Mulai
E. Diagram Alir Penilitian
Gambar 25. Diagram alir Menghitung diameter
awal Magnesium
Melakukan pemesinan bubut : Kondisi pemotongan :
- vc= 120,140,160,180 mmin - f= 0,05 ; 0,1 ; 0,15 mmrev
- d= 0,05 dan 0,1 mm – kelembapan udara 73
Merekam aktivitas pemakanan dengan kamera inframerah serta mengumpulkan sampel geram
Data hasil pengujian
Analisa data dan Pembahasan
Simpulan dan saran
Selesai Penentuan judul dan Penelusuran literatur
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :
1. Nyala api terjadi pada kedalaman potong 0,05 mm yaitu pada kecepatan
180 mmin dengan gerak makan 0,05 mm dengan suhu sebesar 553,235
o
C. 2.
Nyala api kedua terjadi pula pada kedalaman potong 0,05 mm pada kecepatan potong 200 mmin dengan gerak makan 0,05 mm dengan suhu
sebesar 620,675
o
C. 3.
Gerak makan yang rendah yaitu 0,05 mmrev serta kedalaman penyayatan rendah 0,05 mm memungkinkan terjadi penyalaan lebih besar ketimbang
gerak makan dan kedalaman penyayatan tinggi. 4.
Kecepatan potong yang tinggi akan memungkinkan terjadinya nyala pada proses pemesinan.
5. Aplikasi Thermografi menunjukkan bahwa, distribusi suhu paling besar
terjadi pada daerah geram. 6.
Disaat terjadi penyalaan, grafik histogram akan memiliki nilai intensitas tinggi pada area terang 150-250. Namun, disaat tidak terjadi penyalan,
grafik histogram tidak akan memiliki nilai intensitas pada area terang dan lebih dominan memiliki intensitas pada area gelap 0-150.
7. Grafik histogram merepresentasikan banyaknya intensitas cahaya pada
gambar dengan menampilkan grafik pada kawasan gelap 0-150 dan pada kawasan terang 150-250.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan penulis terhadap pengujian yang telah dilakukan adalah:
1. Aplikasi Thermografi perlu dilakukan pengembangan agar aplikasi
thermografi dapat mengetahui nilai suhu secara langsung pada layar komputer tanpa harus melaukan konversi kedalam bentuk gambar.
2. Perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan variasi kecepatan potong yang
lebih tinggi dan gerak makan serta kedalaman potong yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap suhu yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
B.B. Buldum, A. Sik, I. Ozkul. 2011. Investigation of machining alloys machinability. International Journal of Electronic: Mechanical and
Mechatronics Engineering Vol.2 Num.3 pp.261-268. Burhanudin, Yanuar.Wardono, Herry. Su’udi, Ahmad. 2012. Karakterisasi
penyalaan geram pada pemesinan kecepatan tinggi magnesium az31 dan magnesium az91 menggunakan analisis termografi dan jaringan syaraf
tiruan. Laporan Penelitian Hibah Fundamental. Unila.
Blandin, J.J. Grosjean, E. Suery, M. Ravi Kumar, N.V. Mebarki, N. 2004. Ignition resistance of various magnesium alloys. Journal Magnesium Technology
C. Blawert, N. Hort, K.U. Kainer. 2004. Automotive application of magnesium and its alloys. Trans Indian Inst. Met Vol.57, No.4 pp.397-408
Cengel, Yunus A Boles, Micheal A. 2006. Thermodynamics an engineering approach. McGraw-Hill Companies. Singapore.
D.A. Stephenson, J.S. Agapiou. 2006. Metal cutting theory and practice, 2ed. Taylor Francis, Boca Raton.
E.L. White J.J. Ward. 1966. Ignition of metals in oxygen. DMIC Report No. 224.
Fadlisyah S.Si. 2007. Computer vision dan pengolahan citra. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Hadi Surya, Lukman. 2008. Proses perolehan magnesium. Universitas Indonesia. Depok.
Kalpakjan. S, Schmid S.R. 2009. Manufacturing engineering technology. Pearson. New York.
Kulecki. K.M. 2007. Magnesium and its alloys applications in automotive industry.Springer-Verlag. London.