Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Dengan Menggunakan Model Prediksi (Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan)

PENYUSUNAN PENCEGAHAN
KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PREDIKSI
(Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan
S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan)

OIeh :

SOEWARSO

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2003

ABSTRAK
SOEWARSO. Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Dengan
Menggunakan Model Prediksi (Studi Kasus di Kelompok Hutan Sungai Sugihan
dan Sungai Lumpur Propinsi Sumatera Selatan). Dibimbing oleh F. Gunanvan
Suratmo, sebagai Ketua, Cecep Kusmana dan Hermanto Siregar masing-masing
sebagai anggota.

Tujuan penelitian adalah merumuskan cara pencegahan kebakaran hutan
rawa gambut yang efektif agar dapat diimplementasikan di berbagai kondisi hutan
rawa gambut dengan mencari variabel-variabel penentu terjadi kebakaran baik
dari faktor biofisik maupun sosial ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel biofisik yang berpengaruh
terhadap kebakaran hutan rawa gambut adalah jarak sungai dengan nilai peluang
kebakaran tertinggi atau Odd-ratio = Pll-P sebesar - 1,68200 pada jarak terdekat
> 18 km dari S. Riding. Variabel sosial ekonomi dari aktivitas masyarakat sekitar
hutan adalah jumlah pengeluaran rumah tangga dan jumlah masyarakat yang
bekerja di dalam kawasan hutan yang semakin tinggi maka peluang kebakaran
hutan rawa gambut meningkat. Variabel sosial ekonomi dari aktivitas perusahaan
pemegang ijin konsesi HPH dan masyarakat sekitar hutan yang berpengaruh
terjadinya kebakaran hutan rawa gambut adalah jarak kanallrel dan jarak lahan
tani dengan nilai peluang tertinggi atau O&-ratio yaitu Pll-P sebesar - 1,04526
pada lokasi sepanjang 500 meter kanan kiri kanallrel, sedangkan pada lokasi di
lahan tani nilai nilai peluang kebakaran paling rendah atau Odd-ratio = Pll-P
sebesar -1,04550.
Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut sebagai hasil analisis
gabungan faktor biofisik dan sosial ekonomi dengan model matematik adalah :
Log (Y) = - 1.60430 - 0.00003 log XI + 0.00006 log X2 + 0.00010 log X3 dengan

koefisien deterrninasi ( R ~ )sebesar 7 1,50 %. Hubungan regresi log antara peluang
kebakaran hutan rawa gambut sebagai variabel tak bebas (Y) dengan jarak
kanallrel sebagai variabel bebas XI, jarak lahan tani Xz dan jarak sungai X3.
Berdasarkan model persamaan tersebut maka peluang terjadinya kebakaran hutan
tertinggi berada di lokasi-lokasi pada jarak 500 meter kanan kiri kanallrel, jarak
terdekat > 17 km dari Sungai Riding dan pada jarak terdekat > 39 km dari lahan
tani (Kecamatan Air Sugihan) dengan nilai peluang kebakaran hutan rawa gambut
tertinggi atau Odd-ratio yaitu Pll-P sebesar - 1,60328.
Berdasarkan model prediksi kebakaran hutan rawa gambut maka rumusan
pencegahan kebakaran hutan adalah mengimplementasikan pola usaha tani
menetap yang difokuskan pada lokasi-lokasi sepanjang kiri kanan sungai.
Terbukti bahwa peluang kebakaran hutan rawa gambut paling rendah berada di
daerah dekat sungai dan aktivitas masyarakat yang bertani ternyata tidak
menimbulkan kebakaran hutan rawa gambut.

Abstract
SOEWARSO. The Formulation of Forest Fire Preventing in Peat Swamp by Using The
Prediction Model (A Case Study in Forest Group of Sugihan Rivers and Lumpur hvers
of South Sumatera Province). Under supervised by F. Gunanvan Suratrno as the chairman
of committee, Cecep Kusrnana and Hermanto Siregar as the members of committee.

The objective of the research is to formulate the effectively method of forest fire
preventing in peat swamp forest, and able to be implemented in various peat swamp
forest area by find out the determinant variables of causing the fire both biophysics and
social economy factors.
The results are shown that the biophysics variable has the high affect to fire in peat
swamp forest is the distance to rivers which have the highest possibility value to fire or
the odd-ratio (Pll-P) is - 1.68200 at the nearest distance to rivers > 18 krn from hding
Rivers. The socio economics variable for community activities surround the forest area
such as the total expenditure of household and number of community worlung in
surround forest area are higher, in fact the possibility value to fire in peat swamp forest is
higher also. The socio economics factor for company which have forest concession
(HPH) and community activities surround the forest are have affect to fire in peat swamp
forest is distance to canalllogging rail and distance to farm area. The highest possibility
value or odd-ratio (Pll-P) is - 1.04526 at the location area along 500 meters in left and
right from canalllogging rail, and at location in farm area w i t h the lowest possibility
value or odd-ratio (PI 1-P) is - 1.04550.
The prediction models of fire in peat swamp forest as the resultant of block analysis
of both biophysics and the socio economic variables in the mathematics model is :
Log (Y) = - 1.60430 - 0.00003 log X1 + 0.00006 log X2 + log 0.00010 log X3. The
is 71,50 %. The correlation of

coefficient determinant of the mathematics models (R~)
log regression between the possibility to fire in peat swamp forest as a dependent variable
(Y) with distance to the canalllogging rail as independent variable (XI), distance to farm
area (X2), and distance to the river (X3). Based on the equation model, the highest of fire
possibility in peat swamp forest is being occurred in location at 500 meters from left and
right of the canalllogging rail, at the nearest distance > 17 km from Riding Rivers and at
the nearest distance more than 39 km from farm are (Air Sugihan Sub-District) with the
highest fire possibility value in peat swamp forest or odd-ratio (Pll-P) is -1.60328.
Based on the forest fire prediction model in peat swamp area, the recommendation
to preventing the forest fire in the location along left and right area from rivers, should be
implementing the settle agriculture farm pattern, due to the result of this experiment area
shown that the forest fire possibility in peat swamp forest occurring are lowest in location
around the rivers area with the community activities are farming, and in fact in this area
and the activities are not causing the fire in peat swamp forest area.

Key word : biophysics and social economy factors, distance to the canalllogging rail,
distance to farm area, distance to the river, settle agriculture farm pattern.

PENYUSUNAN PENCEGAHAN
KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PREDIKSI
(Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan
S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan)

Oleh :
SOEWARSO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
DOKTOR
Pada
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2003

Judul Disertasi


: Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa

Gambut Dengan Menggunakan Model Predlksi
(Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sughan dan
S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan)
Nama Mahasiswa : Soewarso
Nomor Pokok

: 96 5105

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui
1. Kornisi Pembimbing

(Prof. Dr. kt-.F. G u n m a n Suratmo, MFJ
..
Ketua


I

/

I

(Prof. Dr. It-.Cecep Kusmana,MS.)
Anggota

Dr. Ir. I!termanhdSiregar,~.~c.
Anggota

2. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan

3. Direktur

1 5 DEC 2003

Tanggal Lulus : 27 Agustus 2003

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul :
"Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Dengan Menggunakan
Model Prediksi (Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan S. Lumpur
Propinsi Sumatera Selatan)"
adalah benar

merupakan hasil karya

saya sendiri dan belum

pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor7 Agustus 2003
Yang menyatakan


Soewarso
PSL 96 5 105

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Agustus
1960, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari keluarga Mislam

Martomihardjo (ayah) dan Ratem (ibu). Pada tanggal 28 April 1991, Penulis
menikah dengan gadis asal Cirebon yaitu Elly Herlina SE, dengan dikaruniai lima
orang anak yang terdiri dari dua laki-laki yaitu Fathur Rahman Naufan (anak
pertama), Muhammad Aulia Ramadhan (anak ketiga), dan tiga perempuan yaitu
Asmi Farahdina (anak kedua), Sofi Latifah (anak keempat) dan Nurul Afifah
(anak kelima) .
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar

dan menengah di SDN

Kedungwringin I1 tahun 1972 dan SMPN Wangon tahun 1975 dilanjutkan di


SMAN Cilacap Tahun 1979. Pada tahun yang sama penulis masuk Institut
Pertanian Bogor dan tahun 1980 memilih Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen
Hutan selesai tahun 1983.

Tahun 1984 penulis mulai bekerja di perusahaan

bidang kehutanan berkedudukan di Palembang Propinsi Sumatera Selatan sampai
dengan sekarang. Pada Tahun 1994

penulis melanjutkan pendidikan S2 di

Program Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, selesai tahun 1997.
Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan Sj pada Program
Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Dalam rangka menyelesaikan studi, penulis melakukan penelitian
dengan judul "Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Dengan
Menggunakan Model Prediksi (Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan S.
Lumpur Propinsi Sumatera Selatan)" di bawah bimbingan yang terhormat Bapak

Prof. Dr. Ir. F. Gunanvan Suratmo, MF. sebagai ketua, Bapak Prof. Dr. Ir. H.
Cecep Kusmana, MS., dan Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. masing-masing
sebagai anggota.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah swt, atas rahmat dan
karuniaNya

semata

maka

dapat

menyelesaikan

disertasi

dengan judul

"Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut Dengan Menggunakan
Model Prediksi (Studi Kasus di Kelompok Hutan S. Sugihan dan S. Lumpur
Propinsi Sumatera Selatan) yang bertujuan agar penulis dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan meningkatkan karyanya dalam bidang kebakaran
hutan. Harapan penulis dengan selesainya dan disetujuinya disertasi ini semoga
dapat bermanfaat bagi para pembacanya khususnya yang terkait dengan
pengelolaan ekosistem hutan rawa gambut.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan
penghargaan kepada Komisi Pembimbing, yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. F. Gunanvan
Suratmo, MF. sebagai ketua, Bapak Prof Dr. Ir. H. Cecep Kusmana MS, dan
Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar M.Ec. masing-masing sebagai anggota, yang telah
mencurahkan tenaga dan pikirannya dengan memberikan arahan serta bimbingan
baik dalam penyusunan disertasi maupun selama pelaksanaan proses belajar di
Program Pascasarjana IPB.
Disamping itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu, memberi kesempatan belajar dan
bekerjasama dengan penulis selama melaksanakan pendidikan di Pascasarjana
IPB, antara lain : Pihak manajemen perusahaan PT SBA Wood Industries,
berbagai instansi Pemerintah yang terkait dengan penelitian ini, Pengelola
Program Pascasarjana IPB, teman-teman sejawat dan khususnya kepada Pihak
keluarga yang telah memberikan dorongan moril dan materiil.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa hanya Allah SWT yang memiliki segala kesempurnaan
sehingga disertasi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan tentunya rahasia
Tuhan belum banyak tergali. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik membangun dari pembaca yang budiman demi penyempurnaan disertasi ini.
Bogor, Agustus 2003
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
PRAKATA .................................................................................

i

DAFTAR IS1...............................................................................

ii

DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................

ix

I . PENDAKULUAN ....................................................................

1

1 . Latar Belakang Permasalahan ...................................................

1

2 . Perumusan Masalah ..............................................................

3

3 . Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah .....................................

4

4 . Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................

9

I1. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
1. Kebakaran Hutan ...................................................................

10
10

2 . Kebakaran Hutan di Indonesia ................................................... 18

3 . Kebakaran Hutan Rawa Gambut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

21

4 . Prosedur dan Tehnik Permodelan ................................................

29

5 . Penggunaan Citra Satelit untuk Teknik Penginderaan Jauh ..................

33

I11. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
1 . Lokasi dan Luas ....................................................................

38

2 . Komponen Fisik ....................................................................

40

3 . Komponen Biologi ..................................................................

47

..

4 . Komponen Sosial Ekonomi ....................................................... 50
5. Areal Hutan Rawa Gambut yang Terbakar ......................................

57

IV . METODE PENELITIAN ............................................................. 59
1 . Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................

59

2 . Bahan dan Alat ...................................................................... 61
..
61
3 . Ruang Lingkup Penelltian ..........................................................

4 . Cara Pengukuran dan Pengumpulan Data ....................................... 63
4.1 Data sekunder . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

63

4.2. Data primer .....................................................................

64

4.2.1. Data vegetasi ...........................................................

64

4.2.2. Data sosial ekonorni masyarakat sekitar hutan .................... 64
5. Metode Analisis Data ................................................................

67

5.1. Analisis citra digital dan interpretasi citra secara manual ................. 67
5.2. Analisis vegetasi ................................................................

68

5.3. Analisis statistik ................................................................ 70
5.3.1. Analisis keragaman (Analysis of variance) faktor sosial
Ekonomi masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan ....... 70
..
5.3.2. Anal~s~s
regresi ......................................................... 71
5.4. Analisis dan tahapan penyusunan model prediksi .........................

73

V . HASlL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 81
1. Keterkaitan Faktor Biofisik terhadap Kebakaran

Hutan Rawa Gambut ................................................................ 81
1.1. Klasifikasi tutupan lahan di wilayah studi .................................

81

1.2. Indeks vegetasi (Normalized Difference Vegetation Index)............. 88
1.3. Komposisi floristic ............................................................ 92
. .
1.4. Keanekaragaman jenis ........................................................ 99
1.5. Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut faktor biofisik .......... I01
2 . Keterkaitan Fakor Sosial Ekonomi terhadap Kebakaran
Hutan Rawa Gambut ...............................................................

107

2.1. Karakteristik masyarakat di dalam dan di luar hutan .....................108
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
Masyarakat ..................................................................... 117
2.3. Aktivitas masyarakat sekitar hutan mempengaruhi
kebakaran hutan rawa gambut ..............................................119
2.4. Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut dari faktor
sosial ekonomi ...............................................................

127

3 . Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut ................................. 132
. .
4 . Validasi model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
5 . Perumusan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut .................... 135
.
VI . KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .138

1 . Kesimpulan..........................................................................

138

.
2 . Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .140

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................141
LAMPIRAN ..................................................................................

148

DAFTAR TABEL
Halaman
1 . Data Luas Areal Kebakaran Hutan di Indonesia menurut Fungsi Hutan .........

19

2 . Luas Kebakaran Hutan dan Nilai Kerugian menurut Propinsi Tahun 2001 ...... 20
3 . Perkiraan Luas Lahan basah utama di Indonesia ..................................... 22

4 . Keadaan Iklirn di lokasi Penelitian Kab . OW Prop . Sumatera Selatan............ 40
5. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Kepadatan menurut desa dalam
Kecamatan Tulung Selapan, 1998......................................................

51

6 . Luas Wilayah, Status dan Kategori Desa, dalam Kecamatan
Tulung Selapan, 1998..................................................................... 52
7 . Jarak Ibu Kota Kecamatan Tulung Selapan ke ibu kota kecamatan
lainnya di Kabupaten OKI ............................................................. 53
8 . Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Kepadatan menurut desa dalam
Kecamatan Air Sugihan, 1998.......................................................... 54
9 . Sebaran Desa dan Jumlah Responden Contoh di Kab . OK1 Prop . Sumsel....... 67
10. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan dari Citra Satelit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
1 1. Jurnlah Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan sejak Tahun 1991 - 2000 ....... 86

12. Hasil Uji Statistik Indeks Vegetasi Tahun 1996 dan Tahun 2001 ................ 92
13. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah di Lokasi Penelitian Tahun 2002 ........... 93
14. Komposisi Jenis Tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon
di Lokasi Penelitian Kondisi Tahun 2002 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

93

15. Komposisi Jenis Pohon di Lokasi Penelitian Kondisi Tahun 1996...............

94

16. Jumlah jenis, marga. dan suku permudaan dan pohon di Empat
Kondisi Hutan Tahun 1996. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

95

17. Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Bawah Kondisi Tahun 2002 . . . . . . . . . . . . 96
18. Indeks Nilai Penting (INP) Tingkat Semai Kondisi Tahun 2002 .................

97

19. Indeks Nilai Penting (INP) Tingkat Pancang Kondisi Tahun 2002 ............. 97
20 . Indeks Nilai Penting (INP) Tingkat Tiang Kondisi Tahun 2002 .................. 97

2 1. Jumlah Jenis Dominan di Empat Kondisi Hutan Pada Tahun 1996.............

98

22 . Indeks Keanekaragaman Jenis di Empat Kondisi Hutan Tahun 1996. . . . . . . . . . . 99
23 . Indeks Keanekaragaman Jenis Vegetasi Kondisi Tahun 2002 .................... 100
24 . Kriteria untuk Tingkat Kemantapan Ekosistem Hutan Rawa Gambut ..........100
25 . Hasil Uji Statistik Kriteria dan Indikator Jati Diri Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108
26 . Hasil Uji Statistik Kriteria dan Indikator Mata Pencaharian Masyarakat ....... 110
27 . Hasil Uji Statistik Kriteria dan Indikator Kondisi
Tempat Tinggal Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113
28 . Hasil Uji Statistik Kriteria dan Indikator
Persepsi Masyarakat terhadap HPWHTI ............................................114
29. Kriteria dan Indikator Kelembagaan Formal dan Non Formal .................... 115
30. Hasil Percobaan Api Rokok Sebagai Sumber Api Liar di Lokasi Penelitian ... 120

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Variabel yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan rawa gambut

.......

2 . Bagan alir cara penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut

......... 7

5

3 . Fase pembentukan kebakaran hutan secara umum (Viegas, 1997). . . . . . . . . . . . . . . . 11
4 . Konsep segitiga terjadinya api (Hartono, 1988)..................................... 12
5. Bentuk kebakaran bawah permukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

13

6 . Tipe kebakaran bawah permukaan (Akiro dan Marbawa 2000) .................. 14
7. Bentuk kebakaran permukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

14

8. Tipe kebakaran permukaan (Akiro dan Marbawa 2000) ........................... 15
9 . Bentuk kebakaran tajuk .................................................................

15

10. Tipe kebakaran tajuk (Akiro dan Marbawa 2000) .................................. 16
11. Peta penyebaran lahan gambut (tanah organik) di Indonesia menurut
Driessen dan Soepraptohardjo (1974) ................................................

25

12. Lokasi penyebaran titik api (hotspot) tahun 1997-2000 di lokasi penelitian.... 27
13. Diagram sistem informasi geografi (SIG) untuk teknik pembuatan model ...... 31
14. Contoh tekstur halus pada citra menunjukan tumbuhan bawah .................... 37
15. Peta situasi di lokasi penelitian .........................................................

39

16. Peta curah hujan di lokasi penelitian...................................................

41

17. Peta tipe tanah di lokasi penelitian ..................................................... 43
18. Peta ketebalan gambut di lokasi penelitian...........................................

45

19. Peta jalan, sungai dan kana1 di lokasi penelitian ....................................

46

20 . Dominansi tumbuhan bawah di lokasi penelitian....................................

48

21 . Tanaman akasia umur empat bulan di lokasi penelitian............................. 48
22 . Peta areal kebakaran tahun 1997-2000 di lokasi penelitian........................ 58
23 . Peta lokasi penelitian ..................................................................... 60
24 . Desain sampling analisis vegetasi hutan untuk setiap obyek pengamatan ........ 65

25 . Desain unit sampling analisis vegetasi hutan metode jalur dan

garis berpetak .............................................................................

66

26 . Lokasi sebaran titik api (hotspot) tahun 1997 ........................................ 83
27 . Citra satelit lokasi penelitian liputan Tanggal 12 Nopember 1996................ 84
28 . Citra satelit lokasi penelitian liputan Tanggal 06 Juni 2001 ........................ 85
29. Kurva curah hujan bulanan data Tahun 1991-2000 di lokasi penelitian .......... 87
30 . Kurva hari hujan bulanan data Tahun 1991-2000 di lokasi penelitian ............ 88
3 1 . Citra indeks vegetasi lokasi penelitian liputan Tanggal 12 Nopember 1996 .... 89
32. Citra indeks vegetasi lokasi penelitian liputan Tanggal 06 Juni 2001 ............ 90
33 . Kurva NDVI lokasi penelitian Tahun 1996 dan 2001 ............................... 91
34 . Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut dari lima variabel
. .
faktor biofsik ............................................................................. 103
35 . Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut variabel biofisik penentu ....... 105
36 . Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut variabel sosial ekonomi ......... 128
37. Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut variabel sosial ekonorni

penentu ...................................................................................

131

38 . Model prediksi kebakaran hutan rawa gambut ...................................... 133

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel 1. Indeks vegetasi hutan tahun 1996 dan 2001 ................................. 148
Tabel 2. Hasil analisis vegetasi di areal non tanaman.. ............................... 149
Tabel 3 . Hasil analisis vegetasi di areal tanaman akasia.............................. 150
Tabel 4. Tumbuhan bawah areal non tanaman.. ....................................... 15 1
Tabel 5. Tumbuhan bawah areal tanaman akasia.. ....................................

152

Tabel 6. Keluaran program software SPSS K 9.0 : Penduga hngsi kebakaran
hutan rawa gambut karena faktor biofisik lima variable.. .................. 153
Tabel 7. Keluaran program software SPSS K 9.0 : Penduga hngsi kebakaran
hutan rawa gambut karena faktor biofisik penentu variabel
jarak sungai. ...................................................................... .I55
Tabel 8. Keluaran program software Shazam K 7.0 : Penduga hngsi
pendapatan dari empat variabel sosial ekonomi masyarakat
sekitar hutan ....................................................................... 157
Tabel 9. Keluaran program software Shazam K 7.0 : Penduga hngsi
kebakaran hutan rawa gambut dari enam variabel sosial ekonomi
masyarakat sekitar ............................................................... 1 5 8
Tabel 10. Keluaran program software SPSS K 9.0 : Penduga hngsi kebakaran
hutan rawa gambut karena faktor sosial ekonorni yaitu aktivitas
perusahaan HPH dan masyarakat sekitar hutan.. ............................ 159
Tabel 1 1 . Keluaran program software SPSS K 9.0 : Penduga hngsi kebakaran
hutan rawa gambut karena faktor sosial ekonomi penentu yaitu
jarak kana1 dan jarak lahan intensifikasi pertanian.. ....................... 16 1
Tabel 12. Keluaran program software SPSS K 9.0 : Penduga hngsi kebakaran
hutan rawa gambut karena faktor lingkungan penentu.. ................... 163
Tabel 13. Pendapatan masyarakat di luar hutan.. .......................................

165

Tabel 14. Pendapatan masyarakat di dalam hutan. ...................................... 167
Tabel 15. Pengeluaran masyarakat di luar hutan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

Tabel 16. Pengeluaran masyarakat di dalam hutan ..................................... 171
Tabel 17. Luas lahan pertanian. hasil panen dan harga di luar hutan ................. 173
Tabel 18. Luas lahan pertanian, hasil panen dan harga di dalam hutan ............... 175
Tabel 19. Pendidikan dan pekerjaan masyarakat di dalam dan diluar hutan ......... 177
Tabel 20 . Nilai prediksi kebakaran untuk setiap responden ........................... 179
Tabel 2 1. Input data model statistik spasial variabel faktor biofisik ................... 181
Tabel 22 . Input data faktor sosial ekonomi untuk model prediksi
kebakaran hutan rawa gambut .................................................. 185
Tabel 23 . Peta lokasi areal hak pengusahaan hutan (HPH)............................ 191
Tabel 24 . Peta lokasi lahan pertanian .....................................................

192

Tabel 25 . Peta nilai pendapatan masyarakat sekitar hutan ............................. 193
Tabel 26 . Peta nilai pengeluaran masyarakat sekitar hutan ............................ 194

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan

Terjadi kaitan yang sangat erat antara kejadian kebakaran hutan dengan
perubahan iklim global (global climate change) yang disebabkan meningkatnya
karbon dioksida (COz) sebagai hasil proses kimia dari kebakaran hutan yang
dilepaskan ke udara membentuk gas-gas rumah kaca. Dalam hubungannya dengan
aspek pemanasan global, lahan gambut menyimpan karbon sekitar 300 milyar ton
(Sjors 1980 dalam Andriesse, 1988). Emisi karbon dari pemanfaatan lahan
gambut untuk pertanian 50

-

81 ton per tahun, sedangkan untuk kegiatan

kehutanan hanya 0,3 - 2,O ton per tahun (Maltby, 1997).
World Bank (2001) memperkirakan luas lahan dan hutan yang rusak
akibat kebakaran di Indonesia pada tahun 199711998 seluas 9,7 juta ha (4,8 juta
merupakan kawasan hutan) dengan kerugian ekonomi diestimasi sebesar $ 9,3
milyar USD. Kebakaran hutan di Indonesia merupakan salah satu isu lingkungan
yang penting karena banyaknya faktor terkait dan dampak yang ditimbulkannya
bukan saja bersifat lokal dan regional, tetapi juga berdampak global. Kerugian
akibat kebakaran hutan di Indonesia sangat besar, karena hutan mempunyai
manfaat lingkungan yaitu kayu dan non kayu. Dalam menaksir jumlah kerugian
akibat kebakaran hutan, pada umumnya hanya mencakup pada kerugian nilai kayu
saja, padahal di dalam hutan masih banyak terdapat manfaat non kayu, seperti
sumber plasma nutfah, ekowisata, carbon sink, sumber air dan pengatur tata air,
pengendalian erosi dan konservasi tanah, siklus hara dan waste treatment yang
sangat besar manfaatnya tetapi sulit menilai manfaat total ekonominya sehingga
nilai kerugian sebenarnya akibat kebakaran belum dapat ditaksir secara akurat.
Disamping kerugian sumberdaya alam hayati, baik yang terukur (tangible
benefit) maupun yang tidak dapat diukur (intangible benefit), kebakaran hutan
juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap manusia, vegetasi, satwa liar,
tanah, air dan udara yang dapat dirasakan bukan hanya di lokasi kebakaran saja
melainkan juga ke daerah lainnya bahkan sampai ke negara tetangga Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Dennis (1999) melaporkan bahwa
jumlah manusia yang terganggu asap pada kejadian kebakaran hutan tahun 1997
di Indonesia diperkirakan sebanyak 75 juta orang. Kebakaran hutan rawa gambut

memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap pencemaran udara karena
termasuk kebakaran tidak sempurna mengingat kandungan air gambut yang tinggi
sehingga lebih banyak dihasilkan asap.
Kebakaran hutan rawa gambut merupakan kasus kebakaran hutan yang
relatif sulit dipadamkan karena gambut yang terbakar umumnya tidak tampak api.
Pada kenyataannya padamnya api semata-mata mengandalkan turunnya hujan,
gambut yang kering merupakan bahan bakar potensial yang mudah terbakar.
Dengan demikian maka pencegahan kebakaran hutan menjadi sangat penting
dalam pengelolaan hutan rawa gambut. Hingga saat ini pencegahan kebakaran
hutan rawa gambut belum dapat diimplementasikan di lapangan, ha1 ini terbukti
pada setiap musim kemarau panjang yang berselang antara satu sampai lima tahun
selalu terjadi kebakaran hutan rawa gambut di lokasi penelitian. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian yang komprehensif untuk menemukan model prediksi
berdasarkan faktor penentu terjadinya kebakaran hutan rawa gambut sebagai
masukan dalam penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut.
Firmansyah (2001) melaporkan bahwa bahwa ekosistem hutan rawa
gambut di kelompok hutan S. Sugihan dan S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan
telah mengalami kebakaran hutan pada setiap musim kemarau panjang
sebagaimana yang telah terjadi sejak tahun 1987, 1991, 1994, 1997 dan 1998.
Bahkan pada tahun 1999 hutan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir
dilaporkan kembali terbakar seluas 14.000 ha yang berlangsung selama dua bulan.
Pada masa mendatang hutan gambut di Pantai Timur Sumatera Selatan khususnya
di kelompok hutan S. Sugihan dan S. Lumpur mempunyai resiko tinggi terhadap
kebakaran hutan yang mencakup lahan dengan perkiraan luas areal 420.800 ha
(Anderson, 2001).

Oleh karena itu, di lokasi tersebut dipilih untuk penelitian

penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut karena setiap musim
kemarau menghadapi masalah yaitu terjadi kebakaran hutan.
Karena kebakaran hutan merupakan isu lingkungan maka pengkajiannya
memerlukan suatu kerangka berpikir yang bersifat multidisiplin melalui kajian
sistem interaksi dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan demikian,
diharapkan dapat ditemukan variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kebakaran hutan rawa gambut.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka permasalahan utama yang
ingin dikaji secara mendalam adalah bagaimana cara menyusun pencegahan
kebakaran hutan rawa gambut melalui model prediksi dengan terlebih dahulu
menemukan faktor-faktor penentu penyebab terjadinya kebakaran sebagai hasil
interaksi antara (i) kondisi ekosistem hutan rawa gambut yang merupakan faktor
biofisik sebagai penyedia bahan bakar potensial dengan (ii) aktivitas perusahaan
pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan masyarakat sekitar hutan yang
memanfaatkan hutan rawa gambut sebagai faktor sosial ekonomi yang
menimbulkan api liar.
Mengingat bersatunya bahan bakar potensial di ekosistem hutan rawa
gambut dengan api liar berujung pada terjadinya kebakaran hutan sehingga
sebelum ditemukan faktor penentunya maka sulit menyusun pencegahan
kebakaran hutan. Oleh karena itu, diperlukan informasi variabel penentu
terjadinya kebakaran hutan rawa gambut untuk menyusun pencegahan kebakaran
hutan dengan menggunakan model prediksi sehingga dapat merumuskan
bagaimana cara menurunkan peluang bersatunya bahan bakar tersebut dengan api
liar dari faktor sosial ekonomi.
Sampai dengan saat ini penelitian tentang pencegahan kebakaran hutan
rawa gambut dikaitkan dengan faktor penentu terjadinya kebakaran yang berasal
dari faktor biofisik dan sosial ekonomi belum pernah dilakukan. Padahal
penelitian tersebut penting artinya dalam pengelolaan hutan rawa gambut di
Indonesia yang semakin meningkat resiko kebakarannya. Untuk itu pertanyaan
yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor
biofisik sebagai sumber bahan bakar potensial dan pengaruh aktivitas perusahaan
pemegang Hak Pengusahaan Hutan maupun masyarakat sekitar hutan terhadap
peluang terjadinya kebakaran hutan ? Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
menemukan model prediksi kebakaran hutan rawa gambut yang dibuat
berdasarkan analisis gabungan faktor biofisik dan sosial ekonomi tersebut.
Dengan ditemukan model prediksi kebakaran hutan rawa gambut maka dapat
disusun pencegahan kebakaran hutan yang efisien dan efektif .

3. Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah

Untuk menyederhanakan kerangka pemikiran, penelitian ini dibagi
menjadi dua komponen utama penelitian yang merupakan subsistem yang akan
dikaji, yaitu (i) ekosistern hutan rawa gambut,

(ii) sosial ekonomi budaya

masyarakat sekitar hutan dan perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan
(HPH). Kedua subsistem tersebut merupakan variabel prediktor yang berkaitan
satu sama lain sehingga kajian akan dilanjutkan dengan mengetahui sampai sejauh
mana keterkaitan diantara komponen subsistem tersebut terhadap kejadian
kebakaran hutan rawa gambut sebagai variabel respon.

Skema variabel yang

mempengaruhi tejadinya kebakaran hutan rawa gambut disajikan pada Gambar 1.
Kondisi ekosistem hutan rawa gambut berubah secara signifikan sejak
diterbitkannya Undang-undang No. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kehutanan dan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1970 tentang
Perencanaan Hutan, Pemerintah memberi kesempatan kepada Perusahaan Swasta
Nasional maupun Asing serta BUMN dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan

(HPH) untuk mengelola hutan dalarn rangka meningkatkan perekonomian negara,
menambah devisa dan memberikan kesempatan kej a . Kebijakan tersebut ternyata
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian negara dengan
indikator perolehan devisa negara dari sektor kehutanan yang menempati urutan
kedua setelah minyak bumi sampai dengan dekade tahun 1990.
Walaupun usaha pemanfaatan hutan melalui pemberian konsesi HPH
tersebut faktanya mampu mendukung perekonomian negara tetapi ternyata
menimbulkan dampak negatif pada ekosistem hutan termasuk hutan rawa gambut
di kelompok hutan S. Sugihan dan S. Lumpur dengan indikator menurunnya
indeks keanekaragaman jenis dari yang semula > 2,O menjadi < 1,O - 1,5 yang
berarti tingkat kemantapan ekosistem hutan tersebut mempunyai kategori sangat
buruk sampai buruk dan kriteria tidak mantap sampai kurang mantap (Suwarso,
1997). Berdasarkan pernantauan Penulis, di lokasi penelitian pada setiap musim
kemarau telah terjadi kebakaran hutan dengan siklus kejadian antara satu sarnpai
lima tahun sebagaimana yang terjadi tahun 1982, 1987, 1991, 1994, 1997, 1998,
1999,2000,2001 dan 2002.

,

FAKTOR BIOFISIK
(EKOSISTEM HUTAN RAWA GAMBUT)
1. Indeks Vegetasi (NDVI Thn 1996)
2. Ketebalan Gambut
3. Tipe Tanah
4 Curah Hujan
5. Sungai

HUTAN RAWA
GAMBUT

1. Pembangunan

2. Keberadaan
K
d HPH

I

1. Pembangunan Jalan
2. Lahan Usaha Tani
3. Luas Lahan Usaha Tani
4 Pendapatan Masyarakat

Gambar 1. Variabel yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan rawa gambut

Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa terjadinya kebakaran hutan rawa gambut
di kelompok hutan S. Sugihan dan S. Lumpur Propinsi Sumatera Selatan terjadi
karena kondisi vegetasi hutan yang dipresentasikan dalam indeks vegetasi (NDVI)
tahun 1996, ketebalan gambut, tipe tanah, curah hujan dan sungai yang secara
keseluruhan merupakan faktor biofisik sebagai sumber bahan bakar potensial.
Kebakaran tidak akan terjadi apabila bahan bakar potensial tidak bertemu dengan
api yang bersumber dari aktivitas manusia yang berasal dari kegiatan pemegang

HPH dan masyarakat sekitar hutan yang dalam penelitian ini disebut faktor sosial
ekonomi. Aktivitas pemegang HPH yang terkait dengan kebakaran adalah
pembuatan kanaVre1 dan keberadaan konsesi HPH, sedangkan aktivitas
masyarakat sekitar hutan yaitu pembangunan jalan, adanya lahan usaha tani, luas
lahan usaha tani, pendapatan dan pengeluaran masyarakat.
Dengan diidentifikasi secara cermat terhadap variabel-variabel penentunya
kemudian dianalisis pendekatan sistem maka akan ditemukan faktor-faktor utama
penyebab terjadinya kebakaran hutan sebagai bahan acuan dalam menyusun cara
pencegahan kebakaran hutan rawa gambut secara efektif. Proses membangun
model konsepsual penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut dengan
menggunakan model prediksi disajikan pada Gambar 2.
Pencegahan kebakaran hutan dilakukan dengan mengelola faktor sosial
ekonomi sebagai sumber api dengan mengatur variabel penentunya. Apabila
sumber api berasal dari aktivitas pemegang HPH yang dipresentasikan dengan
adanya kanaVrel dan adanya konsesi HPH untuk angkutan kayu maka upaya
pengendaliannya adalah mengganti kanallrel sebagai sarana angkutan kayu di
hutan rawa gambut atau lebih tepat yaitu menghentikan kegiatan produksi kayu di
ekosisten hutan alam rawa gambut.
Terhadap aktivitas masyarakat sekitar hutan yang menimbulkan api liar
perlu diberikan alternatif usaha lain yang bersifat intensifikasi usaha tani sehingga
dapat mengurangi ketergantungannya terhadap sumberdaya hutan dan masyarakat
sekitar hutan yang pada musim kemarau tidak tersebar di dalam kawasan hutan
sehingga tidak menimbulkan api liar. Karakteristik masyarakat sekitar hutan
ternyata masih tergantung terhadap sumberdaya hutan sehingga diduga ada
keterkaitan kebakaran hutan dengan kondisi masyarakat sekitar hutan.

Perusahaan Pengelola Konsesi

Pemanfaatan
Kawasan Hutan
Rawa Gambut

Pendabatan
Penaeluaran
Luas Lahan Tani
Jarak Lahan Tani

Jarak Jalan

I

Jarak KanalIRel

Konsesi HPH

Kebakaran Hutan

Garnbar 2. Bagan alir cara penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut

Terhadap faktor biofisik yang sifatnya alamiah sebagai penyedia bahan
bakar potensial di alam dapat juga dikendalikan yaitu dengan cara meningkatkan
kadar air bahan bakar potensial pada musim kemarau dengan menaikan tinggi
muka air melalui pengaturan tinggi muka air melalui pembangunan kana1 yang
didesain secara akurat .
Pada Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa penyusunan cara pencegahan
kebakaran hutan rawa gambut berdasarkan pada proses analisis dan pengolahan
data dari informasi biofisik dan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan dan
aktivitas pemegang HPH. Analisis data menggunakan model persamaan statistik
yang diimplentasikan dalam model spasial dengan dibantu software Arcview G I s
versi 3.2. Hasil pengolahan data kemudian diformulasikan dalam bentuk model
prediksi kebakaran hutan rawa gambut berdasarkan faktor-faktor yang paling
menentukan terjadinya kebakaran hutan. Dengan ditemukannya model prediksi
kebakaran hutan rawa gambut, maka dapat disusun cara pencegahan kebakaran
hutan yang efektif. Untuk mengimplementasikan cara pencegahan kebakaran
hutan maka diperlukan kelembagaan dan kebijakan Pemerintah sehingga dapat
diaplikasikan kepada pemsahaan pemegang HPH dan masyarakat sekitar hutan
yang paling berkepentingan dalam pemanfaatan hutan.
Tolok ukur pencegahan kebakaran hutan rawa gambut dinilai berhasil
dengan baik jika kawasan hutan tersebut aman dari bahaya kebakaran dan
pendapatan serta kesejahteraan masyarakat semakin meningkat yang pada
gilirannya akan mempengamhi perekonomian dan pembangunan wilayah secara
berkelanjutan sehingga kawasan hutan rawa gambut lestari.
Cara penyusunan pencegahan kebakaran hutan rawa gambut yang dapat
dikembangkan diantaranya pengaturan tata air untuk mengatur tinggi muka air
yang optimum (water management system), usaha tani terpadu atau agrofrestry
(pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan), rehabilitasi hutan pasca
kebakaran melalui pengembangan hutan tanaman yang aman dari kebakaran dan
pengamanan hutan berbasis partisipasi masyarakat sekitar hutan. Pengembangan
kapasitas perusahaan dan masyarakat perlu ditingkatkan melalui tersedianya
sistem informasi kebakaran, pemberdayaan lembaga adat marga dan kebijakan
dan peraturan dari pemerintah.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan cara penyusunan

pencegahan kebakaran hutan rawa gambut menggunakan model prediksi
berdasarkan variabel penentu terjadinya kebakaran. Untuk mencapai tujuan utama
penelitian, maka ditetapkan tujuan operasional penelitian yaitu :
1. Mengkaji keterkaitan faktor biofisik yang meliputi : indeks vegetasi (NDVI),

ketebalan gambut, tipe tanah, curah hujan dan jarak sungai yang berpengaruh
terhadap kebakaran hutan rawa gambut.
2. Mengkaji keterkaitan faktor sosial ekonomi yaitu (a) aktivitas masyarakat

sekitar hutan yang meliputi : jarak jalan, jarak lahan usaha tani, luas lahan
usaha tani, pendapatan dan pengeluaran masyarakat serta (b) aktivitas
perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang dipresentasikan
jarak kanaVrel dan jarak lokasi konsesi HPH yang berpengaruh terhadap
peluang terjadinya kebakaran hutan rawa gambut.
3 . Menemukan model prediksi kebakaran hutan rawa gambut yang dibuat

berdasarkan analisis gabungan faktor biofisik dan sosial ekonomi sebagai
masukan untuk merumuskan cara pencegahan kebakaran hutan.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengelolaan hutan rawa
gambut secara berkelanjutan khususnya sebagai bahan masukan dalam menyusun
rencana pencegahan kebakaran sehingga pada musim kemarau kawasan hutan
rawa gambut tidak mengalami kebakaran hutan. Adapun sasaran dari manfaat
penelitian ini adalah :
1. Tambahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang

kebakaran hutan rawa gambut.
2. Masukan bagi para pengelola hutan rawa gambut dalam upaya menyusun

pencegahan kebakaran hutan yang efisien dan efektif
3. Masukan bagi para peneliti yang tertarik pada bidang kebakaran hutan rawa

gambut .
4. Masukan bagi pemerintah dalam upaya membuat kebijakan dan peraturan

yang terkait kebakaran hutan rawa gambut.

11. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kebakaran Hutan

Sahardjo (1999) mendefinisikan kebakaran hutan adalah pembakaran
yang penjalarannya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan
seperti serasah, rumput, rantinglcabang pohon mati, pohon mati yang tetap berdiri
(snags), log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon.
Kebakaran yang terjadi di kawasan hutan meliputi hutan produksi, hutan lindung,
taman nasional, cagar alam, hutan pendidikan, taman hutan raya, hutan penelitian,
taman wisata, taman bum, dan kawasan pelestarian alam lainnya.
Kebakaran liar adalah setiap kebakaran yang terjadi di lahan yang tidak

direncanakaddikendalikan. Dalam ha1 ini api merupakan musuh yang hams
dilawan, karena merusak dan sangat merugikan serta relatif sulit untuk
dikendalikan, sedangkan pembakaran terkendali

adalah pembakaran yang

dikendalikan dibawah kondisi cuaca tertentu, yang membuat api dapat diarahkan
pada keadaan tertentu dan pada saat yang sama menghasilkan intensitas panas dan
laju penjalaran yang sesuai dengan tujuan yang kita harapkan. Dalam ha1 ini api
merupakan alat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan positif dan tidak
merugikan.
Selanjutnya dinyatakan oleh Sahardjo (1999) bahwa fase pembakaran
secara berurutan adalah :
a. Pra pemanasan (preheabzng): fase pada kondisi bahan bakar yang berada di
depan menyala, bagian lain dipanaskan, dikeringkan dan secara parsial
disuling.
b. Penyulingan (destilation) dari bahan-bahan gas berkelanjutan tetapi dibarengi
dengan pembakaran.
c. Penyalaan (ignition) dapat dilihat sebagai hubungan antara fase pertama
@reheating) dan fase kedua (destilation). Penyalaan dapat juga dilihat sebagai
awal dari bagian pembakaran pada fase oksidasi terjadi.

KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran Permukaan

Kebakaran Bawah

]

Kebakaran Permukaan

Kebakaran Bawah

Sumber : Viegas (1997)
Gambar 3. Fase pembentukan kebakaran hutan secara umum
Pada Gambar 3 diuraikan tentang beberapa tahapan atau mekanisme fase
pembentukan api yang umum terjadi pada proses kebakaran hutan yang
dinyatakan Viegas (1997) bahwa pada kebakaran hutan terdapat dua fase utama
mekanisme yang terjadi yaitu fase pembesaran api (fire growth) dan fase peredaan
api v r e decay). Mekanisme fase pembesaran api diawali dengan pra pemanasan,
pirolisis, penyalaan, pembakaran, penyebaran api bawah tanah, pembesaran api

tahap pertama (permulaan), penyebaran api di permukaan tanah, pembesaran api
tahap kedua, penyebaran api secara luas (large >re spread) dan mekanisme fase
peredaan diawali dengan large fire spread, peredaan pada proses penyebaran api
di permukaan, pemadaman api di permukaan, pemadaman api pada proses
penyebaran di bawah tanah, pemadaman total dan pendinginan. Namun yang
perlu dicatat bahwa tahapan tersebut tidak selamanya dapat dicapai sesuai urutan,
karena dapat pula terjadi secara simultan dan ha1 ini tergantung dari situasi dan
kondisi lokasi.
Menurut Hartono (1988), kebakaran atau api hanya bisa terjadi apabila
terdapat tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen atau udara dan panas yang tinggi
sebagai sumber api yang disebut segitiga api (Gambar 4).

Oksigen

Bahan bakar

Api

Sumber : Hartono (1988)
Gambar 4. Konsep segitiga terjadinya Api
Sormin dan Hartono (1986) menyatakan bahwa prinsip dari konsep
segitiga api ini digunakan sebagai dasar strategi penanggulangan kebakaran hutan.
Lebih lanjut keterangan mengenai bentuk tahapan atau fase pembakaran hutan
adalah sebagai berikut
a. Fase pra pemanasan
Pada keadaan ini temperatur bahan bakar naik sampai pada suatu titik tertentu
yang disebut titik nyala. Pada fase ini panas dari sekeliling diabsorbsi oleh
bahan bakar, belum terlihat perubahan pada bahan bakar.
b.

Fase penguraian
Pada fase ini bahan bakar terurai menjadi beberapa macam zat atau gas yang
dapat menyala yaitu gas yang menyerupai minyak tanah dan arang.

c.

Fase pembakaran
Pada fase ini terjadi pembakaran dari bahan bakar yang berupa gas,
sedangkan bahan padat yang terbakar tidak menunjukkan nyala api hanya
membara. Panas sangat berperan dalam meningkatkan temperatur bahan
bakar sehingga mempercepat proses penyalaan, memanaskan bahan bakar
yang belum terbakar sehingga mempercepat penjalaran api yang selanjutnya
sebagai energi dalarn bentuk panas.
Berdasarkan bahan bakar dan cara menjalarnya api serta posisi api dari

tanah, kebakaran hutan dapat dibagi menjadi tiga tipe (Suratmo, 1979) yaitu:
a. Kebakaran bawah permukaan dgroundjire)
Api kebakaran bawah tidak menyala dan kadang-kadang tidak berasap
sehingga sulit untuk diketahui. Api menjalar sangat pelan dan ke segala arah
karena tidak terpengaruh oleh angin sehingga kebakaran bawah berbentuk
lingkaran (Gambar 5).

api

---+ Garis keliling api

Gambar 5. Bentuk kebakaran bawah permukaan ('roundJire)
Kebakaran bawah akan menimbulkan kerusakan atau kematian pada
akar tanaman yang berarti kematian pula bagi tanaman tersebut karena akar
tanaman berada di lapisan tanah dekat dengan bahan organik yang terbakar
sehingga panas yang ditimbulkan menyebabkan kematian tanaman.

Tipe

kebakaran ini sering terjadi pada daerah lahan gambut yang didalamnya
terkandung banyak bahan organik. (Suratmo, 1979). Daerah yang di dalam
tanahnya terdapat banyak batu bara sering mengalami kebakaran bawah
seperti yang terjadi di Kalimantan Timur.
disajikan pada Gambar 6.

Gambar tipe kebakaran bawah

I,.

..

,

.

Oemijati (1986) menyatakan bahwa secara garis besar, penyebab
terjadinya kebakaran hutan

dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu

sebagai berikut :
a. Kelompok Manusia
b. Kelompok Alam
c. Kelompok lain
Selanjutnya dikemukakan bahwa penyebab terjadinya kebakaran hutan
sangat beraneka ragam tetapi pada umumnya adalah akibat kelalaian manusia.
Dari sekian banyak kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kebakaran hutan,
sebagian

merupakan

kegiatan

yang

tidak

disengaja

misalnya

aktivitas

perkemahan, rekreasi, dan juga aktivitas yang menyangkut kegiatan pernungutan
hasil hutan dan sebagian lagi adalah kegiatan yang disengaja membakar