Analisis dampak investasi pada sektor perdagangan terhadap perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output)

(1)

DEP

FAKULT

INS

LISA P H

PARTEME

TAS EKON

STITUT P

OLEH PERMATA H14070043

EN ILMU

NOMI DA

ERTANIA

2011

ASARI

U EKONO

AN MANA

AN BOGO

OMI

AJEMEN

OR


(2)

RINGKASAN

LISA PERMATASARI. Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Peningkatan pembangunan dapat dilihat dengan berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi. Salah satu cara yang menjadi tolak ukur untuk menilai peningkatan pembangunan adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya, laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB. Sektor perdagangan telah dianggap sebagai salah satu sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) serta penerimaan devisa . Selain itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Namun, potensi dalam pengembangan di sektor perdagangan ini melalui investasi belum diperhatikan dengan baik oleh pemerintah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari investasi di sektor perdagangan terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Input Output serta jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008, klasifikasi 66 sektor yang diagregasi menjadi sepuluh sektor. Analisis yang dilakukan mencakup analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, analisis pengganda dan analisis dampak penambahan investasi.

Hasil penelitian ini menunjukan sektor perdagangan memiliki peranan yang cukup besar dalam beberapa aspek perekonomian, seperti pembentukan struktur permintaan, dan pembentukan surplus perdagangan. Selain itu, nilai keterkaitan ke belakang sektor perdagangan lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke depannya. Sektor perdagangan juga mampu mempengaruhi pertumbuhan sektor hulunya dengan nilai sebesar 1,02377. Untuk analisis multiplier, nilai pada analisis multiplier pendapatan lebih besar dari nilai multiplier output dan tenaga kerja. Untuk dampak investasi nilai output dan tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan nilai pendapatannya. Oleh karena itu sangat diperlukan pengembangan terhadap sektor tersebut melalui program-program pemerintah sehingga sektor tersebut dapat menjadi sektor yang mampu menjadi sektor kunci bagi perekonomian Indonesia.


(3)

ANALISIS DAMPAK INVESTASI PADA SEKTOR

PERDAGANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN

INDONESIA

(ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Oleh

LISA PERMATASARI H14070043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(4)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output)

Nama Mahasiswa : Lisa Permatasari

NIM : H14070043

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si NIP. 19620816 198701 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 1964 1022 1989031003


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 18 Mei 2011

Lisa Permatasari H14070043


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lisa Permatasari lahir pada tanggal 26 september 1989 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan April Liswar dan Hasnah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar pada SD Al-Kautsar, kemudian melanjutkan ke SMP Al-Kautsar dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Al-Kautsar dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Pilihan tersebut didasarkan oleh kualitas Institut Pertanian Bogor sebagai universitas yang baik dan tempat yang cocok untuk mengembangkan pola pikir penulis sehingga dapat berguna bagi masyarakat. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Judul skripsi ini adalah “Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output)”. Perdagangan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian seperti halnya dalam penyumbang devisa bagi negara. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan perdagangan, khususnya di Indonesia. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak April Liswar dan Ibu Hasnah, yang telah memberikan doa dan restu kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 2. Tensa Pretty Oktavia dan Cahaya Intan Fitri selaku kakak dan adik, yang

telah memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak Dr. Sri Hartoyo selaku dosen penguji utama yang telah memberikan

banyak saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini.

5. Ibu Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang turut memberikan saran atas berbagai penulisan skripsi.

6. Robby Muslihat yang telah memberikan semangat dan bantuan terhadap penyelesaian skripsi ini.

7. Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.


(8)

8. Seluruh staf TU Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB atas bantuan yang diberikan demi kelancaran seminar dan siding skripsi ini.

9. Teman- teman IE 44 untuk kebersamaannya.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis agar penelitian ini memiliki manfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2011

Lisa Permatasari


(9)

DAFTAR ISI  

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengertian Perdagangan ... 11

2.1.1. Perdagangan Besar ... 12

2.1.2. Perdagangan Eceran ... 13

2.2. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.3. Tabel Input Output ... 15

2.3.1. Struktur Tabel Input Output………17

2.3.2. Keterbatasan Tabel Input Output………... 19

2.3.3. Analisis Input Output………..20

2.4. Penelitian Terdahulu………..25

2.5. Kerangka Pemikiran………..26

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.2. Metode Analisis ... 29

3.3.1. Analisis Keterkaitan ... 31

3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33

3.3.3. Analisis Multiplier ... 35


(10)

3.4. Definisi Operasional Data……….38

IV. GAMBARAN UMUM ... 42

4.1. Sejarah Perdagangan di Indonesia ... 42

4.2. Hubungan Sektor Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 43

4.3. Strategi Pengembangan Perdagangan ... 44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

5.1. Peranan Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian……….47

5.1.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir ... 47

5.1.2. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah ... 48

5.1.3. Ekspor dan Impor ... 49

5.1.4. Investasi ... 50

5.1.5. Nilai Tambah Bruto ... 51

5.1.6. Output Sektoral ... 52

5.2. Analisis Keterkaitan ... 53

5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 53

5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 55

5.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 56

5.2.3.1. Koefisien Penyebaran ... 56

5.2.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 58

5.3. Analisis Multiplier ... 59

5.4.1. Multiplier Output ... 59

5.4.2. Multiplier Pendapatan ... 60

5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 61

5.4. Analisis Dampak Investasi ... 62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha ... 2

2. Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (Februari 2007- Agustus 2009) ... 3

3. Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia ... 4

4. Ilustrasi Tabel Input Output ... 18

5. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ... 35

6. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian Indonesia ... 48

7. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Indonesia Tahun 2008 ... 49

8. Struktur Ekspor dan Impor Sektor Perekonomian Indonesia ... 50

9. Pembentukan Modal Tetap, Struktur Perubahan Stok dan Investasi Sektor Perekonomian Indonesia ... 51

10. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 52

11. Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 53

12. Keterkaitan Output Langsung serta Langsung dan Tak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 54

13. Keterkaitan Output Langsung serta Langsung dan Tak Langsung ke Belakang Sektor-sektor Perekonomian Indonesia ... 55

14. Koefisien Penyebaran Sektor Perekonomian di Indonesia ... 57

15. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 58

16. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 60

17. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 61

18. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 62

19. Dampak Investasi Sektor Perdagangan Sebesar 1 Triliun terhadap Perubahan Pembentukan Output ... 63

20. Dampak Investasi Sektor Perdagangan Sebesar 1 Triliun terhadap Perubahan Pembentukan Pendapatan ... 64


(12)

20. Dampak Investasi Sektor Perdagangan Sebesar 1 Triliun terhadap

Perubahan Tenaga Kerja ... 65


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Nilai PMDN dan PMA Sektor Perdagangan……….5

2. Pengaruh Peningkatan Investasi Pemerintah terhadap

Pendapatan Nasional Rill………..15

3. Kerangka Pemikiran ... 28

                                     


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Agregasi 10 Sektor Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008…………...72

2 Klasifikasi 10 Sektor Tabel IO Indonesia Tahun 2008 ... 74

3 TransaksiTotal Atas Harga Produsen 2008 Klasifikasi 10 Sektor ... 76

4 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 78

5 Matriks Koefisien Teknis ... 79

6 Matriks Kebalikan Leontief ... 80

7 Multiplier Output………...81

8 Multiplier Pendapatan……….. 81

9 Multiplier Tenaga Kerja ………...82


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Pembangunan ekonomi merupakan usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen (Sukirno, 1987).

Peningkatan pembangunan dapat dilihat dengan berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi. Salah satu cara yang menjadi tolak ukur untuk menilai peningkatan pembangunan tersebut adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya, laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan melalui tingkat pertumbuhan PDB.

Sektor perdagangan merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia melalui Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat pada Tabel 1 tahun 2009, kontribusinya sebesar 13,9 persen. Secara garis besar perdagangan terbagi menjadi dua bagian yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran.


(16)

Table 1 Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam Persen)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 14,9 14,5 14,2 13,8 13,6 13,6

2. Pertambangan dan Penggalian 9,6 9,4 9,1 8,7 8,3 8,3 3. Industri Pengolahan 28,4 28,1 27,8 27,4 26,8 26,1 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,65 0,66 0,66 0,68 0,72 0,78

5. Konstruksi 5,8 5,9 6,1 6,2 6,3 6,43

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,3 16,8 16,9 17,3 17,5 16,9 a. Perdagangan Besar dan Eceran 13,4 13,8 13,9 14,36 14,5 13,9

b. Hotel 0,7 0,7 0,7 0,7 0,68 0,68

c. Restoran 2,2 2,3 2,3 2,24 2,32 2,32

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,8 6,2 6,76 7,25 7,97 8,8 8. Keuangan, Real Estate & Jasa

Perusahaan 9,1 9,2 9,2 9,3 9,5 9,6

9. Jasa-jasa 9,45 9,24 9,28 9,37 9,31 9,49

PDB 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Indonesia, 2009

Tabel 1 memperlihatkan kontribusi dari sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun 2004 sampai 2009 berdasarkan harga konstan 2000. Data tersebut menunjukan bahwa kontribusi PDB pada subsektor perdagangan besar dan eceran dari tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan. Walaupun demikian sektor perdagangan masih menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2009 jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor perdagangan terus mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa sektor perdagangan


(17)

merupakan lapangan kerja yang relatif lebih sesuai dengan tingkat kualifikasi pekerja di Indonesia walaupun angkanya masih berada di bawah sektor pertanian. Tabel 2 Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (Februari 2007- Agustus 2009) (dalam Juta orang)

Lapangan Pekerjaan Utama

Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Kerja Utama

2007 2008 2009 Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian 42,61 41,21 42,69 41,33 43,03 41,61

Industri 12,09 12,37 12,44 12,55 12,62 12,84

Konstruksi 4,4 5,25 4,73 5,44 4,61 5,49

Perdagangan 19,43 20,55 20,68 21,22 21,84 21,95

Transportasi 5,56 5,96 6,01 6,18 5,95 6,12

Keuangan 1,26 1,4 1,44 1,46 1,48 1,49

Jasa

Kemasyarakatan 10,96 12,02 12,78 13,10 13,61 14,00

Lainnya 1,27 1,17 1,27 1,27 1,35 1,39

Sumber : BPS, 2007- 2009 (Diolah Pusdatinaker)

Upaya pemerintah untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Kegiatan perdagangan dalam negeri yang paling penting untuk ditangani pemeritah adalah menyangkut pengadaan dan penyaluran barang kebutuhan pokok masyarakat. Barang kebutuhan masyarakat harus sampai ke masyarakat dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, mutu yang baik dan harga yang terjangkau.

Disamping itu perdagangan luar negeri juga memiliki peranan yang penting dalam menggerakkan perekonomian, karena disamping penghasil devisa juga merupakan penyedia lapangan kerja. Selain itu perdagangan luar negeri juga mempunyai efek ganda (multiplier effect) pada sektor lain seperti pertanian, pertambangan serta industri. Mengingat pentingnya peranan perdagangan luar


(18)

negeri dalam perekonomian, maka kegiatan perdagangan luar negeri menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional (Depdag, 2005).

Tabel 3 Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia (dalam Juta US$)

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

I

EKSPOR 100.798,6 114.100,9 137.020,4 116.510,0 157.779,1 Migas 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 Non migas 79.589,1 92.012,3 107.894,2 97.491,7 129.739,5

II

IMPOR 61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.829,2 135.663,3 Migas 18.962,9 21.932,8 30.552,9 18.980,7 27.412,7 Non migas 42.102,6 52.540,6 98.644,4 77.848,5 108.250,6 III Total 161.864,1 188.574,3 266.217,7 213.339,3 293.442,4 Sumber : BPS, 2006- 2010 (diolah Kemendag)

Tabel 3 menunjukan perkembangan ekspor impor Indonesia. Terlihat pada tahun 2009 ekspor Indonesia mengalami tekanan sejalan dengan krisis ekonomi dunia sehingga ekspor migas menurun sebagai akibat dari menurunnya harga minyak dan gas di pasar internasional. Selain itu, ekspor nonmigas Indonesia juga mengalami penurunan. Secara umum, penurunan nilai ekspor nonmigas disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu turunnya permintaan dan harga secara bersamaan. Tetapi pada tahun 2010 ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang begitu pesat.

Dalam hal impor, Kementerian Perdagangan berupaya mengelola impor yang berorientasi pada kepentingan nasional, yaitu sesuai standar kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, dan moral bangsa. Pengelolaan impor juga diarahkan untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat dan transparan di dalam negeri, sehingga tidak terjadi perdagangan yang tidak adil dan memastikan impor yang masuk melalui perjanjian perdagangan bebas memenuhi syarat (Depdag, 2010).


(19)

Jika dilihat dari sisi penanaman modal, PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sektor perdagangan pada tahun 2006 adalah sekitar Rp. 345,8 milyar, pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sekitar Rp. 143 milyar. Pada tahun 2008 itu mengalami peningkatan sebesar Rp. 594,8 milyar. Sementara itu, dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor perdagangan pada tahun 2006 adalah sekitar Rp. 4.092 milyar, pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 4.250 milyar. Untuk tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar Rp. 5.123 milyar. Sehingga dapat dilihat yang banyak berperan terhadap sektor perdagangan adalah pada (PMA) Penanaman Modal Asing (Gambar 1).

Gambar 1 Nilai PMDN dan PMA Sektor Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Sumber : Depdag, 2009

Sektor perdagangan penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB Sektor Perdagangan. Nilai tambah Sektor Perdagangan selama periode 2004-2008 menunjukkan peningkatan positif. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

2006 2007 2008

PMA PMDN


(20)

sektor industri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain.

Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor- impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, dan stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan.

Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional. Kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia, turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencari sumber- sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar negeri. Investasi merupakan salah satu sumber yang menjadi sasaran dalam membantu meningkatkan pengembangan pada sektor perdagangan.

Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi nasional, maka peranan dan sumbangan sektor perdagangan menjadi semakin penting pula. Peranan sektor perdagangan antara lain memperlancar arus barang dan jasa, mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil dan peningkatan nilai tambah yang dihasilkan dengan menyerap tenaga kerja yang


(21)

cukup besar karena sektor perdagangan dapat memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha bagi seluruh anggota masyarakat dengan imbalan berupa penghasilan atau pendapatan (Lemhanas, 1997).

Berdasarkan argumentasi diatas, perdagangan merupakan salah satu sektor yang berpengaruh cukup besar pada pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan demikian, sektor perdagangan dapat dipandang sebagai suatu alat yang paling tepat dalam membantu proses transformasi perekonomian Indonesia. Selain itu dapat dikaitkan dengan peran sektor perdagangan itu sendiri dalam mendorong pembangunan Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan ekonomi. Sektor perdagangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap PDB Indonesia yaitu sebesar 13,9 persen. Selain itu sektor perdagangan memiliki peranan terhadap penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung dalam jumlah yang cukup besar pula yaitu sebesar 21,95 persen. Hal tersebut dipengaruhi juga dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan.

Kebijakan di suatu sektor bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari sektor tersebut. Namun demikian, karena di dalam suatu ekonomi, sektor-sektor ekonomi saling terkait satu dengan lainnya, langsung dan tidak langsung (misalnya kemampuan Indonesia dalam menarik investasi dari luar sangat dipengaruhi oleh pembangunan sektor industri di dalam negeri), maka efektivitas


(22)

dari suatu kebijakan terhadap kinerja dari sektor bersangkutan sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan lain di sektor-sektor lainnya. Misalnya, efektivitas dari kebijakan investasi riil sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan perdagangan luar negeri, industri, perburuhan, dll. Oleh karena itu dapat terlihat seberapa besar pengaruh kebijakan-kebijakan yang ada dalam perkembangan untuk perdagangan itu sendiri.

Namun pada saat terjadi krisis ekonomi, sektor perdagangan menunjukan ketidakmampuan dalam mengangkat perekonomian secara berkesinambungan. Terlihat pada PDB atas dasar harga konstan 2000 (Tabel 1) menunjukan besarnya persentasi sektor perdagangan terhadap PDB dari tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan yang kontinuitas. Akan tetapi, pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup berarti. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang lebih baik lagi dalam pengembangan sektor perdagangan di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan sektor perdagangan terhadap perekonomian Indonesia ? 2. Bagaimana keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran

sektor perdagangan dengan sektor lain dalam perekonomian Indonesia ? 3. Berapa besar multiplier effect dari sektor perdagangan terhadap output dan

pendapatan ?

4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya investasi pada sektor perdagangan terhadap output dan pendapatan ?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis bagaimana struktur permintaan, struktur konsumsi, struktur ekspor dan impor, struktur investasi serta struktur nilai tambah bruto sektor perdagangan.

2. Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran sektor perdagangan dengan sektor lain dalam perekonomian Indonesia.

3. Menganalisis besar multiplier effect dari sektor perdagangan terhadap output dan pendapatan.

4. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya investasi pada sektor perdagangan terhadap output dan pendapatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak sebagai :

1. Pemahaman yang lebih mendalam bagi masyarakat mengenai peran sektor perdagangan dalam perekonomian Indonesia.

2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan prioritas kebijakan pengembangan sektor perdagangan yang efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

3. Bahan informasi dan masukan bagi yang berminat melakukan studi tentang perdagangan sebagai penelitian lanjutan.


(24)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Analisis peran sektor perdagangan dalam penelitian ini difokuskan pada analisis aspek makroekonomi dengan model Input Output tahun 2008, dengan analisis menggunakan IOAP (Input Output Analysis for Practitioners). Tabel Input Output yang digunakan adalah Tabel Input Output 2008 atas dasar transaksi total berdasarkan harga produsen. Model ini digunakan untuk menganalisis peranan sektor perdagangan dalam pembentukan output dan perannya dalam meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain dalam perekonomian nasional Indonesia. Keterbatasan utama dari penelitian ini terutama berkaitan dengan pengagregasian dan keterbatasan model Input Output yang digunakan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perdagangan

Perdagangan diartikan sebagai suatu kegiatan meliputi pembelian dan penjualan barang, baik barang baru maupun barang bekas untuk tujuan penyaluran atau pendistribusian kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut (BPS, 2008). Perdagangan hanya akan terjadi apabila ada pihak yang memperoleh keuntungan/ manfaat akibat pertukaran itu, dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan diantara pihak- pihak yang melakukan pertukaran. Jadi motif atau dorongan yang ada bagi kedua belah pihak yang melakukan pertukaran adalah adanya kemungkinan memperoleh manfaat akibat adanya perdagangan (gains from trade) (Limbong dan Sitorus, 1987).

Perdagangan tidak akan dapat berkembang apabila tidak didukung oleh sektor atau faktor lain secara bersamaan. Untuk meningkatkan sektor perdagangan suatu negara/daerah salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan investasi. Dengan dilakukannya investasi pada sektor perdagangan diharapkan sektor perdagangan di masa yang akan datang dapat berkembang dengan lebih baik.

2.1.1 Perdagangan Besar

Perdagangan besar adalah perdagangan barang baru maupun bekas dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, kantor, rumah sakit, rumah makan dan akomodasi. Perdagangan besar tidak menjual barang dagangan


(26)

kepada konsumen rumah tangga. Kegiatan perdagangan besar meliputi (BPS Pusat, 2008) :

1. Perdagangan besar (eksportir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan penjualan barang atau jasa dari dalam ke luar wilayah Indonesia. 2. Perdagangan besar (importir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan

kegiatan penjualan barang atau jasa dari luar ke dalam wilayah Indonesia. 3. Distributor atau penyalur adalah perusahaan atau usaha yang berdiri sendiri

yang menjual barang perusahaan lain dan pada umumnya mempunyai daerah kerja. Termasuk juga distributor atau penyalur tunggal. Meliputi : hasil pertanian, pertambangan dan penggalian, dan barang- barang hasil industry olahan. Contoh : distributor hasil bumi.

4. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa (service fee) atau kontrak (contract fee) adalah usaha yang dilakukan atas perusahaan atau usaha lain atas dasar kontrak atau fee. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa atau kontrak meliputi :

a. Agen adalah perusahaan atau usaha perantara yang berdiri sendiri, bertindak (membuat perjanjian-perjanjian) atas nama perusahaan yang memberikan keagenan (principal) dan biasanya diangkat dengan perjanjian dan tidak boleh mengadakan kegiatan yang sifatnya menyaingi principal. Termasuk dalam hal ini agen tunggal dan wakil perusahaan. Contoh : agen sepatu bata.

b. Makelar adalah perdagangan perantara yang berusaha melakukan transaksi atas nama satu atau lebih perusahaan lain yang dengannya


(27)

tidak ada hubungan tetap dan mendapat balas jasa yang disebut kurtase dari transaksi yang berhasil dilaksanakan. Contoh : makelar motor atau mobil.

c. Komisioner atau pedagang komisi adalah perusahaan (pihak pertama) yang melakukan transaksi atau persetujuan dengan pihak ketiga atas nama perusahaan sendiri tetapi atas nama amanat perusahaan lain (pihak kedua) dan mendapat balas jasa yang disebut komisi. Komisioner bertanggung jawab kepada pihak kedua dan pihak ketiga.

2.1.2 Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran adalah usaha perdagangan yang melakukan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang-barang baru maupun bekas dalam partai kecil, umumnya kepada konsumen rumah tangga. Usaha perdagangan eceran meliputi :

1. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya makanan, minuman atau tembakau di dalam bangunan seperti waserba, toko kelontong dan sejenisnya.

2. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya bukan makanan atau minuman atau tembakau di bangunan.

3. Perdagangan eceran komoditi makanan, minuman atau tembakau yang sejenis di dalam bangunan seperti perdagangan eceran hasil pertanian, hasil industri. 4. Perdagangan eceran komoditi baru bukan makanan, minuman atau tembakau


(28)

2.2 Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses terjadinya peningkatan output atau produksi barang dan jasa per kapita pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan output total (GDP) negara yang bersangkutan. GDP digunakan untuk mengukur nilai pasar total dari output negara yang bersangkutan. Dalam struktur tabel input output, investasi merupakan komponen yang termasuk ke dalam permintaan akhir, yang didapat dari penjumlahan antara pembentukan modal tetap dan perubahan stok.

Pengeluaran agregat menunjukan besarnya output yang digunakan pada suatu negara, komponen pengeluaran agregat terdiri dari Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemerintah (G), dan Net ekspor (X-M). Peningkatan pengeluaran yang terjadi bisa disebabkan karena respon terhadap pendapatan nasional atau meningkatnya pengeluaran yang diinginkan, yakni dengan meningkatnya konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor (Lipsey et al, 1995). Gambar 2 menunjukkan peningkatan pengeluaran agregat akibat peningkatan investasi pemerintah.

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kenaikan nilai investasi pemerintah mengakibatkan pergeseran kurva pengeluaran agregat ke atas, dari keseimbangan E1 menuju keseimbangan E2. Peningkatan pengeluaran agregat

menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan nasional riil dari Y1 menjadi Y2,


(29)

AE

E2 AE2 = C+I+G+(X-M)

E1 AE1 = C+I+G+(X-M)

Y1 Y2 Y

Gambar 2 Pengaruh Peningkatan Investasi Pemerintah terhadap Pendapatan Nasional Rill

Sumber : Lipsey et al, 1995

Investasi pemerintah di sektor perdagangan dapat dilihat dari berbagai macam bentuk melingkupi usaha-usaha untuk merevitalisasi pasar tradisional, mempercepat distribusi barang dalam rangka menstabilkan harga. Hal tersebut juga ditujukan untuk memperluas pangsa pasar dalam konteks menambah pendapatan pelaku perdagangan, melindungi konsumen dengan cara tera ulang dan kalibrasi alat ukur, takar serta timbangan, dan perluasan akses informasi. Selain itu, untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar di berlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) (BKPM, 2009).

2.3 Tabel Input Output

Tabel I-O adalah uraian statistik dalam bentuk matriks yang berisikan informasi tentang barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsektor dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor di dalam perekonomian didistribusikan


(30)

ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor lainnya (BPS, 2008).

Semenjak dirilis oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, Tabel Input Output telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Leontief mengemukakan bahwa Tabel I-O termasuk dalam model general equilibrium. Sifat keseimbangan ini yang merupakan salah satu kelebihan dari Tabel I-O dibandingkan dengan alat analisa lainnya.

Tabel I-O bersifat statis dan terbuka, adapun asumsi dasar penyusunan Tabel I-O adalah :

1. Keseragaman (Homogenity), yaitu asumsi bahwa suatu sektor hanya menghasilkan barang melalui satu cara dengan satu susunan input.

2. Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi bahwa perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan penggunaan input yang seimbang, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing sektor tersebut.


(31)

(1)Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

(2)Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

(3)Untuk mengetahui sektor-sektor yang mempengaruhinya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

(4)Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

2.3.1 Struktur Tabel Input Output

Struktur dari tabel Input Output terdiri dari angka kerangka matriks yang berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran menjelaskan suatu hubungan tertentu. Tabel menyajikan hubungan yang terjadi antar sektor. Dalam tabel tersebut, sektor asal (sektor produksi) disajikan disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan di sebelah atas tabel. Input masing- masing sektor disajikan searah kolom, baik input antara maupun input primer. Baris menunjukan output yang diproduksi masing- masing sektor. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka disajikan struktur Tabel Input Output sebagai berikut.


(32)

Tabel 4 Ilustrasi Tabel Input Output

Alokasi Output Permintaan Antara

Permintaan Akhir

Jumlah Output

Sektor Produksi

Susunan Output 1 2 ….. N

Input Antara

Sektor Produksi

1 X11 X12 …. X1n

Y

1

X

1

2 X21 X22 …. X2n

Y

2

X

2

. . . …. .

.

.

. . . …. .

. .

n Xn1 Xn2 …. Xnn

Y

n

X

n

Jumlah Input Primer

V

1

V

2

… V

n

Jumlah Input

X

1

X

2

… X

n

Sumber : BPS Pusat, 2008

Kuadran pertama (Intermediate Quadran) menunjukan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor di dalam suatu perekonomian. Kuadran ini menunjukan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu produksi. Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi antara (X11,…., Xnn ).

Secara matematis, transaksi pembelian dalam Tabel I-O adalah sebagai berikut :

X11+ X12+ …..+ X1j+ …..+X1n+

Y

1

= X

1

X21+ X22+ …..+ X2j+ …..+X2n+

Y

2

= X

2 .

Xi1 + Xi2 + …..+ Xij + …..+ Xin +

Y

i

= X

i

.


(33)

Secara umum dapat dirumuskan menjadi : n

∑ Xij

+ Y

i

= X

i ………...……….. (2.2) j=1

Kuadran kedua (Final Demand Quadran) menunjukkan permintaan akhir. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.

Kuadran ketiga (Primary Input Quadran) memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Kuadran keempat ( Primary Input- Final Demand Quadran) memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor- sektor permintaan akhir. Informasi dalam kuadran keempat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel Input Output kadang- kadang keberadaannya diabaikan.

2.3.2 Keterbatasan Tabel Input Output

Permasalahan pokok lainnya yang dihadapi dalam melakukan penyusunan Tabel Input Output adalah :


(34)

1. Bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam sifatnya, cara berproduksi serta cara untuk memindahkan transaksi ke dalam suatu tabel yang lengkap dan komprehensif.

2. Koefisien input (koefisien teknis) konstan selama periode analisa atau proyeksi, sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor- sektor ekonomi dalam produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

3. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input Output dengan metode survei.

4. Semakin besarnya agregasi yang dilakukan terhadap sektor- sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap dalam analisanya.

2.3.3 Analisi Input Output 2.3.3.1 Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem perekonomian (Priyarsono, et al. 2007). Konsep keterkaitan ini dirumuskan menjadi keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan kebelakang (backward linkage). Hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi diperlihatkan dalam


(35)

keterkaitan ke belakang (backward linkage) sedangkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya diperlihatkan dalam keterkaitan ke depan (forward linkage).

Berdasarkan konsep keterkaitan ini kita dapat mengetahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui mekanisme industri. Koefisien langsung akan menunjukan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya. Matriks kebalikan Leontief (α) disebut matriks koefisien keterkaitan karena matriks ini mengandung informasi penting tentang struktur antar perekonomian.

2.3.3.2 Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran merupakan gambaran dari analisis keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung, karena analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan sejumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung disemua sektor.

Ada dua macam analisis dampak penyebaran, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor- sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Sedangkan kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan/daya mendorong) bermanfaat untuk mengetahui tingkat


(36)

kepekaan suatu sektor terhadap sektor- sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.

2.3.3.3 Analisis Multiplier

a) Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal ( initial effect) yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) menunjukan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir.

b) Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel input output yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan di sini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umum diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga deviden dan bunga bank.

c) Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam tabel input output pada multiplier output dan pendapatan karena dalam tabel input output tidak mengandung elemen-elemen


(37)

yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada tabel input output harus ditambahkan baris yang menunjukan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja, cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut. d) Multiplier Tipe I dan Tipe II

Multiplier Tipe I dan Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah atau negara. Efek multiplier ini dapat diklasifikasikan pada lima bagian :

(i) Dampak awal (Initial Impact), dampak ini merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter, dari sisi output dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter, peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

(ii) Efek putaran pertama (First Round Effect), efek ini menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter, dari sisi output efek putaran pertama ditunjukan oleh koefisien langsung, sedangkan efek putaran


(38)

pertama dari sisi pendapatan menunjukan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output, demikian juga efek putaran pertama sisi tenaga kerja menunjukan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama sisi output.

(iii) Efek dukungan industri (Industrial Support Effect), efek dukungan industri dari sisi output menunjukan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya yang diakibatkan oleh adanya stimulus ekonomi, dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek ini menunjukan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

(iv) Efek induksi konsumsi (Consumption Induced Effect), efek ini jika dilihat dari sisi output menunjukan adanya suatu pengaruh induksi atau peningkatan konsumsi rumah tangga akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

(v) Efek lanjutan (Flow-on Effect), efek ini merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sector perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sector. Efek lanjutan ini diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.


(39)

2.4 Penelitian Terdahulu

Triastuti (2010) menganalisis dampak revitalisasi di sektor agroindustri terhadap perekonomian Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output Indonesia tahun 2008 dan diolah dengan bantuan software GRIMP. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor agroindustri berperan dalam pembentukan struktur permintaan, konsumsi, ekspor dan impor serta investasi. Serta sektor agroindustri ternyata lebih mampu mempengaruhi atau mendorong pertumbuhan atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sector agroindustri (sektor hulu) dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan outputnya (sektor hilirnya). Kemampuan sektor agroindustri mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja di seluruh perekonomian juga sangatlah besar.

Pratama (2010) menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output Indonesia tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor pertanian bukan hanya memiliki kontribusi terhadap struktur permintaan output, ekspor impor. Akan tetapi sektor pertanian juga berperan dalam penyediaan input antara bagi sektor-sektor lain. Selain itu sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan secara langsung yang tinggi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, bangunan dan jasa-jasa.


(40)

Pertiwi (2007) menganalisis dampak permintaan akhir pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan terhadap distribusi sektoral dan perekonomian di Kota Cilegon. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output Kota Cilegon tahun 2000-2004. Hasilnya menunjukan bahwa sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan permintaan antara, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah bruto dan output sektor perekonomian di Kota Cilegon. Selain itu, sektor in merupakan penyedian input dan pengguna input terbesar karena memiliki nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang paling besar baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ramli (2006) menganalisis peranan industri kertas dalam perekonomian Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output Indonesia tahun 2000. Hasil penelitian menunjukan bahwa industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Strategi pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan pembangunan dan pertumbuhan seluruh sektor perekonomian. Dimana menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses keterkaitan (linkages) dan dampak penyebaran antar sektor. Peningkatan output berbagai sektor ekonomi, kemudian melalui suatu proses yang disebut sebagai


(41)

penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan. Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Setyawan, 2005).

Kegiatan perdagangan pada saat ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya peran sektor perdagangan terhadap penyerapan tenaga kerja. Fokus penelitian ini adalah pada sektor perdagangan, terutama peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor perdagangan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Tabel Input Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor, kemudian diagregasikan menjadi 10 sektor. Pengolahan data analisis Input Output dengan menggunakan software IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel serta menggunakan asumsi keterbatasan model Input Output. Dari analisis I-O akan didapatkan suatu hasil apakah sektor perdagangan akan mempengaruhi sektor lain, yang akan dilihat melalui hasil analisis keterkaitan, analisis multiplier, dan analisis dampak penyebaran. Kemudian analisis dilanjutkan guna melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan terhadap perekonomian akibat kenaikan pengeluaran pemerintah di sektor perdagangan terhadap perubahan output dan pendapatan.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis danSumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan antara lain berasal dari Tabel Input Output (I-O) transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2008 klasifikasi 66 sektor dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 10 sektor dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya. Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2008 tersebut dikarenakan tabel I-O tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel 2007.

3.2Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari dampak investasi pada sektor perdagangan terhadap kinerja perekonomian Indonesia adalah Input Output (I-O). Pengaruhnya terhadap output dan pendapatan dengan model Input Output dapat diketahui berdasarkan matriks permintaan akhir. Disamping itu, dampak penyebaran terhadap sektor perekonomian lainnya dapat dikaji berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang dapat diketahui berdasarkan matriks kebalikan Leontief terbuka.


(43)

Melalui tabel I-O, pengaruh sektor perdagangan dalam pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir dapat diketahui secara langsung karena sudah tersaji di dalam tabel. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia yang dianalisis melalui pendekatan multiplier.

Jika diketahui matriks koefisien teknis : xij

ai j =

Xj (1)

maka didapat persamaan (2) sebagai berikut : X1 = a11X1 + a12X2 + … + a1nXn +Y1

X2 = a21X1 + a22X2 + … + a2nXn +Y2

.

Xn = an1X1 + an2X2 + … + annXn + Yn

(2)

Jika dituliskan dalam bentuk matriks, persamaan (2) menjadi:

a11 a12 … a13 X1 Y1

A = a21 a22 … a23 X = X2 Y = Y2

. . . . .

an1 an2 … ann Xn Yn

dimana I merupakan matriks identitas berukuran n x n, sehingga dari persamaan tersebut dapat dituliskan dalam notasi matriks sebagai berikut:

(I-A) X = Y (3)

Maka :


(44)

yang mana (I-A)-1 sering dikenal dengan nama matriks kebalikan Leontief. dimana :

I = Matriks identiras yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya.

Y = Permintaan Akhir X = Jumlah Output (I-A) = Matriks Leontief

(I-A)-1 = Matriks kebalikan Leontief Terbuka

Pada persamaan (4) ini terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Dengan memasukkan berbagai nilai Y, maka besarnya X dapat ditentukan.

3.2.1 Analisis Keterkaitan

3.2.1.1Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan memperlihatkan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan ini dirumuskan sebagai berikut:

F(d)

i

=

∑ a


(45)

aij = unsur matriks koefisien teknis

3.2.1.2Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan jenis ini memperlihatkan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dinyatakan dalam rumus berikut :

B(d)

j

=

a

B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i

aij = unsur matriks koefisien teknis

3.2.1.3Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Jensen (1986), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan memperlihatkan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Dirumuskan sebagai berikut :

F(d + i)

i

=

F(d + i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sector i αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

3.2.1.4Keterkaitan langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan jenis ini menyatakan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor-sektor tersebut baik secara langsung


(46)

maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Jensen, 1986). Dirumuskan sebagai berikut :

B(d + i)

j

=

∑ α

B(d + i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sector i αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

3.2.2 Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang seperti telah diuraikan, belum memadai untuk dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata-rata-rata seluruh sektor.

Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi menjadi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. Sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat terhadap sektor lainya. Sebaliknya sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran tinggi berarti sektor tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lainnya.


(47)

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan kemampuan industri hulunya. Suatu sektor mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi jika koefisien penyebaran (Bdj) mempunyai nilai lebih dari

satu atau sebaliknya jika nilai Bdj lebih kecil dari satu.

Bdj =

∑ ∑ dimana: Bdj = koefisien penyebaran sektor j (belakang)

αij = unsur matriks kebalikan Leontief Terbuka

3.2.2.2Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu, dan

sebaliknya jika nilai Sdi lebih kecil dari satu.

Sdi =

∑ ∑ dimana: Sdi = kepekaan penyebaran sector i (depan)


(48)

3.3 Analisis Multiplier

Analisis pengganda dalam Input Output terbagi menjadi dua model yaitu model terbuka dan tertutup. Analisis pengganda model terbuka, faktor rumah tangga diperlakukan sebagai faktor eksogen, angka pengganda yang dihasilkan disebut sebagai angka pengganda biasa. Sedangkan analisis pengganda dengan model tertutup, rumah tangga diperlakukan sebagai faktor endogen.

Angka pengganda yang dihasilkan disebut dengan angka pengganda total. Pengganda ini selain memperhitungkan dampak langsung dan tidak langsung juga memperhitungkan dampak tambahan berupa induced effect, akibat masuknya rumah tangga sebagai suatu sektor dalam perekonomian.

Tabel 5 Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Nilai Multiplier

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek Awal 1 hi ei

Efek Putaran Pertama ∑iaij ∑iaijhi ∑iaijei Efek Dukungan

Industri ∑iαij-1-∑iaij ∑iαijhi-hj- ∑iaijhi ∑iαijei-ej- ∑iaijei Efek Induksi Konsumsi ∑iα*ij-∑iαij ∑iα*ijhi-∑iαijhi ∑iα*ijei-∑iαijei Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ijhi ∑iα*ijei Efek Lanjutan ∑iα*ij-1 ∑iα*ijhi- hi ∑iα*ijei- ei

Sumber : Priyarsono et al, 2007

Nilai-nilai multiplier biasa dan multiplier total ini dapat ditentukan dengan mendasarkan perhitungan dari matriks kebalikan Leontief. Nilai multiplier tipe I dan tipe II dari multiplier output dan pendapatan didapatkan dengan membagi nilai multiplier biasa dan multiplier total dengan dampak awal awal (koefisien pendapatan).


(49)

3.4 Analisis Dampak Investasi

Dalam penelitian ini, untuk rumus perhitungan mengenai dampak investasi dapat dilihat dibawah ini :

a. Dampak terhadap pembentukan output

∆X = (I-A)-1∆Y

b. Dampak terhadap pendapatan rumah tangga ∆I = h(I-A)-1∆Y

c. Dampak terhadap tenaga kerja

∆L = e(I-A)-1∆Y

dimana :

∆X = dampak terhadap pembentukan output

∆I = dampak terhadap pendapatan rumah tangga

∆Y = investasi sektoral

(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka h = koefisien pendapatan

e = koefisien tenaga kerja

3.4.1 Koefisien Pendapatan (

Koefisien pendapatan adalah suatu bilangan yang menunjukan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan pendapatan.


(50)

h

i

=

X

i

dimana:

hi =Koefisien pendapatan sektor i

Ui = Jumlah upah dan gaji sektor i

Xi = Jumlah output total sektor i

 

3.4.2 Koefisien Tenaga Kerja (e)

Koefisien tenaga kerja adalah suatu bilangan yang menunjukan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan tenaga kerja.

L

i

e

i

=

X

i

dimana:

ei =Koefisien tenaga kerja sektor i

Li = Jumlah upah dan gaji sektor i

Xi = Jumlah output total sektor i

 

3.5 Definisi Operasional Data


(51)

Berdasarkan Tabel Input Output, output adalah output domestik, yaitu nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul yang melakukan produksi barang dan jasa tersebut. Pelaku produksi dapat berupa perusahaan dan perorangan baik dari dalam negeri maupun asing. Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output merupakan hasil kali kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Sedangkan bagi unit usaha yang bergerak dibidang jasa maka outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.

b. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing- masing baris, sedangkan sektor yang berperan sebagai konsumen merupakan sektor pada setiap kolom. Transaksi antara hanya meliputi transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dalam proses produksi. Isisan sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.


(52)

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.

d. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

e. Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar daerah.

f. Perubahan Stok

Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi perubahan stok barang jadi dan setengah jadi, perubahan stok bahan mentah dan bahan baku, dan perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

g. Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk suatu negara atau


(53)

daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. h. Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

i. Surplus usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pemdapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah atau gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

j. Penyusutan

Penyusutan yang dimaksud adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.

k. Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya.


(54)

l. Subsidi

Subsidi adalah bantuan yang diberikan kepada produsen. Subsidi pada dasarnya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negative.

m. Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan

pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara

lain.

n. Perdagangan Dalam Negeri

Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara di negaranya sendiri atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu).


(55)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Sejarah Perdagangan di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. Posisi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalan sutra laut, adalah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di barat. Terdapatnya hubungan antarpulau dan hubungan dengan dunia luar ada kecenderungan hubungan perdagangan. Pada khususnya perdagangan itu terjadi karena pertukaran antara berbagai hasil daerah. Hubungan dagang antarpulau lambat laun berkembang menjadi perdagangan yang lebih luas.

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini telah mulai


(56)

menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah dan karet. Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

4.2 Hubungan antara Sektor Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Perdagangan merupakan orientasi kebijakan yang perlu terus dipersiapkan dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan negara. Ancaman krisis ekonomi global akan mendorong negara-negara untuk lebih memperhatikan kepentingan masing-masing. Dalam rangka mengoptimalkan nilai manfaat dalam pembangunan perekonomian Indonesia, maka perlu dilakukan upaya untuk memberi ruang bisnis lebih kondusif bagi pelaku bisnis di dalam negeri termasuk dengan tidak mempercepat liberalisasi perdagangan. Sudah waktunya dilakukan penataan menyeluruh atas sistem perdagangan di Indonesia.

Pengelolaan kebijakan perdagangan perlu lebih menekankan pada pembukaan akses pasar yang memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh produsen eksportir Indonesia. Promosi ekspor perlu didorong keberlanjutan dan sinerginya dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri terutama yang terkait dengan ekspor dari UKM. Peningkatan daya saing menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan ekspor Indonesia, dan karenanya perlu di programkan upaya peningkatannya dalam rangka mengembangkan usahanya. Pengelolaan kebijakan


(57)

impor perlu mengedepankan kepentingan nasional, khususnya keberlanjutan produksi di dalam negeri.

Kebijakan perdagangan dalam negeri Indonesia perlu ditunjukkan dengan memberikan jaminan tersedianya kebijakan bagi perusahaan dan produk Indonesia. Usaha dagang dalam bentuk ritel, grosir, waralaba, keagenan, distribusi dan usaha dagang lainnya perlu diprioritaskan bagi pelaku usaha Indonesia. Dalam rangka meningkatkan daya saing, pemerintah dan pelaku usaha perlu memberi perhatian pada pengembangan merek dan promosi, termasuk dengan menyediakan anggaran dan merumuskan program yang tepat. Perubahan gaya belanja konsumen Indonesia perlu direspon oleh peritel tradisional dengan melakukan modernisasi dengan fasilitasi dari pemerintah dan dukungan peritel modern.

4.3 Strategi Pengembangan Perdagangan

Dalam rangka pengembangan sektor perdagangan dan daya saing Indonesia di masa mendatang, direkomendasikan beberapa butir pemikiran sebagai berikut (Kadin, 2008) :

1. Peningkatan daya saing perlu mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah dan dunia usaha, terutama dalam menghadapi peningkatan kompetisi di masa-masa mendatang. Untuk maksud tersebut perlu dipertimbangkan untuk membentuk lembaga peningkatan daya saing yang memadukan unsur pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat.


(58)

2. Ruang gerak bagi perusahaan nasional cenderung semakin sempit sejalan dengan peningkatan kompetisi dan semakin banyaknya pesaing global dipasar Indonesia. Dalam rangka percepatan pembangunan perekonomian nasional diperlukan kehadiran perusahaan global, khususnya untuk jenis usaha yang membutuhkan penguasaan teknologi tinggi dan sistemmanajemen yang belum mampu dilakukan oleh pelaku usaha padaumumnya di Indonesia. Untuk jenis usaha perdagangan yang umumnya relatif tidak membutuhkan teknologi dan sistem manajemen tingkattinggi, perlu lebih diberikan kesempatan lebih besar bagi pelaku usahaIndonesia.

3. Percepatan laju liberalisasi perdagangan pada beberapa dasawarsa terakhir telah membuat sebagian pelaku usaha dan produk Indonesia relatif terengah-engah untuk bersaing dengan kompetitor global. Perlu diberikan kesempatan selama periode tertentu bagi pelaku usaha Indonesia, khususnya menghadapi ancaman krisis ekonomi global, untuk menata diri dan meningkatkan daya saingnya. Memperlambat laju liberalisasi perdagangan, tanpa bermaksud mundur ke belakang dengan membatalkan perjanjian perdagangan bebas yang sudah disepakati, akan memberikan angin segar bagi pelaku usaha dan produk dalam negeri.

4. Berbagai kebijakan pemerintah serta langkah bersama dunia usaha dan masyarakat terbukti efektif untuk meningkatkan penggunaan dan kegemaran pada produk Indonesia. Di masa mendatang diperlukan langkah yang lebih intensif untuk meningkatkan penggunaan produk Indonesia, termasuk


(59)

diantaranya dengan membentuk tim terpadu peningkatan penggunaan produk Indonesia.

5. Diperlukan keterpaduan promosi untuk meningkatkan ekspor Indonesia, baik dari segi penyelenggaraan maupun program. Keterpaduan program promosi ekspor dilakukan dengan mensinergikan berbagai aktivitas promosi untuk mendorong peningkatan ekspor.

6. Penyediaan fasilitas, program pelatihan dan pendanaan bagi usaha berskala kecil dan menengah perlu terus ditingkatkan, khususnya kiprah UKM dalam perdagangan internasional.

7. Perubahan peta kompetisi dan aturan main perdagangan dunia menuntut penataan menyeluruh atas sistem perdagangan Indonesia, termasuk di dalamnya menuntaskan RUU Perdagangan yang masih tertunda penyelesaiannya untuk memberi pedoman usaha perdagangan lebih jelas dan menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan bangsa.

8. Peran perdagangan dalam perekonomian nasional semakin penting dan membutuhkan keterpaduan langkah dari segenap pihak terkait. Diperlukan sinergi pemerintah dan dunia usaha untuk mendorong peningkatankontribusi perdagangan dalam pembangunan nasional.


(60)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peranan Sektor Perdagangan terhadap Perekonomian Indonesia

Berdasarkan analisis input output Indonesia dihasilkan gambaran mengenai struktur perekonomian di Indonesia tahun 2008. Gambaran mengenai perekonomian Indonesia meliputi beberapa aspek, yaitu struktur permintaan antara dan permintaan akhir, struktur konsumsi masyarakat, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, dan struktur nilai tambah bruto.

5.1.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perdagangan di Indonesia

Berdasarkan analisis Tabel Input Output Indonesia dapat dihasilkan gambaran mengenai struktur komposisi distribusi permintaan antara dan permintaan akhir dari sektor perdagangan di Indonesia tahun 2008. Total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 11.944 triliun (Tabel 6). Jumlah tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 5.336 triliun serta permintaan akhir sebesar Rp 6.608 triliun. Selain itu, berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008 juga dapat diketahui bahwa total permintaan sektor perdagangan tahun 2008 sebesar Rp 999 triliun atau sebesar 8,4 persen dari total permintaan (Tabel 6).

Dilihat dari sisi permintaan akhir, tampak bahwa sektor perdagangan memiliki nilai sebesar Rp 574 triliun atau sebesar 8,7 persen dari total permintaan akhir. Dilihat dari permintaan antara, sektor perdagangan memiliki nilai sebesar


(61)

Rp 425 triliun atau sebesar 8 persen. Untuk total permintaan barang dan jasa di Indonesia. Peranan terbesar di pegang oleh sektor industri pengolahan, sedangkan yang memiliki peran terkecil adalah pada sektor listrik, gas dan air bersih.

Tabel 6 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian Indonesia Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Total permintaan

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian 752.174.799 14,10 490.367.572 7,42 1.242.542.371 10,40

Pertambangan 541.750.578 10,15 317.799.261 4,81 859.549.839 7,20

Industri Pengolahan 2.358.530.362 44,20 2.463.626.583 37,28 4.822.156.945 40,37

Listrik, Gas dan air

bersih 85.440,795 1,60 39.049.910 0,59 124.490.705 1,04

Bangunan 99.869.565 1,87 1.144.105.970 17,31 1.243.975.535 10,41

Perdagangan 425.000.993 7,97 574.121.752 8,69 999.122.745 8,36

Restoran dan Hotel 72.422.764 1,36 289.474.070 4,38 361.896.834 3,03

Angkutan dan

Komunikasi 354.651.201 6,65 383.799.715 5,81 738.450.916 6,18

Keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 461.821.847 8,66 442.629.709 6,70 904.451.556 7,57

Jasa-jasa 184.046.515 3,45 463.764.980 7,02 647.811.495 5,42

Total 5.335.709.419 100 6.608.739.522 100 11.944.448.941 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah

Konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2008 adalah sebesar Rp 3.195 triliun. Dimana sektor industri pengolahan merupakan sektor yang berperan besar, dan sektor bangunan merupakan sektor yang berperan kecil terhadap konsumsi rumah tangga Indonesia. Untuk konsumsi rumah tangga terhadap sektor perdagangan adalah sebesar Rp 381 triliun atau sebesar 11,9 persen dari total konsumsi rumah tangga seluruh sektor perekonomian (Tabel 7).

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah pusat dan daerah untuk konsumsi yang sifatnya pembentukan modal termasuk


(62)

pengeluaran untuk angkatan bersenjata. Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia tahun 2008, konsumsi pemerintah Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 416 triliun yang di berikan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa (Tabel 7).

Tabel 7 Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah

Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian 481.384.291 15,06 0 0

Pertambangan 1.072.856 0,03 0 0

Industri Pengolahan 1.331.677.075 41,67 0 0

Listrik, Gas dan air bersih 39.049.910 1,22 0 0

Bangunan 0 0,00 0 0

Perdagangan 381.289.505 11,93 0 0

Restoran dan Hotel 250.142.272 7,83 0 0

Angkutan dan Komunikasi 282.108.726 8,83 0 0

Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan 171.288.464 5,36 247.015.849 59,26

Jasa-jasa 257.791.332 8,07 169.850.820 40,74

Total 3.195.804.431 100 416.866.669 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

5.1.3 Struktur Ekspor dan Impor

Pada tahun 2008, total ekspor di Indonesia sebesar Rp 1.487 triliun. Dimana, yang memegang peran terbesar adalah sektor industri pengolahan dan yang memiliki peran terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan. Untuk nilai total ekspor perdagangan adalah sebesar Rp 150 triliun atau sebesar 10,14 persen.

Bila dilihat dari sisi selisih ekspor dengan impor, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 72 triliun. Secara keseluruhan sektor


(63)

perdagangan mengalami surplus dan menempati peringkat pertama (Tabel 8). Hal ini menunjukan bahwa sektor perdagangan merupakan penghasil devisa terbesar bagi Indonesia. Adapun surplus perdagangan ini disebabkan oleh produksi domestik lebih besar dibandingkan dengan konsumsinya, sehingga sisanya diekspor.

Tabel 8 Struktur Ekspor dan Impor Sektor Perekonomian Indonesia Klasifikasi 10 Sektor Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Ekspor (E) Impor (M) Selisi (E-M)

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian 22.942.077 1,54 60.860.124 4,30 (37.918.047) (52,06)

Pertambangan 244.421.029 16,43 142.066.954 10,04 102.354.075 140,54

Industri Pengolahan 898.700.102 60,43 1.022.998.483 72,33 (124.298.381) (170,67)

Listrik, Gas dan air bersih 0 0 0 0 0 0

Bangunan 0 0 0 0 0 0

Perdagangan 150.736.964 10,14 0 0 150.736.964 206,97

Restoran dan Hotel 39.331.798 2,64 24.797.593 1,75 14.534.205 19,.96

Angkutan dan Komunikasi 90.846.457 6,11 78.349.293 5,54 12.497.164 17,16

Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 21.879.402 1,47 62.535.003 4,42 (40.655.601) (55,82)

Jasa-jasa 18.380.017 1,24 22.800.294 1,61 (4.420.277) (6,07)

Total 1.487.237.846 100 1.414.407.744 100 72.830.102 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

5.1.4 Struktur Investasi

Investasi dalam Tabel Input Output merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Nilai investasi seluruh sektor ekonomi Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 1.508 triliun. Peranan terbesar di pegang oleh sektor industri pengolahan.

. Investasi di sektor perdagangan pada tahun 2008 sebesar Rp 42 triliun atau sebesar 2,8 persen dari seluruh sektor perekonomian. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 38 triliun dan perubahan stok


(64)

yang bernilai Rp 3,6 triliun (Tabel 9). Jika nilai pada perubahan stok menunjukan nilai negatif, hal ini menunjukan tidak adanya tambahan persediaan baik input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun

Tabel 9 Pembentukan Modal Tetap, Struktur Perubahan Stok dan Investasi Sektor Perekonomian Indonesia dengan Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Pembentukan Modal Perubahan Stok Investasi

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian 2.205.677 0,16 (16.164.473) (15,64) (13.958.796) (0,93)

Pertambangan 997.825 0,07 71.307.551 68,98 72.305.376 4,79

Industri Pengolahan 189.573.442 13,49 43.675.964 42,25 233.249.406 15,46

Listrik, Gas dan air bersih 0 0 0 0 0 0

Bangunan 1.144.105.970 81,40 0 0 1.144.105.970 75,83

Perdagangan 38.457.068 2,74 3.638.215 3,52 42.095.283 2,79

Restoran dan Hotel 0 0 0 0 0 0

Angkutan dan

Komunikasi 9.926.652 0,71 917.880 0.89 10.844.532 0,72

Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 2.445.994 0,17 0 0 2.445.994 0,16

Jasa-jasa 17.742.811 1,26 0 0 17.742.811 1,18

Total 1.405.455.439 100 103.375.137 100 1508830576 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

5.1.5 Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input Output Indonesia tahun 2008, nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, serta subsidi. Nilai tambah bruto juga menunjukan besarnya peranan suatu sektor perekonomian dalam pembetukan PDB Indonesia.

Berdasarkan tabel Input Output Indonesia tahun 2008, total nilai dari Nilai Tambah Bersih (NTB) Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 5.194 triliun. Dari total nilai tersebut proporsi sektor perdagangan sebesar Rp 533 triliun atau sekitar 10,27 persen dari total nilai tambah bruto seluruh sektor perekonomian. Untuk


(1)

Lanjutan Lampiran 3

301 302 303 304 305 306 309 310 409 600 700 481384291 0 2205677 (16164473) 22942077 0 490367572 1242542371 60860124 1181682247 1242542371

1072856 0 997825 71307551 244421029 0 317799261 859549839 142066954 717482885 859549839 1331677075 0 189573442 43675964 897330314 1369788 2463626583 4822156945 1022998483 3799158462 4822156945

39049910 0 0 0 0 0 39049910 124490705 0 124490705 124490705 0 0 1144105970 0 0 0 1144105970 1243975535 0 1243975535 1243975535 381289505 0 38457068 3638215 150736964 0 574121752 999122745 0 999122745 999122745 250142272 0 0 0 0 39331798 289474070 361896834 24797593 337099241 361896834 282108726 0 9926652 917880 30879445 59967012 383799715 738450916 78349293 660101623 738450916 171288464 247015849 2445994 0 0 21879402 442629709 904451556 62535003 841916553 904451556 257791332 169850820 17742811 0 39862 18340155 463764980 647811495 22800294 625011201 647811495 3195804431 416866669 1405455439 103375137 1346349691 140888155 6608739522 11944448941 1414407744 10530041197 11944448941


(2)

Lampiran 4 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Upah dan

gaji

Surplus

usaha Penyusutan

Pajak tak

langsung Subsidi

PERTANIAN 184611885.6 607152062.4 18446946.95 12357918 (985248)

PERTAMBANGAN 83499068.4 433889873.9 31742699.74 25322308 0

INDUSTRI PENGOLAHAN 409001895.8 867906430.2 162981046.9 84515520 (113081099) LISTRIK,GAS,DAN AIR BERSIH 14863201.27 92088672.73 20639393 2350194 (83906513)

BANGUNAN 167855903.2 218923159.6 40876002.13 23986625 0

PERDAGANGAN 151338617 308225359.6 40318687.37 33663492 0

RESTORAN DAN HOTEL 53632133.59 68910034.84 17055630.57 12464632 0 ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 106904668 108128293.8 102290045.2 20296375 (1688415) KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 224291475.9 261052711.5 45421937.68 11948109 0


(3)

Lampiran 5 Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total

1 0.11165 0.00015 0.09912 0 0.01621 0.00043 0.24638 0.00037 0.0003 0.05546 0.06372

2 0 0.09754 0.07443 0.17241 0.0615 0.00004 0.00005 0.0001 0 0.00161 0.0459

3 0.12742 0.02939 0.23145 0.25849 0.41483 0.10001 0.17207 0.19695 0.06572 0.26034 0.19982

4 0.00061 0.00043 0.00622 0.10291 0.00033 0.02421 0.00193 0.00793 0.00675 0.0079 0.00724

5 0.00663 0.0092 0.00082 0.00806 0.00097 0.02824 0.00026 0.01548 0.03905 0.00688 0.00846

6 0.02175 0.00586 0.03958 0.04972 0.0701 0.00907 0.1199 0.0286 0.00898 0.05347 0.03601

7 0.00054 0.00092 0.00239 0.00066 0.00698 0.02179 0.00102 0.00721 0.02333 0.00488 0.00614

8 0.00759 0.00829 0.02037 0.01221 0.02184 0.09453 0.02342 0.08463 0.04184 0.02363 0.03005

9 0.00965 0.00804 0.01473 0.02416 0.03897 0.1604 0.00745 0.05063 0.1151 0.03464 0.03913

10 0.00396 0.0066 0.00621 0.0016 0.0052 0.02728 0.00116 0.08589 0.03794 0.02774 0.01559


(4)

Lampiran 6 Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 10 Sektor

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total

1 1.15125 0.00842 0.15582 0.05162 0.09199 0.04051 0.31736 0.05233 0.03258 0.11473 2.01661

2 0.01914 1.11423 0.11581 0.25137 0.12115 0.02976 0.02984 0.03534 0.02036 0.04022 1.77722

3 0.21454 0.06106 1.36935 0.43643 0.61298 0.24924 0.33015 0.36832 0.17871 0.41757 4.23834

4 0.00374 0.0016 0.01221 1.12101 0.00886 0.03292 0.00962 0.01568 0.01183 0.01532 1.23278

5 0.01041 0.01158 0.00747 0.01736 1.01034 0.04062 0.00996 0.02419 0.04771 0.01447 1.19413

6 0.03657 0.01144 0.06322 0.08068 0.10423 1.03649 0.14619 0.05888 0.03054 0.08068 1.64891

7 0.0028 0.00201 0.00625 0.00566 0.01334 0.0295 1.00688 0.01302 0.02899 0.01001 1.11846

8 0.02005 0.014 0.04215 0.03933 0.05504 0.12602 0.0541 1.11534 0.06344 0.04973 1.5792

9 0.02505 0.01507 0.04082 0.05898 0.08004 0.20486 0.04862 0.08729 1.1475 0.06794 1.77617

10 0.01003 0.0102 0.01732 0.01468 0.02146 0.05047 0.01566 0.10657 0.05296 1.04136 1.34071


(5)

Sektor Initial First Indust Cons'm Total Elasticity Type I Type II

1 1 0.28981 0.20377 0.50346 1.99703 0.01444 1.49357 1.99703

2 1 0.1664 0.08323 0.30377 1.5534 0.57239 1.24963 1.5534

3 1 0.49532 0.33511 0.44257 2.273 0.53307 1.83043 2.273

4 1 0.63021 0.4469 0.58098 2.6581 0 2.07712 2.6581

5 1 0.63694 0.48249 0.63875 2.75818 2.53674 2.11942 2.75818

6 1 0.46599 0.3744 0.68709 2.52748 0.48781 1.84039 2.52748

7 1 0.57364 0.39474 0.70388 2.67226 0 1.96838 2.67226

8 1 0.47779 0.39916 0.68819 2.56513 0.15775 1.87694 2.56513

9 1 0.33901 0.27561 0.84978 2.4644 0.69657 1.61462 2.4644

10 1 0.47654 0.37549 0.99379 2.84582 0.84828 1.85203 2.84582

Lampiran 8 Tabel Multiplier Pendapatan Klasifikasi 10 Sektor

Sektor Initial First Indust Cons'm Total Elasticity Type I Type II

1 0.14858 0.03661 0.02637 0.0699 0.28145 0.0137 1.4239 1.89434

2 0.09714 0.01969 0.01082 0.04217 0.16982 0.64416 1.31402 1.74816

3 0.08484 0.05769 0.04344 0.06144 0.24741 0.68391 2.192 2.91621

4 0.11939 0.06825 0.0565 0.08066 0.32479 0 2.04481 2.72038

5 0.13494 0.07046 0.06301 0.08868 0.35709 2.43393 1.98919 2.64639

6 0.15147 0.08425 0.053 0.09539 0.38411 0.48943 1.90612 2.53587

7 0.16627 0.07575 0.05376 0.09772 0.3935 0 1.77892 2.36665

8 0.15756 0.07781 0.05381 0.09554 0.38473 0.15016 1.83534 2.44171

9 0.25413 0.06438 0.03857 0.11798 0.47506 0.52838 1.40511 1.86934


(6)

Lampiran 9 Tabel Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 10 Sektor

Sector Initial First Indust Cons'm Total Elasticity Type I Type II

1 0.03326 0.00463 0.00214 0.00553 0.04557 0.0099 1.20351 1.36989

2 0.00125 0.00058 0.00064 0.00334 0.00581 1.71817 1.98164 4.66287

3 0.0026 0.00506 0.00327 0.00487 0.0158 1.42335 4.20021 6.06915

4 0.00162 0.00215 0.00352 0.00639 0.01368 0 4.51248 8.46592

5 0.00437 0.00338 0.00454 0.00702 0.01932 4.06341 2.81209 4.4181

6 0.01747 0.00254 0.00324 0.00755 0.03081 0.34034 1.33103 1.76339

7 0.01168 0.011 0.00404 0.00774 0.03446 0 2.28829 2.95084

8 0.00911 0.00383 0.00364 0.00757 0.02414 0.163 1.81993 2.65057

9 0.00165 0.00215 0.00245 0.00934 0.01559 2.6645 3.77962 9.42676