Tata Rias Pengantin Pada Upacara Perkawinan Bimbang Gedang Suku Melayu Bengkul

(1)

TATA RIAS PENGANTIN PADA UPACARA PERKAWINAN

BIMBANG GEDANG SUKU MELAYU BENGKULU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

ADITIO SINURAT

NIM: 052203037

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “Tata Rias Pengantin Pada Upacara

Perkawinan Bimbang Gedang Suku Melayu Bengkulu”. Meskipun banyak

kesulitan dalam penulisan kertas karya ini karena pengetahuan Penulis yang terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu Penulis menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku dekan Fakultas sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku Ketua Program Studi D3 Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaedy, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan. 4. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku dosen pembaca.

5. Bapak Drs.Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku dosen wali 6. Seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih terkhusus untuk papa S.Sinurat, mama T.Sinaga atas semua cinta dan kasih sayangnya, kakak Santi, adek-adekku tersayang Desi, Jetro, dan Parasian, serta seluruh keluarga besar Penulis yang tersayang.


(3)

8. Terima kasih buat teman-temanku Fakultas Sastra D3 Bahasa Jepang Stambuk 2005, teristimewa untuk Lilis Marpaung, yang dengan rela meluangkan waktu membantu. Asward , Rasidin , Tri Yanto, yang tidak pernah melupakanku, beserta teman-teman yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.

Tiada lain harapan Penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatNya kepada semua yang disebutkan diatas.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Semoga kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan 23 Juni 2010 Penulis

052203037 ADITIO SINURAT


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….i

DAFTAR ISI ………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Alasan pemilihan judul ………..1

1.2.

Tujuan penulisan ………..2

1.3.

Ruang lingkup ……….3

1.4.

Metode penulisan ……….3

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BENGKULU

2.1. Letak geografis ……….4

2.2. Penduduk ………5

2.3. Mata Pencaharian ………5

2.4. Sistem Religi ………6

BAB III TATA RIAS PENGANTIN PADA UPACARA PERKAWINAN

BIMBANG GEDANG SUKU MELAYU BENGKULU

3.1.Pengertian Perkawinan Bimbang Gedang……….7

3.2 Tata Rias Pengantin Pada Upacara Perkawinan Bimbang

Gedang ……….7

3.2.1 Tata Rias Pengantin wanita ………7

3.2.2 Tata Rias Pengantin Pria

………9

3.3 Tata Busana pengantin ………10

3.4 Perhiasan Pengantin ………11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan ………14

4.2. Saran ………15


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Tiap-tiap suku bangsa mempunyai bahasa, karakter, dan budaya sendiri yang membuat Negara ini mempunyai khasanah kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman ini memberi corak yang khas dan tertentu serta merupakan perlengkapan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri, dan ikut pula memberikan corak dan bentuk dalam tata kehidupan masyarakat itu selanjutnya.

Pada umumnya tiap orang dalam hidupnya mengalami tiga hal atau tiga peristiwa yaitu : lahir, kawin, dan mati yang lazim diperingati dan dirayakan dalam satu upacara khusus.

Ada segolongan masyarakat suku atau bangsa yang mengutamakan dan membesar-besarkan peristiwa kelahiran, dan adapula yang mengutamakan dan membesar-besarkan peristiwa kematian seperti masyarakat di Tana Toraja (Sulawesi) dan Bali. Di daerah Bengkulu masyarakat lebih mengutamakan perkawinan, karena pada hakekatnya perkawinan disamping merupakan tata kehidupan sosial yang mengatur hubungan pria dan wanita agar tidak terjadi pergaulan bebas, juga merupakan sifat jaringan sosial maupun kekerabatan yang perlu diresmikan dan dimantapkan dengan berbagai sarana dan cara yang berlaku.

Dalam upacara perkawinan tata rias pengantin mendapat kedudukan yang cukup penting dalam proses upacara perkawinan itu sendiri. Dalam tata rias


(6)

pengantin Bengkulu banyak mengarah kepada elemen hias dekoratif yang perwujudannya tidak lepas dari rangkaian pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang dikenal dalam tradisi masyarakat.

Untuk menghindari penyimpangan dari ketentuan yang berlaku, maka pekerjaan ini dipertanggungjawabkan kepada seorang juru rias yang disebut “Induk Inang”. Juru rias atau Induk Inang semakin banyak dibutuhkan dalam kehidupan dewasa ini, tetapi masalah yang dihadapi dewasa ini orang yang menguasai tata rias pengantin tradisional sudah jauh berkurang.Agar ilmu tentang tata rias pengantin ini tetap bisa dipahami oleh generasi selanjutnya maka diperlukan sebuah upaya dokumentasi tata rias pengantin Bengkulu. Atas dasar itulah maka penulis ingin mengangkat masalah ini ke dalam kertas karya yang berjudul “Tata Rias Pengantin Pada Upacara Perkawinan Bimbang Gedang

Suku Melayu Bengkulu”.

1.2Tujuan Penulisan

Penulisan kertas karya yang berjudul “Tata Rias Pengantin Pada

Upacara Perkawinan Bimbang Gedang Suku Melayu Bengkulu” ini

bertujuan untuk :

1. Untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam tata rias perkawinan suku Melayu Bengkulu.

2. Untuk mengungkapkan makna simbolis pada tat rias perkawinan suku Melayu Bengkulu.


(7)

3. Sebagai salah satu syarat kelengkapan kelulusan penulis dalam menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Bahasa Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.3Ruang Lingkup

Masyarakat Bengkulu terdiri dari sembilan suku bangsa, dan terdapat tiga bentuk tata rias pengantin yang berbeda dilihat dari bentuk tata riasnya, alat perlengkapan yang digunakan, dan tingkat upacara perkawinan menurut adapt. Bentuk tata rias pengantin itu adalah :

1. Upacara perkawinan secara adat Bimbang Gedang yang terdapat pada wilayah Kotamadya Bengkulu yang mewakili suku Melayu Bengkulu 2. Upacara perkawinan secara Adat Bimbang Balai yang terdapat di wilayah

suku Serawai.

3. Upacara perkawinan secara adat Bimbang Kejai yang terdapat di daerah Kabupaten Rejang Lebong yang mewakili suku Rejang.

Dalam penulisan kertas karya ini penulis hanya membatasi pada suku Melayu Bengkulu yang menggunakan upacara perkawinan secara adat Bimbang Gedang.

1.4Metode Penulisan

Penulisan kertas karya ini menggunakan metode studi pustaka atau library research dimana penulis mencari data menurut buku yang membahas tentang tata rias pengantin suku Melayu Bengkulu dan buku-buku lain yang berhubungan dengan penulisan kertas karya ini.


(8)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BENGKULU

2.1 Letak Geografis

Lokasi daerah geografis propinsi bengkulu yang terletak di Sumatera bagian Selatan dan membujur di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera.Terbentang di bagian barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur sejajar dengan pe4gunungan bukit barisan terletak diantara 1010 dan 1040 bujur timur dan antara 20 dan 50 lintang Selatan. Luas daerah 19.831 km yang terdiri atas tiga jalur daratan pantai yang disebut low land belly land dengan ketinggian 1-100 m, jalur dataran pegunungan yang disebut bukit barisan Range dengan ketinggian 101-1000 m dan jalur pegunungan yang disebut Zone dengan ketinggian 1001-2000 m.

Jalur pegunungan ini merupakan daerah dengan ketinggian Vulkanis yang juga merupakan garis pemisah mengalirnya air hujan jatuh di daerah itu.Sebagian mengalir kearah Barat dan sebagian mengalir kearah timur.Dataran dan lereng pegunungan ditumbuhi hutan rimba yang menghasilkan kayu, rotan, damar dan berjenis-jenis binatang.


(9)

2.2 Penduduk

Kota Bengkulu menurut sejarahnya merupakan daerah pemusatan penduduk akibat adanya beberapa kerajaan kecil disekitarnya yang dulunya pernah ada, seperti : kerajaan Makunto di Muko muko, Pinang berlapis di Ketahun, serdang di daerah lais, sungai Lemau di daerah Pondok Kelapa, Sungai Serut di daerah Selebar, Empat Petulai di Rejang Lebong dan kerajaan Serawai di Manna dan Bituhan Bengkulu Selatan.

Penduduk bengkulu berdasarkan statistik tahun 1983 berjumlah kurang lebih 81.000 jiwa yang terbagi atas WNI -80.656 jiwa dan WNA 344 jiwa. Penambahan penduduk Bengkulu adalah Penduduk pendatang melalui berdagang, Pengawai negeri dan swasta, disamping itu sebagian besar pemindahan penduduk melalui trasmigrasi umum, swakarsa uji coba dan trasmigrasi swakarsa murni atau datang sendiri.

2.3 Mata Pencaharian

Orang Bengkulu memiliki mata pencarian adalah disamping jadi nelayan, ada yang berdagang, pegawai pemerintah/swasta, buruh /pertukangan. Bekas-bekas daerah perkantoran masih kelihatan yang pada masa akhir-akhir ini sudah banyak pula yang dipugar antara lain Gedung Daerah yang digunakan sebagai Gubernuran, Kantor BAPPEDA bekas Kantor Keresidenan, Kantor Pos dan Giro yang dulunya bekas Rumah Sakit dan sebagainya,sedangkan usaha dibidang pertanian keadaan daerahnya tidak memungkinkan, kalau ada usaha ini hanya beberapa usaha sambilan disamping pekarangan rumah dan kebun-kebun yang luasnya tidak berarti.


(10)

2.4Sistem Religi

Sebenarnya dalam suku bangsa Melayu sistem religi ini lebih banyak dititikberat kepada ketentuan yang diatur oleh agama Islam. Perkembangan kepercayaan dimulai dengan animisme dan dinamisme langsung beralih ke Islam tanpa melalui kepercayaan Hindu dan Budha. Karenanya peninggalan kepercayaan lama seperti“jimat”(kata benda sakti), keramat orang-orang yang memiliki tenaga batinistimewa),hari naas(sial) ,hari mujur dan lai-lain masih membekas.


(11)

BAB III

TATA RIAS PENGANTIN PADA UPACARA PERKAWINAN BIMBANG GEDANG SUKU MELAYU BENGKULU

3.1 Pengertian Perkawinan Bimbang Gedang

Yang dinamakan dengan perkataan Bimbang Gedang adalah suatu perayaan yang diolah oleh orang banyak baik laki-laki maupun permpuan, tua muda, bujang gadis yang cukup rukun dan syaratnya serta dijiwai dengan adat lembaga yang khusus sehingga ia bernama adat lembaga Bimbang sedangkan Gedang adalah besar

Bimbang Gedang berarti suatu perayaan besar yang diolah oleh orang banyak dan pelaksanaannya diatur oleh adat yang berlaku.

Adapun tata rias pengantin yang telah diwarisi oleh masyarakat Suku Melayu Bengkulu bila diliihat dari segi bentuk kelengkapannya alat upacara serangkaian dengan pelaksanaan upacara perkawinan Bimbang Gedang dapatlah digolongkan kedalam tata rias pengantin klasik tradisonal yang membayangkan adapt upacara perkawinan yang berlaku pada zaman kerajaan dahulu kala.

Tata Rias Pengantin Pada Upacara Perkawinan Bimbang Gedang Tata rias Pengantin Wanita

Bagian dari tata rias yang terdapat pada seorang pengantin suku bangsa Melayu Bengkulu terutama terdapat pada tata sanggul, kedua pada tata rias muka. Tata rias sanggul yang berlaku pada seorang pengantin suku Bangsa


(12)

Melayu- Bengkulu terbagi atas dua bentuk yaitu: Tata rias sanggul sikek atau gonjong sikek dan tata rias sanggul lipek pandan.

Yang dimaksud dengan tata rias sanggul sikek adalah sanggul yang penataannya dililitkan pada sebentuk sisir khusus yang dilapisi dengan perak bersepuh emas yang oleh masyarakat Melayu Bengkulu disebut sikek.

Di atas sanggul sikek dicacakkan beberapa jenis sunting (tusuk konde) yang disebut sunting “bungo me” atau bunga emas sebanyak dua tangkai, sunting kembang intam sebanyak lima tangkai, sunting burung-burung empat tangkai dan seuntai rantai rago-rago yang dililitkan pada sanggul.

Fungsi sanggul sikek ini digunakan pada awal perayaan besar akan dimulai dalam acara pengantin perempuan melaksanakan secara sembah sujud kepada kedua orangtuanya dan semua sanak famili, keluarga inti dari pengantin.

Disamping itu sanggul sikek digunakan pula sewaktu pengantin perempuan menantikan pengantin laki-laki pulang minum sewaktu pengantin melaksanakanmenjalang dua kali atau melaksanakan sembah sujud kedua kali pada kedua orang tua pengantin laki-laki. Tetapi untuk perkawinan seorag janda dengan seorang duda sanggul sikek tidak boleh dipakai.

Setelah kita mengenal bentuk dan fungsi sanggul sikek maka perlu juga kita ketahui bentuk dan fungsi sanggul lipek pandan. Sanggul lipek pandan adalah sebentuk sanggul yang dibangun dengan mempergunakan lipatan daun pandan. Sanggul ini terletak di atas kepala dibangun dalam posisi memanjang ke samping dalam ukuran besar yang diperlukan.


(13)

1. Sunting kembang me sebanyak sepuluh tangkai 2. Sunting kembang intan sebanyak sepuluh tangkai

3. tusuk konde balon sebanyak dua buah ditusukkan pada kiri dan kanan sanggul

Di samping sunting ada juga beberapa hiasan yang lain seperti gunjai manik yang diletakkan di pipi pengantin.

Pengantin perempuan juga mengenakan mahkota yang disebut singal yang dilapisi kain saten berwarna kuning dan bertabur berbagai macam bentuk sunting pallet. Tata rias sanggul dan hiasan singal merupakan pelambang pakaian permaisuri di zaman dahulu kala.

Hiasan wajah dewasa ini sudah mengikuti tata rias zaman modern seperti saat ini. Pengantin diberi bedak pada wajahnya. Untuk bibir pengantin perempuan diberi pemerah bibir agar warna bibirnya lebih cerah. Alis pengantin perempuan dibentuk supaya kelihatan cantik. Pada pangkal rambut di dahi diberikan pewarna hitam agar batas antara rambut dan dahi terlihat jelas.

Tata rias Pengantin Pria

Untuk tata rias pengantin laki-laki tidak sebanyak tata rias yang dipakaikan kepada pengantin perempuan seperti saat akan melaksanakan upacara akad nikah . pengantin laki-laki hanya memakai destar benang emas yang berbentuk seluk timbo dan di belakang destar digantungkan satu hiasan rangkaian manik-manik yang disebut gunjai manik.


(14)

Tata busana pengantin Tata busana pengantin wanita

Guna kelengkapan tata rias sanggul dan tata rias muka pengantin suku bangsa Melayu Bengkulu dilengkapi pula berbagai jenis tata busana antara lain baju kurung beludru bertabur dan kebaya pendek serta kebaya panjang yang terbuat dari kain sutra tipis yang disebut juga baju bertabur.

Yang dimaksud baju bertabur adalah baju kebaya yang ditaburi dengan bermaca-macam tabur yang terbuat dari kepingan perak bersepuh emas yang terdiri dari :

1. Tabur penabur yang dipasang di seluruh permukaan baju

2. Tabur rendo yang dipasang pada setiap pinggiran baju dan pada kedua lengan baju

3. Tabur karang patu dipasang disekeliling pinggiran baju yang terletak di atas tabur rendo dalam bentuk segitiga sama kaki dengan di antara segitiga dipasang pula sebentuk tabor yang disebut tabor selagur i.

Untuk pakaian bagian bawah pengantin perempuan mengenakan kain sarung berwarna merah yang memakai sulaman benang emas yang disebut dengan kain benang emas lecap kain bedompak.


(15)

Selain itu kain bedmpak pengantin perempuan juga memakai kain selongsong yaitu kain sarung biasa berwarna merah yang tidak disulam dengan benang emas.

Tata rias Busana Pengantin Pria

Pengantin laki-laki sewaktu akad nikah memakai baju jas hitam kemeja hitam lengan panjang yang berhiaskan seuntai rantai emas pada bagian dada sebelah kiri. Untuk dalamannya pengantin pria memakai kemeja lengan panjang berwarna putih. Untuk pakaian bagian bawah pengantin laki-laki menggunakan kain sarung yang disebut kain bedompak, sedangkan untuk alas kaki dipakaikan sepatu yang tidak bertali.

Sewaktu pengantin laki-laki melakukan acara duduk bersanding pakaian yang digunakan adalah singal untuk tutup kepala yang berhiaskan pita berwarna kuning yang disebut dengan gunjal pita.

Perhiasan Pengantin

Perhiasan Pengantin Wanita

Pengantin perempuan mengenakan perhiasan berupa anting-anting atau subang. Anting –anting atau subang ini tidak memiliki kemampuan yang pasti baik berupa anting-anting atau subang biasa maupun anting-anting atau subang yang dihiasi dengan intan dan permata hal ini sangat tergantung kepada kemampuan keluarga pengantin.


(16)

Untuk hiasan kalung dipakaikan dua buah kalung yaitu :

1. kalung gelemor yaitu kalung yang diberi untaian uang ringgit emas atau perak yang bersepuh emas sebanyak sebelas buah yang terdiri dari tiga buah uang ringgit dan empat buah uang rupiah , dan uang suku tersebut diselingi dengan manik-manik berukuran besar.

2. kalung rantai emping-emping adalah kalung sebentuk kalung yang terbuat dari bahan lempengan kuning tipis ada yang dibuat seperti bunga dan ada juga yang dibuat seperti potongan wajik yang dirangkaikan dengan seuntai rantai halus dan kalung rantai emping-emping merupakan kalung bertingkat tiga.

Untuk hiasan gelang pengantin perempuan memakai tiga buah gelang dari bahan lempengan emas yang disebut :

1. gelang karang timbul 2. gelang mato lotak 3. gelang berdering

Untuk hiasan pada bahu seorang pengantin perempuan suku bangsa Melayu Bengkulu diselempangkan sebentuk hiasan yang disebut layang kunci. Hiasan ini bermakna wanita yang menikah masih dalam keadaan suci atau perawan.


(17)

Dibagian dada pengantin perempuan selain memakai kalung juga memakai hiasan yang disebut saribulan berupa sebentuk hiasan yang terbuat dari lempengan kuningan berbentuk bulan sabit.

Untuk kelengkapan hiasan pengantin perempuan dilengkapi dengan kaos kaki berwarna putih dan sandal berhiaskan manik-manik.

Perhiasan Pengantin pria

Perhiasan yang dipakaikan kepada pengantin laki-laki tidak sebanyak pada pengantin perempuan, seperti kalung yang dipakaikan serangkai kalung emping-emping yang terdiri dari tiga atau empat tingkat. Selain kalung pada pengantin laki-laki juga dipakaikan gelang yang disebut dengan gelang berdering yang bentuknya sama dengan gelang yang dipakai oleh pengantin perempuan.

Pada pengantin laki-laki juga dilengkapi dengan sebilah keris yang disebut dodong. Cara pemakaian dodong ini tidak boleh diseilpkan di pinggang tetapi selalu harus berada dalam genggaman tangan baik pada saat sedang berjalan maupun sedang duduk.

Fungsi keris bagi seorang pengantin laki-laki adalah sebagai senjata yang dapat digunakan sewaktu-waktu, tetapi pada saat ini keris hanya berfungsi sebagai hiasan


(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang tata rias pengantin suku bangsa Melayu Bengkulu di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Untuk pakaian pengantin perempuan menggunakan baju kurung yang disebut dengan baju bertabur dan untuk pakaian bagian bawah menggunakan kain sarung yang disebut kain benang emas lecap kain bedompak yang bersulam benang emas.

2. Pakaian pengantin laki-laki adalah jas hitam dengan kemeja lenan putih sebagai baju dalam yang dihiasi dengan seuntai rantai emas pada dada sebelah kiri

3. untuk perhiasan pengantin perempuan menggunakan anting-anting , dua buah kalung yaitu kaling gelemor dan kalung rantai emping, mengenakan tiga buah gelang yang disebut gelang karang timbul, gelang mato lotak, dan gelang bedering. Selain itu pengantin perempuan juga memakai selempang yang disebut dengan laying kunci. Untuk bagian dada juga dipakai hiasan yang disebut saribulan.

4. untuk pengantin laki-laki hiasan yang dipakai adalah kalung emping-emping, gelang bedering dan sebilah keris.


(19)

SARAN

Melalui kertas karya yang sederhana ini penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memahami tata rias pengantin khususnya suku bangsa Melayu Bengkulu. Pemahaman terhadap tata rias pengantin ini berguna untuk menjaga identitas nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa indonesia agar tidak hilang karena digeser oleh banyaknya budaya luar yang masuk ke lingkungan kita.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Adat Istiadat daerah Bengkulu , proyek Penelitian dan pencatatan Kebudayaan daerah 1977/1978

Departemen pendidikan dan Kebudayaan , Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu, proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah tahun 1978/1979

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Arti Pelambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Daerah Bengkulu, proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah tahun 1989


(1)

Selain itu kain bedmpak pengantin perempuan juga memakai kain selongsong yaitu kain sarung biasa berwarna merah yang tidak disulam dengan benang emas.

Tata rias Busana Pengantin Pria

Pengantin laki-laki sewaktu akad nikah memakai baju jas hitam kemeja hitam lengan panjang yang berhiaskan seuntai rantai emas pada bagian dada sebelah kiri. Untuk dalamannya pengantin pria memakai kemeja lengan panjang berwarna putih. Untuk pakaian bagian bawah pengantin laki-laki menggunakan kain sarung yang disebut kain bedompak, sedangkan untuk alas kaki dipakaikan sepatu yang tidak bertali.

Sewaktu pengantin laki-laki melakukan acara duduk bersanding pakaian yang digunakan adalah singal untuk tutup kepala yang berhiaskan pita berwarna kuning yang disebut dengan gunjal pita.

Perhiasan Pengantin

Perhiasan Pengantin Wanita

Pengantin perempuan mengenakan perhiasan berupa anting-anting atau subang. Anting –anting atau subang ini tidak memiliki kemampuan yang pasti baik berupa anting-anting atau subang biasa maupun anting-anting atau subang yang dihiasi dengan intan dan permata hal ini sangat tergantung kepada kemampuan keluarga pengantin.


(2)

Untuk hiasan kalung dipakaikan dua buah kalung yaitu :

1. kalung gelemor yaitu kalung yang diberi untaian uang ringgit emas atau perak yang bersepuh emas sebanyak sebelas buah yang terdiri dari tiga buah uang ringgit dan empat buah uang rupiah , dan uang suku tersebut diselingi dengan manik-manik berukuran besar.

2. kalung rantai emping-emping adalah kalung sebentuk kalung yang terbuat dari bahan lempengan kuning tipis ada yang dibuat seperti bunga dan ada juga yang dibuat seperti potongan wajik yang dirangkaikan dengan seuntai rantai halus dan kalung rantai emping-emping merupakan kalung bertingkat tiga.

Untuk hiasan gelang pengantin perempuan memakai tiga buah gelang dari bahan lempengan emas yang disebut :

1. gelang karang timbul 2. gelang mato lotak 3. gelang berdering

Untuk hiasan pada bahu seorang pengantin perempuan suku bangsa Melayu Bengkulu diselempangkan sebentuk hiasan yang disebut layang kunci. Hiasan ini bermakna wanita yang menikah masih dalam keadaan suci atau


(3)

Dibagian dada pengantin perempuan selain memakai kalung juga memakai hiasan yang disebut saribulan berupa sebentuk hiasan yang terbuat dari lempengan kuningan berbentuk bulan sabit.

Untuk kelengkapan hiasan pengantin perempuan dilengkapi dengan kaos kaki berwarna putih dan sandal berhiaskan manik-manik.

Perhiasan Pengantin pria

Perhiasan yang dipakaikan kepada pengantin laki-laki tidak sebanyak pada pengantin perempuan, seperti kalung yang dipakaikan serangkai kalung emping-emping yang terdiri dari tiga atau empat tingkat. Selain kalung pada pengantin laki-laki juga dipakaikan gelang yang disebut dengan gelang berdering yang bentuknya sama dengan gelang yang dipakai oleh pengantin perempuan.

Pada pengantin laki-laki juga dilengkapi dengan sebilah keris yang disebut dodong. Cara pemakaian dodong ini tidak boleh diseilpkan di pinggang tetapi selalu harus berada dalam genggaman tangan baik pada saat sedang berjalan maupun sedang duduk.

Fungsi keris bagi seorang pengantin laki-laki adalah sebagai senjata yang dapat digunakan sewaktu-waktu, tetapi pada saat ini keris hanya berfungsi sebagai hiasan


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang tata rias pengantin suku bangsa Melayu Bengkulu di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Untuk pakaian pengantin perempuan menggunakan baju kurung yang disebut dengan baju bertabur dan untuk pakaian bagian bawah menggunakan kain sarung yang disebut kain benang emas lecap kain bedompak yang bersulam benang emas.

2. Pakaian pengantin laki-laki adalah jas hitam dengan kemeja lenan putih sebagai baju dalam yang dihiasi dengan seuntai rantai emas pada dada sebelah kiri

3. untuk perhiasan pengantin perempuan menggunakan anting-anting , dua buah kalung yaitu kaling gelemor dan kalung rantai emping, mengenakan tiga buah gelang yang disebut gelang karang timbul, gelang mato lotak, dan gelang bedering. Selain itu pengantin perempuan juga memakai selempang yang disebut dengan laying kunci. Untuk bagian dada juga dipakai hiasan yang disebut saribulan.


(5)

SARAN

Melalui kertas karya yang sederhana ini penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memahami tata rias pengantin khususnya suku bangsa Melayu Bengkulu. Pemahaman terhadap tata rias pengantin ini berguna untuk menjaga identitas nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa indonesia agar tidak hilang karena digeser oleh banyaknya budaya luar yang masuk ke lingkungan kita.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Adat Istiadat daerah Bengkulu , proyek Penelitian dan pencatatan Kebudayaan daerah 1977/1978

Departemen pendidikan dan Kebudayaan , Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu, proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah tahun 1978/1979

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Arti Pelambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Daerah Bengkulu, proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah tahun 1989