Akibat Patologi Birokrasi. Cara Mengatasi Patologi Birokrasi Solusi Yang Ditawarkan Untuk Mengatasi Patologi Birokrasi Yaitu :

Mayarakat merasa pelayanan sangat lamban dan dipersulit. Untuk pengurusan Kartu Keluarga KK ataupun Kartu Tanda Penduduk KTP baik SIAK maupun elektronik, membutuhkan proses yang rumit dan panjang. Bahkan, ada juga warga yang harus rela menunggu hingga 6 bulan menunggu KK ataupun KTP nya diterbitkan. Syahril 43 misalnya, warga yang tinggal di Jalan Suka Karya Kelurahan Tuah Karya ini, Kecamatan Tampan ini mengaku kecewa dengan pelayanan administrasi kependudukan di UPTD Dinas kependudukan Catatan Sipil Disdukcapil Tampan. Saya sudah mengajukan pemecahan KK sejak 6 bulan lalu, Alhamdulillah sampai sekarang belum ada kejelasan dari pihak UPTD. Setiap kali datang kesana, selalu jawabannya belum selesai, tukasnya. Tidak hanya itu, Syahril juga mengatakan hal yang sama dialami ponakannya yang mengurus KTP SIAK. Ponakan saya juga mengalami hal yang sama. Sudah 3 bulan lalu diurusnya, tapi sampai sekarang belum juga keluar. Parah kali pelayanan disana UPTD,red, ujarnya. Sementara pantauan di lapangan terlihat antrian warga yang rela menunggu sejak pagi hari hingga sore menunggu surat-surat kependudukan mereka terbit. Menjawab keluhan warga terhadap buruknya pelayanan di UPTD Tampan, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Disdukcapil Kota Pekanbaru, Zulfikar mengaku sudah mendengar kabar tersebut. Kita sudah mendapat informasi hal ini, setelah saya lihat adanya berkas-berkas dan syarat penting dalam pengurusan adminitrasi di UPTD Tampan ini. Namun demikian kita terus memonitoring proses pelayanan disana,tukasnya. Zulfikar juga meminta masyarakat untuk melaporkan buruknya pelayanan di UPTD Tampan ke Disdukcapil. Baik itu dalam pelayanan pembuatan KTP, KK dan sebagainya, ulasnya. Terkait lambannya proses perekaman KTP elektronik, pihaknya memberikan kemudahan, dengan memperbolehkan warga merekam e-KTP diseluruh UPTD. Syaratnya warga harus memperlihatkan KTP asli dan KK kepada petugas, terangnya.

2.4 Akibat Patologi Birokrasi.

Ironis memang jika ternyata masih banyak anggota PNS yang tidak taat pada disiplin, padahal. Tentunya mereka tahu akan Peraturan dan Undang-Undang yang berlaku. Dan dari beberapa patologi yang terjadi pada para birokrat maka hal itu memiliki dampak, yaitu antara lain:  Merugikan birokrasi sendiri krisis kepercayaan, delegitimasi sosial, dll, masyarakat, stakeholder, bangsa dan negara.  Menghambat tercapainya kemajuan, modernisasi, dan kesejahteraan.  Memicu kerawanan sosial dan perubahan sistem secara evolusi dan revolusi.  Ketidakefektifan satu saja dari asas-asas umum penyelenggaraan negara akan memeberikan dampak yang signifikan dalam hal penjabaran fungsi pelayanan masyarakat. Selain itu sangat mungkin hal ini akan menjangkiti efektifitas asas-asas lainnya.

2.5 Cara Mengatasi Patologi Birokrasi

Ada penyakit ada pula obatnya. Untuk mengatasi Patologi Birokrasi, seyogyanya seluruh lapisan masyarakat saling bahu-membahu bekerjasama untuk melaksanakan proses pemerintahan bersama dengan sebaik-baiknya. Solusi dari Patologi Birokrasi tidak akan menjadi obat yang mujarab jika seluruh lapisan masyarakat tidak saling mendukung. Hal ini dikarenakan setiap elemen baik dari pemerintah, dunia bisnis, masyarakat kecil, dan pihak swasta memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam berjalannya pemerintahan yang baik. Dalam upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut langkah-langkah prefentif yang dapat dilakukan antara lain: 1. Pemantapan paradigma secara menyeluruh bahwa fungsi utama birokrat adalah pelayanan masyarakat. 2. Diketatkannya standar untuk menjadi seorang birokrat, terutama dalam penguasaan keterampilan teknologi seperti computer. 3. Pengenalan sanksi tegas bagi setiap pelanggaran ketika masa rekruitmen baru, bila perlu diberikan contoh nyata

2.5 Solusi Yang Ditawarkan Untuk Mengatasi Patologi Birokrasi Yaitu :

Pertama, perlu adanya reformasi administrasi yang global. Artinya reformasi administrasi bukan hanya sekedar mengganti personil saja, bukan hanya merubah nama intansi tertentu saja, bukan hanya mengganti papan nama di depan kantor saja, atau bukan hanya mengurangi atau merampingkan birokrasi saja, tetapi juga melakukan reformasi pada hal yang tidak kasat mata seperti upgrading kualitas birokrat, sekolah moral, dan merubah cara pandang birokrat terhadap dirinya dan institusi bahwa birokrasi merupakan suatu alat pelayanan publik dan bukan untuk mencari keuntungan. Kedua, pembentukan kekuatan hukum dan per-Undang-Undangan yang jelas. Kekuatan hukum sangat berpengaruh pada kejahatan-kejahatan, termasuk kejahatan dan penyakait- penyakit yang ada di dalam birokrasi. Kita sering melihat bahwa para koruptor tidak pernah jera walaupun sering keluar masuk buih. Ini dikarenakan hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat. Pembentukan supremasi hukum dapat dilakukan dengan cara 1. Kepemimpinan yang adil dan kuat 2. Alat penegak hukum yang yang kuat dan bersih dari kepentingan politik 3. Adanya pengawasan tidak berpihak dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam birokrasi. Ketiga, ialah dengan cara menciptakan sistem akuntabilitas dan transparansi. Kurangnya rasa bertanggung jawab yang ada dalam birokrasi membuat para birokrat semakin berani untuk menyeleweng dari hal yang semestinya dilakukan. Pengawasan dari bawah dan dari atas merupakan alat dari penciptaan akuntabilitas dan transparansi ini. Pembentukan E- Government diharapkan mampu menambah transparansi sehingga mampu memperkuat akuntabilitas para birokrat Keempat, hal yang masih ada hubungannya denga ketiga faktor di atas, yakni dengan menegakkan Good Governance. Meskipun konsep governance masih belum jelas dan masih menjadi perdebatan, namun akumulasi ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah membuat beberapa kalangan menekan untuk segera diterapkannya good governance concep

BAB III PENUTUP