Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara (Pendekatan Analisis Input-Output)

(1)

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

(Pendekatan Analisis Input-Output)

Desi Novita

Dosen Kopertis Wilayah 1 NAD-SUMUT dpk UISU Medan

Rahmanta

Dosen Fakultas Pertanian USU rahmanta@usu.ac.id

Kasyful Mahalli

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara kasyful@usu.ac.id

Abstract: The aims of this research are (1) to analyze the contribution of agriculture to the economic structure of North Sumatra, (2) to determine the impact of investment on the establishment of agricultural output, income, and labor, and (3) to determine the impact of changes in investment to the agricultural sector forming output, income, and labor in North Sumatra. Data in this research is the data Input-Output Province of North Sumatra in 2007 Top Producer Basic Price of the RAS Method of Updating. Data is processed and obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of North Sumatra. From this research the research results obtained as follows: agriculture contribution big role against the formation of the structure of demand and supply, consumption, value added, and the output when compared to 24 out of 25 sectors of aggregating in this research. Impact of agricultural investment to the largest output is the establishment of sector Other Poultry and Livestock. Impact of agricultural investment to the largest sector is the establishment of income Rubber, and the establishment of the largest employment sector occurred in Palm Oil. By doing some simulation of the changes in the agricultural sector investment seen that simulation reallocation of investment of 10% of the building sector to the agricultural sector is able to create the largest contribution to the agricultural sector towards the establishment of output, income, and employment for the economy of North Sumatra.

Keywords: Input-Output, contribution, agriculture and impact of investment

PENDAHULUAN

Pembentukan dan pengumpulan modal atau investasi dipandang sebagai salah satu faktor dan sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan pembentukan modal akan membawa kepada pemanfaatan penuh sumber-sumber yang ada. Sehingga dengan pembentukan modal akan menghasilkan kenaikan besarnya output nasional. Investasi tidak saja hanya meningkatkan output nasional tetapi juga kesempatan kerja.

Selama ini, investasi di sektor pertanian dianggap kurang memberikan keuntungan baik serta merupakan suatu kegiatan yang dianggap

masih dan terus akan bersifat tradisional. Oleh sebagian pihak, pembangunan di sektor pertanian dianggap kurang dapat mempercepat kemajuan suatu negara. Sektor industrilah yang dianggap sebagai sektor yang paling potensial dalam menghasilkan keuntungan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan suatu negara. Padahal, sektor industri akan berjalan dengan baik, ketika sektor pertanian sebagai sektor dasar bagi perekonomian Indonesia tumbuh dan berkembang dengan tangguh. Hal ini disebabkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.


(2)

Tabel 1. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Persen (% )

2002 2003 2004 2004 2006

1. Pertanian 26,84 26,25 25,76 25,25 24,33

2. Pertambangan & Penggalian 1,52 1,43 1,21 1,22 1,20

3. Industri Pengolahan 24,61 24,49 24,41 24,24 24,08

4. Listrik, gas dan Air Brsih 0,83 0,84 0,82 0,81 0,79

5. Bangunan 5,69 5,76 5,86 6,28 6,52

6. perdagangan, Hotel & restoran 18,55 18,21 18,28 18,19 18,32 7. Pengangkutan & Komunikasi 7,11 7,49 8,04 8,40 8,85 8.Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,91 6,03 6,09 6,19 6,40

9. Jasa-jasa 8,92 9,49 9,53 9,43 9,51

TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

SEKTOR TAHUN

Sumber: BPS (2007)

Nilai investasi dalam sektor pertanian selama kurun waktu 2003-2006 mendapatkan proporsi yang sangat kecil dari total investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yaitu hanya sekitar 1-9%. Padahal seperti yang diketahui, bahwa sektor pertanian pada masa krisis, tahun 1998, merupakan sektor yang tetap eksis dan penyelamat bagi perekonomian Indonesia. Sehingga seharusnya semua pihak, khususnya pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban memberikan sosialisasi dan promosi investasi bagi investor di Indonesia serta sebagai pihak yang memberikan persetujuan terhadap investasi baik PMDN maupun PMA harus memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan pertanian ke arah pertanian yang lebih maju. Salah satunya dengan meningkatkan investasi di sektor pertanian (BPS, 2007).

Struktur perekonomian Sumatera Utara diketahui didominasi oleh sektor pertanian dan sektor industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor industri. Pada Tabel 1. terlihat bahwa lebih dari 25% dari total PDRB Sumatera Utara berasal dari sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan yang tetap harus diperhatikan bagi perekonomian Sumatera Utara.

Bila dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan sektoral terhadap PDRB Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2002 -2006, terlihat bahwa laju pertumbuhan

rata-rata yang terjadi pada sektor pertanian adalah 2,90%. Angka ini masih dibawah laju pertumbuhan rata-rata PDRB Sumatera Utara yaitu 5,35%. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Sumatera Utara berada pada level terendah selain sektor pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tidak boleh terus terjadi mengingat bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi pembangunan perekonomian Sumatera Utara. Hal ini berarti masih perlu dilakukan pembenahan-pembenahan strategi dalam sektor pertanian. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah investasi.

METODE

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data yang digunakan adalah data Input-Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas dasar harga produsen. Data tersebut di

Update dengan menggunakan metode RAS

berdasarkan dengan menggunakan tahun dasar Input-Output Tahun 2003 atas dasar harga produsen. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa input-output dengan menggunakan data Input-Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas dasar harga produsen yang telah diagregasi menjadi 25 sektor ekonomi. Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka ada beberapa metode yang lebih spesifik untuk menyelesaikan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel.


(3)

Analisis Input-Output

Analisis input-ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya,misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan faktot-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran/keterlibatannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).

Tabel Dasar Transaksi dalam Metode

Input-Output

Tabel dasar transaksi input-output terdiri atas 4 kuadran yaitu kuadran-kuadran yang berisi transaksi-transaksi dalam perekonomian meliputi transaksi sektor produksi, permintaan akhir, input primer, dan balas jasa.

Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/ kegiatan, yaitu arus barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk digunakan oleh sektor lain (termasuk sektor itu sendiri), baik bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Artinya barang dan jasa itu dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual kembali pada putaran berikutnya. Matriks yang ada dalam kuadran I merupakan sistem produksi dan bersifat

endogen, sedangkan matriks yang berada di luar kuadran I (II, III, IV) bersifat eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena pengaruh dari dalam diri sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar.

Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat untuk dikonsumsi (habis terpakai) dan untuk investasi. Termasuk permintaan akhir ini adalah barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat umum, dibeli oleh pemerintah, digunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri/ke luar wilayah, dan tidak lagi berada di dalam negeri/wilayah karena habis terpakai.

Kuadran III berisikan input primer, yaitu semua daya dan dana yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi diluar kategori input antara. Termasuk dalam kategori ini adalah tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan, bangunan dan tanah. Sumbangan masing-masing pihak dihitung sesuai dengan balas jasa yang diterimanya karena keikutsertaannya dalam proses produksi. Apa yang tertera dalam kuadran III adalah balas jasa bagi faktor-faktor produksi dan karenanya merupakan pendapatan yang menggambarkan kemakmuran masyarakat di suatu wilayah seandainya seluruh faktor produksi dimiliki oleh masyarakt setempat. Jumlah keseluruhan balas jasa tersebut adalah sama dengan nilai tambah bruto wilayah tersebut.

Kuadran IV menggambarkan

bagaimana balas jasa yang diterima input primer didistribusikan ke dalam permintaan akhir. Karena tidak dibutuhkan dalam analaisis input-output, kuadran ini sering diabaikan di dalam tabel input-output.

Analisa Kontribusi

a) Analisa Kontribusi sebagai Output

(Output Share) Output Share sektor ke-i =

Xi Xi

….(1) dimana:

Xi = jumlah ouput sektor i

Xi = jumlah total output di seluruh

sektor


(4)

b) Analisa Kontribusi sebagai permintaan

Antara (Intermediate Demand)

Intermediate Demand Share sektor ke-i = Xi

Idi..(2)

dimana :

Idi = jumlah permintaan antara sektor ke-i Xi = jumlah output sektor ke-i

c) Analisa Kontribusi sebagai

permintaan Akhir (Final Demand

Share)

Final Demand Share sektor ke-i =

Xi

Fdi....(3)

dimana :

Fdi = jumlah permintaan akhir sektor ke-i Xi = jumlah output sektor ke-i

d) Analisa Kontribusi sebagai Input

Antara (Intermediate Input Share)

Intermediate Input Share sektor ke-i = Xi Iai

... (4) dimana :

Iai = jumlah input antara sektor ke-i Xi = jumlah output sektor ke-i

e) Analisa Kontribusi sebagai Input

Primer/Nilai Tambah (Primary Input)

Primary Input Share sektor ke-i =

Xi

Pi

...(5) dimana :

PIi = jumlah nilai Tambah antara sektor ke-i Xi = jumlah output sektor ke-i

Dampak Investasi

Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan data input-output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap kegiatan investasi sektor pertanian. a. Dampak terhadap pembentukan Output

(Xfid)

Xfid = (1 – A )-1 (fid) ...(6)

b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (Lik)

Lik = e (1 – A )-1 (fid) ... ..(7)

c. Dampak terhadap pendapatan (l)

l =

fid i i

V x Vx

Px

...(8)

dimana :

(1 – A )-1 = matriks kebalikan Leontif

E = matriks koefisien tenaga kerja

V = matriks koefisien nilai tambah Fid = Nilai investasi sektor pertanian

Pxi = Nilai upah dan gaji sektor i pada

matriks transaksi domestik

Vxi = Nilai tambah bruto sektor i pada

matriks transaksi domestik Analisis Simulasi

Suatu analisis dampak dapat menangkap efek variabel eksogen dalam pengertian relatif. Untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen terhadap output, pendapatan, dan kesempatan kerja maka dilakukan analisis simulasi. Dalam hal ini maka akan dilakukan skenario injeksi tertentu dan realokasi terhadap variabel eksogen yaitu investasi. Skenario simulasi dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Simulasi Realokasi Dana Investasi

a. Realokasi investasi sektor industri

sebesar 10 persen yang dialihkan ke sektor pertanian.

b. Realokasi investasi sektor Bangunan

sebesar 10 persen yang dialihkan ke sektor pertanian.

2. Simulasi Peningkatan Dana Investasi

a. Injeksi investasi sebesar 10 persen

yang dialokasikan ke sektor pertanian.

b. Injeksi investasi sebesar 10 persen

terhadap sektor tanaman pangan

c. Injeksi investasi sebesar 10 persen

terhadap sektor perkebunan

d. Injeksi investasi sebesar 10 persen

terhadap sektor peternakan

e. Injeksi investasi sebesar 10 persen

terhadap sektor perikanan

f. Injeksi investasi sebesar 50 persen

terhadap sektor pertanian HASIL

Struktur Perekonomian Sumatera Utara 1. Struktur Permintaan dan Penawaran

Struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara meliputi permintaan antara, permintaan akhir domestik, serta permintaan terhadap barang dan jasa untuk di ekspor baik ke Provinsi lain maupun ke luar negeri. Struktur permintaan


(5)

Provinsi Sumatera Utara memperlihatkan bahwa pada Tahun 2007 total permintaan adalah sebesar Rp 357.570.242 (juta) . Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 126.540.878 (juta), permintaan akhir domestik sebesar Rp 153.749.678 (juta) serta permintaan ekspor yang berasal dari Provinsi lain maupun dari luar negeri sebesar Rp 77.279.685 (juta). Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak 43% dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen akhir. Kemudian sekitar 35,39% dari total permintaan merupakan konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan dan sisanya sebesar 21,61% merupakan besaran dari total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara yang dikonsumsi oleh pihak luar yang berada di Provinsi lain maupun luar negeri.

Secara umum proporsi permintaan sektor pertanian Rp 57.734.600 (juta) (16,15%), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 45.991.661 (juta) (12,86%). Peranan sektor pertanian sebesar 16,15% terhadap total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara dikontribusi oleh sektor kelapa sawit (3,78%), padi (1,99%), karet (1,90%), unggas dan peternakan lainnya (1,72%), dan perikanan (1,59%).

Berdasarkan angka tersebut dapat terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor dalam sektor pertanian yang memberikan peranan terbesar dalam struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara. Nilai sektor kelapa sawit tersebut mencapai Rp 13.522.902 (juta). Proporsi permintaan sektor kelapa sawit tersebut sebagian besar dimanfaatkan atau digunakan oleh konsumen yang akan melakukan pengolaha lebih lanjut atau proses produksi lanjutan (permintaan antara) yang mencapai nilai permintaan antara sebesar Rp 13.381.065 (juta) atau 98,95% dari total permintaan sektor kelapa sawit merupakan permintaan antara. Sisanya sebesar Rp 141.837 (juta) (1,05%) merupakan permintaan akhir dan tidak memiliki nilai ekspor. Hal ini berarti bahwa hasil dari sektor kelapa sawit sepenuhnya dimanfaatkan oleh konsumen yang masih berada dalam Provinsi

Sumatera Utara yang sebagian besar digunakan oleh industri lanjutan dari pengolahan kelapa sawit tersebut contohnya industri CPO.

2. Struktur Konsumsi

Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik yang terdiri dari konsumsi/permintaan yang dilakukan oleh perseorangan/rumah tangga dan pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Sumatera Utara mencapai nilai Rp 122.880.632 (juta) yang terdri dari Rp 106.284.836 (juta) konsumsi rumah tangga (C) dan Rp 16.595.796 (juta) konsumsi pemerintah (G). Nilai konsumsi ini memberikan peranan sebesar 74,1% terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 64,01% dari PDRB merupakan konsumsi RT dan 10,09% adalah konsumsi yang dilakukan pemerintah.

Struktur konsumsi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sepenuhnya berasal dari konsumsi rumah tangga yakni sebesar 15,32% dari total konsumsi rumah tangga. Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pada sektor pertanian terjadi pada sektor unggas dan peternakan lainnya yang mencapai Rp 4.526.279 (juta) atau 4,26% dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sektor sayur-sayuran sebesar Rp 4.201.445 (juta), sektor perikanan (Rp 2.712.964 (juta), sektor buah-buahan (Rp 2.323.707 (juta)), dan sektor umbi-umbian (Rp 598.124 (juta)). Sedangkan untuksektor padi, karet, coklat, dan kelapa sawit tidak memiliki nilai konsumsi rumah tangga. Hal ini berarti bahwa tidak ada permintaan akhir terhadap keempat sektor tersebut. Kondisi ini disebabkan bahwa keempat sektor tersebut tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai permintaan akhir, khususnya dalam struktur konsumsi melainkan memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk olahan yang merupakan produk derivatif dari komoditi tersebut. Pada sektor pertanian, terlihat bahwa pemerintah tidak memiliki konsumsi pada sektor pertanian secara umum.


(6)

3. Struktur Ekspor-Impor

Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94% dari total ekspor dan 2,11% dan total impor. Kondisi menunjukkan bahwa net-ekspor sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000,-. Nilai ekspor perikanan ini mencapai 50% dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi. Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian Provinsi Sumatera utara. Kemudian diikuti oleh sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung. Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya memberikan kontribusi impor sebesar 2,11% dari total impor yang terjadi di Sumatera utata. Nilai impor terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp 595.748(juta), dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah-buahan (Rp 467.663 (juta)), jagung (Rp 71.814 (juta)), sayur-sayuran (Rp 68.817 (juta)), serta ternak dan hasilnya (Rp 57.699 (juta)). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor-impot ditunjukkan pada Tabel 5.4. dibawah ini. 4. Struktur Investasi

Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input-Output merupakan gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan stok yang terjadi pada suatu perekonomian. Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89% dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai investasi yang terjadi pad sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terjadi pada sektor pertanian hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan nilai PMTB mencapai Rp 63.608 (juta). Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 (juta) diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya dan padi.

5. Struktur Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta pajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output domestik yang dihasilkan serta nilai niaya yangdikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubungan negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ imput primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya.

Sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 44.286.226 (juta) atau sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 (juta) atau seesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur-sayur. Kelima sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar 69,34% dari total nilai tambah yang terbentuk pada sektor pertanian.


(7)

6. Struktur Output

Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada pertumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing-masing output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan.

Sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 (juta) (16,15%) sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output domestik. Sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 13.522.902 (juta) atau 23,4% dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output sektor padi sesar Rp 7.119.659 (juta), sektor karet sebesar Rp 6.794.560 (juta), sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238(juta) serta sektor perikanan sebesar Rp 5.686.097 (juta). Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 (juta) atau sebesar 0,77% dari total output pertanian. PEMBAHASAN

1. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja dalam Perekonomian Sumatera Utara

Dampak investasi sektor pertanian yang terjadi terhadap pembentukan output, pendapatan, dan pembentukan, lapangan kerja yang terjadi pada tahun 2007. Investasi

yang terjadi pada sektor pertanian menciptakan pembentukan output terbesar yang dilihat berdasarkan rasio investasi yang ada terhadap pembentukan output adalah sektor Unggas dan peternakana lainnya yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti bahwa output yang tercipta karena adanya investasi di sektor Unggas dan peternakan lainnya sebesar 1,77 kali lipat dari investasi yang terjadi. Kondisi ini kemudian diikuti oleh sektor perikanan, dan karet. Dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output yang terjadi secara lebih jelas dapat ditunjukkan pada grafik 1.

Investasi yang terjadi di sektor pertanian juga memberikan dampak pada pembentukan pendapatan yang merupakan upah/ gaji bagi tenaga kerja yang terserap. Secara umum, terlihat bahwa investasi yang terjadi mampu menciptakan pendapatan sebesar 21,62 % dari pembentukan output yang terjadi. Bila dilihat secara sektoral, terlihat bahwa sektor kelapa mampu membentuk pendapatan sebesar 33,63% dari output sektor kelapa. Kemudian diikuti oleh sektor karet, kelapa sawit, dan tanaman perkebunana lainnya.

Pembentukan tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat adanya investasi di sektor pertanian terbesar terjadi pada sektor karet yakni sebanyak 5.908 orang. Kemudian disusul oleh pembentukan tenaga kerja terbesar selanjutnya pada sektor ternak dan hasilnya, dan sektor kelapa sawit. Bila dilihat berdasarkan kemampuan produktivitas yang terjadi setiap satuan tenaga kerja, terlihat bahwa tenaga kerja di sektor kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya dengan nilai produktivitas sebesar 52,10 juta rupiah per ternaga kerja. Kemudian pada sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar 43,56 juta rupiah per tenaga kerja dana pada sektor padi sebesar 43,36 juta rupiah per tenaga kerja.


(8)

Grafik 1. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output

1.08 1.31

0.00 0.00 0.00 1.34 1.47 1.29 1.24 1.41 1.30 1.35 1.10 1.77 1.47 1.51 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Padi Jagu ng Umb i-umb ian d an P ati Say ur-s ayur an Buah -bua han Tan aman Baha n ma

kana n Lain

nya Karet Cok

lat Kelap

a

Kelap a saw

it Kop i Tana man Per kebu nan lainn ya Tern ak da

n Ha silnya

Unggas dan Petern

akan lainn ya Keh utan an Perika nan

Rasio Output terhadap Investasi

Grafik 2. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan

18,72 15,11

0,00 0,00 0,00

12,28 24,71 19,19 33,63 20,63 15,44 21,24 17,27 14,96 13,21 16,50 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 Padi Jagun g Umbi -umbi

an dan Pat i Say ur-sa yura n Buah -bua han Tan aman Baha n mak

anan Lainn ya Kare t Cokla t Kelap a Kela

pa sa wit Kopi Tana man Per kebun

an la inny

a

Terna k dan

Hasi lnya

Ungg as da

n Pe tern akan lain nya Kehu tana n Perika nan

Pendapatan per Output (% )

Grafik 3. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja

43,36

8,04

0,00 0,00 0,00 4,46 19,48 4,26 2,39 52,10 4,78 5,10 12,43 43,56 21,94 26,57 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 Padi Jagung Umbi-umbi an dan P

ati Sayur-sayu ran Buah-buah an Tan aman

Bahan makanan La

innya Karet Coklat Kelapa Kelapa sa

wit Kopi

Tanaman P erkebunan l

ainny a

Ternak dan H

asilnya Unggas d an P eternakan l ainn ya Kehutana n Perikanan


(9)

Grafik 4. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

15,40 16,08 17,80 15,43 15,40 15,42 15,41 15,40 15,56

25,05 25,67 28,15 25,10 25,06 25,09 25,06 25,05 25,28

55,88 57,38

60,05

55,90 55,88 55,89 55,89 55,88 55,98

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8

P

ers

e

n (%

)

Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Output Sektoral ( % ) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ( % ) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ( % )

2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat bahawa nilai investasi sebesar Rp 30.869.047 (Juta) yang terdiri investasi di sektor pertanian sebesar Rp 275.893 (Juta) atau sebesar 0,89% dari total investasi yang terjadi dan sisanya merupakan investasi non-pertanian telah mampu menciptakan total output dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 83.918.376,69 (Juta) atau sebesar 2,72 kali lipat dari investasi yang terjadi. Sebesar 15,40% dari total output yang terjadi merupakan total output yang tercipta pada sektor pertanian dengan output terbesar terjadi pada sektor coklat (5,80%), kemudian disusul oleh sektor karet (5,58%), dan sektor kelapa sawit (1,36%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi-simulasi yang dilakukan terlihat bahwa simulasi 2 atau realokasi investasi sebesar 10% dari sektor

Bangunan mampu menciptakan persentase tertinggi dalam pembentukan output sektor pertanian bila dibandingkan dengan total output seluruh sektor yakni sebesar 17,80%. Kemudian pada simulasi 1 sebesar 16.08%. Sedangkan pembentukan output terendah terjadi pad simulasi 4 dan simulasi 7 dengan persentase pembentukan output pertanian sama dengan persentase pembentukan output dengan hasil data awal yakni sebesar 15.40%.

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat telah mampu menciptakan total pendapatan dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 11.701.021,33 (Juta) atau sebesar 13,94% dari total ouput yang tercipta. Pendapatan sektor pertanian yang tercipta sebesar 25,05% dari total pendapatan dengan pembentukan pendapatan terbesar terjadi pada sektor karet (11,04%), sektor kelapa (8,585) dan sektor kelapa sawit (2,19%).

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan pendapatan sektor


(10)

Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 28,15% dari total pendapatan yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 7 (injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) yang mencapai persentase pembentukan pendapatan sebesar 25,05%.

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 telah mampu menyerap tenaga kerja dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebanyak 2.987.046,29 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang tercipta sebesar 55,88% dari total tenaga kerja yang terbentuk.

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan tenaga kerja sektor Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 60,05% dari total tenaga kerja yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 4 dan simulasi 7 yakni sebesar 55,88% dati total tenaga kerja yang terserap.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasila analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Atas Harga Produsen pada Tahun 2007 tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Peranan sektor pertanian dalam

perekonomian Sumatera utara dalam pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumaha Tangga (15,32%), struktur ekspor (4.94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto (0,22%), struktur perbahan Stok (12,19%) atau struktur investasi (0.89%), struktur Nilai

Tambah (26,69%), dan struktur Output (16,15%).

2) Dampak Investasi Sektor Pertanian

mampu membentuk 1,35 kali lipat dari investasi yang ada dengan pembentukan output terbesar dialami oleh sektor unggas dan peternakan lainnya. Investasi sektor pertanian mampu membentuk pendapatan sebesar Rp 80.325.750.000,- dan membentuk lapangan pekerjaan sebanyak 14.838 orang.

3) Berdasarkan hasil simulasi, pembentukan

output terbaik yang dilihat berdasarkan persentase yang terjadi di sektor pertanian terhadap keseluruhan sektor ekonomi terjadi pada hasil simulasi 2 (Realokasi 10% dari sektor Industri Pengolahan) yakni sebesar 17,80%. Begitupun dalam hal pembentukan pendapatan dan tenaga kerja.

SARAN

1) Pengambil kebijakan di Provinsi

Sumatera Utara diharapkan terus memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan produk turunan yang lebih baik lagi

2) Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya

menjadi penyumbang terbesar pembentukan output terhadap investasi jika dibandingkan sektor lainnya sehingga investasi sektor tersebut diharapkan dapat ditingkatkan

3) Kepada para pengambil kebijakan dan

pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara diharapkan membatasi atau mengurangi investasi di sektor bangunan dan kemudian investasi tersebut dapat dialihkan kepada sektor pertanian.

DAFTAR RUJUKAN

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2004. Tabel

Input-Output tahun 2003 Sumatera

Utara. BPS Sumatera Utara

BPS Indonesia. 2000. Kerangka Teori &

Analisis Input Output. BPS Pusat.


(11)

BPS Indonesia. 2000. Teknik Penyusunan

Tabel Input-Output. BPS Pusat.

Jakarta

Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004.

Makroekonomi. Edisi delapan. PT

Media Global Edukasi. Jakarta.

Ediawan, Agus. 2003. Derivasi Model

Input-Output : Suatu Eksperimen Untuk Memahami Pereknomian Kota Batam. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2003.

Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor

Pertanian dalam Perekonomian Indonesia : Analisis Dekomposisi

Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis.

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kalangi, L.S. 2006. Dampak Investasi Di

Sektor Pertanian dan Agroindustri Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan. Tesis. Sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 2006.

Nazara, Suahasil. 2005. Analisis

Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Pardede, Ratlan. 2004. Dampak

Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangunan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan : Aplikasi Model Input-Output. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya

Peningkatan Investasi Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi

Sumatera Utara. Departemen

Ekonomi Pembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional:

Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Widiastuti, Mailia. 2003. Peranan

Agroindustri Dalam Perekonomian

Provinsi Kalimantan Tengah. Tesis.

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.


(1)

3. Struktur Ekspor-Impor

Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94% dari total ekspor dan 2,11% dan total impor. Kondisi menunjukkan bahwa net-ekspor sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000,-. Nilai ekspor perikanan ini mencapai 50% dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi. Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian Provinsi Sumatera utara. Kemudian diikuti oleh sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung. Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya memberikan kontribusi impor sebesar 2,11% dari total impor yang terjadi di Sumatera utata. Nilai impor terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp 595.748(juta), dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah-buahan (Rp 467.663 (juta)), jagung (Rp 71.814 (juta)), sayur-sayuran (Rp 68.817 (juta)), serta ternak dan hasilnya (Rp 57.699 (juta)). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor-impot ditunjukkan pada Tabel 5.4. dibawah ini.

4. Struktur Investasi

Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input-Output merupakan gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan stok yang terjadi pada suatu perekonomian. Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89% dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai investasi yang terjadi pad sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terjadi pada sektor pertanian hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan nilai PMTB mencapai Rp 63.608 (juta). Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 (juta) diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya

5. Struktur Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta pajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output domestik yang dihasilkan serta nilai niaya yangdikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubungan negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ imput primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya.

Sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 44.286.226 (juta) atau sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 (juta) atau seesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur-sayur. Kelima sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar


(2)

6. Struktur Output

Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada pertumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing-masing output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan.

Sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 (juta) (16,15%) sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output domestik. Sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 13.522.902 (juta) atau 23,4% dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output sektor padi sesar Rp 7.119.659 (juta), sektor karet sebesar Rp 6.794.560 (juta), sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238(juta) serta sektor perikanan sebesar Rp 5.686.097 (juta). Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 (juta) atau sebesar 0,77% dari total output pertanian.

PEMBAHASAN

1. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja dalam Perekonomian Sumatera Utara

Dampak investasi sektor pertanian yang terjadi terhadap pembentukan output,

yang terjadi pada sektor pertanian menciptakan pembentukan output terbesar yang dilihat berdasarkan rasio investasi yang ada terhadap pembentukan output adalah sektor Unggas dan peternakana lainnya yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti bahwa output yang tercipta karena adanya investasi di sektor Unggas dan peternakan lainnya sebesar 1,77 kali lipat dari investasi yang terjadi. Kondisi ini kemudian diikuti oleh sektor perikanan, dan karet. Dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output yang terjadi secara lebih jelas dapat ditunjukkan pada grafik 1.

Investasi yang terjadi di sektor pertanian juga memberikan dampak pada pembentukan pendapatan yang merupakan upah/ gaji bagi tenaga kerja yang terserap. Secara umum, terlihat bahwa investasi yang terjadi mampu menciptakan pendapatan sebesar 21,62 % dari pembentukan output yang terjadi. Bila dilihat secara sektoral, terlihat bahwa sektor kelapa mampu membentuk pendapatan sebesar 33,63% dari output sektor kelapa. Kemudian diikuti oleh sektor karet, kelapa sawit, dan tanaman perkebunana lainnya.

Pembentukan tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat adanya investasi di sektor pertanian terbesar terjadi pada sektor karet yakni sebanyak 5.908 orang. Kemudian disusul oleh pembentukan tenaga kerja terbesar selanjutnya pada sektor ternak dan hasilnya, dan sektor kelapa sawit. Bila dilihat berdasarkan kemampuan produktivitas yang terjadi setiap satuan tenaga kerja, terlihat bahwa tenaga kerja di sektor kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya dengan nilai produktivitas sebesar 52,10 juta rupiah per ternaga kerja. Kemudian pada sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar 43,56 juta rupiah per tenaga kerja dana pada sektor padi sebesar 43,36 juta rupiah per tenaga kerja.


(3)

Grafik 1. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output

1.08 1.31

0.00 0.00 0.00 1.34 1.47 1.29 1.24 1.41 1.30 1.35 1.10 1.77 1.47 1.51 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Padi Jagu ng Umb i-umb ian d an P ati Say ur-s ayur an Buah -bua han Tan aman Baha n ma

kana n Lain

nya Karet Cok

lat Kelap

a

Kelap a saw

it Kop i Tana man Per kebu nan lainn ya Tern ak da

n Ha silnya

Unggas dan Petern

akan lainn ya Keh utan an Perika nan

Rasio Output terhadap Investasi

Grafik 2. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan

18,72 15,11

0,00 0,00 0,00 12,28 24,71 19,19 33,63 20,63 15,44 21,24 17,27 14,96 13,21 16,50 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 Padi Jagun g Umbi -umbi

an dan Pat i Say ur-sa yura n Buah -bua han Tan aman Baha n mak

anan Lainn ya Kare t Cokla t Kelap a Kela pa sa

wit Kopi Tana man Per kebun

an la inny

a

Terna k dan

Hasi lnya

Ungg as da

n Pe tern akan lain nya Kehu tana n Perika nan

Pendapatan per Output (% )

Grafik 3. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja

43,36

8,04

0,00 0,00 0,00 4,46 19,48 4,26 2,39 52,10 4,78 5,10 12,43 43,56 21,94 26,57 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 Padi Jagung Umbi-umbi an dan P

ati Sayur-sayu ran Buah-buah an Tan aman

Bahan makanan La

innya Karet Coklat Kelapa Kelapa sa

wit Kopi

Tanaman P erkebunan l

ainny a

Ternak dan H

asilnya Unggas d an P eternakan l ainn ya Kehutana n Perikanan


(4)

Grafik 4. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

15,40 16,08 17,80 15,43 15,40 15,42 15,41 15,40 15,56

25,05 25,67 28,15 25,10 25,06 25,09 25,06 25,05 25,28

55,88 57,38

60,05

55,90 55,88 55,89 55,89 55,88 55,98

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8

P

ers

e

n (%

)

Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Output Sektoral ( % ) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ( % ) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ( % )

2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat bahawa nilai investasi sebesar Rp 30.869.047 (Juta) yang terdiri investasi di sektor pertanian sebesar Rp 275.893 (Juta) atau sebesar 0,89% dari total investasi yang terjadi dan sisanya merupakan investasi non-pertanian telah mampu menciptakan total output dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 83.918.376,69 (Juta) atau sebesar 2,72 kali lipat dari investasi yang terjadi. Sebesar 15,40% dari total output yang terjadi merupakan total output yang tercipta pada sektor pertanian dengan output terbesar

Bangunan mampu menciptakan persentase tertinggi dalam pembentukan output sektor pertanian bila dibandingkan dengan total output seluruh sektor yakni sebesar 17,80%. Kemudian pada simulasi 1 sebesar 16.08%. Sedangkan pembentukan output terendah terjadi pad simulasi 4 dan simulasi 7 dengan persentase pembentukan output pertanian sama dengan persentase pembentukan output dengan hasil data awal yakni sebesar 15.40%.

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat telah mampu menciptakan total pendapatan dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 11.701.021,33 (Juta) atau sebesar 13,94% dari total ouput yang tercipta. Pendapatan sektor pertanian yang tercipta


(5)

Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 28,15% dari total pendapatan yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 7 (injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) yang mencapai persentase pembentukan pendapatan sebesar 25,05%.

Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 telah mampu menyerap tenaga kerja dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebanyak 2.987.046,29 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang tercipta sebesar 55,88% dari total tenaga kerja yang terbentuk.

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan tenaga kerja sektor Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 60,05% dari total tenaga kerja yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 4 dan simulasi 7 yakni sebesar 55,88% dati total tenaga kerja yang terserap.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasila analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Atas Harga Produsen pada Tahun 2007 tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Peranan sektor pertanian dalam

perekonomian Sumatera utara dalam pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumaha Tangga (15,32%), struktur ekspor (4.94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto (0,22%),

Tambah (26,69%), dan struktur Output (16,15%).

2) Dampak Investasi Sektor Pertanian

mampu membentuk 1,35 kali lipat dari investasi yang ada dengan pembentukan output terbesar dialami oleh sektor unggas dan peternakan lainnya. Investasi sektor pertanian mampu membentuk pendapatan sebesar Rp 80.325.750.000,- dan membentuk lapangan pekerjaan sebanyak 14.838 orang.

3) Berdasarkan hasil simulasi, pembentukan

output terbaik yang dilihat berdasarkan persentase yang terjadi di sektor pertanian terhadap keseluruhan sektor ekonomi terjadi pada hasil simulasi 2 (Realokasi 10% dari sektor Industri Pengolahan) yakni sebesar 17,80%. Begitupun dalam hal pembentukan pendapatan dan tenaga kerja.

SARAN

1) Pengambil kebijakan di Provinsi

Sumatera Utara diharapkan terus memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan produk turunan yang lebih baik lagi

2) Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya

menjadi penyumbang terbesar pembentukan output terhadap investasi jika dibandingkan sektor lainnya sehingga investasi sektor tersebut diharapkan dapat ditingkatkan

3) Kepada para pengambil kebijakan dan

pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara diharapkan membatasi atau mengurangi investasi di sektor bangunan dan kemudian investasi tersebut dapat dialihkan kepada sektor pertanian.

DAFTAR RUJUKAN

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2004. Tabel

Input-Output tahun 2003 Sumatera

Utara. BPS Sumatera Utara

BPS Indonesia. 2000. Kerangka Teori &

Analisis Input Output. BPS Pusat.


(6)

BPS Indonesia. 2000. Teknik Penyusunan

Tabel Input-Output. BPS Pusat.

Jakarta

Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004.

Makroekonomi. Edisi delapan. PT

Media Global Edukasi. Jakarta.

Ediawan, Agus. 2003. Derivasi Model

Input-Output : Suatu Eksperimen Untuk Memahami Pereknomian Kota Batam.

Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2003.

Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor

Pertanian dalam Perekonomian Indonesia : Analisis Dekomposisi

Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis.

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kalangi, L.S. 2006. Dampak Investasi Di

Sektor Pertanian dan Agroindustri Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan

Distribusi Pendapatan. Tesis. Sekolah

pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 2006.

Nazara, Suahasil. 2005. Analisis

Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE

UI.

Pardede, Ratlan. 2004. Dampak

Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangunan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan : Aplikasi Model Input-Output.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya

Peningkatan Investasi Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi

Sumatera Utara. Departemen

Ekonomi Pembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional:

Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Widiastuti, Mailia. 2003. Peranan

Agroindustri Dalam Perekonomian

Provinsi Kalimantan Tengah. Tesis.

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.