggaran  dana,  sumber  daya  manusia,  informasi,
kebijaksanaanperaturan  perundang-undangan  dan  sebagainya  yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.
b. Komponen output adalah  sesuatu  yang  diharapkan  langsung  dicapai dari  sesuatu  kegiatan  yang  dapat  berupa  fisik  dan    atau  non  fisik.
Komponen ini digunakan untuk mengukur output yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan output yang direncanakan dan
yang  betul-betul  terealisir,  instansi  dapat  menganalisis  sejauh  mana kegiatan  terlaksana  sesuai  dengan  rencana.  Komponen output hanya
dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok  ukur  dikaitkan  dengan  sasran-sasaran  kegiatan  yang  terdefinisi
dengan  baik  dan  terukur. Komponen output harus  sesuai  dengan lingkup dan kegiatan instansi.
c. Komponen outcome,  adalah  segala  sesuatu  yang  mencerminkan berfungsinya output efek  langsung  pada  jangka  menengah.  Dalam
banyak  hal,  informasi  yang  diperlukan  untuk  mengukur outcome seringkali  tidak  lengkap  dan  tidak  mudah  diperoleh.  Oleh  karena  itu,
setiap  instansi  perlu  mengkaji  berbagai  pendekatan  untuk  mengukur outcome dari output suatu  kegiatan.  Pengukuran  komponen outcome
seringkali  rancu  dengan  pengukuran  komponen output.  Contohnya, penghitungan  jumlah  bibit  unggul  yang  dihasilkan  oleh  sesuatu
kegiatan  merupakan  tolok  ukur output.  Akan  tetapi  perhitungan  besar produksi  per  hektar  yang  dihasilkan  oleh  bibit-bubit  unggul  tersebut
merupakan komponen outcome.
d. Komponen  benefit,  menggambarkan  manfaat  yang  diperoleh  dari komponen outcome.  Benefit  manfaat  tersebut  pada  umumnya  tidak
segera  tampak.  Setelah  beberapa  waktu  kemudian,  yaitu  dalam  jangka menengah  atau  jangka  panjang  dari  benefitnya  tampak.  Komponen
benefit  menunjukan  hal-hal  yang  diharapkan  untuk  dicapai  bila output dapat diselesaikan dan berfungsi optimal tepat lokasi dan tepat waktu.
e. Komponen impact memperlihatkan  pengaruh  yang  ditimbulkan  dari benefit  yang  diperoleh.  Seperti  halnya  komponen  benefit,  komponen
impact juga  baru  dapat  diketahui  dalam  jangka  waktu  menengah  atau jangka  panjang.  Komponen impact menunjukan  dasar  pemikiran
dilaksanakannya  kegiatan  yang  menggambarkan  aspek  makro pelaksanaan  kegiatan,  tujuan  kegiatan  secara  sektoral,  regional  dan
nasional.
D. Tinjauan Tentang Satuan Polisi Pamong Praja 1. Pembentukan,  Kedudukan,  Tugas, dan  Fungsi Satuan  Polisi  Pamong
Praja
Menurut Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  6  Tahun  2010, untuk membantu  kepala  daerah  menegakkan  Perda  dan  penyelenggaraan
ketertiban  umum  dan  ketenteraman  masyarakat,  di  setiap  provinsi  dan kabupatenkota    dibentuk    Satpol  PP. Pembentukan  organisasi  Satpol  PP
ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah Pasal 2.
Menurut  Pasal  3 Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  6  Tahun 2010, Satpol  PP  merupakan  bagian  perangkat  daerah  di  bidang  penegakan
Perda,  ketertiban  umum  dan  ketenteraman  masyarakat Ayat  1 Satpol  PP dipimpin  oleh  seorang  kepala  satuan  dan  berkedudukan  di  bawah  dan
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Menurut  Pasal 4 Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  6  Tahun 2010, Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan menyelenggarakan
ketertiban  umum dan  ketenteraman  masyarakat  serta  perlindungan
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, Satpol PP mempunyai fungsi:
a. Penyusunan program
dan pelaksanaan
penegakan Perda,
penyelenggaraan  ketertiban  umum, ketenteraman dan perlindungan masyarakat;
b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah; c. Pelaksanaan  kebijakan  penyelenggaraan  ketertiban  umum  dan
ketenteraman masyarakat di daerah; d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;
e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan  ketertiban  umum  dan  ketenteraman  masyarakat
dengan  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia,  Penyidik  Pegawai Negeri Sipil daerah, danatau aparatur lainnya;
f. Pengawasan  terhadap  masyarakat,  aparatur,  atau  badan  hukum  agar
mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah; dan g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah.
Sehubungan  dengan  situasi  dan  kondisi masyarakat  yang semakin  maju memerlukan anggota  Polisi  Pamong  Praja  yang  mempunyai  wawasan
pengetahuan  yang  luas profesionalisme  dan  sikap  disiplin  serta  ketahanan mental  yang  tinggi,  sehingga  dimungkinkan  terwujudnya  aparatur  Polisi
Pamong Praja yang mempunyai pola pikir yang cepat, produktif, proaktif dan berwibawa  disertai  dengan  amal  perbuatan  dharma  bhakti  dan pengabdian
yang  nyata.  Terlebih dalam  rangka  pemantapan  penyelenggaraan  otonomi daerah dengan titik berat pada daerah otonom.
2. Wewenang, Hak, Dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja