136
3. Struktur Ekspor-Impor
Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94
dari total ekspor dan 2,11 dan total impor. Kondisi menunjukkan bahwa net-ekspor
sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian terjadi
pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000,-. Nilai ekspor perikanan
ini mencapai 50 dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi. Perikanan
menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian Provinsi Sumatera utara. Kemudian
diikuti oleh sektor buah-buahan, sayur- sayuran, coklat, dan jagung. Berdasarkan
nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya memberikan kontribusi
impor sebesar 2,11 dari total impor yang terjadi di Sumatera utata. Nilai impor
terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp 595.748juta, dilanjutkan oleh
kontribusi impor sektor buah-buahan Rp 467.663 juta, jagung Rp 71.814 juta,
sayur-sayuran Rp 68.817 juta, serta ternak dan hasilnya Rp 57.699 juta. Secara lebih
detail mengenai struktur ekspor-impot ditunjukkan pada Tabel 5.4. dibawah ini.
4. Struktur Investasi
Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input-Output merupakan
gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto PMTB dan perubahan stok yang
terjadi pada suatu perekonomian. Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian
secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89
dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Tahun 2007, nilai investasi yang terjadi pad sektor pertanian masih sangat rendah
dibandingkan sektor-sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang
terjadi pada sektor pertanian hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan
nilai PMTB mencapai Rp 63.608 juta. Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada
sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 juta diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya
dan padi.
5. Struktur Nilai Tambah
Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena
adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah,
modal, dan kewirausahaan manajemen. Wujud dari nilai tambah adalah upah dan
gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta pajak tidak langsung netto. Nilai
Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai
tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input antara pada
sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh
besarnya output domestik yang dihasilkan serta nilai niaya yangdikeluarkan dalam
proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu
memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubungan negatif antara nilai
tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto
dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut
berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto imput primer ini
akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB
berdasarkan penggunaannnya.
Sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian
Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 44.286.226 juta atau sebesar
26,69 dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian
merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan
sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya, Sumatera
Utara khususnya, masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta
pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang
mencapai nilai Rp 10.894.171 juta atau seesar 24,60 dari total nilai tambah sektor
pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet,
perikanan, dan sayur-sayur. Kelima sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar
69,34 dari total nilai tambah yang terbentuk pada sektor pertanian.
137
6. Struktur Output