3. Regresi Logistik Ordinal Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1997 model yang digunakan dalam regresi
logistik ordinal yaitu model logit kumulatif. Jika variabel dependen Y berskala ordinal memiliki G buah kategori dan x
i
= x
i1
, x
i2
, …, x
in
merupakan variabel independen pada pengamatan ke-i, maka model logit kumulatif dinyatakan:
logit [PY
i
=g │x
i
] = a
i
+ β x
i
, g =
1, 2,…, G – 1 1
dengan PY
i
=g │x
i
adalah peluang kumulatif kategori ke-g terhadap variabel x. Logit kumulatif didefinisikan dengan:
logit [PY
i
=g │x
i
] = ln
,
g = 1, 2,…, G – 1
2 berdasarkan persamaan 1 dan 2, maka model regresi logistik ordinal sebagai
berikut:
logit [PY
i
=g │x
i
] = ln = a
i
+ β x
i
,
g = 1, 2,…, G – 1
3 Penaksiran parameter menggunakan metode maximum likelihood estimation,
pengujian parameter dilakukan secara serentak dan parsial. Hipotesis dalam uji serentak adalah:
H :
β
1
= β
2
= …= β
n
= 0 H
1
: minimal ada satu β
i
≠ 0, i = 1, 2,…n Statistik uji yang digunakan yaitu: G
2
= –2lnL ὣ – lnL Ὣ, dengan L Ὣ
merupakan nilai maksimum likelihood di bawah populasi dan L ὣ merupakan
nilai maksimum likelihood di bawah H . Kriteria penolakan H
yaitu tolak H jika
G
2
lebih besar dari χ
2 a,n
atau p-value kurang dari a = 0,1. Sedangkan hipotesis dalam uji parsial adalah:
H :
β
i
= 0 H
1
: β
i
≠ 0 , i = 1, 2,…n Statistik uji yang digunakan: W
k
= , kriteria penolakan H
yaitu tolak H jika nilai│W
k
│lebih besar dari Z
a2
atau p-value kurang dari a.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas
Secara Geografis Desa Sidodadi terletak di posisi 05°33” LS dan 105°15” BT.
Termasuk dalam wilayah Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Desa Sidodadi terletak lebih kurang 37 km dari pusat kecamatan dan
90 km dari ibukota kabupaten. Secara administrasi, memiliki luas ±1.400 ha dengan batas-batas di utara dengan Desa Hanura, di selatan adalah Desa Gebang,
di timur adalah Teluk Lampung, dan di barat adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman Register 19 Gunung Betung.
Desa Sidodadi berada pada ketinggian 7 —25 meter di atas permukaan laut dan
merupakan daerah dataran rendah. Suhu rata-rata di Desa Sidodadi antara 24 –
32ºC deangan jumlah curah hujan tahunan sebesar 2000 – 3000 mmth dan
keadaan topografis wilayah sebagian besar datar dan berbukit Monografi Desa, 2010. Salah satu kawasan hutan mangrove di Desa Sidodadi yaitu Pantai Sari
Ringgung PSR yang merupakan wilayah wisata pantai unggulan di Kecamatan Padang Cermin. Selain itu, sebagian lahan di Desa Sidodadi dimanfaatkan
sebagai areal perkebunan, ladang, tambak, dan sawah.
B. Sejarah Hutan Mangrove di Desa Sidodadi
Hutan mangrove di Desa Sidodadi pada tahun 2004 masih dalam kondisi baik
dan terjaga dengan luas hutan mangrove diperkirakan 75 ha. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi dan luasan hutan mangrove semakin berkurang. Hal
ini disebabkan oleh pembangunan tambak, pemanfaatan yang berlebihan oleh masyarakat, serta penimbunan lahan sepanjang garis pantai di Pantai Sari
Ringgung sebagai wisata yang tidak mempertimbangkan kondisi ekologis hutan mangrove.
Gambar 2. Peta administrasi Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
C. Sosial dan Budaya Masyarakat
Desa Sidodadi memiliki jumlah penduduk 483 Kepala Keluarga KK atau 2.968
Jiwa terdiri dari 4 Dusun, 8 RW, dan 16 RT. Mata pencaharian masyarakat
sebagian besar adalah adalah buruh tani dan nelayan, sebagian yang lain adalah pedagang dan peternak. Mayoritas penduduk desa ini memeluk agama Islam
97,7. D.
Kelembagaan
Masyarakat Desa Sidodadi memiliki kelompok masyarakat yang fokus terhadap
pelestarian lingkungan dan hutan mangrove. Pada tahun 2000 dibentuklah kelompok masyarakat peduli lingkungan PAPELING oleh kepala Desa Sidodadi
saat itu dan menjadi ketua kelompok. Kemudian oleh ketua membentuk lagi kelompok yang dinaungi oleh PAPELING, yaitu Kelompok Ibu Sayang
Lingkungan KISLAH dan Kelompok Anak Pencinta Lingkungan MELATI. Jumlah masing-masing anggota kelompok yaitu PAPELING beranggotakan 60
laki-laki, KISLAH beranggotakan 52 perempuan, dan MELATI beranggotakan 30 anak-anak. Awal dibentuknya kelompok ini dikarenakan kekhawatiran kepala
desa dan beberapa warga lainnya terhadap ancaman tsunami dan berkurangnya hasil nelayan karena luasan mangrove berkurang. Sehingga, kegiatan awal
kelompok dalam melestarikan mangrove dilakukan sukarela bahkan menjadi tradisi di Desa untuk menanam mangrove setiap bulan. Namun, karena ketua
kelompok sudah tidak menjadi kepala desa tidak ada dukungan pemerintah desa dalam kegiatan kelompok. Anggota kelompok pun mulai berkurang sehingga,
pada tahun 2014 jumlah seluruh anggota menjadi 33 orang. Kegiatan kelompok pun berubah karena mangrove dirasa sudah dapat melindungi desa dari bahaya
tsunami dan hasil laut bertambah. Sehingga, kegiatan kelompok saat ini hanya melakukan pembibitan mangrove jika mendapat proyek dari pemerintah ataupun